GIGI
SALAMI
P07125117034
karya tulis ilmiah ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan tim
penguji jursan keperawatan gigi politeknik kesehatan kemenkes aceh
Pembimbing
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NAMA : SALAMI
NIM : P07125117034
Yang menyatakan,
SALAMI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulisan KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madia Kesehatan Gigi pada program studi DIPLOMA-III
jurusan keperawatan gigi Poltekkes Kemenkes Aceh. Dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak.Untuk itu Pada kesempatan kali ini saya
mengucapakan terimakasih kepada:
1. Bapak H. Ampera Miko, DN.Com. MM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Aceh
2. Bapak Nurdin S.SiT,M.Dsc sebagai Ketua jurusan Keperawatan gigi
3. Bapak Amiruddin,S.SiT, M.Kes selaku Ketua prodi D-III Keperawatan gigi
4. Ibu Sisca Mardelita S.Si.T, M.Kes. Selaku pembimbing KTI. Terima kasih
yang sebesar-besarnya penulis hanturkan atas waktu yang telah diluangkan
untuk membimbing, memberi saran, motivasi, perhatian serta diskusi – diskusi
yang dilakukan dengan penulis selama penyusunan KTI ini. Terselesaikannnya
penyusunan KTI ini tidak terlepas dari kebaikan, kemurahan hati dan dukungan
yang diberikan oleh beliau.
5. Ibu drg. Cut Aja Nuraskin M.Pd selaku penguji I yang telah memberikan
bimbingan dan meluangkan waktu serta dorongan sehingga terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak Herry Imran S.KM.M.Pd selaku penguji II yang telah memberikan
bimbingan dan meluangkan waktu serta dorongan sehingga terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Keluarga dan Orang tua saya Bapak Yusri Adam dan Ibu Nur Habibi yang
senantiasa mencurahkan beribu Doa, dengan segenap dukungan baik itu
berupa material maupun moral; dan
8. Seluruh Sahabat saya yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
Tugas akhir ini.
iii
Akhir kata, saya berharap tuhan yang maha esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
SALAMI
iv
POLTEKKES KEMENKES ACEH
KARYA TULIS ILMIAH
SALAMI
P07125117034
ABSTRAK
Rasa takut anak terhadap pencabutan gigi merupakan masalah bagi dokter
gigi sehingga akan menimbulkan rasa enggan pasien berobat kedokter gigi.
Banyak dijumpai anak-anak yang mengalami rasa takut dan mempunyai pepsepsi
yang tidak realistik, hal ini disebabkan pada anak proses sosialisasi, pendidikan.
persepsi dan komunikasi masih kurang bila di bandingkan dengan orang dewasa.
Ketakutan dental dapat menimbulkan masalah yang signifikan dalam manajemen
pasien, dengan paien merasa takut lebih mungkin untuk menghindari atau
menunda pengobatan dan lebih mungkin untuk membatalkan janji untuk
perawatan. Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran rasa takut
anak pada pencabutan gigi bedasarkan review beberapa referensi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan studi literatur dengan mencari
teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditentukan.
Hasil peneltian dan review dari beberapa referensi rasa takut yang paling
sering terjadi yaitu rasa takut pada saat di suntik karena tidak terbiasa dengan
sensasi sakit saat ditusuk sesuatu yang tajam.
Dapat disimpulkan bahwa rasa takut yang sering terjadi sama anak yaitu
rasa takut (objektif) atau rasa takut pada rasa sakit, takut ketika melihat darah, rasa
takut melihat dokter gigi dan rasa takut pada alat suntik. Disarankan kepada
perawat dan dokter gigi agar selalu menerapkan komunikasi terapeutik terhadap
pasien, termasuk dalam penanganan rasa takut pada pasien pencabutan gigi.
