Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENGINDRAAN PENYAKIT

KARIES GIGI

OLEH:

KELOMPOK 11

1. ANA MARIA : 225202100519


2. HERMIANA DUA PRANSA : 225202100541
3. MARIA VIVILIA SULASTRI GEOR : 225202100566

TINGKAT II A

YAYASAN ST. LUKAS KEUSKUPAN MAUMERE

AKADEMI KEPERAWATAN ST. ELISABETH

LELA – MAUMERE – FLORES – NTT

2022/ 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan
Rahmat-Nya penulis dapat menyusun Asuhan keperawatan Gangguan Sistem
Pengindraan Penyakit Karies Gigi.

Penulis menyadari semua kekurangan dan keterbatasan yang ada, sehingga dalam
mengerjakan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai
pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan.

1. Maria Kornelia Ringgi Kuwa, S. St., M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan
Santa Elisabeth yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu di civitas akademika ini
2. Emirensiana Watu S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing serta arahan sehingga dapat
terselesainya Asuhan keperawatan ini.
3. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi dan
masukan-masukan terkait dengan penyusunan Asuhan Keperawatan ini dan juga
untuk kebersamaan kita.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kata
sempurna, baik isi maupun penulisannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca.

Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih dan semoga Asuhan keperawatan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Maumere, Januari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................................4
A. Anatomi fisiologi.........................................................................................................................4
B. Kosep Dasar Penyakit..................................................................................................................5
C. Asuahan Keperawatan Pada Pasien Dengan penyakit karies dentis..........................................16
1. Pengkajian..............................................................................................................................16
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................18
3. Intervensi...............................................................................................................................19
4. Implementasi..........................................................................................................................25
5. Evaluasi..................................................................................................................................25
BAB 111 PENUTUP.............................................................................................................................26
A. Kesimpulan................................................................................................................................26
B. Saran..........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................27

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling
banyak ditemukan di masyarakat. Pada anak–anak karies gigi adalah permasalahan
kesehatan gigi yang paling banyak dikeluhkan. Kesehatan gigi dan mulut yang buruk
akan berdampak kepada kualitas hidup anak karena akan berefek kepada beberapa
aspek seperti bicara dan pengunyahan. Karies gigi juga akan menyebabkan rasa sakit,
ketidaknyamanan, susahnya anak tidur pada malam hari serta mengganggu pola
makan anak (Borges et al., 2012).
Tingkat karies lebih tinggi pada gigi sulung dari pada gigi permanen pada
anak-anak prasekolah di beberapa negara berkembang. Menurut laporan penelitian
oleh pengendalian dan pencegahan penyakit pada tahun 2007 menunjukkan bahwa
karies gigi di Indonesia telah meningkat khususnya pada anak usia balita dan anak
prasekolah, yaitu dari 24% menjadi 28% dimana pada anak usia 2-5 tahun meningkat
70% dari karies yang ditemukan. (Susi et al., 2015).
Karies merupakan suatu penyakit kronis yang paling umum diseluruh dunia
yang menyebabkan kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin, dan sementum).

v
Penyakit ini berkembang karena aspek multifaktorial, aspek biologis hingga aspek
sosial yang harus diperhatikan oleh profesional kesehatan mulut (Veiga, 2016).
Penetapan diagnosis karies yang tepat baik dengan pemeriksaan klinis maupun
dengan pemeriksaan penunjang seperti radiografi diperlukan untuk mengetahui
kerentanan seseorang terhadap karies, aktivitas karies, dan risiko karies dan untuk
menentukan jenis terapi (Hiranya, dkk., 2013) . Indikator karies gigi adalah penentu
keadaan gigi geligi permanen seseorang yang pernah mengalami kerusakan, hilang,
perbaikan yang disebabkan oleh karies gigi, indikator ini bisa menggunakan Indeks
DMF-T (Decayed, Missing, Filled Tooth). Indeks DMF-T diindikasikan sebagai
indeks kesehatan mulut yang paling umum digunakan dan juga direkomendasikan
untuk penilaian surve kesehatan mulut (WHO 2013).
Karies dentis merupakan suatu proses penghancuran setempat jaringan
klasifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi
lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organic secara enzimatis sehingga
terbentuk kavitas (lubang) yang bila di diamkan akan menembus email serta dentin
dan dapat mengenai bagian pulpa (Dorland, 2010).
Karies disebabkan oleh adanya interaksi antara bakteri plak , diet, dan
gigi.plak gigi merupakan suatulapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikrooorganisme dan berkembang biak dalam suatu matriks. Plak gigi ini melekat
erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan dan gusi serta permukaan
keraslainya dalam rongga mulut. Proses tersebut terjadi karena sejumblah faktor
(muitiple fators) di dalam rongga mulut yang berinteraksi satu dengan yang
lain.faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi, mikroorganisme, substrat dan waktu.
Saat ini, streptococcus mutans dianggap mikroorgnisme etiologi utama dalam proses
karies, dengan lactobacillus dan mikroorganisme lain yang berpartisipasi dalam
perkembangan penyakit. Bukti terbaru juga mendukung peran ragi (candida albicans)
sebagai mikrobiota yang terlibat dalam proses karies.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan
padagangguan yang terjadi pada sistem pengindraan yaitu penyakit karies
dentis.

vi
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui anatomi dan fisiologi
karies dentis.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit karies dentis.
c. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada gangguan karies dentis.

C. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah wawasan serta memperoleh pengalaman dalam mengaplikasi
hasil riset keperawatan. Khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan karies dentis dan sebagai bahan acuan bagi
penulis selanjutnya dalam mengembangkan penulisan lanjutan terhadap pasien
dengan masalah karies dentis
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
pengembangan keilmuan khususnya di program DIII Keperawatan.
3. Bagi institusi Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
evaluasi yang perlu dalam pelaksanaan praktik keperawatan terkhusus untuk
pasien dengan masalah kesehatan karies dentis.

vii
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi fisiologi

1) Email
Email merupakan suatu lapisan pelindung mahkota gigi yang terdapat
pada permukaan terluar gigi, berwarna putih dan memiliki sifatyang paling
keras. Kandungan yang terdapat di dalam email adalah kalsium hidroksiapatit
(95%). Email merupakan suatu lapisan yang paling kuatdan rentan terhadap
kries gigi.
2) Dentin
Dentin berada dibawah lapisan email dengan warna yang lebih
kekuningan serta struktur yang lebih lunak. Kandungan dentin terdiri dari
kalsium hidroksiapatit (70%), bahan organik(18%), dan air (12%). Dentin dapat
mengalami regenerasi dengan arah pertumbuhan kearah pulpa.
3) Sementum
Sementum merupakan lapisan yang sangat tipis terutama pada daerah
sevikal atau leher gigi. Sementum memiliki warna yang lebih kuning dari
dentin. Kandungan sementum terdiri dari kalsium hidroksiapatit (65%), bahan
organik (35%), dan air (12%).
4) Pulpa
Pulpa adalah suatu jariangan lunak yang dikelilingi oleh dentin. Pulpa
merupakan bagian atau rongga dari jaringan lunak yang mengandung pembuluh
darah dan saraf, pembuluh darah yang terdapat dalam pulpa berfungsi sebagai

viii
pemberi nutrisi gigi dan saraf yang berfungsi sebagai media pengantar rangsang
dari permukaan gigi ke otak.

B. Kosep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Karies gigi adalah penyakit pada email, dentin, dan sementum yang
menyebabkan demineralisasi progresi dari komponen yang mengalami klasifikasi
dan kerusakan komponen organik dengan pembentukan lubang pada gigi.
Mikroorganisme terdapat pada semua tahap penyakit dan dari haril percobaan
binatang tampaknya menjadi faktor penyebab penting.
Karies terjadi pada daerah permukaan gigi dimana air liur,sisa makanan dan
plak banteri yang berkumpul. Daerah ini terutama adalah bagian servikal gigi,
permukaan interproksimal, dan lubang serta visara gigi. (ADM, George L., 1997)

2. Etiologi
Terjadinya karies gigi disebabkan oleh faktor etiologi dan faktor resiko.
Faktor etiologi adalah faktor primer yang langsung mempengaruhi dalam rongga
mulut, sedangkan faktor resiko adalah faktor tidak langsung yang dapat
mempermudah terjadinya karies gigi.
 Faktor Langsung
a. Host
Host merupakan suatu bagian dari dalam tubuh seperti struktur
dan komposisi gigi yang paling resisten terhadap karies yaitu email.

ix
Bentuk anatomi gigi juga mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu
apabila pit dan fissure dalam maka sis makanan akan lebih mudah
menumpuk danjika dibiarkan dapat berkembang menjadi karies gigi
(ramahyanti dan purnakarya,2013).
b. Mikroorganisme
Mikroorganisme yang dapat menghasilkan karies gigi yaitu
streptococcus muntans dan lactobacilius. Mikroorganisme utama yang
berperan pada poses terjadinya karies gigi yaitu steptococus mutans
kemudian proses pembentukan kavitas akan dilanjutkan oleh
lactobacilius. Plak adalah kumpulan suatu bakteri yang tidak dapat
terklasifikasi yang berupa lapisan lunak, dapat melekat pada seluruh
permukaan gigi tetapi paling sering terdapat padat pada permukaan
yang sulit untuk dibersihkan (Ramahyanti dam purnakarya,2013).
c. Substrat
Substrat merupakan berbagai macam makanan dan minuman
yang dapat mempengaruhi pembentukan plak. Plak gigi dapat
membantu perkembangbiakan serta kolonisasi bakteri. Substrat yang
paling berpengaruh terhadap kejadian karies gigi yaitu makanan yang
banyak mengandung gulla. Konsumsi gula yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam satu hari dapat mengakibatkan pH rongga mulut
menjaddi asam sehingga pembentukan plak lebih mudah terjadi.
d. Waktu
Karies gigi merupakan suatu penyakit dengan proses
perkembangan yang lambat dan terjadi secara bertahap, pekembangan
karies menjadi suatu kavitas kiri-kiri membentuk waktu 6-48 bulan
(Rahmayanti dan purnakarya,2013).
 Faktor Tidak Langsung
a. Usia
Kejadian karies gigi dapat meningkat sering dengan
bertambahnya usia. Anak-anak memiliki resiko tinggi terhada
resikokaries karena sulit melakukan pembersihan gigi padasaatbaru
erupsi.

