Anda di halaman 1dari 54

SKRIPSI

IDENTIFIKASI KEBERADAAN PLAK PADA PERMUKAAN


GIGI DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK UBI JALAR
UNGU (Ipomoea batatas l)

OLEH :

KHUSNUL KHATIMAH

PO.71.4.261.17.1.018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
PROGRAM STUDI TERAPI GIGI
JURUSAN KESEHATAN GIGI
MAKASSAR
2021
SKRIPSI

IDENTIFIKASI KEBERADAAN PLAK PADA PERMUKAAN


GIGI DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK UBI JALAR
UNGU (Ipomoea batatas l)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Kesehatan

OLEH

KHUSNUL KHATIMAH

PO.71.4.261.17.1.018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
PROGRAM STUDI TERAPI GIGI
JURUSAN KESEHATAN GIGI
MAKASSAR
2021
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : KHUSNUL KHATIMAH


Nim : PO.71.4.261.17.1.018
Tanggal : 1 Juli 2021

Yang Menyatakan,

( Khusnul Khatimah)
PO.71.4.261.17.1.018

ii
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI

IDENTIFIKASI KEBERADAAN PLAK PADA PERMUKAAN GIGI


DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK UBI JALAR UNGU
(Ipomoea batatas l)

Oleh :

KHUSNUL KHATIMAH
PO 71.4.261.17.1.018

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Pada tanggal 01 Juli 2021
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

1. drg.Johnny Angki, M.Kes


NIP.19610926 199012 1 001 (……………………….)

2. Asriawal, S.SiT, M.MKes


NIP.19810509 200701 1 011 (.……………………….)

3. Munadirah, S.SiT, M.MKes


NIP.19570204 198103 2 001 (.……………………….)

Makassar,05 Agustus 2021


Program Studi D.IV Terapi Gigi

Ketua Jurusan

Syamsuddin Abubakar, S.SiT. M.MKes


NIP. 19660622 198903 1 003

iii
SKRIPSI

IDENTIFIKASI KEBERADAAN PLAK PADA PERMUKAAN GIGI


DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK UBI JALAR UNGU
(Ipomoea batatas l)
Oleh :

KHUSNUL KHATIMAH
PO.71.4.261.17.1.056

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Pada tanggal 01 Juli 2021
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Asriawal, S.SiT, M.MKes Munadirah, S.SiT, M.MKes


NIP. 19810509 200701 1 011 NIP. 19570204 198103 2 001

Makassar, 05 Agustus 2021


Program Studi D.IV Terapi Gigi

Ketua Prodi D.IV

Drg. Hj. Asridiana, M.MKes


NIP. 19640521 199101 2 001

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur penyusun persembahkan ke

hadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Mengetahui, mengajarkan manusia apa

yang belum diketahui dengan perantaraan kalam, dan atas taufiq dan inayah-Nya

penyusunan proposal yang berjudul “Identifikasai Keberadaan Plak Pada

Permukaan Gigi Dengan Menggunakan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea

batatas l)”, ini dapat dirampungkan. proposal ini disusun sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan program pendidikan di Program Studi Terapis Gigi, Jurusan

Kesehatan Gigi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar.

Selanjutnya, penyusunan proposal ini tidak terlepas dari dukungan moral

dan material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati peneliti banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu menyelesaikan proposal ini.

Pada kesempatan ini perkenankan peneliti untuk menyampaikan rasa

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Ir. AgustianIpa, M.Kes., selaku direktur Poltekkes Kemenkes

Makassar.

2. Bapak Syamsuddin Abubakar, S.SiT, M.MKes., selaku ketua Jurusan

Kesehatan Gigi.

3. Ibu drg. Asridiana, M.MKes., selaku ketua Program Studi Diploma IV

Terapi Gigi.

v
4. Pembimbing I bapak Asriawal, S.SiT, M.Kes., dan pembimbing II ibu

Munadirah, S.SiT, M. MKes

5. Bapak dan Ibu Dosen dan Staf jurusan Keperawatan Gigi, dan seluruh staf

Poltekkes Kemenkes Makassar.

6. Orang tua tercinta Ayahanda Drs. Abdul Kadir dan Ibunda Dra. Kasiang,

serta kakanda Muh. Alfarisi dan Akhmad Rafi’I, S.Si, yang telah

memberikan dukungan motivasi, material, dan kasih sayang.

7. Seluruh keluargaku yang telah banyak memberikan dukungan materi,

semangat, motivasi dan dukungan yang tak henti-hentinya bagi peneliti

selama mengemban pendidikan di Poltekkes Kemenkes Makassar.

