Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BLOK 8 SKENARIO 1

KARIES

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed.

PENANGGUNG JAWAB:

drg. Darmawangsa, M.Kes

Oleh:
KELOMPOK 3
Nur Fajriya Yunita – 1810070110020 (Ketua)
Nanda Apricilia Azizah – 1810070110067 (Sekretaris)
Dilla Rizki Putri Alinar – 1810070110069
Nadia Yasmin – 1810070110023
Niya Putriza Tilana – 1810070110034
Agri Viany Zulian – 1810070110069
Hamna Marwi – 1810070110039
Dinda Zulkarnain - 1810070110017
Nanda Afifah – 1810070110046
Laras Arisanti – 1810070110033
Tri Andika Putri – 1810070110055
Nada – 1810070110080
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah.
Makalah ini memuat pembahasan dari hasil tutorial langkah 1-7. Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 6

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 7

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Klarifikasi Istilah .............................................................................. 8

2.2 Penetapan Masalah ........................................................................... 9

2.3 Curah Pendapat ................................................................................ 9

2.4 Analasis Permasalahan ..................................................................... 11

2.5 Tujuan Pembelajaran ......................................................................... 11

2.6 Penjelasan Secara Sistematik ............................................................ 12

BAB III PENUTUP ............................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 28

3
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.6.1 Karies....................................................................................12

Gambar 2.6.2 Karies Email, Dentin, Pulpa................................................. 21

4
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 2.1 Analisis Masalah………………………………..……….........11

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karies gigi merupakan penyakit mulut yang prevalensi dan morbiditasnya
sangat tinggi, tidak ada satu wilayah di dunia yang bebas dari karies gigi.
Karies gigi menyerang semua orang, semua umur, baik laki-laki maupun
perempuan, semua suku, ras dan pada semua tingkatan status sosial ekonomi..
Karies gigi di negara-negara yang sedang berkembang mulai mengalami
peningkatan, terutama pada anak usia prasekolah. Karies gigi pada anak usia
prasekolah atau Early Childhood Caries (ECC) menjadi suatu masalah
kesehatan masyarakat karena prevalensinya tinggi dan perkembangan
penyakitnya yang sangat cepat sehingga menyebabkan kerusakan pada gigi
desidui.
Prevalensi nasional masalah gigi-mulut adalah sebesar 23,4 % dengan
proporsi di daerah perkotaan dan pedesaan yang hampir sama yaitu 21,9 dan
24,4 serta proporsi jenis kelamin yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan yaitu 22,5 dan 24,3. Prevalensi nasional anak usia 1-9 tahun yang
mempunyai masalah gigi-mulut adalah sebesar 28,4 %. Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi yang mempunyai
prevalensi masalah gigimulut dan karies aktif di atas prevalensi nasional, yaitu
sebesar 23,6 % dan 52,3 %. Indeks DMF-T nasional adalah 4,85, yang berarti
bahwa rata-rata kerusakan gigi pada penduduk Indonesia adalah 5 buah gigi
perorang, yang menurut klasifikasi WHO merupakan kategori tinggi
(Departemen Kesehatan RI., 2008). Menurut Kuswandari (2006) prevalensi
karies gigi pada anak usia 3-6 tahun di Kota Yogyakarta adalah sebesar 84.1%
dengan angka deft rata-rata sebesar 5.80. Hampir semua kasus karies tersebut
(99.77%) tidak dilakukan perawatan, bahkan 10% dari kelompok anak usia 3
tahun telah menderita abses dan tinggal akar gigi.

6
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari karies?
2. Bagaimana etiologi dari karies?
3. Bagaimana patofisiologi dari karies?
4. Bagaimana cara pemeriksaan pada karies?
5. Bagaimana diagnosa dari karies?
6. Apa saja jenis – jenis dari karies?
7. Bagaimana pengobatan pada karies?
8. Apa saja prinsip – prinsip preparasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari karies
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari karies
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari karies
4. Untuk mengetahui dan memahami cara pemeriksaan pada karies
5. Untuk mengetahui dan memahami diagnosa dari karies
6. Untuk mengetahui dan memahami jenis – jenis dari karies
7. Untuk mengetahui dan memahami cara pengobatan pada karies
8. Untuk mengetahui dan memahami prinsip – prinsip preparasi

7
BAB II
PEMBAHASAN

Skenario 4

LOBANG GIGI

Seorang laki – laki berusia 30 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah ingin


menambal gigi belakang yang berlobang. Pasien mengatakan bahwa gigi ersebut
belum pernah sakit. Pemeriksaan intra oral gigi 37 karies bagian oklusal, tes
sondase (+), tes termah (-), palpasi (-), dan perkusi (-). Dokter gigi mendiagnosa
gigi 37 karies media dan menerangkan bagaimana proses gigi berlobang serta
macam – macam gigi berlobang. Selanjutnya dokter gigi menambal 37 dengan
resin komposit.