DAFTAR ISI
v
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Manfaat Penelitian............................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................5
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................18
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................23
a. Kesimpulan................................................................................................23
b. Saran ..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan pada umumnya merupakan hak asasi manusia dan salah satu
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk
Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia
dan merupakan bagian dari kesehatan secara umum yang perlu diperhatikan oleh
masyarakat (Jose, dkk., 2009). Setiap orang tua menginginkan anaknya dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka
presentase masalah gigi dan mulut sebesar 57,6%. Hasil ini meningkat dari hasil
riskesdas tahun 2013 dengan presentase sebesar 25,9% . laporan jenis penyakit
dan kelainan gigi tahun 2018 disetiap kota menunjukkan kategori gangguan
Puskesmas andalas memiliki laporan terbanyak sebesar 806 buah dengan kasus
Gigi sulung adalah gigi yang muncul pada masa periode anak-anak, dimulai
dari anak berumur 8 bulan hingga anak berumur 12 tahun. Namun pada kondisi
tertentu pada orang dewasapun bisa ditemukan adanya gigi sulung yang menetap
dan kondisi ini disebut dengan persistensi.Oleh karena itu anak perlu mendapat
Pencabutan gigi atau yang dalam ilmu kedokteran gigi biasa disebut
ekstraksi gigi adalah suatu prosdur dental mengeluarkan gigi dari soket.
Pencabutan gigi dikatakan ideal jika dalam pelaksanaanya tidak disertai rasa sakit,
trauma yang terjadi pada jaringan gigi seminimal mungkin, luka pencabutan dapat
(Balaji,2009).
Rasa takut anak terhadap pencabutan gigi merupakan masalah bagi dokter
gigi sehingga akan menimbulkan rasa enggan pasien berobat kedokter gigi.
Banyak dijumpai anak-anak yang mengalami rasa takut dan mempunyai pesepsi
yang tidak realistik, hal ini disebabkan pada anak proses sosialisasi, pendidikan.
persepsi dan komunikasi masih kurang bila di bandingkan dengan orang dewasa
(Budiman,2005).
kunjungan orang-orang untuk memeriksa kesehatan gigi dan mulut mereka pada
3
dokter gigi (Kirova, 2011). Ketakutan dental dapat menimbulkan masalah yang
signifikan dalam manajemen pasien, dengan paien merasa takut lebih mungkin
Rasa takut dalam bidang pencabutan gigi anak merupakan salah satu sikap
emosional yang paling sering ditemukan dan merupakan salah satu komponen dari
mengakibatkan persepsi yang seharusnya tidak nyeri menjadi nyeri, setiap pasien
rasa takut anak yaitu karena ada teman yang mengatakan bahwa mencabut gigi
(2019), 73,3% anak takut terhadap rasa sakit dalam pencabutan gigi.
Salah satu aspek terpenting dalam mengatur tingkah laku anak dalam
perawatan gigi adalah dengan mengontrol rasa takut anak, karena pengalaman
pencabutan gigi dimasa yang akan datang. Penundaan terhadap perawatan dapat
4
rasa takut pada pasien anak untuk berkunjung kedokter gigi. (Nicolas E, 2010).
menjadi 2 kategori, yaitu rasa takut objektif dan subjektif, rasa takut yang objektif
menyenangkan pada saat kunjungan kedokter anak atau kedokter gigi itu sendiri.
Rasa takut subjektif dapat terjadi karena anak tersebut memiliki perasaan dan
Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah yang
sering timbul terutama pada pasien anak, merupakan suatu tantangan yang tidak
berakhir bagi petugas kesehatan, khususnya kesehatan gigi. Banyak anak merasa
takut jika harus berkunjung kedokter gigi karena alat-alat yang berada di dalam
pasien anak untuk ke dokter gigi. Ketakutan dalam praktek dokter gigi
Dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk
Pencabutan Gigi”
5
B. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
menyelesaikan studi.
2. Bagi akademik
Kemenkes Aceh.
