Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang
ditandai dengan terjadinya demineralisasi bagian anorganik dan penghancuran dari subtansi
organik yang dapat menyebabkan rasa nyeri. Penyakit karies gigi bersifat progresif serta
akumulatif, berarti bila ada kelainan yang tidak diobati kian lama kian bertambah parah, dan
gigi yang sudah terkena tidak dapat kembali normal dengan sendirinya (Beck, 2000). Kondisi
gigi pada fase pertumbuhan gigi sulung dan gigi permanen akan mempengaruhi
mikrostruktur kedua jenis gigi tersebut dan akan menentukan sifat gigi tersebut, mudah
diserang atau tahan terhadap karies gigi. Sejak gigi erupsi sampai gigi tersebut tanggal,
semua permukaan gigi yang terbuka mempunyai risiko terserang karies (Ford, 1993).
Semua orang dapat mengalami karies gigi, termasuk anak-anak. Penyakit ini
mengakibatkan munculnya rasa sakit sehingga orang menjadi malas makan dan juga dapat
menyebabkan tulang di sekitar gigi menjadi terinfeksi. Apabila terjadi kerusakan pada tahap
yang berat atau sudah terjadi abses, maka gigi dapat tanggal.
Pencegahan kejadian karies gigi dapat didasarkan pada tiga faktor penyebab
terjadinya karies gigi (Forrest, 1995; Latham, 1997). Faktor pertama adalah faktor host yaitu
kekuatan dari permukaan gigi, dan kedua adanya plak yang berisi bakteri, biasanya bakteri
patogen yang kariogenik seperti Streptococcus mutans. Faktor ketiga penyebab karies gigi
adalah adanya subtrat yang mendukung pertumbuhan bakteri seperti adanya karbohidrat
terfermentasi pada gigi yang akan menyebabkan bakteri dapat bertahan hidup (Forrest, 1995;
Latham, 1997). Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam upaya pencegahan karies gigi,
maka perlu diketahui masalah yang berkaitan dengan proses terjadinya karies gigi serta faktor
risiko yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi (Suwelo, 1986)
Awal mula terjadinya karies adalah terbentuknya plak gigi, yaitu lapisan tipis
transparan yang menempel pada permukaan email gigi. Plak gigi merupakan produk dari
bakteri Streptococcus mutans dan sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat yang
mudah terfermentasi. Dalam keadaan normal, bakteri dalam rongga mulut ada pada semua
orang dan bila berinteraksi dengan karbohidrat terfermentasi, maka akan dihasilkan asam.
Gigi yang berada dalam kondisi asam terus menerus akan menyebabkan terjadinya proses
demineralisasi pada permukaan email gigi. Oleh karena setiap gigi membentuk plak setiap
hari maka untuk mencegah terjadinya plak sebaiknya setiap orang harus membatasi konsumsi

karbohidrat terfermentasi dan menjaga kebersihanmulut dengan cara menggosok gigi secara
teratur setiap hari (Houwink, dkk; 1993).
Kebiasaan anak mengkonsumsi makanan kariogenik seperti coklat, permen, kue-kue
manis, dan sebagainya disebabkan karena makanan tersebut bentuknya menarik dan rasanya
yang enak atau lezat sangat disukai oleh anak- anak. Peran orang tua terutama ibu dalam
memenuhi kebutuhan makan anak terutama terjadi pada saat proses pengambilan keputusan
penyediaan makanan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Karies Gigi
Karies gigi adalah suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan larutnya mineral
email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang
disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi bakteri)
yang dilanjutkan dengan timbulnya destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya
terjadi kavitasi (pembentukan lubang) (Kennedy, 2002). Karies dentis merupakan proses
patologis berupa kerusakan yang terbatas di jaringan gigi mulai dari email kemudian
berlanjut ke dentin. Karies dentis ini merupakan masalah mulut uatama pada anak dan
remaja, periode karies paling tinggi adalah pada usia 4-8 tahun pada gigi sulung dan usia 1213 tahun pada gigi tetap, sebab pada usia itu email masih mengalami maturasi setelah erupsi,
sehingga kemungkinan terjadi karies besar. Jika tidak mendapatkan perhatian karies dapat
menular menyeluruh dari geligi yang lain (Behrman, 2002).

Gambar.1. karies gigi pada anak

A. Jenis karies gigi


Menurut Widya (2008), jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadinya :
a. Karies Insipiens
Merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan
terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat
pada email.

b. Karies Superfisialis
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadangkadang terasa sakit.
c. Karies Media
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin ( tulang gigi ) atau
bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa
sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.
d. Karies Profunda
Merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa
sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa
rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati,
dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies
lainnya.
B. Proses Terjadinya Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi,
sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis yang
akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi.
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui
lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul
bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral
hilang dari

inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang

menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru
mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin
sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya)
dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat
lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru
setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat
dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit,
dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.

2. Faktor Penyebab Terjadinya Karies Gigi


Menurut Yuwono (2003) faktor yang memungkinkan terjadinya karies yaitu :
A. Umur
Terdapat tiga fase umur yang dilihat dari sudut gigi geligi yaitu :
1) Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies
2) Periode pubertas (remaja) umur antara 14 tahun sampai 20 tahun pada masa
pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan
gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga. Hal ini yang
menyebabkan prosentase karies lebih tinggi.
3) Umur antara 40- 50 tahun, pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunya
gusi dan papil sehingga, sisa sisa makanan lebih sukar dibersihkan
B. Kerentanan permukaan gigi
1) Morfologi gigi
Daerah gigi yang mudah terjadi plak sangat mungkin terjadi karies.
2) Lingkungan gigi
Lingkungan gigi meliputi jumlah dan isi saliva (ludah), derajat kekentalan dan
kemampuan bbuffer yang berpengaruh terjadinya karies, ludah melindungi jaringan
dalam rongga mulut dengan cara pelumuran element gigi yang mengurangi
keausan okulasi yang disebabkan karena pengunyahan, Pengaruh buffer sehingga
naik turun PH dapat ditekan dan diklasifikasikan element gigi dihambat, Agrogasi
bakteri yang merintangi kolonisasi mikroorganisme, Aktivitas anti bakterial,
Pembersihan mekanis yang dapat mengurangi akumulasi plak.
C. Air ludah
Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui terutama dalam
mempengaruhi kekerasan email. Air ludah ini dikeluar oleh : kelenjar paritis, kelenjar
sublingualis dan kelenjar submandibularis. Selama 24 jam, air ludah dikeluarkan
glandula sebanyak 1000 1500 ml, kelenjar submandibularis mengeluarkan 40 % dan
kelenjar parotis sebanyak 26 %. Pada malam hari pengeluaran air ludah lebih sedikit,
secara mekanis air ludah ini berfungsi membasahi rongga mulut dan makanan yang
dikunyah. Sifat enzimatis air ludah ini ikut didalam pengunyahan untuk memecahkan
unsur unsur makanan.

Hubungan air ludah dengan karies gigi telah diketahui bahwa pasien dengan
sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase karies gigi
yang semakin meninggi misalnya oleh karena : therapi radiasi kanker ganas, xerostomia,
klien dalam waktu singkat akan mempunyai prosentase karies yang tinggi. Sering juga
ditemukan pasien-pasien balita berumur 2 tahun dengan kerusakan atau karies seluruh
giginya, aplasia kelenjar proritas.
D. Bakteri
Menurut Yuwono (2003) tiga jenis bakteri yang sering menyebabkan karies yaitu :
1) Streptococcus
Bakteri kokus gram positif ini adalah penyebab utama karies dan jumlahnya
terbanyak di dalam mulut, salah satuspesiesnya yaitu Streptococus mutan , lebih
dari dibandingkan yang lain dapat menurunkan pH medium hingga 4,3%.
Sterptococus mutan terutama terdapat populasi yang banyak mengkonsumsi
sukrosa
2) Actynomyces
Semua spesies aktinomises memfermentasikan glukosa, terutama membentuk
asam laktat, asetat, suksinat, dan asam format.

