Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

JARINGAN KERAS DAN PENYANGGA GIGI


Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Preventive Dentistry I
Dosen pengampu : Dr. Hj. Eliati SS., S.Si.T., M.Kes

Disusun oleh :
Achmad Alfarizi Jajuli P20625220001
Achmad Hielmi Fachrizal P20625220002
Adriaha Oktafian Gemintang P20625220003
Amalia Istiqomah P20625220004
Angga Soleh Setia Budiman P20625220005

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TERAPIS GIGI


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “jaringan keras dan
penyangga gigi”  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr. Hj.
Eliati SS., S.Si.T., M.Kes pada mata kuliah preventive dentistry I. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang jaringan keras dan penyangga
gigi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu, selaku dosen mata kuliah


Preventive Dentistry I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya,09 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................4
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................6
1.3 Tujuan.............................................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................11
PEMBAHASAN.....................................................................................................................11
3.1 Jaringan Keras..............................................................................................................11
3.1.1 Anatomi Jaringan Keras Gigi...............................................................................12
3.1.2 Penyakit Jaringan Keras Gigi..............................................................................13
3.1.3 Cara Mengukur Indeks Karies.............................................................................14
3.2 Jaringan Penyangga Gigi (Periodontal).....................................................................14
3.2.1 Anatomi Jaringan Penyangga Gigi (Periodontal)...............................................14
3.2.2 Penyakit Jaringan Penyangga Gigi......................................................................17
3.2.3 Cara Mengukur Indeks Kondisi Jaringan Periodontal.....................................18
BAB IV....................................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................18
3.2 Saran..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 faktor karies gigi........................................................................................................8


Gambar 2 lesi karies aktif dengan kavitas pada daerah fissure..................................................9
Gambar 3 lesi karies aktif tanpa kavitas dengan white spot......................................................9
Gambar 4 keadaan gingiva sehat..............................................................................................10
Gambar 5 gingivitis..................................................................................................................10
Gambar 6 anatomi jaringan keras gigi.....................................................................................12
Gambar 7 anatomi jaringan penyangga gigi............................................................................14
Gambar 8 anatomi gingiva.......................................................................................................15
Gambar 9 anatomi sementum...................................................................................................15
gambar 10 anatomi ligament periodontal.................................................................................16
Gambar 11 tulang alveolar.......................................................................................................16

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jaringan keras adalah jaringan yang mengalami mineralisasi. Secara biologi,
mineralisasi atau kalsifikasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana terdapat
sejumlah besar mineral dan bentuk Kristal-kristal kompleks yang membentuk
jaringan. Jaringan keras gigi terdiri dari enamel, dentin, dan sementum. Pada dasarnya
jaringan keras tersebut sama dengan jaringan tulang yang sebagian besar terdiri atas
zat organic.
Jaringan penyangga (periodontal) merupakan sistem fungsional jaringan yang
mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat
mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal terdiri
dari gingiva, tulang alveolar, ligament periodontal, dan sementum.
Penyakit gigi dan mulut terutama karies dan penyakit periodontal masih banyak
diderita, baik oleh anak-anak, remaja maupun usia dewasa. Karies adalah penyakit
jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh
aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan. Karies
ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh
kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa
serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal yang dapat menyebabkan timbulnya
rasa nyeri yang dapat bertambah sakit akibat makanan atau minuman yang manis,
bersuhu panas ataupun dingin.
Sedangkan Penyakit periodontal adalah suatu penyakit pada jaringan pendukung gigi
yang ditandai dengan adanya inflamasi gingiva, poket periodontal, dan resesi
gingival. Plak, akumulasi kalkulus dan bakteri merupakan penyebab utama terjadinya
penyakit periodontal. Gingivitis dan periodontitis merupakan penyakit periodontal
yang paling sering ditemui. Gambaran klinis dari gingivitis atau inflamasi gingiva
yaitu gingiva berwarna merah sampai kebiruan dengan pembesaran kontur gingiva
dan mudah berdarah jika diberikan stimulasi seperti makan dan menyikat gigi.
Periodontitis adalah suatu infeksi campuran dari mikroorganisme yang menyebabkan
infeksi dan peradangan jaringan pendukung gigi, biasanya menyebabkan kehilangan
tulang dan ligament periodontal.
Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 masalah kesehatan gigi dan
mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah
populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Penyakit pada gusi (periodontal) menjadi
urutan ke 11 penyakit yang paling banyak terjadi di dunia. Data RISKESDAS tahun
2018 menyebutkan bahwa sebanyak 57,6% masyarakat Indonesia memiliki
permasalahan kesehatan gigi dan mulut. Proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia
adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%). Sedangkan masalah kesehatan mulut yang
mayoritas dialami penduduk Indonesia adalah gusi bengkak dan/atau keluar bisul
(abses) sebesar 14%, hal ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan masyarakat
Indonesia tentang kesehatan dan kebersihan penyakit gigi dan mulut. Kesehatan dan
kebersihan rongga mulut yang baik mencerminkan status kesehatan keseluruhan