C. Tujuan Penelitian
A. Rasa Takut
Rasa takut adalah emosi pertama yang diperoleh bayi setelah lahir.Rasa
pengrusakan diri. Definisi lain menyebutkan takut merupakan suatu luapan emosi
gabungan dari beberapa faktor antara lain, perilaku yang tidak menyenangkan
bahaya.Hal tersebut terdiri dari perubahan fisiologis, perasaan dari dalam diri,
Rasa takut dan cemas terhadap perawatan gigi (Dental Fear and Anxiety,
DFA) merupakan masalah besar bagi sebagian individu, terutama anak dan remaja
dengan DFA dapat mempengaruhi hasil perawatan, menciptakan stres kerja pada
dokter gigi dan stafnya, serta tidak jarang menjadi penyebab perselisihan antara
dokter gigi dengan pasien atau orang tua mereka. Anak akan mencoba segala cara
tidak terjaga. Selain dampaknya terhadap perawatan gigi , DFA juga dapat
dampak negatif pada seseorang fungsi psikososial. DFA diperoleh dimasa kanak-
6
7
kanak dapat bertahan hingga dewasa dan merupakan predikator signifikan untuk
menghindari kunjungan kedokter gigi pada usia dewasa. Hal tersebut merupakan
tahap penting untuk mencegah DFA sehingga kesehatan mulut anak dapat tercapai
Rasa takut atau rasa cemas (anxiety) adalah salah satu yang paling umum
dari emosi manusia. Hal ini termasuk kesadaran fisik dan mental terhadap ketidak
berdayaan adanya ancaman yang akan datang perasaan bahaya yang berasal dari
dalam, hasil penilaian kognitif dan sebuah keraguan yang tidak dapat terpecahkan
tentang sifat ancaman, cara terbaik untuk menguranginya, dan kapasitas subjektif
seseorang menilai situasi tersebut tergantung pada dua faktor yaitu faktor yang
berasal dari dalam objek stimulus atau peristiwa itu sendiri dan faktor Variabel
dan untuk mengenali adanya perilaku yang akan mengurangi atau memperbaiki
bahaya yang dirasakan. Rasa takut atau cemas juga dapat dipertimbangkan
sebagai keadaan emosional dimana seseorang merasa tidak nyaman, gelisah, atau
yang mereka tidak dapat mengendalikan atau memprediksi, atau tentang peristiwa
Ada perasaan ketentraman, dan kecemasan yang parah dapat bertahan dan
Rasa takut dalam bidang perawatan gigi anak merupakan salah satu sikap
emosional yang paling sering ditemukan dan merupakan salah satu komponen dari
dengan adanya penolakan terhadap perawatan gigi. Baik penolakan secara total
tehadap dokter gigi yang bersangkutan ataupun menolak beberapa jenis prosedur
dilihat,didengar, dicium dan merupakan hal atau keadaan yang tidak enak atau
yang diterima orang perasa dan secara umum bukan bersumber dari orang lain.
Rasa takut objektif dapat terjadi karena anak tersbeut memiliki pengalaman
yang tidak menyenangkan pada saat kunjungan kedokter anak atau ke dokter
gigi itu sendiri.Rasa takut ini juga dapat disebabkan karena adanya ransangan
fisik secara lansung.Rasa takut ini merupakan bentuk dari ransangan yang
tidak menyenangkan.
