DISUSUN OLEH :
NAMA : JANNATI TRIYANA
NIM : PO.71.25.1.19.021
DOSEN PEMBIMBING
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Aplikasi Komunikasi Dalam Kesehatan Gigi. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih terhadap banyak pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca dan bisa di praktekan.
Penulis sangat menyadari, bahwa didalam makalah ini masih sangat banyak kejanggalan
dari makalah yang penulis buat ini dan masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
berharap kepada para pembaca dapat memberikan masukan atau koreksi yang sifat nya
membangun demi untuk menyempurnakan makalah ini untuk masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................1
B. LANDASAN TEORI
Scalling Gigi………………………..……........................................................2
Rasa Takut Pada Anak Dalam Scalling Gigi......................................................3
Tipe-tipe Rasa Takut Pada Anak.......................................................................4
Penyebab Rasa Takut Pada Anak…...................................................................5
Perilaku Anak Saat Scalling Gigi………………………………………….………8
Cara Mengatasi Rasa Takut Anak…………………………………………………8
C. PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
Evaluasi…………………………………………………………………………...14
Dialog……………………………………………………………………………..16
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan gigi komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan gigi. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesame memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar. Untuk itu
perawat gigi memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup
keterampilan, intelektual, tehnical, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku atau kasih
sayang/cinta dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat gigi yang memiliki keterampilan
berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan
klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan professional dalam pelayanan
keperawatan gigi dan meningkatkan citra profesi keperawatan gigi serta citra rumah sakit, tetapi
yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap
sesame manusia. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya
dengan apa yang diharapkannya, survei kepuasan pasien menjadi penting.
Komunikasi sangat bermanfaat supaya menghasilkan suatu informasi. Media komunikasi
bermanfaat agar bisa memproduksi ulang serta mengadakan sebuah ionformasi. Media
komunikasi memiliki fungsi agar bisa mengkomunikasikan serta menyebarluaskan pesan
terhadap komunikan sebagai sasaran informasi. Media komunikasi merupakan sebuah sarana
atau alat yang dipakai sebagai penyampaian pesan dari komunikator kepada khalayak. Media
sangat dominan dalam berkomunikasi ialah panca indera manusia seperti mata, telinga.
Komunikasi juga merupakan jendela yang memungkinkan kita untuk dapat melihat lingkungan
yang lebih jauh, sebagai penafsir yang membantu memahami pengalaman, sebagai landasan
menyampaikan informasi, sebagai komunikasi interaktif yang opini audiens, sebagai penanda
pemberi instruksi atau petunjuk, sebagai penyaring atau pembagi pengalaman dan fokus terhadap
orang lain, cermin merefleksikan diri kita dan penghalang yang menutupi kebenaran. Media
komunikasi sangat berperan penting dengan kehidupan masyarakat. Media komunikasi juga
dijelaskan untuk sebuah sarana yang dipakai untuk memproduksi, mengolah, serta
mendistribusikan untuk menyampaikan sebuah informasi.
1
LANDASAN TEORI
A. Scaling Gigi
Scaling gigi adalah tindakan medis untuk membersihkan karang gigi yang terbentuk
akibat penumpukan plak gigi yang lama kelamaan mengeras. Karena konsistensinya yang keras,
karang gigi tidak bisa dibersihkan dengan sikat gigi biasa.
Perawatan scaling dan pembersihan karang gigi diterapkan untuk menghilangkan kotoran
pada gigi. Dokter gigi kemudian membersihkan atau mengolesi gigi dengan pasta abrasif
menggunakan sikat berputar, ini akan membantu mengobati dan mencegah penyakit gusi. Dokter
gigi juga akan memberikan petunjuk atau saran tentang cara menjaga kebersihan mulut hingga
waktu kunjungan berikutnya, karena ini penting untuk membantu menjaga kesehatan gusi sikap
dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri dibidang kesehatan gigi dan mulut serta
mampu mencapai pengobatan sedini mungkin dengan cara memberikan pengertian kepada
masyarakat tentang pentingnya pemeliharan kesehatan gigi dan mulut.