8. Seluruh sahabatku dari mulai pendidikan dasar di SD Pesantren Moderen

Datuk Sulaiman, di Mts Satu Atap Palopo, juga di SMA Negeri 4 Palopo,

telah banyak memberikan dukungan, motivasi dan perhatian pada peneliti

sehingga mampu menyelesaikan Proposal studi literature ini dengan

rampung. Khususnya untuk sahabatku di bangku perkuliahan A. Eva

Zalzabilah Aifia, Adhila Fauziah, Khusnul Khatimah, Lenny Mawarni,

Meylani Djaali, Nur Resky Ramadhani, Nurmiati, Sumarni, Sri

Wahyuni, Wa Nur Fauziah, Zhulfa Sugandhi

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Terapis Gigi, Jurusan Kesehatan

Gigi, Angkatan 2017 dan yang tak dapat penulis untuk tulis satu persatu yang

secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan dukungan dan

motivasi selama perkuliahan sampai menyelesaikan pendidikan di Politeknik

kesehatan kemenkes Makassar.

vi
Akhir kata peneliti mengucapkan semoga semua bantuan dari pihak

yang telah membantu dan berjasa selama menempuh pendidikan di Politeknik

kesehatan kemenkes Makassar, mendapatkan balasan amal baik dari Allah

SWT. dan mencatatnya sebagai amal jariah. Serta hasil proposal ini dapat

menjadi bacaan yang bermanfaat bagi seluruh orang yang telah membacanya.

Aamiin Summa Aamiin.

Makassar, 05 Agustus 2021

Peneliti

KHUSNUL KHATIMAH
PO.71.4.261.17.1.018

vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Makassar, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :

Nama : Khusnul Khatimah


NIM : PO.71.4.261.17.1.018
Program Studi/Jurusan : Diploma IV Terapi Gigi
Judul Skripsi : IDENTIFIKASI KEBERADAAN PLAK GIGI
DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK UBI
JALAR UNGU (Ipomoea batatas l)

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Makassar Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty - Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul :

IDENTIFIKASI KEBERADAAN PLAK PADA PERMUKAAN GIGI DENGAN


MENGGUNAKAN EKSTRAK UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas l)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Poltekkes Kemenkes Makassar berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mengaplikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,

Dibuat di :
Makassar,
Yang menyatakan

(Khusnul Khatimah)

viii
IDENTIFIKASI KEBERADAAN PLAK PADA PERMUKAAN GIGI
DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK UBI JALAR UNGU( Ipomoea
batatas l)

KHUSNUL KHATIMAH

Asriawal, S. SiT, M. MKes

Munadirah, S. SiT, M.MKes

Program Studi Terapi Gigi

Politeknik Kesehatan Makassar

Email : khusnulkhatimah560@gmail.com

ABSTRAK

Plak gigi adalah endapan lunak, putih pudar atau kekuningan yang
terdapat di area permukaan gigi. Endapan organik seperti material alba berwarna
putih, kalkulus dan noda (stain) memiliki karekteristrik yang berbeda. Plak gigi
juga dapat digambarkan sebagai lapisan pelikel yang biasanya menempel pada
permukaan gigi, dan mengandung bakteri kompleks koloni mengelompok dan
diatur dalam matriks antara mikroorganisme. Disclosing agent adalah senyawa
cair dan tablet atau permen dan juga terdapat dalam bentuk gel yang dapat
digunakan untuk melihat plak pada permukaan gigi. Zat antosinin dari ubi jalar
ungu terbukti lebih stabil dibandingkan buah dan sayuran lainnya. Dibandingkan
dengan sumber antosianin lainnya, antosianin pada ubi ungu memiliki kandungan
yang kestabilannya lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kausal
komperatif dengan jenis penelitian yang digunkan adalah kepustakaan/study
literature. Metode pengumpulan data yang digunakan berasal dari sumber data
seperti jurnal, karya tulis ilmiah, buku, skripsi, text book dan artikel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari ubi jalar ungu dapat digunakan
sebagai bahan pewarnaan alami untuk mendeteksi plak gigi. Dari hasil studi
literature ini dapat disimpulkan bahawa ekstrak dari ubi jalar ungu dapat
mendeteksi plak pada gigi dan kestabilitas warna pada ubi jalar ungu dipengaruhi
pH, suhu, dan cahaya.

Kata kunci : plak gigi, Disclosing agent, dan ekstrak ubi jalar ungu

ix
ABSTRACT

Dental plaque is a soft, off-white or yellowish deposit on the surface of the


teeth. Organic deposits such as white alba material, calculus and stains have
different characteristics. Dental plaque can also be described as a pellicle layer
that usually adheres to the tooth surface, and contains complex bacterial colonies
clustered and arranged in a matrix between microorganisms. Disclosing agents are
liquid compounds and tablets or candy and are also available in the form of a gel
that can be used to see plaque on the tooth surface. Anthosinins from purple sweet
potato have been shown to be more stable than other fruits and vegetables.
Compared to other anthocyanin sources, purple sweet potato anthocyanins have a
higher stability content. This study uses a comparative causal approach with the
type of research used is literature / study literature. The data collection method
used comes from data sources such as journals, scientific papers, books, theses,
text books and articles. The results showed that the extract from purple sweet
potato can be used as a natural staining agent to detect dental plaque. From the
results of this literature study, it can be concluded that the extract from purple
sweet potato can detect plaque on the teeth and the color stability of purple sweet
potato is affected by pH, temperature, and light. The results showed that the
extract from purple sweet potato can be used as a natural staining agent to detect
dental plaque. From the results of this literature study, it can be concluded that the
extract from purple sweet potato can detect plaque on the teeth and the color
stability of purple sweet potato is affected by pH, temperature, and light. The
results showed that the extract from purple sweet potato can be used as a natural
staining agent to detect dental plaque. From the results of this literature study, it
can be concluded that the extract from purple sweet potato can detect plaque on
the teeth and the color stability of purple sweet potato is affected by pH,
temperature, and light.