9
Misalnya seorang anak yang takut dengan dokter gigi dan perawatnya yang
berbaju putih karena dulu dia pernah diinfus dan disuntik oleh dokter anak
yang berbaju putih, atau seorang anak yang takut dengan bau obat dan bau
rumah sakit, karena ia pernah mengalami perawatan di rumah sakit dengan bau
seperti itu.Hal ini meupakan suatu tanggung jawab dokter gigi untuk merubah
Rasa takut subjektif merupakan rasa takut yang dapat didapat dari orang lain
dan anak tersebut tidak mengalaminya sendiri. Anak kecil sangat mudah
pengalaman yang tidak menyenangkan yang diceritakan oleh orang tua mereka,
Rasa takut yang subjektif dapat terjadi karena anak tersebut memiliki perasaan
dan sikap terhadap sesuatu yang menimbulkan rasa takut. Hal seperti ini biasa
tentang hal tertentu dari orang lan, dan dengan imajinasi yang ada pada anak
maka akan menyebabkan anak memiliki rasa takut yang hebat terhadap hal
yang tidak dikenalnya. Rasa takut ini dapat dihilangkan bila anak tersebut
dapat merasakanya sendiri, dan membutikan bahwa tidak ada bahaya atau
ibunya jika ia nakal akan dibawa kedokter gigi biar dicabut giginya, atau
seorang anak yang sangat senang makan cokelat ditakut-takuti oleh kakaknya
10
kalau giginya akan berulat dan berlubang akibat cokelat yang dimakan dan
terpaksa harus dicabut oleh dokter gigi. Situasi ini akan menimbulkan rasa
Rasa takut yang disebabkan oleh dokter gigi itu sendiri yang mirip dengan
dokter umum, atau petugas kesehatan lainnya yang berbaju putih misalnya
banyak takut ke dokter gigi. Kunjungan kedokter gigi atau perawat gigi
dalam pogram puskesmas kesekolah dasar bisa jadi yang menakutkan bagi
mereka, hampir sama dengan program suntik masal atau vaksinasi yang
kerap kali dilakukan oleh petugas puskesmas. Profesi dokter gigi dimata
Rasa nyeri pasca pencabutan gigi mungkin saja dialami dan rasa sakit ini
proses pencabutan gigi menggunakan tang, dan ambang rasa sakit pada
setiap proses orang berbeda-beda. Untuk menghindari rasa sakit ini anak
Banyak juga ditemui orang yang takut kedokter gigi karena faktor suara
buruk sebelum dengan dokter gigi. Aroma obat diruang praktek juga
ruang praktek yang berwarna serba putih, alat-alat operasi, atau alat-alat
lainnya yang pada akhirnya setelah keluar dari ruang praktek maka orang
Tidak sedikit orang yang tidak mau kedokter gigi hanya takut dengan
jarum suntik. Apalagi anak-anak sangat takut pada jarum suntik. Persepsi
yang muncul adalah rasa sakit yang begitu hebat setelah disuntik dengan
jarum yang ukuranya besar. Bahkan mereka menyatakan apa tidak ada
cara lain selain disuntik. Itu merupakan kalimat pertanyaan yang sang
sering muncul.
12
Rasa takut yang dialami oleh anak dalam perawatan gigi tidak terlepas dari
peranan orang tua. Hal-hal yang dilakukan orang tua tanpa disadari (Soeparmin,
dkk.2006).
a. orang tua sering membawa anaknya kedokter gigi ketika mendekati waktu
tidurnya,anak akan menjadi tidak kooperatif dan mudah marah karena sudah
b. orang tua sering membawa anaknya ketika gigi telah sakit. Sehingga selama
perjalanan anak akan semakin takut dan cemas menuju dokter gigi.
c. beberapa orang tua membawa anaknya kedokter gigi sebagai bentuk hukuman
d. orang tua saling berperan untuk mencegah anak mendengar cerita yang
menakutkan tentang perawatan gigi sehingga anak akan merasa takut saat
B. Pencabutan Gigi
Percabutan gigi adalah suatu prosedur bedah yang dapat dilakukan dengan
tang, bedah, elevator, atau pendekatan transveolar pencabutan gigi pertama kali
dilakukan hanya dengan menggunakan tang. Oleh karena itu timbulnya berbagai
macam masalah dalam prosedur pencabutan gigi yang menyebabkan gigi tersebut
sulit untuk dicabut bila hanya menggunakan tang saja, maka kemudian dilakukan
pembedahan. Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar
gigi yang utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin
pada jaringan penyangga sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal
sebagian tulang penyangga gigi.Metode ini juga sering disebut metode terbuka
d) Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan
menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering
juga disebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada
digunakan yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam ligamen periodontal
diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar telah terpegang kuat
setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah
merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari (Pedlar,dkk 2005).
impaksi, gigi yang diduga sebagai fokal inpeksi, gigi yang mengalami nekrosis
periapikal dan tidak dapat dilakukan terapi endodontik, gigi yang terlibat kista dan
tumor, gigi yang terlibat dalam fraktur rahang, dan gigi sulung yang persisten.
