Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 14 DENTAL CARIES II


SKENARIO 3

KELOMPOK 2

Aprilla Fiqhan Rofiqoh 201007011004

Ellsa Aprilia Pratiwi 2010070110013

Ayu Andira Sitorus 2010070110025

Angela Toberianida Oceania Berhana 2010070110039

Yuni Pratiwi 2010070110046

Fitri Annisa Maulida 2010070110054

Siti Khofifah Kunadi 2010070110074

Tiara Nuggrahmi 2010070110078

Mia Nur Aziza 2010070110088

Jihan Al Munawarah 2010070110090

Berliana Nilam Indra 2010070110096

Muhammad Harits Nasri 2010070110097

Dosen Fasilitator:

drg. Darmawangsah,M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya se
hingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “ GAGAL MANING…" tep
at pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak, terutama


drg.Darmawangsa,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah berkontribusi dengan member
ikan sumbangan pikiran baik materi, sehingga kami dapat menyusun laporan tutorial ini deng
an baik. Oleh karena itu, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak atas waktu, tenag
a dan pikirannya yang telah diberikan.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan tutorial ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan sar
an yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Padang, 21 April 2022

 Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1......................................................................................Latar Belakang 4
1.2.................................................................................Rumusan Masalah 5
1.3...........................................................................Tujuan Pembelajaran 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Istilah..............................................................................6


2.2 Rumusan Masalah............................................................................6
2.3 Curah Pendapat................................................................................7
2.4 Analisis Masalah.............................................................................14
2.5 Tujuan Pembelajaran.....................................................................15
2.6 Belajar Mandiri...............................................................................15
2.7 Melaporkan Hasil Belajar Mandiri...............................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

 
1.1 Latar Belakang
Masalah yang dapat dialami endodontis selama perawatan saluran akar adalah rasa sa
kit dan bengkak atau keduanya dalam bentuk flare-up. Banyak hal yang dapat menjadi penyeba
b flare-up, meliputi cedera mekanik, kimia, mikroba pada pulpa atau jaringan periradikular, di
mana terjadi peradangan akut periradikular. Situasi ini dapat dicegah dengan pemilihan teknik i
nstrumentasi, yang meninggalkan sedikit debris diapikal, penyelesaian preparasi biomekanik d
alam satu kali kunjungan, penggunaan obat antimikrobial intrakanal antar kunjungan pada pen
gobatan kasus yang terinfeksi dengan restorasi koronal sementara yang tepat dan mempertahan
kan asepsis di seluruh perawatan saluran akar. Fenomena flare-up bersifat kompleks dan tidak
dipahami dengan baik yang melibatkan sejumlah hipotesis untuk etiologinya. Diagnosis dan pe
rawatan yang benar membantu dalam penyembuhan flare-up.
Flare-up antar kunjungan merupakan komplikasi yang terjadi dalam beberapa jam
sampai beberapa hari setelah prosedur endodontik, pasien mengalami peningkatan yang
signifikan dalam hal rasa sakit atau pembengkakan atau kombinasi dari keduanya dimana
pasien harus datang untuk kunjungan yang tidak terjadwal, untuk perawatan darurat. Insiden
flare-up termasuk rendah dan hanya terjadi dalam persentase kecil. Flare up dilaporkan sekitar
20%, di mana terjadi pembengkakan setelah perawatan nekrosis pulpa asimtomatik dan
periodontitis apikalis kronis. Sebaliknya, dalam penelitian lain, retrospektifnya melaporkan
kejadian flare-up sekitar 5,5%, di mana terjadi rasa sakit dan pembengkakan pada pasien
dengan diagnosis nekrosis pulpa dengan lesi periapikal asimtomatik, tetapi 1,4% dari semua
pasien tanpamemperhatikan diagnosisnya.
Kejadian flare-up meningkat berdasarkan tingkat keparahan preoperative pathosis dan
tanda atau gejala yang dialami pasien. Frekuensi terendah terjadi pada kejadian umum dengan
pulpa vital tanpa pathosis periapikal, frekuensi tertinggi terjadi pada pasien yang datang
dengan tingkat nyeri dan pembengkakan yang parah, dengan nekrosis pulpa dan abses apikalis
akut.

4
Rumusan Masalah
1. Apa penyebab kegagalan endodontic pada scenario?
2. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi kesalahan pada perawatan endodontic
3. Tindakan apa yang akan dilakukan apabila kegagalan endodontic ini terjadi?
4. Apa penyebab saluran akar tidak hermetis?
5. Apa diagnosis dari scenario tersebut?
6. Apa saja factor penyebab dari kasus di scenario tersebut?
7. Perawatan apa yang seharusnya dilakukan sebelum merujuk ke dokter gigi spesialis konse
rvasi?
8. Apa saja gejala klinis dari sakit yang diderita psien pada scenario?
9. Bagaimana kriteria suatu perawatan endodontic dikatakan berhasil?
10. Gambar radiopak dan radiolusen menandakan apa pada kasus di scenario?
11. Apa saja yang menjadi pertimbangan dokter gigi untuk mempertahankan gigi pasien?

1.2 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan etiologi flare up
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan flare up
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gejala klinis flare up
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan flare up
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan flare up
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan keberhasilan dan kegagalan perawatan s
aluran akar
7. Mahasiswa mampu memahami dan menbuat surat rujukan
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Ayat Al-Qur’an dan Hadits terkait skena
rio

5
BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO III
GAGAL MANING…
Aku adalah Mahasiswa Co-ass di salah satu FKG yang ada di kotaku. Jono temanku s
atu kos hampir tiap hari menngeluhkan sakit mulai dari menenyakan obat apa yang bagus yan
g harus diminum untuk menghilangkan sakit giginya sampai dokter gigi mana yang bagus unt
uk memeriksakan giginya. Jono berkeinginan mencabut saja gigi yang sakit tersebut, sebagai
seorang “dokmud” tentunya aku menyarankan agar gigi tersebut dipertahankan saja karena m
enurutku gigi tersebut masih bagus. Aku mengajak Jono ke RSGM tempatku co-ass menuju k
linik VIP. Jono mengatakan kalau gigi tersebut sudah pernah dilakukan perawatan saraf gigi
6 bulan yang lalu namun akhir-akhir ini sering sakit, sehingga dia memutuskan untuk dicabut
saja. Pemeriksaaan objektif terlihat tumpatan pada gigi 46 masih bagus dan tidak terlihat adan
ya kebocoran. Dokter gigi meminta lakukan pemeriksaan radiograf, hasilnya terlihat gambara
n radiopak pada kamar pulpa dan saluran akar distal hermetis, namun saluran akar mesial terli
hat radiopak yang tidak sampai ke ujung apeks, radiolusen juga terdapat pada ujung apeks me
sial. Dokter gigi menyimpulkan bahwa gigi 46 tersebut mengalami kegagalan perawatan endo
dontic, dan memberikan rujukan ke dokter gigi spesialis konservasi.
Diskusikan dengan seven jump!
2.1 Klasifikasi Istilah

1. Hermetis

Hermetis merupakan syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak
mungkin dicapai bila saluran akar tidak dipreparasi dan dipersiapkan untuk menerima bahan
pengisi. Dimana hermetis sendiri yaitu kedap dan rapat. Artinya saluran akar setelah
dilakukan perawatan menjadi kedap dan rapat sehingga tidak terdapat ruang untuk
mikroorganisme dapat hidup dan menginfeksi.

2.2 Rumusan Masalah

1. Apa penyebab kegagalan endodontic pada scenario?


2. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi kesalahan pada perawatan endodontic
3. Tindakan apa yang akan dilakukan apabila kegagalan endodontic ini terjadi?
4. Apa penyebab saluran akar tidak hermetis?
5. Apa diagnosis dari scenario tersebut?
6. Apa saja factor penyebab dari kasus di scenario tersebut?
7. Perawatan apa yang seharusnya dilakukan sebelum merujuk ke dokter gigi spesialis konse
rvasi?
8. Apa saja gejala klinis dari sakit yang diderita psien pada scenario?

6
9. Bagaimana kriteria suatu perawatan endodontic dikatakan berhasil?
10. Gambar radiopak dan radiolusen menandakan apa pada kasus di scenario?
11. Apa saja yang menjadi pertimbangan dokter gigi untuk mempertahankan gigi pasien?

