Anda di halaman 1dari 56

TUTORIAL SKENARIO 2 BLOK 10

KELOMPOK D

Dosen Fasilitator :
drg. Rosada Sintya Dwi, Sp.KGA
drg. Shanty Chairani, M.Si.

Disusun oleh :

Dianita Ellia Prasetya (04031282025021)


Aisyah Arina Nurhafizah (04031282025022)
Vina Wahyuningsih (04031282025044)
Welmi Liaman (04031282025031)
Alreza Alverina (04031382025068)
Nabilah Putri (04031382025073)
Nadia Farra Dilla (04031382025074)
Dira Damayanti (04031382025060)
M.Rayhan Novriansyah (04031282025049)
Haliza Aulia Rizal (04031382025080)
Putri Humaira (04031382025082)
Syakirah Ramadhani (04031382025083)
Mona Rizki Angraini (04031182025008)
Adinda Tri Rahmawati (04031282025064)
Asminisa Mahranita (04031182025017)
Michelle Liu (04031282025034)
Beby Azzahra (04031382025091)

BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2 BLOK 10 (KELOMPOK D)” sebagai
tugas kompetensi kelompok dengan tepat waktu. Tidak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada drg. Rosada Sintya Dwi, Sp.KGA dan drg. Shanty Chairani, M.Si. selaku
dosen fasilitator kelompok kami yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam
menyelesaikan skenario kasus ini, serta semua pihak yang telah membantu kami dalam
melakukan penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
metode pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL) di Fakultas Kedokteran,
Universitas Sriwijaya.

Demikian pula dengan laporan kami ini. Dengan sepenuhnya, kami menyadari
bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan sekalipun sudah dikerjakan
oleh banyak orang. Maka dari itu, semua bentuk kritik dan saran yang membantu sangat
kami harapkan dan tentu saja akan kami terima dengan senang hati. Besar harapan kami
agar laporan ini bisa memberikan manfaat. Dengan begitu, akan menjadi suatu pelajaran
berharga untuk kami supaya bisa menulis laporan yang lebih baik di lain hari.

Indralaya, 8 Februari 2023

Kelompok D

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3
1 Skenario ..................................................................................................................... 1
2 Klarifikasi Istilah dan Identifikasi Istilah ..................................................................... 1
3 Identifikasi Masalah .................................................................................................... 3
4 Analisis Masalah ......................................................................................................... 3
5 Hipotesis ..................................................................................................................... 4
6 Learning Issues ........................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 52

ii
TUTORIAL DISKUSI KASUS SKENARIO 1
BLOK 10 (KELOMPOK D)

1 Skenario
Seorang perempuan berusia 16 tahun datang ke Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut
dengan keluhan gusi bengkak dan mudah berdarah. Pemeriksaan intraoral menunjukan
gingiva oedem, berwarna kemerahan, papila interdental membulat, poket relatif 4-6 mm
terutama pada regio 33-43. Hasil pemeriksaan plak dengan indeks O'leary 28%.
Pemeriksaan radiologis menunjukkan tidak ada resorpsi tulang alveolar. Dokter gigi
menjelaskan etiologi kondisi tersebut, mendiagnosa penyakit berdasarkan klasifikasi
American Academy of Periodontology (AAP) tahun 2017, melakukan terapi skeling dan
penghalusan akar pada fase I dan gingivektomi pada fase II.

2 Klarifikasi Istilah dan Identifikasi Istilah


Tabel. 1 Klarifikasi Istilah

No. Istilah Definisi

1. Gingiva oedem Membengkaknya gingiva karena terdapat


penumpukan cairan.

2. Gingivectomy - Pemotongan secara bedah kelebihan jaringan


gingiva.
- Eksisi bedah semua jaringan longgar gusi yang
terinfeksi atau sakit.

3. Indeks o’leary - Yang bertujuan menunjukkan lokasi plak sehingga


untuk mengntrol plak.
- Indeks plak yang menjumlahkan semua permukaan
gigi yaitu mesial, distal, lingual, palatal, dan bukal
dibagi dengan jumlah permukaan gigi yang diperiksa
dan dikali 100%.

4. Terapi scalling Proses menghilangkan deposit keras seperti kalkulus,


plak, dan noda dari permukaan gigi geligi dengan
memakai scaller.

1
5. Poket relatif Poket yang terbentuk karena pembesaran gingiva
tanpa kerusakan jaringan periodontal dibawahnya.

6. Resorpsi tulang - Suatu proses kompleks yang secara morfologis


alveolar berhubungan dengan luasnya bentuk permukaan
tulang yang terkikis serta adanya sel berinti banyak
atau osteoklas.
- Suatu proses perombakan sel tulang yang sudah tua
dan rusak akibat aktivitas sel osteoklas.

7. Fase I Fase I atau fase terapi inisial merupakan fase dengan


cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang
mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah
periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan
prostetik.

8. Fase II Terapi fase II atau terapi bedah periodontal yang


tujuannya mengontrol atau engeliminasi penyakit
periodontal meliputi perawatan poket periodontal
seperti kuretase gingivektomi, operasi flap, serta
bedah resektif, dan regeneratif tulang.

9. Pemeriksaan Pemeriksaan yang dilakukan dalam mulut pasien


intraoral untuk mengetahui kondisi rongga mulut pasien, baik
jaringan keras maupun lunak.

10. Papila interdental Bagian gingiva yang mengisi ruang diantara 2 gigi
yang berdekatan dari daerah akar sampai titik kontak.

11. Root planning - Prosedur perawatan yang dirancang untuk


menghilangkan deposit pada permukaan akar yang
mengalami kerusakan periodontium.
- Suatu tindakan untuk membersihkan dan
menghaluskan permukaan akar dari jaringan nekrotik
maupun sisah bakteri dan produknya yang melekat

2
pada permukaan akar.

12. Klasifikasi AAP - Klasifikasi periodontitis berdasarkan tingkat


2017 perkembangan yang dibedakan menjadi periodontitis
kronis, periodontitis agresif, dan periodontitis sebagai
manifestasi dari penyakit sistemik.
- Klasifikasi gingiva terdiri dari penyakit gingiva
akibat plak dan penyakit gingiva yang bukan akibat
plak.

3 Identifikasi Masalah
3.1. Seorang perempuan berusia 16 tahun datang ke Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut
dengan keluhan gusi bengkak dan mudah berdarah.
3.2. Pemeriksaan intraoral menunjukan gingiva oedem, berwarna kemerahan, papila
interdental membulat, poket relatif 4-6 mm terutama pada regio 33-43.
3.3. Hasil pemeriksaan plak dengan indeks O'leary 28%. Pemeriksaan radiologis
menunjukkan tidak ada resorpsi tulang alveolar.
3.4. Dokter gigi menjelaskan etiologi kondisi tersebut, mendiagnosa penyakit
berdasarkan klasifikasi American Academy of Periodontology (AAP) tahun 2017,
melakukan terapi skeling dan penghalusan akar pada fase I dan gingivektomi pada
fase II.

4 Analisis Masalah
4.1. Kalimat Pertama: Seorang perempuan berusia 16 tahun datang ke Rumah Sakit
Khusus Gigi dan Mulut dengan keluhan gusi bengkak dan mudah berdarah.
- Bagaimana faktor penyebab kondisi gusi pasien yang bengkak dan berdarah?
4.2. Kalimat Kedua: Pemeriksaan intraoral menunjukan gingiva oedem, berwarna
kemerahan, papila interdental membulat, poket relatif 4-6 mm terutama pada
regio 33-43.
- Bagaimana kondisi normal gingiva?
- Apa saja jenis jenis poket dan bagaimana interpretasi poket relatif 4-6 mm
pada pasien?
- Bagaimana cara pemeriksaan poket?
- Apa penyebab papila interdental membulat?

3
4.3. Kalimat Ketiga: Hasil pemeriksaan plak dengan indeks O'leary 28%.
Pemeriksaan radiologis menunjukkan tidak ada resorpsi tulang alveolar.
- Apa saja hasil pemeriksaan indeks O'leary dan bagaimana interpretasi
pemeriksaan plak dengan indeks O’leary 28%?
- Bagaimana tahapan pengukuran indeks O'leary?
- Jenis pemeriksaan radiologi apa yang digunakan pada kasus tersebut?
- Bagaimana gambaran radiografi yang menunjukkan kondisi normal tulang
alveolar dan yang mengalami resorpsi tulang alveolar?
4.4. Kalimat Keempat: Dokter gigi menjelaskan etiologi kondisi tersebut,
mendiagnosa penyakit berdasarkan klasifikasi American Academy of
Periodontology (AAP) tahun 2017, melakukan terapi skeling dan penghalusan
akar pada fase I dan gingivektomi pada fase II.
- Apa saja klasifikasi penyakit periodontal berdasarkan AAP 2017?
- Apa diagnosis kasus tersebut berdasarkan klasifikasi AAP tahun 2017?
- Bagaimana indikasi kontra indikasi dilakukannya terapi scalling dan root
planing pada fase I?
- Apa saja alat dan bahan yang digunakan dokter gigi untuk melakukan
prosedur scalling dan root planning pada fase I?
- Bagaimana tahapan dalam melakukan scalling dan root planning pada fase I?
- Apa saja indikasi kontraindikasi dilakukannya gingivektomi pada fase II?
- Apa saja alat dan bahan dari prosedur gingivektomi pada fase II?
- Bagaimana prosedur terapi gingivektomi pada fase II?