Selain itu tindakan ekstraksi juga dapat dilakukan pada gigi yang sehat dengan
tujuan memperbaiki maloklusi untuk alasan estetik, dan juga untuk kepentingan
a. gigiyang rusak akibat perluasan lubang atau karien gigi. Karies yang luas
c. Persistensi gigi decudui atau gigi sulung yang tanggal, sedangkan gigi
d. Gigi geraham belakang pertama (M1) atau geraham belakang dua (M2)
e. Gigi rahang atas yang menyebabkan peradangan pada sinus maksilaris gigi
f. Gigi yang terlibat tumor, baik jinak maupun ganas dicabut bersamaan pada
saat dilakukan pengambilan tumor karena kalau tidak dicabut sering terjadi
kekambuhan.
a. Faktor Lokasi
menyangkut suatu infeksi atau jaringan disekitar gigi misalnya gigi dengan
terjadinya infeksi sinus. Pencabutan gigi terutama gigi premolar dan molar
b. Faktor Sistemik
sudah dalam pengawasan ahli dan penyakit yang menyertai bisa dikontrol
a. Mobility
g. Supernumerary teeth
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
B. Pelaksanaan penelitian
berkaitan dengan permasalahan terutama teori tentang gambaran rasa takut anak
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Rasa takut dalam bidang perawatan gigi anak merupakan salah satu sikap
emosional yang paling sering ditemukan dan merupakan salah satu komponen dari
dengan adanya penolakan terhadap perawatan gigi. Baik penolakan secara total
tehadap dokter gigi yang bersangkutan ataupun menolak beberapa jenis prosedur
Rasa takut atau cemas merupakan respon normal yang sering terjadi dan
dapat dialami oleh semua orang ketika menghadapi suatu ancaman dan dapat
dipengaruhi perilaku orang tersebut. Hal ini diperparah dengan adanya trauma
baik antara dokter gigi dan pasien untuk mengurangi rasa takut pasien agar tidak
Rasa takut yang dialami pasien akan membawa dampak negatif bagi
perawatan yang akan dilakukan. Pasien yang memiliki rasa takut cenderung akan
banyak waktu dalam tindakan perawatan, hal ini akan mempengaruhi tingkat
18
19
lingkungan sekitar dan sulit beradaptasi. Kecemasan anak dapat berupa tingkah
laku kurang kooperatif terhadap perawatan gigi sehingga anak menolak untuk
perawatan gigi agar menjauh darinya, tidak membuka mulut, menangis histeris
Pada umumnya penyebab rasa takut dalam pencabutan gigi pada anak
timbulnya trauma pada alat yang dilihatnya, yang sepertinya akan membuatnya
merasa sakit. Situasi dan keadaan lingkungan perawatan gigi sangat berpengaruh
timbulnya rasa takut. Rasa takut Pasien anak terhadap perawatan gigi seringkali
terjadi karena anak merasa takut berada di ruang praktek dokter gigi. Faktor lain
yang seringkali menimbulkan rasa takut pada perawatan gigi anak adalah keadaan
mesin dan pengalaman rasa takit pada perawatan terdahulu sehingga anak akan
takut pada perawatan gigi selanjutnya (Hendrastuti fajriani,2003). Oleh karena itu
ruang praktek dokter gigi sebaiknya dibuat senyaman mungkin sehingga anak
merasa seperti rumahnya sendiri. Jika tempat praktek tidak terbatas hanya untuk
pasien anak-anak, salah satu metode yang efektif diantaranya adalah dengan
pembuatan ruangan tunggu yang di buat sedemikian rupa khusus untuk anak.