x
b. Jenis kelamin
Pertumbuhan gigi sulung maupun gigi permanen lebih cepat
terjadi pada wanita. Hal tersebut membuat prevalensi karies gigi lebih
banyak terjadi pada wanita, karena gigi lebih lama terpapar oleh faktor
tiologi dalam rongga mulut.
c. Keturunan
Prevalensi karies gigi yang terjadi pada orang tua dapat
mempengaruhii karies gigi padaanaknya. Orang tua dengan prevalensi
karies tinggi cenderung memiliki anak dengan prevalensi karieen
tinggi. Begitu juga apabila orang tua dengan prevalensi karien rendah
pula. Faktor keturunan belum dipastikan dapat mempengaruhi
prevalensi karies gigi, karena dapat dipengaruhi oleh kebiasaan dan
perilaku pada satu keluarga.
d. Sosial ekonomi
Keadaan ekonomi suatu keluarga dapat mempengaruhi status
karies. Anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah
diketahui memiliki indeks DMF-T (Indeks Prngukuran Karies Gigi
Permanen) yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak dari status
ekonomi tinggi. Suatu ekonomi dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku salah satunya dalam hal memeliharakan gigi dan mulutnya.

3. Patofisiologi
Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi
substrat, mikroorganisme dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan
misalnya sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan akan
membentuk asam, sehingga pH yang terulang-ulang dalam waktu tertentu
mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi (kidd dan Bechal, 2012).
Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak di permukaann gigi.
Plak tebentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa
sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan seprti bakteri. Plak
merupakana tempat tumbuhan baketri. Karies gigi juga disebabkan oleh sukorsa
(gula) dari sisah makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentuh yang
berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5)
yang akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi.

xi
Secara perlahan-lahan demineralisasi akan menyerang ke arah dentin tetapi belum
sampai terjadi pembentukan lubang (kavitas). Kavitas baru timbul bila dentin
terlihat dalam proses tersebut (suryawati, 2010).
Patofisiologi karies gigi pada awalnya asam (H+) Terbentuk karena
adanya gula (sukrosa) dan bakteri dan plak (kokus). Gula (sukrosa) akan
mengalami fementasi oleh bakteri dalam plak hingga akan tebentuk asam dan
dextran. Dextran akan melakukan asam (H+) yang terbentuk pada permukaan
email gigi. Apabila hanya satu kali makan gula (sukrosa) dilakukan berkali-kaali
atau sering makan akan terbntuk asam hingga pH mulut menjadi ±5 (chemiawan
dkk,2004).
Asam dengan pH ±5 ini dapat masuk kedalam email melalui enamel port (port d
´entre). Permukaan email lebih banyak mengandung Kristal fluorapatit yang tahan
terhadap serangan asam sehingga asama hanya dapat melewati permukaan email
dan akan masuk ke bgaian bahwa permukaan email. Asam yang masuk ke bagian
bahwa permukaan email akan melarutkan Kristal hidroksipatit yang ada
(chemiawan,2004) .
Apabila asam yang masuk ke permukaan email sudah banyak, maka reaksi
akan tejadi berulang kali. Jumlah Ca2+ akan keluar dari email. Proses ini disebut
deklasifikasi bagian bawah email (chemiawan dkk,2004).

4. Manifestasi Klinis
Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat
berwarna coklat atau hitam.
Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut
bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang
cukup dalam biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa nyilu bila
gigi terkena rangasan panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan
bertambah besar dan mencapai kamar pulpa, rongga dalam gigi yang berisi
jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan
terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama
kelamaan infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar
pulpa, dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga
terjadi abses.

xii
5. Komplikasi
Berikut ini merupakan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
dengan karies gigi:
a. Gingivitis
Plak yang menumpuk pada gigi dapat menyebabkan infeksi pada
gusi pasien. Penyakit ini ditandai dengan gejala gusi mudah berdarah saat
menggosok gigi. Gusi pada gigi dengan gingivitis juga terlihat merh dan
bengkak.
b. Periodontitis
Apabila gingivitis tidakk ditangani maka infeksi dapat berlanjut
sampai jaringan lunak dan tulang sekitar gusi, yang disebut sebagai
periodontitis. Inflamasi padda gusi akan merusak dua struktur sekitar,
yaitu ligament periodontal dan tulang alveolar. Ligament periodontal
merupakan jarigan yang berfungsi dalam menghubungkan gigi ke tooth
sonket. Tulang alveolar berada pada bagian rahang yang terletak di bawah
gigi berfungsi untuk suplai darah pada gigi. Gejala ini umunya terasa
goyang dan serasa ingin lepas. Apabila sudah terjadi priodonitis, maka
gigi dapat mati dan tangga.
c. Abses gigi
Abeses gigi merupakan peradangan berisi pus pada bagian mulu.
Gejala abses gigi adalah nyeri hebat yang disertai dengan tanda infekssi,
seperti demaam.
d. Thrombosis sinus kavernosus
Thrombosis sinus kavernosus pada pasien karies gigi sangat terjadi
dan mengancam jiwa, infeksi padaa bagian gigi dapat menyebar ke sinus
kavernosus melalui vena fasialis dan pleksus pterygoid. Thrombosis
kemudian akan terjadi dank lot darah kemudian akan mengalir lewat vena
kembali ke jantung. Gejala yang mungkin dapat ditemukan adalah
demam, proptosiis, chemosis (edema konjungtiva), dan oftalmoplegia
eksternal. Dapat menyebabkan terjadinya stroke, meningitis, atau abses
otak.
e. Angina Ludwig
Merupakan selulitis pada bagian submandibular yang memiliki
karakteritik pembengkakan pada region submandibular dengan dasar

xiii
mulut yang terangkat, merupakan lokasi paling sering terjadi komplikasi
angina lludwig.

6. Pemeriksaan Penunjang
Radiograf bitewing diperlukan dalam menegakan diagnosis, pada teknik ini
sinar diarahkan tegak lurus terhadap sumbu gigi dan menyinggung titik kontak.
Film diletakan disebelah lingual gigi posterior, pasien menahan posisi tersebut
dengan menggigit pegangan filmnya.tiap daerah yang diserang karies harus dinilai
secara tersendiri.
Radiograf bitewing digunakan untuk mendeteksi karies dipermukaan
proksimal gigi dan cres alveolar bone baik pada maksilla maupun mandibula yang
secara klinis tidak dapat dideteksi.

7. Penatalaksanaan medis
Setelah diagnosis karies ditegakan, maka ada dua cara pendektan yang
mungkin ditempuh yaitu :

1) Menggunkan usaha preventif untuk mencobah menghentikan penyakit


2) Membuang jaringan yang rusak dan menggantikanya dengan restorasi
disertai usaha pencegahan terhadaprekutensiinya
Kedua pendekatan diatas dipertimbangkan berdasarkan informasi
diagnostik yang diperoleh. Usaha-usaha pencegahan yang dilakukan
berkaitan dengan peran karbohidrat diantaranya adalah:
1) Menurunkan konsumsi sukrosa
2) Mengubah bentuk fisik makanan yang dikonsumsi, misalnya dengan
menghindari makanan yang lengket.
3) Kebiasaan menggosok gigi secara tepat dan benar tentang tata cara dan
secara konsisten atau teratur
4) Selalu memeriksakan kesehatan gigi setidak-tidaknya 6 bulan sekali.

8. Pencegahan Karies Gigi


Menjaga kebersihan mulut adalah merupakan cara terbaik untuk mencegah
terjadinya penyakit-penyakit dalam mulut, seperti: karies gigi dan radang gusi.

xiv
Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling sering ditemukan dalam
mulut, penyebab utama penyakit tersebut adalah plaque.
Beberapa cara pencegahan karies gigi antara lain:
 Plaque control
Plaque control merupakan cara menghilangkan plaque dan mencegah
akumulasinya. Tindakan tersebut merupakan tingkatan utama dalam
mencegah terjadinya karies dan radang gusi. Menurut Wirayuni (2003), ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan plaque control,
antara lain:
a. Scalling
Scalling yaitu tindakan membersihkan karang gigi pada semua
permukaan gigi dan pemolesan terhadap semua permukaan gigi.
b. Penggunaan Dental floss (benang gigi)
Dental floss ada yang berlilin ada pula yang tidak yang terbuat
dari nilon. Floss ini digunakan untuk menghilangkan plaque dan
memoles daerah interproximal (celah di antara dua gigi), serta
membersihkan sisa makanan yang tertinggal di bawah titik kontak.
c. Diet
Diet merupakan makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam
jumlah dan jangka waktu tertentu. Hendaknya dihindari makanan yang
mengandung karbohidrat seperti: dodol, gula, permen, demikian pula
makanan yang lengket hendaknya dihindari. Adapun yang disarankan
dalam plaque control adalah makanan yang banyak mengandung serat
dan air. Jenis makanan ini memiliki efek self cleansing yang baik serta
vitamin yang terkandung di dalamnya memberikan daya tahan pada
jaringan penyangga gigi.
d. Kontrol secara periodik
Kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui
kelainan dan penyakit gigi dan mulut secara dini.
e. Fluoridasi
Fluor adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia
sebagai bahan yang dapat membuat lapisan email tahan terhadap asam.
Menurut YKGI (1999), penggunaan fluor ada dua macam yaitu secara
sistemik dan lokal. Secara sistemik dapat dilakukan melalui air minum

xv
mengandung kadar fluor yang cukup, sehingga fluor dapat diserap oleh
tubuh. Secara lokal dapat dilakukan dengan diteteskan/dioleskan pada
gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor dan diletakkan pada gigi
dengan menggunakan sendok cetak.
f. Menyikat gigi
Menyikat gigi ádalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat
untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar
terhindar dari penyakit gigi dan mulut. Menurut Manson dan Elley
(1993), menyikat gigi sebaiknya dilakukan dengan cara sistematis
supaya tidak ada gigi yang terlampaui, yaitu mulai dari posterior ke
anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya.
Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam menyikat gigi
yang baik, antara lain:
a) Sikat gigi
Sikat gigi yang baik adalah sikat gigi yang mempunyai ciri-
ciri, seperti: bulu-bulu sikat lunak dan tumpul, sehingga tidak
melukai jaringan lunak dalam mulut. Ukuran sikat gigi
diperkirakan dapat menjangkau seluruh permukaan gigi atau
disesuaikan dengan ukuran mulut. Dalam memilih sikat gigi,
yang harus diperhatikan adalah kondisi bulu sikat. Pilihlah bulu
sikat yang terbuat dari nilon karena sifatnya yang elastis
(Budiman, 2009).
b) Pasta gigi
Pasta gigi yang baik adalah pasta gigi yang mengandung
fluor, karena fluor akan bereaksi dengan email gigi dan membuat
email lebih tahan terhadap serangan asam. Pasta gigi yang
mengandung fluor apabila digunakan secara teratur akan dapat
mencegah kerusakan gigi. Pasta gigi mengandung bahan abrasif
ringan seperti kalsium karbonat dan dikalsium fosfat, tetapi baru
sedikit bukti-bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan pasta
gigi dapat meningkatkan efisiensi pembersihan plaque.
Pasta gigi yang mengandung fluorida ternyata sudah
terbukti dapat meningkatkan absorpsi ion fluor pada permukaan
gigi yang akan menghambat kolonisasi bakteri dari permukaan

xvi
gigi. Beberapa pasta gigi tentu juga mengandung bahan-bahan
kimia seperti formaldehid atau strongsium clorida, yang dapat
membantu mengurangi sensitivitas dari akar gigi yang terbuka
akibat resesi gingiva (Manson dan Eley, 1993).
c) Alat bantu menyikat gigi
Menurut Manson dan Elley (1993), beberapa alat bantu
yang digunakan untuk membersihkan gigi adalah: benang gigi,
tusuk gigi, dan sikat sela-sela gigi. Penggunaan benang gigi akan
membantu menghilangkan plaque dan sisa-sisa makanan yang
berada di sela-sela gigi dan di bawah gusi. Daerah-daerah
tersebut sulit dibersihkan dengan sikat gigi.
d) Waktu menyikat gigi
Waktu menyikat gigi yang tepat adalah pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur. Waktu tidur produksi air liur
berkurang sehingga menimbulkan suasana asam di mulut. Sisa-
sisa makanan pada gigi jika tidak dibersihkan, maka mulut
semakin asam dan kumanpun akan tumbuh subur membuat
lubang pada gigi. Sifat asam ini bisa dicegah dengan menyikat
gigi (Budiman, 2009).
e) Teknik menyikat gigi
Menurut Depkes RI (1996), teknik menyikat gigi adalah:
a. Sikatlah semua permukaan gigi atas dan bawah dengan
gerakan maju mundur dan pendek-pendek atau atas
bawah, sedikitnya delapan kali gerakan setiap permukaan
gigi.
b. Permukaan gigi yang menghadap ke bibir disikat dengan
gerakan naik turun.
c. Permukaan gigi yang menghadap ke pipi disikat dengan
gerakan naik turun agak memutar.
d. Permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah disikat
dengan gerakan maju mundur.
e. Permukaan gigi yang menghadap ke langit-langit atau
lidah disikat dengan gerakan dari arah gusi ke permukaan
gigi.

xvii
f. Setelah permukaan gigi selesai disikat, berkumur satu kali
saja agar sisa fluor masih ada pada gigi.
g. Sikat gigi dibersihkan di bawah air mengalir air dan
disimpan dengan posisi kepala sikat gigi berada di atas.

xviii
Patway
Faktor langsung

Faktor tidak langsung

Penurunan pH, mulut menjadi kritis (5,5)

Demineralisasi email

Karies gigi

Infeksi pada mukosa oral, gigi, gusi

Timbul rasa sakit pada gigi

Intake inadekuat

Hambatan rasa nyaman Ketidakseimbangan Gangguan Risiko


nutrisi kurang dari pola tidur infeksi
kebutuhan tubuh

Ansietas

xix
C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan penyakit karies dentis
1. Pengkajian
a. Identitas
- umur : karies bisa menyerang siapa saja, anak-anak (6-14thn) dan
lansia lebih rentan mengalami karies gigi. Karies pada anak-anak
sering kali muncul akibat kebiasaan makan-makanan manis serta
cara menyikat gigi yang kurang baik. Sementara pada lansia,
proses penuaan dapat membuat gusi semakin surut.
- Jenis kelamin : bisa menyerang laki-laki dan perempuan

b. Keluhan utama
Klien merasa ngilu

c. Riwayat kesehatan sekarang


Pengkajian dilakukan untuk mendukung keluhan utama,lakukan
pertanyaan yang bersifatringkas sehingga jawaban yang diberikan
klien hanya kata “ya” atau “tidak” atau hanya dengan anggukan kepala
atau gelengan

d. Riwayat kesehatan sebelumnya


Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita penyakit lain.orang yang sudah pernah terkena
karies dapat terkena karies yang kdua kalinya.

e. Riwayat kesehatan keluarga: apakah ada keluarga yang menderita


karies dentis.