2.3 Curah Pendapat

1. Apa penyebab kegagalan endodontic pada scenario?


Jawab :
Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan terapi endodontik antara lain
pembersihan dan membentuk saluran akar yang tidak sempurna dan obturasi tidak
hermetis sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan untuk menghilangkan
mikroorganisme yang ada.
Faktor utama yang menyebabkan kegagalan endodontik adalah preparasi dan
pengisian yang tidak sempuma.' Kualitas pengisian mencerminkan preparasi salumn
akamya
Menurut tahapan perawatannya, kegagalan perawatan saluran akar dapat digolongkan
dalam kegagalan pra perawatan, selama perawatan, dan pasca perawatan.
Kegagalan yang terjadi sebelum perawatan biasanya disebabkan oleh diagnosis dan
seleksi kasus yang salah. Prognosis gigi yang akan dirawat sebetulnya buruk akan tetapi
perawatan tetap dilakukan sehingga dalam waktu yang tidak lama akan timbul lagi gejala
yang merupakan kegagalan perawatan.
Kegagalan selama perawatan biasanya disebabkan oleh tahap pembersihan,
pembentukan, dan pengisian saluran akar yang benar. Perawatan endodontik yang baik
biasanya berpedoman pada Triad Endodontik. Triad endodontik yang pertama adalah
mendapatkan akses yang lurus kedalam saluran akar. Triad endodontik yang kedua adalah
preparasi saluran akar untuk membuang atau mengurangi iritan yang berbahaya dalam
ruang pulpa dan menutup ruang tersebut, mengontrol mikroorganismenya dan menangani
inflamasi periapeksnya. Preparasi yang tidak melebihi saluran akar akan memberikan
prognosis yang baik. Instrumentasi yang melewati apeks (over instrumentation) dapat
menyebabkan terdorongnya mikroorganisme, serpihan dentin dan sementum ke periapeks
dan menyebabkan inflamasi yang persisten. Triad endodontik yang ketiga adalah
pengisian saluran akar. Kesalahan dalam pengisian terjadi akibat proses pembentukan
saluran akar yang kurang baik atau pengisian yang kurang tepat. Kondensasi isi saluran
akar menyebabkan hasil pengisian lebih hermetis, sehingga iritan yang tertinggal di dalam
saluran akar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Demikian pula pengisian
saluran akar yang terlalu pendek atau panjang juga akan menimbulkan masalah.
Kegagalan pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian korona gigi yang
tidak baik karena restorasi yang tidak adekuat Gigi pasca perawatan saluran akar
mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan gigi vital, yaitu rentan terhadap fraktur
karena struktur gigi yang hilang akibat karies atau prosedur perawatan. Restorasi pasca
perawatan saluran akar harus mempunyai retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi
sisa jaringan gigi terhadap fraktur dan mempunyai kerapatan (seal) yang baik. Apabila
salah satu persyaratan tidak dipenuhi dapat menyebabkan lepasnya restorasi atau
terjadinya fraktur pada gigi atau restorasi sehingga perawtan menjadi gagal.

7
2. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi kesalahan pada perawatan endodontic
Jawab :
a.) Diagnosis yang tepat
• Mengenali dengan benar gigi mana yang menyebabkan rasa sakit
• Memastikan gigi tersebut vital atau non vital
• Mengetahui adanya keterkaitan gigi dengan lesi periapikal
b.) Prosedur perawatan yang baik dan tepat
• Pemilihan instrumentasi yang tepat dan mempertahankan daerah kerja yang asepsis.
• Menentukan panjang kerja dengan tepat: dengan radiograf atau apex locaters
• Menggunakan larutan anestesi yang bekerja dalam jangka waktu yang cukup lama
• Ekstirpasi dan irigasi pulpa secara sempurna
• Memberi medikamen intrakanal
c.) Pemberian instruksi verbal
• Pasien sebaiknya diberitahu bahwa timbulnya rasa tidak nyaman sangat mungkin atau
wajar terjadi dan ketidaknyamanan tersebut biasanya akan reda dalam satu atau dua h
ari.
• Apabila tidak reda dalam satu atau dua hari dan terjadi peningkatan rasa sakit, pembe
ngkakan, atau tanda-tanda yang lain, pasien perlu menghubungi atau melakukan kunju
ngan ke klinik terkait dengan peningkatan rasa tersebut.
d.) Pemberian obat-obatan profilaksis
• Pemberian obat analgesik ringan, NSAID, dan antibiotik dapat mengurangi gejala pas
ca perawatan endodontik.

3. Tindakan apa yang akan dilakukan apabila kegagalan endodontic ini terjadi?
Jawab :
a.) Instrumentasi ulang
Panjang kerja harus diukur kembali untuk menyesuaikan panjang kerja yangsudah
diukur sebelumnya, penetapan foramen apikal, dan membuang atau membersihkandebris,
sisa jaringan dengan irigasi.
b.) Trepanasi kortikal
Trepanasi diartikan sebagai tindakan penembusan tulang alveolar untukmelepaskan
eksudat jaringan yang bermasalah, akan tetapi efektivitas dari prosedur inimasih
kontroversial.
c.) Insisi dan Drainase
Insisi adalah pengirisan abses bagian paling terendah untuk pembuatan drainase.
Prosedur insisi dan drainase ini dimaksudkan untuk membersihkan
nanah,mikroorganisme dan produk-produk beracun dari jaringan periradikuler, selain itu
untukmemungkinkan dekompresi terkait peningkatan tekanan jaringan.
d.) Obat-obatan intrakanal

Penggunaan steroid intrakanal, obat anti-inflamasi non-steroid atau


senyawakortikosteroid-antibiotik telah terbukti mengurangi nyeri pasca pengobatan.

8
e.) Pengurangan oklusal
Gigi dengan rasa sakit pada saat menggigit dapat ditangani secara efektif dengan
pengurangan oklusal sehingga dapat mengurangi nyeri pasca operasi.
f.) Antibiotik
Antibiotik secara sistemik harus dibatasi untuk pasien yang menunjukkan tanda-tanda
sistemik, seperti selulitis, demam, malaise, dan toksemia, contoh penicillin
danformokresol.
g.) Analgesik dan anti-inflamasi
Non-Steroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) dan acetominophen telah terbukti
sangat efektif untuk menghilangkan rasa sakit pada pulpa dan jaringan
periradikuler.Contoh NSAID adalah Asam mefenamat dan Meklofenamat,
Diklofenak,Ibuprofen, Fenbufen, Indometasin, Piroksisam dan Meloksisam.

4. Apa penyebab saluran akar tidak hermetis?

Jawab :

Hal – hal yang menyebabkan pengisian yang tidak hermetis ;


1. Lalai melapisi cone tambahan dengan lapisan tipis semen saluran akar ( kondensasi
lateral )
2. Gagal memasukkan cone tambahan sampai seluruh panjang penetrasi kondensasi la
teral
3. Penggunaan cone dengan ujung yang sangat halus yang melekuk dan memilin pada
saat dimasukkan.
4. Penggunaan kondensasi lateral atau plugger yang terlalu besar
5. Semen saluran akar terlalu banyak
5. Apa diagnosis dari scenario tersebut?
Jawab :
Diagnosis dari kasus di scenario tersebut adalah Flare up. Flare-up merupakan salah
satu komplikasi perawatan pada perawatan endodontik yang terjadi berupa rasa sakit dan
atau bengkak selama perawatan endodontik yang memerlukan kunjungan pasien tak
terjadwal dan intervensi aktif oleh dokter gigi.

6. Apa saja faktor penyebab dari kasus di scenario tersebut?


Jawab :
Faktor yang dapat menyebabkan kasus di scenario adalah kegagalan pada perawatan
saluran akar dimana diketahui di scenario bahwa salah satu akar tidak hermetis yang
membuat terbukanya ruang di akar tersebut dan memungkinkan masuknya
mikroorganisme yang tidak diinginkan yang menjadi salah satu etiologi dari timbulnya
flare up pasca perawatan saluran akar. Selain itu, kasus tersebut bisa terjadi karena factor
dari pasiennya sendiri yang tidak dapat menjaga perawatan saluran akar dengan baik.

9
7. Perawatan apa yang seharusnya dilakukan sebelum merujuk ke dokter gigi spesialis konse
rvasi?
Jawab :

Ketika terjadi flare-up, cara mengatasinya adalah ,melalui 3 fase, yaitu: 1) secara


psikologis, 2) perawatan terlokalisir, dan 3) farmakoterapi.

1. Manajemen secara psikologis

Pasien sangat dimungkinkan dan dapat dimengerti akan kecewa dan terkejut
dengan serangan nyeri atau pembengkakan yang dating tiba-tiba. Reassurance adalah
sebuah aspek yang sangat kritis bahkan mungkin yang terpenting dari perawatan ini.
Pasien akan khawatir dan bahkan berasumsi bahwa perawatan telah gagal dan
diperlukan ekstraksi. Dokter gigi harus menjelaskan bahwa flare-up memang dapat
terjadi dan dapat dirawat dengan baik. Kemudian, pasien harus dibuat nyaman dengan
memutus rantai nyeri. Anestesi lokal yang baik juga merupakan salah satu hal yang
penting dalam manajemen psikologis pasien.

2. Perawatan terlokalisir

 Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Vital dan Debridemen Sempurna

Kasus ini biasanya disebabkan oleh instrumentasi melebihi apeks akar


(overinstrumentasi) yang mengakibatkan adanya trauma pada jaringan
periapikal atau adanya debris yang terdorong ke dalam jaringan
periapikal dan iritasi kimiawi dari larutan irigasi atau medikamen intrakanal.
Pada kasus ini biasanya pasien merasa peka waktu mengunyah Kasus ini
mungkin bukan suatu flare-up murni, yang dibutuhkan biasanya hanyalah
menenangkan pasien dan memberikan resep analgetik ringan sampai
sedang. Selain itu, saluran akar harus dibersihkan kembali secara hati-hati
dengan irigasi berulang kali. Sebuah cotton pellet kering diletakkan yang
kemudian diikuti dengan restorasi sementara. Rasa nyeri biasanya akan segera
berkurang dengan cepat.

Pada umumnya pembukaan gigi tidak akan menghasilkan apa-apa,


nyeri akan menurun secara spontan. Flare-up tidak akan tercegah dengan
kortikosteroid, baik diberikan secara intrakanal atau secara sistemis

 Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Vital dan Debridemen Tidak


Sempurna.

Debridenmen yang tidak sempurna akan meninggalkan jaringan yang


kemudian terinflamasi dan menjadi iritan utama. Panjang kerja harus diperiksa
ulang dan ditentukan kembali, kemudian saluran akar dibersihkan hati-hati dan
lakukan irigasi dengan larutan natrium hipokhlorit yang banyak. Keringkan
10
saluran akar dengan paper point kemudian diisi pasta kalsium hidroksida lalu
tambal sementara. Bila perlu boleh diberi resep analgetik ringan atau sedang.

 Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Nekrosis tanpa Pembengkakan

Gigi-geligi ini dapat mengalami abses apikal akut (flare-up) setelah


kunjungan. Abses terbatas pada tulang dan biasanya sangat nyeri. Pasien dapat
asimptomatik (jarang) atau simptomatik (sering) pada kunjungan sekarang.
Pada kunjugan kegawatdaruratan flare-up, prosedur perawatan yang sama
dilakukan.

Gigi dibuka dan saluran akar dibersihkan kembali dan diirigasi dengan
larutan natrium hipokhlorit. Saluran akar dikeringkan dengan paper point,
kemudian diisi bahan medikasi dengan pasta kalsium hidroksida dan ditutup
tambalan sementara. Setelah kunjungan yang banyak, cenderung menjadi
abses apikalis akut, pada kasus ini harus dilakukan drainase melalui gigi.
Drainase tersebut harus terus dilakukan sampai selesai. Kemudian saluran
akar diirigasi dengan larutan natrium hipokhlorit. Biarkan rubber dam di
tempatnya dan gigi tetap dalam keadaan terbuka, pasien dibiarkan istirahat
tanpa nyeri selama 30 menit atau sampai drainasenya berhenti. Setelah itu
keringkan saluran akar, letakkan pasta kalsium hidroksida dan tutup dengan
tambalan sementara. Jika tidak dilakukan drainase, saluran akar harus
dibersihkan kembali, diirigasi, dimedikasi, dan ditutup.

 Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Nekrosis dengan Pembengkakan

Gigi harus dibuka dan saluran akar harus dibersihkan kembali dan
kemudian ditutup. Pada kasus dengan pembengkakan, paling baik ditangani
dengan drainase, saluran akar harus dibersihkan dengan baik. Jika drainase
melalui saluran akar tidak mencukupi, maka dilakukan insisi pada jaringan
yang lunak dan berfluktuasi. Saluran akar harus dibiarkan terbuka dan lakukan
debridemen, kemudian beri pasta kalsium hidroksida dan tutup tambalan
sementara. Sebaiknya diberi resep antibiotik dan analgetik.

Pembengkakan yang tidak terlokalisir yang cepat menyebar ke dalam


ruangan-ruangan dan pasien dengan infeksi sistemik memerlukan parameter
tambahan. Perawatan mereka mungkin paling baik dilakukan oleh dokter gigi
bedah mulut dan maksilofasial yang akan melakukan drainase ekstraoral dan
bahkan mungkin menetapkan pasien untuk mondok.

3. Farmakoterapi

11
 Medikamen intrakanal

Tidak ada keuntungan yang diketahui dari meletakkan medikamen atau


substansi lain dalam saluran akar untuk membantu menyembuhkan flare-
up. Obat-obatan yang biasa digunakan umumnya berupa obat sistemik atau
lokal. Medikasi intrakanal golongan fenol yang biasa digunakan adalah
formokresol, CMCP, kresatin dan eugenol. Obat yang lain adalah kombinasi
steroid dan kalsium hidroksida, tetapi tidak satupun obat-obat diatas dapat
mencegah terjadinya flare-up atau meredakan gejala flare-up .

 Anestesi lokal

Memblok saraf sensoris untuk menghentikan rantai nyeri sangatlah


penting. Anestesi lokal yang biasa digunakan adalah anestesi lokal yang
kerjanya lama seperti etidokain atau bupivakain yang merupakan agen yang
menghasilkan efek analgesik yang lebih lama.

 Pengobatan sistemik

Obat-obatan sistemik yang digunakan adalah analgesik, steroid, dan


antibiotik. Golongan nonsteroid diindikasikan jika diinginkan adanya efek anti
inflamasi atau analgetik. Golongan narkotik bermafaat dalam menimbulkan
analgesia dan sedasi. Kombinasi suatu opioid dan bahan non steroid paling
efektif bagi nyeri yang parah. Pembengkakan yang terlokalisasi tidak
mengindikasikan kebutuhan antibiotik, yang diperlukan adalah drainase
dengan insisi atau melalui saluran akar dan debridement yang sempurna dari
saluran akar.

NSAID menyediakan analgesik tapi mungkin lebih sedikit daripada


efek antiinflamasinya pada kondisi akut ini. Untuk nyeri yang berat,
pendekatan kombinasi adalah yang paling efektif. Sebuah opioid seperti
tramadol, codeine atau oxycodone, dan sebuah agen non-steroidal bekerja
beriringan. Sebuah kombinasi, flurbiprofen (100mg mengandung π50mg tiap
6jam) dan tramadol (100mg tiap 6jam) terbukti efektif dalam mengatasi nyeri
pada pasien kegawatdaruratan.

Steroid, yang diminum dengan dosis tunggal (4–6mg dexamethasone)


juga dapat berguna. Obat ini dapat mengontrol reaksi hipersensitivitas terkait
imun. Pemberian antibiotik dapat membantu jika terdapat selulitis yang difus
dan cepat menyebar ke dalam ruangan-ruangan wajah.

Tindak Lanjut Perawatan Pasien Flare Up

Pasien flare-up harus dikontak setiap hari sampai gejalanya hilang. Kontak


dapat dilakukan melalui telepon. Pada pasien dengan masalah yang lebih
serius atau pasien yang tidak sembuh, harus kembali ke dokter gigi lagi. Jika
gejala timbul kembali dan tidak dapat dikendalikan, maka perlu

12
dipertimbangan untuk merujuknya. Perawatan akhir dilakukan oleh spesialis
mungkin meliputi obturasi yang diikuti dengan bedah apikal 

8. Apa saja gejala klinis dari sakit yang diderita psien pada scenario?
Jawab :

Terdapat gejala klinis sebelum perawatan seperti nyeri pada gigi ketika menggigit, me
ngunyah atau sakit terasa dengan sendirinya saat tidak digunakan untuk mengunyah, dan
sensitif terhadap perkusi. 80% pasien yang merasakan sakit gigi sebelum memulai perawa
tan biasanya merasakan nyeri setelah perawatan. Nyeri menyebabkan meningkatnya stres
dalam tubuh dan efek fungsi kekebalan tubuh dengan cara negatif sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya flare-up.

Selain itu pada pemeriksaan perkusi terasa peka, pembengkakan terasa nyeri bila
ditekan, adanya fistula, perluasan gambaran radiolusen, adanya sel radang akut dan
kronik, adanya jaringan pulpa mengalami nekrotik, pembengkakan wajah, keluar cairan
lokasi infeksi, hancurnya tulang pada akar gigi.

