Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 14 MODUL 4
PERAWATAN JARINGAN PERIODONTAL NON BEDAH

Disusun oleh : Kelompok 1

Alya Hana Natasya (1910026006)


Nur Fithriah (1910026010)
Azizah Qothrunnada (1910026015)
Sulistiya Wati (1910026016)
Dela Puspita Sari (1910026022)
Artha Maulida (1910026024)
Selvia Rakhmah (1910026026)
Yuli Brygitta Sidabariba (1910026028)
Salma Nadya Salsabila (1910026029)
Chaesarianus Paul Christian Soge (1910026032)

Tutor : Dr. drg. Lilies Anggarwati Astuti, Sp. Perio


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan blok 14
modul 4 yang berjudul “Perawatan Jaringan Periodontal Non Bedah” tepat pada
waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai sumber referensi dan juga hasil
diskusi kelompok kecil kami.
Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. Dr. drg. Lilies Anggarwati, Sp. Perio selaku tutor kelompok 1 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK)
2. Dr. drg. Lilies Anggarwati, Sp. Perio selaku dosen penanggung jawab
kuliah modul ini yang telah membimbing dan memberikan tugas kepada
kami.
3. Teman-teman kelompok 1 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga Diskusi Kelompok Kecil (DKK) 1 dan 2 dapat
berjalan dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil Diskusi
Kelompok Kecil (DKK).
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2019 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini sangat
terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi
kelompok kecil (DKK) ini. Akhirnya, kami menyelesaikan laporan ini dan
berharap dapat memberikan manfaat dan sumber pengetahuan yang sangat
berguna bagi seluruh masyarakat.

Samarinda, 30 Oktober 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulis........................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
2.1 Skenario................................................................................................... 3
2.2 Identifikasi Istilah sulit........................................................................... 3
2.3 Identifikasi Masalah............................................................................... 3
2.4 Analisa Masalah..................................................................................... 4
2.5 Kerangka Teori...................................................................................... 8
2.6 Learning Objective................................................................................ 8
2.7 Belajar Mandiri..................................................................................... 8
2.8 Sintesis.................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................ 42
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 42
3.2 Saran...................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang
mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat
mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal
terdiri dari 4 komponen yakni gingiva, tulang alveolar, ligament periodontal,
dan sementum.
Penyakit periodontal adalah penyakit yang menyerang komponen dari
jaringan periodontal yaitu jaringan gingiva, tulang alveolar, sementum dan
ligamen periodontal. Jika terjadi penyakit periodontal, penting bagi individu
untuk merawat penyakit tersebut. Penyakit periodontal merupakan infeksi
mikroba, dan penelitian telah dengan jelas menunjukkan bahwa penyakit ini
merupakan faktor risiko penting untuk penyakit yang mengancam jiwa yang
parah seperti stroke, penyakit kardiovaskular, penyakit paru, diabetes, dan
lain-lain. Walaupun jaringan periodontal berada dalam mulut, penyakit
periodontal dapat menjadi fokus yang nantinya akan menyebar sehingga
menganggu kondisi sistemik.
Rencana perawatan penyakit periodontal mencakup tujuan jangka pendek
dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah menghilangkan semua
proses infeksi dan inflamasi yang menyebabkan masalah periodontal dan
masalah mulut lainnya. Pada dasarnya, tujuan jangka pendek adalah
mengembalikan rongga mulut ke keadaan sehat yang memerlukan prosedur
periodontal, serta terapi gigi lainnya, seperti endodontik dan memperbaiki
patologi membran mukosa mulut. Tujuan jangka panjang berupa rekonstruksi
gigi yang sehat yang memenuhi semua persyaratan fungsional dan estetik.
Perencanaan jangka panjang melibatkan pertimbangan rekonstruksi prostetik
gigi, yang mungkin memerlukan terapi implan. Kebutuhan akan perawatan
ortodontik juga harus diperlukan.
Terapi pada penyakit periodontal memiliki beberapa fase atau tahapan.
Setelah diagnosis didapatkan, terapi pertama yang dilakukan berupa terapi
non bedah. Terapi non bedah memfokuskan pada mengubah atau
menghilangkan etiologi mikroba dan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap penyakit gingiva dan periodontal semaksimal mungkin, sehingga

1
menghentikan perkembangan penyakit dan mengembalikan gigi ke keadaan
sehat dan nyaman. Terapi pada penyakit periodontal memiliki fase-fase lain
seperti fase II yaitu terapi bedah, lalu fase III yaitu terapi restoratif dan yang
terakhir fase IV yaitu fase pemeliharaan.
Tapi perawatan tidak mengikuti urutan tersebut. Segera setelah
menyelesaikan terapi fase I, pasien harus ditempatkan pada fase pemeliharaan
(fase IV) untuk mempertahankan hasil yang diperoleh dan mencegah
perburukan lebih lanjut dan kekambuhan penyakit. Sedangkan pada fase
pemeliharaan, dengan evaluasi berkala, pasien masuk ke fase pembedahan
(fase II) dan fase restoratif (fase III) pengobatan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini, antara lain :
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Diagnosis dan Rencana Perawatan
Periodontal
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Macam - Macam Terapi Non Bedah
Periodontal
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Instrumen dan Cara Memegang
Instrumen Terapi Non Bedah Periodontal
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tahapan Prosedur Terapi Non Bedah
Periodontal

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui dan menjelaskan tentang diagnosis dan rencana perawatan
periodontal, macam-macam terapi non bedah periodontal, instrumen dan cara
memegang instrumen terapi non bedah periodontal serta tahapan prosedur
terapi non bedah periodontal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Skenario
Pasien laki-laki berumur 29 tahun datang ke RSGM Unmul dengan
keluhan gusi kanan belakang rahang bawah terasa gatal dan sering berdarah.
Dari hasil anamnesa pasien sering menusuk-nusuk gusi nya menggunakan
tusuk gigi jika makanan sering tertinggal disela-sela gigi tersebut. Pasien
merasa tidak nyaman dengan bau yang tidak sedap keluar dari mulutnya.
Pasien jarang memeriksakan gigi nya ke dokter gigi dan menyikat gigi tidak
teratur dan tergesa-gesa. Diagnosa sementara adalah gingivitis kronis. Bantu
coass yang menanganinya dalam menegakkan diagnosa yang tepat, dan
menentukan rencana perawatannya!

2.2. Indentifikasi Istilah


1. Gingivitis kronis : Kondisi inflamasi pada gingiva, kronis yaitu lama
dan perlahan. diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakit dan durasi,
tanda gejala yaitu tekstur halus, onset lambat, durasi lama
2. Jaringan periodontal : Jaringan pendukung gigi yang mengelilingi gigi,
terdiri dari tulang alveolar, ligamen periodontal, sementum dan gingiva
3. Gusi : Gingiva, jaringan lunak dan bagian jaringan
periodontal, ciri gingiva sehat yaitu berwarna pink coral, attached gingiva
dan unattached gingiva
4. Perawatan jaringan periodontal non bedah : Tahap pertama dalam
prosedur, eliminasi penyebab inflamasi, dental health education, kontrol
plak, scaling dan root planing, modulasi respons host
5. Bau mulut : Halitosis yaitu bau yang tidak menyenangkan,
gejala atau dampak saat mikroorganisme menguraikan sisa sisa makanan

2.3. Identifikasi Masalah


1. Dampak kebiasaan pasien menusukkan tusuk gigi
2. Kenapa gusi belakang kanan pasien terasa gatal dan berdarah
3. Alat yang dapat digunakan untuk mengganti kebiasaan tusuk gigi
4. Penyebab bau mulut pasien
5. Dampak menyikat gigi yang tergesa gesa, dan tidak teratur
6. Penyebab gingivitis kronis, berdasarkan skenario

3
7. Gejala dan tanda klinis gingivitis kronis
8. Bagaimana diagnosis dan rencana perawatan gingivitis kronis
9. Apa saja terapi non bedah periodontal

2.4. Analisis Masalah


1. Dampak kebiasaan pasien menusukkan tusuk gigi
➢ Gingiva mudah berdarah, karena ujung yang tajam, karena tidak sesuai
dengan bentuk anatomis
➢ Trauma
➢ Terbentuknya celah diantara gigi, yang menyebabkan sisa makanan
terperangkap, saliva tidak dapat melakukan self cleansing karena tidak
dapat dicapai
➢ Terjadi bau mulut
➢ Gingivitis, peradangan jaringan lunak, tidak sengaja melukai
➢ Pendalaman sulkus gingiva, karena menusuk terlalu dalam ; gingival
pocket yaitu tidak diikuti dengan penurunan margin gingiva ke arah
apikal, periodontal pocket yaitu diikuti dengan penurunan
➢ Infeksi dan perdarahan
➢ Kesterilan dan kebersihan tusuk gigi kayu tidak terjaga
➢ Menimbulkan rasa gatal, nyeri dan tidak nyaman
➢ Potensi penyakit menular

2. Kenapa gusi belakang kanan pasien terasa gatal dan berdarah


Kebiasaan menggunakan tusuk gigi, trauma pada gingiva dan
jaringan periodontal dan menyebabkan inflamasi, edema dan akumulasi
plak. Rasa gatal karena sel sel inflamasi yaitu histamin. Karena gingivitis
kronis, dan inflamasi yang menyebabkan perubahan pada gingiva dan
fungsi protektif berkurang sehingga mudah berdarah. Kebiasaan pasien
menyikat gigi yang tergesa gesa dan cara menyikat gigi yang belum benar
sehingga menimbulkan perdarahan.