Actynomyces visocus

dan

actynomises naesundil mampu membentuk karies akar, fisur dan merusak


periodontonium.
3) Lactobacilus
Populasinya mempengaruhi kebiasaan makan, tempat yang paling disukai
adalah lesi dentin yang dalam. Lactobasillus hanya dianggap faktor pembantu
proses karies.
E. Plak
Plak ini trerbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisasisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa makanan serta bakteri. Plak ini
mula-mula terbentuk, agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertmbuhnya
bakteri.

F. Frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (makanan kariogenik)


Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi juga kerusakan
gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan manis pada waktu senggang jam makan akan
lebih berbahaya daripada saat waktu makan utama.
3. Pencegahan Karies Gigi
Menurut Mansjoer (2009), penatalaksanaan pencegahan karies gigi dilakukan dengan:
A. Perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan instruksi berikut :
1) Sikatlah gigi sekurang kurangnya dua kali sehari pada waktu waktu yang tepat
yaitu waktu sesudah sarapan dan sebelum tidur.
2) Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar dan kepala sikat kecil.
3) Gunakan dental floss (benang gigi) sedikinya satu kali sehari.
4) Gunakan pencuci mulut anti plak yang mengandung antibiotik ( vancomycin ),
enzim ( destronase) dan antiseptik ( chlor hexidine 0, 1 %).
5)

Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat menggunakan sikat gigi dengan
benar, dapat digunakan kain pembersih yang tidak terlalu tipis untuk
membersihkan bagian depan dan belakang gigi, gusi serta lidah. Cara
mempergunakan yaitu dengan melilitkan pada jari kemudian digosokkan pada

gigi.
6) Kunjungi dokter gigi sedikitnya 6 bulan sekali atau.
B. Diet
Karies dapat dicegah dengan menurunkan jumlah gula dalam makanan yang
dikonsumsi. Hindari kebiasaan makan makanan yang merusak gigi (permen, coklat dan
lain sebagainya) dan membiasakan mengkonsumsi makanan yang menyehatkan gigi
(buah dan sayur).

C. Flouridasi
Flouridasi dilakukan dengan memungkinkan dokter gigi memberikan sel dental
pada gigi, menambahkan floiuride pada suplai air minum dirumah, penggunaan pasta

gigi yang mengandung floiuride atau menggunakan tablet, tetesan atau hisap natrium
floiuride.
Karies gigi dapat dihindari/dicegah apabila anak melakukan perawatan gigi dengan
benar setelah mengkonsumsi makanan kariogenik.
4. Periode Pertumbuhan Gigi Pada Anak
Pertumbuhan gigi pada anak ditandai dengan pemunculan gigi pada permukaan gusi
dan diikuti dengan perubahan psosisi gigi dari dalam tulang pendukung gigi untuk menempati
posisi fungsionalnya dalam rongga mulut. Pada umumnya, gigi sulung pertama kali akan
muncul pada usia 6 bulan sesudah lahir dan seluruh gigi sulung selesai muncul pada usia 2,5
tahun, yang ditandai dengan gigi geraham sulung kedua telah mencapai kontak dengan gigi.
Urutan pertama gigi sulung yang tumbuh adalah gigi seri bagian bawah (biasanya
pada usia 6-9 bulan), kemudian disusul dengan gigi seri bagian atas. Gigi seri kedua, yaitu
gigi yang tumbuh disamping gigi seri pertama akan tumbuh saat usia 7-10 tahun bulan.
Terkadang gigi seri kedua di rahang bawah tumbuh lebih dulu sebelum gigi seri kedua di
rahang atas. Kemudian, satu gigi geraham depan tumbuh pada usia 16-20 bulan. Gigi taring
juga mulai muncul pada usia yang sama. Gigi geraham kedua tumbuh pada usia 20-30 bulan.
Pada akhirnya, akar gigi sulung terbentuk sempurna pada usia 3 tahun. Kemudian, satu
persatu gigi sulung akan tanggal dan akan digantikan dengan gigi permanen yang jumlahnya
32 buah, yang dimulai saat anak berusia 5-6 tahun sampai gigi geraham bungsu muncul pada
usia 19-22 tahun.
5. Anak Usia Sekolah
Menurut Wong (2008), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman
sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar
pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu.
A. Ciri-ciri Anak Usia Sekolah