5 Hipotesis
Seorang perempuan berusia 16 tahun diduga hingga mengalami dental biofilm induced
gingivitis menurut AAP tahun 2017 sehingga dokter gigi merencanakan perawatan
scalling dan root planning pada fase I dan dilanjutkan dengan gingivektomi pada fase II.

6 Learning Issues
6.1. Klasifikasi gingivitis berdasarkan AAP 2017
a. Gingiva Health
Gambaran Klinis Gingiva Normal

4
1 Warna
Warna gingiva digambarkan dengan coral pink yang tergantung pada suplai
vaskular, ketebalan epitel, derajat keratinisasi epitel dan adanya sel yang
mengandung pigmen

Generalized melanin pigmentation


Variasi pigmentasi gingiva bukan dihasilkan oleh variasi jumlah melanosit
pembentuk pigmen tetapi oleh variasi yang ditentukan secara genetik dalam
kapasitas penghasil pigmennya. Dengan demikian, variasi pigmentasi
gingiva berhubungan dengan corak dan ras. Ini lebih ringan pada individu
yang berambut pirang dengan kulit putih daripada orang berkulit gelap. Pada
individu Kaukasia pigmentasi minimal, pada individu Afrika atau Asia
terdapat area pigmentasi coklat atau biru hitam sementara pada orang
Mediterania kadang-kadang ditemukan bercak pigmentasi.
2 Tekstur permukaan
Tekstur permukaan Free Gingiva yaitu smooth atau halus sedangkan
Attached Gingiva berbentuk stippled atau berbintik-bintik. Tekstur
permukaan berlubang yang memberikan tampilan seperti kulit jeruk disebut
stippling yang lebih menonjol pada permukaan labial dibandingkan pada
permukaan gingiva lingual. Stippling biasanya terdapat pada Attached
Gingiva dan pusat papilla interdental. Stippling biasanya muncul pada anak-
anak sekitar 5 tahun dan meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi tidak
ada pada usia tua. Stipling bukanlah tanda kesehatan yang mutlak dan tidak
adanya tanda tersebut belum tentu merupakan tanda penyakit.

5
Stippling terlihat pada Attached Gingiva dan pusat papila interdental
3 Kontur
Marginal gingiva mengikuti scalloped outline secara normal dan garis lurus
sepanjang gigi dengan permukaan yang relatif datar. Attached gingiva
memiliki tampilan festooned dengan intermittent prominence yang sesuai
dengan kontur akar. Ketika gigi ditempatkan lebih ke arah labial, maka kontur
arkuata yang normal semakin menonjol dan gingiva terletak lebih jauh ke
arah apikal. Ketika gigi ditempatkan secara lingual, gingiva menjadi
horizontal dan menebal. Dengan demikian, kontur gingiva bergantung pada
bentuk dan susunan gigi pada lengkung. Kontur gingiva juga tergantung pada
lokasi dan ukuran area kontak proksimal dan embrasur.
4 Bentuk
Bentuk gingiva interdental tergantung pada kontur permukaan gigi
proksimal, lokasi dan bentuk kontak proksimal dan dimensi embrasur
gingiva. Pada daerah kontak normal dan daerah interior, Papilla Interdental
berbentuk pointed dan pyramidal. Namun jika pada gigi yang berjarak dan di
daerah geraham berbentuk datar atau pelana.
5 Ukuran
Ukuran gingiva sesuai dengan jumlah total sebagian besar elemen seluler,
interseluler dan pasokan darah.
6 Konsistensi
Pada palpasi dengan instrumen tumpul, Attached Gingiva harus tegas, lentur
dan terikat erat dengan jaringan keras di bawahnya. Serat kolagen yang
melimpah dan protein non-kolagen bergabung untuk memberikan gingiva,
konsistensi yang tegas.

6
b. Gingivitis Dental Biofilm Induced
1. Associated with Dental Biofilm Induced Alone
- Pengertian
Associated with dental biofilm induced alone merupakan bentuk
paling umum dari gingivitis dan disebut juga gingivitis yang
berhubungan dengan plak, atau gingivitis. Penyakit ini berhubungan
langsung dengan adanya plak bakteri pada permukaan gigi.
- Etiologi
Gingivitis tampaknya berhubungan langsung dengan jumlah biofilm
plak pada permukaan gigi dan jumlah waktu plak itu dibiarkan.
Gingivitis yang berhubungan dengan plak dapat diklasifikasikan lebih
lanjut berdasarkan lokasinya dan tingkat keterlibatannya pada gigi.
Gingivitis mungkin terlokalisasi pada beberapa gigi atau
digeneralisasikan ke seluruh mulut. Kemudian gingivitis mungkin
juga terbatas pada papilla interdental, tersebar di sepanjang margin
gingiva, atau melibatkan semua jaringan gingiva yang melekat.
Menurut definisi, gingivitis tidak melibatkan jaringan perlekatan
periodontal dan tidak ada kehilangan perlekatan jaringan ikat pada
gigi serta tidak ada kehilangan tulang pendukung.
- Gambaran klinis
Secara klinis, gingivitis menyebabkan margin gingiva memerah
(dengan pembentukan poket akibat pembengkakan dan edema
gingiva), hipertrofi, dan penetrasi probe periodontal yang semakin
dalam pada evaluasi klinis. Permukaan gingiva mungkin tampak
mengkilap atau halus, dan stippling (bila masih sehat) biasanya
menghilang. Secara mikroskopis, ada peningkatan kapiler di
sepanjang margin gingiva dan epitel yang melapisi sulkus gingiva
mengalami ulserasi. Ulserasi ini menyebabkan kecenderungan untuk
berdarah ketika probe periodontal ditempatkan pada celah gingiva.
Pendarahan sebagai respons terhadap pemeriksaan lembut merupakan
indikator klinis utama gingivitis. Ciri umum lain dari gingivitis kronis
adalah aliran cairan gingiva yang jernih, atau eksudat, yang
tampaknya meningkat seiring dengan keparahan gingivitis.

7
Gambar : Tanda-tanda klinis gingivitis yang berhubungan dengan plak adalah
respons inflamasi yang intens pada margin gingiva dan perdarahan sebagai
respons terhadap gentle probing. Margin gingiva sangat merah di sekitar gigi
anterior bawah dan sedikit perdarahan terlihat pada margin gingiva setelah
probing.

- Faktor Predisposisi
Meskipun gingivitis yang diinduksi biofilm plak bakteri dapat terjadi
dengan akumulasi biofilm plak gigi saja, seringkali ada faktor terkait
gigi yang memodifikasi atau menjadi predisposisi gingivitis lokal.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Restorasi gigi,
2. Peralatan ortodontik, dan
3. Malposisi, atau gigi berjejal.

2. Mediated by systemic or local risk factors


- Faktor Sistemik
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko gaya hidup atau
perilaku utama untuk periodontitis dan juga memiliki efek
mendalam pada jaringan gingiva. Penyerapan sirkulasi sistemik
dari komponen asap rokok serta penyerapan lokal bisa
menginduksi vasokonstriksi dan fibrosis mikrovaskuler. Hal ini
dapat menutupi tanda-tanda klinis gingivitis, seperti perdarahan
saat probing.
2) Hipergilkemia
Gingivitis adalah gambaran konsisten yang dapat ditemukan pada
anak-anak dengan diabetes mellitus tipe 1 yang tidak terkontrol
dengan baik, dan tingkat kontrol glikemik mungkin lebih penting
dalam menentukan keparahan inflamasi gingiva daripada kualitas

8
kontrol plak. Pada orang dewasa dengan diabetes mellitus akan
jauh lebih sulit untuk mendeteksi efek penyakit endokrin ini pada
penyakit gingiva, dan hanya sedikit bukti yang tersedia karena
sebagian besar penelitian telah mengevaluasi peradangan gingiva
dalam hubungannya dengan kehilangan perlekatan.

3) Faktor Nutrisi
Kekurangan vitamin C yang parah, menyebabkan pertahanan
mikronutrien antioksidan yang terganggu terhadap stres oksidatif
dan juga berdampak negatif pada sintesis kolagen, yang
mengakibatkan melemahnya dinding pembuluh darah kapiler dan
akibatnya kecenderungan untuk meningkatkan perdarahan
gingiva.

4) Pharmacological Agents
Pharmacological agents dapat bertindak melalui beragam
mekanisme untuk meningkatkan kerentanan terhadap gingivitis .
obat obatan ini dapat mengurangi laju alir saliva, obat-obatan yang
memengaruhi fungsi endokrin dan obat-obatan yang dapat
menginduksi pembesaran gingiva dan pseudo-pocketing.

5) Hormon Steroid Seks


Saat pubertas, selama kehamilan, atau mengikuti pengobatan
dengan kontrasepsi oral generasi pertama dapat mengubah respons
inflamasi gingiva. Reaksi biologis yang kompleks dalam jaringan
gingiva dihasilkan dari peningkatan kadar steroid seks dan
menghasilkan peradangan lebih dari yang diharapkan, sebagai
respons terhadap tingkat plak yang relatif kecil. Namun, dosis
kontrasepsi oral modern telah dikurangi dan terdapat sedikit bukti
respon inflamasi gingiva yang berlebihan terhadap plak dengan
obat tersebut.

