Anda di halaman 1dari 37

Makalah Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 1

Skenario 1 Karies
Kelompok PBL 5

Disusun oleh
Aimatul Hidayah (1306366451)
Almas Riska Zhafarina (1306404140)
Belladina Maulani Yofarindra (1306440575)
Danny Tandean (1306366350)
Des Rahmah Hidayah (1306366760)
Getha Gazela Yuniendra (1306366376)
Merry Elisa (1306366432)
Ovy Zairani (1306366413)
Regina Vaniabella (1306412956)
Shilvy (1306366395)
Yohanes Bosko (1306412962)

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Indonesia
2014

Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan perkenan Nya, kami dapat membuat makalah ini. Makalah ini berisi informasi
informasi mengenai Karies Gigi.
Kami berharap semoga dengan hadirnya makalah ini semakin banyak orang yang
mengerti tentang anatomi gigi dan hal hal yang terkait. Sehingga semakin banyak pula yang
dapat menerapkannya dalam kehidupan dan dapat menularkannya kepada orang lain. Hingga
akhirnya tujuan penulisan makalah ini dapat tercapai.
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Siti Triaminingsih, M.T. yang telah memberikan bimbingan dan tugas ini
kepada kami.
2. Teman teman yang membantu penyelesaian makalah ini.
3. Pihak pihak lain yang telah membantu dan mendukung kami sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih. Selamat Membaca.
Depok, 8 September 2014

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan.....................................................................................................2
1.5 Sistematika...............................................................................................................2
BAB II Isi
2.1 Definisi, Etiologi & Patogenesis Karies..................................................................4
2.2 Karies pada Anak & Dewasa..................................................................................16
2.3 Klasifikasi Karies....................................................................................................18
2.4 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................24
2.5 Perawatan Karies28
2.6 Pencegahan Karies dan Material Preventif Karies..................................................31

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................34
3.2 Saran.......................................................................................................................35
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Salah satu penyakit gigi dan mulut yang masih banyak ditemukan pada
masyarakat Indonesia adalah karies. Karies gigi merupakan suatu proses demineralisasi
yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari
makanan yang mengandung gula. Tingginya prevalensi karies di Indonesia tidak hanya
dialami oleh orang dewasa, namun juga anak-anak. Proses perkembangan karies dapat
terjadi saat gigi pertama erupsi.
Oleh karena itu sebagai seorang mahasiswa kedokteran gigi, kita dituntut untuk
mampu menguasai ilmu-ilmu kedokteran gigi yang berkaitan dengan suatu kelainan yang
terjadi pada rongga mulut, khususnya karies, bagaimana cara perkembangannya serta cara
menanggulanginya. Materi ini sangat penting karena dapat menunjang penegakan
diagnosis terhadap suatu kelainan di rongga mulut. Dengan mengetahui gejala awal
terjadinya karies, etiologi, klasifikasi karies, serta rencana perawatannya maka kita dapat
melakukan tindakan yang tepat terhadap pasien yang memiliki kelainan tersebut.
Dalam makalah ini, kelompok PBL 5 menjabarkan kembali hasil diskusi kami
mengenai karies yang terdiri dari definisi, etiologi & patogenesis, klasifikasi, faktor
resiko karies, bagaimana cara pemeriksaan & pengendalian, diagnosis, prognosis, dan
rencana perawatan terhadap karies, serta bagaimana perbedaan antara karies pada orang
dewasa dengan anak-anak. Dengan harapan makalah ini dapat membantu untuk
memperdalam materi mengenai karies.

1.2

Rumusan Masalah

Bagaimana etiologi dari bercak putih pada gigi depan atas?

Mengapa debri & plak terdapat di semua regio sedangkan kalkulus hanya di
regio 3 dan 4?

Hidrasi saliva
- Apa definisi dari hidrasi saliva?
- Bagaimana metode pengukuran dari hidrasi saliva?
- Berapa standar normal dari hidrasi & kecepatan saliva, pH plak serta pH
saliva

1.3

Bagaimana mekanisme terbentuknya karies secara umum?

Bagaimana klasifikasi dari karies dan penyebabnya?

Bagaimana rencana perawatan pada kasus karies?

Bagaimana upaya pencegahan terhadap karies

Tujuan Penulisan

Mampu menjelaskan klasifikasi gigi geligi


Mampu menjelaskan jenis-jenis dari gigi geligi
Menjelaskan etiologi termasuk patogenesis dari karies
Menjelaskan karies pada anak & dewasa
Menjelaskan macam-macam klasifikasi karies
Pemeriksaan intra & ekstra oral yang dibutuhkan
Menjelaskan diagnosa & prognosis dari karies
Menjelaskan mekanisme terjadinya white spot
Menjelaskan rencana perawatan pada gigi dewasa & anakMenjelaskan cara
pencegahan sebelum terjadi karies

1.4

Metode Penulisan
Informasi dalam makalah ini didapatkan dengan metode Penjelajahan Internet
dan Studi Pustaka.

1.5

Sistematika

Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Isi
Bab 3 Penutup
Daftar Pustaka

BAB II
ISI
2.1

Definisi, Etiologi & Patogenesis Karies

2.1.1
-

Definisi Karies
Karies gigi adalah penyakit infeksi.
Dalam medis, penyakit
menular atau penyakit
penyakit yang

disebabkan

oleh

infeksi adalah

sebuah

agen

sebuah
biologi

(seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka
-

bakar) atau kimia (seperti keracunan).


Proses patologinya terjadi pada jaringan keras gigi, yang disebabkan karena ada

keterkaitan dari berbagai macam faktor di dalam rongga mulut.


Karies merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif : ditandai dengan
hilangnya ion mineral secara kronis dan berlanjut baik dari email mahkota atau
permukaar akar.
Lalu kemudian diikuti dengan kerusakan bahan organiknya dan akan menyebabkan
terbentuknya kavitas.

Karies dipicu oleh adanya asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung

gula.
Karies dipicu oleh bakteri tertentu.
Pada awalnya lesi hanya terlihat secara mikroskopis, namun lama kelamaan akan

terlihat di email sebagai suatu area berwarna putih yang disebut white spot.
Kelanjutan dari white spot ini adalah terjadinya peningkatan porositas yang
menyebabkan jumlah stain (noda) lama-lama jadi kecoklatan. Kalo ga diobatin akan
terus berlanjut sampe kebentuk kavitas, lalu akan menyebabkan kerusakan pulpa yang

berrsifat irreversible.
Biasanya lesi karies terjadi di pit, fissure, permukaan interproksimal. Keberadaan lesi
awal karies dapat dilihat dari keberadaan stains. Stains itu pigmen yang tertimbun di
permukaan gigi.

Staining ini terbagi jadi 2:


a. Extrinsic stain : di permukaan gigi

b. Intrinsic stain : di substansi gigi


2.1.2

Etiologi Karies

Sukrosa dan glukosa dalam karbohidrat dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan
membentuk asam yang mengakibatkan pH plak menurun sampai di bawah 5 dalam tempo
1-3 menit. Jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan mulai terjadinya proses karies. Terdapat 4
faktor yang terlibat dalam proses karies:
1. Faktor Host dan gigi
a. Morfologi gigi : Daerah yang rentan

Kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak adalah pit dan fisur pada
permukaan oklusal molar dan premolar, hal ini disebabkan sisa makan yang
terakumulasi di dalamnya su[lit untuk dibersihkan pada bagian tersebut.
b. Struktur gigi
- Struktur email berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya resiko karies
seseorang : Semakin padat email gigi maka semakin sulit terkena karies. Hal
tersebut menjelaskan mengapa gigi susu lebih rentan terkena karies
dibandingkan gigi permanen karena kepadatan email gigi susu lebih rendah
-

dibandingkan gigi permanen.


