Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 14 MODUL 5
USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS)

Disusun oleh : Kelompok 1

Alya Hana Natasya (1910026006)


Nur Fithriah (1910026010)
Azizah Qothrunnada (1910026015)
Sulistiya Wati (1910026016)
Dela Puspita Sari (1910026022)
Artha Maulida (1910026024)
Selvia Rakhmah (1910026026)
Yuli Brygitta Sidabariba (1910026028)
Salma Nadya Salsabila (1910026029)
Chaesarianus Paul Christian Soge (1910026032)
Nur Fithriah (1910026010)

Tutor : Dr. drg. Lilies Anggarwati, Sp. Perio


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan blok 14
modul 5 yang berjudul “Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)” tepat pada
waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai sumber referensi dan juga hasil
diskusi kelompok kecil kami.
Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. Dr. drg. Lilies Anggarwati, Sp. Perio selaku tutor kelompok 1 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK)
2. drg. Dona Novita, MPHID selaku dosen penanggung jawab kuliah modul
ini yang telah membimbing dan memberikan tugas kepada kami.
3. Teman-teman kelompok 1 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga Diskusi Kelompok Kecil (DKK) 1 dan 2 dapat
berjalan dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil Diskusi
Kelompok Kecil (DKK).
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2019 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini sangat
terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi
kelompok kecil (DKK) ini. Akhirnya, kami menyelesaikan laporan ini dan
berharap dapat memberikan manfaat dan sumber pengetahuan yang sangat
berguna bagi seluruh masyarakat.

Samarinda, 5 November 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulis...........................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Skenario.....................................................................................................3
2.2 Identifikasi Istilah sulit.............................................................................3
2.3 Identifikasi Masalah.................................................................................4
2.4 Analisa Masalah........................................................................................4
2.5 Kerangka Teori.......................................................................................10
2.6 Learning Objective.................................................................................10
2.7 Belajar Mandiri.......................................................................................11
2.8 Sintesis......................................................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................34
3.1 Kesimpulan..............................................................................................34
3.2 Saran........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi yang berada dalam rongga mulut merupakan salah satu organ tubuh
yang memiliki beberapa fungsi. Kesehatan gigi dan mulut yang terganggu
dapat mengakibatkan terganggunya fungsi bicara, mengunyah, dan fungsi
estetik yang kemudian akan mempengaruhi aktivitas dari seseorang. Salah
satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering dialami oleh masyarakat
sejak usia dini hingga dewasa adalah karies gigi.1
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
menunjukkan bahwa 93% anak di Indonesia mengalami karies dan hanya 7%
anak yang bebas dari masalah karies. Karies gigi merupakan penyakit yang
terkait erat dengan masalah kebersihan gigi mulut anak. Terdapat empat
faktor yang menjadi determinan kesehatan yaitu faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan herediter. Faktor perilaku merupakan faktor kedua
terbesar yang berpengaruh terhadap kesehatan individu. Anak dengan
perilaku yang baik dalam memelihara oral hygiene akan berdampak positif
pada kesehatan gigi dan mulutnya.4
Kementerian Kesehatan telah berusaha untuk merencanakan Indonesia
Bebas Karies tahun 2030, mengingat masih tingginya prevalensi karies pada
anak. Salah satu upaya konkrit untuk menekan tingginya angka karies gigi
adalah melalui pengadaan program menyikat gigi yang baik dan benar.
Program ini direalisasikan dalam pengadaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) yang terdiri dari upaya promotif, preventif dan kuratif. 4
UKGS merupakan bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
yang berusaha untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
seluruh siswa di sekolah melalui pendidikan dan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut secara terencana pada para siswa terutama siswa Sekolah Dasar
(SD). Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam UKGS adalah ART dan
remineralisasi CPP-ACP. 4
Atraumatic Restorative Treatment (ART) adalah teknik perawatan
minimal invasif untuk restorasi gigi yang didasarkan pada pengangkatan
jaringan karies gigi dengan menggunakan hand instrumentdan penggunaan
bahan adhesive yang melepaskan fluoride (glass ionomer) untuk filling pada

1
kavitas tersebut.Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate
(CPP-ACP) merupakan salah satu bahan dalam bidang kedokteran gigi yang
dapat melokalisasi ion kalsium dan fosfat pada enamel gigi sehingga
terjadilah proses remineralisasi.8,11

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini, antara lain :
1) Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian dan Tujuan dari UKGS
2) Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tahapan dan Pelaksanaan dari UKGS
3) Mahasiswa Mampu Menjelaskan ART (pengertian, indikasi,
kontraindikasi, instrumentasi, dan penatalaksanaan)
4) Mahasiswa Mampu Menjelaskan CPP-ACP (pengertian, indikasi,
kontraindikasi, instrumentasi, dan penatalaksanaan)
5) Mahasiswa Mampu Menjelaskan Peran dan Fungsi UKGS di Masa
Pandemi Covid-19.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa mengetahui
lebih dalam mengenai Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Diharapkan
setelah membaca laporan ini, mahasiswa dapat menjelaskan mengenai
pengertian, tujuan, tahapan, pelaksanaan UKGS serta mendapatkan informasi
lebih detail mengenai kegiatan yang dilakukan pada program tersebut,
khusunya ART dan CPP-ACP. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan dapat
menjelaskan peran dan fungsi UKGS terutama di masa pandemi covid-19
seperti ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Skenario

Dokter gigi dalam Kegiatan UKGS ?


Hari ini saya sebagai dokter gigi beserta team puskesmas akan disibukan
dengan kegiatan UKGS pada salah satu sekolah dasar yang ada diwilayah
kerja kami. Jauh hari sebelum diadakan program ukgs, saya terlebih dahulu
telah melakukan langkah – langkah persiapan untuk menunjang kegiatan di
sekolah tersebut agar tujuan dan sasaran kegiatan UKGS tercapai. Dalam
kegiatan ini,saya akan melakukan tahapan-tahapan UKGS sesuai juklak yang
ada, hari ini saya akan melakukan penambalan dengan metode ART
(Atraumatic Restorative Treatment technique), terapi Remineralisasi (CPP-
ACP) pada anak yang mengalami karies gigi dan terdapatnya white spot.

2.2 Identifikasi Istilah Sulit


1. UKGS : Usaha kesehatan gigi sekolah, bagian dari
komponen pelayanan kesehatan gigi dengan
tujuan untuk menciptakan derajat kesehatan gigi
dan mulut yang optimal, memelihara dan
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut peserta
didik pada sekolah binaan, sasaran utama :
anak-anak pada siswa tingkat dasar.
2. ART : (Atraumatic restorative treatment techique)
metode penumpatan dibidang konservasi gigi
dengan membuang jaringan karies gigi dengan
tidak menggunakan bur dan tidak menggunakan
anestesi (hanya menggunakan hand instrument),
penumpatannya dengan menggunakan bahan
adhesif berupa GIC.
3. Terapi : Memberikan sediaan casein phosphopeptide
Reminelarisasi amorphous calcium phosphate, suatu tindakan
(CPP-ACP) pencegahan kariesagar terjadi proses
reminelarisasi dan sediaan ini dapat diberikan
pada white spot, dan pada anak dengan rentan

3
terhadap karies.
4. White Spot : Bercak putih pada gigi dapat ditemukan pada
permukaan gigi dalam kondisi kering, dimana
white spot sebagai manifestasi proses awal
karies gigi dan bersifat reversible.