4
3. Alat yang dapat digunakan untuk mengganti kebiasaan tusuk gigi
➢ Menggunakan dental floss, yaitu benang yang tipis, membersihkan
interdental, dan membersihkan sisa makanan bahan lebih dapat
diterima tubuh, lembut dan elastis sehingga tidak melukai. Efektif
menghilangkan plak dan dipengaruhi waktu dan teknik, sebelum
menyikat gigi dan satu kali sehari. Dilapisi wax untuk menjangkau
daerah yang lebih sempit, dan tidak dilapisi wax pada daerah kontak
yang renggang. Dapat mengidentifikasi lesi karies awal, mencegah
karies interproksimal. Dapat mengurangi risiko gusi berdarah
➢ Portable dental flosser, terdapat bagian irigasi
➢ Sikat gigi interdental, membersihkan interdental, digunakan pada
pemakai kawat gigi.
➢ Brush stick hygiene, bahan plastik, ujungnya terdapat bulu halus,
didesain untuk membersihkan sisa makanan tanpa melukai gingiva.
➢ Permen karet xylitol, yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
gula alkohol atau gula netral, untuk mencegah atau mengurangi
pertumbuhan plak dan mencegah karies, namun tidak dapat
menjangkau area interdental

4. Penyebab bau mulut pasien


Halitosis, berasal dari sulful (VSC) atau toksin. Apabila terjadi
inflamasi, perdarahan dan sel darah mati, akumulasi plak yang
mengandung protein sehingga meningkatkan kadar VSC. Kebiasaan
pasien menyikat gigi tidak benar sehingga oral hygiene buruk dan
menyebabkan plak, xerostomia menyebabkan perubahan pH sehingga
terjadi halitosis. Bakteri penyebab halitosis yaitu bakteri gram negatif.

5. Dampak menyikat gigi yang tergesa gesa, dan tidak teratur


➢ Bau mulut/halitosis
➢ Karies
➢ Gingivitis
➢ Pembentukan plak

5
6. Penyebab gingivitis kronis, berdasarkan scenario
➢ Akumulasi plak, bakteri yang merangsang inflamasi gingiva
➢ Faktor predisposisi
➢ Lokal : kebiasaan menyikat gigi
➢ Sistemik : status gizi, hormon

7. Gejala dan tanda klinis gingivitis kronis


➢ Perubahan warna gingiva, normalnya pink coral, gingivitis menjadi
merah, merah pucat, atau merah kebiruan/kehitaman. Disebabkan
vaskularisasi jaringan, keratinisasi, dan ketebalan epitel
➢ Perubahan konsistensi dan kontur, normalnya kenyal dan stippling,
gingivitis maka gingiva kaku, halus dan mengkilat. Perubahan kontur,
mengalami enlargement gingiva.
➢ Tanda inflamasi
➢ Gingiva mudah berdarah dan nyeri saat disentuh atau makan
➢ Bleeding on probing, karena dilatasi pembuluh darah dan ulserasi
epitel
➢ Bau mulut (halitosis)
➢ Resesi gingiva
➢ Rentan trauma

8. Bagaimana diagnosis dan rencana perawatan gingivitis kronis


❖ Diagnosis :
➢ Anamnesis : keluhan utama pasien, riwayat kesehatan gigi dll
➢ Pemeriksaan klinis intraoral dan ekstraoral
➢ Pemeriksaan penunjang
➢ Identifikasi faktor risiko : menilai kedalaman pocket, menilai
kehilangan perlekatan klinis, menilai perdarahan, menilai keberadaan
nanah, keterlibatan furkasi ; probe <2mm, >3mm, dan meluas
sepenuhnya diantara akar, mobilitas gigi.
❖ Rencana perawatan :
➢ Eliminasi faktor penyebab : dental health education, rutin kontrol
setiap 6 bulan
➢ Eliminasi akumulasi plak : obat kumur chlorhexidine

6
➢ Evaluasi faktor sistemik : perbaikan status gizi
➢ Scaling dan root planning
➢ Pemberian antibiotik : diperukan pada pasien yang belum berhasil
dalam scaling, metronidhazol, dan tetrasiklin, merupakan initial
therapy yang mengeliminasi etiologi
➢ Corrective therapy : pembedahan periodontal
➢ Supportive therapy : mencegah timbulnya penyakit
➢ Bahan aktif : menthol, chlorhexidine

9. Apa saja terapi non bedah periodontal


➢ Dental health education : menjaga kebersihan gigi
➢ Kontrol plak : sikat gigi metode mengarahkan sikat gigi 45 derajat
dan dental floss serta obat kumur chlorhexidine
➢ Scaling dan root planning : menghilangkan plak dan kalkulus,
menghilangkan lapisan biofilm, root planning : membersihkan
sementum dari sisa sisa jaringan nekrotik. Alat scaling manual : kuret
untuk mengambil jaringan, sickel, hoe, chisel, file scaler. Ultrasonic
instrument : magneto dan piezzo. Sonic instrument dan tambahan
irigasi
➢ Terapi antimikroba : antibiotik
➢ Terapi oklusal dan splinting : berhubungan dengan trauma oklusi
➢ Instrumentasi mekanis
➢ Irigasi subgingiva dan supragingiva

7
2.5. Kerangka Teori

2.6. Learning objectives


1. Mahasiswa Mahasiswa Mampu Menjelaskan Diagnosis dan Rencana
Perawatan Periodontal
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Macam - Macam Terapi Non Bedah
Periodontal
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Instrument dan Cara Memegang
Instrument Terapi Non Bedah Periodontal
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tahapan Prosedur Terapi Non Bedah
Periodontal

2.7. Belajar Mandiri


Pada step ini masing-masing anggota kelompok belajar secara mandiri
untuk memecahkan learning objectives yang sebelumnya telah disepakati
bersama

8
2.8. Sintesis
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Diagnosis dan Rencana Perawatan
Periodontal

A. Diagnosis
Diagnosis periodontal yang tepat sangat penting untuk keberhasilan
dalam perawatan. Oleh karena itu, diagnosis pertama-tama harus menentukan
apakah ada penyakit, kemudian mengidentifikasi jenis, luas, distribusi, dan
tingkat keparahannya serta memberikan pemahaman tentang proses patologis
yang mendasari dan penyebabnya.12 Dimana diagnosis periodontal dapat
ditentukan setelah mengidentifikasi dari riwayat dan evaluasi tanda dan gejala
klinis serta hasil dari berbagai prosedur diagnostik (misalnya, pengukuran
kedalaman probing, penilaian mobilitas, pemeriksaan radiografi, pemeriksaan
darah, dan biopsi).8

a. Prinsip-Prinsip Diagnosis12
Prinsip-prinsip diagnosis meliputi:

1. Sensitivitas : Mengacu pada kemampuan tes atau pengamatan


untuk mendeteksi penyakit kapan pun penyakit
itu ada.
2. Spesifisitas : Mengacu pada kemampuan tes atau pengamatan
untuk membedakan dengan jelas satu penyakit
dengan penyakit yang lain
3. Nilai prediktif : Mengacu pada probabilitas hasil tes.
b. Jenis-Jenis Diagnosis13
Jenis-jenis diagnosis meliputi:

1. Diagnosis : Jenis diagnosis yang didapat setelah analisis dari


sementara temuan riwayat dan pemeriksaan klinis.
2. Diagnosis : Jenis diagnosis yang membantu untuk
banding membedakan beberapa kondisi yang memiliki
beberapa temuan klinis umum.
3. Diagnosis : Jenis diagnosis dengan mengidentifikasi atau
akhir menentukan sifat dan penyebab penyakit melalui
evaluasi riwayat pasien, pemeriksaan dan hasil
data laboratorium.

9
c. Tahapan-Tahapan Diagnosis
Tahapan-tahapan diagnosis meliputi:

Reddy, S. (2011).

1. Rekaman Riwayat

Reddy, S. (2017).

Rekaman riwayat dapat meliputi:

a. Keluhan Utama
Keluhan utama dapat digali dengan menanyakan onset,
durasi, dan tingkat keparahan dari keluhan yang dirasakan.13

10
b. Riwayat Kesehatan Medis
Riwayat kesehatan medis dapat diperoleh secara lisan
dengan menanyakan kepada pasien dan riwayat kesehatan harus
dijelaskan dengan jelas oleh pasien.

˗ Memperoleh informasi mengenai rawat inap dan operasi,


termasuk diagnosis, jenis operasi, dan kejadian yang tidak
diinginkan (misalnya, komplikasi anestesi, hemoragik, atau
infeksi).8
˗ Menanyakan kepada pasien apakah mengalami masalah
kesehatan medis (misalnya, kardiovaskular, hematologi,
endokrin), termasuk penyakit menular seksual, dan human
immunodeficiency virus (HIV).8
˗ Memperoleh informasi yang diperlukan bagi pasien wanita
seperti masa pubertas, menopause, gangguan menstruasi,
kehamilan, dan lain-lain.8
c. Riwayat Kesehatan Gigi
Riwayat kesehatan gigi dapat diperoleh dengan menanyakan
kepada pasien, seperti:

˗ Mencantumkan informasi mengenai kunjungan ke dokter


gigi, termasuk frekuensinya, tanggal kunjungan terakhir,
sifat perawatan, dan lain-lain.8
˗ Jika pasien mengalami rasa nyeri pada gigi, maka cara
timbulnya rasa nyeri, sifat dan durasi serta cara
menghilangkan rasa nyeri tersebut harus dijelaskan.8
˗ Kebersihan mulut pasien harus dijelaskan, termasuk
frekuensi menyikat gigi, waktu, metode, jenis sikat gigi dan
pasta gigi serta interval penggantian sikat gigi. Selain itu,
dapat dicantumkan metode lain dalam perawatan mulut
seperti obat kumur, sikat interdental, dental floss, dan lain-
lain.8
˗ Perhatikan apakah adanya perdarahan gingiva, termasuk
saat pertama kali terjadi. Misalnya adanya perdarahan yang
terjadi secara spontan, pada saat menyikat gigi atau saat
makan.8

11
˗ Apakah pasien memiliki kebiasaan seperti adanya kebiasaan
menggertakkan atau mengatupkan gigi pada saat siang atau
malam hari, merokok atau mengunyah tembakau, dan lain-
lain.
˗ Diskusikan riwayat pasien dengan penyakit periodontal
sebelumnya, jika sebelumnya dilakukan perawatan maka
perawatan jenis apa yang diterima oleh pasien (non bedah
atau bedah). Apabila menurut pasien, penyakit saat ini
merupakan kambuhnya penyakit periodontal sebelumnya,
maka dapat ditanyakan apa penyebab terjadinya kambuhnya
penyakit periodontal.8

2. Pemeriksaan Klinis

Reddy, S. (2017).

12
a. Pemeriksaan Ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral dapat meliputi pemeriksaan TMJ,
clicking, deviasi rahang, dan pemerikaan kelenjar getah bening
(submental, submandibula, dan cervical).13

Reddy, S. (2017).

b. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan intraoral terbagi menjadi 2, yaitu. jaringan
lunak yang meliputi mukosa bukal/labial, palatum, bibir,
vestibulum, lidah, dan gingiva (warna, kontur, konsistensi,
stippling, perdarahan saat probing). dan jaringan keras yang
meliputi kehilangan gigi, karies gigi, gigi yang direstorasi, gigi
crowding, migrasi patologis, dan lain-lain.13

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi merupakan salah satu pemeriksaan
yang penting dalam mendiagnosis penyakit periodontal,
menentukan keparahan dan prognosis serta evaluasi hasil
perawatan. Namun, pemeriksaan radiografi hanya digunakan
sebagai pemeriksaan penunjang bukan sebagai pemeriksaan
pengganti dalam mendiagnosis penyakit periodontal. Gambaran
radiografi dapat memberikan informasi yang penting dalam
mendiagnosis penyakit periodontal karena radiograf dapat
menampilkan gambaran yang tidak terlihat pada pemeriksaan
klinis seperti panjang akar dan tinggi tulang yang tinggal.14

13
Salah satu pemeriksaan radiografi yang dapat digunakan ialah
radiografi panoramik. Radiografi panoramik merupakan
radiografi yang sederhana dan dapat memberikan gambaran
lengkung gigi dan struktur disekitarnya. Selain itu, radiografi ini
dapat membantu untuk mendeteksi anomali perkembangan, lesi
patologis pada gigi dan rahang, patah tulang, dan memberikan
gambaran radiografi yang informatif tentang distribusi dan
tingkat keparahan kerusakan tulang dengan penyakit periodontal.

b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan apabila ketika masalah
pada gingiva atau periodontal tidak dapat dijelaskan oleh
penyebab lokal dan kemungkinan adanya faktor sistemik yang
berkontribusi. Dimana tes laboratorium dapat membantu dalam
mendiagnosis penyakit sistemik yang dapat menyebabkan
penyakit periodontal dan dapat digunakan untuk membuat
keputusan pengobatan ketika menangani pasien dengan
gangguan medis.8

B. Rencana Perawatan
Setelah diagnosis dan prognosis ditetapkan, maka selanjutnya dapat
menentukan rencana perawatan. Dimana rencana perawatan mencakup 3
tujuan, yaitu.

a. Tujuan langsung (immediate goals)


Tujuan langsung (immediate goals) adalah menghilangkan atau
mengeliminasi semua proses infeksi dan inflamasi yang menyebabkan
masalah periodontal dan masalah mulut lainnya yang dapat mengganggu
kesehatan umum pasien.8

b. Tujuan menengah (intermediate goals)


Tujuan menengah (intermediate goals) adalah rekonstruksi gigi yang
sehat yang tidak hanya memenuhi semua persyaratan fungsional dan
fungsi estetis saja, tetapi juga dapat bertahan selama bertahun-tahun.
Dimana tujuan menengah (intermediate goals) dapat dicapai dengan
cepat atau memerlukan perawatan selama berbulan-bulan atau bahkan

14
bertahun-tahun, tergantung pada kompleksitas kasus, terapi yang terlibat,
dan status keuangan dari pasien.8

c. Tujuan jangka panjang (long-term goals)


Tujuan jangka panjang (long-term goals) adalah pemeliharaan
kesehatan melalui pencegahan dan terapi suportif. Setelah penyakit telah
dikendalikan, semua proses infeksi dan inflamasi telah dieliminasi, dan
kesehatan telah dicapai, maka kesehatan harus dapat dipertahankan
selama mungkin. Dimana pemeliharaan kesehatan memerlukan edukasi
kepada pasien mengenai pencegahan penyakit dan kebersihan mulut pada
awal pengobatan, perawatan yang dapat dilakukan dirumah oleh pasien,
dan kepatuhan pasien terhadap pemeliharaan kesehatan.8

Macam-Macam Rencana Perawatan Periodontal

Reddy, S. (2017).

a. Fase Preliminary atau Fase Darurat13


Penanganan fase darurat meliputi:

˗ Abses periapikal.
˗ Abses periodontal.
˗ Ekstraksi gigi yang tidak dapat dipertahankan atau hopeless
teeth.
b. Fase I (Fase Etiotropic atau Nonsurgical)1,13
Prosedur non bedah meliputi:

15
˗ Kontrol plak dan edukasi pasien.
˗ Kontrol diet (pada pasien dengan karies rampant).
˗ Menghilangkan kalkulus dan root planing.
˗ Koreksi faktor iritasi restoratif dan prostetik.
˗ Terapi antimikroba.
˗ Terapi oklusal.
˗ Splinting sementara.

Evaluasi respon fase I

Evaluasi respon fase I dapat dilakukan dengan melakukan


pemeriksaan ulang pada kedalaman poket dan inflamasi gingiva,
plak, kalkulus serta karies.

c. Fase II (Fase Surgical)13


Prosedur periodontal bedah meliputi:

˗ Prosedur pengurangan atau eliminasi poket:


1) Gingivektomi.
2) Bedah flap periodontal.
˗ Teknik bedah plastik periodontal:
1) Prosedur penutupan akar, misalnya penambahan jaringan
ikat, penambahan epitel.
2) Memperluas lebar attached gingiva.
˗ Prosedur bedah prepostetik:
1) Pemanjangan mahkota dengan atau tanpa rekonturing
tulang.
˗ Bedah implan:
1) Penempatan implan.
˗ Evaluasi ulang.
d. Fase III (Fase Restoratif).13
Prosedur fase restoratif meliputi:

˗ Restorasi akhir.
˗ Gigi tiruan cekat atau lepasan.
˗ Evaluasi ulang.

16
e. Fase IV (Fase Pemeliharaan)13
Prosedur fase pemeliharaan meliputi:

˗ Kunjungan secara berkala.


