Anda di halaman 1dari 28

SKENARIO 1

MALU AKU MALU

Tutor 4 :

Ketua : Athifa Trisa (1910070110082)


Sekretaris : Qoriatul Ilmi (1910070110070)
1.Adli Indra Jaya (1910070110001)
2.Husna Ramaiyah Nasution (1910070110002)
3.Embun Irzal (1910070110030)
4.Suci Putri Amriani (1910070110033)
5.M.Taufiq Alfalah (1910070110035)
6.Putri Azura Cahyani Ilsa (1910070110050)
7.Amanda Septiana Laura S (1910070110051)
8.Santun Mutia (1910070110056)
9.Thifallusia’ana (1910070110065)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhamamad
SAW yang kita nanti-nsntikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehat-Nya baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah blok 7 skenario 3
tentang “ Kaku Mulut Ini”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapakan kritikan serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohn maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


khususnya kepada dosen pembimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah in dapat bermanfaat. Terima kasih.

Padang, 24 September 2020

Kelompok Tutor 4

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang Masalah.............................…...........................iii

1.2 Rumusan Masalah................................................…................iii

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................... iii

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Klarifikasi Istilah......................................................….............5

2.2 Penetapan masalah.....................................................................6

2.3 Curah Pendapat........................................................…..............6

2.4 Analisis permasalahan...............................................................8

2.5 Tujuan pembelajaran.................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu
email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu
jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Karies
gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit dimana
bakteri merusak struktur jaringan gigi yaitu enamel, dentin dan
sementum. Jaringan tersebut rusak dan menyebabkan lubang pada
gigi. Karies gigi bersifat kronis dan dalam perkembangannya
membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita
mengalaminya seumur hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1. Deskripsi umum karies gigi
2. Etiologi sampai pathogenesis karies gigi
3. Klasifikasi karies gigi
4. Faktor yang mempengaruhi karies gigi
5. Dampak,gejala,dan pencegahan karies gigi
6. Jenis bahan restorasi direct
7. Pemeriksaan dan perawatan dari karies gigi
1.3 Tujuan pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan deskripsi umum
karies gigi
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi sampai
pathogenesis karies gigi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi
karies gigi
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor yang
mempengaruhi karies gigi

iii
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
dampak,gejala,dan pencegahan karies gigi
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis bahan
restorasi direct
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan
dan perawatan dari karies gigi

iv
BAB II

PEMBAHASAN

Skenario 1

MALU AKU MALU

Lagi-lagi aku merasa malu kalau melihat senyumku didepan kaca. Senyum yang semula
kurasakan manis sekarang berubah menjadi pahit. Mulai dari bercak kehitaman pada
permukaan gigi depanku hingga lobang gelap yang menyisakan rasa risih dan malu.
Memang sih dulunya aku termasuk tipikal cewek yang cuek, yang tidak peduli akan
penampilan. Seiring dengan pertambahan usiaku yang menginjak remaja, kecuekanku
berubah menjadi kepedulian terhadap penampilan. Keresahan ini kusampaikan ke mama,
mama merespons dengan cepat dan segera membawaku untuk periksa ke dokter gigi.
Dokter gigi memeriksa kondisi gigiku dan menerangkan penyebab dari kerusakan gigiku
tersebut. Drg juga menerangkan kalau gigi depan atasaku mengalami karies klas IV dan
gigi sampingnya karies klas III. Penambalan pertama dilakukan pada gigi depan kanan
atas yang mempunyai lobang paling besar dibanding gigi sebelahnya. Dokter gigi
memutuskan melakukan penambalan gigi depanku dengan tambalan sewarna gigi agar
senyumku kembali ceria.

2.1 Klarifikasi Istilah

1.Karies klas IV

Karies yang terjadi pada bagian proksimal gigi anterior dan telah mencapai bagian insisal
gigi anterior

2.Karies klas III

Karies yang terjadi pada bagian proksimal gigi anterior

5
2.2 Menetapkan permasalahan

1. Bahan apa yang dipakai pada penambalan karies tersebut?


2. Sebutkan dan jelaskan apa saja klarifikasi dari karies ?
3. Bagaimana cara pemeriksaan dari karies gigi?
4. Apa faktor yang menyebabkan kerusakan gigi pada kasus tersebut?
5. Bagaimana perawatan yang baik untuk pasien yang mengalami dua klas tersebut?
6. Bagaimana proses pembentukan karies gigi?
7. Apa dampak dan gejala dari karies?
8. Pemeriksaan apa yang dilakukan drg pada scenario?
9. Apa saja cara mencegah terjadinya karies gigi?

