Anda di halaman 1dari 21

APLIKASI KOMUNIKASI DALAM KESEHATAN GIGI

“MENGATASI ANAK YANG TAKUT PADA PERAWATAN


SCALLING GIGI ”

DISUSUN OLEH :
NAMA : JANNATI TRIYANA
NIM : PO.71.25.1.19.021

DOSEN PEMBIMBING

MASAYU NURHAYATI, S.Pd,


Drg. SALUNA DEYNILISA, M.Pd

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Aplikasi Komunikasi Dalam Kesehatan Gigi. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih terhadap banyak pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca dan bisa di praktekan.
Penulis sangat menyadari, bahwa didalam makalah ini masih sangat banyak kejanggalan
dari makalah yang penulis buat ini dan masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
berharap kepada para pembaca dapat memberikan masukan atau koreksi yang sifat nya
membangun demi untuk menyempurnakan makalah ini untuk masa yang akan datang.

Palembang, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................1

B. LANDASAN TEORI
Scalling Gigi………………………..……........................................................2
Rasa Takut Pada Anak Dalam Scalling Gigi......................................................3
Tipe-tipe Rasa Takut Pada Anak.......................................................................4
Penyebab Rasa Takut Pada Anak…...................................................................5
Perilaku Anak Saat Scalling Gigi………………………………………….………8
Cara Mengatasi Rasa Takut Anak…………………………………………………8

C. PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
Evaluasi…………………………………………………………………………...14
Dialog……………………………………………………………………………..16

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan gigi komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan gigi. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesame memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar. Untuk itu
perawat gigi memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup
keterampilan, intelektual, tehnical, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku atau kasih
sayang/cinta dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat gigi yang memiliki keterampilan
berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan
klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan professional dalam pelayanan
keperawatan gigi dan meningkatkan citra profesi keperawatan gigi serta citra rumah sakit, tetapi
yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap
sesame manusia. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya
dengan apa yang diharapkannya, survei kepuasan pasien menjadi penting.
Komunikasi sangat bermanfaat supaya menghasilkan suatu informasi. Media komunikasi
bermanfaat agar bisa memproduksi ulang serta mengadakan sebuah ionformasi. Media
komunikasi memiliki fungsi agar bisa mengkomunikasikan serta menyebarluaskan pesan
terhadap komunikan sebagai sasaran informasi. Media komunikasi merupakan sebuah sarana
atau alat yang dipakai sebagai penyampaian pesan dari komunikator kepada khalayak. Media
sangat dominan dalam berkomunikasi ialah panca indera manusia seperti mata, telinga.
Komunikasi juga merupakan jendela yang memungkinkan kita untuk dapat melihat lingkungan
yang lebih jauh, sebagai penafsir yang membantu memahami pengalaman, sebagai landasan
menyampaikan informasi, sebagai komunikasi interaktif yang opini audiens, sebagai penanda
pemberi instruksi atau petunjuk, sebagai penyaring atau pembagi pengalaman dan fokus terhadap
orang lain, cermin merefleksikan diri kita dan penghalang yang menutupi kebenaran. Media
komunikasi sangat berperan penting dengan kehidupan masyarakat. Media komunikasi juga
dijelaskan untuk sebuah sarana yang dipakai untuk memproduksi, mengolah, serta
mendistribusikan untuk menyampaikan sebuah informasi.

1
LANDASAN TEORI

A. Scaling Gigi

Scaling gigi adalah tindakan medis untuk membersihkan karang gigi yang terbentuk
akibat penumpukan plak gigi yang lama kelamaan mengeras. Karena konsistensinya yang keras,
karang gigi tidak bisa dibersihkan dengan sikat gigi biasa.

Perawatan scaling dan pembersihan karang gigi diterapkan untuk menghilangkan kotoran
pada gigi. Dokter gigi kemudian membersihkan atau mengolesi gigi dengan pasta abrasif
menggunakan sikat berputar, ini akan membantu mengobati dan mencegah penyakit gusi. Dokter
gigi juga akan memberikan petunjuk atau saran tentang cara menjaga kebersihan mulut hingga
waktu kunjungan berikutnya, karena ini penting untuk membantu menjaga kesehatan gusi sikap
dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri dibidang kesehatan gigi dan mulut serta
mampu mencapai pengobatan sedini mungkin dengan cara memberikan pengertian kepada
masyarakat tentang pentingnya pemeliharan kesehatan gigi dan mulut.