Pada orang yang menderita enamel hypoplasia , sebuah kondisi dimana terjadi
gangguan pada proses pembentukan gigi pada tahapan pembentukan matrix
dan tahapan pengkalsifikasian matrix. Pada saat pembentukan matrix,
defisiensi vitamin A menyebabkan atrofi ameloblas sehingga email tidak akan
terbentuk dengan sempurna. Selain itu defisiensi vitamin C juga menyebabkan
dentin tidak terbentuk yang menjadi efek sekunder enamel hypoplasia, karena
tidak terbentuknya dentin, menyebabkan email tidak terbentuk. Saat tahapan
pengkalsifikasian matrix, kekurangan ion kalsium dan fosfor serta vitamin D

menyebakan tidak terbentuknya email secara sempurna.


c. Faktor Oral Hygiene
Oral hygiene yang buruk akan mendukung kemungkinan terjadinya karies, hal-hal
yang dapat menyebabkan rendahnya oral hygiene seseorang yaitu :
- Penggunaan alat orthodontic
- Frekuensi membersihkan mulut yang kurang
d. Lingkungan gigi: saliva, cairan celah gusi, dan fluor
- Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena
mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan
remineralisasi meningkat jika ada ion flour. Jika aliran saliva berkurang atau
-

menghilang, maka karies mungkin akan tidak terkendali.


Pada bagian celah gigi terdapat cairan. Cairan celah gigi ini mengandung
antibodi yang didapat dari serum spesifik terhadap S.mutans

2. Faktor Mikroorganisme
- Plak: plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produkproduknya, yang terbentuk pada seluruh permukaan gigi. Apabila email yang
bersih terpapar di rongga mulut akan ditutupi oleh lapisan organik amorf
disebut pelikel. Pelikel ini terutama mengandung glikoprotein yang
diendapkan oleh saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Pelikel
ini sangat lengket sehingga mampu melekatkan bakteri-bakteri terntentu di

permukaan gigi. Mula-mula, bakterinya berbentuk kokus, yang didominisi


oleh streptokokus. Kemudian berkembang dan menjerat berbagai bentuk
bakteri yang lain karena sangat lengket. Kemudian bertambah tebal dan
-

bentuknya menjadi campuran antara kokus, batang dan filamen.


Bakteri: streptococcus mutans dan laktobasilus adalah kuman yang kariogenik
karena mampu dengan segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat
diragikan.

3. Faktor subtrat (karbohidrat makanan)


- Karbohidrat menyediakan subtrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan
sintesa polisakarida ekstra sel. Tidak semua karbohidrat sama kariogeniknya.
Karbohidrat yang kompleks misalnya pati relative tidak berbahaya karena
tidak dicerna secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan
berat molekul yang rendah seperti gula akan meresap ke dalam plak dan
-

dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri.


Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak
dengan cepat sampai pada level yang menyebabkan demineralisasi email.
Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu sekitar 30-60 menit.
Karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan menyebabkan

demineralisasi email yang terus menerus dan menahan plak dibawah normal.
Sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (gula yang paling
kariogenik) karena sintesa polisakarida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat
ketimbang glukosa, fruktosa, dan laktosa.

4. Faktor waktu
Waktu merupakan faktor penting terhadap terjadinya karies. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan.

Empat lingkaran yang menggambarkan paduan faktor penyebab karies. Karies akan
timbul hanya jika keempat faktor penyebab tersebut bekerja stimulan

2.1.3

Patogenesis Karies

Konsentrasi asam yang tinggi akan menyebabkan demineralisasi permukaan gigi. Terdapat
keseimbangan antara asam yang tinggi dari plak bakteri dengan factor proteksi dari aliran
saliva yang normal dan oral hygiene yang baik.Pada keadaan normal, beberapa tipe
bacteria hidup di rongga mulut dan beberapa dapat berkoloni di permukaan gigi
membentuk plak, di antaranya Streptococcus mutans. Plak bakteri memfermentasi
karbohidrat, dan akan menyebabkan produksi asam. Plak yang tebal terdapat di fissure dan
groove yang dalam, serta di antara permukaan interproximal merupakan tempat yang
umumnya terjadi inisiasi karies.Karbohidrat yang terfermentasi masuk ke mulut, larut
dalam saliva, membentuk plak mikroorganisms, yang memetabolisme karbohidrat
tersebut, menyebabkan pH turun 2-4 point.Pengembalian pH ke keadaan normal
mengambil waktu sekitar 20 menit-beberapa jam.

Perilaku pasien yang paling signifikan pemicu karies adalah frekuensi konsumsi
karbohidrat terfermentasi, dibandingkan dengan total kuantitasnya. Asam yang dihasilkan
adalah asam lemah, yang hanya akan menyebabkan chronic low-grade karies. Jika
kebiasaan mengonsumsi ini dipertahankan dalam waktu lama, karies akan berkembang
dengan pesat. Sumber asam lainnya adalah soft drink berkarbonasi, cordial, jus jeruk, dan
gastric reflux. Sedangkan jenis makanan yang dapat memproteksi demineralisasi adalah
olahan susu seperti keju dan kacang, karena plak lebih sulit menempel pada permukaan
yang berlemak. Selain itu, chewing juga dapat bersifat proteksi karena menaikkan aliran
saliva.Faktor ini dapat mengembalikan pH ke state normal.

Mekanisme Perkembangan Karies


Interaksi faktor-faktor etiologi karies
Demineralisasi

Remineralisasi

Plak + karbohidrat

Saliva + kehigienisan + fluoride


Faktor pelindung alami

Faktor faktor yang berperan terhadap keseimbangan demineralisasi dan remineralisasi


Faktor destabilisasi

Faktor penstabil

Diet + plak = asam plak

Saliva & kapasitas buffer

Penurunan produksi saliva

Tingkat Ca2+dan PO43-

Tingkat buffer dan pembersihan mulut

Sistem buffer dan remineralisasi

yang rendah
Saliva yang bersifat asam dan asam yang

Protein pembersih mulut / glikoprotein

bersifat erosif
Pemaparan terhadap fluoride

1. Interaksi Ion Asam dengan Apatite


a. Demineralisasi
Komponen mineral dari enamel, dentin, dan sementum adalah hidroksiapatit (HA)
yang terbentuk dari Ca10(PO4)6(OH)2. Dalam suasana netral, HA berada dalam
kesetimbangan dengan lingkungan cair lokal (saliva) yang penuh dengan ion Ca 2+
dan PO43-. Pada pH <5,5, yang merupakan pH kritis untuk HA, HA reaktif terhadap
ion hidrogen dan bereaksi dengan grup phospat pada saliva yang berada dekat
dengan permukaan kristal. Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut PO 43- + H+>HPO42-. Pada saat yang sama, ion hidrogen mengalami buffering. Kemudian,
HPO42- tidak

dapatberkontribusi

pada

kesetimbangan

normal

HA karena

mengandung PO43-,daripada HPO42-sehingga menyebabkan larutnya kristal HA.

b. Remineralisasi
Remineralisasi merupakan tahap pengembalian proses demineralisasi apabila pH
dinetralkan dan terdapat ion Ca2+ dan PO43- yang cukup. Kristal apatit yang larut
dapat dibentuk kembali baik dengan netralnya produk larutan apatit karena buffering
maupun dengan menghalangi proses pelarutan oleh ion Ca2+ dan PO43-. Hal ini
memungkinkan penyusunan kembali bagian-bagian kristal apatit yang larut. Inilah
yang disebut dengan remineralisasi.
Interaksi ini dapat diperkuat dengan kehadiran fluoride di tempat terjadinya reaksi.
Keseluruhan reaksi di atas dikarakteristikkan sebagai proses demin/remin, seperti
yang digambarkan pada gambar berikut.
+ H+
Ca2+ + (HPO4)3 +

Ca10(PO4)6(OH
)2

OH
- H+
+ F-

Ca10(PO4)6(OH).F atau
F2

Proses demineralisasi dan remineralisasi adalah sama pada email, dentin, dan
sementum akar. Meskipun demikian, perbedaan pada struktur dan kuantitas mineral,
serta kandungan jaringan orgnaik pada material menghasilkan perbedaan signifikan
pada proses terjadinya lesi karies.