2.3 Identifikasi Masalah


1. Apa tujuan dan manfaat dari UKGS?
2. Apa saja sasaran dari kegiatan UKGS?
3. Siapa saja tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan UKGS?
4. Apa saja bentuk upaya dari kegiatan UKGS?
5. Apa saja tahapan dari UKGS?
6. Apa saja langkah langkah untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut
UKGS?
7. Mengapa pada kegiatan UKGS dipilih metode ART dan CPP-ACP?
8. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari restorasi ART dan terapi
remineralisasi CPP-ACP?
9. Apasaja bahan yang digunakan saat menggunakan metode ART?

2.4 Analisa Masalah


1. Apa tujuan dan manfaat dari UKGS?
− Tujuan umum : tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta
didik yang optimal (pada seluruh siswa).
− Tujuan khusus :
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan peserta didik
dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.
b. Meningkatkan peran guru, dokter kecil, dalam upaya promotif
(penyuluhan cara menyikat gigi yang baik dan benar) – preventif
(melakukan program sikat gigi 21 hari pada anak sd).
c. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut
(dengan melakukan pemeriksaan keadaan gigi dan mulut).
d. Menimbulkan kesadaran untuk meningkatkan pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut.
e. Mencegah penyakit gigi dilingkungan sekolah.
f. Memulihkan penyakit gigi dilingkungan sekolah.

4
− Manfaat :
a. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan
mulutpeserta didik.
b. Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut.
c. Meningkatkan sikap atau kebiasaan terhadap kesehtaan gigi dan
mulut.
d. Mendapatkan pelayanan berdasarkan permintaan kasus yang
dimiliki.
e. Mengontrol usia dini anak mengenai kebiasaan buruk.
f. Mencegah karies gigi pada anak.
g. Meningkatkan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

2. Apa saja sasaran dari kegiatan UKGS?


− Sasaran primer : Murid sekolah TK, SD, SMP, SMA
sederajat.
− Sasaran sekunder : Orang tua dan guru.
− Sasaran tersier :
a. Lembaga pendidikan dari tingkat pra sekolah sampai sekolah
tingkat lanjut termasuk perguruan agama serta pondok pesantren
beserta lingkungannya.
b. Sasaran dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan
kesehatan.
c. Lingkungan meliputi lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Frekuensi pelaksanaan UKGS dilakukan min. 2x per tahun
1. Minimal 100% melaksanakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
2. Minimal 80% anak melaksanakan sikat gigi massal (sasaran berd.
sasaran sekolah binaan dari kegiatan UKGS).
3. Minimal 50% mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas
permintaan.
4. Minimal 30% mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas dasar
kebutuhan perawatan.
Pertanyaan : apabila indikator nya tidak tercapai, apa yang dapat
dilakukan?

5
Jawaban : dilakukan evaluasi untuk memperbaiki program yang
dijalankan dan sebagai pertanggung jawaban dari kegiatan yang
dilakukan.

3. Siapa saja tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan UKGS?


A. tenaga yang berasal dari sekolah
a. Guru SD atau kepala sekolah : membina kerja sama dengan
dokter gigi, melakukan pembinaan pada dokter kecil, melakukan
penyuluhan pada saat pelajaran, membantu mengubah perilaku
dari siswa, melakukan screening data murid, memberikan
pendidikan kesehatan gigi untuk mencegah terjadinya penyakit
pada rongga mulut.
b. Dokter kecil : membantu dengan motivasi agar murid mau
melakukan pemeriksaan gigi dan mulut, membantu untuk
melakukan penyuluhan.
B. Tenaga yang berasal dari puskesmas
a. Kepala puskesmas : sebagai koordinator dan menjadi motivator
serta melakukan kerjasama dengan dokter gigi.
b. Dokter gigi : sebagai penanggung jawab program UKGS,
bersama kepala puskesmas dan perawat gigi untuk melakukan
memonitoring, menyusun rencana kegiatan, evaluasi, mengajar
cara sikat gigi dengan baik dan benar dan melakukan
pembersihkan karang gigi.
c. Perawat gigi : menyusun program UKGS, membina kerjasama
dan memonitoring pelaksanaan UKGS, melakukan screening
data, melakukan persiapan dalam kegiatan UKGS, melakukan
analisis, dan melakukan pencatatan dan evaluasi program.
d. Petugas UKS : membina antara SD dan dokter gigi, melakukan
rujukan, melakukan screening data murid,
C. Peran orang tua
Mengawasi dan mengajari anak saat menyikat gigi, dan
mengawasi jajanan anak, membawa anaknya rutin ke dokter gigi
setiap 6 bulan sekali.

6
4. Apa saja bentuk upaya dari kegiatan UKGS?
A. Promotif
1. Penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut agar murid
mengetahui cara menjaga kesehatan gigi dan mulut, melakukan
pemutaran video edukasi, melakukan bakti sosial..
2. Memeriksakan keadaan gigi dan mulut seperti wawancara
bersama orang tua (mengetahui keadaan dari kesehatan gigi anak
tersebut).
3. Pelatihan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut oleh guru
dan dokter kecil.
B. Preventif
Melakukan sikat gigi massal seperti program 21 hari
menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride.
C. Kuratif
1. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
2. Pencabutan gigi yang sudah waktunya tanggal.
3. Melakukan perawatan dengan penambalan ART.
4. Melakukan webinar melalui zoom atau google meet.
5. Teledentistry : aplikasi untuk orang tua berkonsultasi dengan
dokter gigi.
˗ Intervensi perilaku : melalui pergerakan dari guru, dokter kecil dan
pembinaan dari tenaga kesehatan.
˗ Intervensi lingkungan : fluoridasi air minum (bila diperlukan).
˗ Intervensi individu : metode ART, pit and fissure sealants, kumur-
kumur dengan fluor, surface protection (pre fissure sealants :
mengoleskan bahan GIC, bertujuan untuk mematangkan email, dan
melindungi permukaan oklusal agar mencegah terjadinya karies).

5. Apa saja tahapan dari UKGS?


- UKGS tahap 1 / minimal UKGS
1. Pelatihan dokter kecil dan guru pembina mengenai kesehatan gigi
dan mulut.
2. Penyuluhan dilakukan oleh guru.
3. Mencegah penyakit gigi dan mulut dengan menyikat gigi massal
dengan pasta gigi.

7
- UKGS tahap 2 / standar UKGS
1. Pelatihandokter kecil dan guru pembina mengenai kesehatan
gigi dan mulut.
2. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan gigi dan mulut
yang dilakukan oleh guru, dokter kecil.
3. Melakukan sikat gigi bersama min. kelas 1-3.
4. Pengobatan darurat utk menghilangkan rasa sakit.
5. Mencabut gigi yang sudah waktunya tanggal.
6. Memberikan rujukan bagi yang memerlukan (rujukan diberikan
apabila terjadi kerusakan gigi yang luas).
- UKGS tahap 3/ optimal UKGS
1. Pelatihan dokter kecil dan guru pembina mengenai kesehatan gigi
dan mulut.
2. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan gigi dan mulut
yang dilakukan oleh guru, dokter kecil.