Gambar 1
Scalling Gigi
2
B. Rasa Takut Pada Anak Dalam Scaling Gigi
Rasa takut terhadap perawatan yang dilakukan oleh dokter/ perawat gigi, pada umumnya
merupakan asumsi pribadi. Ketidaktahuan penderita akan perawatan yang dilakukan oleh dokter/
perawat gigi merupakan faktor utama untuk timbulnya rasa takut. Ada anggapan bahwa
perawatan atau pengobatan gigi ke dokter/ perawat gigi merupakan hukuman penderita terhadap
keadaan gigi dan mulutnya yang buruk. Adanya asumsi di atas akan menjadikan habatan untuk
berobat gigi.
Gambar 2
Semua orang, anak-anak maupun orang dewasa, pasti pernah mengalami kecemasan atau
rasa takut. Merasa takut dalam sebuah situasi adalah kondisi yang sangat tidak menyenangkan.
Namun, pada anak-anak, merasa takut adalah sesuatu yang wajar. Rasa takut dibutuhkan agar
mereka dapat belajar mengatasi beragam situasi di dalam hidup. Takut adalah hal alami yang
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri. Beberapa anak bisa mengatasinya dengan baik,
namun ada sebagian pula yang tidak. Perasaan itu biasanya muncul walau ketika tidak ada
ancaman langsung terhadap dirinya, namun yang bersangkutan merasa ancaman itu nyata. Rasa
takut membuat seseorang ingin segera lari dari situasi yang sedang ia hadapi. Jantung berdegup
kencang, muncul keringat dingin, dan perut terasa berkecamuk. Tapi, tak selamanya rasa takut
berdampak negatif. Manfaat rasa takut antara lain membantu kita tetap waspada dan fokus.
Memiliki rasa takut atau cemas terhadap suatu hal dapat membantu si kecil untuk tetap
pada jalurnya, misalnya anak yang takut dengan api tentu secara alami akan menghindari
bermain dengan korek api. Sebagian anak bisa merasa takut hanya dengan melihat ekspresi orang
3
lain yang sedang ketakutan terhadap hal tertentu. Imajinasi anak yang berkembang “liar” pun
dapat berkontribusi terhadap rasa takut ini. Namun demikian, ada pula anak yang merasa takut
tanpa penyebab yang jelas sekalipun. Biasanya rasa takut pada anak akan hilang dengan
sendirinya pada usia tertentu. Namun jika rasa takut tersebut terus menetap, bahkan mengganggu
aktivitas kesehariannya termasuk tidur, hal tersebut sudah berubah menjadi fobia.
Anak usia sekolah umumnya mempunyai rasa takut terhadap orang yang masih asing
seperti dokter, ataupun dokter gigi, rumah sakit. Peralatan yang digunakan ataupun tindakan
yang dilakukan tenaga kesehatan gigi terlihat di depan mata, di samping bunyi bur yang
mengilukan merupakan faktor penyebab timbulnya rasa takut.
4
1. Rasa takut subjektif
Rasa takut subjektif merupakan rasa takut yang didapatkan dari orang lain dan anak
tersebut tidak mengalaminya sendiri. Anak kecil sangat mudah dipengaruhi. Anak kecil yang
tidak berpengalaman ketika mendengar pengalaman yang tidak menyenangkan atau situasi yang
menimbulkan rasa sakit yang dialami oleh orang tua mereka dengan segera akan menimbulkan
rasa takut pada dirinya. Sesuatu yang dapat menimbulkan rasa takut akan disimpan dalam
ingatannya, segala imajinasi yang dimilikinya, dan rasa takut menjadi bertambah hebat.
