Anda di halaman 1dari 11

aAsuhan keperawatan Komunitas Karier gigi

Oleh

Kelompok 5 :

Sisi Gusma Yuliani

Novria wulansari

Weri dwiyanti

Icha intan permata sari

Ihsyara hafifah

Putri ayundhari anwar

Yenni fitria

Trisko malhotra

Dosen Pengampu : Ns. Nurleny, M. Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA.2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana berkat Hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan Asuhan keperawatan Komunitas Karier gigi ini. Dalam
penyusunan makalah ini penulis telah mendapatkan bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kritik dan
sumbang saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Penulis berharap
semoga penyusunan makalah ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang
bermanfaat terutama bagi penulis sendiri maupun pihak lain.

Penulis

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak ibu yang mengeluh, gigi depan rahang atas anaknya berwarna
kecoklatan, mahkota giginya rusak, bahkan terkadang hanya tinggal sedikit saja
mahkota yang tersisa. Namun kebanyakan para ibu tersebut tidak menyadari apa
penyebabnya. Yang sesungguhnya terjadi adalah gigi tersebut mengalami karies,
dan kejadian ini sering disebut sebagai karies botol, early childhood caries, atau
baby bottle caries. Pola karies gigi ini erat kaitannya dengan pemberian susu atau
cairan manis lain dengan menggunakan botol secara berkepanjangan. Terlebih
lagi bila anak terbiasa atau dibiasakan meminum susu botol sebelum tidur, dan tak
jarang botol susu masih ada dalam mulut anak saat ia jatuh tertidur. Karies gigi
sulung yang disebabkan pemberian susu atau minuman manis lain menggunakan
botol susu secara berkepanjangan memiliki ciri yang khas. Gigi yang terlibat
biasanya adalah gigi depan rahang atas, dan biasanya keempat gigi depan rahang
bawah bebas karies.
Faktor perilaku orang tua menjadi faktor pendukung terjadinya masalah
ini, terutama karena kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi
yang benar. Persentase kejadian ini cukup tinggi, dari suatu penelitian dilaporkan
3-6% anak di bawah usia 4 tahun mengalami karies botol.

1.2 Tujuan
Agar mahasiwa mampu menjelaskan tentang konsep caries gigi dan
membuat asuhan keperawatan pada klien dengan caries gigi
BAB II

TEORITIS

2.1 Definisi

Karies gigi atau pembusukan gigi adalah suatu kerusakan destruktif


progresif dan mengenai jaringan-jaringan gigi yang mengalami perkapuran.
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi
hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). Karies adalah suatu penyakit jaringan
keras gigi (email, dentin dan sementum) yang bersifat kronik progresif dan
disebabkan aktifitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Ditandai
dengan de diragikan. Ditandai dengan demineralisasi jarin mineralisasi jaringan
keras dan d gan keras dan diikuti kerusakan zat organiknya. iikuti kerusakan zat
organiknya.

2.2 Etiologi
Banyak sekali faktor yang menyebabkan karies. Faktor yang utama, antara
lain:

1. Gigi dan air ludah, Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak
lagi kental, mempermudah terjadinya karies.

2. Adanya bakteri penyebab karies, Bakteri yang menyebabkan karies adalah dari
jenis Streptococcus dan Lactobacillus.

3. Makanan yang kita dikonsumsi, Makanan yang mudah lengket dan menempel
di gigi seperti permen dan coklat, memudahkan terjadinya karies. Sementara itu
faktor lain yang turut andil adalah tingkat kebersihan mulut, frekuensi makan, usia
dan jenis kelamin, penyakit yang sedang diderita seperti kencing manis dan TB,
serta sikap/ perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi.

2.3 Patofisiologi
Terdapat tiga teori mengenai terjadinya karies, yaitu teori asidogenik (teori
kemoparasiter Miller), teori proteolitik, dan teori prot Miller), teori proteolitik,
dan teori proteolisis keolisis kelasi

a. Teori Asidogenik Miller (1882) menyatakan bahwa kerusakan gigi adalah


adalah proses kemoparasiter yang terdiri atas dua tahap, yaitu dekalsifikasi email
sehingga terjadi kerusakan total email dan dekalsifikasi dentin pada tahap awal
diikuti oleh pelarutan residunya yang telah melunak. Asam yang dihasilkan oleh
bakteri asidogenik dalam proses fermentasi karbohidrat dapat mendekalsifikasi
dentin, menurut teori ini, karbohidrat, mikroorganisme, asam, dan plak gigi
berperan dalam proses pembentukan karies.

b. Teori Proteolitik Gottlieb (1944) mempostulasikan bahwa karies merupakan


suatu proses proteolisis bahan-bahan organik dalam jaringan keras gigi oleh
produk bakteri. Dalam teori ini dikatakan mikroorganisme menginvasi jalan
organik seperti lamela email dan sarung batang email (enamel rod sheath), serta
merusak bagian-bagian organik ini. Proteolisis juga disertai pembentukan asam.
Pigmentasi kuning merupakan ciri karies yang disebabkan produksi pigmen oleh
bakteri proteolitik. Teori proteolitik ini menjelaskan terjadinya karies dentin
dengan email yang masih baik. Manley dan Hardwick (1951) menggabungkan
teori proteolitik dan teori asidogenik . Menurut mereka teori-teori tersebut dapat
berjalan sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Teori ini menyatakan bahwa
bakteri-bakteri dapat membentuk asam dari substrat karbohidrat, dan bakteri
tertentu dapat merusak protein jika tidak ada karbohidrat, karena itu terdapat dua
tipe lesi karies. Pada tipe I, bakteri menginvasi lamela email, menyerang email
dan dentin sebelum tampak adanya gejala klinis karies. Tipe II, tidak ada lamela
email, hanya terdapat perubahan pada email sebelum terjadi invasi
mikroorganisme. Perubahan email ini terjadi akibat dekalsifikasi email oleh asam
yang dibentuk oleh bakteri dalam plak gigi diatas email. Lesi awal ini disebut gigi
diatas email. Lesi awal ini disebut juga calky juga calky aanamel. aanamel.

c. Teori Proteolisis Kelasi Teori ini diformulasikan oleh Schatz (1955). Kelasi
adalah suatu pembentukan kompleks logam melalui ikatan kovalen koordinat
yang menghasilka suatu kelat. Teori ini menyatakan bahwa serangan bakteri pada
email dimulai oleh mikroorganisme yang keratinolitik dan terdiri atas perusakan
protein serta komponen organik email lainnya, terutama keratin. Ini menyebabkan
pembentukan zat-zat yang dapat membentuk kelat dan larut dengan komponen
mineral gigi sehingga terjadi dekalsifikasi email pada pH netral atau dekalsifikasi
email pada pH netral atau basa.

2.4 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis karies email yaitu:

a. Lesi dini atau lesi bercak put Lesi dini atau lesi bercak putih/coklat (karies ins
ih/coklat (karies insipien)

b. Lesi lanjut (lesi yang telah mengalami ka Lesi lanjut (lesi yang telah mengalami
kavitasi)

Gejala paling dini karies email secara makroskopik adalah suatu “bercak
putih” Bercak ini jelas terlihat pada gigi cabutan yang kering yang tampak sebagai
suatu lesi kecil., opak dan merupakan daerah berwarna putih, terletak sedikit
kearah serviks dan titik kontak. Warna tampak berbeda dibandingkan email di
sekitarnya yang masih sehat. Pada tahap ini, deteksi dengan sonde tidak dapat
dilakukan karena email yang mengelilinginya masih keras dan mengkilap.
Kadang-kadang lesi tampak coklat karena materi yang terserap kedalam pori-
porinya. Baik bercak putih maupun coklat bisa bertahan bertahun-tahun lamanya
karena perkembangan lesi tersebut dapat dicegah. Jika lesi email sempat
berkembang, permukaan yang semula utuh akan pecah (kavitasi) dan akan
terbentuk lubang (kavitas).

Pada saat pemeriksaan diperlukan pencahayaan yang baik. Gigi harus


bersih dan kering, sehingga kotoran dan karang gigi harus dibersihkan dahulu.
Gigi yang sudah kering harus diisolasi dengan gulungan kapas sehingga tidak
basah oleh saliva. Gigi harus betul-betul kering dan pengeringan biasanya dengan
penyemprotan secara perlahan-lahan. Untuk menemukan tanda awal karies
diperlukan penglihatan yang tajam. Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan
sonde tajam sampai terasa menyangkut. Sebaiknya hal ini jangan dilakukan
karena sonde tajam akan merusak lesi karies yang masih baru dan bakteri akan
terbawa dalam lesi sehingga kariesnya menye terbawa dalam lesi sehingga
kariesnya menyebar 

2.5 Pemeriksaan Penunjang

  Radiograf bite wing  diperlukan dalam menegakkan diagnosis. Pada teknik


ini sinar diarahkan tegak lurus terhadap sumbu gigi dan menyinggung titik kontak.
Film diletakkan di sebelah lingual gigi posterior. Pasien menahan posisi tersebut
dengan menggigit pegangan filmnya. Tiap daerah yang mu filmnya. Tiap daerah
yang mungkin diserang karies h ngkin diserang karies harus dinilai secara tersendi
arus dinilai secara tersendiri.