6. Apa saja langkah langkah untuk menunjang kesehatan gigi dan


mulut UKGS?
- Persiapan : untuk mendukung kelancaran program UKGS, seperti
koordinasi dengan sekolah dan melakukan pendekatan dengan orang
tua, menunjang adanya sarana dan prasarana (dental chair, model
gigi atau poster edukasi, lembar pencatatan, menyediakan permainan
yang interaktif)
- Pelaksanaan lapangan.
1. Pengumpulan data murid di SD tersebut.
2. Pengerakkan dari guru melalui pelatihan.
3. Menilai kebersihan gigi dan mulut.
- Interversi medis atau teknis, seperti menghilangkan kalkulus,
aplikasi fluoride topikal, surface protection, ART, pencabutan gigi
desidui.
- Manajemen
1. Supervisi dan bimbingan teknis.
2. Melakukan evaluasi saat pelaksanaan, output (evaluasi
pelayanan), outcome (perubahan sikap dari perilaku murid dan
guru), dampak (status OHIS, DMF-T).

8
- Pembinaan

7. Mengapa pada kegiatan UKGS dipilih metode ART dan CPP ACP?
− Metode ART :
Intervensi minimal dengan hanya menggunakan hand
instrument dan dapat digunakan pada dokter gigi diperdesaan dan
cocok digunakan untuk program UKGS, tidak menggunakan
anastesi, dapat memudahkan untuk mendeteksi dini karies, relatif
mudah dan biaya murah dan dapat mengurangi trauma. Metode ini
menggunakan bahan GIC.
− Metode CPP ACP :
Digunakan untuk mengembalikan kondisi gigi dan membantu
mencegah terjadinya karies gigi (digunakan pada lesi awal karies)
dan pengaplikasiannya mudah.

8. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari restorasi ART dan terapi
remineralisasi CPP-ACP?
− Indikasi ART :
a. Kavitas yang dapat dicapai dengan hand instrument.
b. Kavitas sebatas dentin dan tanpa kelainan jaringan pulpa.
c. Pada kavitas yang kecil.
− Kontraindikasi ART :
a) Adanya abses atau fistul.
b) Kavitas mencapai pulpa.
c) Lesi karies yang luas.
d) Pulpa terbuka.
e) Rasa sakit yang lama.
f) Inflamasi pulpa kronis.
g) Kavitas proksimal yang sulit dicapai.
h) Kavitas yang sulit dicapai dengan menggunakan hand
instrument.

➢ Indikasi CPP-ACP :
a. Adanya white spot
b. Pasien rentan risiko karies tinggi dan gigi berjejal

9
➢ Kontraindikasi CPP-ACP :
a) Pasien dengan memiliki riwayat makanan

Pertanyaan : bagaimana penatalaksanaan ART atau CPP-ACP pada


pasien dengan down syndrome?
Jawaban : pada pasien down syndrome dapat dilakukan ART atau
CPP-ACP dengan melakukan pendekatan saat perawatan seperti
didampingi oleh keluarga atau pengasuhnya, selain itu penggunaan
CPP-ACP dapat diindikasikan pada pasien down syndrome karena
mudah dalam pengaplikasiannya dengan menggunakan kapas atau
ujung jari.

9. Apa saja bahan yang digunakan saat menggunakan metode ART?


a. Alat yang digunakan : set instrument Oral diagnostic (sonde,
ekskavator), plastis filling instrument untuk meletakkan ke kavitas.
b. Bahan yang dapat digunakan : Bahan GIC, cotton roll.

2.5 Kerangka Teori

UKGS

Pengertian Tahapan dan Bentuk


dan Tujuan Pelaksanaan Upaya

ART

CPP-ACP

2.6 Learning Objective


1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan tujuan dari UKGS.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan dan pelaksanaan dari UKGS.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan ART (pengertian, indikasi dan
kontraindikasi, instrumentasi, dan penatalaksanaan).

10
4. Mahasiswa mampu menjelaskan CPP-ACP (pengertian, indikasi dan
kontraindikasi, instrumentasi dan penatalaksanaan).
5. Mahasiswa mampu menjelaskan peran dan fungsi UKGS di masa
pandemi covid-19.

2.7 Belajar Mandiri


Pada step ini masing-masing anggota kelompok belajar secara mandiri
untuk memecahkan learning objectives yang sebelumnya telah disepakati
bersama.

2.8 Sintesis
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan tujuan dari UKGS.
A. Pengertian
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan
masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan
yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya
kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan
kesehatan gigi dan mulut.11
Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS berupa kegiatan yang
terencana, terarah dan berkesinambungan.
a. Intervensi perilaku yaitu: 11
− Penggerakan guru, dokter kecil, orang tua murid melalui
lokakarya/pelatihan.
− Pendidikan kesehatan gigi oleh guru, sikat gigi bersama
dengan menggunakan pasta gigi berfluor, penilaian
kebersihan mulut oleh guru/dokter kecil.
− Pembinaan oleh tenaga kesehatan.
b. Intervensi lingkungan11
− Fluoridasi air minum (bila diperlukan)
− Pembinaan kerjasama lintas program/lintas sektor melalui
TP UKS
Upaya kesehatan perorangan pada UKGS berupa intervensi individu
pada peserta didik yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi dan
mulut meliputi surface protection, fissure sealant, kegiatan skeling,

11
penambalan dengan metode ART (Atraumatic Restorative Treatment
technique) penambalan, pencabutan, aplikasi fluor atau kumur-
kumur dengan larutan yang mengandung fluor, bisa dilaksanakan di
sekolah, di Puskesmas atau di praktek dokter gigi perorangan/dokter
gigi keluarga.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum11
Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang
optimal.
b. Tujuan Khusus11
− Meningkatnya pengetahuan, sikap dan tindakan peserta
didik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.
− Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua
dalam upaya promotif-preventif.
− Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut
bagi peserta didik yang memerlukan
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)
sesuai dengan Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah
(TRIAS UKS) (Kementerian Kesehatan, 2012: 13) yang meliputi:
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
lingkungan kehidupan sekolah sehat, maka ruang lingkup UKGS
(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) yaitu:
1) Penyelenggaraan pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang
meliputi: 11
a) Pemberian pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
b) Latihan atau demonstrasi cara memelihara kebersihan dan
kesehatan gigi dan mulut.
c) Penanaman kebiasaan pola hidup sehat dan bersih agar
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam
bentuk: 11
a) Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut
peserta didik.
b) Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perorangan.

12
c) Pencegahan/perlindungan terhadap penyakit gigi dan mulut.
d) Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
e) Rujukan kesehatan gigi dan mulut.
2) Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah kerjasama antara
masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai sekolah, orangtua
murid, dan masyarakat). 11

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan dan pelaksanaan dari


UKGS.
A. Tahapan
− UKGS TAHAP I (SATU)/ PAKET MINIMAL UKGS11
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI
yang belum terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi.
Tim Pelaksana UKS di SD dan MI melaksanakan kegiatan yaitu:
1) Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil
tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara
terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh dinas pendidikan
dengan nara sumber tenaga kesehatan gigi.
2) Pendidikan danpenyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan
oleh guru penjaskes/guru pembina UKS/dokter kecil
sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Buku Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan) untuk semua murid kelas 1-6,
dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.
3) Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan
kegiatan sikat gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas
I, II, dan III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta
gigi yang mengandung fluor.
− UKGS TAHAP II (DUA)/PAKET STANDAR UKGS11
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan
MI sudah terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi
yang terbatas, kegiatannya adalah:
1) Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil
tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara
terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh dinas pendidikan
dengan nara sumber tenaga kesehatan gigi.