Membuat rauang penerimaan yang nyaman dan hangat sehingga anak merasa
tidak asing ketika memasukinya, atau dengan cara seperti memberi reward atau
hadiah sehingga anak dapat meredam rasa takutnya. Oleh karena itu dekorasi
20
ruangan dan komunikasi sangat memegang peranan penting dan erat kaitannya
anak pada pencabutan gigi yaitu rasa takut terhadap timbulnya rasa sakit yang
akan dirasakan pada saat disuntik obat anastesi lokal untuk dilakukan pencabutan
gigi yaitu sebesar 73,3% anak takut terhadap rasa sakit dalam pencabutan gigi.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Turner (2012)
yang menunjukkan bahwa anastesi lokal, yaitu penyuntikan sebelum ektraksi gigi
Sambian Kelod, diperoleh 52 (65%) anak yang merasa takut takut dengan rasa
sakit yang akan dirasakan pada saat mencabut gigi. Berdasarkan survei yang
populasi anak usia sekolah yang memiliki ketakutan terhadap dokter gigi. Dan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ayub (2018) di rumah sakit gigi dan
mulut halimah dg Makasar yang menunjukkan penyebab rasa takut anak terkait
Hasil penelitian di dua sekolah yang dilakukan oleh Abirafdi (2014) yang
menyatakan bahwa yang memiliki frekuensi kecemasan tertinggi adalah pada saat
kabupaten toraja utara sebesar 72,7%. Dan Penelitian yang dilakukan oleh
disebabkan oleh penggunaan benda-benda tajam seperti jarum suntik, bein dan
Kecemasan pasien biasanya berasal dari ketakutan terhadap rasa sakit. Adapun
kecemasan dikarenakan mereka ragu terhadap apa yang akan mereka alami dan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Swastini Dkk (2007) Yang
dialakukan untuk mengetahui perawatan yang paling ditakuti oleh anak laki-laki
menggunakan jarum suntik, yaitu terlihat presentase anak perempuan 88,3% lebih
tinggi di bandingkan anak laki-laki 85,4%. Menurut Kartono (2002) jenis kelamin
perempuan lebih sensitif dan cepat peka dibandingkan laki-laki yang cenderung
lebih aktif, umumnya perempuan dalam merespon stimulus atau ransangan lebih
Berdasarkan study yang dilakukan oleh Appukuttan dkk 2016 di india yang
meneliti tentang kecemasan atau rasa takut perawatan gigi yang melibatkan usia,
tindakan dokter gigi yang paling ditakuti responden adalah pengeboran gigi dan
bebrapa pasien mengalami rasa takut terhadap timbulnya rasa sakit pada tindakan
penyuntikan (anastesi). Hal ini disebabkan oleh rasa sakit yang dirasakan ketika
diakukan anastesi yang disebabkan jarum suntik yang masuk kesebagian mukosa.
Pasien mengungkapkan rasa takut yang dialami dikarenakan pasien telah sadar
22
dan mengetahui efek dari rasa sakit yang akan ditimbulkan. Selain itu, beberapa
pasien mengalami kecemasan karena pengalaman buruk pada masa kecil terhadap
Penyebab timbulnya rasa takut atau cemas pada anak sebelum dilakukan
ekstraksi gigi yaitu rasa takut subjek terhadap timbulnya rasa sakit yang akan
dirasakan saat dilakukan tindakan ekstraksi gigi. Selain kecemasan anak terhadap
timbulnya rasa sakit saat dan sesudah dilakukan ekstraksi gigi, hal lain penyebab
pribadi yang dialami oleh anak yang menimbulkan rasa trauma dan adanya
penyakit sistemik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gow di Inggris yang
menyatakan bahwa Srasa takut pada ekstraksi gigi dapat terjadi karena beberapa
faktor yaitu rasa takut ketika melihat darah atau luka yang berdarah, pasien takut
kesakitan, pasien yang belajar dari pengalaman anggota keluarga dan teman yang
mengalami hal buruk ketika melakukan ekstraksi gigi, pasien yang trauma karena
pengalaman buruk yang dialami, dan karakter pasien (Vassend dan Olav, 2005).
timbulnya rasa cemas salah satunya adalah trauma karena pengalaman buruk yang
pengalaman buruk pasien sewaktu kecil atau pada masa remaja, yang dapat
menjadi penyebab utama rasa takut pada orang dewasa (Natamiharja dan
Manurung, 2007).