f. Pola fungsional kesehatan


1) Presepsi kesehatan dan cara pemeliharaan kesehatan
Cara klien menjaga kesehatan, dan presepsi terhadap penyakit
atau sakit, tanda dan gejala apa yang sering muncul, perilaku
mengatasi kesehatan.

xx
2) Nutrisi metabolik
Makanan atau minuman : Kebiasaan jajan seperti es, coklat,
dan permen yang sering di konsumsi setiap hari
3) Eliminasi
Pola buang air besar atau air kecil : teratur,frekuensi,warna,
konsistensi, keluan nyeri.
4) Pola aktivitas dan kebiasaan diri
Kemampuan dalam merawat atau menata diri seperti
makan,minum dan tingkat mobilitas.
5) Pola ini yang diaji adalah : jumblah jam tidurpada malam hari,
pagi,dan siang hari, adanya gangguan saat tidur.
6) Pola presepsi dan konsep diri
Pola ini yang dikaji adalah : penilaian terhadap diri mulai dari
peran, ideal diri, konsep diri,gambaran diri, dan identitas
tentang dirinya.
7) Pola peran hubungan
Pola ini yang dikaji meliputi : pekerjaan, status pekerjaan,
kkemampuan bekerja, hubungan antara klien dan keluarganya
dan gangguan peran yang dilakukan.
8) Pola mekanisme koping
Kecemasan terhadap msalah yang dihadapai
9) Pola nilai dan kepercayaan
Pantang dalamagama selam sakit serta kebutuhan rohani

g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Tanda – tanda vital
- TD : Hipertensi/hipotensi
- Nadi : Takikardi/bradikardi
- RR : Takipnea/ bradipnea
- Suhu : Hipertemi/hipotermi
2) Pemeriksaan fisik fokus
- Gigi dan mulut

xxi
Inspeksi : adanya kerusakan gigi, adanya plak dan
lubang.
Perkusi : nyeri terhadap pukulan dan bunyi (redup dan
nyaring)
3) Pemeriksaan diagnostik
- Tes vitalitas
- Pemeriksaan radiografik

2. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan gejala terkait
penyakit
Definisi: merasa kurang nyaman, lega, dan sempurna dalam dimensi
fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya, dan atau sosial
Batasan karakteristik:
- Ansietas
- Menangis
- Kesulitan rileks
- Mengungkapkan tidaknyamanan
- Mengungkapkan ketidakpuasan dengan situasi
- Mengungkapkan distres proskologis
- Berkeluh kesah
- Tidak nyaman dalam situasi
2. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan kurang suplai makanan
Definisi: asupan tidak cukup untuk memenuhi kebuthan metabolik
Batasan karakteristik:
- Bising usus hiperaktif
- Asupan makan kurang dari (RDA)
- Membran mukosa pucat
- Letargia
- Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
3. Gangguan pola tidur (00198) berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
Definisi: keterbatasan waktu terjaga kerena faktor eksternal
Batasan karakteristik:

xxii
- Kesulitan memulai tidur
- Kesulitan mempertahankan tetap tidur
- Mengungkapkan ketidakpuasan tidur
- Siklus tidur-bangun nonrestoratif
4. Ansietas (00146) berhubungan dengan nyeri
Definisi: suatu respon emosional terhadap suatu ancaman luas ketika
individu mengantisipasi kemunculan bahaya, bencana, atau kerugian non
spesifik
Batan karakteristik:
- Menangis
- Penurunan produktivitas
- Mengungkapkan ansietas tentang perubahan hidup
- Mengungkapkan rasa tidak aman
- Insomnia
- Mulut kering
- Wajah memerah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan Risiko infeksi (00004) berhubungan
dengan supresi respon inflamasi
Definisi: Rentan pada invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang
dapat mengganggu kesehatan
Batasan karakteristik :
- Perubahan kemampuan meneruskan aktivitas
- Kesulitan mengelola perawatan luka
- Kurang pengetahuan untuk menghindari pajanan patogen
- Kurang literasi kesehatan
- Kurang hygiene lingkungan