Keywords : dental plaque, disclosing agent, and purple sweet potato extract

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ...... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. .......v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................. viii
ABSTRAK .................................................................................................. ..... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ ......xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ....xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... ....xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... ..... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 3

BAB 11 TINJAUAN PUSATAKA


A. Plak ..................................................................................................
5
1. Definisi plak ......................................................................
5
2. Plak secara klinis .......................................................................
7
3. Komposisi plak ..........................................................................
7
a. Komposisi biologi plak ........................................................
8
b. Komposisi kimiawi plak .............................................
8
4. Proses pembentukan plak .................................................
9
5. Faktor-faktor pembentukan plak .......................................
9
B. Disclosing agent ......................................................................
11
1. Definisi disclosing agent ..................................................
11
2. Sejarah disclosing agent ...................................................
11
3. Jenis-jenis disclosing agent ..............................................
12

xi
4. Syarat disclosing agent ..............................................................
13
5. Manfaat disclosing agent ...........................................................
13
6. Metode aplikasi disclosing agent ...................................... 14
a. Disclosing agent dalam bentuk topikal cair ................ 14
b. Disclosing agent dalam bentuk obat kumur ............... 15
c. Mekanisme perlekatan Disclosing Agent dengan plak 15
C. Ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) .............................. 15
1. Defiisi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) .......................... 16
2. Ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) ........................ 16
3. Klasifikasi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) ................... 18
4. Manfaat ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) ........... 19
5. Hubungan ekstrak ubi jalar ungu dengan plak ................. 20
D. Kerangka teori ........................................................................ 21

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis penelitian ........................................................................ 22
B. Sumber data ............................................................................ 22
C. Langkah / Strategi pengumpulan data .................................... 23
D. Kriteria pengumpulan data ..................................................... 23
E. Analisis data ............................................................................ 24
BAB VI PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................ .....32
B. Saran ................................................................................. .....32

DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Disclosing tablet ................................................................ 12

Gambar 2.2 Disclosing cair ..................................................................... 12

Gambar 2.3 Ekstrak ubi jalar ungu .......................................................... 16

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan karakteristik plak dan saliva .............................. 6

Tabel 2.2 Kandungan gizi pada ubi ungu per 100 gram ..................... 17

Table 3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................... 22

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah unsur pembangun yang digunakan negara dalam

meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Penduduk yang

sehat dapat menciptakan kesehatan yang baik. Berdasarkan pendapat

organisasi kesehatan dunia (WHO), kesehatan merupakan salah satu

keadaan bahagia, dalam keadaan sempurna secara jasmani dan rohani serta

social, tidak terbatas pada bebas penyakit atau kecacatan. (Siregar, 2019)

Sebanyak 57,6% masyarakat indonesia menderita permasalahan

kesehatan gigi dan mulut diambil dari data riset kesehatan dasar tahun 2018.

Menurut komunitas riset kesehatan dasar pada tahun 2013, Kalimantan

selatan adalah satu dari tiga provinsi terluas di Indonesia dengan persoalan

kebersihan mulut sebanyak 36,1%, dimana Barito kuala (area lahan basah)

memiliki proporsi tertinggi (48,6%) dimana pada kondisi tanah basah yang

memiliki asam yang sangat berpengaruh dalam proses kerusakan gigi,

dimana sebelum terjadinya proses kerusakan gigi akan terlebih dahulu

membentukn lapisan transparan pada permukaan gigi. (Napitupulu, R. L. Y.,

Adhani, R., & Erlita, 2019)

Lapisan transparan biasanya terbentuk pada permukaan gigi yang

disebut sebagai plak gigi. Seiring waktu, lapisan tersebut terdiri dari bakteri

dan beberapa mikroorganisme yang terdapat dalam mulut berupa cairan

mulut, sel epitel lepas, dan sel darah. (Ekoningtyas, Triwiyatini and Nisa,

2016). Plak gigi berfungsi dalam pathogenesis karies gigi serta penyakit

1
2

periodontal. Plak gigi merupakan salah satu penyebab dasar terbentuknya

penyakit gigi dan mulut, misalnya kerusakan gigi (gigi berlubang), kalkulus

atau karang gigi, radang gusi dan periodontitis atau radang jaringan

penyangga gigi. (Fatmasari, D., Supriyana, S., & Sukmawati, 2017)

Berbagai penelitian telah dilakukan dan diyakini bahwa penyebab

utama karies gigi dan penyakit periodontal yaitu plak. Terbukti secara klinis

bahwa dibandingkan rongga mulut yang sehat, rongga mulut dengan

penyakit periodontal memiliki akumulasi plak yang lebih banyak. .(Dan and

Klindamisin, 2017) Oleh karena itu, untuk menghilangkan plak gigi dapat

digunakan agen pengungkap (disclosing agent). Disclosing agent yang

umum digunakan terdiri dari berbagai bentuk dan jenis, yaitu berupa cairan

atau larutan ekspos dan tablet (Hakim, 2018).

