Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUTOR 4

SKENARIO 2 BLOK 13

Fasilitator : drg. Intan Batura Endo Mahata, M.M

Oleh kelompok 4

1. FAIZA NUR AZIRA : 2010070110014


2. HAIFA APISKA PUTI : 2010070110017
3. NUR SAHWANI : 2010070110024
4. PUTI SATIVA : 2010070110029
5. TIARA FITRI YANI : 2010070110036
6. SITI AWWALU RAHMANISA : 2010070110047
7. NIA RIZKI AMIDA : 2010070110057
8. HAIFA KHAIRUNNISA A : 2010070110062
9. LUTIFAL RAMADHANI Z : 2010070110064
10. PRICILIA ANGELLIKA : 2010070110075
11. AYU WULANDARI : 2010070110082
12. NADIA RAUDHATUL M : 2010070110093
13. TIARA FHADHILA P : 2010070110100

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
202

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita serahkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada arwah
junjungan alam yakni Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah.

Selama proses penyusunan makalah kami mendapat bantuan dari berbagai


pihak, terutama drg. Intan Batura Endo Mahata, M.M selaku dosen fasilitator
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kedepannya kami
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah skenario 2 dari buku panduan BLOK 13 ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 14 april 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembelajaran........................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Klarifikasi Istilah..............................................................................................................3
2.2 Penetapan Masalah...........................................................................................................3
2.3 Curah Pendapat.................................................................................................................3
2.4 Menganalisis Masalah......................................................................................................5
2.5 Tujuan Pembelajaran........................................................................................................5
2.6 Belajar Mandiri.................................................................................................................5
2.7 Melaporkan Hasil Belajar Mandiri...................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, saraf dan sel odontoblas memiliki
kemampuan untuk melakukan kemampuan untuk mengadakan pemulihan jika terjadi
peradangan. Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada jaringan pulpa akan
menyebabkan kematian pulpa atau nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat kegagalan
jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau penyembuhan. Semakin luas
kerusakan jaringan pulpa yang meradang, semakin berat sisa jaringan pulpa yang
sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.

Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteri
pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa
dengan lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpa
exposure yang akan memudahkan infeksi bakteri ke jaringan pulpa yang
menyebabkan radang pada pulpa. Apabila tidak segera dilakukan penanganan maka
inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi
darah di dalam pulpa yang akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa.

Nekrosis pulpa yang disebabkan karena adanya trauma pada gigi dapat
menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu yang cepat yaitu hanya dalam beberapa
minggu. Pada dasarnya proses nekrosis pulpa yang disebabkan karena trauma sama
yaitu terjadinya perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang akhirnya akan
menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi
pembuluh darah utama pada apeks dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi
pembuluh darah kapiler pada pulpa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Kenapa rasa sakit tersebut tidak hilang padahal sudah minum obat ?
2. Pemeriksaan seperti apa yang dilakukan dokter gigi sehingga ia mendiagnosa yoona
mengalami kematian pulpa ?
3. Apa perawatan yang tepat untuk kematian pada pulpa tersebut ?
4. Apakah ada hubungan antara gigi yang sakit dengan bengkak di pipi dan apakah ada
penyebab lain yang membuat pipinya bengkak ?
5. Berdasarkan kasus di skenario apa diagnosa pada pasien tersebut ?
6. Apa faktor yang menyebabkan kematian pulpa ?

1
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi dan etiologi nekrosis
pulpa
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan nekrosis pulpa
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan gejala klinis nekrosis
pulpa
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi dari nekrosis pulpa
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perawatan dan penatalaksanaan
nekrosis pulpa
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ayat dan hadist terkait skenario

2
BAB 2

PEMBAHASAN

Skenario 2

“Ms. Chubby”

Yoona adalah mahasiswa multitalenta, cantik dan energik. Beberapa hari ini
yoona tidak kelihatan batang hidungnya dikampus. Angle sebagai sahabat sudah
berusaha untuk menghubungi Yoona tetapi telponnya gak pernah diangkat. Saiang ini
Angle mendatangi rumah Yoona untuk mengetahui apa gerangan yang terjadi. Lagi-
lagi Yoona nggak mau menemui Angle karena malu pipi kirinya “chubby”. Dengan
menutup wajah menggunakan masker akhirnya Yoona dibawa ke RSGM.

Yoona mengatakan bahwa gigi belakang kiri atasnya sudah sering sakit
terutama sesudah makan, namun beberapa hari belakangan sakitnya tidak hilang
walau sudah minum obat penghilang rasa sakit malah disertai bengkak pada pipi.
Dari pemeriksaan klinis dan penunjang yang dilakukan, drg mendiagnosa gigi 25
tersebut sudah mengalami kematian

2.1 Klarifikasi Istilah


 Kematian pulpa : kematian pulpa atau dalam istilah kedokteran disebut nekrosis
pulpa adalah kondisi irreversible yang ditandai dengan destruksi pulpa.

2.2 Penetapan Masalah


1. Kenapa rasa sakit tersebut tidak hilang padahal sudah minum obat ?
2. Pemeriksaan seperti apa yang dilakukan dokter gigi sehingga ia mendiagnosa yoona
mengalami kematian pulpa ?
3. Apa perawatan yang tepat untuk kematian pada pulpa tersebut ?
4. Apakah ada hubungan antara gigi yang sakit dengan bengkak di pipi dan
5. Berdasarkan kasus di skenario apa diagnosa pada pasien tersebut ?
6. Apa faktor yang menyebabkan kematian pulpa ?

2.3 Curah Pendapat


1. Kenapa rasa sakit tersebut tidak hilang padahal sudah minum obat ?
Karena pada skenario diketahui bahwa yoona mengalami karies yang sudah
mencapai pulpa yang dibiarkan saja dan hanya diobati dengan obat penghilang rasa
nyeri (analgetik). Seharusnya selain yoona mengkonsumsi analgetik ia juga harus
minum obat antibiotik untuk menghilangkan sumber utama penyebab nekrosis
pulpa.
2. Pemeriksaan seperti apa yang dilakukan dokter gigi sehingga ia mendiagnosa yoona
mengalami kematian pulpa ?

3
a. Pemeriksaan subjektif
Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pasien yang berkaitan dengan
riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang
menimbulkan nyeri.
b. Pemeriksaan obyektif
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan wajah, jaringan keras dan jaringan lunak
rongga mulut. Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan, pemeriksaan
dengan kaca mulut dan sonde untuk melihat karies, ada tidaknya kerusakan restorasi,
mahkota yang berubah warna, karies sekunder atau adanya fraktur, selain itu dapat
juga dilakukan tes vitalitas gigi atau tes panas dingin. Tes dingin dapat dilakukan
menggunakan chlore etil yang disemprotkan ke kassa atau kapas dan diletakkan
pada kavitas.
3. Apa perawatan yang tepat untuk kematian pada pulpa tersebut ?
Perawatan yang dapat dilakukan pada nekrosis pulpa terdiri dari perawatan
saluran akar dan pencabutan gigi. Perawatan saluran akar dapat dilakukan dengan
pertimbangan keadaan jaringan pendukung giginya. Sedangkan pencabutan gigi
merupakan perawatan yang dilakukan apabila jaringan pendukung gigi sudah tidak
ada dan tidak layak untuk dilakukan perawatan.
4. Apakah ada hubungan antara gigi yang sakit dengan bengkak di pipi dan apakah ada
penyebab lain yang membuat pipinya bengkak ?
Bengkak pada pipi dapat disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri.
Pembengkakan tersebut biasanya terjadi pada gingiva karena adanya abses pada
periapikal. Daerah yang bengkak tadi biasanya berisi pus atau nanah yang berada
dalam satu kantung yang terbentuk dalam jaringan.
5. Berdasarkan kasus di skenario apa diagnosa pada pasien tersebut ?
Diagnosa kasus pada skenario yaitu nekrosis pulpa. Dimana pada skenario
dijelaskan bahwa yoona mengalami karies yang sudah sampai ke pulpa dan sudah
terjadi kematian pada jaringan pulpanya. Adanya penimbunan pus didalam jaringan
ini biasanya akan menyebabkan jaringan sekitarnya terdorong dan menjadi dinding
pembatas abses. Abses tersebut sebenarnya merupakan pertahanan tubuh untuk
mencegah agen-agen infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya.
6. Apa faktor yang menyebabkan kematian pulpa ?

Sebelum terjadinya kematian pulpa biasanya terjadi kerusakan pada jaringan


keras gigi yang disebabkan oleh karies atau adanya suatu trauma sehingga bakteri
akan masuk pada kavitas dan apabila keadaan tersebut dibiarkan terlalu lama bakteri
tersebut akan berinvasi atau masuk kedalam jaringan pulpa yang sehat dan seiring
berjalannya waktu, pulpa yang sehat tadi akan mengalami kematian atau nekrosis.

4
2.4 Menganalisis Masalah

Ms. Chubby

Nekrosis pulpa

Klasifikasi Etiologi Gejala klinis pemeriksaan perawatan

Komplikasi

2.5 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi dan etiologi nekrosis
pulpa
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan nekrosis pulpa
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan gejala klinis nekrosis
pulpa
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi dari nekrosis pulpa
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perawatan dan penatalaksanaan
nekrosis pulpa
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ayat dan hadist terkait skenario

2.6 Belajar Mandiri


Pada step ini kami melakukan belajar mandiri yaitu dengan mencari berbagai
literatur yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran baik dari buku, jurnal medical,
maupun dari pakar

2.7 Melaporkan Hasil Belajar Mandiri


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi dan etiologi nekrosis
pulpa

Nekrosis pulpa merupakan jaringan pulpa yang tidak memperoleh aliran


darah dan saraf serta sudah tidak mengandung jaringan hidup, dengan atau tanpa
invasi bakteri. Hal ini dapat dibuktikan dari hilangnya kepekaan terhadap
rangsangan listrik, panas, dingin, maupun trauma. (Dorland, 2010)

5
Nekrosis dapat disebabkan oleh trauma fisik, trauma kimia (kemonekrosis),
penyakit, radiasi, dan gangguan pasokan darah. Sementara itu, penyebab yang paling
sering dari nekrosis pulpa adalah kelanjutan dari proses radang pulpa akibat karies.
Akan tetapi penyebab kasus nekrosis yang juga tidak sedikit jumlahnya adalah
karena tindakan perawatan dokter gigi atau yang disebut juga dengan kasus
iatrogenik seperti pemilihan jenis tumpatan, prosedur penumpatan kavitas, preparasi
kavitas, maupun penyelesaian tumpatan. Selain itu, penyebab lain dari nekrosis
adalah degenerasi pulpa atau proses perubahan pulpa. Berkurangnya fungsi pulpa
dapat memudahkan gejala kelainan atau penyakit dikarenakan sistem pertahanan
pulpa yang sudah tidak berfungsi dengan normal. Proses tersebut terus berlanjut dan
akan berakhir dengan pulpa yang nekrotik (Akbar, 2003).
Nekrosis pulpa ada 2 tipe:
a. Nekrosis likuifaksi
Ditandai dengan jaringan pulpa yang telah membusuk dan mengandung
cairan, dikarenakan proses kerja enzim proteolitik dari kuman. Nekrosis tersebut
adalah akibat dari proses karies yang menyebabkan meradangnya jaringan pulpa.
selanjutnya terjadi kerusakan pada sel jaringan pulpa. Proses pembusukan jaringan
pulpa karena dekomposisi protein: ammonia indikan, ptomaine, substansi lemak,
H₂S, CO₂ dan air. Produk tambahan proses tersebut menghasilkan zat dengan bau
busuk seperti skatol, indol, kadaverin, dan putresin (Akbar, 2003).
b. Nekrosis koagulasi,
Merupakan nekrosis dari beberapa potongan organ atau jaringan, dengan
pembentukan infar, fibrosa, dan protoplasma sel yang menjadi opaq dan padat
karena koagulasi unsur protein (Dorland, 2012). Tidak ada infeksi mikroorganisme
sehingga tidak terjadi proses pembusukan jaringan pulpa. Oleh karena itu jaringan
pulpa tidak lisis (Akbar. 2003)

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan nekrosis pulpa


a. Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan ini didapat dengan melakukan anamnesis kepada pasien yang
berkaitan dengan penyakit sistemik, riwayat dental, lokasi, keparahan, durasi,
karakter dan stimulus yang menimbulkan nyeri dan menanyakan keluhan utama
pasien dengan “OLDCARTS”
- Onset : sejak kapan terjadinya keluhan
- Location : letak keluhannya apakah sakit menjalar atau tidak
- Duration : frekuensi sakit
- Characterustic : menanyakan sifat dan keluhan pasien
- Agrevating factor : faktor yang memperberat gejala
- Releaving factor : faktor yang meringankan gejala
- Treatment : apakah sudah pernah mengkonsumsi obat sebelumnya
- Saverity : seberapa parah keluhan yang dialami
b. Pemeriksaan obyektif
pemeriksaan obyektif meliputi pemeriksaan ekstra oral dan intra oral.
Pemeriksaan ekstra oral meliputi pemeriksaan fisik penderita seperti penampilan
umum, tonus kulit, asimetri wajah, kemerahan, pembengkakan, jaringan parut ekstra
oral atau saluran sinus dan kepekaan atau membesarnya nodus limfe servikal atau

