Pembimbing :
drg. Wahyu Susilaningtyas, Sp.Pros
Disusun oleh :
Achmad Irfan
(217.4110.1029)
1
2
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Mu penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:“ polip pulpa dan
polip gingiva”.
Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi tinjauan pustaka
tentang perkembangan penyakit pulpa sampai dengan polip pulpa dan polip gingiva.
Dengan selesainya makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis,
masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun
agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Etiologi
Karies gigi merupakan penyakit periodontal yang dapat menyerang
dan waktu. Ada yang membedakan faktor etiologi atas faktor penyebab primer
yang langsung mempengaruhi biofilm atau lapisan tipis normal pada permukaan
gigi yang berasal dari saliva dan faktor modifikasi yang tidak langsung
mempengaruhi biofilm.4
Patogenesis
Karies gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut ke
dentin. Untuk dapat terjadinya suatu proses karies pada gigi dibutuhkan empat
faktor utama yang harus saling berinteraksi yaitu faktor host, aget, substrat dan
waktu. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak beserta
bakteri penyusunnya. Dalam proses terjadinya kries, mikroorganisme
lactobacillus dan streptococcus mempunyai peranan yang sangan besar. Proses
4
5
Diagnosis
Penetapan diagnosis yang tepat sangat dibutuhkan untuk kesuksesan
perawatan lesi pada karies, baik dengan pemeriksaan klinis maupun dengan
pemeriksaan penunjang seperti radiografi. Diagnosis yang dilakukan pada tahap
dini telah dianggap seebagai sesuatu yang sangat penting, sejak karies diketahui
dapat dihentikan dan remineralisasi dapat terjadi. Deteksi lesi awal merupakan
perpaduan diagnosis yang penting karena hal ini mengacu kepada jenis
pencegahan dan perawatan yang dibutuhkan. Beberapa karies awal dapat dideteksi
oleh alat diagnosa klinis yang lebih teliti dan pemeriksaan radiografi.8
Deteksi dini lesi karies karies yang kecil dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan, pada lesi karies yang mengenai pit atau fisura dapat
menggunakan kaca mulut dan eksplorer, dengan tekanan ringan dapat terasa,
ujung sonde yang tersangkut dan pada tekanan yang lebih besar akan teraba
daerah lebih lunak, opak, warna dan lebih buram jika dibandingkan dengan gigi
sebelahnya.9
Diagnosis karies diperlukan untuk mengetahui kerentanan seseorang
terhadap karies, aktivitas karies , dan risiko karies dan untuk menentukan jenis
terapi.10
a. Karies Dini/karies email tanpa kavitas yaitu karies yang pertama terlihat
secara klinis, berupa bercak putih setempat pada email. Anamnesis pada
karies email tanpa kavitas adanya bintik putih pada gigi. Terapi yang
dilakukan dengan pembersihan gigi, diulas dengan flour, edukasi pasien.
b. Karies dini/karies email dengan kavitas yaitu karies yang terjadi pada email
sebagai lanjutan dari karies dini. Anamnesa pada pasien dirasakannya gigi
yang terasa ngilu. Terapi dengan penambalan.
c. Karies dengan dentin terbuka/dentin Hipersensitif yaitu peningkatan
sensitiftas karena terbukanya dentin. Anamnesa pada pasien kadang-
kadang rasa ngilu waktu kemasukan makanan, saat minum dingin, asam dan
asin dan biasanya rasa ngilu hilang setelah rangsangan dihilangkan, rasa
sakit harus karena adanya rangsangan, tidak sakit secara spontan. Terapi
dengan penambalan.
d. Pulpitis reversibel/hiperemi pulpitis/pulpitis awal yaitu peradangan pulpa
awal sampai sedang akibat rangsangan. Anamnesa biasanya pasien nyeri
7
bila minum panas, dingin, asam dan asin, nyeri tajam singkat tidak spontan,
tidak terus menerus, rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan
dihilangkan. Terapi dengan penambalan /pulp cafing dengan penambalan
Ca(OH) ± 1 minggu untuk membentuk sekunder dentin.
e. Pulpitis irreversibel yaitu radang pulpa ringan yang baru dapat juga yang
sudah berlangsung lama.