Anak memiliki rasa takut yang hebat terhadap suatu hal yang asing. Rasa takut ini akan
menghasilkan rasa takut yang terus menerus sampai anak tersebut dapat membuktikan bahwa
tidak ada ancaman yang dapat mengganggunya. Rasa takutnya merupakan usaha untuk mengatur
situasi yang dia rasa mungkin menyakitkan baginya. Sebelum anak dapat meyakinnkan dirinya,
rasa takut akan tetap berlangsung lama. Pengaruh orang tua sangat penting terhadap
pembentukan perilau anak dalam menjalani perawatan gigi.
Orang tua harus menginformasikan kepada anak tentang apa yang sebaiknya dia lakukan
selama berada di praktek dokter gigi. Anak harus terlebih dahulu diberi gambaran tentang dokter
yang akan merawatnya serta situasi yang dapat timbulnya nanti sebelum membuat janji bertemu
dengan dokter gigi, tidak perlu menceritakan rasa sakit yang begitu hebat kepada anak, tetapi
diperlukan pernyataan yang jujur tanpa emosi yang dilebih-lebihkan. Orang tua mempunyai
pengaruh terhadap pembentukan perilau anak mereka, tetapi rasa takut juga dapat diperoleh dari
teman bermainnya atau dari buku yang sering dia baca, film kartun, radio, televisi dan lain-lain.
Rasa takut tergantung pada intensitas stimulus takut yang sering diterima anak tersebut. Hal yang
sama juga terjadi ketika anak mengamati orang tua. Anak sering mengidentifikasi diri mereka
dnegan orang tuanya, saat orang tua merasa takut, anak akan melakukan hal yang serupa. Rasa
takut anak serta tingkah lakunya yang negatif sangat erat hubungannya dengan rasa takut yang
dimiliki oleh orang tuanya.
5
a. Faktor internal
Rasa takut pada anak terhadap perawatan gigi salah satunya dapat timbul dari dalam diri
anak itu sendiri. Beberapa hal yang dapat menyebakan timbulnya rasa takut dalam diri anak
adalah usia, pengalaman buruk, tempramen dan rasa sakit.
1. Hubungan antara rasa takut anak dengan faktor usia
Dapat dilihat dari perkembangan psikologi anak terhadap kemampuannya menerima
perawatan gigi yang dilakukan. Kemampuan dalam berkomunikasi lisan yang baik dapat
diperoleh pada anak yang berusia di atas empat tahun. Pada usia ini anak dapat menjawab
dengan baik semua intruksi yang diberikan. Anak yang memasuki usia enam tahun, memiliki
kemampuan untuk mengevaluasi rasa takutnya dan dapat memastikan adanya bahaya dari
situasi-situasi yang mengancam dirinya.
2. Tempramen
Tempramen adalah kualitas emosional personal yang relatif sepanjang waktu dan muncul
pada awal kehidupan serta dipercaya pengaruh dari genetik. Tempramen dibagi atas dua yaitu
positif dan negatif. Tempramen yang negatif adalah rasa malu, menangis, menampik,
bersembunyi, takut dan marah, yang ditemukan sekitar 10% dari populasi anak.
Tempramen anak yang positif ditunjukan dengan sikap yang kooperatif dan dapat diajak
bekerjasama dalam perawatan gigi. Tempramen dapat menentukan apakah anak tersebut takut
terhadap perawatan gigi atau mempunyai tempramen yang negatif. Pada kelompok anak dengan
rasa takut pada perawatan gigi yang memiliki tingkah laku yang kooperatif dapat terlihat pada
anak yang berbicara malu-malu. Ini mungkin terjadi pada anak yang peduli bagaimana mereka
harus bersikap selama berkunjung kedokter gigi dan oleh karena itu mereka dapat mengikuti
perawatan gigi. Kelompok anak dengan tempramen positif yang memiliki aktivitas contohnya
anak yang senang bermain bola dengan teman-temannya biasanya tidak takut atau malu-malu
dan bersikap kooperatif selama menjalani prosedur perawatan gigi.