1. Klarifikasi istilah
 Karies Media : karies yang mengenai email dan telah mencapai
dentin.
 Oklusal : hubungan antara gigi-gigi di rahang atas dan bawah
waktu mulut dalam keadaan tertutup.
 Perkusi : metode yang digunakan untuk menentukan adanya radang
pada jaringan periodontal dengan cara mengetuk gigi secara ringan
menggunakan tangkai instrumen.
 Tes Termal : salah satu cara untuk mengevaluasi vitalitas pulpa
atau sensitivitas pulpa dengan tes dingin atau tes panas.
 Tes Sondase : pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara
menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk
mengecek ada kavitas atau tidak.
 Karies : sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur jaringan
keras gigi, penyakit ini ditandai dengan gigi berlubang. Jika tidak
ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, kematian saraf
gigi (nekrose) dan infeksi periapikal dan infeksi sistemik yang bisa
membahayakan penderita, dan bahkan bisa berakibat kematian.

8
 Palpasi : dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan ringan
untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit.

2. Penetapan permasalahan
 Kenapa tidak merasakan sakit pada gigi 37 yang terkena karies ?
 Mengapa dokter lebih memilih bahan resin komposit ?
 Apa saja macam macam gigi berlobang ?
 Faktor resiko penyebab terjadi nya karies ?
 Bagaimana proses gigi berlobang ?
 Bagaimana pencegahan karies ?
 Apa saja tanda dan gejala dari karies ?
 Bagaimana prinsip preparasi gigi ?
 Bagaimana pengobatan karies ?

3. Curah pendapat
 Kenapa tidak merasakan sakit pada gigi 37 yang terkena karies ?
Jawab : karena belum sampai ke pulpa dan hanya menderita karies
media.
 Mengapa dokter lebih memilih bahan resin komposit ?
Jawab : memiliki nilai estetika yang lebih bagus dan terjaga karena
bahan tersebut juga memiliki warna sewarna gigi.
 Apa saja macam macam gigi berlobang ?
Jawab : karies email pada lapisan ini tidak menyebabkan nyeri dan
warna lebih putih, karies dentin akan terasa nyeri jika terkena
rangsangan, karies pulpa yaitu infeksi bakteri telah masuk ke
dalam sistem saraf dan rasa nyeri yang hebat. Berdasarkan
kedalaman karies superfisial, media, profunda, karies penetresi
pulpa.
 Faktor resiko penyebab terjadi nya karies ?
Jawab : dari dalam mulut adalah dari gigi, saliva,faktor
mikroorganisme, faktor sisa makanan,faktor waktu, dari luar mulut
adalah lingkungan dan pelayanan kesehatan yg diterima, dengan

9
tidak menggunakan pasta gigi mengandung floride, terlalu banyak
mengonsumsi makanan manis berlebihan, umur tidak menentukan
penyebabnya karies.
 Bagaimana proses gigi berlobang ?
Jawab : Awalnya, bakteri menyebabkan kerusakan gigi di bagian
enamel (lapisan luar). Pada tahap ini masih disebut pre-cavity.
Ketika kondisi ini dibiarkan begitu saja, pembusukan bakal
berlanjut ke lapisan dentin (lapisan tengah gigi). Namun, bila
kondisi tersebut dibiarkan begitu saja, lubang gigi makin dalam
hingga mencapai inti gigi. Inti gigi adalah jaringan lunak di bawah
dentin. Saat lubang sampai ke inti gigi, efeknya bisa
mengakibatkan infeksi dan nyeri. Ketika sudah sampai ke tahap
ini, ada risiko kehilangan gigi yang sudah berlubang.
 Bagaimana pencegahan karies ?
Jawab : hindari mengonsumsi makanan mengandung asam
berlebihan , memakai pasta gigi floride, membersihkan sela2 gigi
setiap hari dan rutin kunjungan ke dokter.
 Apa saja tanda dan gejala dari karies ?
Jawab : munculnya bercak dan lubang pada gigi, gigi menjadi lebih
sensitif.
 Bagaimana prinsip preparasi gigi ?
Jawab : Outline Form (menetukan batas-batas perluasan)
membuang semua jaringan karies dan fisur yang dalam, membuang
jaringan email yang tidak didukung dentin, Resistance Form
membentuk kavitas agar restorasi maupun giginya tidak pecah atau
tahan terhadap tekanan pengunyahan, Retention Form
membentuk kavitas agar restorasi tidak bergerak dan tidak mudah
lepas, Convenience Form membentuk kavitas yang memudahkan
pemasukan atau insersi atau pemasangan bahan restorasi,
Removing The Remaining of The Carious Dentin membuang
jaringan karies yang masih tersisa, Finishing The Enamel Wall
and Margin menghaluskan dan membentuk sudut pada dinding