9. Bagaimana kriteria suatu perawatan endodontic dikatakan berhasil?


Jawab :

Keberhasilan perawatan saluran akar tidak lepas dari kualitas pengisian saluran akar d
an pembuatan restorasi akhirnya
Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dievaluasi berdasarkan pemeriksaan kl
inis, radiografis, dan histologis. Evaluasi klinis dan radiografis dapat dilakukan den
gan mudah, namun evaluasi histologis memerlukan pemeriksaan laboratorium. Ev
aluasi klinis dan radiografis dianjurkan untuk dilakukan 6 bulan sampai 4 tahun
setelah perawatan. Kriteria keberhasilan perawatan saluran adalah tidak peka terhadap
perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit periodonti
um, gigi dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau pembengk
akan, dan tidak ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan.
Berdasarkan gambaran radiografis, suatu perawatan dianggap berhasil bila ligame
n periodontium normal atau sedikit menebal (kurang dari 1mm), radiolusensi di apeks hil
ang, lamina dura normal, tidak ada resorbsi, dan pengisian terbatas pada ruang salura
n akar, padat mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks. Keberhasilan perawatan salu
ran akar dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain adanya lesi periradikular seb
elum dan sesudah perawatan, kualitas pengisian dan efektifitas penutupan bagian korona

10. Gambar radiopak dan radiolusen menandakan apa pada kasus di scenario?
Jawab :

Radiopak itu adalah warna putih pada foto radiografi yang menandakan kepadatan
struktur yang membuat sinar-X tidak dapat menembus sedangkan radiolusen adalah

13
bayangan hitam pada foto radiografi yang menenadakan sinar-X dapat tembus dari
struktur tersebut. Berdasarkan scenario terlihat bahwa kegagalan perawatan terjadi pada
tahap pengisian saluran akar yang ditandai dengan gambaran radiograf yang terlihat
radiolusen pada mesial akar gigi 46 sampai ke apeks, yang seharusnya pada perawatan
yang sempurma gambaran radiolusen tersebut tidak seharusnya terlihat dan hal itu
menunjukakan adanya kegagalan atau tidak hermetisan dalam pengisisan saluaran akar.

11. Apa saja yang menjadi pertimbangan dokter gigi untuk mempertahankan gigi pasien?
Jawab :
Faktor yang dapat menjadi pertimbangan untuk mempertahankan gigi yaitu salah
satunya memperhatikan kondisi gigi agar gigi tersebut dapat menjalankan fungsi gigi
aslinya sehingga gigi tersebut harus dipertahankan. Selain itu, factor estetis dan
hubungannya dengan fungsi gigi tersebut dalam lengkung rahang sangat perlu
dipertimbangkan dalam mempertahankan suatu gigi dan merencanakan suatu
penatalaksanaan.
2.4 Analisis Masalah

Kegagalan
Perawatan
Saluran Akar

Pulpa non vital

Diagnosis Etiologi Gejala klinis Pemeriksaan

Faktor Faktor Penatalaksanaan


Kegagalan Keberhasilan

Kesimpulan

2.5 Tujuan pembelajaran


Alqur’an &
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan etiologi flare up
hadist
14
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan flare up
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gejala klinis flare up
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan flare up
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan flare up
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan keberhasilan dan kegagalan perawata
n saluran akar
7. Mahasiswa mampu memahami dan menbuat surat rujukan
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Ayat Al-Qur’an dan Hadits terkait sc
enario

2.6 Belajar Mandiri


Dalam step ini kami melakukan belajar mandiri, yaitu dengan mencari berbagai literatur ya
ng berhubungan dengan tujuan pembelajaran baik dari internet, buku maupun dari pakarnya la
ngsung.

2.7 Hasil Belajar Mandiri

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan etiologi flare up


Jawab :
Definisi :
Flare-up endodontik adalah suatu komplikasi dari perawatan endodontik yang
didefinisikan sebagai eksaserbasi akut pada pulpa asimptomatik atau pathosis periapikal
setelah perawatan saluran akar. Nyeri pasca operasi setelah perawatan saluran akar adalah
kejadian yang tidak diinginkan namun sangat umum terjadi. Bahkan dengan tindakan
pencegahan ketat yang dilakukan, orang masih mengalami berbagai tingkat nyeri sisa atau
bahkan tanggapan berlebihan selama dan setelah perawatan saluran akar. Flare-up adalah
komplikasi yang sering mengganggu baik pasien maupun dokter gigi, dan merupakan
penyebab mayoritas keadaan darurat endodontik yang membutuhkan kunjungan yang
tidak terjadwal untuk pengobatan (Priyanka, 2013).
Menurut American Association of Endodontist, endodontic flare-up didefinisikan
sebagai keadaan eksaserbasi akut simptomatik yang berasal dari pulpa atau periadikular
yang patalogis pada initation (permulaan) atau continutation (lanjutan) perawatan saluran
akar
Menurut European Society of Endodontology (ESE) dapat juga didefinisikan sebagai
rasa nyeri atau ketidaknyamanan dari jaringan lunak facial dan mukosa rongga mulut di
sekitar area yang dirawat saluran akarnya yang timbul beberapa jam atau beberapa hari
setelah perawatan saluran akar.

Etiologi :

15
1.Faktor microbial

Penyebab terjadinya flare-up tidak dapat diketahui dengan pasti. Namun, ada
beberapa pendapat yang beranggapan bahwa flare-up termasuk dalam suatu proses respons
imun, terjadinya infeksi, kerusakan pada jaringan, atau kombinasi dari ketiganya. Salah satu
factor penting pada PSA yang dapat memicu terjadinya flare-up adalah masuknya bakteri,
bahan-bahan kimia dan adanya suatu rangsangan fisik atau jejas pada jaringan periapical.
Factor-faktor tersebut cenderung menyebabkan terjadinya suatu interaksi pada sel-sel
kekebalan tubuh dalam jaringan periapical, dan hal tersebut tidak terjadi bila dibanding
dengan gigi dengan jaringan periadikular yang normal (Seltzer & Naidorf, 2005)

Beberapa bakteri penyebab flare-up : Bacteroides melaninogenicus, fusobacterium


nucleatum, Enterococcus Faecalis, Actinomyces radicidentis

Perkembangan nyeri yang dipicu oleh agen infeksi dapat bergantung pada beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Adanya bakteri patogen

Spesies bakteri dapat dikaitkan dengan lesi periradikular simtomatik. Ini


termasuk Porphyromonas endodontalis, Porphyromonas gingivalis, dan spesies
Prevotella. Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa F. nucleatum, spesies
Prevotella, dan spesies Porphyromonas sering diisolasi dari kasus flare-up. Ada
kemungkinan bahwa spesies bakteri yang terkait dengan flare-up sama dengan yang
terlibat dengan saluran akar yang terinfeksi terutama terkait dengan lesi periradikular
simptomatik.

b. Kehadiran tipe klon virulen

Penyakit yang disebabkan oleh spesies bakteri patogen tertentu disebabkan


oleh jenis klon virulen spesifik dari spesies tersebut yang dapat secara signifikan
berbeda dalam kemampuan virulensinya. Kehadiran klon patogen endodontik yang
virulen di saluran akar dapat menjadi faktor predisposisi untuk nyeri
interappointment, asalkan kondisi diciptakan bagi mereka untuk mengerahkan
patogenisitas mereka.

c. Sinergisme atau additisme mikroba

Sebagian besar patogen endodontik menunjukkan virulensi ketika mereka


berasosiasi dengan spesies lain. Hal ini karena interaksi mikroba sinergis atau aditif,
yang tentunya dapat mempengaruhi virulensi dan berperan dalam penyebab gejala.

16
d. Jumlah sel mikroba

Beban mikroba dikenal sebagai faktor penting bagi mikroorganisme untuk


menyebabkan penyakit. Jika tuan rumah dihadapkan dengan jumlah sel mikroba yang
lebih tinggi daripada yang digunakan untuk eksaserbasi akut lesi periradikular dapat
terjadi.

e. Isyarat lingkungan

Banyak bukti menunjukkan bahwa lingkungan memberikan peran penting


dalam menginduksi gen virulensi mikroba. Penelitian telah menunjukkan bahwa
perubahan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku beberapa patogen oral (dan
endodontik), termasuk P. gingivalis, F. nucleatum, Prevotella intermedia, dan
treponema oral. Jika kondisi lingkungan saluran akar diubah oleh prosedur intrakanal
dan menjadi kondusif, virulensi mikroba dapat ditingkatkan dan nyeri antar janji dapat
terjadi.

f. Resistensi tuan rumah/Host

Individu yang berbeda menunjukkan pola resistensi yang berbeda terhadap


infeksi dan perbedaan tersebut dapat terlihat jelas selama masa hidup individu.
Individu yang mengalami penurunan kemampuan untuk mengatasi infeksi lebih
rentan mengalami gejala klinis setelah prosedur endodontik pada saluran akar yang
terinfeksi. Virus herpes memiliki kemampuan untuk mengurangi resistensi pejamu
terhadap infeksi. Ada beberapa situasi selama perawatan endodontik yang dapat
memfasilitasi mikroorganisme untuk menyebabkan nyeri antar janji temu. Ini
termasuk: (a) ekstrusi puing-puing apikal; (b) instrumentasi yang tidak lengkap yang
menyebabkan perubahan mikrobiota endodontik atau kondisi lingkungan; dan (c)
infeksi intraradikular sekunder.

Ekstrusi debris ke apikal Ekstrusi debris yang terinfeksi ke jaringan


periradikular selama preparasi kemomekanik adalah salah satu penyebab utama nyeri
pascaoperasi. Pada lesi periradikular kronis asimtomatik yang berhubungan dengan
gigi yang terinfeksi, terdapat keseimbangan antara agresi mikroba dari infeksi.
mikrobiota endodontik dan pertahanan host pada jaringan periradikular. Selama
preparasi kemomekanik, jika mikroorganisme diekstrusi ke dalam jaringan
periradikular, inang akan menghadapi situasi di mana pejamu akan ditantang oleh
sejumlah besar iritan daripada sebelumnya. Akibatnya, akan ada gangguan sementara
dalam keseimbangan antara agresi dan pertahanan sedemikian rupa sehingga respon
inflamasi akut dipasang untuk membangun kembali keseimbangan. Insiden nyeri

17
pasca operasi dalam kasus pengobatan ulang dengan lesi periradikular telah terbukti
secara signifikan tinggi.

Memaksa mikroorganisme dan produknya ke dalam jaringan periradikular dapat


menimbulkan respons inflamasi akut, yang intensitasnya akan tergantung pada sifat
kuantitatif (jumlah) dan kualitatif (virulensi) dari mikroorganisme yang diekstrusi.

2.Factor mekanik

Preparasi kavitas yang dalam tanpa pendinginan yang memadai, dampak trauma,
adanya trauma oklusal, Tindakan kuretase yang dalam, dan gerakan tekanan ortodonsi yang
berlebihan merupakan iritan yang berperan terhadap kerusakan jaringan pulpa. Preparasi
kavitas mendekati pulpa dan dilakukan tanpa pendinginan akan menyebabkan iritasi yang
meningkat karena daerah yang mendekati pulpa diameter tubulus dentin semakin besar.

3.Factor kimia

Zat antibakteri seperti silver nitrat, fenol dengan atau tanpa camphor dan egenol dapat
menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa. Material restorative yang dapat
menyebabkan reaksi pada pulpa adalah tingkat keasaman dari suatu material absorbs air
selama proses setting adaptasi marginal restorasi yang kurang baik

4.Sindroma perubahan adaptasi lokal


Adaptasi lokal yang dimaksud adalah adaptasi jaringan periapikal terhadap iritan yang
timbul pada saat atau setelah perawatan endodontik berlangsung. Iritan tersebut membuat sua
tu jaringan mengalami perubahan yang berlebih pada jaringan periapikal sehingga jaringan m
eresponnya dengan inflamasi yang berlebihan bahkan hingga kepada nekrosis jaringan hal ini
mengakibatkan rasa nyeri.
5.Overinstrumentasi atau Overmedikasi
Keadaan overinstrumentasi ketika perawatan endodontik berlangsung menyebabkan bany
ak debris terdorong samapai ke jaringan periapikal, sehingga menyebabkan inflamasi.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan flare up


Jawab :
a. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang
menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu dan menyebar, besar
kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri yang terjadi pada waktu mastikasi atau ketika gigi
berkontak dan jelas batasnya mungkin berasal dari periaspeks. Tiga faktor penting yang
membentuk kualitas dan kuantitas nyeri adalah spontanitas, intensitas dan durasinya. Jika
pasien mengeluhkan salah satu gejala ini, besar kemungkinan terdapat kelainan yang
cukup signifikan. Pertanyaan yang hati-hati dan tajam akan mengorek informasi seputar

18
sumber nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau periradikuler. Seorang klinisi yang pandai
akan mampu menetapkan diagnosis sementara melalui pemeriksaan subyektif yang teliti
sedangkan pemeriksaan obyektif dan radiograf digunakan untuk konfirmasi (Cohen and
Burn, 1994; Weine, 1996; Walton and Torabinejad, 2002).

b. Pemeriksaan Obyektif
Tes obyektif meliputi pemeriksaan wajah, jaringan keras dan lunak rongga mulut.
Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan, pemeriksaan dengan kaca mulut
dan sonde untuk melihat karies, ada tidaknya kerusakan restorasi, mahkota yang berubah
warna, karies sekunder atau adanya fraktur. Tes periradikuler membantu mengidentifikasi
inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks; tekanan dengan
jari atau menggoyangkan gigi dan perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut. Tes
vitalitas pulpa tidak begitu bermanfaat pada pasien yang sedang menderita sakit akut
karena dapat menimbulkan kembali rasa sakit yang dikeluhkan. Tes dingin, panas,
elektrik dilakukan untuk memeriksa apakah gigi masih vital atau nekrosis (Cohen ang
Burn, 1994; Walton and Torabinejad, 2002)

c. Pemeriksaan Periodontium
Pemeriksaan jaringan periodontium perlu dilakukan dengan sonde periodontium
(periodontal probe) untuk membedakan kasus endodontik atau periodontik. Abses
periodontium dapat menstimuli gejala suatu abses apikalis akut. Pada abses periodontium
lokal, pulpa biasanya masih vital dan terdapat poket yang terdeteksi. Sebaliknya, abses
apikalis akut disebabkan oleh pulpa nekrosis. Abses-abses ini kadang-kadang
berhubungan dengan sulkus sehingga sulkus menjadi dalam. Jika diagnosis bandingnya
sukar ditentukan, tes kavitas mungkin dapat membantu mengidentifikasi status pulpa
(Cohen and Burn, 1994; Walton and Torabinejad, 2002).

d. Pemeriksaan Radiograf
Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan darurat yang tepat,
memberikan banyak informasi mengenai ukuran, bentuk dan konfigurasi sistem saluran
akar. Pemeriksaan radiograf mempunyai keterbatasan, penting diperhatikan bahwa lesi
periradikuler mungkin ada, tetapi tidak terlihat pada gambar radiograf karena kepadatan
tulang kortikal, struktur jaringan sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula lesi yang
terlihat pada film, ukuran radiolusensinya hanya sebagian dari ukuran kerusakan tulang
sebenarnya (Bence, 1990, Cohen and Burn, 1994).

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gejala klinis flare up


Jawab :

Flare-up merupakan salah satu komplikasi yang terjadi pada perawatan


endodontik berupa rasa sakit dan bengkak yang dimulai pada saat atau setelah prosedur
perawatan endodontik. Rasa sakit dapat diakibatkan oleh berbagai penyebab, seperti
faktor mikroba, perubahan tekanan jaringan periapikal, mediator kimia, mekanik, dan
faktor psikologis.

19
Sebuah flare-up ditandai dengan nyeri atau pembengkakan yang mungkin
timbul setelah adanya debridement awal dari saluran akar atau bahkan setelahobturasi.
Flare-up merupakan komplikasi yang terkenal cukup mengganggu, baik bagi pasien
maupun dokter gigi. Flare-up bukanlah suatu hal yang biasaterjadi. Meskipun demikian.
kadang-kadang (terutama pada kasus abses apikalisakut) gejala tidak mereda atau bahkan
bisa timbul lagi (Jayakodi, et al. 2012).
Gejala klinis sebelum perawatan seperti nyeri pada gigi ketika menggigit,
mengunyah atau sakit terasa dengan sendirinya saat tidak digunakan untuk mengunyah,
dan sensitif terhadap perkusi. 80% pasien yang merasakan sakit gigi sebelum memulai
perawatan biasanya merasakan nyeri setelah perawatan. Nyeri menyebabkan
meningkatnya stres dalam tubuh dan efek fungsi kekebalan tubuh dengan cara negatif
sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya flare-up.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan flare up


Jawab :

Karena fakta bahwa flare-up adalah proses multi-etiologi, a strategi pencegahan harus
dipertimbangkan. Bagaimana- pernah, sampai saat ini, tidak ada strategi pencegahan yang
disetujui secara ilmiah dan diadopsi oleh komunitas endodontik. Namun, beberapa
instruksi- dianjurkan selama pengobatan, yang dapat membantu untuk mengurangi
kejadian flare-up. Ini termasuk:

1. Asepsis: merupakan kunci keberhasilan setiap perawatan endodontik, dan


dokter gigi harus memastikan pencapaian perawatan endodontik dalam kondisi
aseptik, menghindari kontaminasi. Penggunaan rubber dam selama perawatan
adalah salah satu dari kondisi ini (Siqueira, 2003).

2. Mengadopsi prosedur kimia-mekanis yang menghasilkan jumlah ekstrusi puing


yang lebih sedikit di daerah periradikular, dan memastikan debridment dari
totalitas saluran akar sistem. Contohnya adalah kombinasi mahkota-bawah teknik
dengan Sistem Ni-Ti yang digerakkan mesin dan pendekatan irigasi yang tepat
(Siqueira, 2003). Penggunaan apex locator dan radiologi sangat penting untuk
menentukan panjang kerja WL. Beberapa perangkat dapat digunakan untuk
meningkatkan irigasi kemanjuran.

3. Penggunaan obat-obatan pra operasi seperti : Ibuprofen, dex-ametason, natrium


diklofenak, piroksikam, deflazakort, ketrolac atau prednisolon, terutama dalam
kasus dengan gejala pulpitis ireversibel tomatik

4. Pencapaian perawatan endodontik selama satu kunjungi jika memungkinkan,


dan penggunaan obat intrakanal antara sesi untuk gigi yang terinfeksi. Selain itu,
resep obat pasca operasi icine efisien dalam mengendalikan rasa sakit, seperti
Kortikosteroid, NSAID atau parasetamol

20
Selain itu, terdapat beberapa hal yang juga harus diperhatikan dalam
pencegahan timbulnya flare up pasca perawatan endodontic, yaitu:

1. Pemilihan teknik instrumentasi yang mengeluarkan lebih sedikit debris ke apikal

Semua teknik instrumentasi dilaporkan menyebabkan ekstrusi debris ke apikal,


bahkan ketika preparasi dipertahankan pada ujung apikal. Perbedaannya terletak pada
kenyataan bahwa beberapa teknik mengeluarkan lebih banyak puing daripada yang lain.
Teknik yang melibatkan gerakan pengarsipan lincar biasanya menciptakan massa puing
yang lebih besar daripada yang melibatkan semacam tindakan rotasi. Irigasi yang banyak
dan sering selama prosedur kemo-mekanis secara signifikan meningkatkan pembuangan
dentin yang dipotong, sel mikroba dan debris pulpa dari saluran akar, mengurangi risiko
kecelakaan prosedural, seperti sebagai penyumbatan dan ekstrusi puing-puing apikal.
Karena jumlah debris yang diekstrusi dapat mempengaruhi respon jaringan periradikular,
teknik crown-down menggunakan instrumen dengan semacam aksi putar yang
dikombinasikan dengan irigasi yang melimpah setidaknya secara teoritis berpotensi untuk
mengurangi risiko flare-up.

2. Penyelesaian prosedur kemo-mekanis dalam satu kunjungan

Idealnya, prosedur kemo-mekanis harus diselesaikan dalam satu pertemuan.


Penghapusan iritan secara maksimal dari sistem saluran akar dapat mengurangi risiko
ketidaknyamanan antar-pengangkatan yang disebabkan oleh spesies mikroba yang masih
hidup yang tumbuh berlebihan sebagai akibat dari penghilangan spesies penghambat atau
menjadi lebih ganas sebagai akibat dari perubahan kondisi lingkungan.

3. Penggunaan medikamen intrakanal antimikroba antara janji temu dalam


pengobatan kasus yang terinfeksi

Penggunaan dressing intrakanal antimikroba adalah alat yang berharga untuk


mengontrol infeksi endodontik. Sedangkan beberapa peneliti telah melaporkan bahwa
obat intrakanal tidak berpengaruh pada kejadian nyeri pasca telah menunjukkan bahwa
penggunaan medikamen intrakanal antierabalin dan irigasi natrium hipoklorit

4. Jangan biarkan gigi terbuka untuk drainase

Pada awal tahun 1936, Alfred Walker menentang praktik membiarkan gigi terbuka
untuk drainase: Metode ini sama tidak bagusnya dengan kuno. Praktek membiarkan
saluran pulpa gigi terbuka dan tidak tertutup untuk tujuan drainase bertentangan dengan
praktek bedah yang diterima, tidak perlu dan, akibatnya, merupakan praktek yang buruk!

21
Praktik ini tidak koheren dan mengurangi prinsip biologis yang sehat dari terapi
endodontik.

Membiarkan gigi terbuka adalah cara paling langsung untuk memungkinkan reinfeksi
sistem saluran akar selain mengatasi upaya sebelumnya untuk membasmi
mikroorganisme di dalam sistem saluran akar. Pemasangan drainase diikuti dengan
persiapan kemo-mekanik lengkap, penempatan obat intrakanal antimikroba, dan
penutupan koronal pada janji yang sama menghasilkan pengurangan risiko gejala
persisten serta lebih sedikit janji temu untuk menyelesaikan terapi bila dibandingkan
dengan gigi. dibiarkan terbuka untuk drainase (Weine ef al 1975. Agustus 19821. Jumlah
eksudat purulen pada jaringan periradikular jelas terbatas dan sebenarnya terbentuk
sebagai respons terhadap mikroorganisme yang ada pada infeksi endodontik,yang secara
sementara menyerang jaringan periradikular. Setelah drainase yang tepat dan setelah
sumber infeksi (mikroorganisme intraradikular) dikendalikan secara efektif, tidak ada lagi
eksudat purulen yang akan terbentuk, dan akibatnya abses akan hilang. Perlu dicatat
bahwa bahkan dengan adanya pembengkakan yang menyebar tanpa adanya cairan
purulen, gigi tidak boleh dibiarkan terbuka untuk menunggu drainase. Jika gigi dibiarkan
terbuka, lebih banyak sel mikroba, spesies, produk, dan substrat yang diizinkan masuk ke
saluran akar dan jaringan periradikular. Bahkan dalam beberapa keadaan di mana
preparasi saluran akar lengkap diikuti dengan pengobatan intrakanal dan penutupan
koronal yang tepat tidak efektif dalam meningkatkan resolusi, praktik membiarkan gigi
terbuka tidak dapat dibenarkan. Dalam kasus ini, jumlah eksudat purulen yang dekat
dengan foramen apikal terbatas setelah infeksi menyebar melalui tulang. dan sejumlah
besar nanah sedang dalam perjalanan untuk drainase submukosa atau subkutan. Jika
tidak ada nanah yang mengalir melalui saluran akar bahkan setelah sedikit pelebaran
foramen apikal menggunakan kikir kecil yang steril, hal itu tidak akan terjadi bahkan jika
gigi dibiarkan terbuka selama beberapa hari.

5. Melakukan semua upaya dalam mempertahankan rantai aseptik selama prosedur


intrakanal

Asepsis sangat penting dalam terapi endodontik untuk mencegah infeksi pada kasus
vital atau pengenalan spesies mikroba baru dalam kasus pulpa nekrotik yang terinfeksi.
Dengan demikian, klinisi harus menyadari kebutuhan untuk melakukan perawatan
endodontik dalam kondisi aseptik yang ketat karena beberapa kasus infeksi sekunder
bahkan mungkin lebih sulit untuk diobati daripada infeksi primer dan dapat menyebabkan
flare-up. simtomatologi persisten dan/atau kegagalan perawatan saluran akar (Siqueira
2002).

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan flare up


Jawab :
22
a) Re-instrumentasi
Perawatan definitif mungkin melibatkan masuk kembali ke gigi yang bergejala.
Rongga akses kemudian harus dibuka. Panjang kerja harus dikonfirmasi ulang, patensi
foramen apikal diperoleh dan debridement menyeluruh dengan irigasi berlebihan
dilakukan. Jaringan yang tersisa, mikroorganisme, dan produk toksik atau ekstrusinya
bisa dibilang merupakan elemen utama yang bertanggung jawab atas gejala pasca
perawatan. Drainase akan memungkinkan komponen eksudatif dilepaskan dari jaringan
periradikular, sehingga mengurangi tekanan jaringan lokal.

b) Trefinasi kortikal
Trephination kortikal didefinisikan sebagai perforasi bedah tulang alveolar dalam
upaya untuk melepaskan akumulasi eksudat jaringan periradikular. Berbagai penelitian
telah mengevaluasi efektivitas trephination kortikal untuk mencegah dan meredakan nyeri
pasca perawatan. Pereda nyeri pada pasien dengan nyeri periradikular yang parah dan
bandel ketika trefinasi kortikal dilakukan.

c) Insisi dan drainase (I dan D)


Alasan untuk prosedur I dan D adalah untuk memfasilitasi evakuasi nanah,
mikroorganisme, dan produk toksik dari jaringan periradikular. Selain itu, memungkinkan
untuk dekompresi terkait peningkatan tekanan jaringan periradikular dan memberikan
pereda nyeri yang signifikan. Pada gigi dimana perawatan endodontik belum selesai,
mungkin disarankan untuk masuk kembali ke sistem saluran akar. Jika abses terjadi
setelah obturasi sistem saluran akar, insisi jaringan yang berfluktuasi mungkin merupakan
satu-satunya perawatan darurat yang masuk akal, asalkan pengisian saluran akar
memadai. Antibiotik biasanya tidak diindikasikan dalam kasus abses lokal, tetapi mereka
dapat digunakan untuk melengkapi prosedur klinis dalam kasus di mana ada drainase
yang buruk dan jika pasien memiliki trismus, selulitis, demam, atau limfadenopati secara
bersamaan. Selain itu, sayatan agresif untuk drainase telah dianjurkan untuk setiap infeksi
dengan aselulitis, terlepas dari apakah itu berfluktuasi atau indurasi.

d) Obat-obatan intrakanal
Studi klinis telah menunjukkan bahwa nyeri pasca perawatan tidak dicegah atau
dikurangi dengan obat-obatan seperti formokresol, paramonoklorofenol kamper, eugenol,
yodium kalium iodida, Ledermix, atau kalsium hidroksida. Namun, penggunaan steroid
intrakanal, obat anti-inflamasi nonsteriodal (NSAID), atau senyawa kortikosteroid-
antibiotik telah terbukti mengurangi nyeri pasca perawatan. Dalam sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Walton et al. steroid dan NSAID, ketika ditempatkan di dalam
sistem saluran akar setelah prosedur debridement, dapat mengurangi atau mencegah nyeri
pasca perawatan.

e) Reduksi oklusal

23
Tampaknya ada sedikit kesepakatan dalam literatur kedokteran gigi mengenai
manfaat pengurangan oklusi untuk mencegah nyeri pasca-endodontik. Pada gigi dengan
nyeri saat digigit, reduksi oklusal efektif dalam mengurangi nyeri pascaoperasi.
Sensitivitas untuk menggigit dan mengunyah mungkin karena peningkatan kadar
mediator inflamasi yang merangsang nosiseptor periradikular. Oleh karena itu, reduksi
oklusal dapat mengurangi stimulasi mekanis lanjutan dari nosiseptor yang tersensitisasi.

f) Medikasi
I. Antibiotik
Dalam ulasan tentang penggunaan antibiotik sistemik untuk mengontrol nyeri
endodontik pasca perawatan, Penggunaannya tanpa alasan. Kemajuan saat ini dalam
pemahaman kita tentang biologi proses infeksi dan inflamasi, bersama dengan risiko
yang diketahui terkait dengan antibiotik, seperti munculnya strain bakteri
multiresisten, sangat menunjukkan bahwa dokter harus secara serius mengevaluasi
kembali kebiasaan meresepkan mereka.

II. Analgesik non narkotik


Analgesik non-narkotika, NSAID dan asetaminofen, telah efektif digunakan untuk
merawat pasien dengan nyeri endodontik. Obat-obat ini menghasilkan analgesia
dengan aksinya pada jaringan perifer yang meradang serta pada daerah tertentu di
otak dan sumsum tulang belakang. NSAID telah terbukti sangat efektif untuk
mengelola nyeri pulpa dan periradikular. Pada pasien dengan sensitivitas yang
diketahui terhadap NSAID atau aspirin, dan pada mereka yang memiliki ulserasi
gastrointestinal atau hipertensi karena efek NSAID pada ginjal, asetaminofen harus
dipertimbangkan untuk nyeri pasca perawatan. Pra-perawatan dengan NSAID untuk
pulpitis ireversibel harus memiliki efek mengurangi tingkat pulpa dan periradikular
dari mediator inflamasi prostaglandin E2 (PGE2). Pemberian NSAID saja biasanya
cukup untuk sebagian besar nyeri endodontik bagi pasien yang dapat mentoleransi
kelas obat ini. Kombinasi NSAID dan asetaminofen, secara bersamaan, menunjukkan
analgesia aditif untuk mengobati sakit gigi. Jika rasa sakit tidak dikendalikan oleh
NSAID dan asetaminofen, diperlukan analgesik narkotik. Ini dapat diberikan dalam
kombinasi dengan NSAID untuk efek aditif.

PENGOBATAN FLARE-UPS PADA SITUASI KLINIS BERBEDA


a. Pulpa Vital Sebelumnya (dengan atau tanpa debridement lengkap)
Pulpa yang sebelumnya vital akan berkembang menjadi abses apikal akut. Hal ini
akan terjadi beberapa saat setelah pengangkatan dan menunjukkan bahwa sisa pulpa
telah menjadi nekrotik dan diinvasi oleh bakteri. Kemungkinan juga sisa-sisa jaringan
telah meradang dan sekarang menjadi iritan utama. Panjang kerja harus diperiksa
ulang, dan saluran harus dibersihkan secara hati-hati dengan irigasi natrium hipoklorit
yang berlebihan. Saluran tersebut harus dibuka dan didebridement, diberi obat dengan
pasta kalsium hidroksida, dan ditutup. Jika tidak, kasus ini ditangani dengan insisi dan
drainase.

24
b. Pulpa Nekrotik Sebelumnya Tanpa Pembengkakan
Dalam kasus ini kadang-kadang abses apikal akut dapat berkembang yang terbatas
pada tulang dan bisa sangat menyakitkan. Gigi harus dibuka, dibersihkan dengan hati-
hati, diirigasi dengan natrium hipoklorit dan drainase harus dilakukan.

c. Pulpa Nekrotik dengan Pembengkakan


Sebelumnya Situasi ini tidak mungkin benar-benar kambuh, kepastian pasien dan
resep analgesik sudah cukup. Tidak ada yang diperoleh dengan membuka gigi ini dan
rasa sakit akan berkurang secara spontan

DARURAT POSTOBTURASI
Perawatan Kedaruratan pascaobturasi jarang terjadi dan ringan jika ada, oleh karena itu
intervensi aktif jarang diperlukan. Kepastian dengan analgesik ringan akan secara
signifikan mengontrol kecemasan pasien dan mencegah reaksi berlebihan. Dalam kasus
perawatan saluran akar yang dapat diterima dengan abses apikal akut, eksisi dan drainase
pembengkakan akan mengatasi pembengkakan dalam hubungannya dengan penenangan
dan analgesik. Jika tidak dapat diobati maka operasi apikal harus dipertimbangkan.

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan keberhasilan dan kegagalan peraw


atan saluran akar
Jawab :

I. Keberhasilan

Kriteria yang digunakan dalam menentukan keberhasilan suatu perawatan endodontik


didasar kan pada gambaran radiografik jaringan perioapeks serta kedaan klinis gigi itu
sendiri. Suaru perawatan di nilai berhasil, apabila tidak ada keluhan dari pasien pada gigi
yang di rawat serta hilang atau menetapnya gambaran gambaran dan kelainan di
periapeks setalah satu tahun perawatan.

Keberhasilan perawatan endodontik ditentukan oleh tiga faktor yaitu akses kamar
pulpa. Preparasi serta pengisian saluran akar. Tujuan umum preparasi saluran akar adalah
untuk mengeliminir jaringan nekrotik. Debris dan bakteri Secara mekanis. Serta untuk
mempersiapkan saluran akar menerima bahan pengisi. Tahap preparasi saluran akar ini
dapat mengeliminasi bakteri sebanyak 90%. Menurut penelitian lngle dibuktikan bahwa
ada dua factor utama yang menyebabkan kegagalan endodontik adalah preparasi dan
pengisian yang tidak sempurna. Kualitas pengisian mencerminkan preparasi saluran
akarnya. Karena itu prosedur preparasi yang baik dan benar merupakan kunci
keberhasilan perawatan edodontik.

