KELOMPOK 2
Dosen Fasilitator:
drg. Darmawangsah,M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya se
hingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “ GAGAL MANING…" tep
at pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan tutorial ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan sar
an yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1......................................................................................Latar Belakang 4
1.2.................................................................................Rumusan Masalah 5
1.3...........................................................................Tujuan Pembelajaran 5
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan......................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah yang dapat dialami endodontis selama perawatan saluran akar adalah rasa sa
kit dan bengkak atau keduanya dalam bentuk flare-up. Banyak hal yang dapat menjadi penyeba
b flare-up, meliputi cedera mekanik, kimia, mikroba pada pulpa atau jaringan periradikular, di
mana terjadi peradangan akut periradikular. Situasi ini dapat dicegah dengan pemilihan teknik i
nstrumentasi, yang meninggalkan sedikit debris diapikal, penyelesaian preparasi biomekanik d
alam satu kali kunjungan, penggunaan obat antimikrobial intrakanal antar kunjungan pada pen
gobatan kasus yang terinfeksi dengan restorasi koronal sementara yang tepat dan mempertahan
kan asepsis di seluruh perawatan saluran akar. Fenomena flare-up bersifat kompleks dan tidak
dipahami dengan baik yang melibatkan sejumlah hipotesis untuk etiologinya. Diagnosis dan pe
rawatan yang benar membantu dalam penyembuhan flare-up.
Flare-up antar kunjungan merupakan komplikasi yang terjadi dalam beberapa jam
sampai beberapa hari setelah prosedur endodontik, pasien mengalami peningkatan yang
signifikan dalam hal rasa sakit atau pembengkakan atau kombinasi dari keduanya dimana
pasien harus datang untuk kunjungan yang tidak terjadwal, untuk perawatan darurat. Insiden
flare-up termasuk rendah dan hanya terjadi dalam persentase kecil. Flare up dilaporkan sekitar
20%, di mana terjadi pembengkakan setelah perawatan nekrosis pulpa asimtomatik dan
periodontitis apikalis kronis. Sebaliknya, dalam penelitian lain, retrospektifnya melaporkan
kejadian flare-up sekitar 5,5%, di mana terjadi rasa sakit dan pembengkakan pada pasien
dengan diagnosis nekrosis pulpa dengan lesi periapikal asimtomatik, tetapi 1,4% dari semua
pasien tanpamemperhatikan diagnosisnya.
Kejadian flare-up meningkat berdasarkan tingkat keparahan preoperative pathosis dan
tanda atau gejala yang dialami pasien. Frekuensi terendah terjadi pada kejadian umum dengan
pulpa vital tanpa pathosis periapikal, frekuensi tertinggi terjadi pada pasien yang datang
dengan tingkat nyeri dan pembengkakan yang parah, dengan nekrosis pulpa dan abses apikalis
akut.
4
Rumusan Masalah
1. Apa penyebab kegagalan endodontic pada scenario?
2. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi kesalahan pada perawatan endodontic
3. Tindakan apa yang akan dilakukan apabila kegagalan endodontic ini terjadi?
4. Apa penyebab saluran akar tidak hermetis?
5. Apa diagnosis dari scenario tersebut?
6. Apa saja factor penyebab dari kasus di scenario tersebut?
7. Perawatan apa yang seharusnya dilakukan sebelum merujuk ke dokter gigi spesialis konse
rvasi?