5
seorang individu. Perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan merupakan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut seseorang.
Berdasarkan penjabaran di atas, penulis tertarik untuk mengetahui tentang “penyakit
jaringan keras dan penyangga gigi yang terjadi di masyarakat.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
“apa saja penyakit jaringan keras dan penyangga gigi yang terjadi di masyarakat.”

1.3 Tujuan
1. Umum
Diketahuinya penyakit jaringan keras dan penyangga gigi yang terjadi di
masyarakat
2. Khusus
a. Diketahuinya apa itu jaringan keras
b. Diketahuinya penyakit jaringan keras yang banyak terjadi di masyarakat
c. Diketahuinya cara mengukur nilai indeks karies
d. Diketahuinya apa itu jaringan penyangga gigi (periodontal)
e. Diketahuinya penyakit jaringan penyangga gigi yang banyak terjadi di
masyarakat
f. Diketahuinya cara mengukur kondisi jaringan penyangga gigi

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Penyakit jaringan keras gigi adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada
jaringan keras gigi (lubang gigi) seperti enamel, dentin, dan sementum dan
menimbulkan rasa sakit sebagai respon dari meluasnya kerusakan tersebut. Karies
gigi adalah salah satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi terbentuk karena ada sisa
makanan menempel pada gigi yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran gigi.

2.1.1 Etiologi
a. host
ada beberapa faktor yang dihubungkan antara gigi dengan karies yaitu faktor
morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia, dan
kristalografis. Pit dan fissure pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena
sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fissure yang
dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah
melekat dan membantu perkembangan karies gigi.
b. Mikroorganisme
Mikroorganisme yang menyababkan karies gigi adalah kokus gram positif,
merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti streptokokus mutans,
streptococcus sanguins, streptokokus mitis, dan streptococcus salivarius serta
beberapa strain lainnya. Selain itu, ada penelitian yang menunjukan adanya
lactobacillus pada plak gigi.
c. Substrat
Faktor substrata tau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembanngbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan
enamel. Hasil penelitian menunjukan bahwa, orang yang banyak mengkonsumsi
karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya
pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit
atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi.
d. Waktu
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas
cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

7
Gambar 1 faktor karies
2.1.2 Patofisiologi
karies gigi merupakan hasil interaksi antara bakteri yang menghasilkan asam, substrat,
dan host. Bakteri endogen yang sebagian besar streptococcus mutans dan lactobacillus
sp pada biofilm yang menghasilkan asam organic lemah merupakan produk dan
fermentasi karbohidrat. Asam ini mengakibatkan pH plak menurun (Selwitz, 2007).
Pada pH kritis (5,5), mineral gigi melepaskan kalsium dan fosfat yang disebut proses
demineralisasi, lalu ion fluoride berperan dalam proses remineralisasi dengan
meningkatkan laju deposisi kalsium dan fosfat yang terkandung dalam saliva, dan
akan kembali ke permukaan enamel untuk mengganti kalsium dan fosfat yang hilang
saat terjad proses demineralisasi.