2. Reaksi Progresif dari Ion Asam dan Apatite


DiagramSikluspH

pH

6,8

6,0

5,5

5,0

4,5

4,0

3,5

Demineralisasi
H+ bereaksi dengan ion PO4

HA larut

dalam saliva dan plak

FA terbentuk

FA dan HA larut

karena kehadiran F

Jika H+ habis terpakai dan/


Remineralisasi

atau terjadi netralisasasi dan

FA terbentuk kembali

semua ion tertahan

HA dan FA terbentuk
8,0

6,8

6,0

Kalkulus Remineralisasi

5,5

5,0

Karies dapat terjadi

4,5

4,0

3,5

Erosi dapat terjadi

terbentuk> Demineralisasi
Saat pertama kali terbentuk, apatit enamel mengandung ion karbonat dan
magnesium. Tapi, ion-ion tersebut sangat mudah larut bahkan pada suasana asam
lemah. Oleh karena itu, terjadi pertukaran yang cepat dan meluas antara ion hidroksil
dan flouride bersamaan dengan larutnya ion karbonat dan magnesium yang
mengarah pada enamel yang lebih mature dan lebih resisten terhadap asam. HA
terbentuk pada saat suasana yang relatif normal. Ketika suasana berubah menjadi
lebih asam di mana banyak terdapat ion hidrogen, ion hidrogen akan berekasi
dengan ion PO4 dalam t dan plak sampai pH mencapai kira-kira 5,5 (pH kritis untuk
HA). Pada pH ini Ha akan larut. Selain itu, simpanan flouride yang terbentuk diawal
akan membentuk flouroapatit (FA). Ketika pH semakin turun dan mencapai 4,5 (pH
kritis untuk FA), FA pun akan larut. Apabila ion hidrogen telah terpakai, mengalami
netralisasi, dan semua ion ditahan, FA akan terbentuk kembali dan terjadilah

remineralisasi. Kemudian HA dan FA akan terbentuk kembali dan akan mengulangi


reaksi yang sama. Karies akan terbentuk apabila proses demineralisasi lebih besar
dari proses remineralisasi.
3. Kemungkinan lanjutan
Kemungkinan lanjutan ini dilihat dari diagram siklus pH, yakni tergantung dari
kekuatan asam yang ada, frekuensi dan durasi dari produksi dan potensial
remineralisasi di situasi khusus.
a. Enamel dapat melanjutkan kematangannya sehingga menjadi lebih resisten
terhadap asam.
b. Karies kronis dapat berkembang Demineralisasi lambat dengan remineralisasi
aktif (lesi subpermukaan/subsurface lesion)
c. Karies besar dapat timbul Demineralisasi tinggi dengan remineralisasi lemah
Erosi dapat terjadi. Erosi gigi adalah kehilangan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh
demineralisasi kimia, bukan bakteri. Erosi menyebabkan demineralisasi sangat tinggi, tanpa
remineralisasi sama sekali.
Hitologi Karies
Karies Terbagi Menjadi:

1. Karies email
-

Karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras) dan
bekum terasa sakit. Karna pada email tidak terdapat ujung ujung saraf dan pembuluh
darah.

Tanda pertama karies enamel itu adanya si white spot. White spot ini warnanya putih
kapur. Si white spot ini muncul karena adanya demineralisasi. Biasanya dia terlihat

setelah 4 minggu.
Apabila dibiarkan white spot akan menjadi hitam / coklat pada enamel. Ketika proses
demineralisasi berlanjut, email mulai pecah dan membentuk kavitas.

Zona zona dari lesi karies email yang baru terbentuk :


o Zona 1 (translucent zone)
-

Translucent zone ini adalah zona yang paling dalam

tidak selalu terlihat disemua lesi tapi kalo ada dia terletak pada bagian depan.

Zona ini merupakan daerah perubahan awal dari gambaran normal, tampak tidak
berstruktur, translusen dan berbatasan dengan zona gelap di daerah permukaan dan
enamel normal .

o Zona 2 (dark zone)


-

Letaknya diatas zona translusen.

Pada dark zone terdapat pori-pori kecil yang merupakan daerah yang telah mengalami
remineralisasi

o Zona 3 (body of the lesion)


-

Daerah yang paling besar

letaknya di atas zona gelap dan dibagian dalam permukaan karies.

Bagian yang kehilangan HA paling besar

o Zona 4 (surface zone)


-

Surface zone ini biasanya tidak terserang tapi kalo kariesnya terus berkembang area

ini akan hancur dan terbentuklah kavitas.


relative tidak diserang karena ada hubungannya dengan sifat-sifat enamel yang
mempunyai derajat remineralisasi tinggi, kandungan fluor yang banyak, dan
kemungkinan jumlah protein yang tidak larut lebih besar dibanding dengan lapisan di
bawahnya

Potongan melintang lesi karies enamel a:permukaan email, b:body of lesion, c:dark zone
d:translucent zone

*Fissure Karies
Proses pembentukannya ini bergerak kea rah dentinoenamel junction dan searah dengan
enamel rod terus lama-lama akan makin besar menuju dentin
2. Karies dentin
- Demineralisasi yang terus berlangsung menyebabkanbakteri berkembang permanen di
dalam kavitas, sehingga mulai menyerang dentin.

Menyebabkan dentin mulai berubah warna dan membusuk sehingga dentin harus

diganti dengan bahan restorasi.


Apabila karies telah mencapai dentin mulai terasa sakit apabila terkena rangsangan
dingin dan makanan asam.

Zona zona dari karies dentin:


o Zona 1 dentin normal yang di dalamnya terdapat
tubulus dentin dengan prosesus odontoblas yang halus,
interbular dentin yang memiliki kolagen normal dan
kepadatan normal Kristal apatit.
o Zona 2 affected dentin bagian dalam dari karies
dentin

(inner

carious)

yang

merupakan

zona

demineralisasi interbular dentin. Si affected dentin itu


ciri2nya

kering,

keras

warnanya

coklat

sampai

kehitaman, bakteri sedikit atau bahkan ga ada, masih


dapat remineralisasi.
o Zona 3 infected dentin bagian luar karies dentin
(outer carious). Ciri-cirinya lembab, lunak dan warnanya kuning pucat, terdapat
banayk bakteri dan tidak bisa remineralisasi . tidak ada mineral dan kolagen yang
menyusun dentin.

*tambahan:
- Zona subtransparent dentin
Zona

yang

intertubulus

mengalami
dentin.

demineralisasi

Sebagai

zona

pada
awal

terbentuknya kristal yang sangat halus di dalam


lumen tubulus dentin.
- Zona transparent dentin
Terjadi pelunakan dentin dari dentin normal. Disebabkan oleh demineralisasi dalam
intertubulus dentin. Tidak terdapat bakteri. Ikatan kolagen tetap utuh sehingga dapat
meremineralisasikan intertubulular dentin yang mulai rusak sehingga memungkinkan
terjadinya self repair untuk melindungi pulpa.

- Zona turbid dentin


Terjadi invasi bakteri yang ditandai pelebaran tubulus dentin yang terisi bakteri. Ikatan
kolagen mulai terdenaturasi sehingga tidak terjadi self repair pada fase ini.
3. Karies pulpa
Telah mencapai pulpa, sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Terjadi kerusakan pada pulpa
dan pembuluh darah. Menyebabkan timbulnya rasa nyeri walaupun tanoa rangsangan.
Apabila tidak tidak dilakukan perawatan gigi akan mati, atau perawatan yang lebih kompleks.
Rencana perawatan dengan preparasi minimal dan perawatan endodontic.

2.2

Karies pada Anak & Dewasa

1. Karies pada Gigi Permanen


Smooth Surface Caries (Free Smooth Surface dan Approximal Smooth Surface) :
- Masih bersifat reversible
- Terdapat pada bagian kontak interproksimal dan bagian permukaan lunak lain
- Ditandai dengan bercak putih kemudian terjadi penghancuran enamel dan akhirnya
terbentuk kavitas
- Free smooth surface lebih rendah risiko kariesnya karena mudah dibersihkan secara
mekanis dibadingkan hidden smooth surface atau approximal smooth surface.
- Perawatan
o Diet
o Pemberian mineral untuk membantu remineralisasi enamel
Occlusal Caries (Pit and Fissure Caries) :
- Sulit dideteksi daripada karies permukaan lunak
- Deteksi dengan melihat adanya stain pada pit dan fissure
- Tahapan
o Small pit : Mikroorganisme mulai menyerang pit

o Bluish-white area : Sifat dentin lebih lunak dari enamel sehingga mikroorganisme
mulai menyerang dentinoenamel junction, menyebabkan bercak putih pada enamel
o Open cavity : Terlihat kavitas besar berwarna coklat muda
o Pulpitis : Mikroorganisme mencapai pulpa dan terjadi infeksi
o Apical abscess : Pulpa mati dan pulpitis mencapai ligamen periodontal
- Tempat rentan perkembangan mikroorganisme
o Enamel pit dan fissure permukaan oklusal M dan P, Bucal pit pada M, dan Palatal pit
pada I atas
o Permukaan enamel approximal bagian servikal dari contact point
o Enamel bagian servikal, koronal dari gingival margin
o Pasien penyakit periodontal pada gingival recession
o Bagian yang direstorasi
Root Caries :
- Pada cementum bagian akar dan dentin
- Kebanyakan pada orang dewasa
- Tahapan
o Rusaknya cementum dan dentin
o Terbentuk kavitas
o Open Cavity
o Pulpitis
o Apical Abscess
Secondary Caries :
- Terdapat pada permukaan marginal dari restorasi
- Terjadi karena microleakage (ada gap antara dentin sama material restorasi yang
menyebabkan propagasi bakteri)

- Dapat berupa :
o CARS (caries adjacent to restoration and sealant) yaitu secondary caries yang terletak
berdekatan dengan restorasi
o Recurrent caries yaitu karies yang muncul kembali pada gigi yang sebelumnya telah
mengalami karies dan direstorasi.
2. Karies pada Gigi Sulung
Rampant Caries :
Terjadi pada anak-anak yang sering mengkonsumsi makanan kecil & Pasien
xerostomia sebagai hasil dari radioterapi penyembuhan yang dilakukan

Nursing caries : karies pada masa densisi pertama

Arrested caries : lesi karies tidak berkembang, terjadi karena perubahan lingkungan
mulut dari kondisi yang mendukung karies jadi kondisi yang menghentikan lesi
karies

2.3

Klasifikasi Karies

1. Menurut G.V.Black, karies diklasifikasikan berdasarkan lokasi spesifik dari lesi karies
yang sering terjadi pada gigi.
a. Kelas I
Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior maupun posterior.
b. Kelas II
Karies yang terjadi pada permukaan approximal dari gigi posterior. Kavitas ini biasa
terdapat pada permukaan halus di bawah titik kontak yang sulit dibersihkan. Bentuk
lesi pada kelas ini biasanya berbentuk elips.
c. Kelas III
Karies yang terjadi pada permukaan approximal dari gigi anterior. Karies bisa terjadi
pada permukan mesial atau distal dari insisivus atau caninus. Bentuk lesi pada kelas ini
biasanya berbentuk bulat dan kecil.
d. Kelas IV
Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang meluas ke incisal
sehingga melemahkan sudut incisal edgenya dan dapat menyebabkan fraktur pada gigi.

e. Kelas V
Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa terjadi pada permukaan
facial atau labial, namun lebih dominan terjadi pada permukaan fasial gigi. Kavitas
pada kelas ini bisa mengenai sementum gigi.
f. Kelas VI
Karies yang terjadi pada ujung-ujung cusp gigi posterior dan incisal edge.

2. Menurut G. J. Mount dan W. R. Hume


a. Berdasarkan tempat (letak lesi)
-

Site 1 Pada pit dan fisur permukaan oklusal gigi posterior dan kerusakan
serupa pada permukaan halus gigi.

Site 2 Pada kontak area antara gigi-gigi yang saling bersebelahan, baik
anterior maupun posterior.

Site 3 Pada daerah servikal yang berhubungan dengan gusi, termasuk


permukaan akar yang terlihat.

b. Berdasarkan ukuran lesi


-

Size 0 Lesi yang paling awal terbentuk, belum terdapat kavitas. Perawatan
yang diperlukan adalah perawatan non-invasif (menghilangkan penyebabnya) dan
tidak membutuhkan perawatan lebih lanjut.

Size 1 Lesi yang terbentuk masih kecil dan membutuhkan intervensi operatif.
Kavitas permukaan minimal yang melibatkan dentin sedikit diluar perawatan

remineralisasi. Beberapa bentuk restorasi diperlukan untuk mengembalikan


permukaan yang halus dan mencegah akumulasi plak lebih lanjut.
-

Size 2 Ukuran kavitas sedang, dimana masih terdapat struktur gigi yang cukup
untuk dapat menyangga restorasi yang akan ditempatkan dan gigi masih dapat
beroklusi dengan normal.

Size 3 Kavitas yang berukuran lebih besar, sehingga preparasi kavitas


diperluas agar restorasi dapat digunakan untuk melindungi struktur gigi yang
tersisa dari retak atau patah.

Size 4 Sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur gigi seperti cusp atau
sudut insisal.

3. Menurut ICDAS
a. D0 Tidak ada kelainan.
b. D1 Lesi karies terlihat pada gigi yang kering. Belum ada kavitas.
c. D2 Lesi karies terlihat pada gigi yang basah. Belum ada kavitas.
d. D3 Karies email.
e. D4 Karies dentin terbatas.
f. D5 Karies dentin meluas.
g. D6 Karies mencapai pulpa.
4. Karies gigi sulung dan permanen
a. Berdasarkan Lokasi Anatomis
Pit and Fissure Caries
Terjadi pada bagian pit dan fissure pada gigi-gigi posterior. Jenis karies ini lebih sulit
dideteksi daripada karies yang terjadi pada permukaan yang lunak. Cara untuk
mendeteksinya adalah dengan melihat ada atau tidaknya stain pada bagian fissure dan
pit.
Tahapan proses karies pada bagian ini adalah sebagai berikut:

Small Pit Mikroorganisme mulai menyerang bagian gigi yang rentan terkena
karies, yaitu pit.

Bluish-White Area Terjadinya warna keputihan pada bagian enamel karena


mudahnya mikroorganisme menyerang DEJ (Dentinoenamel Junction) akibat
dari dentin yang lebih lunak daripada enamel sehingga bakteri lebih mudah
masuk.

Open Cavity Seiring dengan mikroorganisme yang menuju ke DEJ, mulai


terlihat kavitas yang berwarna coklat muda.

Pulpitis Kondisi ini terjadi dimana pulpa sudah mulai diinvasi oleh
mikroorganisme, sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi.

Apical Abscess Pulpa sudah mati dan gigi sudah tidak dalam kondisi baik
karena pulpitis sudah mulai merambah ke ligamen periodontal.

Smooth-Surface Caries
Banyak ditemukan pada bagian kontak interproksimal. Karies pada bagian
interproksimal merupakan karies yang paling sulit dideteksi, karena terkadang tidak
dapat dilihat secara visual atau secara manual dengan menggunakan explorer gigi
sehingga dibutuhkan pemeriksaan radiografi. Tidak hanya pada bagian kontak
interproksimal, karies jenis ini juga dapat terjadi pada permukaan lunak yang lain.
Karies ini ditandai dengan adanya bercak putih yang kemudian akan mengakibatkan
hancurnya enamel. Jika kondisi ini terus berlanjut maka dapat menyebabkan
timbulnya kavitas atau lubang.
Root Caries
Merupakan tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan
akar telah terbuka karena resesi gusi. Apabila kondisi gusi sehat, karies ini tidak akan
berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Awal dari pembentukan
karies ini adalah rusaknya sementum dan dentin sehingga membentuk kavitas pada
bagian akar.
b. Primary Caries dan Secondary Caries
Primary Caries karies yang terjadi pada bagian gigi yang belum direstorasi

Secondary Caries karies yang terdapat pada permukaan marginal restorasi. Karies
ini dapat terjadi akibat: preparasi kavitas yang kurang baik, restorasi yang kurang
efektif, terdapat celah disekitar tambalan amalgam, atau kombinasi dari beberapa hal
tersebut.
c. Berdasarkan Aktivitasnya
Active Carious Lesion karies aktif yang masih terus berkembang.
Arrested Carious Lesion Jenis karies dimana lesi tidak berkembang lagi. Hal ini
dapat dijumpai jika lingkungan oral telah berubah dari yang tadinya memudahkan
timbulnya karies ke keadaan yang cenderung untuk menghentikan karies.
d. Lain-lain
Rampant Caries
Rampan karies ialah suatu jenis karies yang proses terjadinya dan meluasnya sangat
cepat dan tiba-tiba, sehingga menyebabkan lubang pada gigi, terlibatnya pulpa dan
cenderung mengenai gigi yang imun terhadap karies yaitu gigi insisivus depan bawah.
Rampan karies dapat disebabkan karena buruknya oral hygiene atau seringnya
mengkonsumsi makanan kariogenik atau minuman manis. Selain itu, rampan karies
juga dapat disebabkan karena kurangnya aliran saliva (hyposalivation). Radioterapi
pada daerah muara saliva pada penderita tumor ganas adalah salah satu faktor
penyebab dari berkurangnya aliran saliva secara akut.
Nursing Caries atau Bottle Caries
Karies botol adalah suatu karies yang terjadi pada bayi dan anak yang masih sangat
muda berupa karies yang hebat dan parah pada gigi desidui disebabkan cara
pemberian makanan/susu/ASI yang tidak tepat. Gigi yang sering terlibat adalah gigi
insisivus sentralis dan lateralis atas, molar pertama desidui atas dan bawah.
Permukaan yang terkena dimulai dari proksimal kemudian labial (servikal) dan
oklusal pada gigi molar.
Selama menyusui dengan ASI atau botol, puting susu atau dot terletak di bagian
palatal, menyebabkan palatum tertekan, sementara itu otot oral menekan isi botol ke
dalam mulut. Cairan dari botol atau ASI tidak/sedikit mengenai gigi depan bawah
karena secara fisik gigi bawah dilindungi oleh lidah, juga oleh ludah yang berasal dari

kelenjar saliva. Di samping itu, gigi depan bawah juga merupakan gigi yang relatif
imun terhadap karies. Jika anak tertidur dengan puting susu atau dot berada dalam
mulut, cairan tersebut akan tergenang pada gigi atas. Jika cairan tersebut mengandung
karbohidrat yang memfermentasikan asam disekeliling gigi akan terjadi proses
dekalsifikasi. Aliran saliva dan proses penelanan yang kurang selama tidur akan
membahayakan gigi karena tidak ada self cleansing.
5. Berdasarkan Kedalaman
a. Karies Superfisialis karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum
terkena.

b. Karies Media karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin.

c. Karies Profunda karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadangkadang sudah mengenai pulpa.

6. Berdasarkan Keparahan
a. Karies Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan
seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan
oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada
permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email
(iritasi pulpa).
b. Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan
aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi
pulpa).
c. Karies Berat/Parah
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya
bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun
pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior
sudah meluas ke bagian pulpa.
2.4

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan ekstra oral


Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk melihat kondisi secara keseluruhan. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan:
1. Struktur hubungan maksila dan mandibula yang terlihat dari luar
2. Pembengkakan dan wajah asimetri
3. Hipertrofi otot yang kemungkinan merupakan Para functional activity
4. TMJ; palpasi, dengan merasakan apakah ada klik atau gerakan yang tidak seharusnya atau
tidak
5. Kelenjar submandibular di palpasi
Pemeriksaan intraoral
Pemeriksaan intraoral dilakukan untuk melihat ada tidaknya kelainan secara keseluruhan,
mulai dari jaringan lunaknya, jaringan periodontal, restorasi, dan lainnya.
Jaringan lunak, seperti lidah, mulut dan dasar mulut, bukal dan lingual, termasuk bibir
untuk dilihat apakah ada kelainan berupa ulcer, perubahan warna mukosa, dan lain-lain.
Pemeriksaan periodontal, terdiri dari pemeriksaan plak, periodontal secara umum, resesi
gingiva.

Pemeriksaan konservasi, terdiri dari pemeriksaan apakah terjadi karies atau tidak,
penggunaan restorasi atau tidak, terjadi atrisi atau fraktur pada gigi, serta apakah terjadi
perubahan warna pada gigi.

Pemeriksaan penggunaan prosthodontic lepasan, terdiri dari pemeriksaan keadaan mukosa


dan tulang penyangga di area edentulous, kondisi gigi triuan yang dipakai terhadap retensi
dan stabilitas dalam mulut

Pemeriksaan oklusi pasien

Pemeriksaan khusus dilakukan apabila informasi dari pemeriksaan oral masih kurang
dalam menegakkan diagnosa, pemeriksaannya meliputi pemeriksaan radiografi, vitalitas
pulpa.
Seperti:
1. Tes Perkusi
Tes perkusi merupakan indikator yang baik keadaan periapikal. Respon yang
positif menandakan adanya inflamasi periodonsium. Gigi diberi pukulan cepat dan
tidak keras, mula-mula dengan jari denganintensitas rendah, kemudian intensitas
ditingkatkan dengan menggunakan tangkaisuatu instrumen, untuk menentukan
apakah gigi merasa sakit. Suatu responsensitif yang berbeda dari gigi
disebelahnya, biasanya menunjukkan adanya perisementitis (periodontitis).
2. Tes Palpasi
Tes palpasi dilakukan jika dicurigai ada pembengkakan pada intra oral atau ekstra
oral. Abses dalam mulut terlihat sebagai pembengkakan di bagian labial dari gigi
yang biasanya sudah non vital.
3. Tes Vitalitas
a. Test termis.
Test termis merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi keadaan pulpa. Sakit
yang tidak hilang setelah rangsangan termal merupakan indikasi keadaan patologi
pulpa yang irreversibel.
Test termis : dengan guttapercha panas ; dengan chlor-etil.
b. Test elektris.
Test pulpa elektris sulit dilakukan pada anak karena anak belum dapat
membedakan rangsangan test elektris. Anak memberi reaksi karena anak dalam
keadaan takut sehingga merasa sakit. Vitalitas pulpa dapat bertahan dalam

keadaan inflamasi tetapi berkurang kualitas dan kuantitasnya selama resorpsi gigi
sulung.
4. Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografik yaitu foto bitewing, periapikal dan panoramik diperlukan
untuk membantu menegakkan diagnosa dalam mempertimbangkan jenis
perawatan yang harus diberikan antara lain memberi evaluasi masalah :
a. Perluasan karies dan kedekatannya dengan pulpa.
b. Keadaan restorasi yang ada.
c. Ukuran dari keadaan ruang pulpa :
- Dentin sekunder
- Kalsifikasi
- Resorpsi interna
d. Akar : bentuk, resorpsi interna
e. Apeks :
- Tingkat resorpsi
- Resorpsi patologis
- Resorpsi yang terlambat
f. Tulang
Melihat adanya rarefaction pada daerah periapikal atau bifurkasi dan kehilangan
lamina dura
Pemeriksaan radiologis
Radiograf dapat mendeteksi karies karena karies menyebabkan demineralisasi pada email
dan dentin. Lesi terlihat radiolusen karena daerah terdemineralisai tidak menyerap foton
x-ray sebanyak daerah yang bagus. Kelemahan radiograf adalah radiograf tidak mampu
menunjukkan apakah lesi itu sedang aktif atau sedang terjadi remineralisasi (stop dan
terjadi perbaikan) dalam 1 buah foto saja. Untuk melihat apakah karies tersebut aktif atau
tidak, kita harus foto lagi beberapa waktu selanjutnya.
Pemeriksaan radiologis dapat digunakan untuk mendeteksi:
1. Permukaan proksimal
Bentuk lesi pada daerah proksimal pada enamel adalah segitiga dengan dasar segitiga
yang lebar itu ada di permukaan gigi (bentuk histologist white spot). Ketika bagian
yang tajam (proses remineralisasi) mencapai DEJ maka akan membentuk dasar dari
segituga kedua dengan apeks mengarah ke kamar pulpa. Karena permukaan gigi

posterior itu sering kali lebar, kehilangan sejumlah kecil mineral (lesi masih kecil)
sulit idetiksi pd radiograf.
Pada enamel, lesi tidak jelas terlihat secara radiografis jika demin tidak mencapai
30%-40%. Dengan alasan ini, kedalaman penetrasi yang sebenarnya pada karies itu
sering kali lebih dalam dari pemeriksaan radiograf. Kalo lesi yang sudah sampai
dentin itu lebih mudah untuk dideteksi.
2. Permukaan oklusal
Lesi karies pada anak dan dewasa sering terdapat pada oklusal gigi posterior (pit dan
fissure). Lesi akan menyebar dari email ke dentin dengan menembus DEJ (terlihat
sebagai garis tipis radiolusen antara enamel dan dentin). Tampilan radiografis karies
oklusal adalah daerah dengan dasar yang lebar (dasar di bawah fissure) dengan sedikit
atau tidak ada perubahan nyata dari enamel. Semakin dalam lesi semakin mudah
dideteksi.
3. Permukaan bukal dan lingual
Lesi bukal dan lingual itu terjadi pada enamel pit dan fissure gigi. Ketika masih kecil,
lesi biasanya bundar dan ketika membesar menjadi eliptik atau semilunar.
Pendeteksian pada daerah bukal/lingual ini sedikiut sulit. Lesi terlihat sebagai daerah
sirkuler yang berbatas jelas dengan enamel yang tidak berkaries mengelilingi lesi.
4. Permukaan akar
Lesi permukaan akar melibatkan sementum, dentin dan bisa terjadi resesi gingival.
Sementum yang terekspos itu relative lunak yang menyebabkan degradasi
berlangsung cepat. Karies akar seharusnya dapat dideteksi secara klinis sehingga
radiograf sering tidak dibutuhkan.
5. Berkaitan dengan dental restoration
Recurrent/secondary caries merupakan demin baru karena bentuk restorasi yang tidak
sempurna sehingga terjadi akumulasi plak. Karies ini dapat dibedakan dengan karies
residu dari karies awal yang tidak dihilangkan secara lengkap. Lesi di dekat restorasi
sering dikaburkan oleh gambaran radiopak dari retorasi sehingga juga diperlukan
pemeriksaan klinis yang teliti.
6. Setelah terapi radiasi
Pasien yang menerima terapi radiasi pada bagian kepala dan leher bisa menderita
kehilangan fungsi kelenjar saliva yang berakibat xerostomia radiation caries.
Tampilan radiografisnya muncul bayangan radiolusen pada servikal gigi yang paling
jelas terlihat di aspek mesial dan distal.
2.5

Perawatan Karies

Perawatan Non-Invasif Untuk Pencegahan Karies Gigi

Ada beberapa cara untuk membantu pasien dalam mencegah atau menghentikan pembentukan
karies.
1. Faktor Diet
Jika ion-ion asam secara terus-menerus dihasilkan oleh plak,ion asam tersebut akan menyerap
basa dari saliva, sehingga proses remineralisasi tidak dapat melawan faktor-faktor penyebab
demineralisasi.
Ukuran untuk memperbaiki diet
Sangatlah penting untuk menaksir secara pasti kandungan dari makanan diet untuk
mengetahui zat-zat yang paling mendukung pembentukan karies, sehingga makanan pengganti
dapat direkomendasikan.
Asam ekstrinsik dan intrinsik
Aspek kedua dalam asupan makanan yang harus diperhatikan adalah kandungan asam
ekstrinsik. Zat ini biasanya terkandung dalam minuman minuman seperti minuman berkarbonasi
dan jus.Tingkat konsumsi yang tinggi dari minuman ini secara signifikan dapat menambah
konsentrasi dan kekuatan ion-ion asam di permukaan gigi sehingga mempercepat demineralisasi.
Asam intrinsik akan timbul dari aliran asam lambung, muntah berulang-ulang, dan masalahmasalah seperti bulimia. Hal ini seringkali sulit didiagnosa dan membutuhkan keterlibatan dari
para professional
2. Mengevaluasi dan Memperbaiki Kebersihan Mulut
Menurut beberapa penelitian, menyikat gigi dapat turut menghambat proses pembentukan
karies.
Beberapa hal yang harus diperhatikan :

Kecocokan antara sikat dengan kondisi gigi geligi pasien

Cara pemakaian sikat

Frekuensi dan lamanya menyikat gigi

Penggunaan rutin dari pasta gigi berfluoride dapat ikut meningkatkan manfaat menyikat gigi

Dysclosing Systems dapat membantu dokter gigi dan pasien dalam memperhitungkan
efektivitas dari kontrol plak rutin
Rutinitas membersihkan mulut yang pertama seharusnya dikerjakan pada pagi hari baik
sebelum atau sesudah sarapan. Tujuannya adalah menghilangkan plak bukan mengurangi sisasisa makanan. Maka dari itu, membersihkan mulut dan gigi sebelum dan sesudah makan sama

efektifnya. Namun, jika sarapan yang dikonsumsi mengandung minuman berPH rendah,
seperti jus jeruk, membersihkan sebelum makan akan mengurangi kemungkinan terjadinya
erosi mekanik.
Rutinitas membersihkan mulut yang kedua seharusnya dikerjakan sebelum tidur pada
malam hari. Selama kita tidur, saliva mengalir dengan sendirinya dan persediaan kandungan
basa menghilang. Karena itu, pembersihan seluruh plak juga harus diikuti dengan obat
pencegahan yang disarankan, misalnya topical fluoride atau chlorhexidine, seharusnya
digunakan saat tersebut. Dengan ketiadaan plak, fluoride dapat digunakan oleh struktur gigi
dengan lebih efektif dan konsekuensi dari kurangnya saliva menjadi tidak ada.
Dengan kemunculan karies, pembersihan mulut dan gigi yang rutin seharusnya dilakukan
baik sebelum atau sesudah pemasukan makanan untuk mencegah kerja fermentable
carbohydrates dalam proses karies. Obat gigi harus digunakan karena peran fluoride sangat
besar dalam pencegahan pembentukan karies.
Pembersih tambahan:
-

Dental floss

Obat kumur (mengandung chlorhexidine gluconate) yang berguna untuk mengurangi


bakteri dalam mulut. Hindari pemakaian obat kumur yang mengandung alkohol.

Obat kumur dengan 10% povidone-iodine dapat mengurangi jumlah bakteri pada saliva,
terutama bagi anak-anak.

3. Mengevaluasi dan meningkatkan faktor-faktor perlindungan saliva


Kurangnya proteksi saliva secara umum merupakan hasil dari pengurangan sekresi saliva
(xerostomia). Petunjuk-petunjuk klinik dan visual untuk membantu mendeteksi xerostomia :

Oral mukosa terlihat kering

Pasien sering membasahi bibirnya

Pasien perlu banyak minum

Pasien dengan tingkat karies tinggi terlihat memiliki diet noncariogenic yang normal dan
efektif oral hygiene

Pasien secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang menyebabkan hyposalivation

Beberapa kondisi medis menyebabkan xerostomia, seperti Sjogrens syndrome,


rheumatoid arthritis, dan lain-lain.

a.) Taksiran Parameter Saliva

Flow rate : Normal 1.5-2.5 mL/menit. Kurang dari 0.7 mL/menit mengindikasikan
xerostomia

Buffering capacity :

mentaksir menggunakan tes komersial yang menunjukkan

pengurangan pH yang dapat dicapai oleh saliva.

Bacteriological tests : mengukur kuantitas streptococcus mutans atau lactobacillus


dalam saliva.

Acidogenicity tests : mengukur tingkat pH di sekitar gigi


Tes-tes tersebut mengindikasikan kemungkinan terjadinya karies. Namun kontrol

karies masih mungkin dilakukan jika pasien melakukan pencegahan serius dengan diet
dan oral hygiene dan meningkatkan penggunaan topical fluoride.
b.) Sebab-sebab hyposalivation :

Penggunaan obat-obatan: antidepressants, anti-parkinsonian,dan marijuana

Radioterapi pada daerah head and neck

Rheumatoid conditions seperti sjogrens syndrome mengakibatkan pengurangan


sakresi dari berbagai kelenjar termasuk salivary glands.

Kondisi medis lain seperti diabetes dan stress.

c.) Memperbaiki proteksi saliva


Perbaikan salivary flow mungkin sulit dilakukan, terutama yang disebabkan oleh penyakit
sistemik. Mengunyah permen karet bebas gula memberikan kita efek positif tertentu.
Penggunaan pilcarpine secara intraoral akan meningkatkan aliran saliva pada pasien dengan
kondisi tertentu. Sebab beberapa pasien menunjukkan reaksi alergi.
d.) Xerostomia alleviating products
Beberapa bahan pengobatan akan meringankan rasa tidak nyaman akibat xerostomia.
Juga terdapat saliva buatan yang mengandung elektrolit-elektrolit yang normal terdapat dalam
saliva, memiliki viskositas yang sama dan dapat memberikan kenyamanan sementara.
Ada beberapa gel yang dapat dipakai pada oral mukosa yang dapat membantu
membasahi selama beberapa waktu. Ini akan memperbaiki kontrol infeksi dan menggantikan
elektrolit-elektrolit penting.
Sodium laurel sulphate, normal terdapat dalam pasta gigi, dapat menyebabkan iritasi
pada oral mukosa yang kering. Namun ada juga produk pasta gigi tertentu yang tidak
mengandung bahan ini.

2.6

Pencegahan Terjadinya Karies dan Material Preventif Karies

Pencegahan karies ditujukan untuk mengurangi jumlah bakteri kariogenik di dalam mulut.
Salah satunya dengan perawatan preventif yang berfungsi untuk membatasi terjadinya
demineralisasi pada gigi yang disebabkan oleh bakteri kariogenik, sehingga lesi yang
berlubang dapat dicegah. Metode perawatan preventif ada dua, yaitu:
Membatasi pertumbuhan pathogen dan metabolismenya
Meningkatkan ketahanan permukaan gigi terhadap demineralisasi
Untuk mencegah terjadinya karies dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Terdapat beberapa tindakan yang dapat diterapkan, antara lain:
Menyikat gigi
Menyikat gigi ialah untuk menghilangkan plak, bukan debris makanan. Sebaiknya
tindakan membersihkan gigi dilakukan sebelum makan, setelah makan, dan yang
terpenting ialah sebelum beristirahat (tidur).
Penggunaan Fluoride
Fluoride bereaksi langsung dengan email dan dentin. Fluor dapat digunakan sebagai
antikaries karena:
Ion fluor dapat meningkatkan terjadinya pengendapan ion-ion kalsium dan fosfat
menjadi fluorapatit ke dalam gigi untuk menggantikan mineral yang hilang karena
demineralisasi. Penggantian ion dapat membuat enamel lebih tahan terhadap asam

dan dapat memicu remineralisasi pada lesi karies yang belum berlubang.
Ion fluoride juga dapat mengatur produksi enzim glukosiltransferase yang dapat
mencegah glukosa untuk membentuk polisakarida ekstraselular sehingga penempelan
bakteri dapat dikurangi, polisakarida interseluler juga akan diperlambat sehingga
dapat mencegah penyimpanan karbohidrat dengan membatasi mikrobial antara
makanan-makanan

yang

dikonsumsi

host

tersebut

sehingga

menghambat

pembentukan plak.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan fluoride, yaitu
frekuensi membersihkan daerah oral dan konsentrasi fluoride yang diaplikasikan. Waktu
yang terbaik untuk menggunakan fluoride adalah malam hari dengan durasi 3 menit.
Bentuk yang terbaik untuk fluoride adalah acidulated phosphate fluoride gel.

Peralatan medis untuk memberi fluoride pada gigi


Konsumsi fluor yang efektif dan diperbolehkan adalah 1 ppm. Jika kurang, dapat
menyebabkan hilangnya efek preventif dari fluor, tetapi jika berlebihan dapat
menyebabkan fluorosis email. Untuk dewasa, dosis maksimalnya ialah 5 mg per kilogram
berat badan per hari. Untuk anak-anak, kemugkinan dosis yang toxic ialah 5 mg per
kilogram berat badan per hari. Dosis sehari-hari yang lebih dari 0,07 mg per kilogram
berat badan per hari untuk anak-anak dapat menyebabkan fluorosis.
Antimicrobial Agents
Chlorohexidine merupakan salah satu antimicrobial agents yang dapat digunakan sebagai
bahan dasar obat kumur dan varnish. Varnish yang menggunakan chlorohexidine dapat
meningkatkan remineralisasi dan mengurangi bakteri Streptococcus mutans. Sebagai obat
kumur, dapat digunakan sebelum tidur karena saat tidur kecepatan aliran saliva berkurang
sehinnga antimicrobial agent langsung berhadapan melawan Streptoccus mutans dengan
cara menempel ke struktur permukaan dalam mulut. Chlorhexidine merupakan
antibakterial yang paling efektif. Dalam pengaplikasian chlorohexidine, air dapat
digunakan sesuai keinginan. Untuk efek maksimal, aplikasikan 2,0% chlorohexidine dua
kali sehari, dalam waktu singkat. Untuk kontrol jangka panjang, aplikasikan 0,2%
chlorohexidine setiap hari. Chlorohexidine tidak boleh digunakan dalam jangka waktu
satu jam setelah menggunakan pasta gigi.
Kontrol Diet
Kandungan sukrosa pada makanan memiliki efek negatif pada plak, yaitu kebiasaan
mengonsumsi makanan yang mengandung sukrosa dapat mempertinggi kemungkinan
bakteri Streptococcus mutans bertambah banyak. Dengan demikian, kontrol diet juga
dibutuhkan untuk pencegahan karies.
Xylitol Gums
Xylitol merupakan gula alami yang memiliki lima karbon, berasal dari pohon birch yang
dapat mencegah molekul sukrosa berikatan dengan S.mutans. Selain itu, S.mutans tidak
dapat memetabolisme xylitol sehingga jumlahnya akan berkurang dan dapat
meningkatkan terjadinya remineralisasi dan mencegah karies dentin. Selain itu, manfaat
xylitol juga bisa untuk mengurangi keasaman plak karena dengan mengunyah, aliran

saliva terstimulasi, yang berpengaruh terhadap penuruan pH setelah makan karena ada
proses buffer. Mengonsumsi permen karet xylitol disarankan dilakukan setelah mengemil
selama 5-30 menit atau setelah makan.
Pit and Fissure Sealants
Merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah permukaan gigi dari karies.
Kegunaan pit and fissure sealants adalah:
Mengisi pit dan fissure pada gigi dengan resin sehingga lebih tahan terhadap asam
Bakteri S.mutans dan bakteri kariogenik lainnya jadi kehilangan tempat tinggal
Sealants membuat pit dan fissure lebih mudah dibersihkan secara mekanis
Tooth Mousse
Penggunaan tooth mousse adalah metode pencegahanlubang atau kerusakan pada gigi
dengan mengoleskan krimtooth mousse pada gigi untuk menyeimbangkan pH yang ada
pada saliva dalam mulut. pH yang terlalu asam dapat menyebabkan kerusakan dan
kesensitifan pada gigi. Toothmousse merupakan krim topikal yang merupakan
nanokompleks kalsium danfosfat yang didapat dari peptida yang diisolasi dari protein
kasein susu. Kompleks yang dikembangkan di SchoolDental of Science di Universitas
Melbourne ini sudahterbukti efektif dalam mengganti mineral yang hilang pada gigi yang
rusak. Selain itu, tooth mousse juga berfungsi untuk pengobatan hipersensitivitas dentin,
perbaikan atas white spot, membantu menetralisir tantangan asam dari bakteri asidogenik
dalam plak, membantu menetralisir asam tantangan dari sumber asam internal dan
eksternal, dan memberi perlindungan ekstra pada gigi.

BAB 3
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dari dalam skenario kita dapat menganalisis bahwa gigi Cintya sudah mengalami

tanda tanda akan karies, terutama pada gigi depan atasnya. Namun, dalam pemeriksaan
Cintya lebih lanjut menandakan bahwa Cintya memiliki kondisi intra oral yang memiliki
faktor risiko karies rendah, ditandai dengan hidrasi saliva yang lebih rendah dari 30 detik,
kecepatan aliran saliva lebih besar dari 5 ml per 5 menit, pH plak 6.0, dan pH saliva 6.0.
Kondisi ini sebenarnya merupakan kondisi normal di dalam mulut, bahwa bakteri bakteri di
dalam mulut Cintya masih belum melakukan metabolisme yang berlebihan, ditandai dengan

pH plak dan saliva > 5.5 yang merupakan pH ambang dimana gigi dapat mulai mengalami
demineralisasi apabila melewati ambang tersebut. Kemudian bercak putih pada gigi atas
anterior gigi Cintya merupakan fase dimana gigi masih dapat mengalami remineralisasi,
tetapi hal itu harus kita bantu dengan memberikan edukasi yang baik kepada Cintya untuk
dapat meningkatkan index Oral Hygiene dengan lebih mengurangi konsumsi makanan berupa
biskuit dan coklat, juga minuman berupa cola karena makanan dan minuman tersebut dapat
menjadi media atau wadah dari bakteri bakteri penyebab karies untuk bermetabolisme di
dalam mulut. Selain itu, Cintya juga harus lebih rajin membersihkan gigi dan juga menyikat
gigi dengan benar agar debri maupun plak yang terdapat pada gigi dapat tersikat dan terbuang
dari mulut Cintya. Setelah memberikan edukasi dan pelatihan yang cukup Cintya dapat
memilih apakah ingin diberikan perawatan non-invasif berupa topical fluoride, tooth moose,
dan lain sebagainya, untuk menunjang dan membantu gigi untuk beremineralisasi sehingga
bercak putih cepat menghilang. Kemudian, untuk kalkulus pada gigi regio 3 dan 4 Cintya
akan diberikan perlakuan pembersihan karang gigi untuk menghilangkan kalkulus yang ada.
Kemudian untuk gigi ponakannya Cintya, Sisca telah mengalami karies nurse, karena
yang mengalami karies adalah gigi atas anterior, dan juga telah dapat kita lihat dalam tahap
yang cukup parah karena telah merasa sakit tanpa diberikan stimulus yang menandakan
karies telah sampai di pulpa.

3.2

Saran
Untuk perawatan yang seharusnya dijalani oleh Cintya dalam skenario 1 ini adalah :

Perawatan pembersihan karang gigi


Pemberian materi edukasi tentang pola makan dan pentingnya kebersihan mulut dan

gigi.
Pemberian material penunjang bagi gigi yang telah memiliki tanda tanda akan

terjadi karies.
Pembersihan karang gigi agar bakteri bakteri yang menempel pada karang gigi
dalam dibersihkan dan mengurangi risiko karies.
Untuk perawatan yang seharusnya dijalani oleh Sisca dalam skenario 1 ini adalah :

Pendidikan untuk mengurangi cara meminum susu pada saat tidur.


Pencabutan gigi yang telah mengalami karies sampai ke pulpa, dengan alasan gigi
masih merupakan gigi sulung yang akan digantikan dengan gigi permanen.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sturdevant, C. 2002. Sturdevant's Art and Science of Operative Dentistry. 4th Ed.
Mosby, Inc.
2. Mcdonald, R.E. 2004. Dentistry For The Child And Adolescent. 8th Ed. Mosby, Inc.
3. Universitas
Sumatera
Utara.
Karies
Gigi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28136/4/Chapter%20II.pdf
4. http://escaladedental.com/menu-publications/menu-articles/40-art-karies-gigi-padabalita
5. Mounts, G.J. Hume, W.R. 2006. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2nd
Ed. Mosby, Inc.
6. Feyerskov, O. Kidd, E.A. 2003. The Dental Caries. Blackwell Munksgaard.

Anda mungkin juga menyukai