8. Apa saja gejala klinis dari sakit yang diderita psien pada scenario?
9. Bagaimana kriteria suatu perawatan endodontic dikatakan berhasil?
10. Gambar radiopak dan radiolusen menandakan apa pada kasus di scenario?
11. Apa saja yang menjadi pertimbangan dokter gigi untuk mempertahankan gigi pasien?
5
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO III
GAGAL MANING…
Aku adalah Mahasiswa Co-ass di salah satu FKG yang ada di kotaku. Jono temanku s
atu kos hampir tiap hari menngeluhkan sakit mulai dari menenyakan obat apa yang bagus yan
g harus diminum untuk menghilangkan sakit giginya sampai dokter gigi mana yang bagus unt
uk memeriksakan giginya. Jono berkeinginan mencabut saja gigi yang sakit tersebut, sebagai
seorang “dokmud” tentunya aku menyarankan agar gigi tersebut dipertahankan saja karena m
enurutku gigi tersebut masih bagus. Aku mengajak Jono ke RSGM tempatku co-ass menuju k
linik VIP. Jono mengatakan kalau gigi tersebut sudah pernah dilakukan perawatan saraf gigi
6 bulan yang lalu namun akhir-akhir ini sering sakit, sehingga dia memutuskan untuk dicabut
saja. Pemeriksaaan objektif terlihat tumpatan pada gigi 46 masih bagus dan tidak terlihat adan
ya kebocoran. Dokter gigi meminta lakukan pemeriksaan radiograf, hasilnya terlihat gambara
n radiopak pada kamar pulpa dan saluran akar distal hermetis, namun saluran akar mesial terli
hat radiopak yang tidak sampai ke ujung apeks, radiolusen juga terdapat pada ujung apeks me
sial. Dokter gigi menyimpulkan bahwa gigi 46 tersebut mengalami kegagalan perawatan endo
dontic, dan memberikan rujukan ke dokter gigi spesialis konservasi.
Diskusikan dengan seven jump!
2.1 Klasifikasi Istilah
1. Hermetis
Hermetis merupakan syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak
mungkin dicapai bila saluran akar tidak dipreparasi dan dipersiapkan untuk menerima bahan
pengisi. Dimana hermetis sendiri yaitu kedap dan rapat. Artinya saluran akar setelah
dilakukan perawatan menjadi kedap dan rapat sehingga tidak terdapat ruang untuk
mikroorganisme dapat hidup dan menginfeksi.
6
9. Bagaimana kriteria suatu perawatan endodontic dikatakan berhasil?
10. Gambar radiopak dan radiolusen menandakan apa pada kasus di scenario?
11. Apa saja yang menjadi pertimbangan dokter gigi untuk mempertahankan gigi pasien?
7
2. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi kesalahan pada perawatan endodontic
Jawab :
a.) Diagnosis yang tepat
• Mengenali dengan benar gigi mana yang menyebabkan rasa sakit
• Memastikan gigi tersebut vital atau non vital
• Mengetahui adanya keterkaitan gigi dengan lesi periapikal
b.) Prosedur perawatan yang baik dan tepat
• Pemilihan instrumentasi yang tepat dan mempertahankan daerah kerja yang asepsis.
• Menentukan panjang kerja dengan tepat: dengan radiograf atau apex locaters
• Menggunakan larutan anestesi yang bekerja dalam jangka waktu yang cukup lama
• Ekstirpasi dan irigasi pulpa secara sempurna
• Memberi medikamen intrakanal
c.) Pemberian instruksi verbal
• Pasien sebaiknya diberitahu bahwa timbulnya rasa tidak nyaman sangat mungkin atau
wajar terjadi dan ketidaknyamanan tersebut biasanya akan reda dalam satu atau dua h
ari.
• Apabila tidak reda dalam satu atau dua hari dan terjadi peningkatan rasa sakit, pembe
ngkakan, atau tanda-tanda yang lain, pasien perlu menghubungi atau melakukan kunju
ngan ke klinik terkait dengan peningkatan rasa tersebut.
d.) Pemberian obat-obatan profilaksis
• Pemberian obat analgesik ringan, NSAID, dan antibiotik dapat mengurangi gejala pas
ca perawatan endodontik.
3. Tindakan apa yang akan dilakukan apabila kegagalan endodontic ini terjadi?
Jawab :
a.) Instrumentasi ulang
Panjang kerja harus diukur kembali untuk menyesuaikan panjang kerja yangsudah
diukur sebelumnya, penetapan foramen apikal, dan membuang atau membersihkandebris,
sisa jaringan dengan irigasi.
b.) Trepanasi kortikal
Trepanasi diartikan sebagai tindakan penembusan tulang alveolar untukmelepaskan
eksudat jaringan yang bermasalah, akan tetapi efektivitas dari prosedur inimasih
kontroversial.
c.) Insisi dan Drainase
Insisi adalah pengirisan abses bagian paling terendah untuk pembuatan drainase.
Prosedur insisi dan drainase ini dimaksudkan untuk membersihkan
nanah,mikroorganisme dan produk-produk beracun dari jaringan periradikuler, selain itu
untukmemungkinkan dekompresi terkait peningkatan tekanan jaringan.
d.) Obat-obatan intrakanal
8
e.) Pengurangan oklusal
Gigi dengan rasa sakit pada saat menggigit dapat ditangani secara efektif dengan
pengurangan oklusal sehingga dapat mengurangi nyeri pasca operasi.
f.) Antibiotik
Antibiotik secara sistemik harus dibatasi untuk pasien yang menunjukkan tanda-tanda
sistemik, seperti selulitis, demam, malaise, dan toksemia, contoh penicillin
danformokresol.
g.) Analgesik dan anti-inflamasi
Non-Steroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) dan acetominophen telah terbukti
sangat efektif untuk menghilangkan rasa sakit pada pulpa dan jaringan
periradikuler.Contoh NSAID adalah Asam mefenamat dan Meklofenamat,
Diklofenak,Ibuprofen, Fenbufen, Indometasin, Piroksisam dan Meloksisam.