13
2) Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan
oleh guru penjaskes / guru pembina UKS/ dokter kecil
sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Buku Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan) untuk semua murid kelas 1-6,
dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.
3) Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan
kegiatan sikat gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas
I, II, dan III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta
gigi yang mengandung fluor.
4) Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh
guru.
5) Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada
awal tahun ajaran diikuti dengan pencabutan gigi sulung
yang sudah waktunya tanggal, dengan persetujuan
tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan
dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi.
6) Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang
tumbuh (dilakukan di sekolah atau dirujuk sesuai
kemampuan), bila pada penjaringan murid kelas I dijumpai
murid dengan gigi tetap ada yang karies atau bila gigi
susu karies lebih dari 8 gigi dilakukan fissure sealant
pada gigi molar yang sedang tumbuh.
7) Rujukan bagi yang memerlukan.
− UKGS TAHAP III / PAKET OPTIMAL UKGS11
Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi.
Pelatihan dilaksanakan oleh dinas pendidikan dengan
narasumber tenaga kesehatan gigi.
1) Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan
oleh guru penjaskes/guru pembina UKS/dokter kecil
sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Buku
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan ) untuk semua
murid kelas 1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.
2) Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan
kegiatan sikat gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas

14
I, II, dan III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta
gigi yang mengandung fluor.
3) Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh
guru.
4) Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada
awal tahun ajaran diikuti dengan pencabutan gigi sulung
yang sudah waktunya tanggal, dengan persetujuan
tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan
dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi.
5) Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang
tumbuh pada murid kelas 1 dan 2 atau dilakukan fissure
sealant pada gigi molar yang sedang tumbuh.
6) Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid
kelas I sampai dengan kelas VI (care on demand).
7) Rujukan bagi yang memerlukan.
B. Pelaksanaan
1. Persiapan Kegiatan11
Dijalankan dalam rangka mempersiapkan suasana yang
mendukung kelancaran program, mencakup:
a. Pengarahan dan forum komunikasi berjenjang, dengan
unitunit lintas program dan lintas sektoral yang ada
kaitannya dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SD
dan MI, diselenggarakan di bawah koordinasi atau
koordinator kesehatan gigi dan mulut di Tingkat Pusat,
Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

b. Pada tingkat Puskesmas


1) Penjelasan dan pengarahan kepada pimpinan
Puskesmas serta staf pelaksanaan teknis, oleh
koordinator kesehatan gigi dan mulut Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2) Penjelasan kepada unit Diknas dan unit Komite
Sekolah Kecamatan oleh Pimpinan
Puskesmas/Pelaksanaan Teknis.

15
3) Perencanaan bersama menentukan SD dan MI sasaran
operasional.
4) Pendekatan kepada para guru SD dan MI sebagai
sasaran operasional, karena guru merupakan orang
yang berpengaruh (key person) dalam proses merubah
perilaku murid. Karena itu hubungan baik dengan para
guru harus dibina terlebih dahulu oleh pelaksana teknis.
5) Penjelasan kepada orang tua murid/Komite Sekolah
melalui Kepala Sekolah dan atau guru kelas.
2. Pelaksanaan Lapangan11
Pelaksanaan lapangan mencakup perangkat kegiatan yang
dilaksanakan pada tingkat Puskesmas, yang terdiri atas:
a. Pengumpulan data
1) Data dasar untuk keperluan perencanaan operasional,
meliputi :
a) Jumlah SD dan MI, murid dan guru
b) Data tentang situasi pelaksanaan UKS berdasarkan
paket UKS
c) Data tentang situasi pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di SD dan MI khususnya sehubungan
dengan persentase sekolah menurut pentahapan
UKGS.
2) Data untuk evaluasi dampak program terhadap profil
kesehatan gigi dan mulut murid oleh guru dan tenaga
kesehatan
b. Intervensi perilaku
1) Penggerakan peran serta guru melalui lokakarya atau
pelatihan.
2) Penyuluhan kepada murid berupa:
a) Latihan menggosok gigi
b) Pengajaran formal tentang kesehatan gigi dan
mulut
c) Penilaian kebersihan mulut oleh guru, melalui
pemeriksaan rutin

16
d) Penyuluhan oleh tenaga kesehatan secara
insidental.
c. Intervensi medis teknis/perorangan
1) Pembuangan/penghilangan kalkulus
2) Pemeriksaan mulut, pengobatan sementara
3) Aplikasi fluor
a) Melalui pasta gigi yang memenuhi persyaratan
b) Untuk daerah khusus intensifikasi melalui
kumurkumur dengan larutan yang mengandung
fluor aktif
4) Surface protection, fissure sealant, kegiatan scalling,
penambalan dengan metode ART (Atraumaticc
Restorative Treatment technique), pencabutan, rujukan.
d. Manajemen
1) Supervisi dan bimbingan teknis
a) Kunjungan pembinaan ke SD dan MI, minimal 1x
sebulan
b) Kunjungan supervisi dan pembinaan ke Puskesmas
oleh koordinator kesehatan gigi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau kunjungan supervisi oleh
penanggung jawab program kesehatan gigi dan
mulut Dinas Kesehatan Propinsi ke
Kabupaten/Kota minimal 1x dalam 1 triwulan, dan
supervisi dari penanggung jawab program
kesehatan gigi dan mulut pusat ke daerah minimal
1 x 1 tahun.
2) Pelaporan
3) Penilaian (Evaluasi)
Penilaian (evaluasi) UKGS ini dilaksanakan beberapa
komponen:
a) Komponen kegiatan (Proses) Meliputi penilaian
tentang pelaksanaan lapangan, antara lain frekuensi
pelaksanaan intervensi perilaku, frekuensi
pelaksanaan supervisi dan bimbingan teknis per
minggu (bulan).

17
b) Komponen karya cipta (Output) Meliputi penilaian
volume pelayanan antara lain jumlah murid yang
diberi pelayanan medik gigi, jumlah murid yang
diberi penyuluhan, per minggu (bulan)
c) Komponen hasil antara (Outcome) Meliputi
penilaian tentang perubahan sikap dan perilaku
antara lain jumlah murid yang melakukan sikat gigi
dengan benar, jumlah murid memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai
kebutuhan.
d) Komponen dampak (Impact) Meliputi penilaian
survei perubahan dalam status kesehatan gigi dan
mulut murid.
➢ Kebersihan gigi dan mulut murid (OHIS)
➢ Pengalaman karies gigi (DMF-T)
➢ Kondisi gusi
4) Pembinaan Pembinaan mencakup:
a) Pembinaan untuk mempertahankan dan perbaikan
status kesehatan gigi dan mulut yang telah dicapai,
kegiatan berupa:
➢ Penjaringan (screening) oleh guru dan atau
tenaga kesehatan gigi atau pelaksana UKS
untuk menentukan jumlah murid yang perlu
perawatan.
➢ Kegiatan menggosok gigi di sekolah dilakukan
secara teratur di bawah koordinasi guru.
➢ Kegiatan perawatan kesehatan gigi dan mulut
bagi murid yang memerlukan.
b) Pembinaan peran serta melalui forum komunikasi
tatap muka, latihan ketrampilan guru dan
sebagainya.