23
mengatakan bahwa mencabut gigi rasanya sakit yaitu sebanyak 81,3%. Menurut
Soeparmin S, Suarjaya I Kt, Tyas Mp (2016) Timbulnya rasa takut pada anak
merupakan hasil dari tanggapan seseorang anak mengenai perawatan gigi melalui
ataupunn anggota keluarga lainnya. Dokter gigi perlu memahami rasa takut dan
dampak yang dialami oleh pasien terhadap perawatan gigi dan mulut yang akan
diberikan. Hal ini berpengaruh terhadap prosedur dalam menjalani perawatan gigi
karena pasien menjadi tidak kooperatif. Penanganan untuk mengatasi rasa takut
do dan distraksi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berasumsi bahwa rasa takut dapat
terjadi dalam beberapa hal, namun yang paling dominan anak takut pada rasa
sakit ketika mencabut gigi, selanjutnya takut ketika melihat darah, rasa takut
melihat dokter gigi dan rasa takut pada saat disuntik. Hal ini berkaitan dengan rasa
takut objektif yaitu rasa takut yang datang dalam diri anak akibat: dirasakan,
dilihat,didengar, dicium dan hal atau keadaan yang tidak enak atau tidak
menyenangkan yang dialami oleh anak. Oleh karena itu penyebab rasa takut
sukar untuk diperkiraan dengan tepat. Kejadian yang sama belum tentu dirasakan
sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu ransangan atau kejadian
dengan kualitas dan kuantitas yang sama dapat dipresentasikan secara berbeda
antara individu yang satu dengan yang lainnya. Karena mereka keliru dalam
menilai suatu bahaya yang dihubungkan dengan situasi tertentu, atau cenderung
24
menaksir secara berlebihan suatu peristiwa yang membahayakan. Rasa takut juga
dapat terjadi karena penilaian diri yang salah, dimana individu merasa bahwa
dirinya tidak mampu mengatasi apa yang terjadi atau apa yang dapat dilakukan
untuk menolong diri sendiri. Rasa takut yang paling dominan terjadi pada pasien
anak yaitu rasa takut pada saat di suntik karena tidak terbiasa dengan sensasi sakit
saat ditusuk sesuatu yang tajam, padahal ketika anak mencabut gigi sulung belum
tentu disuntik, namun anak sudah memikirkan demikian dan mengalami rasa takut
yang berlebihan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Misrawati (2019) yaitu presentase paling tinggi rasa takut anak pada pencabutan
gigi yaitu rasa takut terhadap timbulnya rasa sakit yang akan dirasakan pada saat
disuntik obat anastesi lokal untuk dilakukan pencabutan gigi yaitu sebesar 73,3%
anak takut terhadap rasa sakit dalam pencabutan gigi. Dan sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Swastini Dkk (2007) Yang dialakukan untuk
mengetahui perawatan yang paling ditakuti oleh anak laki-laki maupun perenpuan
adalah ketika dokter gigi melakukan anastesi dengan menggunakan jarum suntik,
yaitu terlihat presentase anak perempuan 88,3% lebih tinggi di bandingkan anak
laki-laki 85,4%.
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil review dari beberapa referensi maka dapat disimpulkan bahwa
Rasa takut yang sering terjadi sama anak yaitu rasa takut (objektif) atau rasa takut
pada rasa sakit, takut ketika melihat darah, rasa takut melihat dokter gigi dan rasa
B. Saran
merasa sakit ketika mencabut gigi, sehingga anak tidak cemas dan
23
DAFTAR PUSTAKA