Jawab :
9
7. Perawatan apa yang seharusnya dilakukan sebelum merujuk ke dokter gigi spesialis konse
rvasi?
Jawab :
Pasien sangat dimungkinkan dan dapat dimengerti akan kecewa dan terkejut
dengan serangan nyeri atau pembengkakan yang dating tiba-tiba. Reassurance adalah
sebuah aspek yang sangat kritis bahkan mungkin yang terpenting dari perawatan ini.
Pasien akan khawatir dan bahkan berasumsi bahwa perawatan telah gagal dan
diperlukan ekstraksi. Dokter gigi harus menjelaskan bahwa flare-up memang dapat
terjadi dan dapat dirawat dengan baik. Kemudian, pasien harus dibuat nyaman dengan
memutus rantai nyeri. Anestesi lokal yang baik juga merupakan salah satu hal yang
penting dalam manajemen psikologis pasien.
2. Perawatan terlokalisir
Gigi dibuka dan saluran akar dibersihkan kembali dan diirigasi dengan
larutan natrium hipokhlorit. Saluran akar dikeringkan dengan paper point,
kemudian diisi bahan medikasi dengan pasta kalsium hidroksida dan ditutup
tambalan sementara. Setelah kunjungan yang banyak, cenderung menjadi
abses apikalis akut, pada kasus ini harus dilakukan drainase melalui gigi.
Drainase tersebut harus terus dilakukan sampai selesai. Kemudian saluran
akar diirigasi dengan larutan natrium hipokhlorit. Biarkan rubber dam di
tempatnya dan gigi tetap dalam keadaan terbuka, pasien dibiarkan istirahat
tanpa nyeri selama 30 menit atau sampai drainasenya berhenti. Setelah itu
keringkan saluran akar, letakkan pasta kalsium hidroksida dan tutup dengan
tambalan sementara. Jika tidak dilakukan drainase, saluran akar harus
dibersihkan kembali, diirigasi, dimedikasi, dan ditutup.
Gigi harus dibuka dan saluran akar harus dibersihkan kembali dan
kemudian ditutup. Pada kasus dengan pembengkakan, paling baik ditangani
dengan drainase, saluran akar harus dibersihkan dengan baik. Jika drainase
melalui saluran akar tidak mencukupi, maka dilakukan insisi pada jaringan
yang lunak dan berfluktuasi. Saluran akar harus dibiarkan terbuka dan lakukan
debridemen, kemudian beri pasta kalsium hidroksida dan tutup tambalan
sementara. Sebaiknya diberi resep antibiotik dan analgetik.
3. Farmakoterapi
11
Medikamen intrakanal
Anestesi lokal
Pengobatan sistemik
12
dipertimbangan untuk merujuknya. Perawatan akhir dilakukan oleh spesialis
mungkin meliputi obturasi yang diikuti dengan bedah apikal
8. Apa saja gejala klinis dari sakit yang diderita psien pada scenario?
Jawab :
Terdapat gejala klinis sebelum perawatan seperti nyeri pada gigi ketika menggigit, me
ngunyah atau sakit terasa dengan sendirinya saat tidak digunakan untuk mengunyah, dan
sensitif terhadap perkusi. 80% pasien yang merasakan sakit gigi sebelum memulai perawa
tan biasanya merasakan nyeri setelah perawatan. Nyeri menyebabkan meningkatnya stres
dalam tubuh dan efek fungsi kekebalan tubuh dengan cara negatif sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya flare-up.
Selain itu pada pemeriksaan perkusi terasa peka, pembengkakan terasa nyeri bila
ditekan, adanya fistula, perluasan gambaran radiolusen, adanya sel radang akut dan
kronik, adanya jaringan pulpa mengalami nekrotik, pembengkakan wajah, keluar cairan
lokasi infeksi, hancurnya tulang pada akar gigi.
Keberhasilan perawatan saluran akar tidak lepas dari kualitas pengisian saluran akar d
an pembuatan restorasi akhirnya
Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dievaluasi berdasarkan pemeriksaan kl
inis, radiografis, dan histologis. Evaluasi klinis dan radiografis dapat dilakukan den
gan mudah, namun evaluasi histologis memerlukan pemeriksaan laboratorium. Ev
aluasi klinis dan radiografis dianjurkan untuk dilakukan 6 bulan sampai 4 tahun
setelah perawatan. Kriteria keberhasilan perawatan saluran adalah tidak peka terhadap
perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit periodonti
um, gigi dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau pembengk
akan, dan tidak ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan.
Berdasarkan gambaran radiografis, suatu perawatan dianggap berhasil bila ligame
n periodontium normal atau sedikit menebal (kurang dari 1mm), radiolusensi di apeks hil
ang, lamina dura normal, tidak ada resorbsi, dan pengisian terbatas pada ruang salura
n akar, padat mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks. Keberhasilan perawatan salu
ran akar dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain adanya lesi periradikular seb
elum dan sesudah perawatan, kualitas pengisian dan efektifitas penutupan bagian korona
10. Gambar radiopak dan radiolusen menandakan apa pada kasus di scenario?
Jawab :
Radiopak itu adalah warna putih pada foto radiografi yang menandakan kepadatan
struktur yang membuat sinar-X tidak dapat menembus sedangkan radiolusen adalah
13
bayangan hitam pada foto radiografi yang menenadakan sinar-X dapat tembus dari
struktur tersebut. Berdasarkan scenario terlihat bahwa kegagalan perawatan terjadi pada
tahap pengisian saluran akar yang ditandai dengan gambaran radiograf yang terlihat
radiolusen pada mesial akar gigi 46 sampai ke apeks, yang seharusnya pada perawatan
yang sempurma gambaran radiolusen tersebut tidak seharusnya terlihat dan hal itu
menunjukakan adanya kegagalan atau tidak hermetisan dalam pengisisan saluaran akar.
11. Apa saja yang menjadi pertimbangan dokter gigi untuk mempertahankan gigi pasien?
Jawab :
Faktor yang dapat menjadi pertimbangan untuk mempertahankan gigi yaitu salah
satunya memperhatikan kondisi gigi agar gigi tersebut dapat menjalankan fungsi gigi
aslinya sehingga gigi tersebut harus dipertahankan. Selain itu, factor estetis dan
hubungannya dengan fungsi gigi tersebut dalam lengkung rahang sangat perlu
dipertimbangkan dalam mempertahankan suatu gigi dan merencanakan suatu
penatalaksanaan.
2.4 Analisis Masalah
Kegagalan
Perawatan
Saluran Akar
Kesimpulan
Etiologi :
15
1.Faktor microbial
Penyebab terjadinya flare-up tidak dapat diketahui dengan pasti. Namun, ada
beberapa pendapat yang beranggapan bahwa flare-up termasuk dalam suatu proses respons
imun, terjadinya infeksi, kerusakan pada jaringan, atau kombinasi dari ketiganya. Salah satu
factor penting pada PSA yang dapat memicu terjadinya flare-up adalah masuknya bakteri,
bahan-bahan kimia dan adanya suatu rangsangan fisik atau jejas pada jaringan periapical.
Factor-faktor tersebut cenderung menyebabkan terjadinya suatu interaksi pada sel-sel
kekebalan tubuh dalam jaringan periapical, dan hal tersebut tidak terjadi bila dibanding
dengan gigi dengan jaringan periadikular yang normal (Seltzer & Naidorf, 2005)
Perkembangan nyeri yang dipicu oleh agen infeksi dapat bergantung pada beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
16
d. Jumlah sel mikroba
e. Isyarat lingkungan
17
pasca operasi dalam kasus pengobatan ulang dengan lesi periradikular telah terbukti
secara signifikan tinggi.
2.Factor mekanik
Preparasi kavitas yang dalam tanpa pendinginan yang memadai, dampak trauma,
adanya trauma oklusal, Tindakan kuretase yang dalam, dan gerakan tekanan ortodonsi yang
berlebihan merupakan iritan yang berperan terhadap kerusakan jaringan pulpa. Preparasi
kavitas mendekati pulpa dan dilakukan tanpa pendinginan akan menyebabkan iritasi yang
meningkat karena daerah yang mendekati pulpa diameter tubulus dentin semakin besar.