Gambar 1

Scalling Gigi

2
B. Rasa Takut Pada Anak Dalam Scaling Gigi
Rasa takut terhadap perawatan yang dilakukan oleh dokter/ perawat gigi, pada umumnya
merupakan asumsi pribadi. Ketidaktahuan penderita akan perawatan yang dilakukan oleh dokter/
perawat gigi merupakan faktor utama untuk timbulnya rasa takut. Ada anggapan bahwa
perawatan atau pengobatan gigi ke dokter/ perawat gigi merupakan hukuman penderita terhadap
keadaan gigi dan mulutnya yang buruk. Adanya asumsi di atas akan menjadikan habatan untuk
berobat gigi.

Gambar 2

Rasa Takut Pada Anak Dalam Scaling Gigi

Semua orang, anak-anak maupun orang dewasa, pasti pernah mengalami kecemasan atau
rasa takut. Merasa takut dalam sebuah situasi adalah kondisi yang sangat tidak menyenangkan.
Namun, pada anak-anak, merasa takut adalah sesuatu yang wajar. Rasa takut dibutuhkan agar
mereka dapat belajar mengatasi beragam situasi di dalam hidup. Takut adalah hal alami yang
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri. Beberapa anak bisa mengatasinya dengan baik,
namun ada sebagian pula yang tidak. Perasaan itu biasanya muncul walau ketika tidak ada
ancaman langsung terhadap dirinya, namun yang bersangkutan merasa ancaman itu nyata. Rasa
takut membuat seseorang ingin segera lari dari situasi yang sedang ia hadapi. Jantung berdegup
kencang, muncul keringat dingin, dan perut terasa berkecamuk. Tapi, tak selamanya rasa takut
berdampak negatif. Manfaat rasa takut antara lain membantu kita tetap waspada dan fokus.
Memiliki rasa takut atau cemas terhadap suatu hal dapat membantu si kecil untuk tetap
pada jalurnya, misalnya anak yang takut dengan api tentu secara alami akan menghindari
bermain dengan korek api. Sebagian anak bisa merasa takut hanya dengan melihat ekspresi orang

3
lain yang sedang ketakutan terhadap hal tertentu. Imajinasi anak yang berkembang “liar” pun
dapat berkontribusi terhadap rasa takut ini. Namun demikian, ada pula anak yang merasa takut
tanpa penyebab yang jelas sekalipun. Biasanya rasa takut pada anak akan hilang dengan
sendirinya pada usia tertentu. Namun jika rasa takut tersebut terus menetap, bahkan mengganggu
aktivitas kesehariannya termasuk tidur, hal tersebut sudah berubah menjadi fobia.
Anak usia sekolah umumnya mempunyai rasa takut terhadap orang yang masih asing
seperti dokter, ataupun dokter gigi, rumah sakit. Peralatan yang digunakan ataupun tindakan
yang dilakukan tenaga kesehatan gigi terlihat di depan mata, di samping bunyi bur yang
mengilukan merupakan faktor penyebab timbulnya rasa takut.

C. Tipe-tipe Rasa Takut Pada Anak


Rasa takut adalah respon emosional dan merupakan suatu mekanisme protektif untuk
melindungi seseorang dari ancaman atau bahaya dari luar. Rasa takut tidak diwariskan tetapi
diperoleh setelah lahir. Rasa takut anak diperoleh secara objektif atau subjektif.
1. Rasa takut objektif
Rasa takut objektif merupakan respon dari stimulus yang dirasakan, dilihat, didengar,
dicium dan merupakan hal atau keadaan yang tidak enak atau tidak menyenangkan. Rasa takut
obyektif ditimbulkan oleh rangsangan langsung yang diterima organ perasa dan secara umum
bukan bersumber dari orang lain. Rasa takut obyektif dapat disebabkan karena perasaan yang
tidak menyenangkan terhadap perawatan gigi.
Seorang anak yang pernah dirawat dan mengalami rasa sakit yang hebat di rumah sakit
oleh dokteryang berseragam putih akan menimbulkan rasa takut yang hebat pada dokter gigi atau
perawat gigi yang berseragam sama. Karakteristik bau dari obat-obatan atau bahan kimia tertentu
dapat dihubungkan dengan keadaan yang tidak menyenangkan dapat menimbul rasa takut yang
tidak beralasan. Seorang anak yang pernah berobat ke dokter gigi, aibat rasa takut yang
demikiannya akan merasakan rasa sakit yang berlebihan pada setiap perawatan gigi yang
dijalaninya.
Seorang anak yang pernah merasa sakit dan takut untuk pergi ke dokter gigi akan sangat sulit
diajak ke dokter gigi kembali. Anak yang dibujuk untuk kembali, dokter gigi harus menyadari
tingkat emosionalnya dan mengembalikan secara perlahan kepercayaan anak terhadap dokter
gigi dan perawatan gigi.

4
1. Rasa takut subjektif
Rasa takut subjektif merupakan rasa takut yang didapatkan dari orang lain dan anak
tersebut tidak mengalaminya sendiri. Anak kecil sangat mudah dipengaruhi. Anak kecil yang
tidak berpengalaman ketika mendengar pengalaman yang tidak menyenangkan atau situasi yang
menimbulkan rasa sakit yang dialami oleh orang tua mereka dengan segera akan menimbulkan
rasa takut pada dirinya. Sesuatu yang dapat menimbulkan rasa takut akan disimpan dalam
ingatannya, segala imajinasi yang dimilikinya, dan rasa takut menjadi bertambah hebat.
Anak memiliki rasa takut yang hebat terhadap suatu hal yang asing. Rasa takut ini akan
menghasilkan rasa takut yang terus menerus sampai anak tersebut dapat membuktikan bahwa
tidak ada ancaman yang dapat mengganggunya. Rasa takutnya merupakan usaha untuk mengatur
situasi yang dia rasa mungkin menyakitkan baginya. Sebelum anak dapat meyakinnkan dirinya,
rasa takut akan tetap berlangsung lama. Pengaruh orang tua sangat penting terhadap
pembentukan perilau anak dalam menjalani perawatan gigi.
Orang tua harus menginformasikan kepada anak tentang apa yang sebaiknya dia lakukan
selama berada di praktek dokter gigi. Anak harus terlebih dahulu diberi gambaran tentang dokter
yang akan merawatnya serta situasi yang dapat timbulnya nanti sebelum membuat janji bertemu
dengan dokter gigi, tidak perlu menceritakan rasa sakit yang begitu hebat kepada anak, tetapi
diperlukan pernyataan yang jujur tanpa emosi yang dilebih-lebihkan. Orang tua mempunyai
pengaruh terhadap pembentukan perilau anak mereka, tetapi rasa takut juga dapat diperoleh dari
teman bermainnya atau dari buku yang sering dia baca, film kartun, radio, televisi dan lain-lain.
Rasa takut tergantung pada intensitas stimulus takut yang sering diterima anak tersebut. Hal yang
sama juga terjadi ketika anak mengamati orang tua. Anak sering mengidentifikasi diri mereka
dnegan orang tuanya, saat orang tua merasa takut, anak akan melakukan hal yang serupa. Rasa
takut anak serta tingkah lakunya yang negatif sangat erat hubungannya dengan rasa takut yang
dimiliki oleh orang tuanya.

D. Penyebab Rasa Takut Pada Anak


Mengatasi rasa takut terhadap perawatan gigi pada anak merupakan fenomena yang
multifaktorial dan kompleks. Rasa takut akan mempengaruhi tingkah laku anak dan dapat
menentukan keberhailan kunjungan ke dokter gigi. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan rasa
takut pada anak ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, sebagai berikut:

5
a. Faktor internal
Rasa takut pada anak terhadap perawatan gigi salah satunya dapat timbul dari dalam diri
anak itu sendiri. Beberapa hal yang dapat menyebakan timbulnya rasa takut dalam diri anak
adalah usia, pengalaman buruk, tempramen dan rasa sakit.
1. Hubungan antara rasa takut anak dengan faktor usia
Dapat dilihat dari perkembangan psikologi anak terhadap kemampuannya menerima
perawatan gigi yang dilakukan. Kemampuan dalam berkomunikasi lisan yang baik dapat
diperoleh pada anak yang berusia di atas empat tahun. Pada usia ini anak dapat menjawab
dengan baik semua intruksi yang diberikan. Anak yang memasuki usia enam tahun, memiliki
kemampuan untuk mengevaluasi rasa takutnya dan dapat memastikan adanya bahaya dari
situasi-situasi yang mengancam dirinya.
2. Tempramen
Tempramen adalah kualitas emosional personal yang relatif sepanjang waktu dan muncul
pada awal kehidupan serta dipercaya pengaruh dari genetik. Tempramen dibagi atas dua yaitu
positif dan negatif. Tempramen yang negatif adalah rasa malu, menangis, menampik,
bersembunyi, takut dan marah, yang ditemukan sekitar 10% dari populasi anak.
Tempramen anak yang positif ditunjukan dengan sikap yang kooperatif dan dapat diajak
bekerjasama dalam perawatan gigi. Tempramen dapat menentukan apakah anak tersebut takut
terhadap perawatan gigi atau mempunyai tempramen yang negatif. Pada kelompok anak dengan
rasa takut pada perawatan gigi yang memiliki tingkah laku yang kooperatif dapat terlihat pada
anak yang berbicara malu-malu. Ini mungkin terjadi pada anak yang peduli bagaimana mereka
harus bersikap selama berkunjung kedokter gigi dan oleh karena itu mereka dapat mengikuti
perawatan gigi. Kelompok anak dengan tempramen positif yang memiliki aktivitas contohnya
anak yang senang bermain bola dengan teman-temannya biasanya tidak takut atau malu-malu
dan bersikap kooperatif selama menjalani prosedur perawatan gigi.
3. Rasa Sakit
Menghadapi seorang penderita anak-anak yang tidak kooperatif, sering menyulitkan
dokter gigi dalam hal melakukan perawatan. Tidak semua dokter gigi dapat mengatasi hal ini
dengan mudah, sementara penderitan memerlukan tindakan darurat secepatnya. Rasa sakit juga
dapat memberi toleransi yang rendah terhadap perawatan gigi dan mulut. Anak-anak kadang
tidak dapat merasakan sakit sedikit sehingga hal ini menjadi sumber rasa takut ketika perawatan

6
kedokter gigi maupun ketempat unit pelayanan kesehatan gigi. Tindakan sederhana akan menjadi
sulit bila penderita tidak kooperatif. Pada saat melakukan perawatan pada penderita anak-anak
hal yang paling sulit dilakukan adalah pendekatan dan manajemen pada penderita, bukan pada
prosedur perawatan itu sendiri. Cara yang paling penting adalah seorang dokter gigi dapat
mengurangi atau menghilangkan rasa tidak nyaman selama perawatan gigi selama perawatan.
b. Faktor eksternal
Beberapa faktor dari luar diri anak yang dapat menimbulkan rasa takut selama prosedur
perawatan gigi adalah latar belakang, rasa takut dari orang tua dan dari tim dokter gigi.
1. Latar belakang
Masalah rasa takut terhadap perawatan gigi telah dilaporkan lebih sering terjadi pada sub
populasi seperti para imigran. Ini disebut imigran sering merasa asing dengan lingkungan mereka
yang baru yang memungkinkan juga mereka merasa takut atau asing untuk dapat pergi kedokter
gigi.
Anak keluarga pengungsi mudah mengalami Post-Traumatic Stress Syndrome yaitu
adanya kecenderungan untuk mengingat kembali hal-hal buruk yang pernah dialami. Seorang
anak ketika menjalani perawatan gigi akan teringat kembali pada kejadian yang dialami selama
di pengungsian. Anak dengan sosial ekonomi yang rendah memiliki kesehatan rongga mulut
yang kurang baik dan menunjukkan rasa takut yang tinggi pada perawatan gigi dan mempunyai
masalah tingkah laku.
2. Rasa takut dari orang tua
Orang tua yang takut terhadap perawatan gigi akan mempengaruhi anaknya ketika
dilakukan perawatan gigi. Terlepas dari rasa takut yang dimiliki anaknya, orang tua yang terlalu
merasa takut sering kali bertanya tentang perawatan yang akan menjadikan orang tua sebagai
model hidup yang takut terhadap perawatan gigi bagi anaknya. Orang tua sering mengancam
anaknya dengan menggunakan kunjungan ke dokter gigi sebagai hukuman atau untuk menakuti
anak agar berperilaku baik. Membicarakan pearwatan gigi didepan anak akan menimbulkan
kecemasan, ketakutan dan akibatnya akan menjadi non-kooperatif.
3. Tim Dokter Gigi
Rasa takut pada anak dapat disebabkan oleh pengelolahan yang kurang tepat oleh tim
dokter gigi. Sikap tim dokter gigi yang kaku atau keras, kurang sabar, kurang menunjukan
kehangatan dan perhatian dapat menyebabkan anak bersifat negatif. Tim dokter gigi harus

7
bersikap lembut ketika merawat pasien anak, mempunyai wibawa serta dapat menjelaskan
perawatan yang akan dilakukan dengan cara yang membuat anak tidak terasa takut.
Sikap yang baik antara sesama tim serta memiliki komitmen yang sama harus dimiliki
oleh setiap anggota dental tim dalam merawat anak. Sikap yang juga penting diketahui oleh tim
dokter gigi adalah memiliki pengetahuan yang baik, tidak hanya tentang gigi tetapi juga tentang
anak, perkembangan anak dan psikologi anak. Seorang anak yang pernah mengalami rasa sakit
dan dirawat di rumah sakit oleh dokter yang berseragam putih, akan menimbulkan rasa takut
pada dokter gigi yang berseragam putih. Dokter gigi ketika merawat anak, sebaiknya tidak
menggunakan seragam putih karena itu akan menimbulkan trauma pada anak tersebut. Ruangan
praktek yang dianggap asing oleh anak dapat dibuat lebih nyaman, misalnya ruang tunggu yang
dilengkapi mainan, gamabaran maupun buku yang berhubungan dengan anak.