3. Rasa Sakit
Menghadapi seorang penderita anak-anak yang tidak kooperatif, sering menyulitkan
dokter gigi dalam hal melakukan perawatan. Tidak semua dokter gigi dapat mengatasi hal ini
dengan mudah, sementara penderitan memerlukan tindakan darurat secepatnya. Rasa sakit juga
dapat memberi toleransi yang rendah terhadap perawatan gigi dan mulut. Anak-anak kadang
tidak dapat merasakan sakit sedikit sehingga hal ini menjadi sumber rasa takut ketika perawatan
6
kedokter gigi maupun ketempat unit pelayanan kesehatan gigi. Tindakan sederhana akan menjadi
sulit bila penderita tidak kooperatif. Pada saat melakukan perawatan pada penderita anak-anak
hal yang paling sulit dilakukan adalah pendekatan dan manajemen pada penderita, bukan pada
prosedur perawatan itu sendiri. Cara yang paling penting adalah seorang dokter gigi dapat
mengurangi atau menghilangkan rasa tidak nyaman selama perawatan gigi selama perawatan.
b. Faktor eksternal
Beberapa faktor dari luar diri anak yang dapat menimbulkan rasa takut selama prosedur
perawatan gigi adalah latar belakang, rasa takut dari orang tua dan dari tim dokter gigi.
1. Latar belakang
Masalah rasa takut terhadap perawatan gigi telah dilaporkan lebih sering terjadi pada sub
populasi seperti para imigran. Ini disebut imigran sering merasa asing dengan lingkungan mereka
yang baru yang memungkinkan juga mereka merasa takut atau asing untuk dapat pergi kedokter
gigi.
Anak keluarga pengungsi mudah mengalami Post-Traumatic Stress Syndrome yaitu
adanya kecenderungan untuk mengingat kembali hal-hal buruk yang pernah dialami. Seorang
anak ketika menjalani perawatan gigi akan teringat kembali pada kejadian yang dialami selama
di pengungsian. Anak dengan sosial ekonomi yang rendah memiliki kesehatan rongga mulut
yang kurang baik dan menunjukkan rasa takut yang tinggi pada perawatan gigi dan mempunyai
masalah tingkah laku.
2. Rasa takut dari orang tua
Orang tua yang takut terhadap perawatan gigi akan mempengaruhi anaknya ketika
dilakukan perawatan gigi. Terlepas dari rasa takut yang dimiliki anaknya, orang tua yang terlalu
merasa takut sering kali bertanya tentang perawatan yang akan menjadikan orang tua sebagai
model hidup yang takut terhadap perawatan gigi bagi anaknya. Orang tua sering mengancam
anaknya dengan menggunakan kunjungan ke dokter gigi sebagai hukuman atau untuk menakuti
anak agar berperilaku baik. Membicarakan pearwatan gigi didepan anak akan menimbulkan
kecemasan, ketakutan dan akibatnya akan menjadi non-kooperatif.
3. Tim Dokter Gigi
Rasa takut pada anak dapat disebabkan oleh pengelolahan yang kurang tepat oleh tim
dokter gigi. Sikap tim dokter gigi yang kaku atau keras, kurang sabar, kurang menunjukan
kehangatan dan perhatian dapat menyebabkan anak bersifat negatif. Tim dokter gigi harus
7
bersikap lembut ketika merawat pasien anak, mempunyai wibawa serta dapat menjelaskan
perawatan yang akan dilakukan dengan cara yang membuat anak tidak terasa takut.
Sikap yang baik antara sesama tim serta memiliki komitmen yang sama harus dimiliki
oleh setiap anggota dental tim dalam merawat anak. Sikap yang juga penting diketahui oleh tim
dokter gigi adalah memiliki pengetahuan yang baik, tidak hanya tentang gigi tetapi juga tentang
anak, perkembangan anak dan psikologi anak. Seorang anak yang pernah mengalami rasa sakit
dan dirawat di rumah sakit oleh dokter yang berseragam putih, akan menimbulkan rasa takut
pada dokter gigi yang berseragam putih. Dokter gigi ketika merawat anak, sebaiknya tidak
menggunakan seragam putih karena itu akan menimbulkan trauma pada anak tersebut. Ruangan
praktek yang dianggap asing oleh anak dapat dibuat lebih nyaman, misalnya ruang tunggu yang
dilengkapi mainan, gamabaran maupun buku yang berhubungan dengan anak.
8
dengan pembuatan ruang tunggu yang dibuat sedemikian rupa sehingga anak merasa berada di
lingkungan rumahnya sendiri. Membuat ruang penerimaan yang nyaman dan hangat sehingga
anak merasa tidak asing ketika memasukinya, oleh karena itu dekorasi ruangan sangat
memegang peranan penting dan erat kaitannya dengan kondisi psikologis.
Yang harus dilakukan oleh seorang dokter gigi bila berhadapan dengan pasien anak-anak
dengan rasa takut adalah menghilangkan rasa takut anak. Tindakan yang dapat mengurangi rasa
takut itu antara lain, mengurangi ketakutan keluarga pasien, ketakutan pasien sendiri,
mengurangi keributan dan mengurangi perasaan sakit. Hal ini dapat dilakukan dengan
menciptakan hubungan yang baik antara dokter dan pasien anak serta pengertian dari orang tua
anak. Dibawah ini ada beberapa Cara Mengatasi Rasa Takut, yaitu :
a. Lakukan Pendekatan dengan Tepat
Salah satu cara terbaik untuk mengetahui penyebab munculnya rasa takut pada anak
adalah dengan mendekatinya. Cara pendekatan yang dilakukan juga harus berbeda. Buatlah anak
nyaman terlebih dahulu, baru tanyakan apa alasannya. Kadang hal ini tidak bisa berhasil dalam
satu kali coba, bisa diulang dengan pendekatan yang perlahan agar anak mau membuka diri.
b. Beri Semangat
Kalimat positif bagaikan mantra yang bisa membuat anak menjadi lebih berani.
Misalnya, ketika anak takut bertemu dengan orang baru, semangati dengan kata-kata yang
positif, “Ayo kenalan dulu sama Tante, nak. Tante Dini itu teman baik Ibu, lho.” Selain
memberikan semangat, juga harus mencontohkan bagaimana cara mengatasi rasa takut mereka.
c. Jangan Menakut-Nakuti
Orang tua atau orang yang baru ditemui anak sering kali menakut-nakuti anak untuk
mencegahnya melakukan suatu hal. Misalnya, anak ingin diperiksa giginya, lalu orangtua
ataupun tim dokter gigi atau perawat gigi menakut-nakutinya dengan mengatakan, “jangan takut
ya nak, jika takut nanti akan terasa sakit.” Biarkan anak mencoba hal-hal baru agar tidak tumbuh
menjadi anak yang penakut.
9
d. Meyakinkan anak bahwa semuanya baik-baik saja.
Anak- anak yang merasakan perasaan takut pada dirinya biasanya merasakan bahwa ada
sesuatu yang tidak aman pada dirinya, untuk itu sebaiknya tim dokter gigi atau perawat gigi
mengusahakan dan juga meyakinkan pada anak bahwa segala sesuatu yang ditakutinya tersebut
bukanlah hal yang benar-benar harus dianggap serius. Katakan bahwa semuanya akan baik-baik
saja, jangan lupa untuk selalu memberi rasa aman dan juga nyaman pada anak.
10
h. Sebaiknya hindari menertawakan anak saat ketakutan
Jangan pernah meremehkan rasa takut yang anak alamu, karena hal tersebut akan sangat
berimbas kepada mental anak yang semakin memburuk. Dengan berbagai hal ketakutan yang
dialami naka tentu akan menajdikans ebuah nancaman pada anak. Sehingga dalam hal ini
memang mmebutuhkan cara agar bisa mengatasi hal tersebut agar anak bisa jauh lebih
bersemangat dan rasa takut pun akan lebih berkurang.
11
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan gigi komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan gigi.
Rasa takut terhadap perawatan yang dilakukan oleh dokter/ perawat gigi, pada umumnya
merupakan asumsi pribadi. Ketidaktahuan penderita akan perawatan yang dilakukan oleh dokter/
perawat gigi merupakan faktor utama untuk timbulnya rasa takut.
Yang harus dilakukan oleh seorang dokter gigi bila berhadapan dengan pasien anak-anak
dengan rasa takut adalah menghilangkan rasa takut anak. Tindakan yang dapat mengurangi rasa
takut itu antara lain, mengurangi ketakutan keluarga pasien, ketakutan pasien sendiri,
mengurangi keributan dan mengurangi perasaan sakit.
12
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Sunar, Ratri. 2008. Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut. Jakarta : Tim Pustaka
Familia.
Morinaga. 2018. Kenali dan Atasi Rasa Takut Serta Kecemasan Si Kecil. https://morinagaplati
Num.com/id/milestone/kenali-rasa-takut-serta-kecemasan-pada-si-kecil.
(Diakses Pada 16 Maret)
Sariningsih, Endang. 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta : Kelompok Gramedia
Swari, Candra, Risky. 2019. Scaling Gigi, Prosedur, Risiko, Manfaat dan Waktu. https://hello-
Sehat.com/gigi-mulut/perawatan-gigi/scaling-gigi/
(Diakses Pada 16 Maret 2021)
13
EVALUASI
Vignette
1. Setelah seluruh proses scaling selesai, dokter akan meminta pasien membilas mulut dengan
cara berkumur menggunakan cairan yang mengandung fluoride. Tahap ini dilakukan
sebagai perawatan penutup.
Pertanyaan : Langkah diatas merupakan tahap … scaling gigi
A. Pemeriksaan rongga mulut
B. Pembersihan karang gigi
C. Faktor terjadi karang gigi
D. Pembilasan
E. Penggunaan benang gigi
(Jawab : D)
2. Kemampuan dalam berkomunikasi lisan yang baik dapat diperoleh pada anak yang berusia
di atas empat tahun. Pada usia ini anak dapat menjawab dengan baik semua intruksi yang
diberikan.
Pertanyaan : pernyataan diatas merupakan hubungan antara rasa takut anak dengan ....
A. Faktor Usia
B. Emosional
C. Jenis kelamin
D. Faktor Ekonomi
E. Lingkungan
(Jawab : A)
3. Kualitas emosional personal yang relatif sepanjang waktu dan muncul pada awal kehidupan
serta dipercaya pengaruh dari genetik.
Pertanyaan : pernyataan diatas merupakan penyebab rasa takut pada anak pada faktor . . .
A. Internal
B. Eksternal
14
C. Tempramen
D. Genetik
E. Rasa Malu
(Jawab : A)
15
DIALOG
Perawat : “Permisi pak, giginya adek sudah saya bersihkan pak, sekarang tidak ada lagi
karang giginhya”
Ayah Pasien : “ baik mba, apakah ada larangan setelah dilakukan pembersihan mba, misalnya
tidak boleh makan atau minum dulu”
Perawat : “ boleh kok pak, hanya saja kebersihan mulut adek harus diperhatikan ya. Adek
harus rajin menggosok gigi minimal 2x sehari, pagi hari setelah sarapan dan
pada malam hari sebelum tidur”
Ayah Pasien : “Iya mba, terima kasih. Kalau begitu saya pamit dulu ya mba, terima kasih
banyak” (bersalaman) Wassalamualaikum wr.wb”
Perawat : “Waalaikusalam wr.wb”
18