˗ Memeriksakan plak dan kalkulus.
˗ Pemeriksaan kondisi gingiva (adanya poket atau inflamasi).
˗ Pemeriksaan oklusi, mobilitas gigi, perubahan patologis lainnya.
˗ Evaluasi ulang.
Meskipun pada fase perawatan ini telah diberi angka setiap fasenya,
namun untuk urutan perawatannya dapat dilakukan dengan tidak mengikuti
angka tersebut. Misalnya, ketika telah melakukan fase I atau fase non bedah
dengan mengeliminasi faktor etiologi penyakit gingiva dan periodontal serta
menghentikan perkembangan penyakit pada periodontal, apabila pada fase
tersebut berhasil dilakukan, maka pasien harus melakukan fase IV atau fase
pemeliharaan untuk mempertahankan hasil yang telah diperoleh dan
mencegah terjadinya kekambuhan dari penyakit1

2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Perawatan Periodontal Non-Bedah

Perawatan periodontal non-bedah adalah tahap pertama dalam rangkaian


prosedur yang menentukan perawatan periodontal. Tujuan utama dari perawatan
periodontal non-bedah ialah untuk menekan dan mencegah flora patogen mikroba
subgingiva berkembang kembali sehingga lesi inflamasi dapat berkurang.16 Selain
itu, ia juga bertujuan untuk menghilangkan plak supragingiva dan subgingiva,
serta deposit kalkulus, ditambah faktor retensi atau perlekatan dari lokal plak, dan
membentuk dukungan utama pada perawatan periodontal dari praktik kedokteran
gigi umum.15 Hasil akhirnya yaitu menghentikan proses perkembangan penyakit
serta mengembalikan kondisi gingiva dan jaringan periodontal pada keadaan sehat
dan nyaman.16 Perawatan periodontal non-bedah biasa disebut sebagai terapi fase
1 atau terapi inisial. Namun semua istilah ini mengacu pada prosedur yang
dilakukan untuk mengobati infeksi gingiva dan periodontal hingga evaluasi
jaringan.8

17
Terapi periodontal fase 1
Menurut American Association of Periodontology, terapi periodontal fase
1 merupakan inisiasi manajemen kontrol plak atau biofilm harian yang
komprehensif, dan penghapusan menyeluruh plak bakteri atau biofilm serta
kalkulus pada supragingiva dan subgingiva.8 Terapi periodontal fase 1 atau fase
terapi inisial merupakan fase menghilangkan beberapa faktor etiologi yang
mungkin terjadi tanpa dilakukannya tindakan bedah periodontal atau melakukan
perawatan restoratif dan prostetik. Adapun beberapa prosedur yang dilakukan
pada fase 1, yaitu2:
1) Memberikan pendidikan pada pasien tentang kontrol plak atau DHE
(Dental Health Education) 8,16
Kontrol plak atau biofilm merupakan komponen penting dari suksesnya
terapi periodontal. Sebelum instruksi kebersihan mulut, pasien harus
memahami alasan bahwa dia harus berpartisipasi aktif dalam terapi.
Penjelasan tentang etiologi penyakit harus disampaikan kepada pasien.8
− Setelah pasien memahami sifat penyakit periodontal dan etiologinya,
akan lebih mudah untuk mengajarkan kebersihan yang harus ia
praktikkan. Semua pasien memerlukan penggunaan sikat gigi secara
teratur, baik manual atau elektrik. Metode menyikat harus menekankan
akses ke margin gingiva. 8
− Pasien harus diinstruksikan tentang teknik yang benar untuk
menghilangkan plak atau biofilm. Instruksi dimulai dengan pembersihan
interdental menggunakan benang gigi dan sikat interdental. Benang gigi
harus digunakan di semua ruang interdental yang diisi oleh gingiva. 8
− Kontrol karies memerlukan penggunaan pasta gigi berflouride dengan
konsentrasi rendah setiap hari. 8
− Agen antimikroba kimia seperti klorheksidin dan minyak esensial dapat
digunakan untuk mendisinfeksi mulut pasien dan mengendalikan infeksi.
Pembilasan oral dapat dilanjutkan tanpa batas waktu, namun memiliki
efek samping yaitu terjadi perubahan warna pada gigi dan perubahan
rasa. 8
− Penguatan praktik kontrol plak biofilm sehari-hari dan kunjungan rutin
ke klinik gigi untuk perawatan pemeliharaan sangat penting untuk
keberhasilan kontrol biofilm plak mikroba dan keberhasilan terapi jangka
panjang. 8

18
2) Penghapusan plak atau biofilm serta kalkulus supragingiva dan
subgingiva.
Penghapusan kalkulus dilakukan menggunakan scaler, kuret, instrumen
ultrasonik, atau kombinasi dari perangkat ini selama satu kali kunjungan.
Kebanyakan dokter menganjurkan kombinasi instrumen tangan (scaler, kuret)
dan perangkat ultrasonik. Selain penghapusan kalkulus dan plak/biofilm,
sementum yang terpapar pada lingkungan poket harus dihilangkan. 8
Scaling, root-planing, dan instrumen kuretase digunakan untuk
penghapusan biofilm dan deposit kalsifikasi dari mahkota dan akar gigi,
menghilangkan perubahan sementum dari permukaan akar subgingiva, dan
debridement jaringan lunak yang melapisi poket. Scaling adalah proses
menghilangkan biofilm dan kalkulus dari permukaan gigi supragingiva dan
subgingiva. Root planing adalah proses dimana sisa kalkulus dan sebagian
sementum dikeluarkan dari akar untuk menghasilkan permukaan yang halus,
keras, dan bersih.

3) Menghilangkan restorasi yang over kontur dan over hanging.


Koreksi adanya cacat restoratif, yang merupakan daerah perlekatan bagi
plak atau biofilm dapat dicapai dengan menghaluskan permukaan kasar dan
menghilangkan overhang dari restorasi yang salah dengan bur atau instrumen
tangan. Semua langkah ini penting untuk menghilangkan faktor risiko yang
dapat menyebabkan proses inflamasi. Prosedur - prosedur ini dapat
diselesaikan secara bersamaan dengan prosedur fase 1 lainnya. 8
4) Perawatan lesi karies
Penghapusan lesi karies diindikasikan dalam terapi fase 1 karena sifat
infeksi dari proses karies. Penyembuhan jaringan periodontal dimaksimalkan
dengan menghilangkan reservoir bakteri pada lesi ini sehingga mereka tidak
dapat mengisi kembali plak mikroba. 8
5) Reevaluasi jaringan
Setelah scaling, root planing, dan prosedur fase 1 lainnya, jaringan
periodontal membutuhkan waktu sekitar 4 minggu untuk sembuh. Pada waktu
tersebut, memungkinkan jaringan ikat sembuh, dan kedalaman probe yang
akurat dapat diukur. Pasien juga akan memiliki kesempatan untuk
meningkatkan keterampilan perawatan di rumah untuk mengurangi
peradangan gingiva dan mulai menerapkan kebiasaan baru yang akan

19
memastikan keberhasilan pengobatan. Pada reevaluasi jaringan, jaringan
periodontal diperiksa, semua kondisi anatomi terkait dievaluasi secara hati-
hati untuk menentukan jenis perawatan selanjutnya, termasuk operasi
periodontal. 8

3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Instrumen dan Cara Memegang


Instrumen Terapi Periodontal Non Bedah
Instrumen periodontal didesign untuk tujuan tertentu, seperti
penghilangan kalkulus dan root planing. Berdasarkan tujuan
penggunaannya, instrumen periodontal diklasifikasikan menjadi7 :
A. Probe Periodontal
Probe periodontal digunakan untuk melokalisir, mengukur, dan
menandai poket serta memperkirakan konfigurasi poket pada setiap sisi
gigi. Probe ini didesign dengan berbentuk batang runcing yang dikalibrasi
dalam milimeter, dengan ujung yang tumpul dan membulat. Untuk area
furkasi paling baik dievaluasi dengan probe Nabers yang melengkung dan
tumpul. Probe tersedia dalam berbagai kalibrasi milimeter yaitu7 :
- Probe Marquis, mempunyai kalibrasi di setiap 3 mm.
- Probe UNC-15 (University of North Carolina 15), probe sepanjang 15
mm yang ditandai pada setiap milimeter dan diberi kode warna pada
milimeter ke-5, ke-10, dan ke-15.
- Probe Williams, mempunyai kalibrasi pada 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, dan 10
mm.
- Probe “O” Michigan, probe dengan tanda pada 3, 6, dan 8 mm.
- Probe WHO, yang memiliki bola kecil 0,5 mm di ujung dan tanda pada
3,5, 8,5, dan 11,5 mm dan kode warna dari 3,5 hingga 5,5 mm.

Gambar 1a: (A) Probe Marquis, (B) Probe UNC-15, (C) Probe
Williams, (D) Probe “O” Michigan, (E) Probe WHO. Gambar 1b:
Probe Nabers.7

20
B. Explorer
Explorer digunakan untuk menemukan deposit kalkulus subgingiva
dan area karies dan untuk memeriksa kehalusan permukaan akar setelah
root planing. Explorer di design dengan berbagai bentuk dan sudut, dengan
berbagai kegunaan serta keterbatasan.7

Gambar 2 Explorer.7
C. Instrumen Scaling, Root Planing, dan Kuretase
Instrumen ini digunakan untuk menghilangkan biofilm dan deposit
kalsifikasi dari mahkota dan akar gigi, menghilangkan perubahan
sementum dari permukaan akar subgingiva, dan debridement jaringan
lunak yang melapisi poket.