6
fasial. Sedangkan pemeriksaan intra oral meliputi pemeriksaan jaringan lunak
rongga mulut apakah terdapat oedem, pembengkakan, perubahan warna, fistel,
eksudat. Pemeriksaan gigi geligi apakah terdapat karies, fraktur mahkota, perubahan
warna gigi.
Pemeriksaan klinis terdiri dari perkusi, sondasi, tes mobilitas, tes vitalitas
meliputi tes panas, tes dingin dan tes kavitas, tes jarum miller yang diindikasikan
pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies atau kavitas. Dilakukan dengan cara
memasukkan jarum miller hingga ke saluran akar.
c. Pemeriksaan radiograf
Pemeriksaan ini diperlukan sebagai pemeriksaan penunjang untuk menentukan
diagnosis dan rencana perawatan yang tepat, yaitu melihat kedalaman dan luas
karies, kondisi jaringan periradikuler (periodontitis), periapikal, atau ada tidaknya
gambaran radiolusen di apikal (abses, granuloma / kista), karies tersembunyi, besar
jumlah arah saluran akar, penyumbatan kamar pulpa, dan kelainan tulang alveolar.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan gejala klinis nekrosis
pulpa
Gigi yang mengalami nekrosis tidak selalu menimbulkan gejala rasa sakit.
Gejala klinis pada nekrosis pulpa yaitu adanya perubahan warna gigi menjadi keabu-
abuan atau kecoklatan, apabila ada rangsangan panas gigi yang nekrosis akan terasa
sakit karena terjadi pemuaian gas yang akan menekan ujung saraf jaringan vital yang
ada disekitarnya, sedangkan dengan rangsangan dingin (chlor ethyl) dan stimulasi
elektrik pada gigi dengan pulpa nekrotik biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri.

Pada nekrosis pulpa tipe persial dapat memperlihatkan gejala pulitis


irreversible, sedangkan pada nekrosis total sebelum mengenai ligamen periodontal
biasanya tidak menunjukkan gejala dan tidak menunjukkan respon terhadap tes suhu
atau elektrik. Pada tampilan radiografi gigi yang mengalami nekrosis pulpa
menunjukkan adanya destruksi tulang, adanya kavitas yang besar atau restorasi, dan
terlihat adanya radiolusen.

7
8
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi dari nekrosis pulpa
Pulpa yang nekrosis tidak dapat dihidupkan kembali tanpa melakukan
saluran akar atau dilakukan pencabutan gigi yang mengalami nekrosis. Nekrosis
pulpa merupakan tahap akhir dari pulpitis yang diawali karies dan disebabkan
karena tidak adanya sirkulasi darah pada pulpa. Pulpitis merupakan peradangan
jaringan atau inflamasi pada pulpa. Inflamasi merupakan respon utama dari sistem
kekebalan terhadap iritasi dan infeksi atau respon suatu organisme terhadap patogen
dan jejas mekanis dalam jaringan. Nekrosis pulpa menjadi awal dari penyakit atau
lesi periapikal ketika nekrosis pulpa tersebut tidak mendapat perawatan. Lesi
periapikal merupakan lesi yang terdapat pada area apikal gigi. Lesi periapikal yang
dapat terjadi akibat inflamasi pulpa yang tidak dirawat adalah periodontitis apikalis
akut, abses periapikal dan periodontitis apikalis kronis
Komplikasi nekrosis pulpa dapat berkembang dari waktu ke waktu jika tidak
dilakukan perawatan. Namun beberapa pengobatan dan perawatan yang tidak tepat
pada nekrosis pulpa memiliki risiko terjadinya infeksi, demam, pembengkakan
rahang, pulpitis dan nekrosis yang selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya
selulitis, abses periapikal, radang selaput lendir, periodontitis dan keropos tulang.
a. Nekrosis Pulpa berasal dari abses periapikal
Penyakit abses periapikal merupakan suatu keadaan patologis yang terlokalisir
pada daerah apeks atau ujung akar gigi atau daerah periapikal gigi abses periapikal
umumnya berasal dari nekrosis jaringan pulpa, abses periapical adalah abses yang
muncul di ujung akar gigi. Selain itu, komplikasi yang dapat timbul berupa nyeri dan
pembengkakan.
b. Cellulitis

