Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 14 DENTAL CARIES II


SKENARIO 1

KELOMPOK 2

Aprilla Fiqhan Rofiqoh 201007011004

Ellsa Aprilia Pratiwi 2010070110013

Ayu Andira Sitorus 2010070110025

Angela Toberianida Oceania Berhana 2010070110039

Yuni Pratiwi 2010070110046

Fitri Annisa Maulida 2010070110054

Siti Khofifah Kunadi 2010070110074

Tiara Nuggrahmi 2010070110078

Mia Nur Aziza 2010070110088

Jihan Al Munawarah 2010070110090

Berliana Nilam Indra 2010070110096

Muhammad Harits Nasri 2010070110097

Dosen Fasilitator:

Drg. Darmawangsah, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya se
hingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Mr. Come Late" tepat pada
waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak, terutama drg.


Darmawangsah, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah berkontribusi dengan memberik
an sumbangan pikiran baik materi, sehingga kami dapat menyusun laporan tutorial ini dengan
baik. Oleh karena itu, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak atas waktu, tenaga d
an pikirannya yang telah diberikan.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan tutorial ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan sar
an yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Padang, 8 April2022

 Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1......................................................................................Latar Belakang 1
1.2.................................................................................Rumusan Masalah 2
1.3...........................................................................Tujuan Pembelajaran 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Rumusan Masalah............................................................................3


2.2 Curah Pendapat................................................................................4
2.3 Analisis Masalah...............................................................................4
2.4 Tujuan Pembelajaran.......................................................................7
2.5 Belajar Mandiri.................................................................................7
2.6 Melaporkan Hasil Belajar Mandiri.................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

 
1.1 Latar Belakang
Pulpa adalah organ formatif gigi dan membangun dentin primer selama perkembangan gi
gi, dentin sekunder setelah erupsi, dan dentin reparatif sebagairespon terhadap stimulasi selar
na odontoblas tetap utuh. Pulpa bereaksi terhadapstimuli panas dan dingin yang hanya dirasa
kan sebagai rasa sakit. Pulpa sebuah gigi, biasanya tahan terhadap panas yang dikenakan lang
sung pada permukaannya yang utuh, begitu pulaterhadap panas makanan dan minuman yang
temperaturnya berkisar di atas dan di bawah temperatur tersebut. Preparasi kavitas juga meng
hasilkan perubahan tem- peratur, dengan kenaikan temperatur 20 °C pada waktu preparasi ka
vitas kering 1 mmdari pulpa dan kenaikan 30 °C 0,5 mm dari pulpa. Suatu model teoretik me
nunjukkan bahwa reaksi sensori terhadap stimulasi termal dicatat sebelum terjadi suatu perub
ahan temperatur pada pertemuan pulpa-dentin, di mana berlokasi ujung saraf.Sensasi rasa sak
it, suatu tanda peringatan bahwa pulpa dalam bahaya, adalah suatureaksi protektif, seperti di t
empat lain di badan.
Kerusakan pada pulpa dapat terjadi salah satunya oleh adanya karies. Karies merupakan
penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dansementum, yang disebabkan oleh
aktivitas suatu jasad renik dalam suatukarbohidrat yang dapat diragikan. Proses terjadinya
karies gigi merupakanfenomena multifactor, yaitu factor host, mikroflora mulut, substrat, dan
waktu.Hal ini lah yang menyebabkan gigi seseorang mengalami karies. Kariesdapat
diklasifikasikan menjadi karies superficial, karies media, dan kariespropunda. Apabila
seseorang mengalami karies media atau sudah mengalamikaries propunda, besar
kemungkinan karies ini bias berkembang menjadi pulpitisreversible ataupun ireversibel.
Pulpitis irreversibel ditandai dengan rasa ngilu yang ditimbulkan tidak dapat dihilangkan
walaupunstimulus sudah dihilangkan, dan rasa ngilu yang ditimbulkan juga spontan.Untuk
mengetahui kevitalan sebuah gigi dapat kita lakukan beberapamacam tes vitalitas yang
berguna untuk mengetahui apakah gigi tersebut masihvital ataupun tidak

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa hubungan gigi 46 dengan sakit semua gigi geligi?
2. Apa yg menyebabkan terjadinya penyakit pada skenario?
3. Apa yang dimaksud dengan tes vitalitas (+) ?

1
4. Apa diagnosis gigi tersebut?
5. Apakah faktor predisposisi yang dapat menyertai timbulnya sakit tiba-tiba pada gigi geligi
aldo?
6. Apakah karies yang sudah mencapai pulpa pada gigi 46 terjadi seketika saja atau sudah lama
terjadi tetapi Aldo hanya membiarkan nya saja karna belum terasa sakit saat itu ?
7. Apa perawatan yg tepat untuk kasus di skenario?
8. Bagaimana prosedur pemeriksaan klinis dan macam-macamnya terkait skenario?
9. Apa pencegahan yang tepat untuk kasus di skenario?
10. Apa yg terjadi jika karies sudah mencapai pulpa?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang diagnosis dari skenario
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi terkait skenario
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang gejala terkait skenario
4. Mahasiswa mapu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang terkait skenario
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencegahan terkait skenario
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan terkait skenario
7. Mahasiswa mampu mengetahui tentang hubungan ayat al-qur’an dan hadist terkait
skenario.