18
3. Mahasiswa mampu menjelaskan ART (pengertian, indikasi dan
kontraindikasi, instrumentasi, dan penatalaksanaan).
a. Definisi
Atraumatic Restorative Treatment (ART), juga dikenal sebagai
Alternative restorative treatment, didefinisikan sebagai prosedur
perawatan karies gigi yang melibatkan pengangkatan jaringan lunak
gigi demineralisasi atau pembuangan jaringan gigi yang terkena karies
dengan menggunakan instrumen tangan saja, diikuti dengan restorasi
gigi dengan bahan restorasi adhesive, yaitu GIC. Teknik restorasi ini
tidak menimbulkan trauma maupun rasa sakit, sehingga menjadi
keunggulan tersendiri.5,7,9
Karena ART tidak menyakitkan, oleh karena itu, teknik ini tidak
memerlukan anestesi. Selain itu, ART tidak menggunakan peralatan
yang digerakkan oleh listrik yang mahal melainkan hanya dengan
instrument tangan dan dapat disediakan dengan biaya rendah. 9
Konsep ART adalah meminimalkan invasi dan mengurangi trauma
pada gigi. Dapat dikatakan tidak menimbulkan trauma, baik secara
fisik yang biasanya oleh getaran bur, maupun trauma secara psikis
yang biasanya oleh rasa takut melihat peralatan yang tersedia dan
bunyi bur. Sehingga dengan demikian ART dapat mengurangi rasa
takut pada anak.1
b. Prinsip ART9
• Pengangkatan jaringan gigi karies hanya dengan menggunakan
instrumen tangan.
• Memulihkan kavitas dengan bahan restoratif yang melekat pada
gigi.
c. Kelebihan Teknik Restorasi ART dengan Instrumen Tangan9
1) Membuat perawatan restoratif dapat diakses oleh semua kelompok
populasi.
2) Penggunaan pendekatan biologis, yang membutuhkan preparasi
kavitas minimal yang mempertahankan jaringan gigi yang sehat
dan menyebabkan lebih sedikit trauma pada gigi.
3) Biaya instrumen tangan yang lebih rendah dibandingkan dengan
peralatan gigi yang digerakkan secara listrik.

19
4) Karena tidak menyakitkan maka mengurangi kebutuhan anestesi
lokal seminimal mungkin dan mengurangi trauma psikologis pada
pasien.
5) Pengendalian infeksi yang sederhana. Instrumen tangan dapat
dengan mudah dibersihkan dan disterilkan setelah setiap pasien
selesai dilakukan pengerjaan.
d. Indikasi dan Kontraindikasi ART
- Indikasi6
Pada umumnya, ART dilakukan hanya pada kavitas yang hanya
sampai melibatkan dentin dan pada kavitas yang dapat diakses
dengan instrumen tangan.
- Kontraindikasi9
1) Adanya pembengkakan (abses) atau fistula di dekat gigi yang
karies.
2) Pulpa gigi terbuka.
3) Gigi sudah lama terasa sakit dan mungkin ada inflamasi kronis
pada pulpa.
4) Ada kavitar karies yang jelas, tetapi tidak dapat diakses oleh
instrumen tangan.
5) Adanya tanda kavitas yang jelas, misalnya pada permukaan
proksimal, tetapi kavitas tersebut tidak dapat dimasuki dari
arah proksimal atau oklusal.
e. Bahan Restoratif yang Digunakan
Sesuai dengan pedoman WHO, pelaksanaan restorasi dengan
teknik ART menggunakan adhesive dental materials yaitu semen
ionomer kaca (GIC). 1
GIC merupakan bahan tumpat yang mengandung fluor dan dapat
melepaskan ion fluor. GIC juga bersifat biokompatibilitas terhadap
jaringan gigi, dan berikatan dengan dentin dan email secara kimiawi
melalui mekanisme pertukaran ion.1
GIC tersedia dalam bentuk powder dan liquid yang harus dicampur
bersama. Karena GIC berikatan dengan gigi secara kimiawi (bukan
mekanis), maka kebutuhan untuk memotong jaringan gigi yang sehat
dengan tujuan preparasi kavitas dapat berkurang. Bahan-bahan ini
terus melepaskan fluoride setelah setting yang memiliki keuntungan

20
tambahan untuk menahan dan mencegah karies di sekitar restorasi.
GIC tidak berbahaya bagi dentin dan jaringan pulpa. Namun,
dibandingkan dengan bahan lain, glassionomer tidak cukup kuat. 6
f. Alat dan Bahan7, 9
- Alat
1) Mouth Mirror
2) Sonde
3) Pinset
4) Ekskavator
5) Dental hatchet
6) Glass Slab
7) Agate Spatula
8) Carver
- Bahan
1) GIC (powder dan liquid)
2) Dentin conditioner
3) Cotton rolls
4) Cotton pellets
5) Vaseline atau Petroleum jelly
6) Celluloid strip
7) Wedge
8) Varnish

Gambar 1: Contoh GIC sebagai bahan restorasi beserta glass slab dan agate
spatula. (Mardelita, Sukendro, & Karmawati, 2018)

21
g. Posisi Pasien dan Operator6
Setelah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka
segera posisikan pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi
yang akan ditambal.
Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri
maupun kanan, maka posisi pasien ditidurkan telentang (supine),
wajah pasien lurus ke depan dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi
pasien ditidurkan dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan
(menghadap operator) dan mulut pasien setinggi siku operator, serta
posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan ditambal adalah gigi posterior di regio
rahang bawah kanan, maka posisi pasien ditidurkan telentang, wajah
pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku
operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9.

Gambar 2: Posisi Operator dan Pasien. Pasien dibaringkan pada permukaan yang datar.
(John, 2017)

22
Gambar 3: Rekomendasi posisi operator, asisten, dan pasien.
(John, 2017)

h. Prosedur ART5,7,9
- Prosedur ART pada Satu Permukaan Kavitas
• Prosedur pengangkatan karies:
1) Isolasi gigi dengan cotton roll
2) Hapus plak dari permukaan gigi dengan pelet kapas basah.
3) Keringkan permukaan gigi dengan cotton wool pellet
kering.
4) Jika perlu, buat tempat masuk/entrance dari kavitas menjadi
lebih lebar dengan dental hatchet. Tahapan ini hanya
dibutuhkan jika jalan masuk kavitas terlalu kecil.
5) Berikan perlindungan pulpa jika perlu: Langkah ini hanya
digunakan untuk kavitas yang sangat dalam dan dicapai
dengan menerapkan pasta kalsium hidroksida setting ke
bagian yang lebih dalam dari dasar kavitas.
6) Bersihkan dentin yang karies dengan ekskavator mulai dari
dentino enamel junction.
7) Pastikan email tidak terdapat spot karies.
8) Bersihkan rongga dengan pelet kapas basah lalu keringkan.
9) Buang karies di dekat pulpa dengan hati-hati.
10) Bersihkan kembali kavitas dengan cotton wool pellet basah.

23
11) Periksa hubungan gigi yang akan direstorasi dengan gigi
lawannya dengan meminta pasien untuk menggigit.
12) Selesaikan prosedur dengan mengeringkan rongga dengan
pelet kapas kering.