3.Factor kimia
Zat antibakteri seperti silver nitrat, fenol dengan atau tanpa camphor dan egenol dapat
menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa. Material restorative yang dapat
menyebabkan reaksi pada pulpa adalah tingkat keasaman dari suatu material absorbs air
selama proses setting adaptasi marginal restorasi yang kurang baik
18
sumber nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau periradikuler. Seorang klinisi yang pandai
akan mampu menetapkan diagnosis sementara melalui pemeriksaan subyektif yang teliti
sedangkan pemeriksaan obyektif dan radiograf digunakan untuk konfirmasi (Cohen and
Burn, 1994; Weine, 1996; Walton and Torabinejad, 2002).
b. Pemeriksaan Obyektif
Tes obyektif meliputi pemeriksaan wajah, jaringan keras dan lunak rongga mulut.
Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan, pemeriksaan dengan kaca mulut
dan sonde untuk melihat karies, ada tidaknya kerusakan restorasi, mahkota yang berubah
warna, karies sekunder atau adanya fraktur. Tes periradikuler membantu mengidentifikasi
inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks; tekanan dengan
jari atau menggoyangkan gigi dan perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut. Tes
vitalitas pulpa tidak begitu bermanfaat pada pasien yang sedang menderita sakit akut
karena dapat menimbulkan kembali rasa sakit yang dikeluhkan. Tes dingin, panas,
elektrik dilakukan untuk memeriksa apakah gigi masih vital atau nekrosis (Cohen ang
Burn, 1994; Walton and Torabinejad, 2002)
c. Pemeriksaan Periodontium
Pemeriksaan jaringan periodontium perlu dilakukan dengan sonde periodontium
(periodontal probe) untuk membedakan kasus endodontik atau periodontik. Abses
periodontium dapat menstimuli gejala suatu abses apikalis akut. Pada abses periodontium
lokal, pulpa biasanya masih vital dan terdapat poket yang terdeteksi. Sebaliknya, abses
apikalis akut disebabkan oleh pulpa nekrosis. Abses-abses ini kadang-kadang
berhubungan dengan sulkus sehingga sulkus menjadi dalam. Jika diagnosis bandingnya
sukar ditentukan, tes kavitas mungkin dapat membantu mengidentifikasi status pulpa
(Cohen and Burn, 1994; Walton and Torabinejad, 2002).
d. Pemeriksaan Radiograf
Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan darurat yang tepat,
memberikan banyak informasi mengenai ukuran, bentuk dan konfigurasi sistem saluran
akar. Pemeriksaan radiograf mempunyai keterbatasan, penting diperhatikan bahwa lesi
periradikuler mungkin ada, tetapi tidak terlihat pada gambar radiograf karena kepadatan
tulang kortikal, struktur jaringan sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula lesi yang
terlihat pada film, ukuran radiolusensinya hanya sebagian dari ukuran kerusakan tulang
sebenarnya (Bence, 1990, Cohen and Burn, 1994).
19
Sebuah flare-up ditandai dengan nyeri atau pembengkakan yang mungkin
timbul setelah adanya debridement awal dari saluran akar atau bahkan setelahobturasi.
Flare-up merupakan komplikasi yang terkenal cukup mengganggu, baik bagi pasien
maupun dokter gigi. Flare-up bukanlah suatu hal yang biasaterjadi. Meskipun demikian.
kadang-kadang (terutama pada kasus abses apikalisakut) gejala tidak mereda atau bahkan
bisa timbul lagi (Jayakodi, et al. 2012).
Gejala klinis sebelum perawatan seperti nyeri pada gigi ketika menggigit,
mengunyah atau sakit terasa dengan sendirinya saat tidak digunakan untuk mengunyah,
dan sensitif terhadap perkusi. 80% pasien yang merasakan sakit gigi sebelum memulai
perawatan biasanya merasakan nyeri setelah perawatan. Nyeri menyebabkan
meningkatnya stres dalam tubuh dan efek fungsi kekebalan tubuh dengan cara negatif
sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya flare-up.
Karena fakta bahwa flare-up adalah proses multi-etiologi, a strategi pencegahan harus
dipertimbangkan. Bagaimana- pernah, sampai saat ini, tidak ada strategi pencegahan yang
disetujui secara ilmiah dan diadopsi oleh komunitas endodontik. Namun, beberapa
instruksi- dianjurkan selama pengobatan, yang dapat membantu untuk mengurangi
kejadian flare-up. Ini termasuk:
20
Selain itu, terdapat beberapa hal yang juga harus diperhatikan dalam
pencegahan timbulnya flare up pasca perawatan endodontic, yaitu:
Pada awal tahun 1936, Alfred Walker menentang praktik membiarkan gigi terbuka
untuk drainase: Metode ini sama tidak bagusnya dengan kuno. Praktek membiarkan
saluran pulpa gigi terbuka dan tidak tertutup untuk tujuan drainase bertentangan dengan
praktek bedah yang diterima, tidak perlu dan, akibatnya, merupakan praktek yang buruk!