Penulis memilih untuk menggunakan disclosing agent berbentuk

solustion dikarenakan metode uji daya tembus warna yang digunakan akan

lebih mudah jika berbentuk cairan, serta mudah dalam pengaplikasiannya.

Ubi ungu atau ubi jalar (Ipomoea Batatas) merupakan tanaman

budidaya. Zat antosianin yang terdapat pada ubi ungu dapat digunakan

sebagai antioksidan karena dapat menyerap polusi udara, racun dan dalam

tubuh serta menghambat pembekuan sel darah. Zat ungu pada ubi jalar ungu

terjadi karena adanya antosianin ungu melamin yang tersebar di seluruh

permukaan ubi jalar (Siregar, 2019).

Zat antosianin yang terdapat pada ubi jalar ungu mempunyai kandungan

yang lebih banyak dibandingkan ubi jalar lain, oleh sebab itu ubi jalar ungu

2
3

pilihan yang lebih baik dan cocok digunakan sebagai alternatife pewarna

alami. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menggunakan ubi ungu sebagai

bahan penelitian untuk meneliti plak pada permukaan gigi.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas maka akan timbul pertanyaan dalam

penelitian ini yaitu apakah identifikasi keberadaan plak pada permukaan

gigi dengan menggunakan eksrtrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas l) dapat

digunakan dalam pewarnaan pada plak gigi.

C. Tujuan penelitian

Untuk menjelaskan identifikasi keberadaan plak pada permukaan gigi

dengan menggunakan ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas l) dapat

digunakan dalam pewarnaan pada plak gigi.

D. Manfaat penelitian

Melalui penelitian literature ini mengenai identifikasi keberadaan plak

pada permukaan gigi dengan menggunakan ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea

batatas l) dapat bermanfaat bagi :

1.Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan pada

peneliti untuk memahami konsep dan materi. Khususnya untuk

mengidentifikasi keberadaan plak pada permukaan gigi dengan

menggunakan ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas l) dapat gigunakan

sebagai bahan pewaranan pada plak gigi.

3
4

2.Bagi masyarakat

Dari penelitian ini masyarakat dapat mengetahui bahwa pada keberadaan

plak pada permukaan gigi dengan menggunakan ekstrak ubi jalar ungu

(Ipomoea batatas l) dan dapat digunakan sebagai bahan untuk

pewarnaan pada plak gigi.

3.Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi

pendidikan khususnya kepada tenaga kesehatan mengenai keberadaan

plak pada permukaan gigi dengan ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea

batatas l).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Plak

1. Defenisi plak

Mikroorganisme yang terkumpul dalam permukaan gigi yang

berbentuk biofilm serta dapat menularkan pada sistem rongga mulut

disebut plak gigi . Pada bakteri biofilm terdapat pada bagian tubuh yang

dapat menyebabkan infeksi. Tubuh manusia memiliki berbagai

mikroorganisme yang berkumpul untuk membentuk plak pada gigi yang

berada pada organ usus, vagina, organ lain, dan pada rongga mulut.

Rongga mulut, memiliki 700 lebih bakteri yang berada pada biofilm dan

dapat membentuk plak sebagai salah satu unsur mikroba paling kompleks

(Kasuma, 2017).

Plak gigi, yang disebut plak gigi adalah endapan lunak, putih pudar

atau kekuningan yang terdapat di area permukaan gigi. Endapan organik

seperti material alba berwarna putih, kalkulus dan noda (stain) memiliki

karekteristrik yang berbeda. Plak gigi juga dapat digambarkan sebagai

lapisan pelikel yang biasanya menempel pada permukaan gigi, dan

mengandung bakteri kompleks koloni mengelompok dan diatur dalam

matriks antara mikroorganisme. Matriks ini melindungi bakteri dari sel

imun seperti neutrofil, makrofag, dan limfosit bakteri tersebut dapat

dibedakan dari bakteri pada plak (Mumpuni, 2013). Jika satu atau dua

hari seseorang tidak memiliki kebiasaan menjaga kebersihan mulut, maka

akan terbentuk plak gigi yang dipengaruhi oleh pola makan dan aliran air

5
6

liur di mulut (Junaidi and Halid, 2018). Bakteri yang utama dalam

membentuk plak pada permukaan gigi adalah Streptococcus mutans.