2.1.3 Gambaran Klinis


tahap awal pembentukan karies tampak adanya white spot-lesions. Lesions tersebut
merupakan indikasi adanya peningkatan porositas enamel sehingga sisa makanan
masuk ke dalam enamel dan dari waktu ke waktu terjadi perubahan warna menjadi
coklat bahkan hitam.

Gambar 2 lesi karies aktif dengan kavitas pada daerah fissure

Gambar 3 lesi karies aktif tanpa kavitas dengan white spot

2.2 Penyakit Periodontal


penyakit periodontal merupakan peradangan yang terjadi pada jaringan penyangga gigi
yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit periodontal yang sering terjadi pada anak-anak

8
yaitu gingivitis yang dapat berkembang menjadi periodontitis, tetapi tidak selalu
gingivitis berkembang menjadi periodontitis. (Soullisa,2016).

2.2.1 Etiologi
penyakit periodontal disebabkan oleh faktor lokal seperti pemakaian ortodontik,
restorasi gigi yang overhanging, mikroorganisme, maloklusi, dan trauma kronis yang
mengakibatkan pembentukan pocket periodontal, kerusakan jaringan ikat, resorpsi
tulang alveolar, dan akan menyebabkan kehilangan gigi. Penyebab utama penyakit
periodontal adalah iritasi bakteri yang terjadi karena adanya akumulasi plak. Apabila
plak dibiarkan lebih lama, plak akan mengalami kalsifikasi dan berubah menjadi
kalkulus.

2.2.2 Patofisiologi
Patofisiologis penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang terus berkembang
biak dan membentuk koloni yang semakin besar, ini merupakan tahap kolonisasi
primer. Pada tahap kolonisasi sekunder, bakteri yang belum berinteraksi pada bakteri
kolonisasi primer akan mulai berinteraksi. Interaksi yang menimbulkan perlekatan
antara bakteri kolonisasi sekunder ke kolonisasi primer akan meningkatkan ketebalan
plak. Plak yang tidak dibersihkan lebih dari 12 hari akan mulai mengalami kalsifikasi
dan terus berkembang menjadi kalkulus. Akumulasi kalkulus inilah yang akan
mengiritasi gingiva disekitar gigi sehingga terjadi gingivitis.

2.2.3 Gambaran Klinis


Gambaran klinis dari gingivitis atau inflamasi gingiva yaitu gingiva berwarna merah
sampai kebiruan dengan pembesaran kontur gingiva karena edema dan mudah
berdarah jika diberikan stimulasi seperti saat makan dan menyikat gigi. Berkurangnya
stippling pada permukaan gingiva merupakan tanda awal gingivitis, resesi gingiva.
(Newman dkk,2015).

Gambar 4 keadaan gingiva sehat

9
Gambar 5 gingivitis

10
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Jaringan Keras
Jaringan keras gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering ditemui. Penyakit tersebut
biasnya ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi (lubang pada gigi). Penyakit
jaringan keras gigi adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi
(lubang gigi) seperti enamel, dentin, dan sementum dan menimbulkan rasa sakit sebagai
respon dari meluasnya kerusakan tersebut. Karies gigi adalah salah satu gangguan kesehatan
gigi. Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan menempel pada gigi yang pada akhirnya
menyebabkan pengapuran gigi.