2.2 PULPITIS
Klasifikasi Pulpitis
Berdasarkan durasi dan keparahan :11
1. Pulpitis Akut
Dapat dibagi menjadi:
a. Pulpitis Akut Serosa
Pulpitis akut serosa adalah peradangan akut dari pulpa gigi yang
ditandai dengan adanya sakit paroksimal yang hilang timbul yang bias
menjadi terus- menerus. Apabila dibiarkan maka ia akan berlanjut
menjadi pulpitis supuratif akut yang kemudian menyebabkan nekrosis
pulpa.
8
2. Pulpitis Asimtomatis
Pulpitis asimtomatis merupakan proses inflamasi sebagai
mekanisme pertahanan dari jaringan pulpa terhadap iritasi dimna proses
proliferasi yang berperanan. Tidak ada rasa sakit karena adanya
pengurangan dan keseimbangan tekanan intrapulpa.
Yang termasuk pulpitis asimtomatik adalah:
- Pulpitis kronis ulseratif
- Pulpitis kronis hiperplastik
- Pulpitis kronis yang bukan disebabkan oleh karies (prosedur operatif,
trauma, gerakan ortodonti)
1. Pulpitis Reversibel
a. Inflamasi pulpa stadium transisi
b. Atrofi pulpa
c. Pulpitis akut
d. Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
2. Pulpitis Ireversibel
a. Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
b. Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
c. Pulpitis kronis radikularis dengan nekrosis
d. Pulpitis kronis eksaserbasi akut
Diagnosa
Pulpitis reversible adalah keadaan jaringan pulpa yang kehidupannya
masih dapat dipertahankan setelah perawatan endodonti.11 Pulpitis reversible
adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh
adanya jejas atau stimulus, tetapi pulpa masih mampu kembali pada keadaan tidak
terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit biasanya sebentar, yang dapat
dihasilkan karena jejas termal pada pulpa yang sedang mengalami inflamasi
reversible, tetapi rasa sakit ini akan hilang segera setelah jejas dihilangkan.
10
Pulpitis reversible yang disebabkan oleh jejas ringan contohnya erosi servikal atau
atrisi oklusal, fraktur email.
Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai
pulpa, antara lain: trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang
terganggu, syok termal, seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan bur yang
tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi atau panas yang
berlebihan saat memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan alkohol atau
kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang dentinnya
terbuka, adanya bakteri dari karies.
Kadang-kadang setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh
tentang sensitivitas ringan terhadap permukaan temperatur, terutama dingin. Hal ini
dapat berlangsung dua sampai tiga hari atau satu minggu, tetapi berangsur- angsur
akan hilang. Sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversibel. Rangsangan tersebut
di atas dapat menyebabkan hiperemia atau inflamasi ringan pada pulpa sehingga
menghasilkan dentin sekunder, bila rangsangan cukup ringan atau bila pulpa cukup
kuat untuk melindungi diri sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab
terjadinya pulpitis reversibel bisa karena trauma yaitu apa saja yang dapat melukai
pulpa. Seperti telah diterangkan di atas bahwa sejak lapisan terluar gigi terluka
sudah dapat menyebabkan perubahan pada pulpa.
Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya
sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan atau minuman dingin daripada
panas, tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya
ditiadakan.
Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah
kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan beralngsung lebih
lama. Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu
stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit dapat
datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat disebabkan
karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah karies
dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik. Pulpitis reversibel dapat berkisar dari
hiperemia ke perubahan inflamasi ringan hingga sedang terbatas pada daerah
dimana tubuli dentin terlibat. Secara mikroskopis terlihat dentin reparatif,
gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah dan adanya sel
11
inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis
menonjol dapat dilihat juga sel inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan
makanan, terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila
rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.
pelindung yang terdiri dari enamel dan sementum ini dapat ditembus, diantaranya
adalah karies, fraktur akibat trauma, penyebaran infeksi dari sulkus gingivalis,
periodontal pocket dan abses periodontal, atau trauma akibat prosedur operatif.