Bakteri tersebut akan membentuk koloni yang menempel erat dan

mempunyai keahlian dalam memfermentasikan sukrosa menjadi zat

asam, penurunan pH pada permukaan gigi dan mengakibatkan proses

demineralisasi gigi (Anastasia, Yuliet and Tandah, 2017).

Selain menimbulkan masalah pada mulut, plak gigi bisa menggangu

penampilan seseorang pembentukan plak gigi dimulai dengan lapisan

pelindung, yaitu lapisan protein bebas sel yang menutupi gigi, terdiri dari

glikoprotein saliva, fosfoprotein, lemak, komponen cairan sulkus gingiva,

sisa dinding sel bakteri dan produk mikroba lainnya (Muhtar, 2017).

Plak terbentuk dari campuran zat-zat air liur (seperti musin,fragmen

jaringan mulut, limfosit, sel darah putih, sisa makanan, dan bakteri). Plak

dimulai sebagai cairan dan secara bertahap menjadi kelat, memungkinkan

bakteri tumbuh (Tarigan Rasinta, 2013).

Table 2.1 perbedaan karakteristik plak dan ludah (Tarigan Rasinta, 2013)

Plak Air ludah


Penyebaran,
Agregasi, Skizofrenia,
Streptococcus,
Bakteri Actinomyces,
Entercoccus,
Streptococcus, Veilonea
lactobacillus

Lingkungan
Aerobik/anaerobik Aerobik
bakteri

Produksi
100-400 1
ammonia
7

Tidak dapat dihindari bahwa seharusnya kita dapat menghilangkan

plak setelah selesai makan, karena awal dari kerusakan gigi disebabkan

plak. Kantorwick (1983) mengatakan bahwa gigi yang sehat akan susah

untuk mengalami kerusakan (Tarigan Rasinta, 2013).

2. Plak secara klinis

Secara kilinis, plak gigi dapat didefinisikan sebagai struktur kuning

keabu-abuan yang menempel pada jaringan keras rongga mulut, bahkan

dalam restorasi sementara atau permanen. Plak gigi juga dapat

digambarkan sebagai lapisan yang biasanya menempel pada permukaan

gigi dalam bentuk endapan lunak, seperti gel, dan mengandung sejumlah

besar koloni bakteri yang tersusun dalam matriks antara mikroorganisme.

Matriks ini melindungi bakteri dari sel imun seperti neutrofil, makrofag,

dan limfosit (Hakim,2018).

Berdasarkan posisi plak pada permukaan gigi dekat tepi gusi, plak

terbagi menjadi supragingiva dan subgingiva. Plak yang terdapat pada

supragingiva terletak dibagian atas margin gingiva. Plak yang terdapat

pada subgingiva terletak dibawah margin gingiva, diantara gigi dan poket

epitel gingiva. Plak yang terdapat pada supragingiva menyerap air liur

dan sisa makanan, dan plak yang terdapat pada subgingiva menyerap

eksudat gingiva (Anindita, 2020).

3. Komposisi plak

Sekitar 70% plak terdiri atas mikroorganisme dan produk sampingan

berupa ekstraseluler dari plak, sisa-sisa sel dan turunan glikoprotein.


8

Protein, karbohidrat, dan lemak juga dapat ditemukan disini. Bakteri

disektran merupakan produk umum dari karbohidrat, termasuk juga

galaktosa dan levan. Kalsium, kalium, natrium, fosfor, dan magnesium

adalah bahan anorganik utama. Pada permukaan gigi seri rahang bawah

bagian lingual mengandung garam anorganik yang tinggi. Ion kalsium

bertindak membantu membentuk ikatan antar bakteri serta ikatan antara

bakteri dan pelikel (Alawiyah, T., dan Hadisusanto, 2017).

Komposisi plak di bagi menjadi dua yaitu :

a. Komposisi biologis plak

Pada plak biologis umumnya terdiri dari koloni streptococcus,

yaitu mikroorganisme streptococcus, streptococcus oral dan

streptococcus sanguis. Orang dengan mikroorganisme dalam jumlah

besar dalam air liurnya dapat menyebabkan pembentukkan plak

tingkat tinggi. Melalui teknologi fluoresensi ditemukan bahwa jumlah

mikroorganisme plak yang berumur 4 jam lebih sedikit dibandingkan

yang berumur 24 jam. Keadaan ini disebabkan adanya faktor

antimikroba yang diproduksi oleh tubuh manusia yang berfungsi

secara efektif melakukan penghambatan terhadap pembentukan koloni

bakteri (Kasuma, 2017).

b. Komposisi kimiawi plak

Plak gigi basah mengandung ammonium, natrium, kalsium, (rata-

rata: 47,6 mmol/ 1µl), magnesium, klorida, dan fosfat anorganik. Pada

saat yang sama, ditemukan sejumlah kecil strontium (0,4 dan 12,3 mg/
9

1µl) dan fosfat organik (1,3 - 3,7 mmol/ 1µl) serta ion karbohidrat

juga ada di titik basah (Kasuma, 2017).

4. Proses pembentukan plak

Meskipun gigi dibersihkan secara mekanis dengan sikat gigi, dalam

waktu singkat plak gigi dapat terbentuk, dan lapisan pelindung yang

awalnya membentuk plak gigi akan muncul kembali. Plak gigi di mulut

pertama kali dibentuk oleh air liur dan karbohidrat dalam sisa makanan,

diikuti oleh serangkaian proses yang berurutan (Hakim, 2018).

Proses pembentukan plak meliputi tiga tahap :

a. Tahap pertama adalah tahap pembentukan lapisan pelindung yang

akan terbentuk dalam beberapa menit.

b. Tahap kedua menjadi tahap awal kolonisasi. Setelah lapisan pelindung

yang didapat terbentuk, bakteri mulai berkembang biak, akibat

metabolisme adhesi bakteri pada permukaan luar plak, lapisan plak

menjadi lebih tebal, dan lingkungan di dalam plak menjadi anaerobik.

c. Tahap ketiga adalah kolonisasi dan pematangan kedua. Jika 2-4 hari

oral hygiene diabaikan maka jumlah gram negative coccus

(Eschericha Coli, Salmonella) akan meningkat, sedangkan jumlah

coccus gram positif (Streptococcus, Staphylococcus) akan menurun

(Lamawatu, 2017).

5. Faktor- faktor terbentuknya plak gigi

Carlsson dan putri (2015) mengatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi terbentuknya plak gigi yaitu :


10

a. Kondisi lingkungan fisik seperti posisi gigi dan struktur anatomi,

struktur anatomi jaringan disekitarnya, dan struktur pada permukaan

gigi yang secara jelas terlihat setelah pewarnaan dengan menggunakan

zat pengungkap. Gigi yang salah tempat (malposisi) sejumlah besar

plak dapat terlihat bentuk margin gingiva yang buruk pada permukaan

gigi, pada permukaan yang kasar dan permukaan email yang rusak.

Bentuk gigi yang tidak beraturan (malposisi) terkadang juga menjadi

salah satu aspek yang menyebabkan terbentuknya plak gigi, karena

bentuk yang tidak beraturan tersebut dapat menyebabkan terselipnya

sisa makanan sehingga sulit untuk dibersihkan.

b. Gesekan saat mengunyah makanan. Gesekan akibat mengunyah

makanan membuat plak gigi mudah terbentuk di permukaan gigi.

c. Pengaruh pola makan terhadap pembentukan plak terdiri dari dua

aspek yaitu aspek fungsi fisik serta perannya sebagai sumber makanan

untuk bakteri plak aspek pada bakter. Baik makanan keras atau lunak

dapat mempengaruhi terbentuknya plak pada permukaan gigi,

seringnya memakan makanan yang lengket dan juga lunak, plak gigi

akan mudah terbentuk. Makanan keras mengandung sedikit air dan

mudah dibersihkan dengan air liur, sehingga mudah menimbulkan

plak gigi. Oleh karena itu, jika kita makan makanan lunak, kondisi

gigi tidak akan terlalu kotor karena mengandung banyak air (Hakim,

2018).
11

B. Disclosing agent

1. Definisi Disclosing agent

Disclosing agent adalah senyawa cair dan tablet atau permen dan

juga terdapat dalam bentuk gel yang dapat digunakan untuk melihat plak

dan pada permukaan gigi dapat di identifikasi keberadaan plak. Untuk

menunjukkan kondisi permukaan gigi, dengan itu Raybin (2012)

berpendapat bahawa disclosing agent dapat digunakan untuk mendeteksi

plak yang berupa larutan pewarna (Anindita, 2020).

2. Sejarah disclosing agent

Skinner Pada tahun 1914, menemukan yodium untuk pertama

kalinya, yang dapat digunakan dalam perawatan gigi dan mulut di rumah.

Berwick pada tahun 1920 mengusulkan bahwa penggunaan yodium

jangka panjang akan berbahaya, jadi yodium tidak lagi digunakan.

Langkah pengembangan selanjutnya adalah pada tahun 1958 Amim

menggunakan metode baru menggunakan pewarna F.D dan C. red 3

(erythrosine), dan metode ini telah digunakan secara luas metode ini yang

terbaik. Meskipun pada tahun-tahun berikutnya, banyak orang

menemukan metode baru seperti sinar ultraviolet, Block pada tahun 1972

memulihkannya dan percaya bahwa pewarnaan eritrosin adalah pilihan

ideal untuk pewarnaan kalkulus gigi (Hakim, 2018).