3. Intervensi

Tujuan dan Intervensi


Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) (NOC) Rasional

xxiii
Hambatan rasa Kriteria hasil: Manejemen Nyeri 1. Mengetahui
nyaman (00214) Setelah dilakukan tindakan (1400): kualitas nyeri yang
berhubungan keperawatan...jam diharapkan 1. Lakukan pengkajian dirasakan pasien
dengan gejala pasien mampu untuk: nyeri komprehensif 2. Mengetahui skala
terkait penyakit 1. Menentukan kontrol nyeri yang meliputi lokasi, nyeri yang
dengan indikator : karakteristik, dirasakan pasien
a. Mengenali faktor onset/durasi, kualitas, 3. Komunikasi
penyebab dari skala 2 intensitas atau beratnya terapeutik adalah
jarang menjadi skala 4 nyeri dan faktor proses dimana
sering melakukan pencetus perawat
b. Mengenali omset 2. Observasi adanya menggunakan
lamanya sakit dari skala petunjuk nonverbal pendekatan
2 jarang menjadi skala mengenai terencana dalam
4 sering melakukan ketidaknyamanan mempelajari klien.
c. Menggunakan metode terutama pada mereka Strategi komunikasi
pencegahan dari skala 2 yang tidak dapat digunakan untung
jarang menjadi skala 4 berkomunikasi secara mengetahui
seing melakukan efektif penyebab nyeri
d. Menggunakan non 3. Gunakan strategi 4. Untuk menentukan
analgetik sesuai komunnikasi terapeutik intervensi tindakan
kebutuhan dari skala 2 untuk mengetahui yang akan diberikan
jarang menjadi skala 4 pengalaman nyeri dan 5. Mengurangi
sering melakukan sampaikan penerimaan ketegangan otot,
e. Menggunakan analgetik pasien terhadap nyeri menurunkan
sesuai kebutuhan dari 4. Gali pengetahuan dan intensitas nyeri dan
skala 2 jarang menjadi kepercayaan pasien mengalihkan pasien
skala 4 sering mengenai nyeri dari rasa nyeri
melakukan 5. Kaji tipe dan sumber 6. Mengurangi/
nyeri menhilangkan rasa
6. Ajarkan tentang teknik nyeri yang dialami
nonfarmakologi : napas pasien
dalam, relaksasi, 7. Nyeri lebih dapat
distraksi, kompres teratasi
hangat/dingin
xxiv
7. Berikan analgentik 8. Menurunkan rasa
untuk mengurangi nyeri sebelum
nyeri terjadi nyeri kronis
8. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
9. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan berhasil
10. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang, dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur.

Ketidaseimbang Kriteria hasil: Manajemen Nutrisi 1. Mengetahui status


an nutrisi kurang (1100): gizi pasien
Setelah dilakukan tindakan
dari kebutuhan 1. Tentukan status gizi 2. Mencegah makanan
keperawatan...jam diharapkan
tubuh (00002) dan kemampuan pasien kurang nutrisi bagi
pasien mampu untuk:
berhubungan untuk memenuhi pasien
dengan kurang 1. Menunjukkan tingkat kebutuhan gizi 3. Memenuhi
suplai makanan kelemahan dengan 2. Tentukan apa yang kebutuhan protein
indikator: menjadi prefensi pasien
a. Asupan gizi dari skala 2 makanan bagi pasien 4. Mengetahui total
banyak menyimpang 3. Tentukan jumlah kalori dan jumlah
dari rentang normal makanan dan kalori asupan makanan
ditingkatkan ke skala 4 untuk memenuhi yang diperlukan
sedikit menyimpang kebutuhan gizi oleh tubuh pasien
dari normal 4. Monitor kalori dan
b. Asupan makanan dari asupan makanan 1. Mendapatkan
skala 2 banyak gambaran tentang
Manajemen Energi
menyimpanng dari asuhan keperawatan
(0180):

xxv
normal ditingkatkan ke 1. Kaji status fisiologis pada pasien dengan
skala 4 sedikit pasien yang anemia
menyimpang dari menyebabkan 2. Mengetahui respon
rentang normal kelelahan pasien mengenai
2. Ajarkan pasien untuk kondisi yang dialami
mengungkapkan 3. Mempercepat proses
perasaan secara verbal penyembuhan dan
3. Perbaiki defisit status peningkatan daya
fisiologis pasien tahan tubuh
4. Pilih intervensi untuk 4. Mengetahui energi
mengurangi kelelahan yang adekuat
baik secara 5. Mengetahui faktor
farmakologi maupun penyebab nyeri
non farmakologi 6. Mempercepat proses
5. Monitor intake/asupan penyembuhan
nutrisi
6. Monitor lokasi sumber
nyeri yang dialami
pasien
7. Tingkatkan tirah baring
dan kurangi kegiatan

Gangguan pola Kriteria hasil: Terapi relaksasi (6040): 1. Mengurangi


tidur (00198) Setelah dilakukan tindakan 1. Ciptakan lingkunga ketegangan dan
berhubungan keperawatan...jam diharapkan yang tenang dan tanpa memberikan rasa
dengan nyeri pasien mampu untuk: distraksi dengan lampu nyaman untuk
yang dirasakan 1. Jam tidur dari skala 2 yang redup, suhu proses tidur pasien
banyak terganggu lingkungan yang 2. Mengurangi nyeri
ditingkatkan menjadi nyaman jika akibat suara yang
skala 4 sedikit terganggu memungkinkan keras
2. Pola tidur dari skala 2 2. Gunakan suara yang 3. Tindakan relaksasi
banyak terganggu lembut dengan irama bertujuan
ditingkatkan menjadi yang lambat untuk mengalihkan
skala 4 sedikit terganggu setiap kata perhatian dan

xxvi
3. Kesulitan memulai tidur 3. Dapatkan perilaku yang mengurangi nyeri
dari skala 2 cukup berat menunjukkan yang dirasakan
ditingkatkan menjadi terjadinya relaksasi pasien
skala 3 sedang misalnya bernapas 4. Mempercepat proses
dalam, menguap, pemulihan
pernapasan perut, atau
bayangan yang
menenangkan
4. Evaluasi dan
dokumentasikan respon
terhadap terapi
relaksasi
Ansietas Kriteria hasil: Pengurangan Kecemasan 1. Menjalin
(00146) Setelah dilakukan tindakan (5820): hubungan
berhubungan keperawatan...jam diharapkan 1. Gunakan pendekatan terapeutik yang
dengan nyeri pasien mampu untuk: yang tenang dan baik dengan
1. Memantau intensitas meyakinkan pasien
kecemasan dari skala 4 2. Jelaskan prosedur 2. Membantu
sering dilakukan termasuk sensasi yang mengurangi
ditingkatkan ke skala 2 akan dirasakan yang kecemasan yang
jarang dilakukan mungkin dialami klien dirasakan klien
2. Mengurangi penyebab selama prosedur 3. Membantu
kecemasan dari skala 4 dilakukan meringkankan
sering dilakukan 3. Dorong keluarga untuk kecemasan yang
ditingkatkan ke skala 2 mendampingi klien dirasakan klien
jarang dilakukan dengan cara yang tepat. 4. Untuk
3. Mengurangin 4. Identifikasi pada saat mengetahui
rangsangan lingkungan terjadi perubahan pada adanya
ketika cemas dari skala tingkat kecemasan perubahan atau
4 sering dilakukan 5. Bantu klien gejala penyakit
ditingkatkan ke skala 2 mengidentifikasi situasi 5. Membantu
jarang dilakukan yang memicu memberikan
4. Menggunakan teknik kecemasan rasa aman dan
6. Instruksikan klien nyaman untuk
xxvii
relaksasi untuk untuk menggunakan mengurangi
mengurangi teknik relaksasi kecemasan
kecwemasan dari skala 7. Atur penggunaan obat- 6. Membantu
1 tidak pernah obatan secara tepat mengurangi/
dilakukan ditingkatkan mengalihkan
menjadi skala 4 sering klien dari
dilakukan perasaan cemas
7. Penggunaan
obat-obatan
yang tepat dapat
mengurangi
kecemasan yang
dilamani klien
Risiko infeksi Kriteria hasil: Kontrol Infeksi (6450): 1. Mencegah
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan sebelum transmisi
dengan Risiko keperawatan...jam diharapkan dan sesudah melakukan mikroorganisme
infeksi (00004) pasien mampu untuk: perawatan ke pasien 2. Teknik
berhubungan 1. Menunjukkan kontrol 2. Pastikan teknik perawatan luka
dengan supresi tingkat infeksi dengan perawatan luka yang yang tepat
respon inflamasi indikator: tepat mencegah
a. Mengidentifikasi faktor 3. Ajarkan pasien dan timbulnya
risiko infeksi dari skala keluarga tanda dan infeksi
2 jarang menunjukkan gejala infeksi dan 3. Mencegah
ditingkatkan ke skala 4 kapan harus melapor timbulnya
sering ditunjukan pada tenaga kesehatan infeksi
b. Mengetahui perilaku 4. Kolaborasi untuk 4. Antibiotik
yang hubungan dengan memberikan antibiotik bertujuan untuk
risiko infeksi dari skala yang sesuai membunuh/me
2 jarang menunjukkan matikan kuman
ditingkatkan ke skala 4 penyebab
sering ditunjukan infeksi
c. Mempertahankan
lingkungan yang bersih

xxviii
dari skala 2 jarang
menunjukkan
ditingkatkan ke skala 4
sering ditunjukan.

4. Implementasi
Melaksanaakan tindakan sesuai dengam intervensi yang telah
direncanakan dan dilakukan sesuai kebutuhan klien /pasien tergantung pada
kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi peredaran nyeri, mengontrol
ansietas, pemahaman dan penerinmaan penanganan, pemenuhan aktivitas
perawatan diri termaksud pemberian obat, pencegahan isolasi sosial dan upaya
komplikasi.

5. Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua
tindakan yang telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan
terhadap klien sesuai dengan kriteria hasil yang di harapkan.

xxix
BAB 111

PENUTUP

A. Kesimpulan
Karies dentis merupakan suatu proses penghancuran setempat jaringan
klasifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi
lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organic secara enzimatis sehingga
terbentuk kavitas (lubang) yang bila di diamkan akan menembus email serta dentin
dan dapat mengenai bagian pulpa (Dorland, 2010).

B. Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayan yang
baik dapa klien Karies Dentis
2. Bagi keluarga dan pasien
Dapat menambah pengetahuan tentang perawatan gigi dan mulut agar dapat
terhindar dari masalah Karies Dentis.

xxx
DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddart, 2002, buku ajar keperawatan medikal bedah, ahli bahasa: Waluyo Agung.,
Yasmin Asih., Juli, EGC, Jakarta

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. USA:
Elsevier

Herdman, Heather. 2021. NANDA-I Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2021-
2023. Edisi 12. Editor Bahasa Indonesia, Monica Ester. Jakarta : EGC

Hidayat, A dan Aziz Alimul. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Jacob, A., R. Rekha., Tarachand, J, S. (1994). Buku Ajar : Clinical Nursing Procedures.
Jakarta : Binapura Angkasa.

Kasyanti, Eni. 2014. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) Measurement of Health
Outcomes Fifth Edition. USA: Elsevier Mosby

Suryono, dkk. 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Edisi 3, Balai Penerbit FKUI

xxxi

Anda mungkin juga menyukai