21
Praktik ini tidak koheren dan mengurangi prinsip biologis yang sehat dari terapi
endodontik.
Membiarkan gigi terbuka adalah cara paling langsung untuk memungkinkan reinfeksi
sistem saluran akar selain mengatasi upaya sebelumnya untuk membasmi
mikroorganisme di dalam sistem saluran akar. Pemasangan drainase diikuti dengan
persiapan kemo-mekanik lengkap, penempatan obat intrakanal antimikroba, dan
penutupan koronal pada janji yang sama menghasilkan pengurangan risiko gejala
persisten serta lebih sedikit janji temu untuk menyelesaikan terapi bila dibandingkan
dengan gigi. dibiarkan terbuka untuk drainase (Weine ef al 1975. Agustus 19821. Jumlah
eksudat purulen pada jaringan periradikular jelas terbatas dan sebenarnya terbentuk
sebagai respons terhadap mikroorganisme yang ada pada infeksi endodontik,yang secara
sementara menyerang jaringan periradikular. Setelah drainase yang tepat dan setelah
sumber infeksi (mikroorganisme intraradikular) dikendalikan secara efektif, tidak ada lagi
eksudat purulen yang akan terbentuk, dan akibatnya abses akan hilang. Perlu dicatat
bahwa bahkan dengan adanya pembengkakan yang menyebar tanpa adanya cairan
purulen, gigi tidak boleh dibiarkan terbuka untuk menunggu drainase. Jika gigi dibiarkan
terbuka, lebih banyak sel mikroba, spesies, produk, dan substrat yang diizinkan masuk ke
saluran akar dan jaringan periradikular. Bahkan dalam beberapa keadaan di mana
preparasi saluran akar lengkap diikuti dengan pengobatan intrakanal dan penutupan
koronal yang tepat tidak efektif dalam meningkatkan resolusi, praktik membiarkan gigi
terbuka tidak dapat dibenarkan. Dalam kasus ini, jumlah eksudat purulen yang dekat
dengan foramen apikal terbatas setelah infeksi menyebar melalui tulang. dan sejumlah
besar nanah sedang dalam perjalanan untuk drainase submukosa atau subkutan. Jika
tidak ada nanah yang mengalir melalui saluran akar bahkan setelah sedikit pelebaran
foramen apikal menggunakan kikir kecil yang steril, hal itu tidak akan terjadi bahkan jika
gigi dibiarkan terbuka selama beberapa hari.
Asepsis sangat penting dalam terapi endodontik untuk mencegah infeksi pada kasus
vital atau pengenalan spesies mikroba baru dalam kasus pulpa nekrotik yang terinfeksi.
Dengan demikian, klinisi harus menyadari kebutuhan untuk melakukan perawatan
endodontik dalam kondisi aseptik yang ketat karena beberapa kasus infeksi sekunder
bahkan mungkin lebih sulit untuk diobati daripada infeksi primer dan dapat menyebabkan
flare-up. simtomatologi persisten dan/atau kegagalan perawatan saluran akar (Siqueira
2002).
b) Trefinasi kortikal
Trephination kortikal didefinisikan sebagai perforasi bedah tulang alveolar dalam
upaya untuk melepaskan akumulasi eksudat jaringan periradikular. Berbagai penelitian
telah mengevaluasi efektivitas trephination kortikal untuk mencegah dan meredakan nyeri
pasca perawatan. Pereda nyeri pada pasien dengan nyeri periradikular yang parah dan
bandel ketika trefinasi kortikal dilakukan.
d) Obat-obatan intrakanal
Studi klinis telah menunjukkan bahwa nyeri pasca perawatan tidak dicegah atau
dikurangi dengan obat-obatan seperti formokresol, paramonoklorofenol kamper, eugenol,
yodium kalium iodida, Ledermix, atau kalsium hidroksida. Namun, penggunaan steroid
intrakanal, obat anti-inflamasi nonsteriodal (NSAID), atau senyawa kortikosteroid-
antibiotik telah terbukti mengurangi nyeri pasca perawatan. Dalam sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Walton et al. steroid dan NSAID, ketika ditempatkan di dalam
sistem saluran akar setelah prosedur debridement, dapat mengurangi atau mencegah nyeri
pasca perawatan.
e) Reduksi oklusal
23
Tampaknya ada sedikit kesepakatan dalam literatur kedokteran gigi mengenai
manfaat pengurangan oklusi untuk mencegah nyeri pasca-endodontik. Pada gigi dengan
nyeri saat digigit, reduksi oklusal efektif dalam mengurangi nyeri pascaoperasi.