Gambar 6 anatomi jaringan keras gigi


3.1.1 Anatomi Jaringan Keras Gigi
a. enamel
merupakan lapisan terluar dari gigi serta merupakan struktur terkeras pada tubuh
manusia. Enamel diselubungi oleh cuticula dentis yang berfungsi sebagai barrier
terhadap keadaan asam rongga mulut ataupun rangsangan profiolysis.
Enamel terbentuk dari sel ameloblast dari lapisan endoderm,berwarna semi translusen
yang terdiri dari prismata (batang-batang yang panjangnya ± 1mm dan berjalan agak
tegak lurus, tetapi adapula yang sudutnya menyimpang berjalan parallel dengan
permukaan gigi. Ketebalan enamel bervariasi, pada permukaan incisal ridge ketebalan
enamel sekitar 2 mm, pada cups gigi premolar sekitar 2,3-2,5 mm sedangkan cups
gigi molar sekitar 2,5-3,0 mm. enamel terdiri dari bahan anorganic sebanyak 93%,
bahan organic 4%, dan air sekitar 3%.
b. Dentin

11
merupakan struktur terbanyak dari gigi. Pada bagian mahkota gigi, dentin dilapisi
oleh enamel sedangkan pada akar gigi dilapisi oleh cementum. Dentin terbentuk dari
sel odontoblast dan berasal dari lapisan mesenchyme. Struktur dentin terdiri dari
bahan anorganik 75%, bahan organic 20% dan air 5%.
c. Sementum
Merupakan jaringan terkalsifikasi yang menutupi akar gigi dan melekat pada serat-
serat ligament periodontal gigi. Sementum dibentuk secara berkesinambungan pada
permukaan akar gigi yang berkontak dengan ligament periodontal atau serat gingiva.
d. Pulpa
Jaringan pulpa berasal dari jaringan mesenchim dentis. Bentuk anatomis pulpa terdiri
dari bagian mahkota dan akar. Jaringan pulpa berhubungan dengan periodontal
membran melalui foramen apicale tidak selalu diujung, kadang – kadang ditepi dan
kadang – kadang lebih dari satu.
3.1.2 Penyakit Jaringan Keras Gigi
1. karies gigi
karies gigi merupakan penyakit yang telah menyebar luas dan dapat dicegah tetapi
sebagian besar penduduk dunia pernah terserang penyakit ini. Karies berasal dari
bahasa Latin yaitu Caries yang berarti lubang gigi. Karies gigi terbentuk karena ada
sisa makanan menempel pada gigi yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran gigi.
Klasifikasi karies gigi menurut Prof. G. V. Black :
a. klasifikasi I
 karies primer : terjadi saat serangan pertama pada gigi
 karies sekunder/ recurrent caries: terjadi pada tepi restorasi gigi
dikarenakan permukaan yang kasar, tepi menggantung, pecahnya bagian-
bagian gigi posterior yang cenderung karies karena sulit dibersihkan.
b. Klasifikasi II
 Karies acute/ rampant karies: karies: proses berjalannya cepat dan meliputi
sejumlah besar gigi feligi
 Karies kronis: proses berjalannya lambat, mengenai beberapa gigi saja dan
juga lesinya kecil/sempit. Badan masih bisa membuat pertahanan tubuh
(sekunder dentin dan daerah berwarna kehitaman).
c. Klasifikasi III
 Pit dan fissure karies: mengenai permukaan kasar gigi yaitu bagian pit dan
fissure.
 Smooth surface cavity: mengenai bagian halus gigi yaitu bagian lingual
(dekat lidah), palatal (dekat langit-langit), bukal (dekat pipi), dan labial
(dekat bibir).
d. Klasifikasi IV
 Senile caries: terletak diatas gingival (supra gingival) dan sering terjadi
pada lansia.
e. Klasifikasi V
 Recidual caries: jaringan karies yang tersisa sesudah dilakukan preparasi
kavitas (penambalan gigi).
f. Klasifikasi VI
 Simple karies : karies yang mengenai satu permukaan gigi