Larutan kimiawi yang terkandung dalam disclosing agent yaitu

pewarna erythrosine, fuchin atau fluorescein, dapat mewarnai plak gigi

sehingga gigi pasien terlihat jelas di bawah sinar normal atau sinar
12

ultraviolet. Disclosing agent juga digunakan sebagai bahan pembelajaran

dan memberikan motivasi untuk meningkatkan kesehatan mulut di rumah

(DEVI, H., Mozartha, M., & Bikarindrasari, 2018). Melihat plak yang

jelas membantu memandu kebersihan mulut, penilaian, dan tujuan

penelitian. Namun pewarna yang berbahan kimia memiliki berbagai

kekurangan yaitu rasanya yang tidak enak, sehingga kurang begitu

populer dan dapat mewarnai selaput lendir selama beberapa jam,

sehingga membuat pasien kurang percaya diri karena akan segera

beraktivitas (Mangiri, B. S., Yani, S., & Anitasari, 2018).

3. Jenis-jenis Disclosing agent

Ada 2 jenis- jenis disclosing agent :

a. Dalam bentuk tablet

b. Berbentuk cair

Gambar 2.1 Disclosing tablet Gambar 2.2 Disclosing cair

Sumber gambar. (Mangiri, B. S., Yani, S., & Anitasari, 2018)


13

Dari dua gambar di atas, kita dapat mengetahui perbedaan anatara

tablet dan zat berbentuk cairan, jadi tidak mudah untuk bingung

(Mangiri, B. S., Yani, S., & Anitasari, 2018).

3. Syarat disclosing

Syarat disclosing agent yang tepat :

a. Pemberian warna pada plak dan dilakukan secara hati-hati sehingga

daerah sekitar gigi tidak terpengaruh.

b. Struktur pada mulut tidak berubah, seperti bibir dan lidah (Sanna

Artha Sari Pardosi, 2019).

c. Efek samping pada zat pewarna tidak mengakibatkan alergi dan iritasi

pada mukosa mulut

d. Zat pewarna yang berbentuk cairan diberikan dalam bentuk encer agar

lebih muda digunakan.

e. Memberi pasien rasa aman.

f. Memiliki sifat sebagai antiseptik dan astringent (DEVI, H., Mozartha,

M., & Bikarindrasari, 2018).

4. Manfaat Disclosing Agent

Pada dasarnya disclosing agent memiliki manfaat utama yaitu sebagai

petunjuk dan motivasi bagi mulut pasien agar mengetahui adanya plak

pada permukaan gigi pasien, sehingga dapat memotivasi pasien untuk

menjaga kesehatan mulut (Hakim, 2018).


14

Identifikasi plak menggunakan disclosing agent hasilnya dapat dilihat

secara fisik dan mudah untuk mengetahui letak kegagalan suatu

perawatan kebersihan rongga mulut (Hakim, 2018).

5. Metode aplikasi Disclosing agent

Dalam pengaplikasian disclosing agent dapat dilakukan beberapa

prosedur dibawah ini :

a. Disclosing solution dalam bentuk topikal cair.

1) Memberikan arahan kepada pasien untuk berkumur agar

menghilangkan sisa makanan dan air liur yang konsentrasinya

terlalu tinggi.

2) Oleskan vaselin ke bibir pasien untuk mencegah cairan pewarna

menempel ke bibir.

3) Keringkan area yang akan digunakan untuk mengekspos larutan.

4) Oleskan larutan disclosing ke gigi pasien menggunakan cotton

pellet atau catton bud, hanya dapat dioleskan pada mahkota gigi

atau permukaan gigi.

5) Anjurkan kepada pasien untuk menggunakan lidah, untuk

mendistribusikan larutan disclosing secara merata ke seluruh

permukaan gigi.

6) Amati hasil larutan disclosing yang ditemukan menempel pada plak

di permukaan gigi (Hakim, 2018).


15

b. Disclosing agent dalam bentuk obat kumur

Penggunaan larutan disclosing dalam bentuk ini sangat

sederhana, cukup campurkan beberapa tetes larutan disclosing

berupa obat kumur. Selain itu, pasien disarankan untuk berkumur

selama beberapa menit, dan hasil akhirnya menunjukkan plak di

seluruh mulut (Mangiri, B. S., Yani, S., & Anitasari, 2018).

c. Mekanisme perlekatan Disclosing Agent dengan plak

Plak memiliki kemampuan untuk dapat mengikat pewarna

yang terdapat dalam disclosing agent, dikarenakan ada perbedaan

polaritas dari molekul protein pada bahan pewarna disclosing

agent dengan plak, sehingga menyebabkan terjadinya ikatan

elektrostatik. Selain itu kandungan karbohidrat pada plak dan

eritrosin pewarna kimia disclosing agent juga dapat menyebabkan

terjadinya ikatan hydrogen. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya

ikatan warna pada plak gigi ketika diaplikasikan disclosing agent

(Hakim, 2018).

Dalam disclosing agent terdapat Kelemahan yaitu bahan yang

mengandung kimia dan menjadi dasar pengembangan disclosing

agent alami yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai

pewarna plak (Mangiri, B. S., Yani, S., & Anitasari, 2018).