9
6) Masa Pubertas
Insiden dan keparahan gingivitis pada remaja dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk tingkat biofilm plak gigi, gigi karies,
pernapasan mulut, gigi berjejal, dan erupsi gigi. Namun,
peningkatan dramatis kadar hormon steroid selama pubertas
memiliki efek sementara pada status inflamasi gingiva. Sejumlah
penelitian telah menunjukkan peningkatan peradangan gingiva
pada usia sirkumpubertas dan pada kedua jenis kelamin, tanpa
disertai peningkatan kadar plak. Meskipun gingivitis terkait
pubertas memiliki banyak gambaran klinis gingivitis yang
diinduksi plak, tanda-tanda peradangan gingiva yang jelas dengan
adanya jumlah plak yang relatif kecil selama periode
sirkumpubertas adalah kunci untuk membedakan kondisi ini.

Gambar : Gingivitis selama pubertas, dengan edema, perubahan warna, dan


pembesaran seluruh margin gingiva dan area papiler di sekitar gigi insisivus
mandibula.

Gambar : Seorang perempuan berusia 13 tahun dengan peradangan marginal dan


papiler yang berlebihan, dengan kedalaman probing 1 hingga 4 mm namun
kehilangan perlekatan klinis minimal. (A) Pandangan fasial. (B) Pandangan lingual.

10
7) Siklus menstruasi
Selama siklus menstruasi, perubahan inflamasi yang signifikan
dapat diamati pada gingiva. Ini mungkin disebabkan oleh hormon
yang dikenal sebagai serum estradiol, yang merupakan bentuk
alami dari estrogen yang memuncak dan turun selama ovulasi dan
pramenstruasi. Selama fase luteal dari siklus menstruasi, kadar
progesteron mencapai puncaknya yang menyebabkan peningkatan
perubahan inflamasi pada gingiva dan periodonsium. Puncaknya
pada awal siklus yang akhirnya mereda seiring berjalannya waktu.
Hal ini dapat dihipotesiskan karena adanya perubahan flora
bakteri. Kebanyakan wanita dengan peradangan gingiva terkait
siklus menstruasi akan menunjukkan tanda-tanda kondisi yang
tidak dapat dideteksi secara klinis.

8) Kehamilan
Selama kehamilan, prevalensi dan keparahan gingivitis dilaporkan
meningkat dan seringkali tidak berhubungan dengan jumlah plak
yang ada. Kedalaman probing gingiva lebih dalam, perdarahan
saat probing atau perdarahan dengan menyikat gigi juga
meningkat dan aliran cairan sulkus gingiva meningkat pada wanita
hamil. Gambaran gingivitis terkait kehamilan mirip dengan
gingivitis yang diinduksi oleh plak, kecuali tanda-tanda
peradangan gingiva yang jelas dengan adanya jumlah plak yang
relatif kecil selama kehamilan. Kehamilan juga dapat dikaitkan
dengan pembentukan granuloma piogenik terkait kehamilan.
Gambar: Gingivitis kehamilan. Gingivitis yang dipengaruhi hormon terlihat pada
wanita berusia 27 tahun yang sedang hamil 7 bulan dan memiliki kontrol plak yang
buruk. Margin gingiva sangat merah dan bengkak. Jaringan ini sangat menyakitkan,
membuat praktik kebersihan mulut lebih sulit dan menyebabkan pasien
mengkonsumsi makanan lunak, yang menghasilkan lebih banyak pertumbuhan dan

11
akumulasi plak. Perawatan kebersihan gigi memperbaiki kondisinya, tetapi tidak
sembuh total sampai setelah bayi lahir.

9) Kontrasepsi oral
Agen kontrasepsi oral pernah dikaitkan dengan peradangan
gingiva dan pembesaran gingiva. Pada penelitian awal,
peningkatan peradangan atau pembesaran gingiva dapat diatasi
ketika penggunaan kontrasepsi oral dihentikan atau dosisnya
dikurangi. Gambaran gingivitis yang terkait dengan kontrasepsi
oral pada wanita premenopause mirip dengan gingivitis yang
diinduksi plak, kecuali tanda-tanda peradangan gingiva yang nyata
dengan adanya jumlah plak yang relatif kecil.
10) Kondisi hematologi
Keganasan darah tertentu seperti leukemia atau kondisi praganas
berhubungan dengan tanda-tanda peradangan gingiva berlebih
tanpa adanya akumulasi biofilm plak yang berlebihan. Tanda-
tanda termasuk bengkak, gingiva ungu atau terkadang pucat akibat
infiltrasi sel leukemia, perdarahan gingiva yang tidak konsisten
dengan tingkat akumulasi biofilm plak gigi, karena
trombositopenia dan/atau defisiensi faktor pembekuan.
Pembesaran gingiva, awalnya dimulai pada papilla interdental
diikuti oleh gingiva marginal dan attached gingiva. Pembesaran
disebabkan oleh infiltrasi gingiva oleh sel leukemia. Meskipun
iritasi lokal dapat menjadi predisposisi respon gingiva pada
leukemia, mereka bukanlah prasyarat untuk terbentuknya lesi di
rongga mulut.

12
Gambar : Seorang wanita berusia 12 tahun dengan diagnosis medis utama
leukemia yang menunjukkan gingiva bengkak / kenyal.

- Faktor risiko lokal (faktor predisposisi)


1) Faktor retensi biofilm plak gigi
Meskipun gingivitis yang diinduksi biofilm plak bakteri dapat
terjadi dengan akumulasi biofilm plak gigi saja, seringkali ada
faktor terkait gigi yang memodifikasi atau menjadi predisposisi
gingivitis lokal. Faktor-faktor tersebut termasuk restorasi gigi,
peralatan ortodontik, dan malposisi, atau gigi berjejal. Faktor-
faktor ini biasanya bertindak untuk mempertahankan plak dan
membuat praktik kebersihan mulut menjadi lebih sulit dan kurang
efektif. Hal ini tidak menyebabkan radang gusi, tetapi praktik
pembersihan harian biasa menjadi sulit sehingga tidak mampu
untuk menghilangkan biofilm plak oleh karena itu tidak dapat
mencegah terjadinya peradangan. Margin restorasi subgingiva
yang menonjol memicu gingivitis dengan meningkatkan
akumulasi plak bakteri lokal. Dengan demikian, margin restorasi
subgingiva perlu dirancang dengan hati-hati untuk
meminimalkan retensi plak. Gambar 6 menunjukkan contoh
gingivitis yang terjadi akibat akumulasi plak biofilm dan faktor
lokal yang berkontribusi.

2) Oral dryness
Kekeringan mulut adalah kondisi klinis yang sering dikaitkan
dengan gejala xerostomia. Kekeringan mulut yang bermanifestasi
sebagai kurangnya aliran saliva, ketersediaan, atau perubahan

13
kualitas saliva, yang menyebabkan berkurangnya pembersihan
permukaan gigi dikaitkan dengan berkurangnya penghilangan
biofilm plak gigi dan peningkatan peradangan gingiva. Penyebab
umum meliputi obat-obatan yang memiliki aksi antiparasimpatis,
sindrom Sjögrens ketika asini saliva digantikan oleh fibrosis
setelah kerusakan autoimun, dan pernapasan mulut pada orang
yang mungkin mengalami peningkatan tampilan gingiva dan/atau
penutup bibir yang tidak kompeten.

3. Drug-Influenced Gingival Enlargements


- Pengertian
Drug-Influenced Gingival Enlargements merupakan manifestasi
pertumbuhan abnormal gingiva akibat pemberian obat-obatan
tertentu, yaitu Phenytoin, Ciclosporin and Calcium Channel Blockers
(CCBs).
- Etiologi
Ada berbagai jenis obat yang telah dilaporkan mempengaruhi ukuran
jaringan gingiva. Dalam literatur, obat yang terutama terkait dengan
pembesaran jaringan gingiva termasuk obat antiepilepsi fenitoin dan
natrium valproat, obat penghambat saluran kalsium tertentu (misalnya
nifedipin, verapamil, diltiazem, amlodipin, felodipin), obat
imunoregulasi (misalnya siklosporin), dan kontrasepsi oral dosis
tinggi. Untuk kondisi gingiva yang dipengaruhi obat, bakteri plak
bersamaan dengan obat diperlukan untuk menghasilkan respon
gingiva.
- Gambaran klinis
Secara klinis, Drug-Influenced Gingival Enlargements biasanya
mempengaruhi gingiva interdental gigi anterior dan terbatas pada
gingiva cekat. Ini dapat meluas ke arah koronal, saat jaringan
membesar, menjadi menebal dan berpenampilan berlobus. Drug-
Influenced Gingival Enlargements juga memiliki kecenderungan
untuk mempengaruhi gigi posterior tetapi jarang terjadi dibandingkan
dengan daerah anterior. Pembesaran cenderung lebih menonjol di
daerah di mana plak menumpuk, seperti di tepi restorasi, akar yang

14
tertahan, dan di sekitar alat ortodontik tetapi jarang terlihat di daerah
edentulous. Lesi dapat meradang jika berhubungan dengan infeksi
periodontal dan tampak berwarna merah atau keunguan, dan
mengeluarkan banyak darah.
- Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang telah dikaitkan dengan peningkatan risiko DIGE
yakni:
● Kontrol plak
● Dosis obat dan obat yang digunakan bersamaan
● Faktor genetik, usia dan jenis kelamin.

c. Penyakit gingival – tidak diinduksi dental biofilm


1. Gangguan genetik/ perkembangan.
A. Hereditary Gingival Fibromatosis (HGF)

HGF merupakan tumor jinak dan non hemoragik yang dapat


menutupi seluruh atau sebagian gigi. HGF dapat muncul dengan
sendirinya atau sebagai bagian dari sindrom. Beberapa kasus
muncul dalam keluarga yang sama (pola pewarisan autosomal
dominan). Gambaran klinis HGF berupa: gingiva berwarna
kemerahan, tampilan berserat, tetapi tidak ada tanda tanda
inflamasi, yang menutupi sebagian gigi atau seluruhnya, dengan
tingkat keparahan yang bervariasi, tetapi tidak mempengaruhi
tulang.