Gambar 4: Prosedur pengangkatan Jaringan Karies dengan


Excavator (John, 2017)

• Membersihkan kavitas:
Untuk meningkatkan ikatan kimia GIC ke struktur gigi,
dinding rongga harus sangat bersih. Tidak efektif untuk
melakukan ini dengan cotton pellet basah dan oleh karena itu,
pelarut kimia digunakan.
• Tahapan jika menggunakan dentin conditioner
1) Oleskan satu tetes kondisioner pada glass slab/mixing pad.
2) Celupkan pelet kapas ke dalam kondisioner.
3) Bersihkan kavitas dan fissure yang berdekatan dengan
kondisioner selama 10 hingga 15 detik.
4) Segera cuci kavitas dan fisura minimal dua kali dengan
cotton wool pellet yang dicelupkan ke dalam air bersih.
5) Keringkan rongga dengan cotton pellet kering.
6) Ulangi prosedur 3 sampai 5 kali jika rongga yang
dikondisikan terkontaminasi dengan saliva dan/atau darah.
• Prosedur Filling/Restorasi
1) Periksa apakah semua instrumen dan bahan tersedia dan
siap digunakan.
2) Pastikan gigi tetap kering selama fase restorasi.
3) Aduk bahan restoratif sesuai deskripsi sebelumnya (20-30
detik).

24
4) Masukkan mixture dalam jumlah kecil ke dalam kavitas
dan ke dalam fissure yang berdekatan, menggunakan bilah
tumpul dari applier/carver. Gunakan permukaan bundar
ekskavator sedang untuk mendorong mixture ke bagian
kavitas yang lebih dalam dan di bawah bagian yang
menjorok.
5) Oleskan sedikit petroleum jelly pada jari telunjuk yang
bersarung tangan.
6) Letakkan jari telunjuk pada bahan restorasi, tekan dan
lepaskan jari ke samping setelah beberapa detik. Teknik ini
dinamakan Press finger technique.
7) Buang kelebihan ionomer kaca yang terlihat dengan
ekskavator sedang atau besar.
8) Tunggu 1 sampai 2 menit sampai bahan terasa keras, sambil
menjaga gigi tetap kering.
9) Periksa gigitan menggunakan articulating paper dan
sesuaikan ketinggian restorasi dengan applier/carver jika
diperlukan.
10) Tempatkan selembar articulating paper biru/merah pada
gigi yang direstorasi. Minta pasien untuk menutup mulut
dan menggigit dari sisi ke sisi. Pastikan pasien tidak
menggigit cotton roll. Jika restorasi ART terlalu tinggi,
muncul spot berwarna biru/merah. Ketinggian restorasi
kemudian dapat disesuaikan dengan mengikis beberapa
bahan restorasi berwarna tadi dengan carver.
11) Oleskan lapisan baru petroleum jelly.
12) Lepaskan cotton roll
13) Minta pasien untuk tidak makan setidaknya selama satu
jam.

25
Gambar 5: Press Finger Technique (John, 2017)

- Prosedur Restorasi untuk Kavitas pada lebih dari 1 Permukaan


Pada dasarnya, ada dua jenis gigi berlubang dengan banyak
permukaan, yaitu pada gigi depan dan pada gigi premolar/molar.
Kavitas di gigi depan biasanya tidak terlalu besar, tetapi kavitas
multi-permukaan pada premolar/molar bervariasi dan bisa besar.
1) Gigi Anterior
• Keringkan kavitas dengan cotton roll.
• Bersihkan kavitas dan pastikan outline nya halus dan
bebas dari karies. Tempatkan Plastic strips di antara
gigi dan gunakan ini untuk membuat kontur gigi yang
benar dari permukaan proksimal.
• Masukkan softwood wedge di antara gigi tepat di
intedental untuk menjaga strip plastik tetap pada
posisinya.
• Lakukan conditioning kavitas seperti yang dijelaskan
untuk rongga satu permukaan.
• Campur GIC seperti yang dijelaskan sebelumnya dan
masukkan ke dalam rongga sampai sedikit terisi.
• Pegang strip dengan erat dengan jari telunjuk pada sisi
palatal gigi. Bungkus strip dengan kuat ke sisi bukal
untuk mengadaptasi bahan restoratif dengan baik ke
dalam rongga. Pegang strip dengan ibu jari di sisi bukal
selama 1 hingga 2 menit sampai bahan mengeras.
• Lepaskan strip dan wedge, dan tutup restorasi dengan
petroleum jelly.

26
• Kurangi sisa bahan dengan carver, periksa gigitan
dengan kertas artikulasi dan oleskan lapisan lain dari
petroleum jelly.
• Lepaskan cotton roll
• Minta pasien untuk tidak makan selama satu jam.
2) Gigi Posterior
• Keringkan kavitas dengan cotton roll.
• Lakukan conditioning kavitas dan fissure yang
berdekatan seperti yang dijelaskan untuk rongga satu
permukaan.
• Isi kavitas sepenuhnya dengan ionomer kaca. Masukkan
bahan ke sudut dan di bawah enamel yang tidak
didukung terlebih dahulu. Pastikan bahwa ada cukup
bahan restorasi untuk mengisi seluruh rongga dan
fissure yang berdekatan. Jika bahan yang dicampur
tidak cukup untuk mengisi rongga, campur bahan baru
dan masukkan bahan pengisi kedua di atas bahan
pertama (hindari kontaminasi dengan air liur atau
darah).
• Pegang strip plastik seperti yang dijelaskan untuk gigi
berlubang pada gigi anterior.
• Coba letakkan jari telunjuk yang dilapisi petroleum
jelly dan bersarung tangan di atas restorasi dan tekan
sedikit selama beberapa detik. Lepaskan jari ke
samping.
• Buang ionomer kaca berlebih dengan ekskavator sedang
atau besar. Biarkan restorasi mengeras selama 1 hingga
2 menit, lalu lepaskan baji dan kupas.
• Periksa gigitan dengan kertas artikulasi.
• Jika perlu, singkirkan bahan restorasi berlebih dengan
carver.
• Periksa bahwa cusp dari gigi yang berlawanan tidak
merusak restorasi.
• Lebih baik tidak memiliki kontak oklusi daripada
kontak yang terlalu tinggi.

27
• Pangkas margin proksimal dengan pengukir dan
oleskan petroleum jelly baru.
• Periksa kembali ketinggian restorasi dengan
articulating paper dan oleskan petroleum jelly jika
perlu dan lepaskan cotton roll.
• Anjurkan pasien untuk tidak makan setidaknya selama
satu jam.
i. Pemberian Instruksi Setelah Penambalan Gigi6
Setelah selesai penambalan, maka langkah selanjutnya adalah
memberikan instruksi setelah penambalan sebagai berikut:
1) Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu
jam agar tambalannya mengeras dengan sempurna
2) Setelah satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah
menggunakan sisi rahang yang tidak ditambal
3) Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah
menggunakan kedua sisi rahang agar peredaran darah lancar,
gigi terbersihkan secara alami, karena pengunyahan, dan gigi
geligi menjadi lebih sehat.
j. Kebersihan dan Pengendalian Cross Infection9
- Kenakan selalu handscoon.
- Pembersihan dan desinfeksi tempat kerja dan sterilisasi instrumen
sangat penting untuk mencegah penularan infeksi dari operator ke
pasien dan sebaliknya atau antar pasien melalui operator.
- Pembersihan dan desinfeksi permukaan di tempat kerja dapat
dilakukan dengan menggunakan kasa kapas yang diresapi dengan
methyl spirit (alkohol).
- Di klinik, instrumen dapat disterilkan dalam autoklaf atau panci
presto. Jika tidak ada di klinik, panci bertekanan atau panci dengan
penutup untuk merebus instrumen dapat digunakan. Untuk
menghindari risiko infeksi penyakit seperti human
immunodeficiency virus (HIV) dan virus hepatitis B (HBV), semua
instrumen harus disterilkan sebelum digunakan untuk setiap pasien.