2.6 Penatalaksanaan

Setelah diagnosis karies ditegakkan, maka ada dua cara pendekatan yang
mungkin ditempuh yaitu:

1. Menggunakan usaha preventif untuk mencoba menghentikan penyakit)

2. Membuang jaringan yang rusak dan menggantikannya dengan restorasi disertai


usaha

 pencegahan terhadap rekurensinya.

Kedua pendekatan diatas dipertimbangkan berdasarkan informasi


diagnostik yang diperoleh. Usaha-usaha pencegahan yang dilakukan berkaitan
dengan peran karbohidrat diantaranya adalah:

1. Menurunkan konsumsi sukrosa

2. Mengubah bentuk fisik makanan yang dikonsumsi, misalnya dengan


menghindari makanan yang lengket. Tidak lupa pula dengan cara pencegahan lain
yang bersifat umum seperti

3. Kebiasaan menggosok gigi secara tepat dan benar tentang tata cara dan secara
konsisten atau teratur 
4. Selalu memeriksakan kesehatan gigi setidak-tidaknya tiap 6 bulan sekali

2.7 Rencana Asuhan Keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosis keperawatan yang umum dalam perawatan kesehatan


rumah pengaturan berurusan dengan perubahan pada pasien dan kemampuan
keluarga untuk berfungsi secara independen. masalah tersebut dapat didiagnosis
sebagai berikut :
1. Gangguang kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas jaringan

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedara fisiologis ( mis. Inflamasi,


iskemia, neoplasma )

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit

b. Intervensi

Tindakan intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam


mencapai hasil pasien yang diharapkan. Harapannya adalah akan menguntungkan
pasien dan keluarga dalam cara yang dapat dilakukan yang berhubungan dengan
masalah dan tujuan yang telah dipilih. Intervensi ini mempunyai maksud
mengindividualkan perawatan dengan memenuhi kebutuhan pasien serta harus
menyertakan kekuatan-kekuatan pasien bila memungkinkan.
Perawat merawat pasien dengan harus mampu mengidentifikasi tindakan
keperawatan untuk menggunakan dan untuk mengukur pasien progres menuju
tujuan didirikan. Tidak jarang, beberapa pasien memerlukan kunjungan
keperawatan setiap harinya dan perawat harus membenarkan ini perlu untuk
asuhan keperawatan, di catatan pasien dengan mendokumentasikan penilaian dan
intervensi.
c. Evaluasi
Jika asuhan keperawatan yang terampil diperlukan, maka perawat harus
menilai kembali dan mengevaluasi kembali pasien pada setiap kunjungan. Jangan
menggunakan istilah seperti "sama" atau "tidak ada perubahan". Buatlah secara
spesifik dalam pencatatan evaluasi tersebut. Update rencana perawatan sering
untuk merenungkan akan kegiatan keperawatan dan hasil pasien. Pelaksanaan
dokumentasi dari perawatan di rumah sangat penting. Ini perlu menyertakan status
pasien, diagnosis yang belum terselesaikan, kemajuan menuju tujuan mencapai,
dan rencana untuk perawatan tindak lanjut.
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email
gigi hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). Penyebab karies gigi pada anak ini
karena anak sering mengkonsumsi makanan yang lengket di gigi dan manis
terlebih lagi anak jarang sekali menggosok gigi. Ini akan membuat email gigi anak
rusak. Jika dibiarkan ini akan mejalar ke pembuluh saraf di gigi dan
mengakibatkan nyeri. Untuk pengobatan bisa dilakukan dengan:
a. Menurunkan konsumsi sukrosa
b. Mengubah bentuk fisik makanan yang dikonsumsi, misalnya dengan
menghindari
c. makanan yang lengket.
d. Kebiasaan menggosok gigi secara tepat dan benar tentang tata cara dan secara
konsisten atau teratur 
e. Selalu memeriksakan kesehatan gigi setidak-tidaknya tiap 6 bulan sekali
1.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari para pembaca.
Daftar pustaka

A.Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Sale
mba Medika

Ropi, H. (2004). Home Care Sebagai Bentuk Praktik Keperawatan Mandiri. Majal
ah Keperawatan (Nursing Journal of Padjajaran University)

Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan
di rumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai