BAGIAN PERIODONSIA
Oleh:
RIZKI WULANDARI
19100707360804030
Dosen Pembimbing:
drg. Maulida Hayati, M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
Periodonsia.
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
gingiva yang disebabkan karena mahkota pada gigi yang erupsi sebagian.
Perikoronitis sering terjadi pada gigi molar tiga. Perikoronitis bisa akut, subakut,
Gigi molar tiga yang erupsi sebagian atau impaksi merupakan area yang
sering terjadi perikoronitis. Space antara mahkota gigi dan overlying gingival flap
merupakan tempat yang ideal untuk akumulasi debris makanan dan pertumbuhan
gigi yang terlibat nantinya akan dicabut atau dipertahankan. (Manson, 1993)
1.3 Tujuan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
(korona) gigi yang mengalami erupsi sebagian (Newman, 2006). Definisi lain
menyebutkan bahwa perikoronitis merupakan infeksi akut dari jaringan lunak dan
perikoronitis paling sering terjadi pada erupsi gigi molar ketiga yang biasa terjadi
pada akhir masa remaja atau dewasa muda pada awal usia 20 tahun. Perikoronitis
juga biasa dikenal dengan operkulitis yakni inflamasi pada flap jaringan gingival
Perikoronitis dapat terjadi karena cedera dari operkulum (jaringan lunak yang
menutupi gigi) dari gigi molar tiga antagonis atau karena terjebaknya sisa
makanan dibawah operkulum, yang menyebabkan invasi bakteri dan infeksi pada
area tersebut, atau dapat disebabkan kedua faktor tersebut (Fragiskos. 2007) Flap
yang terbentuk dari jaringan gingiva yang menutupi bagian dari mahkota gigi,
membuat poket yang ideal untuk akumulasi debris dan inkubasi bakteri.
Setelah inflamasi terjadi, hal ini akan terjadi secara permanen dan
menyebabkan rasa nyeri yang hebat dari regio gigi yang terinfeksi yang menyebar
4
menelan, sakit tenggorokan, limfadenitis submandibular, rubor, dan edema pada
Pembentukan abses pada area ini juga dapat terjadi, yaitu abses
Perikoronitis adalah saat operkulum ditekan, akan terasa nyeri dan akan keluar
bervariasi dari leher dan area wajah, serta dapat menyebabkan gejala sistemik,
Gambar 3.1 Perikoronitis pada molar tiga rahang bawah sebelah kiri yang mengalami erupsi
perikoronitis ini dari flora bakteri. (Topazian. 2006) Salah studi mengungkapkan
5
perikoronitis dapat disebabkan dari infeksi bakteri (bakteri streptococcus atau
2006)
RG, 2006)
Gambar 3.3 Gigi yang erupsi sebagian, dengan flap gingiva (Green. JP. 2007)
Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi molar ketiga hanya erupsi sebagian
makanan dibawah operkulum, yang menyebabkan invasi bakteri dan infeksi pada
6
menutupi gigi) dari gigi molar tiga antagonis, atau dapat disebabkan kedua faktor
Ruang antara mahkota gigi dan overlying gingival flap membentuk poket
gingiva atau pseudopoket, dan merupakan daerah yang ideal untuk akumulasi
sisa-sisa makanan dan pertumbuhan bakteri. (Newman MG, 2006)/ Tidak seperti
poket pada bagian lain dari rongga mulut, area ini dapat terinfeksi akut dan
2006) Flap ini terbentuk saat molar mulai bergerak ke permukaan dari jaringan
keseluruhan area tersebut, tetapi saat molar erupsi, dan terdapat sebagian dari gigi
yang tertutupi jaringan gingiva. (Green. 2007) Jaringan lunak yang menutupi
permukaan oklusal dari molar tiga rahang bawah yang erupsi sebagian ini disebut
juga operkulum. Dengan demikian, selama makan, partikel kecil dari makanan
dapat terselip pada poket antara operkulum dan gigi impaksi ini. (Peterson. 2003)
bakteri dapat dengan mudah terjebak, tetapi sulit diraih saat membersihkan gigi.
(Lestari, 2010) Hal ini memungkinkan bakteri untuk berakumulasi di sekitar gigi
seperti influenza atau infeksi saluran pernafasan atas, atau mengalami kelelahan
berat), infeksi dapat terjadi. Sehingga, meskipun gigi impaksi dan populasi flora
normal rongga mulut telah ada, jika pertahanan tubuh dan bakteri mencapai
7
penurunan pertahanan tubuh sementara yang ringan, tetapi pertahanan tubuh tetap
(flora normal rongga mulut) di poket gingiva perikorona gigi yang sedang erupsi
atau impaksi tersebut, disertai adanya gangguan pertahanan tubuh, sehingga flora
A B
(A) Ilustrasi menunjukkan inflamasi dibawah operkulum dan distal dari mahkota gigi;
(B) Gambaran klinis. Pembengkakan pada operkulum, karena secara konstan dan terus-
menerus menerima trauma gigitan dari gigi antagonis (Fragiskos. FD. 2007)
Umumnya, pasien datang dengan gejala nyeri dan bengkak sekitar gigi yang
erupsi inkomplit. (Topazian. 2006) Pada molar ketiga yang erupsi sebagian atau
impaksi merupakan daerah yang paling umum terjadi perikoronitis. Ruang antara
mahkota gigi dan gingiva yang melapisi di bagian atasnya, yaitu flap, merupakan
area yang ideal untuk akumulasi debris dan pertumbuhan bakteri. Bahkan pasien
tanpa tanda atau gejala klinis, flap gingiva sering beradang secara kronis dan
8
bagian dalam. Dan terdapat kemungkinan keterlibatan dari inflamasi akut.
(Newman. 2006)
dan flap perikorona, dan struktur yang berdekatan. Cairan inflamasi dan eksudat
seluler meningkat dari bagian flap, yang dapat mengganggu penutupan rahang,
dan dapat terkena trauma dari kontak dengan rahang yang berlawanan, yang akan
menyebabkan infeksi serius pada bagian fascial. Karena infeksi ini dimulai dari
rongga mulut bagian posterior, yang dapat dengan cepat menyebar ke daerah
fascial dari ramus mandibula dan leher bagian lateral. (Peterson. 2003)
dimulai dengan rasa nyeri terlokalisasi dan rasa nyeri tekan pada gingiva,
kemudian mengalami pembengkakan, lesi purulen, dan rasa nyeri yang menjalar
ke bagian wajah, sudut mandibula, telinga, tenggorokan, dan dasar mulut. Pasien
akan merasa sangat tidak nyaman, karena rasa nyeri, rasa tidak enak di mulut
(foul taste), gangguan mengunyah, dan bahkan tidak mampu untuk membuka-
Gambar 3.5 Perikoronitis, dengan tanda gingiva berwarna kemerahan, mengalami pembengkakan
(Anonymous. 2004)
9
Jaringan yang terinfeksi dapat pada gingiva, mukosa, atau keduanya. Pada
molar rahang bawah, jaringan lunak dari permukaan fasial dan lingual, dan
saat gigi dalam posisi tegak, dan bagian distal tertutupi oleh jaringan lunak dari
daerah gigi yang terinfeksi, dan pada daerah tetangga. Dengan palpasi ringan, pus
dapat keluar dari bagian bawah dan pinggir jaringan perikorona. Perikoronitis
perikoronal, tetapi jika ruang ini tertutup dapat terbentuk abses akut atau infeksi
klinis yang ada, dan juga kemungkinan terbentuknya abses disertai supurasi.
(Topazian. 2006) Selain itu, dapat menyebabkan pembengkakan pada pipi pada
regio sudut rahang, pembengkakan wajah, dan limfadenitis, pembesaran dan rasa
nyeri pada kelenjar getah bening, dan nyeri atau kesulitan menelan. Pada kasus
yang lebih parah pasien juga dapat mengalami komplikasi sistemik, seperti
demam, leukositosis, malaise, rasa lelah atau penyebaran infeksi ke daerah fasial
10
Perikoronitis biasanya terjadi secara unilateral. Pembagian tanda dan
a. Perikoronitis Akut:
supurasi.
Limfadenopati submandibular.
Rasa sakit yang pada mulanya lebih terlokalisasi dan selanjutnya menyebar
b. Perikoronitis subakut:
c. Perikoronitis kronik:
11
2.5 Terapi Perikoronitis
- Semua pasien yang positif terkena toxin dianjurkan untuk istirahat absolut.
dapat berkembang menjadi selulitis, perawatan yang dilakukan harus cepat dan
- Pertama yaitu membersihkan semua plak yang ada, dan faktor iritan lain pada
gigi.
- Membilas area tersebut dengan air garam hangat secara rutin, untuk
(campurkan 1 sendok teh garam dalam 1 cangkir air hangat, dan kumur
dengan lembut).
- Jika terdapat selulitis, perlu sekali untuk diberikan terapi antibiotik sesegera
mungkin.
klorheksidin glukonat 0,12% atau heksetidin 0,1%. Pada kasus yang sukar
sembuh atau parah: pemberian penisilin oral dan analgesik yang adekuat (NSAID
12
atau opioid ringan) (Nguyen, 2008). Selain itu, beberapa hal yang dapat dilakukan
dari perak nitrat. Lalu satu tetes dari astringent seperti larutan talbot. Larutan
5. Kumur dengan air garam hangat secara rutin untuk melegakan nyeri. Aplikasi
6. Setelah infeksi telah diatasi, harus segera diambil tindakan untuk eksisi flap
dilakukan ekstraksi.
7. Operkulektomi merupakan indikasi bila gigi telah erupsi dan terdapat flap
yang menutupi gigi. Perawatan ini disarankan bila gejala akut sudah mereda
sempurna.
8. Pergerakan mandibula dibuat esentrik saat menutup. Hal ini dilakukan oleh
bawah flap, dengan atau tanpa antibiotik sistemik.Setelah fase akut terkontrol,
13
dihilangkan dengan tindakan bedah.Jarang terjadi rekurens dengan tindakan
2. Pinset chirurgis
3. Glass plate
7. Betadine antiseptik
8. Neir beiken
9. Semen spatel
14. Gunting
15. Scalpel
gigi yang terlibat nantinya akan dicabut atau dipertahankan. Selain itu hal yang
perlu diperhatikan dan adalah faktor usia dan kapan dimulai adanya keluhan.
14
Perlu adanya observasi mengenai hal tersebut karena jika usia pasien adalah usia
muda dimana gigi terakhir memang waktunya untuk erupsi dan mulai keluhan
b.Teknik :
anastesi topikal. Pada kondisi akut juga tidak boleh dilakukan kuretase
lakukan insisi guna mendapatkan drainase. Bila perlu pasang drain dan
b. Banyak istirahat
15
c. Makan yang banyak dan bergizi
7. Cek pocket periodontal yang ada untuk mengetahui apakah tipe pocket
(false pocket atau true pocket). Lakukan probing debt pada semua sisi.
mungkin.
11. Keringkan agar periodontal pack yang akan diaplikasikan tidak mudah
lepas.
16
Dalam mengaplikasikannya harus hati-hati sehingga dapat menutupi
daerah luka dan mengisi seluruh ruang interdental karena di situlah letak
melebihi batas epitel bergerak dan epitel tak bergerak dan mengikuti
13. Instuksikan pada pasien agar datang kembali pada kunjungan berikutnya
17
BAB III
PEMBAHASAN
1. Nama : Asmirawati
2. No RM : 051835
3. Usia : 22 tahun
4. JK : Perempuan
5. Alamat : Ketaping
6. No HP : 083180972542
Baiturrahmah dengan keluhan gusi belakang kiri bawah sering sakit dan tergigit.
Pasien ingin memeriksakan gusi yang sakit tersebut dan ingin dilakukan tindakan.
terdapat gingiva yang masih menyelimuti setengah permukaan oklusal gigi 38.
Pada kasus ini tindakan yang akan diberikan yaitu Operculektomi pada regio 38.
18
Gambar. Gambaran Klinis Operculitis (dokumentasi pribadi)
3.2 Pembahasan
menutupi mahkota gigi. Pada gigi bungsu yang pertumbuhannya tidak seluruhnya
menembus gusi, akan dijumpai jaringan gusi yang masih menutupi mahkota gigi
atau disebut juga operkulum. Sisa makanan dan bakteri seringkali terakumulasi di
sedang mengunyah.
A. Indikasi
1. Erupsi sempurna (bagian dari gigi terletak pada ketinggian yang sama pada
garis oklusal).
2. Adanya ruang yang cukup untuk ditempati koronal, adanya ruangan yang
19
4. Adanya antagonis dengan oklusi yang baik
B. Kontra indikasi
3. Erupsi horizontal
Tujuan Operkuletomi
memiliki tempat untuk erupsi tetapi tertutup oleh sebagian operkulum. Tujuan
Prosedur Operkulektomi
Alat :
Alat Standar
Handle Blade
Blade no.12
Pinset chirugis
Gunting bedah
Bahan :
Alkohol 70%
Povidone Iodine
Cotton pelet
Cotton roll
20
Tampon
Pehacain
Spuit
Aquadres
Pack periodontal
6. Lakukan anastesi infiltrasi pada sekitar area operasi dan tunggu hingga
7. Lakukan bliding point pada daerah operculum dengan sonde sebagai panduan
kerja.
8. Lakukan insisi menggunakan blade No. 12 yang dimulai dari daerah anterior
10. Setelah kering aplikasikan pack periodontal, base dan katalis1:1 diaduk
hingga homogen diaduk diatas glass lab dengan menggunakan semen spatel
11. Pastikan permukaan kerja kering sehingga pack melekat dengan baik
12. Setelah pack melekat pasien diinstruksikan menggigit tampon kurang lebih 5
menit.
21
13. Edukasi pasienuntuk tidak mengunyah didaerah yang ditutupi pack
periodontal, pasien juga tidak bolehsering berkumur agar pack tidak lepas.
15. Setelah lebih kurang 1 minggu lakukan kontrol pasien untuk melihat hasil
dari operkulektomi
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
karena cedera dari operkulum (jaringan lunak yang menutupi gigi) dari gigi molar
4.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Cawson RA, Odell E.W. 2006. Cawson’s Essential of Oral Pathology and Oral
Medicine. 7th edition. Churcill livingstone. Hal. 82-3.
Newman MG, et al. 2006, Carranza’s Clinical Periodontology. 10thed. St. Louis,
Missouri: Saunders Elsevier. Hal. 400-401.
http://armymedical.tpub.com/MD0511/MD05110023.htm
24
Nguyen DH dan Martin JT. 2008. Common Dental Infections in The Primary
Care Setting. Am Fam Physician 77:797-806.
Oxford University Press. 2010. Oxford Dictionary for Dentistry. New York:
Oxford University Press Inc http://drkarthik.com/2011/08/pericoronitis/
Peterson, et al. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed. New
Delhi, India: Elsevier. Hal. 186-8.
http://dentaldad.com/dnn/OralDiseases/Pericoronitis/tabid/82/language/en-
US/Default.aspx
Topazian RG, Goldberg MH, Hupp JR. 2006. Oral and Maxillofacial Infection. 4th
ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Hal. 142-3.
25