Menurut Hurlock (2002), orang tua, pendidik, dan ahli psikologis memberikan
berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari
periode anak usia sekolah, yaitu sebagai berikut:
a. Label yang digunakan oleh orang tua
1) Usia yang menyulitkan
Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih
banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tua dan anggota
keluarga lainnya.
2) Usia tidak rapi
Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada peraturan keluarga
yang ketat mengenai kerapihan dan perawatan barang-barangnya, hanya beberapa
saja yang taat, kecuali kalau orang tua mengharuskan melakukannya dan
mengancam dengan hukuman.
b. Label yang digunakan oleh para pendidik
1) Usia sekolah dasar
Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang
dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidup an dewasa, dan
mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu, baik keterampilan kurikuler
maupun ekstra kurikuler.
2) Periode kritis
Suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses, atau sa ngat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja dibawah,
diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa.telah
dilaporkan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai
korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.

c. Label yang digunakan ahli psikologi

1) Usia berkelompok
Suatu masa di mana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai angota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi
dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan
dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku.
2) Usia penyesuaian diri
Suatu masa dimana perhatian pokok anak adalah dukungan dari teman-teman
sebaya dan keanggotaan dalam kelompok.
3) Usia kreatif
Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan apakah anak-anak
menjadi konformis atau pencipta karya yang baru yang orisinil. Meskipun dasardasar untuk ungkapan kreatif diletakkan pada awal masa kanak-kanak, namun
kemampuan untuk menggunakan dasar-dasar ini dalam kegiatan-kegiatan orisinal
pada umumnya belum berkembang sempurna sebelum anak-anak belum mencapai
tahun-tahun akhir masa kanak-kanak.
4) Usia bermain
Bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain daripada dalam
periode-periode lain hal mana tidak dimungkinkan lagi apabila anak-anak sudah
sekolah melainkan karena terdapat tumpang tindih antara ciri-ciri kegiatan bermain
anak-anak yang lebih muda dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan
periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan
bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.
B. Tugas Perkembangan Usia Sekolah
Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Hurlock (2002) adalah
sebagai beria.
1) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan
yang umum
2) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang
tumbuh

3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya


4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
5) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan
berhitung
6) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan seharihari
7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai
8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembagalembaga
9) Mencapai kebebasan pribadi