2
BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO I

“Mr. Come Late”

Aldo seorang mahasiswa kedokteran gigi dengan julukan “Mr. Come Late”. Hampir tiap hari
kalau kuliah pagi selalu datang terlambat, banyak sudah alasan yang dikemukannya mulai dar
i demam pilek hingga demam PUBG. Pagi ini lagi-lagi Aldo terlambat pergi kuliah, semalam
tidak bisa tidur karena sakit gigi yang sebelumnya tidak pernah sakit. Selesai kuliah har ini Al
do ke RSGM untuk memeriksakan giginya yang sakit. Dia mengeluhkan semua gigi geliginy
a terasa sakit. Dokter gigi melakukan pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnose. Terlih
at karies yang sudah mencapai pulpa pada gigi 46, tes vitalitas gigi (+). Dokter gigi menerang
kan diagnosa dan perawatan gigi 46 tersebut.

Diskusikan dengan seven jump !

2.1 Rumusan Masalah

1. Apa hubungan gigi 46 dengan sakit semua gigi geligi?


2. Apa yg menyebabkan terjadinya penyakit pada skenario?
3. Apa yang dimaksud dengan tes vitalitas (+) ?
4. Apa diagnosis gigi tersebut?
5. Apakah faktor predisposisi yang dapat menyertai timbulnya sakit tiba-tiba pada gigi geligi
aldo?
6. Apakah karies yang sudah mencapai pulpa pada gigi 46 terjadi seketika saja atau sudah lama
terjadi tetapi Aldo hanya membiarkan nya saja karna belum terasa sakit saat itu ?
7. Apa perawatan yg tepat untuk kasus di skenario?
8. Bagaimana prosedur pemeriksaan klinis dan macam-macamnya terkait skenario?
9. Apa pencegahan yang tepat untuk kasus di skenario?
10. Apa yg terjadi jika karies sudah mencapai pulpa?

2.2 Curah Pendapat


1. Apa hubungan gigi 46 dengan sakit semua gigi geligi?
Karena gigi 46 itu sudah mencapai pulpa, dimana pulpa merupakan jaringan yang sangat
vital dan merupakan tempat masuknya segala persyarafan dan pembuluh darah, sehingga ap

3
abila terjadi infeksi pada bagian pulpa, maka akan memiliki kemungkinan berpengaruh terh
adap jaringan gigi geligi lainnya. Karena ia hanya memiliki 1 jalur untuk masuk ke dalam p
ulpa yaitu melalui foramen apical, sehingga menurut saya apabila sudah terjadi gangguan ya
ng mengenai pulpa maka akan memiliki kemungkinan mengganggu gigi geligi lainnya

2. Apa yg menyebabkan terjadinya penyakit pada skenario?


Pada skenario telah dijelaskan bahwa telah terjadi karies sampai ke pulpa yang
menyebabkan rasa sakit gigi. Hal ini dikarenakan adanya kerusakanan lapisan enamel yang
bisa meluas sampai ke bagian saraf gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri didalam
mulut dan karies gigi,karies yang tidak diobati itu akan mengakibatkan terbukanya pulpa
(saraf gigi) sehingga dapat terpapar oleh bakteri yang kemudian menimbulkan peradangan.
Karies juga disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor mikrooganisme, substrat, hingga
waktu.

3. Apa yang dimaksud dengan tes vitalitas (+) ?


Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu
gigi masih bisa dipertahankan atau tidak serta untuk mengetahui apakah persarafan suatu gi
gi masih hidup atau sudah mati. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu tes
termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris. Dan ketika hasil pemeriksaan itu positif,
maka perlu dilakukan penegakan diagnosis agar mendapatkan penatalaksanaan yang benar
sesuai diagnosis.

4. Apa diagnosis gigi tersebut?


Pulpitis irreversible simptomatik karena gigi nya sudah mengalami karies
hinggapulpa dan memiliki faktor pencetus yaitu adanya karies.

5. Apakah faktor predisposisi yang dapat menyertai timbulnya sakit tiba-tiba pada gigi geligi
aldo?
Faktor predisposisi terkait sakit tiba-tiba pada gigi geligi nya yaitu infeksi bakteri,
Cedera saat operasi gigi dan mulut, Trauma pada gigi, misalnya akibat abrasi gigi atau
bruxism, Sering mengonsumsi makanan manis, dan terlalu panas atau dingin, Kurang
menjaga kebersihan gigi, Tidak mendapat asupan fluoride dalam jumlah cukup. Fluoride
merupakan mineral alami yang berperan mencegah terbentuknya karies gigi, serta dapat

4
juga karen mulut kering. Saliva bisa membantu mencegah kerusakan gigi dengan cara
membersihkan makanan dan plak dari gigi.

6. Apakah karies yang sudah mencapai pulpa pada gigi 46 terjadi seketika saja atau sudah lama
terjadi tetapi Aldo hanya membiarkan nya saja karna belum terasa sakit saat itu ?
Karies itu sudah lama terjadi dan dibiarkan saja oleh aldo, dimana seperti yang dapat
kita ketahui bahwa proses karies itu panjang dimulai dari debris, pembentukan plak dan
berubah menjadi karies yangmana prosesnya itu panjang, sehingga rasa sakitnya itu baru
terasa sekarang.

7. Apa perawatan yg tepat untuk kasus di skenario?


Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus skenario anatar lain, perawatan saluran
akar. Perawatan saluran akarmerupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan
mempertahankan gigi agar tetap berfungsi. Tujuan utama perawatan saluran akar adalah
melarutkan jaringan pulpa dan nekrosis, menghilangkan bakteri dari saluran akar dan
mencegah kontaminasi ulang saluran akar dari bakteri. Juga dapat memberikan obat berupa
antibiotik, analgesik, dan anti inflamasi untuk mengatasi infeksi atau peradangan nya. lalu
Setelah infeksi atau peradangan teratasi maka akan dilakukan tindakan selanjutnya, baik itu
menambal atau mencabut gigi. Selain perawatan saluran akar, pencabutan juga dapat
menjadi alternatif lain jika struktur mahkota pada gigi tersebut sudah tidak mendukung
untuk restorasi. Namun demikian, sangat disarankan untuk segera melakukan pembuatan
gigi tiruan setelah pencabutan, agar tidak menyebabkan migrasi gigi sekitarnya.

8. Bagaimana prosedur pemeriksaan klinis dan macam-macamnya terkait skenario?


Beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada gigi diantaranya yaitu,
a. Perkusi
b. Sondasi : Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara
menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu
kavitas atau tidak.
c. Probing : Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan
menggunakan alat berupa probe.
d. Tes mobilitas : Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus
pengikat di sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada
alveolusnya.

5
e. Tes vitalitas : Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
apakah suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat
pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.

9. Apa pencegahan yang tepat untuk kasus di skenario?


Pencegahan yang dapat dilakukan terkait kasus diskenario antara lain,
1. Sikat gigi 2 kali sehari
Supaya gigi Anda bersih dari plak dan sisa-sisa makanan, Para ahli menganjurkan setiap
orang sikat gigi dua kali sehari, pada pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.
2. Pasta gigi fluoride
pasta gigi yang mengandung fluoride diketahui lebih efektif untuk membantu memperkuat
dan melindungi lapisan terluargigi (enamel).Tak hanya itu. Pasta gigi fluoride juga dapat
membantu memineralisasi kembali daerah gigi yang sudah mulai membusuk.
3. Pilih sikat gigi yang baik
Selain pasta gigi, pastikan Anda juga memilih sikat gigi yang tepat. Pilihlah sikat gigi
yang berbulu lembut dan memiliki bentuk kepala sikat yang pas dengan rongga mulut
Anda.
4. Bersihkan gigi pakai benang (flossing)
Hal lain yang dapat Anda lakukan adalah membersihkan gigi menggunakan benang
(flossing).Membersihkan gigi dengan benang dapat membantu menghilangkan plak dan
bakteri secara lebih efektif. Pasalnya, benang gigi dapat menjangkau sisa-sisa makanan
yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.
5. Kurangi makanan manis
Bakteri di dalam mulut sangat menyukai gula. Oleh sebab itu, mengurangi makanan tinggi
gula merupakan solusi tepat untuk mencegah karies pada gigi.
6. Rutin periksa ke dokter gigi
Dengan rutin periksa kesehatan ke dokter gigi, maka risiko Anda mengalami kerusakan
gigi yang parah pun bisa dihindari.
7. Hindari makan yang terlalu panas atau dingin serta menjaga pola makan sehat dengan
kadar karbohidrat yang cukup

10. Apa yg terjadi jika karies sudah mencapai pulpa?


Seperti yang dibahas pada penetapan permasalahan sebelumnya bahwa pulpa
merupakan jaringan yang sangat vital dan merupakan tempat masuknya segala persyarafan

6
dan pembuluh darah, sehingga apabila terjadi infeksi pada bagian pulpa, maka akan
memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap jaringan gigi geligi lainnya. Karena ia hanya
memiliki 1 jalur untuk masuk ke dalam pulpa yaitu melalui foramen apical.
Apabila sudah mencapai pulpa, maka akan terasa nyeri yang hebat pada gigi pasien,
kemudian dari nyeri ini timbullah rasa tidak nyaman dan rasa malas untuk mengunyah
karena rasa sakit tadi. Selain itu, gigi juga akan terasa sangat nyeri saat mengkonsumsi
makanan dan minuman yang suhunya panas atau dingin. Jika hal ini terjadi pada anak anak,
maka akan mengganggu tumbuh kembang karena asupan nutrisi anak berkurang. Selain itu,
karies yang sudah mengenai pulpa juga memiliki resiko timbulnya sakit di daerah lain
karena ia hampir mengenai saraf yang akan berpengaruh pada organ lain di kepala,
misalnya timbul sakit pada bagian mata, telinga, kepala, dll. Jika dibiarkan, infeksi ini bisa
merusak jaringan dan tulang pada gusi, meningkatkan risiko kerusakan gigi, menyebabkan
kerontokan gigi, dan masuk ke aliran darah serta menyerang organ tubuh lainnya seperti
paru-paru dan jantung.

2.3 Menganalisis Masalah

Infeksi Pulpa

Penegakan Diagnosis

Defenisi Gejala Etiologi Penatalaksanaan Pemeriksaan Klinis

Pencegahan Perawatan

Ayat alquran dan had


its

Kesimpulan
7
2.4 Tujuan pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang diagnosis dari skenario
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi terkait skenario
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang gejala terkait skenario
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang terkait skenario
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencegahan terkait skenario
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan terkait skenario
7. Mahasiswa mampu mengetahui tentang hubungan ayat al-qur’an dan hadist terkait
skenario

2.5 Belajar Mandiri


Dalam step ini kami melakukan belajar mandiri, yaitu dengan mencari berbagailiteratur ya
ng berhubungan dengan tujuan pembelajaran baik dari internet, buku maupun dari pakarnya la
ngsung.

2.6 Hasil Belajar Mandiri


2.6.1Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang diagnosis dari skenario
Diagnosis dari kasus diskenario yaitu Pulpitis ireversibel simtomatik. Pulpitis
irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel. Kerusakan pulpa yang
parah terjadi ketika pembersihan jaringan karies dentin yang luas selama
proseduroperatif, sehingga terganggunya aliran darah pada pulpa akibat trauma, dan
pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi dapat menyebabkan pulpitis irreversibel.
Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi parah yang tidak dapat pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan.
Pulpitis ireversibel simtomatik ini ditandai dengan hipersensitivitas terhadap stimulus
termal termasuk panas atau dingin yang menyebabkan rasa sakit yang bertahan selama
30 detik atau lebih setelah stimulus dihilangkan, memiliki gejala nyeri yang parah,
spontan, persisten, sulit dilokalisir, nyeri alih dan dapat menjalar ke telinga, pelipis, mata
atau leher. Nyeri terkadang dapat timbul oleh karena perubahan postur seperti saat
berbaring atau membungkuk dan analgetik biasanya tidak berefek dalam menghilangkan
nyeri. Pulpitis simptomatik ireversibel menunjukkan nyeri intermiten atau spontan. Gigi
yang cepat terpapar oleh perubahan suhu yang dramatis terutama pada rangsangan dingin

8
akan meningkatkan nyeri yang berkepanjangan bahkan setelah stimulus termal diberikan.
Rasa sakit yang tajam atau kurang tajam dan terlokalisasi.

2.6.2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi terkait skenario
Etilogi nya antara lain :
1. Bakteri
Etiologi pulpitis yang utama adalah akibat infeksi bakteri yang masuk ke pulpa dari lesi
karies. Beberapa dekade yang lalu, peneliti percaya bahwa karies disebabkan oleh infeksi
tunggal bakteri Streptococcus mutans. Namun, beberapa penelitian terbaru memberikan
fakta bahwa karies disebabkan oleh populasi mikrobiota yang lebih kompleks.

2. Fisik, fisik terdiri dari 2 jenis yaitu cedera mekanis dan thermal.
A) Cedera mekanis, cedera mekanis dapat berupa :
I. Trauma:
• Cedera traumatis mungkin disertai atau tidak disertai dengan fraktur mahkota atau
akar.
• Lebih banyak pada anak-anak daripada orang dewasa.
• Kebiasaan seperti
o Membuka bobby pin dengan gigi,
o Bruxisme kompulsif,
o Menggigit kuku dll.
• Selain itu, prosedur gigi tertentu terkadang melukai pulpa:
o Pembukaan pulpa selama penggalian struktur gigi yang karies.
o Penggunaan pin untuk retensi mekanis amalgam atau restorasi lainnya.
o Pengecoran isian kertas emas tanpa dasar semen yang memadai.
o Pemisahan gigi secara cepat dengan menggunakan pemisah mekanis.
o Pergerakan gigi yang terlalu cepat selama perawatan ortodontik.

II. Sindrom gigi retak/Cracked Tooth


1. Fraktur inkomplit pada korpus gigi dapat menyebabkan nyeri yang tampaknya berasal
dari idiopatik. Ini disebut sebagai "sindrom gigi retak".
2. Pasien biasanya mengeluh nyeri, mulai dari yang ringan sampai yang menyiksa, pada
saat pelepasan gigitan tekanan.

9
3. Metode diagnostik yang paling dapat diandalkan adalah mencoba mereproduksi rasa
sakit (nyeri terjadi karena patah) segmen dapat terpisah).
4. Diagnosis gigi retak dapat dilakukan dengan:
• Pewarna atau transiluminasi gigi yang retak.
• Menggunakan slot gigi.
5. Restorasi mahkota melumpuhkan fragmen. (Jika fraktur hanya melibatkan email &
dentin).

III. Barodontalgia/perubahan tekanan udara


1. Barodontalgia, juga dikenal sebagai aerodontalgia menunjukkan sakit gigi yang terjadi
pada tekanan atmosfer rendah di dataran tinggi.
2. Gigi dengan pulpitis kronis dapat tanpa gejala di permukaan tanah, tetapi dapat
menyebabkan rasa sakit di ketinggian.
3. Barodontalgia umumnya diamati pada ketinggian antara 5000-10000 kaki.
4. Melapisi kavitas dengan pernis atau dasar semen seng-fosfat, dengan sub-dasar seng
oksida-eugenol semen di rongga yang dalam, membantu mencegah barodontalgia.
5. Rauch mengklasifikasikan barodontalgia menurut keluhan utama:
• Kelas I : Pulpitis akut – Nyeri tajam – Ascent
• ii. Kelas II : Pulpitis kronis – Nyeri berdenyut tumpul – Ascent
• iii. Kelas III : Nekrosis – Nyeri berdenyut tumpul – Turun, Asimtomatik – Naik
• iv. Kelas IV : Abses periapikal – Nyeri saat naik dan turun

VI. Pakaian patologis/pathologic wear


Pulpa juga dapat menjadi terbuka atau hampir terbuka oleh kerusakan patologis gigi dari
abrasi atau atrisi jika dentin sekunder tidak terdeposisi cukup cepat.

B) Termal:
I. Panas/dingin (Sensitivitas)
1. Panas dari preparasi kavitas.
2. Panas gesekan yang disebabkan oleh pemolesan restorasi.
3. Panas eksotermis dari setting semen.
4. Konduksi langsung panas dan dingin melalui tambalan dalam tanpa alas pelindung.
II. Bahan kimia:

10
1. Arsenik dalam restorasi silikat dan pasta desensitisasi adalah penyebab kematian pulpa
yang paling sering.
2. Faktor kunci yang akan menentukan reaksi pulpa terhadap bahan restorasi adalah:
• Keasaman (pH bahan).
• Penyerapan air selama reaksi pengerasan.
• Adaptasi marginal bahan yang buruk. (Hennessy B. 2021)

2.6.3 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang gejala terkait skenario

Sebelum membuat diagnosis, perlu ditentukan apakah nyeri gigi berasal dari nonodon
togenik atau odontogenik. Di antara kondisi patologis nonodontogenik, nyeri alih menim
bulkan lebih banyak kesulitan diagnosis indiferen, sementara sebagian besar penyakit no
nodontogenik (misalnya, sindrom sendi temporomandibular, perikoronitis, sariawan, sinu
sitis, sialolitiasis) tidak menimbulkan kesulitan dalam diagnosis banding.Secara klinis, di
mungkinkan untuk menentukan derajat patologi pulpa dengan menanyakan pasien tentan
g riwayat nyeri pada gigi yang terlibat. Anamnesis ini menambahkan dimensi yang bergu
na dalam diagnosis bagi klinisi apakah pulpitis reversibel atau ireversibel.

Pulpitis ireversibel menghasilkan nyeri yang terjadi secara spontan atau menetap sela
ma beberapa detik setelah stimulus dihilangkan. Seorang pasien mungkin mengalami kes
ulitan untuk menemukan gigi yang tepat yang merupakan sumber rasa sakit, bahkan me
mbingungkan lengkung rahang atas dan rahang bawah (tetapi tidak pada sisi kiri dan kan
an), karena pulpa tidak memiliki serat proprioseptif. Nyeri dapat hilang selama beberapa
hari setelah stimulus dihilangkan sebagai akibat dari nekrosis pulpa. Ketika bakteri atau
metabolitnya keluar melalui foramen apikal, mereka menyebabkan inflamasi pada jaring
an periodontal yang berdekatan. Gigi kemudian menjadi sangat sensitif terhadap tekanan
dan perkusi, sehingga biasanya positif. Saat abses periapikal (yaitu, dentoalveolar), gigi t
erangkat dari soketnya dan terasa "tinggi" saat menggigit. Sebaliknya, pulpitis reversibel
ditandai oleh hipersensitivitas terhadap rangsangan termal atau kimia, yang menghilang
dengan cepat. ketika stimulus dihilangkan. Diagnosis tergantung pada kemampuan untuk
mendapatkan riwayat gigi lengkap dan untuk mereproduksi gejala dengan tes endodontic
(Adriano Piattelli, 2017)

Selain itu, gejala yang dapat dialami oleh pasien antara lain :

11
1. Rasa sakit sering berlanjut ketika penyebabnya telah dihilangkan, dan mungkin datang
dan pergi secara spontan, tanpa sebab yang jelas.

2.Pasien mungkin menggambarkan rasa sakit sebagai menusuk tajam, atau menembak, d
an umumnya parah.

3. Pasien juga dapat menyatakan bahwa membungkuk atau berbaring, yaitu perubahan p
osisi, memperburuk rasa sakit; perubahan tekanan intrapulpal mungkin menjadi penyeba
bnya.

4. Bila tidak ada saluran keluar, apakah karena penutup yang membusuk atau mengisi ata
u karena makanan yang dikemas ke dalam paparan kecil di dentin, rasa sakit bisa menjad
i sesuatu yang paling intens.

5. Pasien mungkin juga mengalami nyeri yang menjalar ke gigi yang berdekatan, ke peli
pis atau sinus ketika posterior atas gigi yang terlibat, atau ke telinga ketika gigi posterior
bawah terpengaruh.

6. Nyeri bertambah dengan panas dan kadang-kadang berkurang dengan dingin, meskipu
n dingin yang terus menerus dapat memperparah nyeri.

7. Tidak ada periodontitis apikal, kecuali pada stadium lanjut, ketika inflamasi atau infek
si meluas ke ligamen periodontal.(Kun Ismiyatin,dkk. 2019)

2.6.4 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang terkait skenario
Pemeriksaan klinis dibagi menjadi 2 yaitu subjektif dan objektif, yaitu
1. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan
stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu dan
menyebar, besar kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri yang terjadi pada waktu
mastikasi atau ketika gigi berkontak dan jelas batasnya mungkin berasal dari
periaspeks. Tiga faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri
adalah spontanitas, intensitas dan durasinya. Jika pasien mengeluhkan salah satu
gejala ini, besar kemungkinan terdapat lelainan yang cukup signifikan.
Pertanyaan yang hati-hati dan tajam akan mengorek informasi seputar sumber
nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau periradikuler. Seorang klinisi yang pandai

12
akan mampu menetapkan diagnosis sementara melalui pemeriksaan subyektif
yang teliti sedangkan pemeriksaan obyektif dan radiograf digunakan untuk
konfirmasi.
2. Pemeriksaan Obyektif
Tes obyektif meliputi pemeriksaan wajah, jaringan keras dan lunak rongga
mulut.
 Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan, pemeriksaan dengan
kaca mulut dan sonde untuk melihat karies, ada tidaknya kerusakan restorasi,
mahkota yang berubah warna, karies sekunder atau adanya fraktur.
 Tes periradikuler membantu mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai
asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari atau
menggoyangkan gigi dan perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut.
 Tes vitalitas pulpa tidak begitu bermanfaat pada pasien yang sedang menderita
sakit akut karena dapat menimbulkan kembali rasa sakit yang dikeluhkan.
 Tes dingin, panas, elektrik dilakukan untuk memeriksa apakah gigi masih vital
atau nekrosis.Pemeriksaan Periodontium Pemeriksaan jaringan periodontium
perlu dilakukan dengan sonde periodontium (periodontal probe) untuk
membedakan kasus endodontik atau periodontik. Abses periodontium dapat
menstimuli gejala suatu abses apikalis akut. Pada abses periodontium lokal,
pulpa biasanya masih vital dan terdapat poket yang terdeteksi. Sebaliknya, abses
apikalis akut disebabkan oleh pulpa nekrosis. Abses ini kadang berhubungan
dengan sulkus sehingga sulkus menjadi dalam. Jika diagnosis bandingnya sukar
ditentukan, tes kavitas mungkin dapat membantu mengidentifikasi status pulpa.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan Radiograf. Pemeriksaan
radiograf berguna dalam menentukan perawatan darurat yang tepat, memberikan
banyak informasi mengenai ukuran, bentuk dan konfigurasi sistem saluran akar.
Pemeriksaan radiograf mempunyai keterbatasan, penting diperhatikan bahwa lesi
periradikuler mungkin ada, tetapi tidak terlihat pada gambar radiograf karena
kepadatan tulang kortikal, struktur jaringan sekitarnya atau angulasi film.
Demikian pula, lesi yang terlihat pada film, ukuran radiolusensinya hanya
sebagian dari ukuran kerusakan tulang sebenarnya. (Ling Ye, 2015)