12
 Compound karies: karies yang mengenai 2 permukaan gigi
 Complex karies: karies yang mengenai 3 permukaan atau lebih
2. Hipersensitivitas dentin
Merupakan kondisi gigi yang umum terjadi, digambarkan sebagai rasa nyeri
berlangsung singkat dan tajam yang timbul akibat dentin yang terkena rangsangan
seperti panas, dingin, uap, sentuhan, atau kimiawi yang tidak dapat dianggap berasal
dari kerusakan gigi atau patologis gigi lainnya. Ngilu sesaat yang tajam saat gigi sama
sekali tidak ada karies atau kelainan gigi lainnya adalah ciri dari hipersensitivitas
dentin. Biasanya, daerah yang paling sering mengalami hipersensitivitas adalah
daerah leher gigi terutama pada permukaan gigi yang menghadap bibir.
3. Hiperemi pulpa
Merupakan penumpukan darah secara berlebihan pada pulpa, disebabkan oleh
kongesti vascular. Hiperemi pulpa disebabkan oleh oklusi traumatic, syok termal
sewaktu preparasi kavitas, dehidrasi akibat penggunaan alcohol atau kloroform,
makan makanan yang asam atau manis, bakteri yang menyebar melalui lesi karies
atau tubulus dentin ke pulpa.
4. Pulpitis
Merupakan peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri yang
merupakan reaksi terhadap toksin bakteri pada karies gigi. Pulpitis disebabkan oleh
pembusukan gigi, cedera. Gigi yang mengalami pulpitis akan nyeeri berdenyut,
terutama malam hari. Nyeri ini mungkin menjalar sampai ke daerah sinus dan pelipis
(pulpitis gigi atas) ke daerah telinga (pulpitis gigi bawah).

3.1.3 Cara Mengukur Indeks Karies


WHO merekomendasikan usia untuk pemeriksaan kesehatan rongga mulut adalah
usia 12 sampai 18 tahun, karena pada usia tersebut gigi tetap telah bertumbuh
seutuhnya. Pemeriksaan nilai indeks karies bisa menggunakan metode perhitungan
DMF-T. Metode DMF-T meliputi Decay, Missing, Filling Teeth. Komponen
penilaian indeks DMF-T terdiri dari gigi berlubang atau karies (decay), gigi yang
dicabut karena karies (missing), dan gigi yang ditumpat (filling).

3.2 Jaringan Penyangga Gigi (Periodontal)


Jaringan periodontal adalah jaringan yang mendukung dan mengelilingi gigi, yang mencakup
gingiva, sementum. ligamen periodontal, dan tulang alveolar (Nur dkk., 2018).

13
Gambar 7 anatomi jaringan penyangga gigi

3.2.1 Anatomi Jaringan Penyangga Gigi (Periodontal)


a. Gingiva

Gingiva adalah bagian mukosa di dalam rongga mulut yang mengelilingi bagian servikal gigi
dan menutupi lingir (ridge) alveolar. Gingiva terdiri atas epitel tipis pada lapisan terluar dan
jaringan ikat dibawahnya. Bagian-bagian dari gingiva antara lain mukosa alveolar, pertautan
gingiva (mucogingival junction), perlekatan gingiva (attached gingiva), alur gingiva bebas
(free gingiva groove), sulkus gingiva, gingiva tepi (margin) dan gingiva interdental
(interdental papilla).
Ciri-ciri klinis gingiva normal dan sehat antara lain berwarna merah muda, yang diakibatkan
oleh adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen, tidak
udem atau bengkak, kenyal, melekat erat pada gigi dan prosesus alveolaris, tidak mudah
berdarah dan tidak mengandung eksudat, teksturnya berbintik-bintik seperti kulit jeruk
(stiplling) yang akan terlihat jelas saat gingiva dikeringkan dengan semprotan udara, dan
papila interdental lancip.

Gambar 8 anatomi gingiva

14
b. Sementum

Sementum merupakan lapisan tipis dari jaringan ikat terkalsifikasi yang menutupi dentin di
area akar gigi. Fungsi sementum adalah memberikan perlekatan dengan fibrin kolagen dari
ligamen periodontal untuk menopang gigi, memelihara integritas akar, dan terlibat dalam
perbaikan dan remodeling gigi dan tulang alveolar. Sementum berwarna kuning mengkilat
dan secara klinis tidak terlihat namun saat terjadi resesi gingiva maka sementum akan terlihat.
Resorpsi sementum dapat disebabkan karena stres oklusal yang berlebihan, gerakan
ortodonti, tekanan tumor, dan defisiensi kalsium atau vitamin D.