15
2. Infeksi spesifik.
A. Infeksi yang Disebabkan Bakteri
Infeksi ini dapat terjadi ketika fungsi hemostatis antara patogen
non-plak dan host tidak ditangani dengan baik. Lesi ini dapat
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, Treponema
pallidum, Streptococcus, Mycobacterium chelonae, atau
organisme lain. Lesi gingiva bermanifestasi sebagai ulserasi, nyeri,
edema eritematous, seperti chancres asimtomatik atau bercak
mukosa, atau sebagai gingivitis yang sangat meradang. Biopsi
yang dilengkapi dengan pemeriksaan mikrobiologis dapat
menunjukkan penyebab terjadinya lesi.

B. Infeksi yang Disebabkan Virus


Beberapa infeksi virus diketahui dapat menyebabkan inflamasi
gingiva, seperti virus herpes, meliputi virus herpes simplex tipe 1
(HSV-1) dan tipe 2 (HSV-2) serta virus varicella zoster. Virus ini
biasanya masuk ke tubuh manusia pada masa anak-anak dan dapat
menyebabkan penyakit mukosa mulut diikuti oleh periode laten
dan terkadang mengalami reaktivasi. HSV-1 biasanya
bermanifestasi oral, sedangkan HSV-2 terutama infeksi di
anogenital dan jarang melibatkan infeksi di mulut.

Primary herpetic gingivostomatitis memiliki gambaran klinis


berupa gingivitis berat yang disertai rasa sakit dan kemerahan,
ulserasi, adanya eksudat serofibrinous, edema dan stomatitis.
Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa jaringan parut dalam

16
waktu 10-14 hari. Selama periode ini rasa sakit dapat menyebabkan
kesulitan saat makan.

Virus Varicella zoster yang menyebabkan cacar air merupakan


infeksi primer yang dapat sembuh sendiri. Penyakit ini umumnya
terjadi pada anak dan reaktivasi virus pada orang dewasa
menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit dapat bermanifestasi
di gingiva. Herpes zoster cenderung menyerang manula diatas 60
tahun, penderita penyakit imunosupresif seperti HIV/AIDS,
leukemia, lupus, dan limfoma. Pada penderita HIV,terjadi
kerusakan jaringan yang parah berupa mobilitas gigi dan nekrosis
tulang alveolar. Ciri khas penyakit ini berupa pembentukan lesi
hanya pada sisi yang memiliki nyeri hebat.

C. Infeksi yang Disebabkan Jamur


Penyakit gingiva paling umum yang berasal dari jamur adalah
candidosis yang disebabkan oleh organisme C.albicans. Infeksi
C.albicans biasanya terjadi akibat penurunan sistem pertahanan
tubuh, termasuk defisiensi imun, penurunan sekresi saliva,
merokok, dan pengobatan dengan kortikosteroid, tetapi juga dapat
disebabkan oleh berbagai faktor predisposisi. Terapi untuk
candidosis oral adalah perawatan secara topikal menggunakan
nistatin, Ampoterisin B, dan klotrimazole selama dua minggu
sampai terlihat perbaikan pada lesi; jika tidak ada perbaikan, maka
dilakukan terapi sistemik menggunakan ketokonazol, flukonazol
atau itrakonazol

17
Selain candidosis, histoplasmosis juga merupakan penyakit yang
disebabkan oleh jamur dimorfik, yang menular melalui spora di
udara. Gejalanya dapat muncul dalam beberapa hari atau beberapa
minggu, dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu akut, kronis, dan
metastasis. Metastatis histoplasmosis pada rongga mulut paling
sering ditemukan pada daerah gingiva. Lesi ini awalnya berbentuk
nodul atau papila kemudian berubah menjadi ulseratif, yang
ditandai dengan hilangnya jaringan gingiva dan terasa sangat
sakit.Pasien yang memiliki lesi oral umumnya membutuhkan
perawatan yang komprehensif dan pengobatan menggunakan
terapi antijamur sistemik.

3. Kondisi peradangan dan kekebalan tubuh.


3.1 Reaksi Hipersensitivitas
3.1.1 Eritema multiforme (EM)
Erythema Multiforme (EM) adalah penyakit peradangan
hipersensitifitas yang jarang ditemukan. EM dapat mengenai
mukosa dan kulit sehingga disebut EM mayor, namun juga dapat
ditemukan tanpa lesi kulit sehingga disebut EM minor.
Berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan klinis, dan
laboratorium sebagai penunjang klinis, maka diagnosis dari pasien
ini adalah Erythema Multiforme dengan penyebab yang belum
diketahui.

18
Lesi kulit yang menjadi gambaran klinis khas EM adalah adanya
lesi target, namun pada kasus EM minor mungkin saja tidak
ditemukan. Lesi EM minor hanya terbatas ditemukan pada mukosa
rongga mulut dan bibir, serta cenderung mengalami perdarahan.

3.2 Penyakit Autoimun Pada Kulit dan Selaput Lendir


3.2.1 Pemphigus vulgaris (PV)
Pemfigus Vulgaris (PV) merupakan penyakit autoimun yang
menyerang membran mukosa dan kulit, ditandai dengan
pembentukan blister intraepitel. Etiologi dan patogenesis yang
pasti masih belum diketahui dengan jelas, namun berkaitan erat
dengan faktor endogen (genetik) dan adanya interaksi dengan
faktor eksogen.

gambaran klinis (a) krusta merah kehitaman pada bibir bawah.


Erosi dan sloughing yang meluas pada (b&c) mukosa labial atas &
bawah serta gingival, (d&e) ventral & lateral lidah dan dasar mulut,
(f&g) mukosa bukal kiri-kanan, dan (h) palatum molle
3.2.2 Lupus Eritematosus (LE)
Penyakit lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan penyakit
autoimun kronis yang penyebabnya belum diketahui secara pasti.

19
Penyakit ini melibatkan banyak sistem organ dengan manifestasi
klinis yang beragam.

Gambaran klinis dalam rongga mulut berupa plak putih yang


menyerupai susu. Plak ini terdiri dari sel-sel epitel deskuamasi,
agregat dari hifa jamur, fibrin dan komponen nekrotik.
Pseudomembran dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan dapat
meninggalkan daerah eritema serta terkadang permukaannya
berdarah. Mukosa labial, mukosa bukal, palatum dan orofaring
merupakan daerah yang umumnya terkena.

4. Proses reaktif.
4.1 Epulis
Epulis gravidarum atau pregnancy tumor merupakan pembesaran
gingiva yang jarang yang terjadi selama kehamilan.

gambaran klinis. Lesi ini umumnya jinak, tidak sakit, merupakan


suatu massa berwarna merah muda, merah atau keunguan, dapat
bertangkai atau tidak bertangkai yang kemudian menyebar ke
margin gingiva. Lesi dapat tumbuh dengan cepat umumnya pada
bukal gingiva terjadi pada akhir trimester pertama, dan meningkat
dengan pertambahan usia kehamilan.

20
4.1.3 Granuloma fibroblastik kalsifikasi
Granuloma fibroblastik kalsifikasi Kalsifikasi granuloma
fibroblastik (epulis fibroid pengerasan, fibroma pengerasan
perifer) terjadi secara eksklusif pada gingiva. Lesi, meskipun
biasanya berdiameter lebih kecil dari 1,5 cm, dapat mencapai
ukuran yang lebih besar dan jarang menyebabkan pemisahan gigi
yang berdekatan dan resorpsi puncak alveolar.
4.1.4 Granuloma piogenik
Pyogenic granuloma (PG) merupakan suatu lesi jinak non-
neoplasma berupa proliferasi vaskuler pada jaringan kulit dan
membran mukosa yang tidak diketahui penyebab pastinya namun
biasanya timbul setelah terjadinya trauma minor.

Gambaran klinis awal benjolan merah pada bibir bawah.


4.1.5 Granuloma sel raksasa perifer
Granuloma sel raksasa perifer (atau pusat) Granuloma sel raksasa
perifer (epulis sel raksasa, granuloma reparatif sel raksasa perifer)
biasanya berkembang dari gingiva marginal. Pembengkakan
mungkin sessile atau pedunculated, kadang-kadang mengalami
ulserasi, dan penampakannya mungkin menyerupai granuloma
piogenik.

5. Neoplasma
5.1 Premalignant
5.1.1 Leukoplakia
Leukoplakia merupakan lesi putih pada mukosa mulut . Lesi ini
umumnya asimptomatik dan tidak dapat dihilangkan. Sekitar
20% dari lesi leukoplakia menunjukkan beberapa derajat
dysplasia atau karsinoma setelah biopsi dan sebagian besar
kanker mulut didahului oleh area leukoplakia yang sudah lama

21
ada. Sebagai akibat, leukoplakia dapat dianggap sebagai kondisi
premalignant. Lesi paling sering terjadi pada mukosa bukal,
gingiva mandibula, lidah, dan dasar mulut. Leukoplakia
bermanifestasi secara klinis sebagai homogen dan nonhomogen
subtipe. Ukuran lesi dan gambaran klinis merupakan penentu
prognosis. Dengan demikian, lesi lebih besar dan jenis lesi non-
homogen menyiratkan risiko yang lebih besar akan
bertransformasi ganas dari leukoplakia homogen. Leukoplakia
sendiri dapat disebabkan dari penggunaan tembakau dan alkohol.