E. Perilaku Anak Saat Scaling Gigi


a. Sangat negative
Menolak perawatan, meronta-ronta dan membantah, amat takut, menangis kuat-kuat,
menarik atau mengisolasi diri, atau keduanya.
b. Sedikit negative
Mencoba bertahan, menyimpan rasa takut dari minimal sampai sedang, nervus atau
menangis.
c. Sedikit positif
Berhati-hati, menerima perawatan dengan agak segan, dengan taktik bertanya atau
menolak, cukup bersedia bekerja sama dengan dokter/perawat gigi.
d. Sangat positif
Bersikap baik dengan semua operator, tidak ada tanda-tanda takut, tertarik pada prosedur,
dan membuat kontak verbal yang baik.

F. Cara Mengatasi Rasa Takut Anak


Pada saat anak memasuki ruang perawatan gigi dengan sejumlah perasaan takut, hal yang
pertama harus dilakukan oleh dokter gigi adalah menempatkan anak senyaman mungkin dan
mengarahkan bahwa pengalamannya ini bukanlah hal yang tidak biasa. Tempat praktik tidak
terbatas hanya untuk pasien anak-anak, salah satu metode yang efektif di antaranya adalah

8
dengan pembuatan ruang tunggu yang dibuat sedemikian rupa sehingga anak merasa berada di
lingkungan rumahnya sendiri. Membuat ruang penerimaan yang nyaman dan hangat sehingga
anak merasa tidak asing ketika memasukinya, oleh karena itu dekorasi ruangan sangat
memegang peranan penting dan erat kaitannya dengan kondisi psikologis.
Yang harus dilakukan oleh seorang dokter gigi bila berhadapan dengan pasien anak-anak
dengan rasa takut adalah menghilangkan rasa takut anak. Tindakan yang dapat mengurangi rasa
takut itu antara lain, mengurangi ketakutan keluarga pasien, ketakutan pasien sendiri,
mengurangi keributan dan mengurangi perasaan sakit. Hal ini dapat dilakukan dengan
menciptakan hubungan yang baik antara dokter dan pasien anak serta pengertian dari orang tua
anak. Dibawah ini ada beberapa Cara Mengatasi Rasa Takut, yaitu :
a. Lakukan Pendekatan dengan Tepat
Salah satu cara terbaik untuk mengetahui penyebab munculnya rasa takut pada anak
adalah dengan mendekatinya. Cara pendekatan yang dilakukan juga harus berbeda. Buatlah anak
nyaman terlebih dahulu, baru tanyakan apa alasannya. Kadang hal ini tidak bisa berhasil dalam
satu kali coba, bisa diulang dengan pendekatan yang perlahan agar anak mau membuka diri.

b. Beri Semangat
Kalimat positif bagaikan mantra yang bisa membuat anak menjadi lebih berani.
Misalnya, ketika anak takut bertemu dengan orang baru, semangati dengan kata-kata yang
positif, “Ayo kenalan dulu sama Tante, nak. Tante Dini itu teman baik Ibu, lho.” Selain
memberikan semangat, juga harus mencontohkan bagaimana cara mengatasi rasa takut mereka.

c. Jangan Menakut-Nakuti
Orang tua atau orang yang baru ditemui anak sering kali menakut-nakuti anak untuk
mencegahnya melakukan suatu hal. Misalnya, anak ingin diperiksa giginya, lalu orangtua
ataupun tim dokter gigi atau perawat gigi menakut-nakutinya dengan mengatakan, “jangan takut
ya nak, jika takut nanti akan terasa sakit.” Biarkan anak mencoba hal-hal baru agar tidak tumbuh
menjadi anak yang penakut.

9
d. Meyakinkan anak bahwa semuanya baik-baik saja.
Anak- anak yang merasakan perasaan takut pada dirinya biasanya merasakan bahwa ada
sesuatu yang tidak aman pada dirinya, untuk itu sebaiknya tim dokter gigi atau perawat gigi
mengusahakan dan juga meyakinkan pada anak bahwa segala sesuatu yang ditakutinya tersebut
bukanlah hal yang benar-benar harus dianggap serius. Katakan bahwa semuanya akan baik-baik
saja, jangan lupa untuk selalu memberi rasa aman dan juga nyaman pada anak.