9
Biasanya berasal dari infeksi gigi, mikroorganisma yang bertanggung jawab
adalah golongan streptococcus dan staphylococcus. Penyakit ini dikarakteristikkan
dengna pusing disertai edema dan kemerahan pada kulit. Edema memiliki batas
tidak jelas dan dapat berada di berbagai tempat tergantung gigi yang terinfeksi. Pada
tahap awal, cellulitis terasa lunak pada palpasi dan tidak terdapat pus. Pada tahap
lanjut, penebalan terlihat dan terdapat adanya supurasi serta terdapat pus pada dasar
lidah.

c. Ludwig’s Angina (Phlegmon)

Peyebabnya dapat berasal dari infeksi periapikal atau periodontal pada gigi
mandibula khususnya pada gigi yang memiliki apeks di bawah musculus mylohyoid.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perawatan dan penatalaksanaan


nekrosis pulpa

Gigi yang mengalami nekrosis pulpa memerlukan perawatan saluran akar


yang bertujuan untuk membersihkan ruang pulpa dari jaringan pulpa yang telah
terinfeksi, kemudian membentuk saluran akar untuk obturasi agar terbentuk apical
seal. Perawatan saluran akar dibagi menjadi tiga tahap :
 Tahap preparasi biomekanis saluran akar : untuk pembersihan dan
pembentukan saluran akar dengan membuka jalan masuk menuju kamar pulpa
dari korona.
 Tahap sterilisasi : irigasi dan desinfeksi saluran akar
 Pengisian saluran akar

Berdasarkan jumlah kunjungan, perawatan saluran akar dibagi menjadi 2 macam :

a. Perawatan saluran akar satu kali kunjungan (one visit endodontic)


Adalah perawatan saluran akar yang diselesaikan dalam satu kali kunjungan,
meliputi pembersihan saluran akar, sterilisasi dan obturasi. Keuntungannya adalah
dapat memperkecil risiko kontaminasi mikroorganisme dalam saluran akar dan
mempersingkat kunjungan perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar satu kali
kunjungan diindikasikan sebagai berikut :
 Pulpa terbuka karena trauma iatogenik tanpa lesi periapikal
 Pulpitis irreversibel tanpa lesi periapikal
 Gigi nekrosis tanpa gejala klinis disertai lesi periapikal
 Gigi nekrosis dengan abses periapikal fistula
 Bentuk saluran akar normal, saluran akar tunggal

Kontra indikasi untuk perawatan saluran akar satu kali kunjungan :

 Adanya rasa sakit pada gigi nekrosis tanpa fistula untuk drainase
10
 Gigi dengan kelainan anatomis berat
 Gigi berakar banyak
 Periodontitis akut dengan rasa sakit yang parah saat perkusi

Keberhasilan pengisian saluran akar tergantung pada keadaan asepsis,


pembersihan jaringan pulpa secara menyeluruh, preparasi biomekanik, dan pengisian
saluran akar hermetis. Setelah perawatan saluran akar, gigi memerlukan perawatan
yang berbeda dari gigi vital, karena berkurangnya kelembaban pada gigi ini dan
berkurangnya dentin selama proses preparasi saluran akar, yang mempengaruhi
struktur jaringan keras gigi yang tersisa. Ada beberapa jenis restorasi yang dapat
digunakan setelah perawatan saluran akar. Perawatan restorasi saluran akar pasca
menggunakan bahan resin komposit dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung, Teknik tersebut harus mampu memperkuat sisa struktur jaringan keras gigi
dan mengembalikan fungsi gigi. Jika beberapa gigi hilang tetapi masih memiliki
ketebalan struktur email dentin yang cukup dan pasien menginginkan restorasi
sewarna gigi, inlay komposit tidak langsung dapat menjadi pilihan.

b. Perawatan saluran akar lebih dari satu kali kunjungan (multivisit endodontic)
Adalah perawatan saluran akar yang diselesaikan dalam beberapa kali
kunjungan. Pada kunjungan pertama dilakukan pemeriksaan subjektif, objeltif, foto
intra oral, foto radiografi, diagnosis dan penentuan rencana perawatan. Pasien juga
diberikan penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan, biaya serta waktu
perawatan yaitu perawatan saluran akar multi kunjungan. Prosedur perawatan
saluran akar yaitu dilakukan anastesi lokal, kemudian dilakukan pembukaan kamar
pulpa mengguanakan endo acces bur sampai mencapai ke ruang pulpa, pengukuran
panjang kerja dan diakhiri dengan pemberian tumpatan sementara.
Pada kunjungan kedua dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, jika sudah
tidak ada inflamasi maka tumpatan sementara dibuka dan dilakukan pengepasan guta
perca. Pada kunjungan ketiga dilakukan crown lengtening agar preparasi restorasi
dapat mencapai bagian dasar dari tepi-tepi gigi. Dan pada kunjungan selanjutnya
dilakukan pembuatan core.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ayat dan hadist terkait skenario
o QS. Al-Baqarah : 195

‫ي‬Gْ ِ‫َواَ ْنفِقُوْ ا فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ َواَل تُ ْلقُوْ ا بِا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة ۛ َواَحْ ِسنُوْ ا ۛ اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحب ّْال ُمحْ ِسن‬
Artinya: "Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."

Orang-orang yang tidak menjaga kesehatan termasuk dalam golongan


orang yang menjatuhkan diri dalam kebinasaan. Sebab, dia tidak merawat apa
yang telah diberikan oleh Allah. Termasuk merawat kebersihan gigi dan mulut.
11
o Rasulullah SAW bersabda :
- ‫نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس الصحة والفرا‬

“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia


adalah kesehatan dan waktu luang” (HARI. Al-Bukhari : 6412, At-Tarmizi :
2304, Ibnu Majah : 4170)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nekrosis pulpa merupakan suatu perubahan yang morfologi yang menunjukkan
kematian sel pada jaringan pulpa. Nekrosis pulpa memiliki penyebab yang bervariasi,
namun pada umumnya disebabkan oleh pulputis irreversibel yang tidak dilakukan
penanganan atau dapat terjadi akibat trauma, hal ini menyebabkan suplai aliran darah ke
pulpa terganggu. Secara umum nekrosis pulpa dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu nekrosis
koagulasi dan nekrosis liquefaksi.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada nekrosis pulpa yaitu pemeriksaan subjektif,
pemeriksaan objektif dan pemeriksaan penungang berupa radiografi. Gigi yang mengalami
nekrosis pulpa memerlukan perawatan saluran akar yang bertujuan untuk membersihkan
ruang pulpa dari jaringan pulpa yang telah terinfeksi, kemudian membentuk saluran akar
untuk obturasi agar terbentuk apical seal

DAFTAR PUSTAKA

13
Maj Ked Gi. Juni 2013 : Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Pada Pulpa
Nekrosis Disertai Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dengan Pasak
Fiber Reinforced Composit

Maj Ked Gi. Juni 2013 : Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Pada Pulpa
Nekrosis Disertai Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dengan Pasak
Fiber Reinforced Composit

Vol 6 No 2 (2018): Jurnal Gigi Andalas /PENATALAKSANAAN NEKROSIS


PULPA DISERTAI LESI PERIAPIKAL PADA GIGI 47

JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)Vol. 4 No. 2 – Desember 2021ISSN 2579-7239


ISSN 2580-0523 (Online)64PENYAKIT PULPA DAN PERAWATAN
SALURAN AKAR SATU KALI KUNJUNGAN: LITERATURE
REVIEWArny Tri Kartinawanti1

Santoso, L. and Kristanti, Y. (2016) ‘Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Gigi
Molar Kedua Kiri Mandibula Nekrosis Pulpa dan Lesi Periapikal’, Mkgk, 2,
pp. 65–71.

Kristianti, A. S. G. dan Y. (2011) ‘Perawatan saluran akar satu kunjungan disertai


restorasi dan pasak resin komposit pada nekrosis pulpa dengan lesi periapikal’,
Maj Ked Gi, pp. 39–43.
Akbar, S. M. S. (1997) ‘Gambaran Sitologik Lesi Periapeks pada Gigi dengan Pulpa
Nekrosis’, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, pp. 7–14.

Pulse oximetry: a useful test for evaluating pulp vitality in traumatized teethCelso
Luiz Caldeira et al. Dent Traumatol. 2016

Oct.The use of pulse oximetry in evaluation of pulp vitality in immature permanent


teethMajid Bargrizan et al. Dent Traumatol. 2016 Feb.

What Is Pulp Necrosis? Medically Reviewed by Dan Brennan, MD on April 12,


2021 Pulp necrosis ( what causes it and how is treated)

dwi kartika apriyono (jkg unej) vol 7 no 1 2010 :45-50 kedaruratan endodonsia
billy sujatmiko dan endang retnowati, juni 2011 : 18(1) : 44-47 perawatan
multi kunjungan protaper protary files single cone pada nekrosis pulpa
disertai abses dentoalveolar

14

Anda mungkin juga menyukai