Sensitivitas untuk menggigit dan mengunyah mungkin karena peningkatan kadar
mediator inflamasi yang merangsang nosiseptor periradikular. Oleh karena itu, reduksi
oklusal dapat mengurangi stimulasi mekanis lanjutan dari nosiseptor yang tersensitisasi.
f) Medikasi
I. Antibiotik
Dalam ulasan tentang penggunaan antibiotik sistemik untuk mengontrol nyeri
endodontik pasca perawatan, Penggunaannya tanpa alasan. Kemajuan saat ini dalam
pemahaman kita tentang biologi proses infeksi dan inflamasi, bersama dengan risiko
yang diketahui terkait dengan antibiotik, seperti munculnya strain bakteri
multiresisten, sangat menunjukkan bahwa dokter harus secara serius mengevaluasi
kembali kebiasaan meresepkan mereka.
24
b. Pulpa Nekrotik Sebelumnya Tanpa Pembengkakan
Dalam kasus ini kadang-kadang abses apikal akut dapat berkembang yang terbatas
pada tulang dan bisa sangat menyakitkan. Gigi harus dibuka, dibersihkan dengan hati-
hati, diirigasi dengan natrium hipoklorit dan drainase harus dilakukan.
DARURAT POSTOBTURASI
Perawatan Kedaruratan pascaobturasi jarang terjadi dan ringan jika ada, oleh karena itu
intervensi aktif jarang diperlukan. Kepastian dengan analgesik ringan akan secara
signifikan mengontrol kecemasan pasien dan mencegah reaksi berlebihan. Dalam kasus
perawatan saluran akar yang dapat diterima dengan abses apikal akut, eksisi dan drainase
pembengkakan akan mengatasi pembengkakan dalam hubungannya dengan penenangan
dan analgesik. Jika tidak dapat diobati maka operasi apikal harus dipertimbangkan.
I. Keberhasilan
Keberhasilan perawatan endodontik ditentukan oleh tiga faktor yaitu akses kamar
pulpa. Preparasi serta pengisian saluran akar. Tujuan umum preparasi saluran akar adalah
untuk mengeliminir jaringan nekrotik. Debris dan bakteri Secara mekanis. Serta untuk
mempersiapkan saluran akar menerima bahan pengisi. Tahap preparasi saluran akar ini
dapat mengeliminasi bakteri sebanyak 90%. Menurut penelitian lngle dibuktikan bahwa
ada dua factor utama yang menyebabkan kegagalan endodontik adalah preparasi dan
pengisian yang tidak sempurna. Kualitas pengisian mencerminkan preparasi saluran
akarnya. Karena itu prosedur preparasi yang baik dan benar merupakan kunci
keberhasilan perawatan edodontik.
25
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan saluran akar Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan perawatan saluran akar (Walton dan Torabinejad,
2008):
A . Faktor patologis
B. Faktor penderita
1) Motivasipenderita
2) Usiapenderita
3) Keadaan kesehatan umum
c. Faktor perawatan
1) Perbedaan operator
2) Teknik-teknik perawatan
3) Pengisian saluran akar
e. Kecelakaan prosedural
1) Instrumen patah
II. Kegagalan
Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan oleh banyak hal. Menurut
Hoen dan Frank (2002), penyebab kegagalan PSA diantaranya obturasi yang tidak semp
urna, perforasi akar, resorpsi akar eksternal, lesi periodontal-periradikuler, overfilling, a
danya saluran akar yang tertinggal, kista perapikal, tertinggalnya instrumen yang patah
pada saluran akar, asesoris kanal yang tidak terisi bahan obturasi, perforasi dasar foram
en nasalis dan kebocoran koronal yang menyebabkan bakteri endotoksin yang berpoten
si menyebabkan kegagalan endodontik.
Kegagalan perawatan saluran akar dapat menyebabkan infeksi, salah satunya
yaitu abses periapikal. Abses periapikal merupakan lesi likuefeksi yang menyebar atau t
erlokalisir yang menghancurkan jaringan periradikuler dan merupakan respon inflamasi
parah terhadap iritan mikroba dan iritan non mikroba dari pulpa yang nekrosis (Torabin
26
ejad & Walton, 1994), ditandai dengan lokalisasi nanah dalam struktur yang mengelilin
gi gigi (Gould, 2010).
Kemudian kegagalan perawatan endodontik dan flare-up dapat dikaitkan dengan peny
ebab mikrobial hanya jika mereka patogen, memiliki jumlah yang cukup dan memiliki
akses ke jaringan periradikular. Sistem saluran akar memiliki lingkungan yang kondusif
bagi kelangsungan hidup spesies mikroorganisme tertentu. Lingkungan ini dapat tergan
ggu oleh perawatan endodontik, dengan langkah-langkah untuk desinfeksi, debridemen,
dan medikamen intrakanal. Untuk bertahan hidup di lingkungan yang berubah ini di ma
na tingkat gizi rendah, bakteri harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri den
gan lingkungan yang berubah.
Kegagalan selama perawatan juga biasanya disebabkan oleh tahap pembersihan,
pembentukan, dan pengisian saluran akar yang benar. Perawatan endodontik yang baik
biasanya berpedoman pada Triad Endodontik. Triad endodontik yang pertama adalah
mendapatkan akses yang lurus kedalam saluran akar. Triad endodontik yang kedua adalah
preparasi saluran akar untuk membuang atau mengurangi iritan yang berbahaya dalam
ruang pulpa dan menutup ruang tersebut, mengontrol mikroorganismenya dan menangani
inflamasi periapeksnya. Preparasi yang tidak melebihi saluran akar akan memberikan
prognosis yang baik. Instrumentasi yang melewati apeks (over instrumentation) dapat
menyebabkan terdorongnya mikroorganisme, serpihan dentin dan sementum ke periapeks
dan menyebabkan inflamasi yang persisten. Triad endodontik yang ketiga adalah
pengisian saluran akar. Kesalahan dalam pengisian terjadi akibat proses pembentukan
saluran akar yang kurang baik atau pengisian yang kurang tepat. Kondensasi isi saluran
akar menyebabkan hasil pengisian lebih hermetis, sehingga iritan yang tertinggal di dalam
saluran akar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Demikian pula pengisian
saluran akar yang terlalu pendek atau panjang juga akan menimbulkan masalah.
Kegagalan pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian korona gigi yang
tidak baik karena restorasi yang tidak adekuat Gigi pasca perawatan saluran akar
mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan gigi vital, yaitu rentan terhadap fraktur
karena struktur gigi yang hilang akibat karies atau prosedur perawatan. Restorasi pasca
perawatan saluran akar harus mempunyai retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi
sisa jaringan gigi terhadap fraktur dan mempunyai kerapatan (seal) yang baik. Apabila
salah satu persyaratan tidak dipenuhi dapat menyebabkan lepasnya restorasi atau
terjadinya fraktur pada gigi atau restorasi sehingga perawtan menjadi gagal.
27
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Ayat Al-Qur’an dan Hadits terkait
scenario
Jawab :
I. Dalam salah satu haditsnya, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: ''Seandainy
a tidak akan merepotkan umatku, maka aku akan perintahkan kepada mereka untu
k membersihkan gigi pada setiap akan shalat.''(HR Bukhari dan Muslim)
II. "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain," (QS. Al-Insyirah : 7).
Ayat ini mengajarkan kita untuk kerja keras, bersungguh-sungguh, dan tuntas dalam
menyelesaikan pekerjaan. Ayat tersebut juga memberi isyarat tentang pentingnya sebuah
perencanaan dalam satu pekerjaan. Ayat tersebut seakan ingin mengajarkan bahwa
sebelum kalian melakukan satu pekerjaan cobalah membuat perencanaan yang baik dalam
tahapan-tahapan pekerjaan yang sistematis dengan target-target yang dapat diukur. Dan
apabila satu tahap telah selesai maka segera kerjakan tahap selanjutnya dengan
bersungguh-sungguh. Inilah salah satu petunjuk yang amat jelas bahwa seorang Muslim
dalam bekerja harus memiliki etos yang tinggi.
28
BAB III
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
J.F Siqueira Jr. International Endodontic Journal, 36, 453-463,2003. “Microbial Caus
es of Endodontic Flare Ups”
30