2.3 Curah pendapat

1. Bahan apa yang dipakai pada penambalan karies tersebut?

Resin komposit,GIC,Amalgam,Dental porselen

2. Sebutkan dan jelaskan apa saja klarifikasi dari karies ?


1. Klasifikasi karies gigi menurut kavitas (GV Black)
Kelas I,Kelas II,Kelas III,Kelas IV,Kelas V,Kelas VI
2. Menurut kedalam karies:
Karies superfisialis ,Karies media ,Karies profunda
3. Menurut jumlah permukaan yang terlibat
Simple caries,Compound caries ,Complex caries
4. Menurut cepatnya penjalaran
Acute caries ,Chronic caries ,Rampant caries ,Senile caries ,Arrested caries
5. Menurut G.J Mount and WR.Hume:

Berdasarkan site (lokasi):Site 1,Site 2,Site

Berdasarkan size (ukuran) :Size 0,Size 1 ,Size 2,Size 3,Size 4 


3. Bagaimana cara pemeriksaan dari karies gigi?
A. Pemeriksaan subjektif

6
Meliputi :Pengisian kartu status,Anamnesa

B. Pemeriksaan Klinis.
 Pemeriksaan ekstra oral
 Pemeriksaan intra oral
C. Pemeriksaan Penunjang
 Tes Vitalitas
 Pemeriksaan Radiografik.
4. Apa faktor yang menyebabkan kerusakan gigi pada kasus tersebut?
Empat faktor penyebab terjadinya karies, yaitu host atau berasal dari gigi,
mikroorganisme dalam mulut, waktu pembersihan gigi, dan substrat yang menempel
pada gigi (biasanya sisa makanan).
5. Bagaimana perawatan yang baik untuk pasien yang mengalami dua klas tersebut?
a. Penambalan (Filling)
b. Perawatan Saluran Akar
c. Pencabutan Gigi
6. Bagaimana proses pembentukan karies gigi?
Proses terjadinya karies gigi 3 dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi,
sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
(5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies
gigi ,Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui
lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru
timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu
banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis,
yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat.
7. Apa dampak dan gejala dari karies?
Dampak karies gigi jika terlambat menemukan karies pada akhirnya gigi tidak
bisa ditambal lagi maka gigi tersebut harus dicabut. Bila sesudah pencabutan, gigi
tidak diganti dengan gigi palsu, maka gigi yang ada di kanan kirinya akan bergeser ke
arah gigi yang baru dicabut, akibatnya gigi menjadi renggang, sisa-sisa makanan

7
tersebut akan membusuk, menyebabkan bau mulut tidak sedap dan suasana mulut
menjadi asam, banyak kuman yang mengakibatkan terjadinya kerusakan atau lubang
pada gigi tersebut, dan dapat menyebabkan kerusakan pada gigi yang lain.
Gejala yaitu Sakit gigi yang muncul secara tiba-tiba tanpa sebab jelas,Nyeri
ringan hingga parah saat mengonsumsi makanan atau minuman manis, panas, atau
dingin,Gigi jadi lebih sensitif,Muncul lubang yang terlihat sangat jelas di gigi,Ada
noda coklat, hitam atau putih pada permukaan gigi,Bau mulut,Rasa tidak enak di
mulut.
8. Apa saja cara mencegah terjadinya karies gigi?
Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pencegahan
primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk rnencegah
terjadinya penyakit dan mempertahankan keseimbangan fisiologis.Pencegahan
sekunder bertujuan untuk mendeteksi karies secara dim dan intervensi untuk
rnencegah berlanjutnya penyakit.Pencegahan tersier ditujukan untuk rnencegah
meluasnya penyakit yang akan menyebabkan hilangnya fungsi pengunyahan dan gigi.

2.4 Menganalisis permasalahan

Karies

Dampak dan
Pemeriksaan Klarifikasi Etiologi
Gejala

2.5 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan deskripsi umum karies gigi.
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi
merupakan suatu penyakit dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi yaitu
enamel, dentin dan sementum. Jaringan tersebut rusak dan menyebabkan lubang
pada gigi. Karies gigi bersifat kronis dan dalam perkembangannya membutuhkan

8
waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita mengalaminya seumur
hidup. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan karies gigi yang
kemudian diikuti kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri
dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat
menyebabkan nyeri. Penyakit karies bersifat progresif dan kumulatif. Jika karies
tidak dilakukan perawatan gigi sejak dini dapat menyebabkan kerusakan gigi
menjadi lebih parah dan akhirnya dicabut. Seseorang yang kehilangan gigi akibat
karies akan mengalami masalah pengunyahan dan akan merasakan malu dalam
tingkat tertentu pada penampilan diri yang kemudian akan membatasi interaksi
sosial dan komunikasi. Selain mengganggu fungsi pengunyahan, karies gigi juga
dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Walaupun tidak sampai
menimbulkan kematian sebagai akibat dari kerusakan gigi dan jaringan
pendukung, karies dapat menurunkan tingkat produktivitas seseorang, karena dari
aspek biologis akan dirasakan sakit. Penyakit gigi dan mulut juga dapat menjadi
sumber infeksi yang dapat mengakibatkan ataupun mempengaruhi beberapa
penyakit sistemik. Lubang pada gigi merupakan tempat jutaan bakteri. Jika
bakteri masuk ke dalam perubahan pembuluh darah bisa menyebar ke organ
tubuh lainnya dan menimbulkan infeksi, seperti masalah sistem pernafasan, otak
dan jantung.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi sampai pathogenesis
karies gigi.
ETIOLOGI :
1. Host
 Enamel merupakan jaringan keras gigi dengan susunan kimia kompleks
yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1%
dan bahan organik 2%. Lapisan luar enamel mengalami mineralisasi yang
lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat, dan sedikit karbonat
dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel.
Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel padat
dan enamel akan semakin resisten. Gigi desidui lebih mudah terserang
karies dibandingkan dengan gigi permanen, karena enamel gigi desidui

9
mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah
mineralnya lebih sedikit daripada gigi permanen.
 Gigi dengan lekukan yang dalam merupakan daerah yang sulit dibersihkan
dari sisa-sisa makanan yang melekat sehingga plak akan mudah
berkembang dan dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.
2. Mikroorganisme
Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.10
Proses terjadinya kerusakan pada jaringan keras gigi melalui suatu reaksi
kimiawi oleh bakteri, dimulai dengan proses kerusakan bagian anorganik,
kemudian berlanjut pada bagian organik. Bakteri berperan penting pada
proses terjadinya karies gigi, karena tanpa adanya bakteri maka karies gigi
tidak dapat terjadi.Terdapat berbagai spesies bakteri yang berkoloni di
dalam rongga mulut untuk menghasilkan asam sehingga terjadi proses
demineralisasi pada jaringan keras gigi. Salah satu spesies bakteri yang
dominan di dalam mulut yaitu S.mutans. Telah banyak penelitian yang
membuktikan adanya korelasi positif antara jumlah bakteri S. mutans pada
plak gigi dengan prevalensi karies gigi.
3. Substrat atau makanan
 Faktor substrat atau dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada
pada permukaan enamel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang
banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung
mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali
tidak mempunyai karies gigi.
 Demineralisasi berhubungan erat dengan tingkat keasaman dan lamanya
suasana asam di permukaan gigi. Metabolisme bakteri pada plak sangat

10
dipengaruhi oleh keberadaan karbohidrat (sukrosa, fruktosa, glukosa) di
dalam rongga mulut.
4. Waktu
secara umum,karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadia suatu kavitas cukup
bervariasi,diperkirakan 6-48 bulan.

PATOGENESIS :
Proses Terjadi karies apabila terdapat beberapa faktor utama
seperti host, substrat, dan mikroorganisme. Beberapa jenis karbohidrat
makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri
tertentu dan akan membentuk asam, sehingga pH plak akan menurun
sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit.
Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi struktur gigi oleh
asam yang dihasilkan oleh mikro-organisme dan ditandai dengan
terbentuknya kavitas pada permukaan email, dentin atau sementum.
Perjalanan karies bersifat kronis, tidak dapat sembuh sendiri, dan akhirnya
dapat menyebabkan kehilangan gigi bila tidak dilakukan perawatan.
Plak merupakan awal dari pembentukan karies. Bakteri yang
berkembang biak pada plak menghasilkan asam yang mampu melarutkan
gigi. bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus yang mampu
menghasilkan asam untuk proses demineralisasi struktur gigi. Metabolit
bakteri pada plak mengubah karbohidrat menjadi energi dan asam organik
yang menyebabkan pH metabolit rendah (5,0–5,5), dan menyebabkan
demineralisasi struktur gigi dan terjadilah karies atau adanya proses
kehilangan jaringan keras pada gigi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi karies gigi
1. Klasifikasi karies gigi menurut kavitas (GV Black)

11
a. Kelas I (Karies yang terjadi pada permukaan oklusal tepatnya pada pit dan
fissure gigi posterior, serta karies yang terjadi pada foramen caecum gigi
anterior)
b. Kelas II (Karies yang terjadi pada bagian proksimal gigi posterior)
c. Kelas III(Karies yang terjadi pada bagian proksimal gigi anterior)
d. Kelas IV(Karies yang terjadi pada bagian proksimal gigi anterior dan
telah mencapai bagian insisal gigi anterior)
e. Kelas V(Karies yang terjadi pada 1/3 servikal gigi anterior dan posterior)
f. Kelas VI(Karies yang terjadi pada ujung cusp gigi posterior yang
disebabkan oleh abrasi, atrisi, atau erosi)

2. Menurut kedalam karies:


a. Karies superfisialis
Karies yang baru mengenai atau mencapai bagian terluar gigi (enamel)
dan belum mencapai dentin

b. Karies media
Karies yang mengenai jaringan enamel dan dentin, tetapi belum melewati
setengah tebal jaringan dentin

12
c. Karies profunda
Karies yang telah mengenai lebih setengah tebal jaringan dentin dan
kadang kadang sudah sampai atap pulpa atau jaringan pulpa gigi sudah
terbuka. Karies profunda dibagi menjadi beberapa stadium diantaranya

1. Stadium I
Karies profunda stadium I sudah melewati setengah dentin, akan
tetapi pulpa biasanya belum mengalami peradangan

2. Stadium II
Pada karies profunda stadium II masih ditemukan lapisan tipis
dentin yang membatasi antara karies dengan pulpa. Pada stadium II
biasanya pulpa sudah mengalami radang.

3. Stadium III
Pada karies profunda stadium III, pulpa sudah terbuka dan sudah
mengalami peradangan.

3. Menurut jumlah permukaan yang terlibat


1) Simple caries
Karies yang terjadi pada satu permukaan gigi saja ,Contoh: pada
permukaan labial atau bukal atau palatal

2) Compound caries

13
Karies yang terjadi pada dua permukaan gigi,Contoh: karies pada bagian
mesio-insisal

3) Complex caries

Karies yang terjadi lebih dari dua permukaan gigi,Contoh: karies pada
bagian mesio-insiso-distal

4. Menurut cepatnya penjalaran


1. Acute caries
Karies yang prosesnya berjalan sangat cepat sekali, dimana dapat terlihat
jaringan dentin yang kekuning kuningan dan lunak

2. Chronic caries

Karies yang prosesnya berjalan lambat, sehingga pada gigi tersebut masih
ada kesempatan untuk membentuk dentin sekunder, secara klinik jaringan
dentin terlihat bewarna coklat tua

3. Rampant caries
Karies yang prosesnya timbul mendadak dan penjalarannya cepat sekali,
sehingga hampor seluruh gigi terserang karies, demikian juga gigi gigi
yang telah di tumpat. Karies rampant ini biasanya terjadi pada anak anak.
4. Senile caries

Karies yang prosesnya berjalan lambat dan biasanya terjadi pada


permukaan akar gigi yang telah mengalami resesi gingiva, umumnya
terjadi pada lansia

5. Arrested caries
Karies yang pada suatu waktu berjalan aktif, kemudian proses penjalaran
karies berhenti. Secara klinik di daerah jaringan dentin terlihat adanya
transparant dentin yang dibentuk dalam usahanya untuk menahan
penjalaran karies.

5. Menurut cara meluasnya


a. Karies berpenetrasi

14
Karies yang mengalami perluasan dari email menuju dentin dalam bentuk
kerucut. Perluasannya secara penetrasi, yaitu merembes ke arah dalam

b. Karies non penetrasi


Karies yang meluas dari email menuju dentin dengan jalan meluas ke arah
samping sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk.

6. Menurut G.J Mount and WR.Hume:


1. Berdasarkan site (lokasi).
Site 1 : karies terletak pada pit dan fissure.
Site 2 :karies terletak di area kontak gigi (proksimal), baik anterior
maupun posterior
Site 3 : karies terletak di daerah servikal, termasuk enamel/permukaan
akar yang terbuka.
2. Berdasarkan size (ukuran)
Size 0 : lesi dini.
Size 1 : kavitas minimal, melibatkan dentin namun belum terjadi kavitas
Size 2 : ukuran kavitas sedang, masih terdapat struktur gigi
yang cukup u ntuk dapat menyangga restorasi yang akan ditempatkan
.Size 3 : kavitas berukuran lebih besar, sehingga preparasi

15
kavitas di perluas agar restorasi dapat digunakan untuk melindungi
struktur gigi yang tersisa dari retak/patah.
Size 4 : sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur gigi seperti
cups/sudut insisal.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi
karies gigi.
Menurut buku Essential of Dental Caries edisi ketiga, factor yang menyebabkan
tingginya resiko terjadi karies adalah sebagai berikut:
1. Riwayat Kesehatan
Obat yang mengandung gula,Pengobatan yang diketahui menyebabkan mulut
kering,Radioterapi untuk keganasan kepala dan leher,Sindrom
Sjögren,Disabilitas
2. Riwayat Kesehatan Gigi
Riwayat restorasi gigi,Frekuensi penggantian restorasi,Kebutuhan mendadak
untuk restorasi
3. Kebersihan Mulut
Rendahnya frekuensi membersihkan gigi ,Pasta gigi yang tidak mengandung
fluoride,Pemakaian alat ortodontik,Pemakaian gigi tiruan sebagian
4. Diet
Sering memakan camilan atau minuman manis
5. Flour
Tidak ada suplementasi fluoride contohnya, tidak ada kandungan fluorida
dalam pasta gigi,Jarang sikat gigi
6. Saliva
Aliran stimulasi saliva yang rendah
7. Faktor sosial dan demografis
Kemiskinan,Status pendidikan rendah,Penganggur
Menurut buku Dental Caries The Disease and its Clinical Management edisi
kedua terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya karies yaitu faktor
utama dan faktor penentu

16
Didalam lingkaran hijau merupakan faktor utama: Seiring waktu, perubahan
ekologis dalam komposisi dan aktivitas metabolik biofilm (endapan mikroba)
dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam keseimbangan antara cairan
biofilm dan mineral gigi. Dengan demikian, hilangnya hasil mineral dalam
pembentukan lesi karies.Didalam lingkaran kuning merupakan faktor penentu:
faktor penentu yang lebih jauh yang mempengaruhi proses ini pada tingkat
individu dan populasi

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan dampak,gejala,dan pencegahan


karies gigi.
A. Gejala dari karies
Gejala yaitu Sakit gigi yang muncul secara tiba-tiba tanpa sebab jelas,Nyeri
ringan hingga parah saat mengonsumsi makanan atau minuman manis, panas,
atau dingin,Gigi jadi lebih sensitif,Muncul lubang yang terlihat sangat jelas di
gigi,Ada noda coklat, hitam atau putih pada permukaan gigi,Bau mulut,Rasa
tidak enak di mulut.
B. Dampak dari karies

Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah. Karies gigi membuat
anak mengalami kehilangan daya kunyah dan terganggunya pencernaan, yang
mengakibatkan pertumbuhan kurang maksimal. Dampak yang ditimbulkan akibat
karies gigi secara ekonomi adalah semakin lemahnya produktivitas masyarakat.
Jika yang mengalami anak-anak maka akan menghambat perkembangan anak
sehingga akan menurunkan tingkat kecerdasan anak, yang secara jangka panjang
akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat (Asse, 2010).

C. Pencegahan pada karies

17
a. Pencegahan primer(Drummond)
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
 Modifikasidiet
Untuk rnencegah terjadinya karies gigi maka perlu dilakukan modifikasi
diet melalui berbagai cara, yaitu :5
a) Memperbanyak memakan makanan kariostatik seperti lemak,protein
dan fluor.Lemak dapat meningkatkan pH saliva setelah mengkonsumsi
karbohidrat. Lemak harus dikonsumsi sebelum memakan makanan
yang manis. Protein meningkatkanurea saliva yang dapat menetralisir
asam. Mengkonsumsi makanan tinggi protein setelah makan
karbohidrat dapat mengembalikan pH menjadi 7 dengan cepat. Fiuor
dapat rnencegah terjadinya karies. Fluor secara alami terdapat dalam
jumlah yang kecil pada teh dan makanan laut. Fluor dari makanan, air
atau minumanmelindungi gigi dari serangan asam. Fluor
mempunyaiefek antibakteri dan antiplak.
b) Mengganti gula,Gula sintetik sepertisaccharine dan aspartam serta gula
alkohol banyak digunakan pada makanan untuk mengurangi karies.
Gula sintetik dan gula alkohol bersifat noncariogenic. Contoh dari gula
alkohol adalah xylitol, sorbitol dan maltitol.Xylitol merupakanbentuk
alkohol darixylose dan merupakan pengganti gula yang paling baik
karena bakteri plak tidak bisa memetabolisme xylitol dan dapat
mengurangi Streptococcus mutans pada mukut
c) Mengurangi mengkonsumsi makananyang manis dan asam.
d) Mengurangi konsurnsi snack yang mengandung karbohidrat sebelurn
tidur.
e) Mengkombinasikan makanan, seperti memakan makanan manis
setelah makanprotein dan lemak atau setelah konsurnsi keju setelah
memakan
makanan yang manis.
f) Kombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat menstimulasi
saliva dengan makanan yang dimasak.

18
g) Buah-buahan yang asam dapat menstimulasi produksi saliva.
h) Membatasi meminum-minuman yang manis.
 Pemakaian fluor
Fluor berfungsi menghambat enzim pembentukan asam oleh bakteri,
menghambat kerusakan email lebih lanjut, serta membantu remineralisasi
pada lesi awal karies. Fluor dapat diberikan dalam bentuk fluoridasi air
minum, pasta gigi, obat kumur,dantablet fluor.
 Pit dan fissure sealant
Pit danfissure sealant yaitu penutupan pit dan fissure
yangdalamyangberesiko terhadap karies.
 Pengendalian plak
Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara mekanis yaitu
dengan penyikatan gigi dan penggunaan alat-alat bantu lain seperti benang
gigi, tusuk gigi dan sikat interdental serta tindakan secara kimiawiyaitu
denganmenggunakan antibiotik dan senyawa-senyawa antibakteri lain
selain antibiotik.
b. Tahap pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan pengobatan dan
perawatan gigi dan mulut sertapenambalanpadagigiberlubang.
c. Tahap pencegahantersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan cara perawatan pulpa (akar gigi) atau
melakukan pencabutan gigi.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis bahan restorasi direct.

Kategori material restorasi direct kedokteran gigi yang banyak digunakan saat ini
adalah ;amalgam Kedokteran Gigi,komposit resin ,glass ionomer semen,glass
ionomer modifikasi resin

 Amalgam Kedokteran gigi


Restorasi amalgam merupakan paduan logam dengan komposisi terdiri atas
merkuri, perak (67-74%),( 25-28%), dan tembaga (0 -6%), serta Beberapa elemen
tambahan yang akan meningkatkan sifat fisik dan mekanik bahan. Hal yang unik

19
dari restorasi amalgam adalah, pada awal pencampuran metal dengan merkuri
mempunyai konsistensi seperti pasta, yang akan mengeras di dalam mulut setelah
melalui rangkaian reaksi kimia akan menjadi massa paduan logam yang stabil.
Merkuri berfungsi mengubah bentuk wujud cair menjadi padat dan komponen
intermetal dalam keadaan stabil. Amalgam khususnya cocok untuk restorasi kelas
1 dan kelas 2 di mana dapat menahan tekanan yang besar. Restorasi klas dua
cenderung memiliki area yang lebih luas dan berhadapan dengan Gigi
tetangganya. Keadaan ini berpotensi untuk terjadinya kebocoran tepi diantara gigi
dan akan meningkatkan terjadinya karies ulangan. Bagaimanapun juga restorasi
amalgam dilaporkan bahwa cukup memadai dalam mengisi jaringan gigi yang
rusak dan sering dijumpai produk korosi di tepi restorasi akibat terakumulasi sisa
makanan setelah digunakan beberapa waktu titik dengan komposisi terdiri dari
berbagai logam, restorasi amalgam akan memberi warna yang sangat berbeda
dengan warna gigi dan kegunaannya sangat terbatas tidak untuk anterior karena
berwarna abu-abu perak. Keunggulan restorasi amalgam adalah Daya tahan yang
tinggi akibat penggunaan dan dapat dilakukan pada kondisi klinis tertentu seperti
daerah yang lembab dan menerima tekanan kunyah yang cukup besar.

 Komposit resin
material restorasi komposit resin, adalah hasil polimerisasi campuran bahan
pengisi bubuk anorganik dari glass. Untuk melekatkan partikel bahan pengisi
glass dan matriks resin yang plastis, maka partikel pengisi dilapisi dengan silane
yang melekat pada molekul-molekul. Tambahan lain, yaitu formula komposit
yang menyebabkan kemampuan radiopak yang akan memperbaiki identifikasi
untuk diagnostik, juga memfasilitasi proses pengerasan dan mengubah viskositas
sehingga mudah dalam proses pengerjaannya. warna dan sifat translusensi dari
komposit resin terus dimodifikasi sehingga mendekati warna dan sifat
translusensi gigi. Sehingga menjadikan bahan ini termasuk ke dalam golongan
material restorasi dengan estetika yang lebih baik
 Glass ionomer cement
glass ionomer cement adalah material restorasi yang sewarna gigi, dan dapat
digunakan untuk merestorasi kavitas dengan tekanan punya yang rendah. bahan
20
ini terdiri atas bubuk dan cairan yang menguraikan bubuk glass yang larut dalam
asam dan larutan asam poliakrilat. Pada proses pencampuran terjadi di reaksi
asam dengan permukaan bubuk glass dan membentuk matriks yang keras Di
mana mengelilingi partikel glass yang tidak bereaksi. Sebagai hasil di mana
mempunyai struktur seperti komposit resin dengan estetika cukup baik kecuali
bahan ini cenderung memperlihatkan sifat opaque bila dibandingkan dengan
warna email gigi asli. Variasi dari bahan ini adalah penambahan bahan metal pada
bubuknya seperti yang ada di material amalgam titik serbuk perak yang
ditambahkan pada bubuk akan meningkatkan kekuatan dan daya tahan terhadap
pemakaian.

 Glass ionomer modifikasi resin

mirip dengan glass ionomer konvensional tetapi mempunyai berbagai sifat yang
lebih baik dalam cara penanganannya titik yang digunakan untuk modifikasi mirip
dengan komposit resin yang penambahannya dimaksudkan untuk mengurangi
sensitifitas pada saat perasaan dan memberi kemampuan bagi material untuk lebih
cepat menjadi keras. Glass ionomer modifikasi resin sering disebut dengan hybrid
ionomer, terdiri atas dua sistem penyerahan yaitu pengerasan dengan sinar dan
reaksi kimia. Sistem penyerahan dengan sinar menyebabkan material menjadi
keras dengan aktivasi sinar dari sumber Sinar visible. Warna tambalan sedikit
lebih baik dalam menunjukkan sifat translusensi email bila dibandingkan dengan
glass ionomer konvensional

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan dan perawatan dari karies gigi.

PEMERIKSAAN

A.Pemeriksaan subjektif ,Meliputi :

- Pengisian kartu status


- Anamnesa

21
Anamnesa gunanya untuk mengetahui lingkungan pasien,penyakit yang
diderita,ada atau tidaknya alergi obat, dan mencegah penyakit menular.

B. Pemeriksaan Klinis.
Pemeriksaan ekstra oral
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar mulut bagian luar.
Meliputi bibir, TMJ, kelenjar limfe, hidung, mata, telinga wajah, kepala dan leher.
Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang
terlihat secara visual atau terdeteksi secara palpasi, seperti kecacatan,
pembengkakan, benjolan, luka, cedera, memar, fraktur, dislokasi, dan lain
sebagainya.
Pemeriksaan intra oral
Pada pemeriksaan ini bias menggunakan instrument seperti sonde dan kaca mulut.
Pada pemeriksaan ini yang dapat dilihat adalah jaringan lunak (mukosa, bibir,
lidah, tonsil, palatum molle, palatum durum, dan gingival) serta gigi (meliputi
kebersihan mulut, keadaan gigi geligi, posisi gigi geligi, spasing, drafting, dan
oklusi).

1. Inspeksi Memeriksa dengan mengamati obyek (gigi) bagaimana dengan warna,


ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan, permukaan jaringan, permukaan,
karies, abrasi, dan resesi
2. Perkusi Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak
keras dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan.
Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan
menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil
yang bias dan membingungkan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada
tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula dari
permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual mahkota. Gigi yang
dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio
sebelahnya. Ketikamelakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan
gerakan pasien saat merasa sakit .

22
3. Sondasi Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara
menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada
suatu kavitas atau tidak(Tarigan, 1994).
4. Probing Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal
dengan menggunakan alat berupa probe. Cara yang dilakukan dengan memasukan
probe ke dalam attached gingiva, kemudian mengukur kedalaman poket
periodontal dari gigi pasien yang sakit.
3. Pemeriksaan Penunjang
I. Tes Vitalitas, Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak.
Biasanya digunakan untuk mengetahui apakah saraf sensori masih bisa
melanjutkan rangsang atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat
pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.
II. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputiaplikasi panas dan
dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal
a. Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu
etil klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC).
b. Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang
diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan menggunakan
berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alattouch and
heat dan instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik
(Grossman, dkk,1995).
III. Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara
melubangi gigi. Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi
atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit
dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan tidak
vital jika tidak ada sakit (Grossman, dkk, 1995).
IV. Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat
karies atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara
memasukkan jarum miller hingga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan

23
nyeri maka hasil adalah negatif yang menandakan bahwa gigi sudah
nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi masih vital
(Walton dan Torabinejad, 2008).
V. Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi
dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh.
Alatnya menggunakan Electronic Pulp Tester (EPT). Tes elektris ini
dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan
disentuh dengan menggunakan alat EPT pada bagian bukal atau labial,
tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak. Sebelum alat ditempelkan,
gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes ini
dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini
tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita gagal jantung dan orang
yang menggunakan alat pemacu jantung. Gigi dikatakan vital apabila
terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi dikatakan non vital jika
sebaliknya.
Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi
listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau logam
C. Pemeriksaan Radiografik.Pemeriksaan ini menjelaskan berbagai gambaran
radiopak dan radiolusen pada radiografi. Tujuannya mengidentifikasi ada
tidaknya penyakit, memberikan informasi ciri khas radiografik dan perluasan
suatu penyakit diferensial diagnosis
Perawatan Karies Gigi

a. Penambalan (Filling) Untuk mencegah proses karies lebih lanjut, perawatan


penambalan adalah salah satu cara yang dilakukan terutama pada karies yang
ditemukan pada email dan dentin ( Ramadhan, 2010 ).

b. Perawatan Saluran Akar Dilakukan bila sudah terjadi pulpitis atau peradangan.
Dimana karies sudah mencapai pulpa. Tahap pertama yang dilakukan adalah
mematikan saraf supaya tidak menimbulkan rasa sakit, selanjutnya membuang
dan membersihkan jaringan pulpa, saraf, dan pembuluh darah yang terinfeksi
untuk dilakukan pengisian saluran akar yang diatasnya diletakkan tambalan
sementara baru kunjungan berikutnya dapat dilakukan penambalan permanen atau
pembuatan mahkota tiruan.

24
c. Pencabutan Gigi Pencabutan gigi adalah suatu prosedur pengangkatan atau
pengembalian gigi dari tempatnya dalam mulut.Pencabutan gigi dapat dilakukan
karena berbagai macam seperti pada gigi berlubang atau dengan kerusakan yang
terlalu parah sehingga tidak dapat direstorasi (Pratiwi, 2009).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Karies gigi adalah suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan larutnya mineral
email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang
disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi
bakteri) yang dilanjutkan dengan timbulnya destruksi komponen-komponen organik yang
akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang)
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa
(gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang
berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan
menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi
Upaya mencegah karies, tentu sudah jelas, ialah menggosok gigi dengan pasta gigi berfluorida
( sebaiknya segera sesudah makan), di samping tidak makan makanan yang lengket atau
bergula.

25
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, B. (2008) ‘Material Restorasi Direk Kedokteran Gigi Saat Ini’, Journal of Dentistry
Indonesia. doi: 10.14693/jdi.v11i1.628.

Listrianah (2017) ‘Indeks Karies Gigi Ditinjau dari Penyakit Umum dan Sekresi Saliva pada
Anak di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017’, JPP (Jurnal Kesehatan Palembang), 12(2),
pp. 136–148.

Mariati, N. W. (2015) ‘Pencegahan Dan Perawatan Karies Rampan’, Jurnal Biomedik (Jbm),
7(1). doi: 10.35790/jbm.7.1.2015.7288.

Masyarakat, J. K. (2018) ‘Faktor Risiko Kejadian Karies Gigi Pada Orang Dewasa Usia 20-39
Tahun Di Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang’, Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 6(1), pp. 365–374.

Meisida, N., Oni, S. and Chandra, H. K. (2014) ‘K-Means untuk Klasifikasi Penyakit Karies
Gigi’, Ilmu Komputer (KLIK), 01(01), pp. 12–22.

N, W. (2014) ‘Faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi Anak pada Usia 4-6 Tahun’, Jurnal
Berkala Epidemiologi, 2, p. 197.

Notohartojo, I. T. and Ghani, L. (2016) ‘Pemeriksaan Karies Gigi pada Beberapa Kelompok Usia
oleh Petugas dengan Latar Belakang Berbeda di Provinsi Kalimantan Barat’, Buletin Penelitian
Kesehatan, 43(4), pp. 257–264. doi: 10.22435/bpk.v43i4.4601.257-264.

Nursasongko, B. and Fakuhas, G. (no date) ‘604-1748-1-Sm’.

26
Prisinda, D. et al. (2017) ‘Karakteristik karies periode gigi campuran pada anak usia 6-7 tahun’,
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students, 1(2), p. 95. doi:
10.24198/pjdrs.v1i1.22520.

Ramayanti, S. and Purnakarya, I. (2013) ‘Peran Makanan terhadap Kejadian Karies Gigi’, Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7(2), pp. 89–93. Available at:
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/114/120.

27

Anda mungkin juga menyukai