PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies gigi adalah penyakit spesifik yang sudah ada sejak
peradaban manusia dan sampai saat ini masih terjadi. Angka karies
gigi di Indonesia sangat tinggi. Penyakit ini dapat sangat mengganggu
bagi
penderitanya
karena
menyebabkan
hilangnya
fungsi
gigi.
dibatasi
pada
definisi
karies,
etiologi
karies,
histopatologi
karies,
klasifikasi
karies,
radang
pulpa
1 | Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Karies
penyakit gigi
yang
demineralisasi
mengalami
kalsifikasi
ditandai
oleh
pengurangan
kandungan
zat
mineral
(kalsium,
dan
berlanjut
hingga
ke
struktur
lapisan
dibawahnya.
2 | Page
2.2
Etiologi Karies
1. Faktor Host
Ada 2 komponen :
a. Gigi
- Morfologi gigi ( bentuk dan ukuran gigi ) dan posisi gigi
- Struktur enamel ( banyak sedikitnya mineral menetukan
-
ke-resistensian enamel )
Kristalografis ( kepadatan enamel )
Gigi susu lebih rentan karies karena mengandung banyak
ar dan bahan organic sedangkan mineralnya sedikit dak
produksi,
seperti
pada
Sindrom
Sjogren,
3 | Page
di permukaan gigi
Melakukan efek buffer dalam rongga mulut
Bersamaan dengan kalsium dan fosfor penting dalam
plak
adalah:
karena
mempunyai
sifat
acidogenik
(membuat
4 | Page
5 | Page
+
(dari proses
determinasi)
\\
caries
demineralis
asi
Plak (bakteri)
+
dan
pada
dimetabolismekan
tingkatan
sedemikian
yang
lebih
rupa
rendah
sehingga
glukosa,
terbentuk
demineralisasi
yang
mengakibatkan
proses
awal
dengan adanya ion-ion dalam saliva yang bersifat buffer. Hal ini
merupakan proses remineralisasi. Remineralisasi dapat dipercepat
dengan adanya fluoride yang terdapat pada air minum, makanan
atau pasta gigi.
2.4 Penjalaran Rasa Sakit
1. Karies superfisial
Karies ini hanya mencapai lapisan email, sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit.
2. Karies Dentin
Pada karies ini, dentin sudah terbuka atau karies sudah
mencapai dentin. Pada tahap ini, rasa nyeri sudah mulai
dirasakan, saat adanya rangsangan berupa makanan panas,
dingin, manis. Hal ini terjadi karena saraf sensoris paling banyak
terdapat di pertautan dentin-enamel.
Jika kerusakan dentin sudah semakin luas, pada dentin yang
masih utuh akan terjadi kalsifikasi, yaitu terbentuknya dentin
sklerotik, sehingga penghantaran sinyal saraf ke pulpa terhenti.
Ketika hal ini terjadi, pasien tidak merasakan sakit namun karies
masih terus berkembang, bahkan semakin pasar karena pasien
tidak menyadari adanya kerusakan tersebut.
3. Karies mencapai Pulpa
Jika lesi telah mencapai seluruh jaringan pulpa akan terasa nyeri
yang sangat hebat.
RESPON RASA NYERI
Rasa nyeri yg terasa pada saat minumminuman dingin, itu
menunjukkan gigi vital yg terkena rangsangan sampai ke pulpa.
Kondisi
pulpa
masih
sehat,
kavitasi
pada
enamel
tidak
terdepan
dan
menunjukkan
adanya
utamanya
Lactobacillus
bakteri
ini
tidak
c.
sulit
dieteksi
sehingga
yang
telah
memiliki
riwayat
karies
Keterangan:
a.
Minimal lesion
suatu
lesi
yang
hanya
sedikit
mengenai
daerah
remineralisasi.
b. Moderate size
suatu kavitas yang lebih besar, tapi masih tersedia cukup
c.
atau
kecepatanperkembangannya
a. Karies ringan
karies pada daerah yang memang sangat rentan terhadap
karies,
misanya
pada
permukaan
oklusal
gigi
molar
permanen
b. Karies moderat/sedang
10 | P a g e
di
dalam
rongga
mulut
diakibatkan
peningkatan
fluoride
Rampan karies yang spesifik adalah babby bottle caries
pada anak-anak yang berhubungan dengan riwayat bayi
misalnya tertidur dengan botol susu masih di dalam rongga
mulut yang berisi sirup atau juice (megandung gula),
pemberian ASI dengan periode yang lama, memakai dot
kosong yang dicelupkan ke dalam madu, sirup atau gula.
Frekuensi makan karbohidrat yang tinggi pada anak dengan
kebiasaan tidur minum susu botol merupakan penyebab
utama dari penularan bakteri kariogenik pada anak dan
atau
gigi
permanent
Jaringan keras gigi yang terkena karies menjadi sangat
lunak, berwarna kuning muda atau merah muda (pink)
bila dibandingkan dengan warna karies kronis yang coklat
o
o
o
tua
Multiple kavitas
Gigi terlihat coklat atau hitam
Lesi dapat bekembang dimana
saja,
sering
pada
b. Arrested karies
lesi karies yang tidak berkembang, misalnya disebabkan oleh
perubahan lingkungan
c. Recurrent karies
karies yang terbentuk dibawah atau sekeliling mahkota atau
tambalan yang sudah ada. Bakteri dan partikel makanan dapat
masuk ke bagian antara gigi dan tambalan bila tambalan tidak
tepat atau terjadi keretakan.
d. Intermittent caries
Karies yang memiliki periode aktif dan tidak aktif secara
berselang-seling
2.8 Reaksi Pertahanan Kompleks Dentin-Pulpa
Dentin adalah suatu jaringan vital yang tubulus dentinnya berisi
perpanjangan sitoplasma odontoblast yang mengelilingi ruang pulpa
dan kelangsungan hidupnya bergantung kepada penyediaan darah dan
drainase limfatif jaringan pulpa.Oleh karena itu, dentin harus dianggap
meyatu dengan pulpa karena kedua jaringan itu terikat sangat erat
satu sama lain.
Karies gigi bukan merupakan satu-satunya penyebab cedera
pulpa, akan tetapi reaksi pertahanan jaringannya akan tetap sama
apapun stimulus yang diterimanya. Rangsangan yang membangkitkan
reaksi pertahanan adalah rangsangan dari bakteri (pada karies),
rangsangan mekanis (pada trauma, fraktur gigi, preparasi kavitas,
dan keausan gigi), serta rangsangan khemis (asam dari makanan,
bahan kedokteran gigi yang toksik atau dehidrasi dentin saat preparasi
kavitas, dan juga microleakage saat restorasi gigi.
Reaksi pertahanan kompleks dentin-pulpa antara lain :
1. Sklerosis tubuler di dalam dentin
Sklerosis tubuler adalah suatu
proses
percepatan
dari
12 | P a g e
sekunder
regular
yang
pembentukannya
lebih
cepat
dan
kronis.
Penyebab
reaksi
pulpa
antara
lain
dapat
pada
pulpa
gigi
yang
1. Pulpitis Reversible
merupakan
proses
inflamasi
ringan
yang
apabila
akan
kembali
normal
(kevitalan
pulpa
selama
ada
gejala
(bersifat
simtomatik)
biasanya
terasa
nyeri
dan
menurun
jika
stimulus
dingin
disebabkan
oleh
perubahan
dalam
tekanan
intrapulpa.
2. Pulpitis Irreversible
merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih
walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat
pulpa akan menjadi nekrosis.
Pulpitis irreversible ini seringkali merupakan akibat atau
perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan
oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin
yang luas selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan
gigi
dalam
perawatan
ortodontic
yang
menyebabkan
nyeri
tajam
spontan
berlangsung
terus
open-form
Drainase
dan
dapat
memungkinkan
tidak
menimbulkan
perkembangan
pulpitis
nyeri.
kronik
restorasi
permanen
atau
temporari
dapat
dengan
pulpa
dan
dapat
tertutupi
16 | P a g e
waktu
yang
bersamaan
dengan
resoprsi,
terjadi
tetap
asimtomatik
dan
tanda
paling
awal
akan
radiolusen
menunjukkan
dalam
pink
kamar
blush
pulpa.
enamel
Akhirnya,
yang
akan
menunjukkan
17 | P a g e
asam
restorasi
triklorasetik
glass-ionomer.
diikuti
dengan
Bagaimanapun,
penempatan
lesi
ini
sangat
Resiko rendah
-
Resiko sedang
- ada karies
selama 24
bulan terakhir
- terdapat satu
area
demineralisasi
enamel (karies
enamel white
spot lesion)
- gingivitis
Resiko tinggi
- ada karies selama 12
bulan terakhir
- terdapat satu area
demineralisasi
enamel (karies
enamel white spot
lesion)
- secara radiografi
dijumpai karies
enamel
- dijumpai plak pada
gigi anterior
- banyak jumlah
S.mutans
- menggunakan alat
ortodonti
kecil
biasanya
sering
mengalami
karies
pada
seseorang
dapat
membantu
karena
Faktor
pekerjaan
juga
mempengaruhi
orang
gigi dan
karena
ada
kepada
orangtua
terjadinya
dental
air
minum,
fluoride
gel.
Fluoride
dapat
penyakit
dengan
membangun
penghalang
diet
tersebut.
Konsultasi
diet
seringkali
dan
keberhasilannya
tergantung
kerjasama
pasiennya.
d. Aplikasi Fluor Topikal
Aplikasi larutan fluor ke permukaan gigi atau lebih baru
lagi dengan gel fluor telah dilaksanakan sejak tahun empat
puluhan dan keefektifannya telah dievaluasi oleh Muray &
Rugg-Gunn (1982).
Senyawa fluor yang sering digunakan antara lain: NaF
(fluor
2%);
SnF
(fluor
8%);
ApF
(fluor
1,9%),
dengan
topical,
dapat
dikerjakan
sekaligus,
sementara
dengan
bagi
pasien
dan
lebih
cepat
daripada
reduksi
mencapai
sekitar
40%
(Schimidt, 1981).
Lesi
bercak
putih
dapat
diremineralisasikan
dan
dicegah
dari
setelah
emailnya
dibersihkan,
diisolasi,
sinnar
oklusid
engan articulating
paper.
10)
Jika
ada
peninggian
gigit,
hilanhkan
dengan
sebelum
aplikasi
sealant
(jangan
sampai
pada
dasar
pit
&
fissure,
enamel
lunak
yang
low
speed
round
bur
pit
&
(no
fissure
atau
)enameloplasty
24 | P a g e
Ca(OH)2
Etsa 20, bilas 20 dan keringkan 15
Aplikasi bonding agent dan komposit resin-curing
Aplikasi sealant
Polimerisasi sinar.
Pada saat mengaplikasikan PRR, lakukan isolasi daerah
untuk
gigi
posterior,
dan
bahan
tidak
akan
lapisan
dipolimerisasi
dengan
sinar.
Kemudian
26 | P a g e
BAB III
RANGKUMAN
Dental karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi (email,
dentin, sementum) karena aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang diragikan. Terjadi demineralisasi jaringan keras gigi
sehingga terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran
infeksi ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Dental
karies ini disebabkan oleh 4 faktor yang saling berinteraksi dan tidak
akan terjadi karies tanpa salah satu, yaitu faktor host (saliva dan gigi);
faktor mikroorganisme sebagai agen; substrat (diet) dan faktor waktu.
Dental karies terjadi karena adanya karbohidrat makanan seperti
glukosa dan sukrosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu membentuk
asam sehingga pH plak menurun. Dengan adanya penurunan pH
berulang-ulang
dalam
waktu
tertentu
akan
mengakibatkan
27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
----------. 1982. Pengelolaan Anak dengan Caries Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Undip. Semarang: Simposium Edema.
Anonim. Tanpa tahun. Menuju Gigi & Mulut Sehat, Pencegahan dan
Pemeliharaan.
Usupress.usu.ac.id
Riri
dkk.
2008.
Gigi
dan
Mulut
Tutorial.
FK
UNRI
(yayanakhyar.wordpress.com)
Kidd, Edwina A.M. & Sally Joyston Bechal. 1992. Dasar-dasar Karies.
Jakarta : EGC
Nurwati, Diana. Tanpa tahun. Slide presentasi : Karies Gigi. Universitas
Airlangga: Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi.
Pintauli, Sondang & Tizo Hamada. 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat
(Pencegahan dan Pemeliharaan). Medan : USUpress.
Schmidt H.F.M. 1981. Evaluation of Duraphat fluoride varnish as caries
prophylactic based upon clinical result available in 1981.
Kariesprophylaxe, 3, 117-123.
Silverstone L.M. 1982. The use of pit and fissure sealant in dentistry,
present status and future developments. Pediatric Dentistry, 4,
16-21
Susanto,
Amilia
J.
2009.
Slide
presentasi:
Dental
Caries.
Repository.ui.ac.id
website web dental office
28 | P a g e