Gambar 3 (A) Kuret, (B) Sickle, (C) File, (D) Chisel, (E) Hoe.7
• Sickle Scaler
Sickle scaler memiliki permukaan yang flat dan dua cutting edges
yang menyatu di ujung yang runcing tajam. Sickle scaler ini digunakan
untuk menghilangkan kalkulus supragingiva. Sickle scaler didesign
dengan ukuran blade dan jenis shank yang berbeda untuk disesuaikan
dengan penggunaan tertentu. Pemilihan jenis sickle ini harus
didasarkan pada area yang akan di scaling. Sickle scaler dengan shank
lurus didesign untuk digunakan pada gigi anterior dan premolar.
Sedangkan sickle scaler dengan shank kontra-sudut digunakan pada
gigi posterior.7

21
Gambar 4a Design Sickle. Gambar 4b Sickle Scaler U15/30.
Gambar 4c 204 Sickle Scaler.7
• Kuret
Kuret digunakan untuk menghilangkan kalkulus subgingiva, root
planing, dan pengangkatan jaringan lunak yang melapisi poket. Setiap
working end memiliki cutting edge di kedua sisi blade dan ujung yang
membulat. Kuret lebih tipis daripada sickle scaler. Oleh karena itu
kuret dapat beradaptasi dan memberikan akses yang baik ke poket
yang dalam, dengan trauma jaringan lunak yang minimal. Terdapat dua
jenis kuret yaitu kuret universal dan kuret gracey. Perbedaan utama
dari kedua jenis tersebut adalah kuret universal di design hanya satu
untuk semua area dan permukaan, sedangkan kuret gracey didesign
dengan berbagai set untuk area dan permukaan tertentu.7

Gambar 5a Design Kuret. Gambar 5b Kuret Universal. Gambar 5c


Kuret Gracey.7
• Hoe Scaler
Hoe digunakan untuk scaling tepi kalkulus. Design blade dari hoe
ini ditekuk pada sudut 99º. Blade sedikit ditekuk sehingga dapat
mempertahankan kontak pada dua titik. Bagian belakang blade
dibulatkan, dan ketebalan dari blade ini telah dikurangi untuk
memungkinkan akses ke akar tanpa gangguan dari jaringan yang
berdekatan.7

22
Gambar 6a Design hoe scaler yang menunjukkan kontak dua titik.
Gambar 6b Hoe scaler dalam poket periodontal.7
• File
File digunakan untuk menghancurkan deposit besar kalkulus yang
kuat menempel pada permukaan gigi. File dapat membuat permukaan
akar menjadi kasar jika digunakan secara tidak benar. Oleh karena itu,
file tidak cocok untuk root planing.1

Gambar 7 File.7
• Chisel Scaler
Chisel scaler digunakan untuk menghilangkan kalkulus
interproksimal yang keras. Chisel adalah instrumen double-ended
dengan shank melengkung di satu ujung dan shank lurus di ujung
lainnya. Blade-nya sedikit melengkung dan memiliki cutting edge
lurus yang miring pada 45º.7

23
Gambar 8 Chisel Scaler.7
• Instrumen Plastik dan Titanium untuk Implan
Instrumen plastik dan titanium ini digunakan untuk menghilangkan
kalkulus ringan pada abutmen implan agar menghindari jaringan parut
dan kerusakan permanen pada implan tersebut. Pada saat digunakan,
pemberian tekanan sedang atau berat harus dihindari untuk mencegah
goresan serta mencegah permukaan implan menjadi kasar.7

Gambar 9a Probe Plastik. Gambar 9b Kuret Plastik. Gambar 9c


Scaler Titanium.7
• Instrumen Mekanis atau Instrumen yang digerakkan oleh daya (Power-
driven instrument)
Instrumen mekanis digunakan untuk menghilangkan biofilm,
scaling, kuret, dan menghilangkan stain. Power-driven instrument ini
dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan hand instrument.
Power-driven instrument ini membuat waktu scaling lebih efisien. Ada
2 jenis power instrument yaitu sonik dan ultrasonik. Unit sonik bekerja
pada frekuensi 2000 hingga 6500 siklus per detik. Sedangkan
ultrasonik bekerja dalam rentang frekuensi 18.000 hingga 50.000
siklus per detik.7

24
Gambar 10 Ultrasonik Magnetostriktif.7
D. Instrumen Cleansing dan Polishing
• Rubber Cups
Rubber cups terdiri dari rubber shell dengan atau tanpa selaput di
bagian dalam rongga. Rubber cups digunakan dalam handpiece dengan
special prophylaxis angle.7
Handpiece, prophylaxis angle, dan rubber cups harus disterilkan
setiap pasien telah menggunakannya, atau bisa juga menggunakan
prophylaxis angle plastik sekali pakai dan rubber cups yang dibuang
setelah digunakan. Harus digunakan pasta cleansing dan polishing
yang mengandung flouride untuk meminimalkan panas gesekan saat
cups berputar.7

Gambar 11a Metal prophylaxis angle dengan rubber cup dan brush.
Gambar 11b Disposable plastic prophylaxis angle dengan rubber cup
dan brush.7
• Bristle Brushes
Bristle brushes tersedia dalam bentuk wheel dan cup. Brush ini
digunakan pada prophylaxis angle dengan pasta polishing. Karena
bulunya kaku, maka penggunaan brush harus dibatasi untuk
menghindari cedera pada sementum dan gingiva.7

25
Cara memegang instrument periodontal

• Stabilisasi instrument

Stabilitas instrumen dan tangan adalah syarat utama untuk


instrumen agar terkontrol. Stabilitas dan kontrol sangat penting untuk
instrumentasi yang efektif untuk menghindari cedera pada pasien atau
dokter. Dua faktor yang memberikan stabilitas yaitu genggaman instrumen
dan sandaran jari.11
• Instrument grasp
Pegangan yang tepat sangat penting untuk kontrol yang tepat
dari gerakan yang dibuat selama instrumentasi periodontal. Genggaman
yang paling efektif dan stabil untuk semua instrumen periodontal adalah
genggaman pena yang dimodifikasi. Pegangan ini memungkinkan kontrol
yang tepat dari ujung kerja, memungkinkan berbagai gerakan dan
memfasilitasi konduksi taktil yang baik. Pegangan telapak tangan dan ibu
jari berguna untuk menstabilkan instrumen selama mengasah dan untuk
memanipulasi jarum suntik dan air.11
1. Palm and thumb grasp

Palm and thumb grasp merupakan cara memegang alat pada


posisi palm and thumb grasp adalah menggenggam tangkai alat dan ujung
ibu jari sebagai tumpuan. Cara ini biasanya digunakan pada saat
melakukan pengukiran model gigi dari gips atau malam.11

26
2. Modified pen grasp

Cara ini memegang alat dipegang dengan bagian dalam jari


tengah, jari telunjuk dan ibu jari. Jari telunjuk dan ibu jari berada
berdekatan pada gagang alat pada sisi yang bersebrangan sedangkan jari
tengah berada di atas leher alat. Jari telunjuk ditekuk pada ruas kedua
(dihitung dari ujung jari) dan berada di atas jari tengah pada sisi yang sama
dari alat. Bagian ibu jari di tempatkan di antara telunjuk dan jari tengah
pada posisi yang bersebrangan. Dengan posisi ketiga jari yang sedemikian
didapatkan efek tripod (dukungan dari 3 sisi) yang akan mencegah
terputarnya alat secara tak terkontrol pada waktu tekanan dilepaskan
sewaktu instrumentasi.11

3. Pen grasp

Pen grasp merupakan cara dimana posisi jari-jari seperti


memegang pena atau bollpoint pada saat menulis. Keuntungan dari cara
pen grasp adalah didapat kekuatan yang besar dan kebebasan bergerak.
Kekuatan ini akan berkurang bila posisi ujung jari telunjuk agak naik.11

27
• Finger rest
Sandaran jari berfungsi untuk menstabilkan tangan dan instrumen
dengan memberikan tumpuan yang kokoh, saat gerakan dilakukan untuk
mengaktifkan instrumen. Istirahat jari yang baik mencegah cedera dan
laserasi pada gingiva dan jaringan sekitarnya. Jari manis lebih disukai oleh
sebagian besar dokter sebagai sandaran jari. Kontrol maksimal dicapai jika
jari tengah berada di antara betis instrumen dan jari keempat. Titik tumpu
bawaan ini merupakan bagian integral dari tindakan pergelangan tangan-
lengan bawah yang mengaktifkan gerakan kuat untuk menghilangkan
kalkulus. Sandaran jari secara umum dapat diklasifikasikan sebagai
sandaran jari intraoral atau titik tumpu ekstraoral.11

4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tahapan Prosedur Terapi Non