28
4. Mahasiswa mampu menjelaskan CPP-ACP (pengertian, indikasi dan
kontraindikasi, instrumentasi dan penatalaksanaan).
A. Pengertian
Karies gigi merupakan hasil interaksi dari bakteri dipermukaan
gigi, plak atau biofilm dan diet (khususnya komponen karbohidrat
yang dapat difermentasikan oleh plak menjadi asam, terutama asam
laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi
dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya. Demineralisasi
awal dengan tanda bercak putih pada email gigi dinamakan
whitespot. Whitespot atau yang dikenal dengan lesi karies dini pada
email adalah bercak putih buram pada permukaan email yang
disebabkan oleh proses demineralisasi email. Whitespot dapat
mengalami perbaikan dengan pemberian mineral kalsium dan fospat
yang difusi kedalam email dan lingkungan sekitarnya, sehingga
dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan proses
remineralisasi. Salah satu cara memperbaiki whitespot adalah dengan
aplikasi topikal yang mengadung kalsium dan fospat tinggi.
White spot dijumpai di daerah leher gigi yang disebabkan sisa
makanan yang menempel pada daerah labial atau bukal cukup lama,
memungkinkan asam terbentuk dan menyebabkan demineralisasi.
Program yang diluncurkan untuk mengatasi White spot adalah terapi
remineralisai dengan menggunakan beberapa teknik seperti:
menyikat gigi dengan baik dan benar, pengolesan
topikal flouride dan Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium
Phosphate (CPP-ACP).3
Terapi remineralisasi adalah suatu tindakan dengan memberikan
sediaan calcium-phosphate khusus agar terjadi proses kembalinya
calcium dan phosphate ke dalam email gigi yang mengalami
demineralisasi, yaitu hilangnya mineral gigi dalam proses karies
pada gigi. Dengan terapi remineralisasi proseskaries dapat
dihentikan bahkan dikembalikan sepertisemula.11
Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-
ACP) merupakan salah satu bahan dalam bidang kedokteran gigi
yang mengandung kasein berupa fosfoprotein kasein (CPP), kalsium
dan fosfat yang tinggi sehingga mampu menghambat demineralisasi.

29
CPP-ACP dapat melokalisasi ion kalsium dan fosfat pada permukaan
gigi untuk membantu mempertahankan keadaan netral pada enamel
gigi sehingga proses buffer oleh saliva terjaga dan terjadilah proses
remineralisasi.
Aplikasi topikal CPP-ACP menimbulkan reaksi kimia, yaitu
CPP-ACP bereaksi dengan glikoprotein saliva yang melapisi
permukaan gigi (dikenal dengan partikel saliva). Kalsium dan fosfat
dalam bentuk amorphous (ACP) yang tidak terikat kuat pada partikel
saliva akan larut ke lingkungan sekitar gigi (saliva dan plak). CPP-
ACP juga beraksi secara kimia dengan kristal hidroksiapatil email
dan dentin, mengikat gugus hidroksil dan membetuk kalsium posfat
hidroksiapatit yang tahan terhadap demineralisasi asam.
B. Indikasi13 :
a. Memperbaiki keseimbangan mineral pada pasien-pasien yang
mengalami defisiensi saliva seperti xerostomia atau ketika
tindakan membersihkan gigi sulit dilakukan.
b. Memperbaiki keseimbangan setelah tindakan perawatan seperti
scaling, rootplaning dan kuretase, juga mengurangi akibat
apapun dari hipersensitif dentin.
c. Riset membuktikan Recaldent (CPP-ACP) juga dapat mengubah
warnagigi karena whitespot ke arah gigi yang terlihat translusen
alami.
d. Dapat digunakan untuk gigi permanen, aman untuk
diaplikasikan pada bayi terutama anak-anak di bawah usia dua
tahun dengan lesi karies awal.
e. Digunakan untuk pasien dengan kebutuhan khusus seperti yang
dengangangguan intelektual, gangguan perkembangan dan fisik,
cerebral palsy, down syndrome dan pasien dengan masalah
medis seperti terapi radiasi.
C. Kontra indikasi2:
Pada anak atau pasien yang terdapat riwayat alergi pada jenis
makananyang mengandung susu.
D. Penatalaksanaan11
− Persiapan:
• Sortir anak yang mempunyai risiko karies tinggi.

30
• Beri penjelasan manfaat dan cara penggunaan CPP-ACP.
• Siapkan krem CPP-ACP.
− Pelaksanaan:
• Latih anak/orang tua anak untuk mengoleskan krem CPP-
ACPpada permukaan gigi yang rawan atau pada whitespot.
• Oles krem pada gigi yang rawan dengan jari/sikat gigi,
dangunakan lidah untuk membagi keseluruh permukaan
gigi
• Sisanya boleh diludahkan, tetapi jangan berkumur-
kumursedikitnya selama 30 menit agar terjadi transfer
Calcium-Phosphate.
• Gunakan pagi hari setelah sikat gigi dan atau malam
harisetelah sikat gigi sesuai keparahnya.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan peran dan fungsi UKGS di masa


pandemi covid-19.
Pandemi Covid-19 memaksa diberlakukannya kebijakan social
distancing atau di Indonesia lebih dikenal sebagai physical distancing
(menjaga jarak fisik) untuk meminimalisir transmisi Covid-19 di
masyarakat. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
merespons dengan kebijakan belajar dari rumah, melalui pembelajaran
daring. 12
Pembelajaran daring yang saat ini diberlakukan, berpengaruh pada
kegiatan UKGS yang sudah rutin dilaksanakan, sehingga menjadi tidak
optimal. Kegiatan UKGS selama pandemi dilaksanakan dengan skrining
kesehatan gigi dan mulut dengan formulir yang dibagikan oleh petugas
puskesmas kepada orang tua Siswa melalui link google form, sedangkan
kegiatan promotif dan preventif yang mestinya diutamakan pada masa
pandemi Covid-19, sementara ini vakum. 12
Pelaksanaan UKGS yang tidak optimal ini, dikarenakan belum
adanya persiapan pedoman pelaksanaan UKGS yang mengikuti
perubahan pelaksanaan pembelajaran secara daring. Hal ini perlu
mendapat perhatian, mengingat suasana pembelajaran daring dari rumah
yang tidak formal seperti pembelajaran tatap muka di sekolah ,
memungkinkan anak ngemil (mengonsumsi makanan ringan) selama

31
proses pembelajaran, sehingga risiko karies meningkat bila kondisi
tersebut tidak diimbangi dengan pemeliharaan kesehatan rongga mulut
yang benar. 12
Pemimpin di sektor terkait harus berupaya untuk mengoptimalkan
pelaksanaan UKGS secara daring, mengikuti pelaksanaan pembelajaran
daring selama pandemi Covid-19 guna mencegah terjadinya penyakit
rongga mulut anak sekolah. 12
Meskipun pelaksanaan UKGS secara daring hanya merupakan
perubahan metode dari pelaksanaan UKGS secara tatap muka langsung,
namun memerlukan pemikiran yang sistematis dalam hal perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatannya. Karena bisa
merupakan inovasi program masing-masing Kabupaten/Kota. Berikut ini
merupakan ilustrasi program UKGS daring mulai dari perencanaan
hingga evaluasi :
1. Perencanaan12
Pihak-pihak terkait, dilibatkan dalam perencanaan program,
antara lain programer pelayanan kesehatan dasar Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten, penanggung jawab kesehatan gigi dan mulut
Puskesmas, serta penanggung jawab kurikulum dan penilaian
sekolah dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten. Hal
yang direncanakan disini adalah pembuatan panduan UKGS daring,
dimana isinya antara lain :
1) Tahapan skrining kesehatan melalui google form dan alur
rujukan bila ada kasus darurat (untuk perencanaan tindakan
kuratif)
2) Materi edukasi pencegahan penyakit rongga mulut berupa video
serta gambar dan tulisan (dalam slide power point) yang
dikemas dalam link google drive. Isi materi tersebut mencakup,
pentingnya menjaga kesehatan mulut dan gigi, cara menggosok
gigi yang baik dan benar, pentingnya menjaga pola makan, serta
kumur dengan larutan anti septik.
3) Tahapan praktek sikat gigi bersama secara daring (preventif)
Tahapan ini berupa instruksi sikat gigi yang baik dan benar.
Untuk Siswa, instruksi sikat gigi yang benar ini berupa checklist
yang dimuat dalam ‘buku sikat gigi’.

32
2. Pelaksanaan12
a. Pelatihan untuk petugas secara daring dengan narasumber
programer Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten.
Tujuan pelatihan ini adalah untuk :
1) Menyamakan persepsi mengenai panduan UKGS daring.
2) Refreshing materi edukasi pencegahan penyakit rongga
mulut.
b. Kegiatan UKGS daring dilaksanakan setiap sebulan sekali,
dimasukkan pada jadwal pelajaran Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan dengan media daring yang sudah digunakan untuk
pembelajaran sekolah. Follow-up kegiatan UKGS secara daring
dapat dilakukan melalui ‘buku sikat gigi’, yang akan diisi setiap
hari oleh anak sehabis menyikat giginya dan akan dipantau oleh
orang tua siswa serta guru kelas masing-masing siswa. Target
yang ingin dicapai adalah anak akan menyikat gigi minimal dua
kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
3. Monitoring12
Kegiatan monitoring dilaksanakan oleh programer Pelayanan
Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan cara
hadir di media daring pada saat pelaksanaan UKGS atau
menghimpun foto serta rekaman kegiatan yang dikirim oleh petugas
pelaksana secara online pada saat kegiatan berlangsung.
4. Evaluasi12
Evaluasi kegiatan dilaksanakan setiap bulan di minggu pertama
bulan berikutnya setelah pelaksanaan kegiatan UKGS, melalui
pertemuan secara daring antara programer (Dinas Kesehatan) dan
pelaksana (Puskesmas dan Sekolah). Pelaksana akan melaporkan
hasil kegiatan sebelumnya dan akan dievaluasi bersama apakah
sudah sesuai dengan tujuan kegiatan atau masih menyimpang. Bila
ada penyimpangan, dicari apa saja kendala yang ditemui dan
bagaimana solusinya. Hasil evaluasi kemudian akan digunakan
untuk perbaikan pada kegiatan berikutnya.

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan upaya untuk
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah
binaan, yang memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Program UKGS ini terbagi dalam 3 paket, yang didasarkan pada terjangkau
atau tidaknya tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Semakin terjangkau, maka
semakin banyak pula kegiatan yang dilakukan dalam program UKGS tersebut.
Pelaksanaan UKGS ini dimulai dari dari tahap persiapan kegiatan hingga ke
pelaksanaan lapangan. Salah satu kegiatan yang dilakukan pada UKGS adalah
ART dan CPP-ACP.
Atraumatic Restorative Treatment (ART) merupakan prosedur perawatan
pada kasus karies gigi yang melibatkan pembuangan jaringan gigi yang
terkena karies dengan menggunakan hand instrument saja, diikuti dengan
restorasi gigi dengan bahan restorasi adhesive yaitu GIC. ART ini umumnya
diindikasikan pada kavitas yang hanya sampai melibatkan dentin dan dapat
diakses dengan hand instrument. Sedangkan pada kasus yang hanya
ditemukan white spot, maka tindakan yang dilakukan adalah terapi
remineralisasi, salah satunya dengan Casein Phosphopeptide-Amorphous
Calcium Phosphate(CPP-ACP). CPP-ACP dapatmelokalisasi ion
kalsiumdanfosfatpadapermukaangigiuntukmembantumempertahankankeadaan
netralpada enamel gigisehingga proses bufferoleh saliva terjagadanterjadilah
proses remineralisasi.
Adanya pandemi covid-19 pada saat ini sangat mempengaruhi program
UKGS, sehingga dalam pelaksanannya hanya dilakukan dengan skrining
kesehatan gigi dan mulut dengan formulir yang dibagikan oleh petugas
puskesmas kepada orang tua siswa melalui link google form. Sedangkan untuk
kegiatan promotif dan preventif yang semestinya, sementara ini vakum.
Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan UKGS meskipun
dilakukan secara daring tetap memberikan kontribusi yang besar untuk
mencegah terjadinya penyakit rongga mulut anak sekolah.

34
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi terciptanya kesempurnaan dari isi laporan
hasil Diskuksi Kelompok Kecil (DKK) ini.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Agtini, M. D. (2010). EFEKTIVITAS PENCEGAHAN KARIES


DENGAN ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT DAN
TUMPATAN GLASS IONOMER CEMENT DALAM
PENGENDALIAN KARIES DI BEBERAPA NEGARA. Media Litbang
Kesehatan, XX(1), 1-8.
2. Bernie KM. 2014. Remineralization strategies: advancements in fluoride,
calcium and phosphate technologies
3. Cochrane, N. J. et al. (2010) ‘Critical review in oral biology & medicine:
New approaches to enhanced remineralization of tooth enamel’, Journal of
Dental Research, 89(11)
4. Gerung, A. Y., dkk. (2021). Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Mulut
Siswa SD Dengan dan Tanpa Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).
Jurnal e-Gigi, 9(2), 124-128.
5. John, J. (2017). Textbook of Preventive and Community Dentistry: Public
Health Dentistry 3rd Edition. New Delhi: CBS.
6. Mardelita, S., Sukendro, S.J., & Karmawati, I.A. (2018). Pelayanan
Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu. Jakarta: Kemenkes RI.
7. Marlindayanti, Ningrum, N., & Manurung, N. K. (2018). Pelayanan
Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI.
8. Marwah, N. (2014). Textbook of Pediatric Dentistry 3rd Ed. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers.
9. Marya, C. (2011). A Textbook of Public Health Dentistry. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers.
10. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta. 2012.
11. Rachmawati, D., dkk. (2019). Efek Remineralisasi Casein
Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) Terhadap
Enamel Gigi Sulung. E-Prodenta Journal of Dentistry, 3(2), 257-262.
12. Saptiwi, B. (2020, Januari 15). Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Di
Masa Pandemi Covid-19. Retrieved from pasca.UNS.ac.id:
https://pasca.uns.ac.id/s3ikm/2021/01/15/usaha-kesehatan-gigi-sekolah-
ukgs-di-masa-pandemi-covid-19-karya-mahasiswa-s3-ikm-di-koran-jawa-
pos/

36
13. Sunil S, Panchmal GS, Shenoy RP, Jodalli P, Sonde L. Caries prevention
through casein phosphopeptide–amorphous calcium phosphate (CPP–
ACP). International Journal of Oral Health and Medical Research 2015;
2(4): 70-3.

37

Anda mungkin juga menyukai