5.1.2. Eritroplakia
Erythroplakia adalah bagian merah dari leukoplakia, yang tidak
dapat didiagnosis sebagai penyakit lain. Erythroplakia biasanya
memiliki prakanker yang lebih tinggi potential. Lesi jarang
terjadi dan jarang mempengaruhi gingiva. lesi ini terkait dengan
lichen planus.

5.2 Maglinant/Ganas
5.2.1. Squamous cell carcinoma
Karsinoma intraoral dan paling sering terjadi pada regio
premolar dan molar mandibula. Lesi umumnya terjadi pada
daerah edentulous. Mobilitas gigi yang berdekatan umum, dan
invasi tulang alveolar yang mendasarinya terlihat pada sekitar
50% kasus. Skuamosa gingiva karsinoma sel dapat menyerupai
lesi oral lain yang mempengaruhi periodonsium, yang sebagian
besar bersifat reaktif atau inflamasi
5.2.2. Leukemia
Leukemia dapat diklasifikasikan menjadi akut atau kronis dan
limfositik/limfoblastik atau myeloid tergantung pada asal
histogenetiknya. Lesi mulut terjadi pada leukemia akut dan
kronis tetapi lebih sering terjadi dalam bentuk akut. Tanda dan
gejalanya bervariasi termasuk infeksi bakteri, virus, dan jamur
kandidosis, dan infeksi herpes simpleks juga dapat terjadi

22
5.2.3. Limfoma
Limfoma adalah istilah umum yang diberikan untuk tumor
sistem limfoid dan merupakan keganasan hematologi yang
paling umum. Limfoma dapat berasal dari B-limfosit dan
Tlimfosit sel. Ada dua jenis utama limfoma: Limfoma Hodgkin
dan limfoma non-Hodgkin

6. Penyakit endokrin, gizi dan metabolisme


6.1 Kekurangan vitamin
6.1.1. Kekurangan vitamin C (penyakit kudis)
Asam askorbat (vitamin C) diperlukan untuk berbagai proses
metabolism dalam jaringan ikat serta dalam formasi katekolamin.
Secara klinis, terjadi peningkatan perdarahan gingiva, ulserasi
dan pembengkakan sebagai penurunan respon imun. Hal ini
disebabkan perubahan metabolisme jaringan ikat karena
kekurangan asam askorbat.

7. Lesi traumatis
Lesi traumatik pada gingiva dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab. Lesi tersebut dapat disebabkan oleh diri sendiri,
iatrogenik, atau tidak disengaja.
Bahan kimia yang digunakan dalam praktik perawatan gigi sehari-
hari seperti obat kumur, pernis, dan pasta devitalisasi jika
digunakan secara tidak tepat dapat merusak integritas jaringan
lunak di rongga mulut. Beberapa bahan kedokteran gigi yang
umum digunakan seperti formokresol, natrium hipoklorit (NaOCl),
eugenol, hidrogen peroksida (H2O2), serta bahan nonfarmasi
seperti bawang putih, cengkeh, atau mint dapat menjadi penyebab
cedera kimia. Terapinya berupa irigasi, analgetik dan aplikasi
kortikosteroid topikal benzokain. Pasien disarankan untuk
menghindari makanan keras, panas dan pedas.

Selain itu, teknik membersihkan mulut yang tidak tepat dapat


mempengaruhi gingiva. Kerusakan bervariasi mulai dari laserasi

23
gingiva superfisial hingga hilangnya jaringan yang mengakibatkan
reses gingiva. Pasta Gigi yang abrasif, gaya menyikat yang kuat,
dan gerakan sikat gigi horisontal dapat menyebabkan cedera
gingiva bahkan pada pasien muda. Lesi biasanya sembuh sendiri
dan edukasi diberikan kepada pasien agar melakukan prosedur
pembersihan mulut dengan tepat.

Lalu, cedera termal, seperti luka bakar ringan akibat minuman


panas yang secara klinis tampak sebagai eritema merah atau putih
yang menyakitkan, kadang mengalami deskuamasi dan
meninggalkan erosi, lebih lanjut terjadi nekrosis. Pada lesi ringan,
luka dapat sembuh sendiri dalam waktu seminggu. Terapi ozon dan
biomodulasi laser dapat membantu prognosis ke arah lebih baik.
Pemberian antibiotik profilaksis dianjurkan untuk cedera yang
parah. Pada kerusakan jaringan keras yang terkait dengan luka
bakar termal, area nekrotik harus diangkat melalui pembedahan
untuk menghindari kerusakan jaringan vital di sekitarnya serta
memberikan suplai darah untuk perbaikan dan regenerasi jaringan.

8. Pigmentasi gingiva
A. Melanoplakia
Melanoplakia dikaitkan dengan berbagai faktor eksogen
dan endogen termasuk obat-obatan, logam berat, genetika,
gangguan endokrin (penyakit Addison), sindrom (sindrom
Albright, sindrom PeutzJegher), dan reaksi pasca inflamasi.
Pigmentasi fisiologis biasanya simetris, terjadi pada gingiva,
mukosa bukal, langit-langit keras, bibir, dan lidah. Tampilan
klinisinya berwarna kecoklatan sampai hitam difus pada area
pigmentasi.
B. Smoker's melanosis
Faktor etiologi utama dalam pigmentasi melanositik mukosa
mulut adalah merokok. Melanosis perokok paling sering terjadi
pada gingiva wajah anterior rahang bawah. Melanosis berangsur-
angsur membaik atau mungkin sembuh total setelah berhenti

24
merokok dengan tampilan lesi kecoklatan paling sering pada
gingiva mandibula.
C. Drug-induced pigmentation (DIP)
DIP dapat disebabkan oleh akumulasi melanin, endapan obat atau
metabolit obat, sintesis pigmen di bawah pengaruh obat, atau
pengendapan besi setelah kerusakan pembuluh darah. Tampilan
klinis pigmentasi difusi yang berwarna abu-abu kebiruan sampai
kecoklatan.
D. Amalgam Tato
Pigmentasi mukosa mulut akibat amalgam sering terlihat pada
gingiva dan mukosa alveolar. Gambaran klinis berupa lesi datar
yang berwarna kebiruan, kehitaman, atau keabu-abuan, termasuk
pigmentasi lokalisata.

6.2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan indeks o’leary
1. Pengertian
Metode pemeriksaan indeks O’leary merupakan salah satu metode yang
dilakukan untuk mengukur plak individu. Metode ini lebih mengukur plak
yang terlihat daripada yang tidak terlihat, akan tetapi tidak ada pembeda
kuantitas plak yang terlihat pada setiap permukaan.
2. Prosedur Perhitungan

1. Pertama – tama pasien diberikan discloling agent. Untuk


penggunaannya sendiri, salah satunya dengan menggunakan disclosing
solution yaitu mengoleskan kapas yang telah ditetesi discoling solution
pada permukaan gigi yang menjadi indeks penelitian. Untuk pemeriksaan
indeks O’leary ini, semua elemen gigi yang terdapat di dalam rongga
mulut diperiksa sisi bukal, lingual, mesial dan distal. Apabila terdapat gigi
yang hilang, maka diberi tanda (x)

2. Setelah itu, dilihat apakah terdapat warna pada gigi ataukah tidak. Untuk
area gigi yang terwarnai diberi tanda (+), sedangkan untuk area gigi yang
tidak terwarnai diberi tanda (-).

25
3. Kemudian, setelah dilakukan pemeriksaan maka indeks plak dapat
dihitung. Caranya sebagai berikut :

3. Interpretasi
Adapun kriteria skor hasil perhitungan indeks O’leary sebagai berikut:

Skor Kriteria

0-20% Baik

21-40% Sedang

41-60% Buruk

>60% Buruk sekali

b. Pemeriksaan radiografi
- Kondisi normal tulang alveolar

26
● Tipis, halus, terkortikasi merata dari margin hingga ke puncak tulang
(crest) interdental pada regio posterior
● Tipis, bahkan menunjukkan margin hingga puncak tulang (crest)
interdental pada regio anterior
● kortikasi pada bagian atas dari puncak (crest) tidak selalu terlihat jelas,
terutama karena jumlah tulang yang sedikit di antara gigi anterior
● Puncak tulang interdental menyambung dengan lamina dura pada gigi
yang berdekatan. Pertemuan keduanya membentuk sudut yang tajam.
● Tipis bahkan melebar ke arah ruang ligamen periodontal mesial dan
distal.

- Kondisi resorpsi tulang alveolar

Resorpsi tulang alveolar merupakan pola kerusakan tulang alveolar yang


mengakibatkan mobilitas gigi dan kehilangan gigi.

1. Hilangnya margin/tepi puncak interdental yang terkortikasi, tepi tulang menjadi


tidak rata/tumpul
2. Pelebaran ruang ligamen periodontal pada margin/tepi puncak tulang
3. Hilangnya sudut yang bentuk normalnya tajam antar puncak tulang dan lamina
dura. Sudut tulang menjadi bulat dan tidak rata
4. Hilangnya tulang alveolar secara lokal atau menyeluruh

27
5. Pola kehilangan tulang baik horizontal dan/atau vertikal yang mengakibatkan
kehilangan tulang yang merata atau pembentukan defek intra-tulang yang
kompleks
6. Kehilangan tulang pada area furkasi gigi yang berakar ganda. Hal ini dapat
bervariasi dari pelebaran ligamen periodontal daerah furkasi hingga
membesarnya zona kerusakan tulang
7. Pelebaran ruang ligamen periodontal interdental
6.3. Gingiva
Definisi :
Kondisi Normal :
6.4. Poket
- Jenis-jenis
Pendalaman sulkus gingiva dapat terjadi sebagai akibat dari pergerakan koronal
margin gingiva, perpindahan apikal dari perlekatan gingiva, atau kombinasi dari
dua proses. Poket dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 23.1 Ilustrasi pembentukan poket yang menunjukkan perluasan


dalam dua arah (panah) dari sulkus gingiva normal (kiri) ke poket
periodontal (kanan).
1. Berdasarkan Morfologinya
● Poket gingiva/ pseudopoket/ poket relatif
Poket gingiva dibentuk oleh pembesaran gingiva tanpa kerusakan jaringan
periodontal di bawahnya. Sulkus diperdalam karena peningkatan massa
gingiva (Gbr. 23.2A).

28
Gambar 23.2 Berbagai jenis poket periodontal A. Poket Gingiva, tidak
ada kerusakan pada jaringan pendukung periodontal B. Poket Suprabony,
dasar poket adalah koronal ke tingkat tulang di bawahnya. Pengeroposan
tulang bersifat horizontal. C. Poket Infrabony, dasar poket apikal ke
tingkat tulang yang berdekatan. Keropos tulang bersifat vertikal.
● Poket periodontal menghasilkan kerusakan pada jaringan pendukung
periodontal, menyebabkan kelonggaran dan pengelupasan gigi. Bagian
selanjutnya dari bab ini mengacu pada jenis poket. Berdasarkan letak dasar
dari poket dalam kaitannya dengan tulang di bawahnya, poket periodontal
dapat diklasifikasikan menjadi jenis berikut :
1. Supraboni (supracrestal atau supraalveolar) terjadi ketika bagian bawah poket
berada di koronal tulang alveolar di bawahnya (Gbr. 23.2 B)
2. Intraboni (infraboni, subcrestal, atau intraalveolar) terjadi ketika bagian
bawah poket apikal ke tingkat tulang alveolar yang berdekatan. Dengan
kedua jenis ini, dinding poket lateral terletak di antara permukaan gigi dan
tulang alveolar (Gbr. 23.2 C).
2. Berdasarkan jumlah permukaan yang terlibat :

Gambar 23.3 Representasi skematis menunjukkan klasifikasi poket


menurut permukaan gigi yang terlibat: (A) Simple pocket; (B) Compound
pocket and (C) Complex/spiral pocket (tortuous).

29
● Simple pocket : Melibatkan satu permukaan gigi
● Compound pocket : Melibatkan dua atau lebih permukaan gigi. Dasar
poket terhubung secara langsung dengan margin gingiva sepanjang setiap
permukaan yang terlibat.
● Complex/ Spiral pocket ( Tortous) : Poket berasal dari satu permukaan
gigi dan berputar di sekitar gigi untuk melibatkan satu atau lebih
permukaan lainnya. Satu-satunya penghubung dengan margin gingiva ada
di permukaan asal poket. Poket ini biasanya terjadi di area furkasi.
3. Berdasarkan aktivitas penyakit :
● Poket aktif : Poket yang terdiri dari banyak sel-sel inflamasi dan ditandai
dengan perdarahan spontan atau pendarahan saat diberikan sedikit
provokasi.
● Poket tidak aktif : Poket yang mengandung lebih sedikit sel-sel inflamasi
dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehilangan tulang
4. Berdasarkan sifat dinding jaringan lunaknya :
● Edema : Mengandung banyak eksudat seluler dan infiltrat inflamasi dan
dinding poket tampak merah kebiruan,lunak,rapuh dengan permukaan
licin mengkilat.
● Fibrotik : mengandung banyak serat jaringan ikat dan dinding poket
tampak pink dan relatif kencang.

- Pemeriksaan

Ket. Probing pada poket periodontal.

30
Pemeriksaan poket periodontal dilakukan melalui probing. Probing
merupakan pengukuran jarak dari dasar poket ke margin gingiva atau
cemento-enamel junction. Jarak ini dikenal sebagai kedalaman poket
periodontal, kedalaman probing atau, kedalaman sulkus gingiva.
Langkah-langkah dalam melakukan probing, yaitu:
1. Probe dipegang secara pens grap lalu ujung probe dimasukkan ke
dalam sulkus gingiva dengan tekanan ringan (25 g force).
2. Probe berjalan mengelilingi lingkar gigi mulai dari permukaan
distobukal ke mesiobukal lalu bagian mesiolingual sampai
distolingual dan cari ukuran terdalam. Kedalaman probing
periodontal tercatat sekitar enam situs per gigi, yaitu mesiobukal,
mid-bukal, distobukal, mesiolingual, mid-lingual, dan
distolingual.
3. Probe harus sedikit miring ke arah mahkota atau permukaan akar
untuk mencegahnya menempel atau terhalang oleh dinding poket
4. Pengukuran dilakukan ketika probe sudah mencapai dasar sulkus
atau poket ke margin gingiva atau cemento-enamel junction.

Ket. A,B,D, dan E probing terhadap proksimal. C, Midfacial probing

31
Ket. A, Pandangan probing dibagian bukal. B, Pandangan probing
dibagian palatal.

- Interpretasi
Kode Skor Basic Periodontal Examination (BPE)

Tidak ada poket >3,5 mm, tidak ada


kalkulus/overhang, tidak ada perdarahan
0 setelah probing (pita hitam terlihat
seluruhnya)

Tidak ada poket >3,5 mm, tidak ada


kalkulus/overhang, tetapi berdarah setelah
1 probing (pita hitam terlihat seluruhnya)

Tidak ada poket >3,5 mm, tetapi


2 kalkulus/overhang supra atau subgingival
(pita hitam benar-benar terlihat)

Kedalaman probing 3,5–5,5 mm (pita


3 hitam terlihat sebagian, menunjukkan
poket berukuran 4 atau 5 mm)

Kedalaman probing >5,5 mm (pita hitam


4 seluruhnya berada di dalam poket,
menunjukkan poket dari 6 mm atau lebih

* Keterlibatan Furkasi

32
6.5. Perawatan
6.4.1 Fase I (scaling dan root planing)
- Pengertian
Scaling adalah proses dimana biofilm dan kalkulus dihilangkan
dari permukaan supragingiva dan subgingiva gigi. Tidak ada upaya
sengaja yang dilakukan untuk menghilangkan substansi gigi bersama
dengan kalkulus.
Root planing adalah proses dimana sisa kalkulus yang melekat dan
bagian sementum dikeluarkan dari akar untuk menghasilkan permukaan
yang halus, keras, dan bersih.

- Tujuan
Tujuan utama dari scaling dan root planing adalah untuk mengembalikan
kesehatan gingiva dengan menghilangkan secara menyeluruh unsur-unsur
yang memicu peradangan gingiva (yaitu, biofilm, kalkulus, dan
endotoksin) dari permukaan gigi.

- Alat dan bahan


Instrumen scaling, root-planing digunakan untuk menghilangkan
biofilm dan endapan deposit dari mahkota dan akar gigi,
menghilangkan sementum yang berubah dari permukaan akar
subgingival, dan debridemen jaringan lunak yang melapisi poket.
Adapun alat yang digunakan untuk scaling dan root planing, antara
lain:
1. Probe periodontal
Probe periodontal digunakan untuk mengukur kedalaman poket
dan menentukan konfigurasinya. Probe umumnya berbentuk
tapered, tumpul dengan ujung yang membulat, rodlike yang
terkalibrasi dalam milimeter. Idealnya, probe harus tipis dan
memiliki shank yang bersudut untuk memungkinkan insersi yang
mudah ke dalam poket. Area furkasi paling baik dievaluasi dengan
probe Nabers yang melengkung dan tumpul.

33
Ket. Tipe-tipe probe periodontal.

Ket. Probe Nabers untuk mendeteksi area furkasi.

Ketika mengukur poket, probe dimasukkan dengan tekanan


lembut ke bagian bawah poket. Shank harus sejajar dengan sumbu
panjang permukaan gigi yang akan diperiksa. Beberapa
pengukuran dilakukan untuk menentukan tingkat perlekatan
sepanjang permukaan gigi.

2. Explorer
Explorer digunakan untuk menemukan deposit subgingival dan
area karies serta untuk memeriksa kehalusan permukaan akar
setelah root planing. Explorer dirancang dengan berbagai bentuk
dan sudut, dengan berbagai kegunaan, serta keterbatasan.

34
Ket. lima tipe eksplorer.

3. Sickle scalers
Sickle scaler memiliki permukaan yang rata dan dua ujung tajam
yang menyatu di ujung yang runcing. Bentuk instrumen membuat
ujungnya kuat sehingga tidak putus saat digunakan. Sickle scaler
digunakan terutama untuk menghilangkan kalkulus supragingiva.
Dengan desain instrumen ini, sulit untuk memasukkan sickle blade
besar di bawah gingiva tanpa merusak jaringan gingiva di
sekitarnya. Pemilihan instrumen ini harus didasarkan pada area
yang akan dikerjakan. Sickle scaler dengan shank lurus dirancang
untuk digunakan pada gigi anterior dan premolar. Sickel scaler
dengan contra-angled shank dirancang untuk digunakan pada gigi
posterior.