e. Menunjukan kasih sayang


Ketika anak merasa takut pasti orang pertama yang yang anak dekati adalah orang tua,
nah, ketika sedang dalam kondisi tersebut galilah dan cari tahu sebenanya apa yang membuat
anak merasakan hal tersebut, dengarkan semua apa yang anak ucapkan bisa membantu
mengurangi rasa takut yang dirasakannya, sehingga dalam hal ini kita telah memberikan
perhatian dan jangan pernah mengecilkan hati anak apalagi smapai memarahi atas ketakutan
yang dia rasakan.

f. Memberi dorongan pada anak


Konsep diri dalam ilmu psikologi adalah memberi dorongan yang baik pada anak, anak
juga memiliki perasaan yang sama dengan orang dewasa, khsuusnya ketika anak merasakan rasa
takut sebagai orang tua sebaiknya memebrikan dorongan bahwa rasa takut yang dirasakan anak
bukanlah hal yang perlu dia cemaskan, sehingga anak pun akan merasa dilindungi dan akan tetap
merasa nyaman saat rasa takur tersebut datang pada dirinya.

g. Menjelaskan mengenai ketakutan yang anak rasakan


Ketika anak mulai merasakan ketakutan pada orang yang baru dilihat atau dikenalnya,
sebaiknya anda biarkan saja, karena rasa takur tersebut umumnya sebuah interaksi yang wajar
terjadi pada setia anak, untuk itu sebagai orang tua yang baik sbeiaknya berikanlah enjelasan
mengenai rasa takut yang anak rasakan. Umumnya rasa takut yang dialami anak memang tidak
berbeda dengan orang dewasa, namun ada sedikit perbedaan yang dirasakan oleh anak ketika ia
merasakan rasa rasa takut pada dirinya.

10
h. Sebaiknya hindari menertawakan anak saat ketakutan
Jangan pernah meremehkan rasa takut yang anak alamu, karena hal tersebut akan sangat
berimbas kepada mental anak yang semakin memburuk. Dengan berbagai hal ketakutan yang
dialami naka tentu akan menajdikans ebuah nancaman pada anak. Sehingga dalam hal ini
memang mmebutuhkan cara agar bisa mengatasi hal tersebut agar anak bisa jauh lebih
bersemangat dan rasa takut pun akan lebih berkurang.

i. Mengajak melakukan konseling


Apabila perasaan takut anak sudah mencapai taraf yang sangat berlebihan, tidak ada salah
sebagai orang tua anda mengajak anak untuk melakukan konsultasi, konseling tentunya bisa
mmebantu anak agar bisa Mengurangi rasa takut dan anak pun akan mengungkapkan segala hal
ketakutan yang dia rasakan. Sehingga perasaan takut dan juga cemas yang anak alami akan
berkurang dengan sendirinya.

j. Melakukan terapi perilaku kognitif


Saat perasaan takut timbul, maka denyut jantung anak akan semakin berdenyut kencang,
untuk menguranginya anda bisa menggali perasaan dan juga pikiran yang anak rasakan, terapi
kognitif juga bisa dilakukan agar anak bisa mengatasi dan juga mengontrol rasa takut yang dia
rasakan.

k. Membangun rasa percaya dirinya


Ketakutan pada anak merupakan reaksi dari rasa tidak berdaya yang anka rasakan, anak
akan merasa takut dalam mencoba hal-hal yang masih dianggap baru, biasanya factor yang dapat
melatar belakangi perasaan ini adalah proteksi orang tua yang terlalu berlebihan, sehingga
menimbulkan rasa tidak percaya diri dna takut pada anak. Untuk itu dengan memebrikan
kesempatan dan membangun rasa percaya diri anak akan lebih memudahkan anak dalam
mengatasi rasa takutnya.

11
PENUTUP

Kesimpulan
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan gigi komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan gigi.
Rasa takut terhadap perawatan yang dilakukan oleh dokter/ perawat gigi, pada umumnya
merupakan asumsi pribadi. Ketidaktahuan penderita akan perawatan yang dilakukan oleh dokter/
perawat gigi merupakan faktor utama untuk timbulnya rasa takut.
Yang harus dilakukan oleh seorang dokter gigi bila berhadapan dengan pasien anak-anak
dengan rasa takut adalah menghilangkan rasa takut anak. Tindakan yang dapat mengurangi rasa
takut itu antara lain, mengurangi ketakutan keluarga pasien, ketakutan pasien sendiri,
mengurangi keributan dan mengurangi perasaan sakit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asianparent. 2019. Mengatasi Rasa Takut Pada Anak. https://id.theasianparent.com/mengatasi-


rasa-takut-pada-anak.
(Diakses pada 16 Maret 2021)

Astuti, Sunar, Ratri. 2008. Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut. Jakarta : Tim Pustaka
Familia.

Febrida, Melly. 2018. Mengatasi Rasa Takut Pada Anak. https://www.haibunda.com/parenting


/20180122062946-63-13484/cara-mengatasi-rasa-takut-pada-anak.
(Diakses Pada 16 Maret 2021)

Kurniawan, Heru. 2019. Memahami Rasa Takut Anak. https://anggunpaud.kemdikbud.go.id/


Index.php/berita/index/20190901337/memahami-rasa-takut-anak.
(Diakses Pada 16 Maret 2021)

Morinaga. 2018. Kenali dan Atasi Rasa Takut Serta Kecemasan Si Kecil. https://morinagaplati
Num.com/id/milestone/kenali-rasa-takut-serta-kecemasan-pada-si-kecil.
(Diakses Pada 16 Maret)

Sanjaya, A. 2019. Rasa Takut Anak Terhadap Perawatan Gigi. https://repository.poltekkes-den


Pasar.ac.id/2003/II/BAB%2011.pdf.
(Diakses Pada 16 Maret 2021)

Sariningsih, Endang. 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta : Kelompok Gramedia

Swari, Candra, Risky. 2019. Scaling Gigi, Prosedur, Risiko, Manfaat dan Waktu. https://hello-
Sehat.com/gigi-mulut/perawatan-gigi/scaling-gigi/
(Diakses Pada 16 Maret 2021)

13
EVALUASI

Vignette

1. Setelah seluruh proses scaling selesai, dokter akan meminta pasien membilas mulut dengan
cara berkumur menggunakan cairan yang mengandung fluoride. Tahap ini dilakukan
sebagai perawatan penutup.
Pertanyaan : Langkah diatas merupakan tahap … scaling gigi
A. Pemeriksaan rongga mulut
B. Pembersihan karang gigi
C. Faktor terjadi karang gigi
D. Pembilasan
E. Penggunaan benang gigi
(Jawab : D)

2. Kemampuan dalam berkomunikasi lisan yang baik dapat diperoleh pada anak yang berusia
di atas empat tahun. Pada usia ini anak dapat menjawab dengan baik semua intruksi yang
diberikan.
Pertanyaan : pernyataan diatas merupakan hubungan antara rasa takut anak dengan ....
A. Faktor Usia
B. Emosional
C. Jenis kelamin
D. Faktor Ekonomi
E. Lingkungan
(Jawab : A)

3. Kualitas emosional personal yang relatif sepanjang waktu dan muncul pada awal kehidupan
serta dipercaya pengaruh dari genetik.
Pertanyaan : pernyataan diatas merupakan penyebab rasa takut pada anak pada faktor . . .
A. Internal
B. Eksternal

14
C. Tempramen
D. Genetik
E. Rasa Malu
(Jawab : A)

15
DIALOG

Ayah Pasien : (Memberi salam) “Assalamualaikum”


Perawat : “Waalaikumsalam pak, silahkan duduk”
Ayah Pasien : “Terima kasih”
Perawat : “Mohon maaf sebelumnya dengan bapak siapa ya?”
Ayah Pasien : “Saya Bapak Arif mba, ini anak saya Putri”
Perawat : “Saya Jannati pak, perawat gigi disini. Ada yang bisa saya bantu pak?”
Ayah Pasien : “ Iya mba saya mau memeriksakan gigi anak saya”
Perawat : “ Oooh Jadi si adek ya yang mau periksa gigi”
Pasien : “ Iya kak”
Perawat : “ Baiklah, sebelumnya kakak perkenalkan diri dulu ya dek. Perkenalkan nama
Kakak Jannati, kalau boleh tau gigi adek kenapa dek?”
Pasien : “Kalau menggosok gigi sering berdarah kak”
Perawat : Terus apalagi dek?”
Pasien : “Mmm… (hanya diam)
Ayah Pasien : “jadi begini, anak saya mengeluhkan giginya seperti ada kotoran yang
tidak bisa dihilangkan dengan menggosok gigi, pada saat menggosok gigi sering
berdarah dan terasa sakit serta anak saya sering bau nafas”
Perawat : “Umur adeknya sendiri berapa pak kalau boleh tau?”
Ayah Pasien : “Putri umurnya 11 Tahun”
Perawat : “Baik pak, saya periksa gigi adek dulu ya pak, ayok dek kakak periksa dulu
giginya” (Menyuruh pasien duduk di dental chair)
Ayah Pasien : “Iya mba, ayok dek”
Perawat : ( Menyiapkan alat, dan memasang apd)
Perawat : “Adek Putri giginya kakak periksa ya, kakak mau lihat gigi adek putri ada
Masalah apa, buka mulutnya ya dek”
Pasien : (hanya diam dan tidak mau membuka mulut)
Perawat : “Loh kok adek Putri tidak mau membuka mulutnya?”
Pasien : “Tatuk kak”
Perawat : “Adek tidak usah takut ya, kakak hanya ingin memeriksa gigi adek, kakak mau
Lihat dulu gigi adek bermasaah seperti apa, adek tidak usah takut ya kakak
16
Hanya melihat dan memeriksa gigi adek saja kok”
Pasien : “Beneran ya kak tidak sakit?”
Perawat : “Iya adek bener kok tidak sakit sama sekali hanya diperiksa kok”
Pasien : (membuka mulut perlahan-lahan)