Gambar 9 anatomi sementum

c. Ligamen Periodontal

Ligamen periodontal merupakan lapisan jaringan ikat lunak yang menutupi akar gigi dan
melekatkan akar gigi terhadap tulang alveolar. Ligamen periodontal terdiri atas serabut
pembuluh darah yang kompleks dan serabut jaringan ikat kolagen yang mengelilingi akar gigi
dan melekat ke prosesus alveolaris. Fungsi ligamen periodontal antara lain memelihara gigi
dalam soket, memiliki fungsi sensoris yaitu dapat merasakan nyeri saat terjadi tekanan
berlebihan, menyediakan nutrisi bagi sementum dan tulang, memiliki fungsi formatif yaitu
membentuk dan memelihara sementum dan tulang alveolar serta fungsi resorptif yaitu dapat
meremodeling tulang alveolar saat terjadi resorpsi tulang akibat tekanan pengunyahan.

15
gambar 10 anatomi ligament periodontal

d. Tulang alveolar

Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk soket gigi
(alveoli) yang terdiri atas puncak alveolar (alveolar crest), tulang interproksimal, dan tulang
interradikular yaitu tulang antara 2 akar gigi. Puncak alveolar berada paling koronal dari
prosesus alveolaris, normalnya 1 - 2 mm dari cemento enamel junction (CEJ) dan tampak dari
aspek fasial gigi. Puncak alveolar mengelilingi gigi seperti bentuk bergelombang dan
mengikuti kontur permukaan CEJ.

Gambar 11 tulang alveolar

Tulang interproksimal atau disebut juga septum interdental merupakan tulang yang berada di
antara permukaan proksimal dari dua gigi yang berdekatan. Kontur dari tulang interproksimal
dapat menjadi indikator jaringan periodontal yang sehat (Madukwe, 2014). Pada area gigi
posterior, kontur puncak tulang interproksimal pararel terhadap garis imajiner yang ditarik
antara CEJ masing-masing gigi. Puncak alveolar memiliki bentuk horizontal saat CEJ antara
gigi dengan gigi sebelahnya sama tingginya, sedangkan puncak alveolar akan memiliki
bentuk vertikal saat salah satu gigi sebelahnya tumbuh miring atau erupsi pada tinggi yang
berbeda. Gambaran tulang alveolar sehat adalah bentuknya tipis, halus dari tepi kortikal
sampai puncak tulang interdental. Puncak tulang interdental kontinu dengan lamina dura, dan
menbentuk sudut yang tajam. Tulang alveolar di bagian mesial dan distal juga tipis (Whaites,
2003).

3.2.2 Penyakit Jaringan Penyangga Gigi


1. peradangan jaringan gusi (gingivitis)
gingivitis adalah peradangan yang paling sering terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis dan biasanya disebabkan oleh plak bakteri.
2. Peradangan jaringan periodontal (periodontitis)
Peradangan jaringan periodontal adalah infeksi gusi berat yang dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan lunak dan tulang penyangga gigi. Periodontitis disebabkan
karena masuknya kuman melalui tepi gusi langsung atau merupakan kelanjutan dari
peradangan gusi yang tidak dirawat. Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga
gigi yaitu yang melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang
alveolar karena suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang
tidak dirawat, dan bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya

16
sehingga akan terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak
tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya
harus dicabut. Karekteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya inflamasi
gingiva, pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal dan tulang
alveolar sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi.
3. Trauma oklusi
Trauma oklusi hampir selalu terjadi bersamaan dengan peradangan gusi. Trauma
oklusi menghasilkan 2 macam gejala klinis yaitu meningkatnya pergerkan gigi dan
melebarkan ruang periodontal, tetapi tidak menyebabkan peradangan gusi atau
pembentukan kantong periodontal. Trauma oklusal ada yang primer yaitu berupa lesi
patologis oleh gaya-gaya kuat yang mengganggu jaringan penyangga gigi yang
normal dan utuh. Sedangakan trauma oklusi sekunder adalah lesi patologis oleh gaya-
gaya normal pada jaringan penyangga gigi yang lemah dan sakit. Diagnosis trauma
periodontal karena oklusi dapat ditegakkan bila kelainan periodontal dapat
diidentifikasi dari jaringan gusi sampai serat periodontal.
Cara mengeliminasi trauma oklusi antara lain:
 Penyesuaian oklusi (occlusal adjustment)
 Pengikatan gigi geligi (splinting) untuk gigi-gigi yang goyang
 Pemakaian lempeng gigit (bite planes) untuk kasus “bruxism”
 Pembuatan restorasi
 Perawatan ortodonsi untuk memperbaiki letak gigi yang salah.

3.2.3 Cara Mengukur Indeks Kondisi Jaringan Periodontal


Indeks pengukuran kondisi jaringan periodontal meliputi Index (PI), Periodontal Disease
Index (PDI), Gingival Index (GI), Gingival Bleeding Index (GBI) dan Community
Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN). Community Periodontal Index of Treatment
Needs (CPITN) merupakan indeks resmi yang digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi
jaringan periodontal serta perkiraan kebutuhan perawatannya. WHO menetapkan sekolah dan
remaja dijadikan sebagai kelompok target yang penting untuk dilakukan pemeriksaan dan
promosi kesehatan gigi dan mulut diantaranya yaitu pemeriksaan kondisi jaringan
periodontal. WHO juga merekomendasikan usia untuk pemeriksaan kesehatan rongga mulut,
yaitu usia 12 sampai dengan 18 tahun. Usia tersebut direkomendasikan sebagai usia untuk
pemeriksaan karena gigi tetap yang menjadi gigi indeks CPITN telah bertumbuh seutuhnya
(Riskesdas, 2018).

17
BAB IV

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit jaringan keras gigi adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada
jaringan keras gigi (lubang gigi) seperti enamel, dentin, dan sementum dan
menimbulkan rasa sakit sebagai respon dari meluasnya kerusakan tersebut.
Periodontitis adalah seperangkat peradangan yang mempengaruhi periodontium yaitu
jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Periodontitis melibatkan hilangnya
progresif dari tulang alveolar di sekitar gigi dan jika tidak diobati dapat menyebabkan
melonggarnya jaringan periodontitis serta kehilangan gigi.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan akan adanya penelitian tentang penyakit jaringan keras dan
penyangga gigi lebih mendalam sehingga dapat mencegah dan menanggulangi
penyakit jaringan keras dan penyangga gigi sehingga semakin banyak masyarakat
yang mengetahui dan sadar akan kesehatan gigi dan mulutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemkes.go.id/article/view/20030900005/situasi-kesehatan-gigi-dan-mulut-
2019.html
http://fkg.ulm.ac.id/id/wp-content/uploads/2016/01/MANUNTUNG-BARABAI-HULU-
SUNGAI-TENGAH.pdf
https://www.academia.edu/40091952/
MAKALAH_PENYAKIT_PERIODONTITIS_PADA_GIGI
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/793/3/BAB%20I%20SKRIBSI.pdf
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/dnt/article/download/886/848
http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg

http://eprints.ums.ac.id/28799/2/BAB_I.pdf

http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/odj/article/download/1542/1190

http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/6670/1/16.%20Hubungan%20prilaku%20menyikat
%20gigi%20.pdf

https://eprints.uns.ac.id/705/1/ap_7.pdf

http://repository.unissula.ac.id/7880/5/BAB%20I.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai