Skenario 1 Karies
Kelompok PBL 5
Disusun oleh
Aimatul Hidayah (1306366451)
Almas Riska Zhafarina (1306404140)
Belladina Maulani Yofarindra (1306440575)
Danny Tandean (1306366350)
Des Rahmah Hidayah (1306366760)
Getha Gazela Yuniendra (1306366376)
Merry Elisa (1306366432)
Ovy Zairani (1306366413)
Regina Vaniabella (1306412956)
Shilvy (1306366395)
Yohanes Bosko (1306412962)
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan perkenan Nya, kami dapat membuat makalah ini. Makalah ini berisi informasi
informasi mengenai Karies Gigi.
Kami berharap semoga dengan hadirnya makalah ini semakin banyak orang yang
mengerti tentang anatomi gigi dan hal hal yang terkait. Sehingga semakin banyak pula yang
dapat menerapkannya dalam kehidupan dan dapat menularkannya kepada orang lain. Hingga
akhirnya tujuan penulisan makalah ini dapat tercapai.
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Siti Triaminingsih, M.T. yang telah memberikan bimbingan dan tugas ini
kepada kami.
2. Teman teman yang membantu penyelesaian makalah ini.
3. Pihak pihak lain yang telah membantu dan mendukung kami sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih. Selamat Membaca.
Depok, 8 September 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan.....................................................................................................2
1.5 Sistematika...............................................................................................................2
BAB II Isi
2.1 Definisi, Etiologi & Patogenesis Karies..................................................................4
2.2 Karies pada Anak & Dewasa..................................................................................16
2.3 Klasifikasi Karies....................................................................................................18
2.4 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................24
2.5 Perawatan Karies28
2.6 Pencegahan Karies dan Material Preventif Karies..................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu penyakit gigi dan mulut yang masih banyak ditemukan pada
masyarakat Indonesia adalah karies. Karies gigi merupakan suatu proses demineralisasi
yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari
makanan yang mengandung gula. Tingginya prevalensi karies di Indonesia tidak hanya
dialami oleh orang dewasa, namun juga anak-anak. Proses perkembangan karies dapat
terjadi saat gigi pertama erupsi.
Oleh karena itu sebagai seorang mahasiswa kedokteran gigi, kita dituntut untuk
mampu menguasai ilmu-ilmu kedokteran gigi yang berkaitan dengan suatu kelainan yang
terjadi pada rongga mulut, khususnya karies, bagaimana cara perkembangannya serta cara
menanggulanginya. Materi ini sangat penting karena dapat menunjang penegakan
diagnosis terhadap suatu kelainan di rongga mulut. Dengan mengetahui gejala awal
terjadinya karies, etiologi, klasifikasi karies, serta rencana perawatannya maka kita dapat
melakukan tindakan yang tepat terhadap pasien yang memiliki kelainan tersebut.
Dalam makalah ini, kelompok PBL 5 menjabarkan kembali hasil diskusi kami
mengenai karies yang terdiri dari definisi, etiologi & patogenesis, klasifikasi, faktor
resiko karies, bagaimana cara pemeriksaan & pengendalian, diagnosis, prognosis, dan
rencana perawatan terhadap karies, serta bagaimana perbedaan antara karies pada orang
dewasa dengan anak-anak. Dengan harapan makalah ini dapat membantu untuk
memperdalam materi mengenai karies.
1.2
Rumusan Masalah
Mengapa debri & plak terdapat di semua regio sedangkan kalkulus hanya di
regio 3 dan 4?
Hidrasi saliva
- Apa definisi dari hidrasi saliva?
- Bagaimana metode pengukuran dari hidrasi saliva?
- Berapa standar normal dari hidrasi & kecepatan saliva, pH plak serta pH
saliva
1.3
Tujuan Penulisan
1.4
Metode Penulisan
Informasi dalam makalah ini didapatkan dengan metode Penjelajahan Internet
dan Studi Pustaka.
1.5
Sistematika
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Isi
Bab 3 Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
ISI
2.1
2.1.1
-
Definisi Karies
Karies gigi adalah penyakit infeksi.
Dalam medis, penyakit
menular atau penyakit
penyakit yang
disebabkan
oleh
infeksi adalah
sebuah
agen
sebuah
biologi
(seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka
-
Karies dipicu oleh adanya asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung
gula.
Karies dipicu oleh bakteri tertentu.
Pada awalnya lesi hanya terlihat secara mikroskopis, namun lama kelamaan akan
terlihat di email sebagai suatu area berwarna putih yang disebut white spot.
Kelanjutan dari white spot ini adalah terjadinya peningkatan porositas yang
menyebabkan jumlah stain (noda) lama-lama jadi kecoklatan. Kalo ga diobatin akan
terus berlanjut sampe kebentuk kavitas, lalu akan menyebabkan kerusakan pulpa yang
berrsifat irreversible.
Biasanya lesi karies terjadi di pit, fissure, permukaan interproksimal. Keberadaan lesi
awal karies dapat dilihat dari keberadaan stains. Stains itu pigmen yang tertimbun di
permukaan gigi.
Etiologi Karies
Sukrosa dan glukosa dalam karbohidrat dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan
membentuk asam yang mengakibatkan pH plak menurun sampai di bawah 5 dalam tempo
1-3 menit. Jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan mulai terjadinya proses karies. Terdapat 4
faktor yang terlibat dalam proses karies:
1. Faktor Host dan gigi
a. Morfologi gigi : Daerah yang rentan
Kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak adalah pit dan fisur pada
permukaan oklusal molar dan premolar, hal ini disebabkan sisa makan yang
terakumulasi di dalamnya su[lit untuk dibersihkan pada bagian tersebut.
b. Struktur gigi
- Struktur email berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya resiko karies
seseorang : Semakin padat email gigi maka semakin sulit terkena karies. Hal
tersebut menjelaskan mengapa gigi susu lebih rentan terkena karies
dibandingkan gigi permanen karena kepadatan email gigi susu lebih rendah
-
2. Faktor Mikroorganisme
- Plak: plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produkproduknya, yang terbentuk pada seluruh permukaan gigi. Apabila email yang
bersih terpapar di rongga mulut akan ditutupi oleh lapisan organik amorf
disebut pelikel. Pelikel ini terutama mengandung glikoprotein yang
diendapkan oleh saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Pelikel
ini sangat lengket sehingga mampu melekatkan bakteri-bakteri terntentu di
demineralisasi email yang terus menerus dan menahan plak dibawah normal.
Sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (gula yang paling
kariogenik) karena sintesa polisakarida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat
ketimbang glukosa, fruktosa, dan laktosa.
4. Faktor waktu
Waktu merupakan faktor penting terhadap terjadinya karies. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan.
Empat lingkaran yang menggambarkan paduan faktor penyebab karies. Karies akan
timbul hanya jika keempat faktor penyebab tersebut bekerja stimulan
2.1.3
Patogenesis Karies
Konsentrasi asam yang tinggi akan menyebabkan demineralisasi permukaan gigi. Terdapat
keseimbangan antara asam yang tinggi dari plak bakteri dengan factor proteksi dari aliran
saliva yang normal dan oral hygiene yang baik.Pada keadaan normal, beberapa tipe
bacteria hidup di rongga mulut dan beberapa dapat berkoloni di permukaan gigi
membentuk plak, di antaranya Streptococcus mutans. Plak bakteri memfermentasi
karbohidrat, dan akan menyebabkan produksi asam. Plak yang tebal terdapat di fissure dan
groove yang dalam, serta di antara permukaan interproximal merupakan tempat yang
umumnya terjadi inisiasi karies.Karbohidrat yang terfermentasi masuk ke mulut, larut
dalam saliva, membentuk plak mikroorganisms, yang memetabolisme karbohidrat
tersebut, menyebabkan pH turun 2-4 point.Pengembalian pH ke keadaan normal
mengambil waktu sekitar 20 menit-beberapa jam.
Perilaku pasien yang paling signifikan pemicu karies adalah frekuensi konsumsi
karbohidrat terfermentasi, dibandingkan dengan total kuantitasnya. Asam yang dihasilkan
adalah asam lemah, yang hanya akan menyebabkan chronic low-grade karies. Jika
kebiasaan mengonsumsi ini dipertahankan dalam waktu lama, karies akan berkembang
dengan pesat. Sumber asam lainnya adalah soft drink berkarbonasi, cordial, jus jeruk, dan
gastric reflux. Sedangkan jenis makanan yang dapat memproteksi demineralisasi adalah
olahan susu seperti keju dan kacang, karena plak lebih sulit menempel pada permukaan
yang berlemak. Selain itu, chewing juga dapat bersifat proteksi karena menaikkan aliran
saliva.Faktor ini dapat mengembalikan pH ke state normal.
Remineralisasi
Plak + karbohidrat
Faktor penstabil
yang rendah
Saliva yang bersifat asam dan asam yang
bersifat erosif
Pemaparan terhadap fluoride
dapatberkontribusi
pada
kesetimbangan
normal
HA karena
b. Remineralisasi
Remineralisasi merupakan tahap pengembalian proses demineralisasi apabila pH
dinetralkan dan terdapat ion Ca2+ dan PO43- yang cukup. Kristal apatit yang larut
dapat dibentuk kembali baik dengan netralnya produk larutan apatit karena buffering
maupun dengan menghalangi proses pelarutan oleh ion Ca2+ dan PO43-. Hal ini
memungkinkan penyusunan kembali bagian-bagian kristal apatit yang larut. Inilah
yang disebut dengan remineralisasi.
Interaksi ini dapat diperkuat dengan kehadiran fluoride di tempat terjadinya reaksi.
Keseluruhan reaksi di atas dikarakteristikkan sebagai proses demin/remin, seperti
yang digambarkan pada gambar berikut.
+ H+
Ca2+ + (HPO4)3 +
Ca10(PO4)6(OH
)2
OH
- H+
+ F-
Ca10(PO4)6(OH).F atau
F2
Proses demineralisasi dan remineralisasi adalah sama pada email, dentin, dan
sementum akar. Meskipun demikian, perbedaan pada struktur dan kuantitas mineral,
serta kandungan jaringan orgnaik pada material menghasilkan perbedaan signifikan
pada proses terjadinya lesi karies.
pH
6,8
6,0
5,5
5,0
4,5
4,0
3,5
Demineralisasi
H+ bereaksi dengan ion PO4
HA larut
FA terbentuk
FA dan HA larut
karena kehadiran F
FA terbentuk kembali
HA dan FA terbentuk
8,0
6,8
6,0
Kalkulus Remineralisasi
5,5
5,0
4,5
4,0
3,5
terbentuk> Demineralisasi
Saat pertama kali terbentuk, apatit enamel mengandung ion karbonat dan
magnesium. Tapi, ion-ion tersebut sangat mudah larut bahkan pada suasana asam
lemah. Oleh karena itu, terjadi pertukaran yang cepat dan meluas antara ion hidroksil
dan flouride bersamaan dengan larutnya ion karbonat dan magnesium yang
mengarah pada enamel yang lebih mature dan lebih resisten terhadap asam. HA
terbentuk pada saat suasana yang relatif normal. Ketika suasana berubah menjadi
lebih asam di mana banyak terdapat ion hidrogen, ion hidrogen akan berekasi
dengan ion PO4 dalam t dan plak sampai pH mencapai kira-kira 5,5 (pH kritis untuk
HA). Pada pH ini Ha akan larut. Selain itu, simpanan flouride yang terbentuk diawal
akan membentuk flouroapatit (FA). Ketika pH semakin turun dan mencapai 4,5 (pH
kritis untuk FA), FA pun akan larut. Apabila ion hidrogen telah terpakai, mengalami
netralisasi, dan semua ion ditahan, FA akan terbentuk kembali dan terjadilah
1. Karies email
-
Karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras) dan
bekum terasa sakit. Karna pada email tidak terdapat ujung ujung saraf dan pembuluh
darah.
Tanda pertama karies enamel itu adanya si white spot. White spot ini warnanya putih
kapur. Si white spot ini muncul karena adanya demineralisasi. Biasanya dia terlihat
setelah 4 minggu.
Apabila dibiarkan white spot akan menjadi hitam / coklat pada enamel. Ketika proses
demineralisasi berlanjut, email mulai pecah dan membentuk kavitas.
tidak selalu terlihat disemua lesi tapi kalo ada dia terletak pada bagian depan.
Zona ini merupakan daerah perubahan awal dari gambaran normal, tampak tidak
berstruktur, translusen dan berbatasan dengan zona gelap di daerah permukaan dan
enamel normal .
Pada dark zone terdapat pori-pori kecil yang merupakan daerah yang telah mengalami
remineralisasi
Surface zone ini biasanya tidak terserang tapi kalo kariesnya terus berkembang area
Potongan melintang lesi karies enamel a:permukaan email, b:body of lesion, c:dark zone
d:translucent zone
*Fissure Karies
Proses pembentukannya ini bergerak kea rah dentinoenamel junction dan searah dengan
enamel rod terus lama-lama akan makin besar menuju dentin
2. Karies dentin
- Demineralisasi yang terus berlangsung menyebabkanbakteri berkembang permanen di
dalam kavitas, sehingga mulai menyerang dentin.
Menyebabkan dentin mulai berubah warna dan membusuk sehingga dentin harus
(inner
carious)
yang
merupakan
zona
kering,
keras
warnanya
coklat
sampai
*tambahan:
- Zona subtransparent dentin
Zona
yang
intertubulus
mengalami
dentin.
demineralisasi
Sebagai
zona
pada
awal
2.2
o Bluish-white area : Sifat dentin lebih lunak dari enamel sehingga mikroorganisme
mulai menyerang dentinoenamel junction, menyebabkan bercak putih pada enamel
o Open cavity : Terlihat kavitas besar berwarna coklat muda
o Pulpitis : Mikroorganisme mencapai pulpa dan terjadi infeksi
o Apical abscess : Pulpa mati dan pulpitis mencapai ligamen periodontal
- Tempat rentan perkembangan mikroorganisme
o Enamel pit dan fissure permukaan oklusal M dan P, Bucal pit pada M, dan Palatal pit
pada I atas
o Permukaan enamel approximal bagian servikal dari contact point
o Enamel bagian servikal, koronal dari gingival margin
o Pasien penyakit periodontal pada gingival recession
o Bagian yang direstorasi
Root Caries :
- Pada cementum bagian akar dan dentin
- Kebanyakan pada orang dewasa
- Tahapan
o Rusaknya cementum dan dentin
o Terbentuk kavitas
o Open Cavity
o Pulpitis
o Apical Abscess
Secondary Caries :
- Terdapat pada permukaan marginal dari restorasi
- Terjadi karena microleakage (ada gap antara dentin sama material restorasi yang
menyebabkan propagasi bakteri)
- Dapat berupa :
o CARS (caries adjacent to restoration and sealant) yaitu secondary caries yang terletak
berdekatan dengan restorasi
o Recurrent caries yaitu karies yang muncul kembali pada gigi yang sebelumnya telah
mengalami karies dan direstorasi.
2. Karies pada Gigi Sulung
Rampant Caries :
Terjadi pada anak-anak yang sering mengkonsumsi makanan kecil & Pasien
xerostomia sebagai hasil dari radioterapi penyembuhan yang dilakukan
Arrested caries : lesi karies tidak berkembang, terjadi karena perubahan lingkungan
mulut dari kondisi yang mendukung karies jadi kondisi yang menghentikan lesi
karies
2.3
Klasifikasi Karies
1. Menurut G.V.Black, karies diklasifikasikan berdasarkan lokasi spesifik dari lesi karies
yang sering terjadi pada gigi.
a. Kelas I
Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior maupun posterior.
b. Kelas II
Karies yang terjadi pada permukaan approximal dari gigi posterior. Kavitas ini biasa
terdapat pada permukaan halus di bawah titik kontak yang sulit dibersihkan. Bentuk
lesi pada kelas ini biasanya berbentuk elips.
c. Kelas III
Karies yang terjadi pada permukaan approximal dari gigi anterior. Karies bisa terjadi
pada permukan mesial atau distal dari insisivus atau caninus. Bentuk lesi pada kelas ini
biasanya berbentuk bulat dan kecil.
d. Kelas IV
Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang meluas ke incisal
sehingga melemahkan sudut incisal edgenya dan dapat menyebabkan fraktur pada gigi.
e. Kelas V
Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa terjadi pada permukaan
facial atau labial, namun lebih dominan terjadi pada permukaan fasial gigi. Kavitas
pada kelas ini bisa mengenai sementum gigi.
f. Kelas VI
Karies yang terjadi pada ujung-ujung cusp gigi posterior dan incisal edge.
Site 1 Pada pit dan fisur permukaan oklusal gigi posterior dan kerusakan
serupa pada permukaan halus gigi.
Site 2 Pada kontak area antara gigi-gigi yang saling bersebelahan, baik
anterior maupun posterior.
Size 0 Lesi yang paling awal terbentuk, belum terdapat kavitas. Perawatan
yang diperlukan adalah perawatan non-invasif (menghilangkan penyebabnya) dan
tidak membutuhkan perawatan lebih lanjut.
Size 1 Lesi yang terbentuk masih kecil dan membutuhkan intervensi operatif.
Kavitas permukaan minimal yang melibatkan dentin sedikit diluar perawatan
Size 2 Ukuran kavitas sedang, dimana masih terdapat struktur gigi yang cukup
untuk dapat menyangga restorasi yang akan ditempatkan dan gigi masih dapat
beroklusi dengan normal.
Size 4 Sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur gigi seperti cusp atau
sudut insisal.
3. Menurut ICDAS
a. D0 Tidak ada kelainan.
b. D1 Lesi karies terlihat pada gigi yang kering. Belum ada kavitas.
c. D2 Lesi karies terlihat pada gigi yang basah. Belum ada kavitas.
d. D3 Karies email.
e. D4 Karies dentin terbatas.
f. D5 Karies dentin meluas.
g. D6 Karies mencapai pulpa.
4. Karies gigi sulung dan permanen
a. Berdasarkan Lokasi Anatomis
Pit and Fissure Caries
Terjadi pada bagian pit dan fissure pada gigi-gigi posterior. Jenis karies ini lebih sulit
dideteksi daripada karies yang terjadi pada permukaan yang lunak. Cara untuk
mendeteksinya adalah dengan melihat ada atau tidaknya stain pada bagian fissure dan
pit.
Tahapan proses karies pada bagian ini adalah sebagai berikut:
Small Pit Mikroorganisme mulai menyerang bagian gigi yang rentan terkena
karies, yaitu pit.
Pulpitis Kondisi ini terjadi dimana pulpa sudah mulai diinvasi oleh
mikroorganisme, sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi.
Apical Abscess Pulpa sudah mati dan gigi sudah tidak dalam kondisi baik
karena pulpitis sudah mulai merambah ke ligamen periodontal.
Smooth-Surface Caries
Banyak ditemukan pada bagian kontak interproksimal. Karies pada bagian
interproksimal merupakan karies yang paling sulit dideteksi, karena terkadang tidak
dapat dilihat secara visual atau secara manual dengan menggunakan explorer gigi
sehingga dibutuhkan pemeriksaan radiografi. Tidak hanya pada bagian kontak
interproksimal, karies jenis ini juga dapat terjadi pada permukaan lunak yang lain.
Karies ini ditandai dengan adanya bercak putih yang kemudian akan mengakibatkan
hancurnya enamel. Jika kondisi ini terus berlanjut maka dapat menyebabkan
timbulnya kavitas atau lubang.
Root Caries
Merupakan tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan
akar telah terbuka karena resesi gusi. Apabila kondisi gusi sehat, karies ini tidak akan
berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Awal dari pembentukan
karies ini adalah rusaknya sementum dan dentin sehingga membentuk kavitas pada
bagian akar.
b. Primary Caries dan Secondary Caries
Primary Caries karies yang terjadi pada bagian gigi yang belum direstorasi
Secondary Caries karies yang terdapat pada permukaan marginal restorasi. Karies
ini dapat terjadi akibat: preparasi kavitas yang kurang baik, restorasi yang kurang
efektif, terdapat celah disekitar tambalan amalgam, atau kombinasi dari beberapa hal
tersebut.
c. Berdasarkan Aktivitasnya
Active Carious Lesion karies aktif yang masih terus berkembang.
Arrested Carious Lesion Jenis karies dimana lesi tidak berkembang lagi. Hal ini
dapat dijumpai jika lingkungan oral telah berubah dari yang tadinya memudahkan
timbulnya karies ke keadaan yang cenderung untuk menghentikan karies.
d. Lain-lain
Rampant Caries
Rampan karies ialah suatu jenis karies yang proses terjadinya dan meluasnya sangat
cepat dan tiba-tiba, sehingga menyebabkan lubang pada gigi, terlibatnya pulpa dan
cenderung mengenai gigi yang imun terhadap karies yaitu gigi insisivus depan bawah.
Rampan karies dapat disebabkan karena buruknya oral hygiene atau seringnya
mengkonsumsi makanan kariogenik atau minuman manis. Selain itu, rampan karies
juga dapat disebabkan karena kurangnya aliran saliva (hyposalivation). Radioterapi
pada daerah muara saliva pada penderita tumor ganas adalah salah satu faktor
penyebab dari berkurangnya aliran saliva secara akut.
Nursing Caries atau Bottle Caries
Karies botol adalah suatu karies yang terjadi pada bayi dan anak yang masih sangat
muda berupa karies yang hebat dan parah pada gigi desidui disebabkan cara
pemberian makanan/susu/ASI yang tidak tepat. Gigi yang sering terlibat adalah gigi
insisivus sentralis dan lateralis atas, molar pertama desidui atas dan bawah.
Permukaan yang terkena dimulai dari proksimal kemudian labial (servikal) dan
oklusal pada gigi molar.
Selama menyusui dengan ASI atau botol, puting susu atau dot terletak di bagian
palatal, menyebabkan palatum tertekan, sementara itu otot oral menekan isi botol ke
dalam mulut. Cairan dari botol atau ASI tidak/sedikit mengenai gigi depan bawah
karena secara fisik gigi bawah dilindungi oleh lidah, juga oleh ludah yang berasal dari
kelenjar saliva. Di samping itu, gigi depan bawah juga merupakan gigi yang relatif
imun terhadap karies. Jika anak tertidur dengan puting susu atau dot berada dalam
mulut, cairan tersebut akan tergenang pada gigi atas. Jika cairan tersebut mengandung
karbohidrat yang memfermentasikan asam disekeliling gigi akan terjadi proses
dekalsifikasi. Aliran saliva dan proses penelanan yang kurang selama tidur akan
membahayakan gigi karena tidak ada self cleansing.
5. Berdasarkan Kedalaman
a. Karies Superfisialis karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum
terkena.
b. Karies Media karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin.
c. Karies Profunda karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadangkadang sudah mengenai pulpa.
6. Berdasarkan Keparahan
a. Karies Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan
seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan
oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada
permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email
(iritasi pulpa).
b. Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan
aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi
pulpa).
c. Karies Berat/Parah
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya
bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun
pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior
sudah meluas ke bagian pulpa.
2.4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan konservasi, terdiri dari pemeriksaan apakah terjadi karies atau tidak,
penggunaan restorasi atau tidak, terjadi atrisi atau fraktur pada gigi, serta apakah terjadi
perubahan warna pada gigi.
Pemeriksaan khusus dilakukan apabila informasi dari pemeriksaan oral masih kurang
dalam menegakkan diagnosa, pemeriksaannya meliputi pemeriksaan radiografi, vitalitas
pulpa.
Seperti:
1. Tes Perkusi
Tes perkusi merupakan indikator yang baik keadaan periapikal. Respon yang
positif menandakan adanya inflamasi periodonsium. Gigi diberi pukulan cepat dan
tidak keras, mula-mula dengan jari denganintensitas rendah, kemudian intensitas
ditingkatkan dengan menggunakan tangkaisuatu instrumen, untuk menentukan
apakah gigi merasa sakit. Suatu responsensitif yang berbeda dari gigi
disebelahnya, biasanya menunjukkan adanya perisementitis (periodontitis).
2. Tes Palpasi
Tes palpasi dilakukan jika dicurigai ada pembengkakan pada intra oral atau ekstra
oral. Abses dalam mulut terlihat sebagai pembengkakan di bagian labial dari gigi
yang biasanya sudah non vital.
3. Tes Vitalitas
a. Test termis.
Test termis merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi keadaan pulpa. Sakit
yang tidak hilang setelah rangsangan termal merupakan indikasi keadaan patologi
pulpa yang irreversibel.
Test termis : dengan guttapercha panas ; dengan chlor-etil.
b. Test elektris.
Test pulpa elektris sulit dilakukan pada anak karena anak belum dapat
membedakan rangsangan test elektris. Anak memberi reaksi karena anak dalam
keadaan takut sehingga merasa sakit. Vitalitas pulpa dapat bertahan dalam
keadaan inflamasi tetapi berkurang kualitas dan kuantitasnya selama resorpsi gigi
sulung.
4. Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografik yaitu foto bitewing, periapikal dan panoramik diperlukan
untuk membantu menegakkan diagnosa dalam mempertimbangkan jenis
perawatan yang harus diberikan antara lain memberi evaluasi masalah :
a. Perluasan karies dan kedekatannya dengan pulpa.
b. Keadaan restorasi yang ada.
c. Ukuran dari keadaan ruang pulpa :
- Dentin sekunder
- Kalsifikasi
- Resorpsi interna
d. Akar : bentuk, resorpsi interna
e. Apeks :
- Tingkat resorpsi
- Resorpsi patologis
- Resorpsi yang terlambat
f. Tulang
Melihat adanya rarefaction pada daerah periapikal atau bifurkasi dan kehilangan
lamina dura
Pemeriksaan radiologis
Radiograf dapat mendeteksi karies karena karies menyebabkan demineralisasi pada email
dan dentin. Lesi terlihat radiolusen karena daerah terdemineralisai tidak menyerap foton
x-ray sebanyak daerah yang bagus. Kelemahan radiograf adalah radiograf tidak mampu
menunjukkan apakah lesi itu sedang aktif atau sedang terjadi remineralisasi (stop dan
terjadi perbaikan) dalam 1 buah foto saja. Untuk melihat apakah karies tersebut aktif atau
tidak, kita harus foto lagi beberapa waktu selanjutnya.
Pemeriksaan radiologis dapat digunakan untuk mendeteksi:
1. Permukaan proksimal
Bentuk lesi pada daerah proksimal pada enamel adalah segitiga dengan dasar segitiga
yang lebar itu ada di permukaan gigi (bentuk histologist white spot). Ketika bagian
yang tajam (proses remineralisasi) mencapai DEJ maka akan membentuk dasar dari
segituga kedua dengan apeks mengarah ke kamar pulpa. Karena permukaan gigi
posterior itu sering kali lebar, kehilangan sejumlah kecil mineral (lesi masih kecil)
sulit idetiksi pd radiograf.
Pada enamel, lesi tidak jelas terlihat secara radiografis jika demin tidak mencapai
30%-40%. Dengan alasan ini, kedalaman penetrasi yang sebenarnya pada karies itu
sering kali lebih dalam dari pemeriksaan radiograf. Kalo lesi yang sudah sampai
dentin itu lebih mudah untuk dideteksi.
2. Permukaan oklusal
Lesi karies pada anak dan dewasa sering terdapat pada oklusal gigi posterior (pit dan
fissure). Lesi akan menyebar dari email ke dentin dengan menembus DEJ (terlihat
sebagai garis tipis radiolusen antara enamel dan dentin). Tampilan radiografis karies
oklusal adalah daerah dengan dasar yang lebar (dasar di bawah fissure) dengan sedikit
atau tidak ada perubahan nyata dari enamel. Semakin dalam lesi semakin mudah
dideteksi.
3. Permukaan bukal dan lingual
Lesi bukal dan lingual itu terjadi pada enamel pit dan fissure gigi. Ketika masih kecil,
lesi biasanya bundar dan ketika membesar menjadi eliptik atau semilunar.
Pendeteksian pada daerah bukal/lingual ini sedikiut sulit. Lesi terlihat sebagai daerah
sirkuler yang berbatas jelas dengan enamel yang tidak berkaries mengelilingi lesi.
4. Permukaan akar
Lesi permukaan akar melibatkan sementum, dentin dan bisa terjadi resesi gingival.
Sementum yang terekspos itu relative lunak yang menyebabkan degradasi
berlangsung cepat. Karies akar seharusnya dapat dideteksi secara klinis sehingga
radiograf sering tidak dibutuhkan.
5. Berkaitan dengan dental restoration
Recurrent/secondary caries merupakan demin baru karena bentuk restorasi yang tidak
sempurna sehingga terjadi akumulasi plak. Karies ini dapat dibedakan dengan karies
residu dari karies awal yang tidak dihilangkan secara lengkap. Lesi di dekat restorasi
sering dikaburkan oleh gambaran radiopak dari retorasi sehingga juga diperlukan
pemeriksaan klinis yang teliti.
6. Setelah terapi radiasi
Pasien yang menerima terapi radiasi pada bagian kepala dan leher bisa menderita
kehilangan fungsi kelenjar saliva yang berakibat xerostomia radiation caries.
Tampilan radiografisnya muncul bayangan radiolusen pada servikal gigi yang paling
jelas terlihat di aspek mesial dan distal.
2.5
Perawatan Karies
Ada beberapa cara untuk membantu pasien dalam mencegah atau menghentikan pembentukan
karies.
1. Faktor Diet
Jika ion-ion asam secara terus-menerus dihasilkan oleh plak,ion asam tersebut akan menyerap
basa dari saliva, sehingga proses remineralisasi tidak dapat melawan faktor-faktor penyebab
demineralisasi.
Ukuran untuk memperbaiki diet
Sangatlah penting untuk menaksir secara pasti kandungan dari makanan diet untuk
mengetahui zat-zat yang paling mendukung pembentukan karies, sehingga makanan pengganti
dapat direkomendasikan.
Asam ekstrinsik dan intrinsik
Aspek kedua dalam asupan makanan yang harus diperhatikan adalah kandungan asam
ekstrinsik. Zat ini biasanya terkandung dalam minuman minuman seperti minuman berkarbonasi
dan jus.Tingkat konsumsi yang tinggi dari minuman ini secara signifikan dapat menambah
konsentrasi dan kekuatan ion-ion asam di permukaan gigi sehingga mempercepat demineralisasi.
Asam intrinsik akan timbul dari aliran asam lambung, muntah berulang-ulang, dan masalahmasalah seperti bulimia. Hal ini seringkali sulit didiagnosa dan membutuhkan keterlibatan dari
para professional
2. Mengevaluasi dan Memperbaiki Kebersihan Mulut
Menurut beberapa penelitian, menyikat gigi dapat turut menghambat proses pembentukan
karies.
Beberapa hal yang harus diperhatikan :
Penggunaan rutin dari pasta gigi berfluoride dapat ikut meningkatkan manfaat menyikat gigi
Dysclosing Systems dapat membantu dokter gigi dan pasien dalam memperhitungkan
efektivitas dari kontrol plak rutin
Rutinitas membersihkan mulut yang pertama seharusnya dikerjakan pada pagi hari baik
sebelum atau sesudah sarapan. Tujuannya adalah menghilangkan plak bukan mengurangi sisasisa makanan. Maka dari itu, membersihkan mulut dan gigi sebelum dan sesudah makan sama
efektifnya. Namun, jika sarapan yang dikonsumsi mengandung minuman berPH rendah,
seperti jus jeruk, membersihkan sebelum makan akan mengurangi kemungkinan terjadinya
erosi mekanik.
Rutinitas membersihkan mulut yang kedua seharusnya dikerjakan sebelum tidur pada
malam hari. Selama kita tidur, saliva mengalir dengan sendirinya dan persediaan kandungan
basa menghilang. Karena itu, pembersihan seluruh plak juga harus diikuti dengan obat
pencegahan yang disarankan, misalnya topical fluoride atau chlorhexidine, seharusnya
digunakan saat tersebut. Dengan ketiadaan plak, fluoride dapat digunakan oleh struktur gigi
dengan lebih efektif dan konsekuensi dari kurangnya saliva menjadi tidak ada.
Dengan kemunculan karies, pembersihan mulut dan gigi yang rutin seharusnya dilakukan
baik sebelum atau sesudah pemasukan makanan untuk mencegah kerja fermentable
carbohydrates dalam proses karies. Obat gigi harus digunakan karena peran fluoride sangat
besar dalam pencegahan pembentukan karies.
Pembersih tambahan:
-
Dental floss
Obat kumur dengan 10% povidone-iodine dapat mengurangi jumlah bakteri pada saliva,
terutama bagi anak-anak.
Pasien dengan tingkat karies tinggi terlihat memiliki diet noncariogenic yang normal dan
efektif oral hygiene
Flow rate : Normal 1.5-2.5 mL/menit. Kurang dari 0.7 mL/menit mengindikasikan
xerostomia
Buffering capacity :
karies masih mungkin dilakukan jika pasien melakukan pencegahan serius dengan diet
dan oral hygiene dan meningkatkan penggunaan topical fluoride.
b.) Sebab-sebab hyposalivation :
2.6
Pencegahan karies ditujukan untuk mengurangi jumlah bakteri kariogenik di dalam mulut.
Salah satunya dengan perawatan preventif yang berfungsi untuk membatasi terjadinya
demineralisasi pada gigi yang disebabkan oleh bakteri kariogenik, sehingga lesi yang
berlubang dapat dicegah. Metode perawatan preventif ada dua, yaitu:
Membatasi pertumbuhan pathogen dan metabolismenya
Meningkatkan ketahanan permukaan gigi terhadap demineralisasi
Untuk mencegah terjadinya karies dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Terdapat beberapa tindakan yang dapat diterapkan, antara lain:
Menyikat gigi
Menyikat gigi ialah untuk menghilangkan plak, bukan debris makanan. Sebaiknya
tindakan membersihkan gigi dilakukan sebelum makan, setelah makan, dan yang
terpenting ialah sebelum beristirahat (tidur).
Penggunaan Fluoride
Fluoride bereaksi langsung dengan email dan dentin. Fluor dapat digunakan sebagai
antikaries karena:
Ion fluor dapat meningkatkan terjadinya pengendapan ion-ion kalsium dan fosfat
menjadi fluorapatit ke dalam gigi untuk menggantikan mineral yang hilang karena
demineralisasi. Penggantian ion dapat membuat enamel lebih tahan terhadap asam
dan dapat memicu remineralisasi pada lesi karies yang belum berlubang.
Ion fluoride juga dapat mengatur produksi enzim glukosiltransferase yang dapat
mencegah glukosa untuk membentuk polisakarida ekstraselular sehingga penempelan
bakteri dapat dikurangi, polisakarida interseluler juga akan diperlambat sehingga
dapat mencegah penyimpanan karbohidrat dengan membatasi mikrobial antara
makanan-makanan
yang
dikonsumsi
host
tersebut
sehingga
menghambat
pembentukan plak.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan fluoride, yaitu
frekuensi membersihkan daerah oral dan konsentrasi fluoride yang diaplikasikan. Waktu
yang terbaik untuk menggunakan fluoride adalah malam hari dengan durasi 3 menit.
Bentuk yang terbaik untuk fluoride adalah acidulated phosphate fluoride gel.
saliva terstimulasi, yang berpengaruh terhadap penuruan pH setelah makan karena ada
proses buffer. Mengonsumsi permen karet xylitol disarankan dilakukan setelah mengemil
selama 5-30 menit atau setelah makan.
Pit and Fissure Sealants
Merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah permukaan gigi dari karies.
Kegunaan pit and fissure sealants adalah:
Mengisi pit dan fissure pada gigi dengan resin sehingga lebih tahan terhadap asam
Bakteri S.mutans dan bakteri kariogenik lainnya jadi kehilangan tempat tinggal
Sealants membuat pit dan fissure lebih mudah dibersihkan secara mekanis
Tooth Mousse
Penggunaan tooth mousse adalah metode pencegahanlubang atau kerusakan pada gigi
dengan mengoleskan krimtooth mousse pada gigi untuk menyeimbangkan pH yang ada
pada saliva dalam mulut. pH yang terlalu asam dapat menyebabkan kerusakan dan
kesensitifan pada gigi. Toothmousse merupakan krim topikal yang merupakan
nanokompleks kalsium danfosfat yang didapat dari peptida yang diisolasi dari protein
kasein susu. Kompleks yang dikembangkan di SchoolDental of Science di Universitas
Melbourne ini sudahterbukti efektif dalam mengganti mineral yang hilang pada gigi yang
rusak. Selain itu, tooth mousse juga berfungsi untuk pengobatan hipersensitivitas dentin,
perbaikan atas white spot, membantu menetralisir tantangan asam dari bakteri asidogenik
dalam plak, membantu menetralisir asam tantangan dari sumber asam internal dan
eksternal, dan memberi perlindungan ekstra pada gigi.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari dalam skenario kita dapat menganalisis bahwa gigi Cintya sudah mengalami
tanda tanda akan karies, terutama pada gigi depan atasnya. Namun, dalam pemeriksaan
Cintya lebih lanjut menandakan bahwa Cintya memiliki kondisi intra oral yang memiliki
faktor risiko karies rendah, ditandai dengan hidrasi saliva yang lebih rendah dari 30 detik,
kecepatan aliran saliva lebih besar dari 5 ml per 5 menit, pH plak 6.0, dan pH saliva 6.0.
Kondisi ini sebenarnya merupakan kondisi normal di dalam mulut, bahwa bakteri bakteri di
dalam mulut Cintya masih belum melakukan metabolisme yang berlebihan, ditandai dengan
pH plak dan saliva > 5.5 yang merupakan pH ambang dimana gigi dapat mulai mengalami
demineralisasi apabila melewati ambang tersebut. Kemudian bercak putih pada gigi atas
anterior gigi Cintya merupakan fase dimana gigi masih dapat mengalami remineralisasi,
tetapi hal itu harus kita bantu dengan memberikan edukasi yang baik kepada Cintya untuk
dapat meningkatkan index Oral Hygiene dengan lebih mengurangi konsumsi makanan berupa
biskuit dan coklat, juga minuman berupa cola karena makanan dan minuman tersebut dapat
menjadi media atau wadah dari bakteri bakteri penyebab karies untuk bermetabolisme di
dalam mulut. Selain itu, Cintya juga harus lebih rajin membersihkan gigi dan juga menyikat
gigi dengan benar agar debri maupun plak yang terdapat pada gigi dapat tersikat dan terbuang
dari mulut Cintya. Setelah memberikan edukasi dan pelatihan yang cukup Cintya dapat
memilih apakah ingin diberikan perawatan non-invasif berupa topical fluoride, tooth moose,
dan lain sebagainya, untuk menunjang dan membantu gigi untuk beremineralisasi sehingga
bercak putih cepat menghilang. Kemudian, untuk kalkulus pada gigi regio 3 dan 4 Cintya
akan diberikan perlakuan pembersihan karang gigi untuk menghilangkan kalkulus yang ada.
Kemudian untuk gigi ponakannya Cintya, Sisca telah mengalami karies nurse, karena
yang mengalami karies adalah gigi atas anterior, dan juga telah dapat kita lihat dalam tahap
yang cukup parah karena telah merasa sakit tanpa diberikan stimulus yang menandakan
karies telah sampai di pulpa.
3.2
Saran
Untuk perawatan yang seharusnya dijalani oleh Cintya dalam skenario 1 ini adalah :
gigi.
Pemberian material penunjang bagi gigi yang telah memiliki tanda tanda akan
terjadi karies.
Pembersihan karang gigi agar bakteri bakteri yang menempel pada karang gigi
dalam dibersihkan dan mengurangi risiko karies.
Untuk perawatan yang seharusnya dijalani oleh Sisca dalam skenario 1 ini adalah :
DAFTAR PUSTAKA
1. Sturdevant, C. 2002. Sturdevant's Art and Science of Operative Dentistry. 4th Ed.
Mosby, Inc.
2. Mcdonald, R.E. 2004. Dentistry For The Child And Adolescent. 8th Ed. Mosby, Inc.
3. Universitas
Sumatera
Utara.
Karies
Gigi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28136/4/Chapter%20II.pdf
4. http://escaladedental.com/menu-publications/menu-articles/40-art-karies-gigi-padabalita
5. Mounts, G.J. Hume, W.R. 2006. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2nd
Ed. Mosby, Inc.
6. Feyerskov, O. Kidd, E.A. 2003. The Dental Caries. Blackwell Munksgaard.