13
2.6.5 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencegahan terkait skenario
Adapun pencegahan terjadinya pulpitis irreversible antara lain,
 Pemeriksaan gigi dan mulut
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan secara berkala, baik pada saat
merasa sakit maupun pada saat tidak ada keluhan Penting untuk diingat bahwa sebaiknya
perawatan gigi dan mulut dilakukan sampai tuntas, walaupun sudah tidak ada rasa sakit.
Misalnya dalam keadaan sakit berdenyut atau bengkak, dokter akan memberi obat untuk
meredakan rasa sakit
 Pola makan dan gaya hidup
Gula, terutama gula non-susu dalam makanan selain buah-buahan dan sayuran segar,
merupakan penyebab utama karies pada makanan. Frekuensi asupan lebih penting
daripada jumlah yang dikonsumsi. Nasihat diet harus dimulai dengan merekomendasikan
praktik pemberian makan dan penyapihan bayi yang tepat. Hanya susu dan air yang
boleh diberikan dalam botol susu dan konsumsi minuman lain harus dibatasi pada
makanan utama. Anak-anak harus diperkenalkan ke cangkir pada usia sekitar 6 bulan dan
harus berhenti menggunakan botol sekitar 1 tahun. Makanan penyapihan harus bebas
atau sangat rendah gula selain yang ada dalam susu segar dan buah-buahan atau sayuran
mentah.
Untuk anak yang lebih besar dan orang dewasa, makanan ringan dan minuman harus
bebas gula. Karena risiko erosi serta karies, konsumsi minuman berkarbonasi dan cola
yang sering harus dihindari. Jus buah juga bisa menyebabkan erosi gigi. Air dan susu
adalah pilihan yang lebih disukai untuk anak-anak. Buffer saliva dapat melawan asam
plak. Oleh karena itu, mengunyah permen karet atau keju bebas gula setelah makan
mungkin bermanfaat. Buah dan sayuran segar juga dapat memberikan perlindungan
terhadap kanker mulut. Kebiasaan lain, terutama merokok atau mengunyah tembakau,
dapat menyebabkan penyakit periodontal dan keganasan mulut. Beberapa produk yang
dikunyah mengandung gula yang dapat menyebabkan karies. Sera mengurangi konsumsi
makanan dan minuman yang dapat memicu terjadinya gigi berlubang seperti permen,
kue, dan minuman bersoda
 Fluorida
Fluorida melindungi terhadap karies dengan menghambat kehilangan mineral,
mendorong remineralisasi enamel yang mengalami dekalsifikasi, dan mengurangi

14
pembentukan asam plak. Fluoridasi air dianggap sebagai cara yang paling efektif, aman,
dan adil untuk mencegah karies; dapat mengurangi prevalensi karies sekitar setengahnya.
 Sealant celah/Fissure Sealant
Pelapis plastik yang ditempatkan oleh seorang profesional gigi di pit dan fisura gigi
permanen dapat membantu mengurangi karies.
 Cara sikat gigi dengan benar
Menyikat gigi yang baik dan benar adalah menyikat gigi yang dilakukan dengan
menggunakan cara yang dapat membersihkan seluruh permukaan gigi tanpa
mencederai jaringan lunak dalam mulut serta dilakukan secara berurutan dari satu sisi
ke sisi yang lainnya secara teratur. Adapun frekuensi dan waktu menyikat gigi
sebaiknya dilakukan paling sedikit dua kali sehari, pagi setengah jam setelah sarapan
dan malam sebelum tidur serta Jangan menggosok gigi terlalu keras
 Hindari makanan yang terlalu panas atau dingin (Ruth Holt, 2011)

2.6.6 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan terkait skenario
Perawatan yang dapat dilakukan untuk pulpitis irreversible yaitu Pulpektomi dan
perawatan saluran akar
Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami
kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras
yang luas. Tindakan pulpektomi dilakukan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari
seluruh akar dan korona gigi. Meskipun perawatan in memakan waktu yang lama dan
lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil
perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran
diangkat serta saluran akar disi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik
pula.
Adapun Prosedur dari Pulpektomi Vital yaitu :
a. Foto Rontgen Periapikal
Terdapat 3 fungsi utama foto rontgen periapikal dalam perawatan endodontik, yaitu
diagnosis, treatment untu menentukan panjang kerja, master kon, dan obturasi, recall
untuk mengevaluasi perawatan yang telah dilakukan.
b. Penentuan panjang kerja
Tujuannya yaitu untuk menentukan panjang (jarak dari apeks) yang harus
dipreparasi dan diobturasi. Panjang kerja optimal = 1-2 mm dari apeks. Titik acuan

15
merupakan titik tertinggi di tepi insisal gigi anterior dan ujung tonjol bukal pada gigi
posterior (tonjol mesiobukal). Titik inI digunakan selama preparasi dan obturasi
saluran akar.
c. Anastesi lokal
Pulpektomi vital merupakan suatuprosedur yang menyakitkan jika dilakukantanpa
anestesi yang memadai.Anestesi yang dilakukan pada prosedur iniadalah anestesi
infiltrasi. Namun, bila anestesi infiltrasi tidakberhasil maka diberikan
anestesitambahan seperti injeksi intraosseus,injeksi intraligamen, atau injeksi
intrapulpa.
d. Open bur/pembukaan akses
Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan bur bundar steril kemudian
diperluas dengan bor fisur steril. Setelah itu Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang
dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah. Perdarahan
yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan menekankan
cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai
dengan 5 menit. Kemudian, Kamar pulpa dibersihkan darisisa-sisa jaringan
pulpayang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet
steril.
Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum
ekstirpasi dan headstromfile. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk
menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan
paper point steril yang telah dibasahidengan formokresol kemudian diaplikasikan ke
dalam saluran akar selama 5 menit. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks
hinggabatas koronal dengan ,menggunakan jarum lentulo. Lakukan lagi foto rontgen
untuk melihat ketepatan pengisian. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya
dengan semen seng oksida eugenol atau sengfosfat. Selanjutnya gigi di restorasi
dengan restorasi permanen.

Setelah pulpektomi dan perawatan saluran akar, penyembuhan yang memadai


secara klinis dengan resolusi gejala dan radiografi dengan pengisian tulang di daerah
radiolusen di apeks akar. Jika tanda-tanda sistemik infeksi muncul pada pasien,
maka lakukan pemberian antibiotik (misalnya, penisilin VK 500 mg setiap 6 jam;
untuk pasien yang alergi terhadap penisilin, klindamisin 150 mg atau 300 mg setiap
6 jam, atau metronidazol 500 mg setiap 8 jam) efektif. Jika gejalanya menetap atau

16
memburuk, konsultasi medis dianjurkan, dan gigi mungkin perlu dicabut. (Adriano P
iattelli. 2007)

2.6.7 Mahasiswa mampu mengetahui tentang hubungan ayat al-qur’an dan hadist terkait
skenario
Allah SWT menyebutkan gigi dalam Al Qur’an dalam surat Al Maidah ayat 45:
ۙ
َ ِ‫َو َكت َۡبنَا َعلَ ۡي ِهمۡ فِ ۡيهَ ۤااَنَّالنَّ ۡف َسبِالنَّ ۡف ۙ ِس َو ۡال َع ۡينَبِ ۡال َع ۡينِ َوااۡل َ ۡنفَبِااۡل َ ۡنفِ َوااۡل ُ ُذنَبِااۡل ُ ُذنِ َوال ِّسنَّبِال ِّسنِّ َو ۡال ُجر ُۡو َحق‬
ٌ‫صاص‬

"Dan kami telah menetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, gigi dengan gigi, dan
luka (pun) ada qishashnya."
Maksudnya, kita sebagai mahluk haruslah bersyukur terhadap apa-apa yang telah
Allah ciptakan terhadap diri kita. Salah satu bentuk rasa syukur tersebut adalah dengan
menjaga dan memelihara setiap organ tubuh yang kita miliki dan menjaga kesehatan
gigi merupakan bagian dari bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT.

17
BAB III

KESIMPULAN

Pulpitis ialah suatu kondisi dimana terjadinya peradangan atau inflamasi pada ruang
pulpa. Hal ini dapat terjadi karna terdapat pemicu awal berupa karies sehingga bakteri-bakteri
karies menyebabkan kondisi pulpa menjadi inflamasi. Pulpitis memiliki 2 pembagian yaitu
pulpitis reversible dan ireversible. Pulpitis reversible dan ireversible memiliki perbedaan
signifikan berupa durasi nyeri, kedalaman kavitas, dan intensitas nyeri. Perawatan yang dapat
dilakukan pulpitis ireversible diantaranya perawatan saluran akar ataupun pulpektomy
tergantung dari kondisi pasien. Maka dari itu agar tidak mengalami pulpitis kita harus
memanajemen karies, serta rutin mengunjungi drg.

18
DAFTAR PUSTAKA
Holt,R., Roberts,G., Scully,C., 2011. Western Journal of Medicine.“Dental damage, sequelae,
and prevention”

Piatteli,A., Traini,T., 2017. Source PubMed Università degli Studi G. d'Annunzio Chiet. “Di
agnosis and managing pulpitis: reversible or irreversible?”. Practical procedures & aest
hetic dentistry

Kartinawanti,A., Khoiruza,A. desember 2021. Jurnal ilmu kedokteran gigi vol. 4 no. 2. Pen
yakit pulpa dan perawatan saluran akar satu kali kunjungan

Eliyas, S., Barber, M.W., dan Harris, I., 2013. British Dental Journal, 215(12): 611-616. Do
general dental practitioners leave teeth on ‘open drainage’?

Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Kun,I.,Wahluyo,S., dkk. 2019. The expression of pulpal substance P after dentinal applicatio
n of Escherichia coli lipopolysaccharide. Saudi Endodontic Journal 9 (3)169-173.

Larasati, N., Kamizar and Usman, M. 2013. Journal Fkg Universitas Indonesia.‘Distribusi
Penyakit Pulpa berdasarkan Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM

Jafar,E. Asgary,S. 2009. Jurnal Endodontik Australia 35(1), 4-8, 2009.Pulpotomi MTA pada
gigi geraham permanen manusia dengan pulpitis ireversibel.

Dharsonol, H,D,A., Wibisonol, L., 2019. Journal Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Ke
dokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Indonesia. Perawatan saluran akar pada gigi molar
pertama kanan mandibula dengan pulpitis ireversibel simtomatik

19

Anda mungkin juga menyukai