Sebagai konsekuensi dari tembusnya lapisan pelindung pulpa, kompleks pulpa-
dentin menjadi terpapar ke lingkungan oral, dan memiliki risiko terhadap infeksi
oleh mikroorganisme oral. Bakteri dan atau produk-produk nya akhirnya dapat
bermigrasi menuju pulpa melalui tubulus dentin.12,14,15,16
2. Riwayat dari pasien, seperti oral hygiene, pulpitis yang tidak diterapi, serta
riwayat trauma. Pada gigi yang mengalami trauma, tidak terdapat respon
terhadap tes pulpa. Hal ini menyerupai tanda pada nekrosis pulpa. Riwayat
pasien menunjukkan nyeri hebat yang bisa berlangsung untuk
beberapa saat diikuti oleh berakhirnya nyeri secara total dan tiba-tiba. 12,14,15
Gambar 2. Gambaran radiografi tampak restorasi yang besar pada gigi molar
dengan infeksi saluran akar12
2. Tes vitalitas
Gigi tidak merespon terhadap tes vitalitas, namun gigi dengan akar
ganda dapat menunjukkan respon campuran, bila hanya satu saluran akar
yang mengalami nekrosis. Gigi dengan nekrosis pulpa memberikan respon
negatif terhadap stimulasi elektrik maupun rangsang dingin, namun dapat
memberikan respon untuk beberapa saat terhadap rangsang panas. 12,14,15
18
3. Pemeriksaan fisik
Gigi menunjukkan perubahan warna seperti suram atau opak yang
diakibatkan karena kurangnya translusensi normal.12
4. Histopatologi
Terdapat jaringan pulpa yang nekrosis, debris selular, dan mikroorganisme
terlihat di pulpa. Apabila terdapat jaringan periodontal yang terlibat,
maka akan menunjukkan gambaran inflamasi atau sel radang.12
melibatkan gigi vital tanpa harus dilakukan perawatan saluran akar pada
gigi di dekat polip gingiva tersebut.20
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Proses terjadinya karies gigi merupakan
fenomena multifactor, yaitu factor host, mikroflora mulut, substrat, dan waktu.
Lehner mengemukakan teori bahwa karies terjadi karena interaksi antara gigi,
bakteri, dan gula. Di lain pihak terdapat satu factor penghambat karies, yaitu
antibody. Beberapa factor yang saling berinteraksi pada pathogenesis karies gigi
dapat digambarkan sebagai beberapa lingkaran yang tumpang tindih sebagai
deskripsi daerah karies dan non karies. Dengan memperluas lingkaran antibody,
diharapkan daerah karies dapat diperkecil.
Faktor-faktor yang berperan pada pembentukan karies gigi adalah tuan
rumah (host) yang terdiri dari gigi dan saliva, agen (agent) yang terdiri dari
mikroorganisme, lingkungan yang terdiri dari substrat (makanan dan diet), dan
waktu.
Pulpitis dapat diklasifikasikan dalam berbagai klasifasi, namun klasifikasi
yang paling umum yaitu pulpitis reversible, pulpitis ireversibel, dan nekrosis pulpa.
Pada dasarnya Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah
kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan beralngsung lebih
lama.Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu
stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit dapat
datang tanpa stimulus yang nyata.
Hiperplastik pulpitis kronis adalah suatu kondisi jaringan pulpa vital yang
mengalami radang kronis sebagai respon pertahanan jaringan pulpa terhadap
infeksi bakteri. Respon pertahanan jaringan pulpa membentuk jaringan granulasi.
Kondisi yang memungkinkan pembentukan jaringan granulasi hanya pada pulpa
muda yang terinfeksi dengan kavitas yang besar dan memiliki vaskularisasi yang
bururk..
24
DAFTAR PUSTAKA
17. Lous I Grosmann, et al. 2008. Ilmu Endodontik Dalam Praktek.Edisi kesebelas. EGC.
Jakarta
18. Goodell GG, Tordik PA, Moss HD. Pulpal and periradicular diagnosis. NavDent
School J; 2009: 27(9): 15-8.
19. Grossman LI. 2008. Endodontic Practice. 8th ed. Philadelphia, London: Lea and
Febiger.
20. Walton and Torabinajed. 2009. Prinsip dan Praktik Endodonsi. Edisi ke-2.JakarTA :
EGC