Ket. Karakteristik sickle scaler : bentuk triangular, double-cutting edge, dan


ujung tajam.

35
4. Kuret
Kuret adalah instrumen pilihan untuk menghilangkan kalkulus
subgingival yang dalam, perubahan sementum root planing, dan
menghilangkan jaringan lunak yang melapisi poket periodontal.
Setiap ujung memiliki cutting-edge di kedua sisi blade dan ujung
yang membulat. Kuret lebih halus dari sickle scaler dan tidak
memiliki titik tajam atau sudut selain ujung tajam blade. Oleh
karena itu kuret dapat diadaptasi dan memberikan akses yang baik
ke poket yang dalam, dengan trauma jaringan lunak yang minimal.
Terdapat dua tipe dasar kuret, yaitu universal dan area spesifik.
a. Kuret Universal
Kuret universal memiliki tepi tajam yang dapat
dimasukkan di sebagian besar area gigi dengan mengubah
dan mengadaptasi sandaran jari, titik tumpu, dan posisi
tangan operator. Ukuran blade dan sudut serta panjang
shank dapat bervariasi, tetapi permukaan blade setiap kuret
universal berada pada sudut 90 derajat (tegak lurus) ke
shank bawah jika dilihat pada penampang melintang dari
ujung.

b. Area Spesifik Kuret


● Kuret Gracey
Kuret Gracey merupakan set instrumen yang
dirancang bersudut yang berfungsi untuk beradaptasi
dengan area anatomi tertentu dari gigi. Kuret ini dan
modifikasinya mungkin merupakan instrumen terbaik

36
untuk scaling subgingival dan root planing karena
memberikan adaptasi terbaik untuk anatomi akar yang
kompleks. Kuret Gracey ujung ganda dipasangkan
dengan cara berikut:
Gracey #1-2 dan #3-4 : gigi anterior
Gracey #5-6 : gigi anterior dan gigi premolar
Gracey #7-8 dan #9-10 : gigi posterior, permukaan
fasial dan lingual
Gracey #11-12 : gigi posterior, permukaan mesial
Gracey #13-14 : gigi posterior, permukaan distal

Ket. Kuret gracey

5. Hoe scalers
Hoe scaler digunakan untuk menghilangkan kalkulus subgingiva
dan sementum yang rusak. Blade scaler diinsersikan hingga dasar
poket periodontal lalu digerakkan dengan pull stroke ke arah
mahkota gigi. Mata pisau membengkok membentuk sudut 99
derajat terhadap leher alat. Alat didesain untuk setiap permukaan
gigi.

37
6. File scalers
Fungsi utamanya adalah untuk memecah atau menghancurkan
endapan besar kalkulus yang kuat atau lembaran kalkulus yang
mengkilap. Namun, file scalers dapat dengan mudah mencungkil
dan membuat permukaan akar menjadi kasar jika digunakan
secara tidak benar.

Ket. (A) Chisel scaler dan (B) File scaler

7. Chisel scalers
Chisel scaler didesain khusus untuk digunakan pada permukaan
proksimal gigi yang ruang interproksimalnya terlalu rapat,
biasanya pada bagian anterior. Instrumen ini terdiri atas curved
shank pada satu sisi dan straight shank di sisi lain. Chisel
diinsersikan dari permukaan fasial dengan gerakan mendorong.
Lehernya bisa lurus atau membengkok, dengan sisi pemotong
membentuk sudut 45 derajat.

8. Endoskopi periodontal
Endoskopi periodontal ini memungkinkan visualisasi yang jelas
secara mendalam ke dalam poket dan furkasi subgingival. Ini
memungkinkan operator untuk mendeteksi keberadaan dan lokasi
deposit subgingiva dan memandu mereka dalam menghilangkan
deposit tersebut secara menyeluruh. Pembesaran berkisar dari 24
hingga 48 kali, memungkinkan visualisasi bahkan deposit plak dan
kalkulus yang sangat kecil. Dengan menggunakan perangkat ini,

38
operator dapat mencapai tingkat debridemen dan kebersihan akar
yang jauh lebih sulit atau tidak mungkin dilakukan tanpanya.

9. Instrumen ultrasonic dan sonic


Scaling dan root planing dengan menggunakan instrumen
ultrasonik efisien dalam segi waktu dan lebih ergonomis. Tip
ultrasonik tersedia dalam beberapa desain sehingga dapat
menghilangkan kalkulus supragingiva dan subgingiva, dan
membantu dalam membersihkan poket periodontal. Vibrasi yang
dihasilkan oleh instrumen ultrasonik mampu menghilangkan
deposit kalkulus dan stain yang berukuran besar dan membandel
dengan baik. Scaler ultrasonik dipegang dengan modified pen
grasp dan diaplikasikan dengan tekanan ringan. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menggunakan instrumen ultrasonik
antara lain risiko kontaminasi aerosol dari mulut pasien, tidak
diindikasikan untuk pasien yang menggunakan pacemaker, serta
sensasi taktilnya kurang sehingga harus hati-hati agar tidak
menimbulkan trauma jaringan dan ketidaknyamanan pasca
prosedur.

Ket. Ultrasonic device

39
Ket. Cara memegang tip dengan teknik pen grasp

10. Instrument Cleansing dan polishing


Agar permukaan gigi menjadi halus licin dan mengkilap, maka
tindakan pemolesan setelah scaling dan root planing perlu
dilakukan. Beberapa instrumen poles yang umum digunakan
antara lain rubber cup dan bristle brush. Penggunaan instrumen
poles dibarengi dengan pasta poles untuk meminimalisir
terjadinya frictional heat yang dihasilkan oleh instrumen poles.
Brush digunakan untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan
nekrotik. Rubber digunakan agar permukaan gigi halus licin
sehingga menghindari mudahnya perlekatan kembali plak dan
kalkulus dalam waktu singkat.

1. Scaling Supragingiva

Scaling supragingiva merupakan prosedur scaling untuk menghilangkan


kalkulus yang melekat diatas margin gingiva serta permukaan mahkota

40
gigi. Kalkulus supragingiva memiliki konsistensi yang tidak sekeras
kalkulus subgingiva sehingga lebih mudah dibersihkan.

Prosedur :

1. Grasp : Scaling supragingiva dilakukan dengan hand instrumen seperti


sickle scaler atau kuret dan instrumen ultrasonik yang dipegang dengan
modified pen-grasp (memegang pena).

2. Finger Rest : Pegang gigi yang berdekatan dengan area kerja sebagai
tumpuan.

3. Visibilitas, Luminasi dan Retraksi : Gunakan kaca mulut untuk menarik


pipi dan bibir pasien agar operator mendapatkan visibilitas yang baik.

4. Adaptasi dan Angulasi : Ujung blade scaler diarahkan membentuk sudut


kurang dari 90 derajat terhadap permukaan gigi dengan sisi tajam
menyentuh apikal margin dari kalkulus supragingiva. Lakukan dengan

41
berhati-hati karena ujung blade yang tajam dapat melukai margin gingiva
dan permukaan akar yang terekspos.

5. Stroke : Lakukan gerakan cepat dan tegas dengan mengusap area


koronal secara vertikal atau oblique untuk menghilangkan kalkulus.

6. Endpoint : Lakukan hingga seluruh permukaan telah bersih dari


kalkulus, lalu lakukan evaluasi dengan menggunakan sonde dan pastikan
seluruh permukaan telah bersih.

2. Scaling Subgingiva dan Root Planing

42
Scaling subgingiva merupakan prosedur untuk menghilangkan kalkulus
subgingiva, sedangkan root planing merupakan prosedur yang dilakukan
untuk membersihkan sisa kalkulus yang tertanam di permukaan sementum
agar menghasilkan permukaan yang halus dan bersih. Prosedur scaling
subgingiva dan root planing lebih kompleks dibandingkan scaling
supragingival karena konsistensi kalkulus subgingiva lebih keras dan lebih
melekat kuat ke permukaan akar yang irregular. Visualisasi ke area yang
akan dibersihkan terhalang oleh jaringan lunak yang menutupi dan darah
yang keluar menuntut dokter untuk peka terhadap sensasi taktil dalam
melokalisir kalkulus subgingiva.

Prosedur :

1. Grasp : Dapat menggunakan alat seperti sickle scaler, kuret universal,


kuret gracey dan instrumen ultrasonik yang dipegang dengan modified
pen-grasp.

2. Finger Rest : Letakkan jari pada gigi yang berdekatan dengan area kerja
sebagai tumpuan. Lokasi tumpuan jari atau titik tumpu penting untuk
menjaga tangkai bagian bawah instrumen sejajar atau hampir sejajar
dengan permukaan gigi yang akan dirawat dan memungkinkan operator

43
untuk menggerakan pergelangan tangan. Tumpuan jari harus cukup dekat
dengan wilayah kerja untuk memenuhi kedua persyaratan tersebut, kecuali
pada beberapa aspek gigi posterior maksila, dimana persyaratan ini hanya
dapat dipenuhi dengan penggunaan titik tumpu ekstraoral atau
berlawanan.

3. Visibilitas, Luminasi dan Retraksi : Gunakan kaca mulut untuk menarik


pipi dan bibir pasien agar operator mendapatkan visibilitas yang baik.

4. Insersi : Lakukan dengan memposisikan tangkai bawah kuret pararel


dengan permukaan gigi lalu digerakkan kearah gigi sehingga ujung blade
sejajar dengan permukaan gigi. Kemudian masukkan ujung kuret kedalam
gingiva hingga dasar poket dengan gerakan eksplorasi ringan.

5. Adaptasi dan angulasi : Setelah ujung blade mencapai dasar poket,


posisikan kuret dengan membentuk sudut 45 hingga 90 derajat sejajar
permukaan gigi dan berikan tekanan secara lateral terhadap permukaan
gigi.

44
6. Stroke : Lakukan gerakan overlapping yang kuat, cepat, dan terkontrol
dengan pergelangan tangan untuk membersihkan kalkulus,lakukan dengan
mengungkit dan menarik secara vertikal dan oblique kearah koronal untuk
melepaskan kalkulus dari permukaan gigi. Sedangkan untuk root planing,
lakukan gerakan dengan lebih lambat dan ringan kemudian berikan sedikit
tekanan lateral hingga permukaan akar benar-benar halus dan keras. Untuk
membersihkan permukaan proksimal gigi, posisikan tangkai kuret sejajar
dengan sumbu panjang gigi lalu lakukan gerakan yang sama hingga semua
kalkulus telah dibersihkan. Selama gerakan scalling, gaya harus
dimaksimalkan dengan memusatkan tekanan lateral ke sepertiga bagian
bawah blade dan aplikasikan tekanan lateral yang kuat apabila ingin
melepaskan kalkulus dengan satu kali tarikan.

7. Endpoint : Lakukan hingga seluruh permukaan gigi terbebas dari


kalkulus dari satu gigi ke gigi lainnya lalu lakukan evaluasi dengan
menggunakan sonde dan pastikan seluruh permukaan telah bersih.

45
- Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi
a. Terdapat plak dan kalkulus pada supragingiva dan subgingiva
serta sisa kalkulus dan produknya pada bagian akar/sementum
b. Pasien dengan gingivitis dan periodontitis kronis
c. Pasien yang membutuhkan terapi bedah periodontal
Kontraindikasi
a. Pasien dengan penyakit menular yang dapat ditularkan melalui
aerosol
b. Pasien dengan risiko penyakit pernapasan (pasien imunosupresi
dan paru kronis)
c. Perokok

6.4.2 Fase II
1. Jenis jenis perawatan fase II
1.1 Gingivektomi
a 2.1 Pengertian
Menurut World Workshop in Periodontics (1989),
gingivektomi didefinisikan sebagai "eksisi dinding jaringan
lunak dari poket periodontal".

b Tujuan
Adapun tujuan dari gingivektomi antara lain :
1. Eliminasi poket dengan resesi gingiva.
2. Perkembangan bentuk jaringan fisiologis untuk penyakit
pencegahan.

c Alat dan bahan


Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan dalam prosedur
gingivektomi.
● Pocket markers (Gambar A)
● Broad bladed knife: Kirkland knife (Gambar B)
● Interproximal knife: Orban's knife (Gambar C)

46
● Surgical handle no. 3 dan surgical blades No. 11, 12, 15

● Kuret

● Tissue nipper dan gunting

47
d Indikasi dan kontraindikasi
1. Indikasi
- Menghilangkan poket supraboni yang bersifat fibrous dan firm
- Menghilangkan pembesaran pada gingiva
- Menghilangkan abses periodontal supraboni
- Untuk memperpanjang mahkota klinis
- Untuk menciptakan bentuk gingiva yang lebih estetik
- Untuk mengkoreksi gingival craters

2 Kontraindikasi
- Jika dasar poket berada di apikal dari mucogingival junction
- Pasien dengan risiko tinggi perdarahan pasca operasi
- Pasien dengan oral hygiene yang buruk jika diperlukan bedah
tulang untuk koreksi maupun pemeriksaan morfologinya
- Pasien yang tidak kooperatif
- Pertimbangan estetika, terutama di anterior maksila
- Jika pasien mengeluh adanya sensitivitas gigi sebelum operasi.
Harus diobati sebelum operasi dan jika sensitivitas tidak dapat
dikontrol, pembedahan harus dikontraindikasikan

e Prosedur
Berikut adalah prosedur gingivektomi.
1) Tandai titik pendarahan
Setelah anestesi lokal (LA) diberikan di lokasi yang dipilih,
tandai titik perdarahan dengan bantuan penanda poket secara
sistematis, dimulai pada permukaan distal gigi, kemudian pada

48
permukaan fasial dan mesial. Prosedur ini diulangi pada
permukaan lingual atau palatal. Paruh penanda poket harus
sejajar dengan permukaan akar. Perforasi pinpoint menentukan
kedalaman poket yang digunakan sebagai pedoman untuk insisi.

2) Insisi
Insisi terputus-putus atau kontinu diberikan dari apikal ke dasar
titik perdarahan dimulai dari gigi paling terminal.

Sayatan bevel eksternal diberikan pada sudut 45 ° apikal ke dasar


poket dengan bantuan pisau Kirkland atau pisau No. 11 atau 15
dengan gagang BP No. 3 atau gagang Blake bersudut. Blade
harus melewati jaringan sepenuhnya ke gigi dalam arah koronal.

49
Insisi harus sedekat mungkin dengan tulang tanpa membukanya
untuk mengangkat jaringan lunak koronal ke tulang.

Prinsip utama disini adalah menghilangkan kantung sampai ke


dasar tanpa mengekspos tulang. Setelah insisi primer selesai pada
aspek bukal dan lingual, pisau Orban atau pisau Waerhaug
ditempatkan pada sudut 45° untuk membebaskan jaringan secara
interproksimal.

3) Pengangkatan jaringan

50
Jaringan yang diinsisi dihilangkan dengan hati-hati dengan
bantuan kuret atau scaler. Tanda jaringan yang tersisa
dihilangkan dengan gunting dan penjepit jaringan. Margin
gingiva harus tipis dan miring dan jika perlu dikoreksi dengan
menggunakan pisau atau bur intan yang berputar.

4) Scaling dan root planing


Kalkulus dan sementum nekrotik pada gigi dihilangkan dengan
bantuan scaler dan kuret.

5) Periodontal dressing
Perdarahan dikontrol dan setelah itu pembalutan periodontal
diterapkan pada tempat yang dirawat terutama untuk
kenyamanan pasien. Setelah itu, pasien diberikan instruksi pasca
operasi.

51
DAFTAR PUSTAKA

1. Amalia, T., & Setiadhi, R. (2019). Kandidiasis pada anak dengan lupus eritematosus
sistemik disertai ko-infeksi tuberkulosis Candidiasis in children with systemic lupus
erythematosus with tuberculosis co-infection. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran, 31(3), 202-207.
2. Bathla, Shalu. 2017. Textbook of Periodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd.
3. Holmstrup, P., Plemons, J., & Meyle, J. (2018). Non–plaque‐induced gingival
diseases. Journal of clinical periodontology, 45, S28-S43.
4. Hughes, Francis J., et al. 2013. Clinical Problem Solving in Periodontology and
Implantology (First Edition). Churchill Livingstone: Elsevier.
5. Murakami S, Mealey BL, Mariotti A, Chapple ILC. Dental plaque–induced gingival
conditions. Journal of Clinical Periodontol. 2018;45(Suppl 20):S17–S27.
6. Nelis, S. (2016). Pemfigus Vulgaris Oral Terkait Infeksi Virus Herpes Simpleks
(Laporan Kasus). Jurnal Kesehatan Gigi, 3(1), 41-48.
7. Newman, M. G., Takei, H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A. 2018. Newman and
Carranza's Clinical periodontology E-book. Elsevier Health Sciences.
8. Perry, Dorothy A., et al. 2014. Periodontology for The Dental Hygienist (Fourth
Edition). St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
9. Putra, I. N. G. J., Suniti, S., Nur'aeny, N., & Wahyuni, I. S. (2021). Suplementasi
mikronutrien pada pasien eritema multiforme dengan penurunan kualitas eritrosit
Micronutrient supplementation in erythema multiforme patients with decreased
erythrocyte quality. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 32(3), 111-119.
10. Riznika, R., Adhani, R., Oktiani, B. W., & Hatta, I. (2017). PERBEDAAN SKOR
INDEKS PLAK SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN
DENGAN MEDIA VIDEO DAN MODEL STUDI Tinjauan Pada Siswa Tunarungu
di SMPLB dan SMALB B Dharma Wanita Banjarmasin. Dentino: Jurnal Kedokteran
Gigi, 2(1), 44-49.
11. Scheid, Rickne C.,Gabriela Weis. 2017. Woelfel’s Dental Anatomy (Ninth Edition).
Philadelphia: Wolters Kluwer.
12. Tammama, T., & Sabilah, L. 2022. Kumpulan mukokel yang ditemukan di balik
granuloma piogenik pada bibir ibu menyusui (laporan kasus) Collections of

52
mucoceles located behind pyogenic granuloma on the lip of a breastfeeding woman
(a case report). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 34(3), 289-249.
13. Tetan-el, D., Adam, A. M., & Jubhari, E. H. 2021. Gingival diseases: plaque induced
and non-plaque induced. Makassar Dental Journal, 10(1), 88-95.
14. Zoheir, Noha, dan Francis J. Hughes. 2019. "The management of drug-influenced
gingival enlargement." Primary Dental Journal 8 (4): 34-39.
15. Sabarudin, Muhammad Annurdin dan Taib Haslina. 2019. Drug-influenced Gingival
Enlargement: Overview of the Clinical Features and Assessment Methods. The
Journal of Dentist. Vol 7: 1-7.

53

Anda mungkin juga menyukai