10
email, Toilet of Cavity
membuang semua jaringan yang masih tertinggal, memeriksa, dan
menghaluskan dinding kavitas dengan kapas.
 Bagaimana pengobatan karies ?
Jawab : perawatan saluran akar, karies ringan memerlukan perawatan
tambal, jika rusak parah akan dilakukan pencabutan gigi.

2.1 Analisis Masalah

Karies

Definisi Etiologi Patofisiologi Pemeriksaan

Jenis Pengobatan

2.2 Tujuan Pembelajaran


1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari karies.
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari karies.
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari karies.
4. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan karies.
5. Untuk mengetahui dan memahami jenis – jenis karies.
6. Untuk mengetahui dan memahami pengobatan karies.
7. Untuk mengetahui dan memahami prinsip preparasi.

11
 Penjelasan Secara Sistematik

A. Definisi Karies
Menurut kamus kedokteran gigi karies merupakan gigi
berlubang (Babbush, dkk., 2014). Karies merupakan infeksi
kronis pada gigi yang disebabkan oleh flora normal pada
rongga mulut. Hasil akhir produksi asam oleh bakteri dari
bahan karbohidrat yang dapat menjadi awal mula terjadinya
karies. Lapisan enamel akan kehilangan strukturnya, jika
berkembang maka akan terjadi karies pada enamel hingga
mengenai dentin hingga pulpa (Samarayanake, 2012).
Karies gigi merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan
keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang mengalami
proses kronis regresif. Karies gigi terjadi karena adanya
interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm
dan diet, terutama komponen karbohidrat yang dapat
difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama
asam laktat dan asetat. Yang ditandai dengan adanya
demineralisasi jaringan keras gigi dan rusaknya bahan organik
akibat terganggunya keseimbangan email dan sekelilingnya,
menyebabkan terjadinya invasi bakteri serta kematian pulpa
bakteri dapat berkembang ke jaringan periapeks sehingga
dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi.

Gambar 2.6.1. Karies

12
B. Etiologi Karies
Karies terjadi bukan disebabkan karena suatu kejadian saja
seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian
proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada tahun
1960-an oleh Keyes dan Jordan menyatakan bahwa karies
merupakan suatu penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa
faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga
faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau
tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, dan
ditambah faktor waktu
1. Host
Enamel merupakan jaringan keras gigi dengan susunan
kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium,
fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%.
Lapisan luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih
sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat, dan sedikit
karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat
menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel
mengandung mineral maka kristal enamel padat dan enamel
akan semakin resisten. Gigi desidui lebih mudah terserang
karies dibandingkan dengan gigi permanen, karena enamel
gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan
air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi
permanen.
2. Mikroorganisme
Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak merupakan suatu lapisan lunak yang
terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak
di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan.10 Proses terjadinya
kerusakan pada jaringan keras gigi melalui suatu reaksi
kimiawi oleh bakteri, dimulai dengan proses kerusakan
bagian anorganik, kemudian berlanjut pada bagian organik.

13
Bakteri berperan penting pada proses terjadinya karies gigi,
karena tanpa adanya bakteri maka karies gigi tidak dapat
terjadi.14 Terdapat berbagai spesies bakteri yang berkoloni
di dalam rongga mulut untuk menghasilkan asam sehingga
terjadi proses demineralisasi pada jaringan keras gigi. Salah
satu spesies bakteri yang dominan di dalam mulut yaitu
S.mutans. Telah banyak penelitian yang membuktikan
adanya korelasi positif antara jumlah bakteri S. mutans pada
plak gigi dengan prevalensi karies gigi.

3. Substrat atau Diet


Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan
plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung
mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang
dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein
hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi.
4. Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis
pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa
bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies
untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan.

C. Patofisiologi Karies
Terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi, substrat,
mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan
misalnya sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri
tertentu dan akan membentuk asam, sehingga pH plak akan
menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit. Penurunan

14
pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi (Kidd dan Bechal, 2012).Proses
terjadinya karies dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi.
Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah
seperti musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan
sisa makanan serta bakteri. Plak merupakan tempat tumbuh
bakteri (Suryawati, 2010). Karies gigi juga disebabkan oleh
sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel
pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan
menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan
menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies
gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi akan menyerang ke
arah dentin tetapi belum sampai terjadi pembentukan lubang
(kavitas). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses
tersebut (Suryawati, 2010).
Patofisiologi karies gigi pada awalnya asam (H+) terbentuk
karena adanya gula (sukrosa) dan bakteri dalam plak (kokus).
Gula (sukrosa) akan mengalami fermentasi oleh bakteridalam
plak hingga akan terbentuk asam dan dextran. Dextran akan
melekatkan asam (H+) yang terbentuk pada permukaan email
gigi. Apabila hanya satu kali makan gula (sukrosa), maka asam
(H+) yang terbentuk hanya sedikit. Tapi bila konsumsi gula
(sukrosa) dilakukan berkali-kali atau sering maka akan terbentuk
asam hingga pH mulut menjadi ±5 (Chemiawan dkk, 2004).Asam
dengan pH ±5 ini dapat masuk ke dalam email melalui enamel
port (port d’entre). Permukaan email lebih banyak mengandung
kristal fluorapatit yang tahan terhadap serangan asam sehingga
asam hanya dapat melewati permukaan email dan akan masuk ke
bagian bawah permukaan email. Asam yang masuk ke bagian
bawah permukaan email akan melarutkan kristal hidroksiapatit
yang ada (Chemiawan dkk, 2004).Apabilaasam yang masuk ke
permukaan email sudah banyak, maka reaksi akan terjadi

15
berulang kali. Jumlah Ca2+yang lepas bertambah banyak yang
lama kelamaan Ca2+akan keluar dari email. Proses ini disebut
dekalsifikasi yang terjadi pada bagian bawah email maka biasa
disebut dekalsifikasi bagian bawah email

D. Pemeriksaan Karies
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan ekstraoral dimulai dengan mengamati keadaan
menyeluruh pasien, wajah dan leher pasien khususnya kontur
wajah pasien, bibir, dan hubungan maksila-mandibula, ada
tidaknya demam, asimetri wajah, pembengkakan, diskolorisasi,
warna kemerahan, bekas luka ekstra oral atau pemeriksaan sinus,
pembengkakan limfonodi fasial atau servikal setiap abnormalitas,
seperti pembengkakan atau inflamasi, harus diperhatikan dan
diteliti lebih lanjut. Sendi temporomandibula harus dipalpasi
selama gerak membuka dan menutup mulut, dan setiap
abnormalitas dicatat.
2. Pemeriksaan intra oral
Pemeriksaan dimulai dengan memeriksa penampilan gigi-geligi
dan bibir serta sampai seberapa jauh gigi terlihat ketika
tersenyum dan melakukan gerakan fungsional. Ciri-ciri seperti
perubahan warna, substansi gigi, atau restorasi, kurangnya
keharmonisan susunan gigi dan bentuk gigi, dan adanya plak dan
gingivitis sedemikian rupa sehingga mempengaruhi estetik juga
patut dipertimbangkan.
Pemeriksaan perubahan warna, inflamasi, ulserasi, dan
pembentukan sinus tract pada mukosa alveolar dan attached
gingiva juga dilakukan. Adanya sinus tract biasanya
menunjukkan adanya pulpa nekrotik atau abses periodontal. Cara

16
mengetahui asal lesi dengan meletakkan gutta percha ke sinus
tract.
A. Pemeriksaan Visual
Pada pemeriksaan intraoral, dokter gigi membutuhkan kaca
mulut, sonde lurus, dan sonde bengkok seperti Briault, untuk
memeriksa tepi aproksimal restorasi. Untuk mengukur
kedalaman poket diperlukan sonde berskala seperti sonde
William. Pada pemeriksaan visual, digunakan alat seperti kaca
mulut dan eksplorer untuk memeriksa karies, karies rekuren,
keterlibatan pulpa, fraktur mahkota dan kerusakan restorasi.
B. Tes Perkusi
Tes Perkusi ini guna menentukan adanya patosis pulpa dan
jaringan periapikal. Caranya dengan mengetuk permukaan insisal
atau oklusal dengan ujung pegangan kaca mulut yg diletakkan
paralel dengan aksis gigi. Tes perkusi dilakukan dengan
mengetukkan secara lembut mahkota dengan instrumen ringan,
contohnya ujung kaca mulut. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi
adanya inflamasi jaringan periapikal. Jika terdapat inflamasi, gigi
akan bereaksi seperti piston dalam soketnya. Jaringan periapikal
dapat mengalami inflamasi sebagai hasil dari nekrosis pulpa atau
trauma. Interpretasi tes perkusi dinyatakan sebagai berikut:
• Hasil (+) tajam: inflamasi periapikal
• Hasil (+) ringan-sedang: inflamasi sedang (inflamasi
periodontal ligamen)
C. Tes Palpasi
Tes palpasi ini guna menentukan adanya proses inflamasi yang
sudah sampai ke periapikal. Tes palpasi dilakukan dengan
menekan mukosa sejajar apeks. Palpasi pada mahkota gigi dapat
menyatakan kehilangan atau perlunakan akar, yang memerlukan
investigasi lebih lanjut. Jika terasa halus dan lunak maka terjadi
inflamasi akut, jika terasa keras maka terjadi gangguan kronis.

17
Interpretasi (+): inflamasi sudah mencapai tulang dan mukosa
regio apikal gigi.
D. Tes vitalitas
Tes vitalitas gigi hanya dapat memberikan informasi bahwa
masih ada jaringan syaraf yang mengantar impuls sensori, bukan
menunjukkan bahwa pulpa masih normal. Respon terhadap tes ini
sangat bervariasi dan harus diinterpretasi dengan hati-hati
pemeriksaan pada gigi kontrol (gigi berjenis sama kontra lateral
atau antagonis). Apabila pasien mengeluh adanya rasa sakit
sewaktu minum dingin maka tes dingin adalah yang terbaik
dilakukan, bila sakit sewaktu minum panas, maka tes panas
yang dilakukan. Jelaskan kepada pasien prosedur yang akan
dilakukan, dan apa maksud sensasi yang diharapkan dari tes
tersebut.
Tes vitalitas dapat dilakukan dengan aplikasi dingin, salah
satunya dengan menyemprotkan chlor ethyl (CE) atau meletakkan
kapas yang dibasahi dengan CE pada gigi yang dites. Tes CE
menunjukkan hasil positif yang berarti pulpa masih vital.
E. Tes EPT
Mengetes pulpa dengan listrik lebih cermat daripada beberapa tes
yang digunakan untuk menentukan vitalitas pulpa. Meskipun
vitalitas pulpa tergantung pada sirkulasi darah intrapulpa, tidak
pernah ditemukan tes klinis yang praktis untuk menguji sirkulasi.
Tes listrik menggunakan stimulasi saraf untuk menguji vitalitas
pulpa. Tujuannya adalah untuk mengetahui respon pulpa.
F. Tes Termal
Tes ini meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk
menetukan sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun
keduanya merupakan tes sensitivitas, tetapi tidak sama dan
digunakan untuk alasan diagnostik yang berbeda. Suatu respon
terhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa memperhatikan
apakah pulpa itu normal atau abnormal. Suatu respon abnormal

18
terhadap panas biasanya menunjukkan adanya gangguan pulpa
atau periapikal yang memerlukan perawatan endodontik.
a. Aplikasi dingin (es)
CO2 (es kering) : paling efektif tetapi memerlukan
armamentarium khusus. Bahan pembeku (chlor ethyl ) Cara : gigi
diisolasi dengan cotton roll, permukaan gigi dikeringkan,
letakkan batang es atau cotton pellet yang telah diberi chlor ethyl
pada permukaan gigi.
• Sensasi tajam yg hilang bila rangsang dihentikan = gigi
vital.
• Sensasi tajam yg tidak hilang atau semakin sakit
=irreversibel pulpitis
• Tidak ada sensasi = nekrotik pulpa
b. Aplikasi Panas
Tes panas dilakukan menggunakan dengan cara yang berbeda-
beda dengan menggunakan derajat temperatur yang berbeda-
beda. Daerah yang akan dites diisolasi dan dikeringkan,
kemudian udara hangat dikenakan pada permukaan gigi yang
terbuka dan respon pasien dicatat. Bila diperlukan temperatur
yang lebih tinggi untuk mendapatkan respon, harus digunakan air
panas, burnisher panas, guttapercha panas, atau compund panas,
atau sembarang instrumen yang dapat menghantarkan temperatur
yang terkontrol pada gigi.
Tes panas diapliaksikan pada bagian sepertiga oklusobukal
mahkota yang terbuka. bila tidak timbul respon, bahan dapat
dipindahkan ke bagian sentral mahkota atau lebih dekat dengan
serviks gigi.
G. Tes Kavitas
Pada gigi nekrosis, bila tes lainnya juga tidak memberikan respon
maka lakukan tes kavitas (preparasi pada dentin) tanpa anastesi
dan gunakan bur yang tajam. Pada gigi vital, tes kavitas pada
permukaan email atau restorasi akan menyebabkan sensasi rasa

19
sakit yang tajam. Bila gigi tidak juga sakit, maka prosedur
pembukaan atap pulpa sudah dimulai dengan dilakukan tes ini.
E. Jenis – Jenis Karies
Karies Email
Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel
gigi (lapisan terluar dan terkeras pada gigi), dan belum terasa
sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada enamel.
Setelah karies terbentuk proses demineralisasi berlanjut, email
mulai pecah. Sekali permukaan email rusak gigi tidak dapat
memperbaiki dirinya sendiri.
Karies Dentin
Karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian
pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa. Gigi biasanya
terasa sakit apabila terkena rangsang dingin, makanan masam,
dan manis. Karies sudah mencapai kedalaman dentin, dimana
karies ini dapat menyebar dan mengikis dentin. Karies yang
sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian
pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya
terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan masam,
dan manis. Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka bagian
gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti dengan tambalan
(restorasi). Biasanya penumpatan secara langsung masih bisa
dilakukan dengan memberikan bahan pelapis sebelum diberikan
bahan penumpat.
Karies Pulpa
Karies pulpa adalah yang telah mendekati atau telah mencapai
pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa
sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan.
Pada tahap ini, apabila tidak dirawat, maka gigi akan mati dan
memerlukan perawatan yang lebih kompleks. Jika karies
dibiarkan dan tidak dirawat maka akan mencapai pulpa gigi.
Disinilah dimana syaraf gigi dan pembuluh darah dapat

20
ditemukan. Pulpa akan terinfeksi. Abses atau fistula (jalan dari
nanah) dapat terbentuk dalam jaringan ikat yang halus. Rencana
perawatan dengan restorasi dengan preparasi minimal dan
perawatan endodontik.

Gambar 2.6.2 Karies Email, Dentin, Pulpa

Karies berdasarkan kedalamannya


- Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai
email
- Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah
mencapai setengah dentin
- Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari
setengah dentin dan bahkan menembus pulpa.
Karies profunda ini dibagi lagi atas :
- Karies profunda stadium I :
Karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang
pulpa belum dijumpai.
- Karies profunda stadium II :
Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies
dengan pulpa. Biasanya disini telah terjadi radang pulpa.
- Karies profunda stadium III :
Pulpa telah terbuka. Dijumpai bermacam-macam radang
pulpa.
Berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang
terkena karies, yaitu :
- Simpel Karies
- Kompleks Karies

21
Berdasarkan lokalisasinya menurut G.V.Black,
yaitu :
a. Klas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal ( pits dan
fissure ) dari gigi premolar dan molar ( gigi posterior ).
Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.
b. Klas II
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi
molar atau premolar, yang umumya meluas sampai
kebagian oklusal.
c. Klas III
Karies yang tedapat pada bagian apprioximal dari gigi
depan,
( tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi ).
d. Klas IV
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi
depan dan sudah mencapai margo incisal ( telah mencapai
1/3 incisal gigi ).
e. Klas V
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi – gigi
depan maupun gigi belakang pada permukaan labial,
lingual, palatal, ataupun bukal dari gigi. .
F. Pengobatan Karies
Pengobatan untuk karies gigi tergantung pada seberapa parah
kondisi dan situasi tertentu. Berikut beberapa pengobatan yang
sering dilakukan dokter untuk mengatasi gigi berlubang.
Perawatan fluoride
Dalam tahap awal, dokter akan melakukan perawatan fluoride.
Fluoride adalah mineral yang membantu melindungi dan menjaga
kekuatan enamel gigi. Biasanya fluoride banyak ditambahkan
dalam produk obat kumur maupun pasta gigi.
Tambal gigi

22
Tambal gigi sering kali jadi pilihan utama apabila kerusakan
akibat pembusukan gigi sudah mulai melewati tahap erosi
enamel. Agar lubang tidak bertambah dalam, dokter akan mengisi
gigi yang berlubang dengan bahan khusus.
Ada banyak pilihan bahan untuk menambal gigi yang berlubang.
Namun, tambal gigi berbahan resin komposit lebih banyak
diminati ketimbang jenis lainnya. Resin komposit biasanya akan
mengeras dengan cara disinar. Jenis tambalan ini juga disebut
dengan tambal laser atau tambal sinar.
Crown
Pemasangan crown alias mahkota gigi tiruan juga dapat menjadi
solusi untuk mengatasi gigi yang berlubang. Dokter akan
memasang selubung gigi di atas gigi yang rusak. Dengan begitu,
mahkota gigi tiruan ini akan memasang semua bagian gigi yang
muncul di atas tepi gusi.
Mahkota tiruan ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki,
bentuk, ukuran, dan tampilan gigi yang tidak normal.
Root canal
Apabila kerusakan telah mencapai bagian dalam gigi (pulp),
Anda mungkin memerlukan root canal. Root canal atau
perawatan saluran akar gigi biasanya dilakukan dokter untuk
memperbaiki gigi yang terlanjur terinfeksi atau rusak parah.
Bagian pulpa yang mengalami kerusakan akan diangkat
kemudian ditambal dengan semen khusus. Dokter juga akan
membersihkan sekitar jaringan yang terinfeksi supaya tidak
semakin parah.
Pencabutan gigi
Dalam kasus yang sangat parah, dokter dapat mencabut gigi yang
bermasalah. Proses pencabutan gigi tidak memakan waktu lama.
Sebelum dicabut, dokter akan lebih dulu memberikan obat bius di
area gusi yang bermasalah. Dengan begitu Anda tidak akan
merasakan sakit ketika dokter mencabut gigi Anda.

23
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan untuk
mengatasi karies gigi?
Supaya lubang pada gigi tidak semakin besar, berikut beberapa
hal yang perlu Anda lakukan.
• Sikat gigi setidaknya 2 kali sehari pada pagi hari setelah
sarapan dan malam hari sebelum tidur.
• Gunakan sikat gigi berbulu lembut dengan kepala sikat
yang kecil atau pas di rongga mulut.
• Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Fluoride
adalah mineral yang bermanfaat untuk melindungi sekaligus
menjaga kekuatan enamel gigi.
• Bersihkan gigi dengan benang (floss) untuk membersihkan
sela-sela gigi setidaknya 1 kali sehari setelah menyikat gigi.
• Bersihkan pula lidah Anda secara rutin untuk mencegah
penumpukkan plak di permukaan lidah.
• Kumur dengan air atau obat kumur setelah mengonsumsi
makanan dan cemilan.
• Banyak minum air putih untuk merangsang produksi air
liur.
• Batasi makanan yang terlalu manis, asin, berlemak, dan
mengandung banyak minyak.
• Perbanyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan.
• Rajin konsultasi ke dokter gigi untuk pembersihan dan
pemeriksaan gigi.
G. Prinsip Preparasi
Dulu : prinsip preparasi black “ extention for prevention “
ditujukan mendapatkan retensi makro berupa kavitas berbentuk
boks yang membuang banyak jaringan gigi sehat untuk retensi
amalgam (satu-satunya bahan restorasi pada masa itu).
Sekarang : prinsip “ minimal intervention “ preparasi seminimal
mungkin : hanya mengambil jaringan karies :infected

24
ename/dentinl) dan meninggalkan jaringan terdemineralisasi yang
belum terinfeksi (affected enamel/dentin), karena masih dapat
mengalami remineralisasi.
Ada beberapa prinsip preparasi yaitu :
1. Outline Form (menetukan batas-batas perluasan)
Membuang semua jaringan karies dan fisur yang dalam,
membuang jaringan email yang tidak didukung dentin.
2. Resistance Form Membentuk kavitas agar restorasi
maupun giginya tidak pecah atau tahan terhadap tekanan
pengunyahan.
3. Retention Form Membentuk kavitas agar restorasi tidak
bergerak dan tidak mudah lepas.
4. Convenience Form Membentuk kavitas yang memudahkan
pemasukan atau insersi atau pemasangan bahan restorasi.
5. Removing The Remaining of The Carious Dentin
Membuang jaringan karies yang masih tersisa.
6. Finishing The Enamel Wall and Margin Menghaluskan dan
membentuk sudut pada dinding email.
7. Toilet of Cavity Membuang semua jaringan yang masih
tertinggal, memeriksa, dan menghaluskan dinding kavitas dengan
kapas.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Karies gigi atau gigi berlubang merupakan suatu penyakit jaringan keras
gigi, yaitu email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh bakteri. Tandanya
ialah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh
kerusakan bahan organiknya.
Penyebab karies adalah jenis karbohidrat, seperti sukrosa, glukosa, dan
fruktosa yang kemudian diuraikan oleh bakteri Streptococcus mutans dan
Lactobacillus sehingga membentuk senyawa asam. Factor lain yang menyebabkan
karies adalah malnutrisi.
Tidak semua nyeri gigi disebabkan karena karies gigi. Sakit gigi dapat
terjadi karena akar yang tercemar tetapi tidak membusuk, terlalu kuat mengunyah,
gigi patah, bisa juga terjadi karena adanya sisa sisa makanan yang terselip disela
sela antar gigi, yang dibiarkan dan tidak dibersihkan. Karies gigi yang
berkepanjangan akan menyebabkan gigi menjadi berlubang dan akhirnya gigi
akan patah.
Pencegahan terhadap masalah karie gigi harus dilakukan sejak dini,
bahkan sejak kita masih berusia 6 tahun, atau setelah gigi molar (geraham)
pertama baru tumbuh/ erupsi.

B. Saran
1. Menggosok gigi sebelum atau sesudah sarapan dan sebelum tidur dimalam
hari. Serta membersihkan plak dengan benang gigi (Flosshing) setiap hari.
2. Mengurangi makan makanan yang manis, dan selalu berkumur-kumur setelah
makan makanan yang manis.
3. Memakan makanan yang mengandung kalsium, fosfor, vit. C, dan vit. D yang
berguna untuk memperkuat gigi.

26
4. Memakan makanan yang mengandung protein, karena protein dapat
menghambat terjadinya proses karies.
5. Memakan makanan yang mengandung lemak, karena lemak dapat membentuk
lapisan minyak pada gigi, sehingga gigi menjadi lebih licin dan karbohidrat
susah melekat pada gigi.
6. Mengkonsumsi sayuran yang mengandung nitrat, bahan yang dapat
menghambat kerja bakteri.
7. Memeriksa gigi kedokter gigi setiap 6 bulan sekali.

27
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Harun. (2010). Karies dan Perawatan Pulpa Pada anak Secara
Komprehensif. Makassar: Bimer.

Erwana Ferry Agam. (2013). Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta:
Rapha Publishing.

Hongini Yundali Siti, & Aditiawarman,S.H., Hum. (2012). Kesehatan Gigi dan
Mulut; Buku Lanjutan Dental Terminology. Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Sariningsih Endang. (2012). Gigi Busuk dan Poket Periodontal Sebagai Fokus
Infeksi. Jakarta: Elexmedia Komputindo.

Soegeng Santoso, M.Pd., & Ranti Lies Anne,M.Pd. (2009). Kesehatan dan
Gizi.Jakarta: EGC

Kidd, Edwina A.M.Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penaggulangannya


(alih
bahasa).Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta:1991.

Herijulianti, E., Putri, M. H., & Nurjannah, N. (2011). Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.

Tarigan, R. (1995). Karies Gigi. Jakarta: Hipokrates.

28

Anda mungkin juga menyukai