(Setelah selesai pemeriksaan…..)


Perawat : “Nah pemeriksaannya sudah selesai, adek putri tetap duduk disini ya, tunggu
Sebentar ya dek, kakak mau berbicara sebentar dengan ayahnya”
Pasien : “Baik kak”
Perawat : “Jadi begini pak, gigi adek sudah saya periksa tadi, jadi di gigi adek itu ada
karang giginya pak, karang gigi adalah kotoran pada gigi yang mengeras dan
tumbuh sedikit demi sedikit. Awalnya, karang gigi terbentuk ketika bakteri
dalam mulut bercampur dengan protein dan sisa-sisa makanan, dan karang gigi
juga menyebabkan gigi si adek berdarah saat menggosok gigi dan bau nafas.
Nah jadi tindakan yang dilakukan pada gigi adek adalah scalling ya pak atau
pembersihan karang gigi pak. Apakah bapak bersedia jika gigi adek Putri
dilakukan tindakan scalling atau pembersihan karang gigi?”
Ayah Pasien : “Iya mba, tolong dibersihkan ya karang giginya supaya anak saya merasa
nyaman pada saat makan maupun menggosok gigi”
Perawat : “Baik kalau begitu pak, saya akan membersihkan karang gigi adek”
(Menyiapkan alat)
Perawat : (setelah menyiapkan alat) “Dek, tadi kan giginya udah kakak periksa,terus gigi
adek ada karang giginya, karang gigi adalah kotoran pada gigi yang mengeras
dan tumbuh sedikit demi sedikit. Awalnya, karang gigi terbentuk ketika bakteri
dalam mulut bercampur dengan protein dan sisa-sisa makanan, dan karang gigi
juga menyebabkan gigi si adek berdarah saat menggosok gigi dan bau nafas.
Nah jadi tindakan yang dilakukan pada gigi adek adalah scalling ya dek, adek
Mau kan?”
Pasien : “Gak mau kak sakit kak!”
Perawat : (Tersenyum) “Tidak dek, tidak sakit kok. Gigi adek hanya dibersihkan dari
karang gigi supaya gigi adek bersih dan adek tidak berdarah lagi giginya ketika
menggosok gigi, sehingga adek merasa nyaman ketika makan dan menggosok
17
gigi. Nah jika tidak dibersihkan nanti di gigi adek menumpuk karang gigi dan
menjadi kuman bisa membuat gigi adek sakit loh”
Pasien : “Iya kak, tapi gak sakit kan kak, aku takut kak kalau sakit”
Perawat : “ tidak sakit kok dek, hanya dibersihkan karang giginya dek
Pasien : “Iya kak, janji gak sakit ya kak!”
Perawat : (Tersenyum) “iya dek Janji tidak sakit dek”
Selesai Perawatan ….
Perawat : “Adek, giginya sudah kakak bersihkan dek, gimana sakit gak?”
Pasien : “Gak sakit kak”
Perawat : “Bener kan yang kakak bilang kalau gak sakit”
Pasien : “Iya kak” (Tersenyum)
Perawat : “Ayo ikut kakak kita kembali ke ruangan yang tadi ya”
Keluar dari ruang perawatan…)

Perawat : “Permisi pak, giginya adek sudah saya bersihkan pak, sekarang tidak ada lagi
karang giginhya”
Ayah Pasien : “ baik mba, apakah ada larangan setelah dilakukan pembersihan mba, misalnya
tidak boleh makan atau minum dulu”
Perawat : “ boleh kok pak, hanya saja kebersihan mulut adek harus diperhatikan ya. Adek
harus rajin menggosok gigi minimal 2x sehari, pagi hari setelah sarapan dan
pada malam hari sebelum tidur”
Ayah Pasien : “Iya mba, terima kasih. Kalau begitu saya pamit dulu ya mba, terima kasih
banyak” (bersalaman) Wassalamualaikum wr.wb”
Perawat : “Waalaikusalam wr.wb”

18

Anda mungkin juga menyukai