25
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan saluran akar Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan perawatan saluran akar (Walton dan Torabinejad,
2008):

A . Faktor patologis

1) Keberadaan patologis jaringan pulpa


2) Keadaan patologis periapikal
3) Keadaan periodontal
4) Resorpsi internal dan eksternal

B. Faktor penderita

1) Motivasipenderita
2) Usiapenderita
3) Keadaan kesehatan umum

c. Faktor perawatan

1) Perbedaan operator
2) Teknik-teknik perawatan
3) Pengisian saluran akar

d. Faktor anatomi gigi

1) Bentuk saluran akar


2) Kelompok gigi

e. Kecelakaan prosedural

1) Instrumen patah

2) Fraktur akar vertical

II. Kegagalan

Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan oleh banyak hal. Menurut
Hoen dan Frank (2002), penyebab kegagalan PSA diantaranya obturasi yang tidak semp
urna, perforasi akar, resorpsi akar eksternal, lesi periodontal-periradikuler, overfilling, a
danya saluran akar yang tertinggal, kista perapikal, tertinggalnya instrumen yang patah
pada saluran akar, asesoris kanal yang tidak terisi bahan obturasi, perforasi dasar foram
en nasalis dan kebocoran koronal yang menyebabkan bakteri endotoksin yang berpoten
si menyebabkan kegagalan endodontik.
Kegagalan perawatan saluran akar dapat menyebabkan infeksi, salah satunya
yaitu abses periapikal. Abses periapikal merupakan lesi likuefeksi yang menyebar atau t
erlokalisir yang menghancurkan jaringan periradikuler dan merupakan respon inflamasi
parah terhadap iritan mikroba dan iritan non mikroba dari pulpa yang nekrosis (Torabin

26
ejad & Walton, 1994), ditandai dengan lokalisasi nanah dalam struktur yang mengelilin
gi gigi (Gould, 2010).
Kemudian kegagalan perawatan endodontik dan flare-up dapat dikaitkan dengan peny
ebab mikrobial hanya jika mereka patogen, memiliki jumlah yang cukup dan memiliki
akses ke jaringan periradikular. Sistem saluran akar memiliki lingkungan yang kondusif
bagi kelangsungan hidup spesies mikroorganisme tertentu. Lingkungan ini dapat tergan
ggu oleh perawatan endodontik, dengan langkah-langkah untuk desinfeksi, debridemen,
dan medikamen intrakanal. Untuk bertahan hidup di lingkungan yang berubah ini di ma
na tingkat gizi rendah, bakteri harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri den
gan lingkungan yang berubah.
Kegagalan selama perawatan juga biasanya disebabkan oleh tahap pembersihan,
pembentukan, dan pengisian saluran akar yang benar. Perawatan endodontik yang baik
biasanya berpedoman pada Triad Endodontik. Triad endodontik yang pertama adalah
mendapatkan akses yang lurus kedalam saluran akar. Triad endodontik yang kedua adalah
preparasi saluran akar untuk membuang atau mengurangi iritan yang berbahaya dalam
ruang pulpa dan menutup ruang tersebut, mengontrol mikroorganismenya dan menangani
inflamasi periapeksnya. Preparasi yang tidak melebihi saluran akar akan memberikan
prognosis yang baik. Instrumentasi yang melewati apeks (over instrumentation) dapat
menyebabkan terdorongnya mikroorganisme, serpihan dentin dan sementum ke periapeks
dan menyebabkan inflamasi yang persisten. Triad endodontik yang ketiga adalah
pengisian saluran akar. Kesalahan dalam pengisian terjadi akibat proses pembentukan
saluran akar yang kurang baik atau pengisian yang kurang tepat. Kondensasi isi saluran
akar menyebabkan hasil pengisian lebih hermetis, sehingga iritan yang tertinggal di dalam
saluran akar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Demikian pula pengisian
saluran akar yang terlalu pendek atau panjang juga akan menimbulkan masalah.
Kegagalan pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian korona gigi yang
tidak baik karena restorasi yang tidak adekuat Gigi pasca perawatan saluran akar
mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan gigi vital, yaitu rentan terhadap fraktur
karena struktur gigi yang hilang akibat karies atau prosedur perawatan. Restorasi pasca
perawatan saluran akar harus mempunyai retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi
sisa jaringan gigi terhadap fraktur dan mempunyai kerapatan (seal) yang baik. Apabila
salah satu persyaratan tidak dipenuhi dapat menyebabkan lepasnya restorasi atau
terjadinya fraktur pada gigi atau restorasi sehingga perawtan menjadi gagal.

7. Mahasiswa mampu memahami dan menbuat surat rujukan


Jawab :

Contoh Surat Rujukan :

27
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Ayat Al-Qur’an dan Hadits terkait
scenario
Jawab :

I. Dalam salah satu haditsnya, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: ''Seandainy
a tidak akan merepotkan umatku, maka aku akan perintahkan kepada mereka untu
k membersihkan gigi pada setiap akan shalat.''(HR Bukhari dan Muslim)

II. "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain," (QS. Al-Insyirah : 7).
Ayat ini mengajarkan kita untuk kerja keras, bersungguh-sungguh, dan tuntas dalam
menyelesaikan pekerjaan. Ayat tersebut juga memberi isyarat tentang pentingnya sebuah
perencanaan dalam satu pekerjaan. Ayat tersebut seakan ingin mengajarkan bahwa
sebelum kalian melakukan satu pekerjaan cobalah membuat perencanaan yang baik dalam
tahapan-tahapan pekerjaan yang sistematis dengan target-target yang dapat diukur. Dan
apabila satu tahap telah selesai maka segera kerjakan tahap selanjutnya dengan
bersungguh-sungguh. Inilah salah satu petunjuk yang amat jelas bahwa seorang Muslim
dalam bekerja harus memiliki etos yang tinggi.

28
BAB III
KESIMPULAN

Flare-up endodontik adalah suatu komplikasi dari perawatan endodontik yang


didefinisikan sebagai eksaserbasi akut pada pulpa asimptomatik atau pathosis periapik
al setelah perawatan saluran akar. Nyeri pasca operasi setelah perawatan saluran akar
adalah kejadian yang tidak diinginkan namun sangat umum terjadi. Bahkan dengan tin
dakan pencegahan ketat yang dilakukan, orang masih mengalami berbagai tingkat nye
ri sisa atau bahkan tanggapan berlebihan selama dan setelah perawatan saluran akar. F
lare-up adalah komplikasi yang sering mengganggu baik pasien maupun dokter gigi, d
an merupakan penyebab mayoritas keadaan darurat endodontik yang membutuhkan k
unjungan yang tidak terjadwal untuk pengobatan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Dewi A, Margono.Jurnal kedokteran gigi universitas Indonesia, th 2000, 7 (edisi khus


us) 464-469: Jakarta.
Harikaran Jayakodi, Sivakumar Kailasam, Karthick Kumaravadivel, Boopathi Thanga
velu, and Sabeena Mathew. Journal Pharmacy Bioallied Science. 2012 Aug; 4(Suppl 2): S2
94–S298. doi: 10.4103/0975-7406.100277. PMCID: PMC3467928. PMID: 23066274. “Cli
nical and pharmacological management of endodontic flare-up” by 2015 Sindhu S1, Roop
a R Nadig2, Veena S Pai3, Sruthi Nair. International Journal of Contemporary Medical Res
earch Volume 2 Issue 2 “Endodontic flare ups-an over view”.

J.F Siqueira Jr. International Endodontic Journal, 36, 453-463,2003. “Microbial Caus
es of Endodontic Flare Ups”

Praveen et al., 2017; Jorge-Araujo dkk., 2018; Veitz-Keenan dan Ferraiolo,


2018;Konagala dkk., 2019; Aksoy dan Ege, 2020).

SanaaBassamaRimaEl-AhmarbSaraSalloumaSaraAyoubc. The Saudi Dental Journal.


Volume 33, Issue 7, November 2021, Pages 386-394 “Endodontic postoperative flare-up:
An update” Priyanka.S.R , Dr.Veronica . Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JD
MS)e-ISSN: 2279-0853, p-ISSN: 2279-0861. Volume 9, Issue 4 (Sep.- Oct. 2013), PP 26-3
1. www.iosrjournals.org. “Flare-Ups in Endodontics – A Review”

Tarigan R.. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodoti), Cetakan I, Jakarta : Widya


Medika.Sharma, S. (2017). Interappointment pain & flare up during endodontic
treatment procedures: An update, 3(4), 26-31.

30

Anda mungkin juga menyukai