BAB 3
PEMBAHASAN

Pengalaman karies sebelumnya merupakan suatu indikator yang kuat untuk


menentukan terjadinya karies di masa yang akan datang. Li and Wang mengatakan bahwa
anak yang mempunyai karies pada gigi sulung mempunyai kecenderungan tiga kali lebih
besar untuk terjadinya karies pada gigi permanen.
Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada individu atau
terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies pada suatu periode
tertentu. Risiko karies bervariasi pada setiap individu tergantung pada keseimbangan faktor
pencetus dan penghambat terjadinya karies.
Pendidikan kesehatan gigi mengenai kebersihan mulut, diet dan konsumsi gula dan
kunjungan berkala ke dokter gigi lebih ditekankan pada anak yang berisiko karies tinggi.
Pemberian informasi ini sebaiknya bersifat individual dan dilakukan secara terus menerus
kepada ibu dan anak. Dalam pemberian informasi, latar belakang ibu baik tingkat ekonomi,
sosial, budaya dan tingkat pendidikannya harus disesuaikan sedangkan pada anak yang
menjadi pertimbangan adalah umur dan daya intelegensi serta kemampuan fisik anak.
Informasi ini harus menimbulkan motivasi dan tanggung jawab anak untuk memelihara
kesehatan mulutnya. Pendidikan kesehatan gigi ibu dan anak dapat dilakukan melalui
puskesmas, rumah sakit maupun di praktek dokter gigi.
Modifikasi kebiasaan anak bertujuan untuk merubah kebiasaan anak yang salah
mengenai kesehatan gigi dan mulutnya sehingga dapat mendukung prosedur pemeliharaan
dan pencegahan karies.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada anak yang
berasal dari status sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan anak dari status ini makan
lebih banyak makanan yang bersifat kariogenik, rendahnya pengetahuan akan kesehatan gigi
dapat dilihat dari kesehatan mulut yang buruk, karies tinggi pada keluarga (karies aktif pada
ibu), jarang melakukan kunjungan ke dokter gigi sehingga banyak karies gigi yang tidak
dirawat.
Penyikatan gigi, flossing dan profesional propilaksis disadari sebagai komponen
dasar dalam menjaga kebersihan mulut. Keterampilan penyikatan gigi harus diajarkan dan
ditekankan pada anak di segala umur. Anak di bawah umur 5 tahun tidak dapat menjaga
kebersihan mulutnya secara benar dan efektif maka orang tua harus melakukan penyikatan
gigi anak setidaknya sampai anak berumur 6 tahun kemudian mengawasi prosedur ini secara
terus menerus. Penyikatan gigi anak mulai dilakukan sejak erupsi

gigi pertama anak dan

tatacara penyikatan gigi harus ditetapkan ketika molar susu telah erupsi.

Nasehat diet yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein
dan fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan
buah-buahan yang berserat dan berair yang akan bersifat membersihkan dan merangsang
sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket serta membatasi jumlah makan
menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan di antara jam makan.
Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan fluor dapat
dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur mengandung fluor,
pemberian tablet fluor, topikal varnis. Fluoridasi air minum merupakan cara yang paling
efektif untuk menurunkan masalah karies pada masyarakat secara umum. Konsentrasi
optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,71,2 ppm. Menurut penelitian
Murray and Rugg-gun citdan Linanof bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies
4050% pada gigi susu. Bila air minum masyarakat tidak mengandung jumlah fluor yang
optimal, maka dapat dilakukan pemberian tablet fluor pada anak terutama yang mempunyai
risiko karies tinggi.
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung
fluor terbukti dapat menurunkan karies. Obat kumur yang mengandung fluor dapat
menurunkan karies sebanyak 2050%. Seminggu sekali berkumur dengan 0,2% NaF dan
setiap hari berkumur dengan 0,05% NaF dipertimbangkan menjadi ukuran kesehatan
masyarakat yang ideal. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies
tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. Obat kumur ini tidak disarankan untuk anak
berumur di bawah 6 tahun.

BAB 4
KESIMPULAN

Risiko karies bervariasi pada setiap individu tergantung pada keseimbangan faktor
pencetus dan penghambat terjadinya karies, Anak yang berisiko karies tinggi harus
mendapatkan perhatian khusus karena perawatan intensif dan ekstra harus segera dilakukan
untuk menghilangkan karies atau setidaknya mengurangi risiko karies tinggi menjadi rendah
pada tingkatan karies yang dapat diterima pada kelompok umur tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tinanoff N. Caries management in children: decision-making and therapies.


Compendium 2002; 23(12):913.
2. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. SIGN Guideline. Preventing dental
caries in children at high caries risk; targeted prevention of dental caries in the
permanent teeth of 616 years olds presenting for dental care. Edinburgh: SIGN
Publication 2000; 47:132.
3. Varsio S. Caries-preventive treatment approaches for child and youth at two extremes
of dental health in helsinki, Finland. Academic Dissertation. Finland: University of
Helsinki; 1999. 163.
4. Octiara E, Roesnawi Y. Karies gigi, oral higiene dan kebiasaan membersihkan gigi
pada anak-anak panti karya pungai di Binjai. Dentika Dental Jurnal 2001; 6(1):1823
5. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika; 1994. h.

315.

Anda mungkin juga menyukai