Bedah Peridontal
Perawatan periodontal non bedah meliputi pemeliharan kebersihan
mulut, Scaling and Root Planing (SRP) dan pemberian antibiotik untuk
mencegah dan mengurangi penyakit periodontal. Tujuan utama SRP
adalah mengembalikan kondisi gingiva menjadi sehat kembali dengan
mengeluarkan faktor-faktor yang menyebabkan inflamasi gingiva seperti
plak, kalkulus, endotoxin.3
Scaling adalah proses menghilangkan biofilm dan kalkulus dari
permukaan gigi supragingiva dan subgingiva. Root planing adalah proses
di mana sisa kalkulus yang tertanam dan sebagian sementum dikeluarkan
dari akar untuk menghasilkan permukaan yang halus, keras, dan bersih.8,12
Scaling dan root planing tidak boleh dipandang sebagai prosedur
terpisah yang tidak terkait dengan rencana perawatan lainnya. Prosedur-
prosedur ini termasuk dalam fase awal dari urutan perawatan periodontal
yang teratur.8
Sebelum dilakukan scaling, dokter gigi akan melakukan anamnesis
pemeriksaan gigi. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien secara
ekstra dan intra oral. Secara ekstra oral akan dilakukan anamnesis atau
wawancara dan dilihat apakah ada pembengkakan kelenjar limfe di bagian
kepala dan leher sebagai tanda adanya penyebaran infeksi, lalu
pemeriksaan intra oral untuk melihat keadaan dalam mulut pasien. Setelah
dilakukan analisis secara cermat, jumlah kunjungan yang diperlukan harus

28
diperkirakan. Pasien dengan jumlah kalkulus yang sedikit dengan keadaan
jaringan di sekitar gigi relatif sehat dapat dirawat dalam satu kali
kunjungan. Dokter gigi harus memperkirakan jumlah kunjungan yang
diperlukan berdasarkan jumlah gigi dalam mulut pasien, tingkat keparahan
inflamasi, jumlah dan lokasi kalkulus, kedalaman dan aktivitas poket,
adanya invasi furkasi, dan kebutuhan untuk anastesi lokal.6
a. Faktor-faktor yang Terkait Efektifitas Perawatan Scaling dan
Root Planing
- Visibilitas, Iluminasi dan Retraksi
Bila memungkinkan, penglihatan langsung dengan bantuan
penerangan langsung dari dental light mutlak diperlukan. Jika
tidak memungkinkan penglihatan secara langsung tertuju pada area
perawatan (misalnya distal gigi molar), makan dapat dibantu
dengan kaca mulut. Penglihatan tidak langsung dapat diperoleh
dengan menggunakan kaca mulut untuk memantulkan cahaya di
tempat yang diperlukan. Penglihatan tidak langsung dan
penerangan tidak langsung sering digunakan secara bersamaan.12
Selain berfungsi untuk memantulkan cahaya, kaca mulut juga
berfungsi sebagai retraktor sehingga operator dapat mencapai area
perawatan tanpa adanya halangan.12
- Kondisi Alat
Sebelum digunakan, hendaknya alat dalam keadaan baik, bersih
dan steril. Bagian cutting edge seharusnya tajam agar memudahkan
pengambilan kalkulus. Alat yang tumpul cenderung tidak dapat
memberikan hasil yang baik, karena kalkulus tidak terambil secara
menyeluruh serta kepekaan operator terhadap adanya kalkulus
dengan bantuan alat yang tumpul menjadi tidak optimal. Alat yang
tumpul juga cenderung merusak jaringan karena adanya kekuatan
yang berlebihan dan gerakan cenderung tidak terkontrol sebagai
akibat kompensasi alat yang tumpul.4
- Stabilitas Alat
Stabilitas alat diperlukan agar penggunaan alat dapat
dikendalikan dengan baik oleh operator, sehingga tergelincirnya
alat (cutting edge) dari permukaan gigi dapat dicegah. Selain itu

29
juga mencegah injuri pada tangan operator. Stabilisasi alat terdiri
dari: instrument grasp dan finger rest.4
- Aksesibilitas (Posisi Pasien dan Operator)
Posisi pasien dan operator harus memberikan aksesibilitas
maksimal ke area operasi. Aksesibilitas yang tidak memadai
menghambat instrumentasi yang menyeluruh, melelahkan operator,
dan mengurangi keefektifannya.12
1. Posisi Duduk Netral untuk Dokter
- Lengan bawah sejajar dengan lantai.
- Berat badan seimbang.
- Paha sejajar dengan lantai.
- Sudut pinggul 90 derajat.
- Ketinggian tempat duduk diposisikan cukup rendah
sehingga tumit kaki operator menyentuh lantai.
- Hindari memposisikan kaki di bawah sandaran kursi
pasien.12

Posisi operator yang tepat dalam melakukan tindakan


scaling, yaitu:5
- Untuk gigi regio posterior kanan atas dan anterior atas
operator berada di depan, agak kesamping kanan pasien.
- Untuk gigi regio posterior kiri atas, operator berada di
depan kanan pasien
- Untuk gigi regio anterior bawah dan posterior kiri bawah
operator berada di sebelah kanan agak ke depan pasien
- Untuk gigi regio posterior kanan bawah, operator berada di
sebelah kanan agak ke belakang pasien
2. Posisi Pasien9,12
Pasien harus dalam posisi terlentang dan ditempatkan
sedemikian rupa sehingga mulut dekat dengan siku tumpuan
dokter.
- Tubuh: Tumit pasien harus sedikit lebih tinggi dari ujung
hidungnya. Bagian belakang kursi harus hampir sejajar
dengan lantai untuk area perawatan rahang atas. Sandaran

30
kursi dapat dinaikkan sedikit untuk area perawatan
mandibula.
- Kepala: Bagian depan kepala pasien harus rata dengan tepi
atas sandaran kepala.
➢ Area mandibula: posisi dagu ke bawah.
➢ Area rahang atas: posisi dagu ke atas.
- Sandaran kepala: Jika sandaran kepala dapat disesuaikan,
sandaran kepala harus dinaikkan atau diturunkan, sehingga
leher dan kepala pasien sejajar dengan torso tubuh.

Gambar 1: Posisi pasien pada perawatan untuk regio rahang


atas. (Nield-Gehrig, 2013)

Gambar 2: Posisi pasien pada perawatan untuk regio rahang


bawah. (Nield-Gehrig, 2013)

- Aktivasi Instrumen
1. Adaptasi
Adaptasi Ini mengacu pada cara di mana ujung kerja dari
instrumen periodontal ditempatkan pada permukaan gigi.
Tujuan adaptasi adalah untuk membuat ujung kerja instrumen
sesuai dengan kontur permukaan gigi.12

31
Blade instrument memiliki tiga bagian imajiner, yaitu:12
- Sepertiga ujung. lebih sering digunakan selama
instrumentasi.
- Sepertiga tengah.
- Heel.
Adaptasi yang tepat harus dipertahankan dengan semua
instrumen untuk menghindari trauma pada jaringan lunak dan
permukaan akar dan untuk memastikan efektivitas
instrumentasi yang maksimal. Instrumen seperti kuret dan
instrumen runcing tajam seperti explorer lebih sulit untuk
beradaptasi.12
Sepertiga ujung blade instrument harus selalu berkontakan
dengan kontur permukaan gigi untuk menghindari trauma pada
gingiva.6

Gambar 3: Pembagian 3 segmen blade kuret gracey. (Newman,


Takei, Klokkevold, & Carranza, 2019)

2. Angulasi
Angulasi mengacu pada sudut antara permukaan blade
instrumen dan permukaan gigi. Hal ini juga bisa disebut
toothblade relationship.8
- Untuk insersi di bawah margin gingiva, sudut angulasi
permukaan gigi ke sudut antara 0 sampai 40 derajat.
- Untuk menghilangkan kalkulus, angulasi harus antara
45 hingga 90 derajat. (Reddy, 2011)

32
Gambar 4: Angulasi Blade. (A) 0 derajat: angulasi yang benar untuk
insersi blade. (B) 45 hingga 90 derajat: angulasi yang benar untuk scaling
dan root planing. (C) Kurang dari 45 derajat: angulasi yang salah untuk
scaling dan root planing. (D) Lebih dari 90 derajat: angulasi yang salah
untuk scaling dan root planing, tetapi angulasi yang benar untuk kuretase
gingiva. (Newman, Takei, Klokkevold, & Carranza, 2019)

3. Tekanan Lateral
Tekanan lateral mengacu pada tekanan atau kekuatan yang
diaplikasikan ketika gaya diterapkan pada permukaan gigi
dengan cutting edge instrumen blade. Besar kekuatan
bervariasi tergantung besar kecilnya kalkulus, serta tahapan
scaling. Pada tahap awal scaling dengan kalkulus yang besar,
memerlukan kekuatan yang besar pula, sedangkan jika sudah
memasuki tahap root planing, maka yang diperlukan adalah
tekanan ringan dengan peningkatan kepekaan terhadap
keberadaan sisa kalkulus. Kekuatan yang berlebihan pada tahap
root planing menyebabkan permukaan gigi (khususnya
sementum) tergores dan timbul cekungan. Penerapan tekanan
lateral yang bervariasi dan terkontrol secara hati-hati selama
instrumentasi merupakan bagian integral dari teknik scaling
dan root planing yang efektif.4,8,12
4. Strokes (Goresan)8
Tiga tipe dasar stroke digunakan selama instrumentasi:
stroke eksplorasi, stroke scaling, dan stroke root-planing. Salah
satu dari stroke dasar ini dapat diaktifkan dengan gerakan tarik
atau dorong dalam arah vertikal, oblique, atau horizontal.
Goresan vertikal dan oblique paling sering digunakan.
Goresan horizontal digunakan secara selektif pada sudut garis

33
atau poket dalam yang tidak dapat dinegosiasikan dengan
goresan vertikal atau oblique.

Gambar 5: Tiga arah stroke dasar. (A) Vertikal; (B) oblique; (C)
horizontal. (Reddy, 2011)

b. Teknik Scaling dan Root Planing


1. Teknik Scaling Kalkulus Supragingiva
Kalkulus supragingiva umumnya kurang terkalsifikasi
dibandingkan kalkulus subgingiva, sehingga cenderung tidak
sekeras kalkulus subgingiva. Karena instrumentasi dilakukan pada
bagian koronal margin gingiva, scaling stroke tidak dibatasi oleh
jaringan sekitarnya. Ini membuat adaptasi dan angulasi lebih
mudah. Sickle, kuret, dan instrumen ultrasonik dan sonik paling
sering digunakan untuk menghilangkan kalkulus supragingival,
sedangkan hoe dan chisel lebih jarang digunakan.4,8
Teknis prosedur dari scaling manual supragingival, yaitu:4,8
- Diawali dengan penempatan alat pada apikal dari kalkulus
supragingiva, membentuk sudut 450 - 900 terhadap area
permukaan gigi yang akan dibersihkan.
- Sikcle atau kuret dipegang dengan pegangan modified pen
grasp dan finger rest yang kokoh dipasang pada gigi yang
berdekatan dengan area kerja.
- Sepertiga ujung blade harus menyentuh margin apikal
kalkulus supragingival, sementara stroke scaling yang
pendek, kuat, dan overlapping diaktifkan secara koronal
dalam arah vertikal atau oblique untuk mendorong maupun
mengungkit kalkulus sampai terlepas dari gigi.
- Scaling dilakukan sampai permukaan gigi terbebas dari
kalkulus baik secara visual maupun perabaan dengan

34
bantuan alat (misalnya: sonde). Scaling dikatakan bersih
jika tidak ada kalkulus pada permukaan gigi dan permukaan
gigi tidak ada yang kasar. Alat dengan ujung yang tajam
(sickle) hendaknya digunakan secara hati-hati karena lebih
mudah melukai jaringan lunak di bawahnya.
2. Teknik Scaling dan Root Planing Kalkulus Subgingiva
Scaling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit
dibandingkan scaling supragingival karena kalkulus subgingiva
umumnya lebih keras daripada supragingiva, selain itu kalkulus
subgingiva kadang melekat pada permukaan akar yang sulit
dijangkau (misalnya daerah bifurkasi). Jaringan lunak yang
membatasi kalkulus subgingiva juga merupakan masalah, karena
pandangan operator menjadi terhalang, terutama jika saat tindakan
scaling, darah yang keluar cukup banyak maka pandangan menjadi
semakin tidak jelas. Oleh karena itu operator dituntut
menggunakan kepekaan perabaan (tactile sensivity) dengan
bantuan scaler untuk mengetahui keberadaan dan posisi kalkulus
subgingiva.
Pada scaling subgingiva, arah dan keleluasaan menjadi sangat
terbatas dengan adanya dinding poket yang mengelilinginya. Oleh
karena itu untuk mencegah trauma dan kerusakan jaringan yang
lebih besar, maka alat scaler harus diaplikasikan dan digunakan
secara hati-hati serta yang lebih penting lagi adalah pemilihan alat
dengan penampang yang tipis agar mudah masuk ke dalam
subgingiva. Selain itu operator dituntut untuk menguasai morfologi
gigi per gigi dengan berbagai kemungkinan variasinya. Hal ini
penting untuk membedakan antara adanya kalkulus atau karena
adanya bentukan yang variatif dari permukaan akar.4,8
Kuret lebih disukai oleh sebagian besar klinisi untuk scaling
subgingiva dan root planing karena keuntungan yang diberikan
oleh desainnya. Blade yang melengkung, ujung yang membulat,
dan punggung yang melengkung memungkinkan kuret untuk
dimasukkan ke dasar poket dan disesuaikan dengan variasi kontur
gigi dengan perubahan jaringan dan trauma yang minimal.

35
Sickle, hoe, chisel dan instrumen ultrasonik juga digunakan
untuk penskalaan subgingiva pada kalkulus berat. Beberapa file
kecil (misalnya File Hirschfeld) dapat dimasukkan ke dasar poket
untuk menghancurkan deposit kalkulus. File yang lebih besar, hoe
dan sickle untuk penggunaan supragingival, terlalu besar dan tidak
dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam poket yang dalam atau
area di mana jaringannya keras dan fibrotik. Hoe dan chisel tidak
dapat digunakan untuk menghasilkan permukaan sehalus kuret.8
Scaling subgingiva dan root planing dilakukan dengan kuret
universal dan kuret gracey dengan menggunakan prosedur sebagai
berikut:8
- Kuret dipegang dengan pegangan modified pen grasp dan
sandaran jari yang stabil dibuat.
- Cutting edge parallel dengan permukaan gigi.
- Kemudian blade dimasukkan ke dalam sulkus gingiva
secara perlahan.
- Cutting edge membentuk sudut angulasi 450 hingga 900 dan
tekanan diberikan secara lateral terhadap permukaan gigi.
- Kalkulus dihilangkan dengan serangkaian strokes yang
terkontrol, overlapping, pendek dan kuat. Ketika stroke
scaling digunakan untuk menghilangkan kalkulus, gaya
dapat dimaksimalkan dengan memusatkan tekanan lateral
ke sepertiga ujung blade. Tumpang tindih "saluran"
instrumentasi memastikan bahwa seluruh zona
instrumentasi secara merata sudah ter-scaling.
- Stroke root planing yang lebih panjang dan lebih ringan
kemudian diaktifkan dengan tekanan lateral yang lebih
sedikit sampai permukaan akar benar-benar halus dan
keras.

36
Gambar 6: Prosedur scaling subgingiva. (A) Kuret dimasukkan dengan permukaan
blade parallel dengan gigi. (B) Sudut kerja (45 hingga 90 derajat) ditetapkan di
dasar poket. (C) Tekanan lateral diterapkan, dan langkah scaling diaktifkan
dalam arah koronal. (Newman, Takei, Klokkevold, & Carranza, 2019)

Gambar 7: Instrumentasi untuk menghilangkan kalkulus. (A) Kalkulus dihilangkan


dengan menarik tepi apikal atau lateral deposit dengan cutting edge scaler;
Gerakan vertikal instrumen akan menghilangkan pecahan kalkulus yang ditarik
oleh instrumen, seperti terlihat pada gambar yang diarsir. (B) Instrumen
dipindahkan ke samping atau bagian lateral dan sekali lagi menyentuh tepi
kalkulus, sehingga tumpang tindih dengan strokes sebelumnya sampai batas
tertentu; gambar yang diarsir menunjukkan penghapusan lebih lanjut. (C) Bagian
akhir dari deposit ditarik dan dihilangkan. Perhatikan bagaimana prosedur
dilakukan di ruang interdental dengan memasukkan secara fasial dan lingual.
(Newman, Takei, Klokkevold, & Carranza, 2019)

3. Teknik Scaling dengan Ultrasonik Scaler


Scaling dengan alat ultrasonic scaler lebih mudah untuk
menghilangkan kalkulus pada permukaan gigi dibanding scaling
dengan alat manual. Alat ini mempunyai ujung (tip) yang dapat
bergetar sehingga dapat melepaskan kalkulus dari permukaan gigi.
Alat ini dapat mengeluarkan air sehingga daerah perawatan

37
menjadi lebih bersih karena permukaan gigi langsung dicuci
dengan air yang keluar dari alat ini.
Gerakan alat sama dengan gerakan dengan scaler manual tetapi
tidak boleh ada gerakan mengungkit. Ujung scaler hanya
digunakkan untuk memecah kalkulus yang besar dengan cara
ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan tekanan ringan
sampai kalkulus terlepas.4
Instrumentasi ultrasonik dicapai dengan genggaman ringan
hingga sedang dan tekanan yang bervariasi tergantung pada jumlah
dan kekerasan deposit. Tekanan yang berlebihan tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan efek meredamnya getaran pada tip.
Ujungnya harus dijaga dalam gerakan konstan dan sejajar dengan
permukaan gigi. Membiarkan tip di satu tempat terlalu dapat
menyebabkan pencongkelan dan pengerasan permukaan akar atau
panas berlebih pada gigi. Menggunakan pengaturan daya yang
lebih rendah dan hanya menerapkan sedikit tekanan akan
mengurangi volume dan kedalaman pencabutan struktur gigi.8
Selanjutnya untuk menghaluskan permukaan gigi dari sisa
kalkulus, maka tepi blade ultrasonic scaler ditempelkan pada
permukaan gigi kemudian digerakkan dalam arah lateral (vertikal,
horisontal dan oblique) ke seluruh permukaan sampai diperkirakan
halus.4
Teknik penerapan scaler sonik dan ultrasonik pada dasarnya
berbeda dari instrumentasi tangan. Dalam kebanyakan kasus,
debridement yang efisien dapat dicapai dengan ujung scaler
melengkung kontra-angular yang digunakan untuk berbagai area di
rongga mulut (Gbr. 8). Ujung masing-masing sejajar dengan gigi
sehingga ujung kerja dapat menyentuh permukaan akar (Gbr. 9, 10
dan 11). Dengan demikian, kerusakan akibat garukan dan benturan
pada permukaan akar dengan ujung ujungnya dapat dihindari.
Angulasi di tingkat kedua area memungkinkan akses ke area akar
meskipun ada tonjolan mahkota. Ujung scaler disejajarkan dengan
benar ketika kelengkungannya mengarah ke gigi yang sedang
dirawat.

38
Dalam praktek klinis, morfologi dan dimensi poket gingiva
pertama-tama harus ditentukan dengan hati-hati. Permukaan akar
kemudian dibersihkan secara sistematis dengan menggerakkan
ujung scaler secara terus menerus. Secara supragingiva, efek irigasi
dari cairan pendingin sering kali menghasilkan tampilan yang
bersih setelah waktu perawatan yang singkat. Namun, secara
subgingiva, masih akan ada biofilm atau kalkulus yang tersisa jika
penanganannya tidak sistematis. Karena hanya tepi depan ujung
scaler (umumnya sekitar 1-2 mm) yang secara aktif menghilangkan
biofilm, oleh karena itu instrumentasi subgingiva yang teliti dan
sistematis sangat penting. Debridemen permukaan akar dengan
teknik instrumentasi apa pun selesai ketika permukaan akar yang
bersih diperoleh. Ini dapat diperiksa dengan probe dan dengan
aliran udara dari air-water syringe dari dental unit.10
Kepekaan alat ini untuk mendeteksi sisa kalkulus tidak sebagus
manual scaler, sehingga umumnya setelah dilakukan scaling
dengan ultrasonic, maka tetap disarankan scaling dan root planing
dengan manual scaler. Perlu keterampilan khusus dalam
penggunaanya, karena alat ini dijalankan dengan mesin yang
kadang sulit kita kontrol gerakannya.4

39
Gambar 9 : Ujung instrumen sejajar dengan benar ketika kelengkungan
diarahkan ke gigi yang akan dirawat.

40
c. Evaluasi Scaling dan Root Planing4
Scaling dan root planning yang memadai dievaluasi saat prosedur
dilakukan, dan kemudian dilakukan lagi setelah periode penyembuhan
jaringan lunak.
Segera setelah instrumentasi, permukaan gigi harus diperiksa
dengan cermat secara visual dengan pencahayaan yang optimal,
bantuan kaca mulut dan udara bertekanan; permukaan juga harus
diperiksa dengan explorer atau probe. Permukaan subgingiva harus
keras dan halus. Meskipun menghilangkan kalkulus secara menyeluruh
pasti diperlukan untuk kesehatan jaringan lunak yang berdekatan,
namun sedikit bukti yang terdokumentasi terhadap pentingnya
kehalusan akar. Namun demikian, kehalusan relatif masih merupakan
indikasi klinis langsung terbaik bahwa kalkulus telah sepenuhnya
dihilangkan.
Meskipun kehalusan adalah kriteria dimana scaling dan root
planing segera dievaluasi, evaluasi akhir didasarkan pada respon
jaringan. Evaluasi klinis dari respon jaringan lunak terhadap scaling
dan root planing, termasuk probing, tidak boleh dilakukan lebih awal
dari 2 minggu pascaoperasi. Reepitelisasi luka yang dibuat selama
instrumentasi membutuhkan waktu 1 hingga 2 minggu. Sampai saat
itu, perdarahan gingiva saat probing kemungkinan diduga bahkan
ketika kalkulus telah dihilangkan seluruhnya karena luka jaringan
lunak tidak mengalami epitelisasi. Setiap perdarahan gingiva pada
probing yang dicatat setelah interval ini kemungkinan merupakan hasil
dari peradangan persisten yang dihasilkan oleh deposit residu yang
tidak dihilangkan selama prosedur awal atau kontrol plak yang tidak
memadai. Perubahan klinis positif setelah instrumentasi sering
berlanjut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Oleh karena,
itu periode evaluasi yang lebih lama dapat diindikasikan sebelum
memutuskan apakah akan melakukan intervensi dengan instrumentasi
lebih lanjut atau pembedahan.

41
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Setelah diagnosis ditetapkan, perawatan direncanakan. Pada perawatan
penyakit periodontal, perawatan yang paling pertama dilakukan adalah
perawatan non bedah. Terapi non bedah penyakit periodontal terdiri instruksi
kontrol plak. Pada hal ini pasien harus belajar menyikat gigi dengan benar
dan mulai menggunakan dental floss atau alat bantu lain untuk pembersihan
interdental. Lalu dilanjutkan dengan penghapusan kalkulus supragingiva dan
subgingiva. Penghapusan kalkulus dilakukan dengan prosedur scaling, root
planing, dan kuretase. Setelah penghapusan kalkulus supragingiva dan
subgingiva dilakukan koreksi adanya cacat restoratif, yang merupakan daerah
perlekatan bagi plak atau biofilm dapat dicapai dengan menghaluskan
permukaan kasar dan menghilangkan overhang dari restorasi yang salah
dengan bur atau instrumen tangan. Lalu dilakukan perawatan terhadap lesi
karies. Setelah semua prosedur tersebut, lakukan reevaluasi jaringan. Pada
reevaluasi jaringan, jaringan periodontal diperiksa, semua kondisi anatomi
terkait dievaluasi secara hati-hati untuk menentukan jenis perawatan
selanjutnya, termasuk operasi periodontal.
Pada terapi non bedah ada instrumen yang digunakan untuk membantu
perawatan. Berdasarkan tujuan penggunaannya, instrumen periodontal
diklasifikasikan menjadi probe periodontal, explorer, instrumen scaling, root
planing, dan kuretase yang terdiri dari kuret, sickle, hoe, file, chisel,
instrumen plastik dan titanium, serta instrumen mekanis. Lalu yang terakhir
ada instrumen cleansing dan polishing yang terdiri dari rubber cups dan
bristle brushes.

3.2. Saran
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan
hasil Diskusi Kelompok Kecil (DKK) ini.

42
Daftar Pustaka

1. Azouni, K. G., & Tarakji, B. (2014). The trimeric model: A new model of
periodontal treatment planning. Journal of clinical and diagnostic
research: JCDR, 8(7), ZE17.
2. Kiswaluyo. (2013). Perawatan periodontitis pada Puskesmas Sumbersari,
Puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso. Stomatognatic J. K.G Unej,
10(3), 115-120.
3. Kodir, A. I., Herawati, D., & Murdiastuti, K. (2014). Perbedaan
Efektivitas Antara Pemberian Secara Sistemik Ciprofloksasin Dan
Amoksisilin Setelah Scaling & Root Planing Pada Periodontitis Kronis
Penderita Hipertensi Tinjauan pada Probing Depth, Bleeding on Probing,
dan Clinical Attachment Level. J Ked Gi, 5(4), 323-328.
4. Krismariono, A. (2009). Prinsip-prinsip dasar scaling dan root planing
dalam perawatan periodontal. Periodontic Journal, 1(1), 1-5.
5. Marlindayanti, Ningrum, N., & Manurung, N. K. (2018). Pelayanan
Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI.
6. Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A.
(2002). Newman and Carranza's Clinical Periodontology 9th Edition.
Philadelphia: Elsevier.
7. Newman, M. G., et al. (2018). Newman and Carranza’s Clinical
Periodontology 13th Ed. California: Elsevier.
8. Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A.
(2019). Newman and Carranza's Clinical Periodontology 13th Edition.
Philadelphia: Elsevier.
9. Nield-Gehrig, J. S. (2013). Fundamentals of Periodontal Instrumentation.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
10. Petersilka, G. J., Flemmig, T. F. (2004). Periodontal Debridement with
Sonic and Ultrasonic Scalers. Periodontics Vol 1 Issue 4, 353-362
11. Reddy, S., (2006). Essential of Clinical Periodontology and Periodontics.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.
12. Reddy, S. (2011). Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics
3rd Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.
13. Reddy, S. (2017). Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics
5th Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.

43
14. Saputri, D. (2018). Gambaran radiograf pada penyakit periodontal.
Journal Of Syiah Kuala Dentistry Society, 3(1), 16-21.
15. Valerie C, Aradhna T, Robert J. G., (2009). Periodontology at a Glance.
Wiley-Blackwell Publishers.

16. Zulfa, L., Dewi, N. M. (2011). Terapi Periodontal Non-Bedah.


Dentofasial, 10(1), 36-41.

44

Anda mungkin juga menyukai