Bahan alami yang dapat digunakan dalam pendeteksian plak

pada gigi yaitu ekstrak ubi jalar ungu, telah diteliti mampu menjadi
16

pewarna untuk mendeteksi plak gigi karena mengandung pigmen

berwarna antosianin (ungu).

C. Ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas l)

1. Definisi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas l)

Ubi jalar (Ipomea batatas) diduga berasal dari benua Amerika. Ahli

botani dan pertanian memprediksi bahwa pada tanaman ubi jalar berasal

dari selandia baru, polinesia, dan amerika tengah. Ahli botani Soviet

Nikolai ivanovich vavilov membenarkan bahwa daerah penghasilan

utama tanaman ubi jalar adalah Amerika Tegah (Sanna Artha Sari

Pardosi, 2019). Semua bagian umbi ungu adalah ubi jalar yangpertama

kali dikembangkan di jepang. Dari kulit hingga daging buah, warna ungu

lebih gelap dan merata di umbi, sehingga ubi ungu kemungkinan besar

digunakan sebagai bahan baku antosianin (Ginting, Utomo and

Yulifianti, 2015).

2. Ekstrak ubi jalar ungu

Zat antosianin merupakan bahan pewarnaan alami yang banyak

tersebar pada tumbuhan (bunga, buah, sayur dan umbi-umbian)

khususnya pada ubi jalar ungu. Keunggulan lain dari ekstrak ubi ungu

adalah antosianinya ±519 mg/ 100 g berat basah. Dalam ubi ungu

terdapat antosianin yang terbukti lebih stabil dibandingkan buah dan

sayuran lainnya. Dibandingkan dengan sumber antosianin lainnya,

antosianin pada ubi ungu memiliki kandungan yang kestabilannya lebih

tinggi (Fione, 2020)


17

Tercatat bahwa produksi salah satu tanaman penghasil antosianin

yakni ubi jalar ungu mencapai 2,3 juta ton per tahun di Indonesia.

Menurut Husna tahun 2013 bahwa kadar antosianin pada umbi ubi jalar

ungu pekat mencapai 61,85% per 100g. Warna khas yang dihasilkan

antosianin adalah warna merah keunguan atau violet yang cenderung

stabil pada Ph asam dan memiliki kelarutan baik pada pelarut polar.

Antosianin banyak ditemukan pada produk olahan makanan, kosmetik

hingga kesehatan sebagai pewarna alami (Oktavillariantika et al 2018).

Antosianin merupakan sub-tipe senyawa organik dari golongan

flavonoid. Beberapa senyawa antosianin yang banyak ditemukan adalah

pelargonidin, peonidin, sianidin, malvidin, petunidin, dan delfinidin.

Salah satu senyawa pelifenol ini diketahui memiliki sifat sebagai

penangkap radikal bebas, penghambat enzim hidrolisis, oksidatif, dan

juga bekerja sebagai antiinflamasi. Efek flavonoid terhadap macam-

macam organisme sangat banyak macamnya dan dapat dipakai dalam

pengobatan tradisional (Fione, 2020).

Inilah mengapa ekstrak ubi ungu menjadi bahan alternatif yang lebih

unggul dan cocok untuk menjadi pewarna pengganti disclosing agent

sebagai pewarnaan untuk mendeteksi adanya plak pada permukaan gigi

(Siregar, 2019).
18

Gambar 2.3 Ekstrak ubi jalar ungu.

Sumber gambar. (Sanna Artha Sari Pardosi, 2019)

3. Klasifikasi ubi jalar

Ubi jalar dapat diklasifikasikan berikut ini : (Sanna Artha Sari Pardosi,

2019)

a. Kerajaan : Plantea

b. Divisi : Spermatophyta

c. Kelas : Dicotylodonnae

d. Bagian : Angiospermae

e. Bangsa : Convolvulales

f. Suku : Convolvulaceae

g. Marga : Ipomoea

h. Jenis : Ipomoea batatas

Tabel 2.2 Kandungan gizi pada ubi ungu per 100 gram (Sanna Artha

Sari Pardosi, 2019).


19

Jumlah utamanya pada ubi


No Kandungan gizi
ungu
1. Air (g) 68.50
2. Fosfor (mg) 49.00
3. Kalori (kal) 123.00
4. Kalium (mg) -
5. Kalsium (mg) 30.00
6. Karbohidrat (g) 27.90
7. Lemak (g) 0,70
8. Natrium (mg) -
9. Niacin (mg) -
10. Protein (g) 1.80
11. Vit. A (SI) 7700.00
12. Vit. B1 (mg) 0.90
13. Vit. B2 (mg) -
14. Vit. C (mg) 22.0
15. Zat besi (mg) 0.70
16. Konsumsi ubi ungu (%) 86.00

4. Manfaat ekstrak ubi jalar ungu

Zat antosianin memiliki kandungan antioksidan yang dapat

digunakan dalam menyerap zat-zat yang ada di udara, dan dapat

mengoksidasi tubuh manusia untuk mencegah terjadinya pembekuan

darah sehingga aliran darah lancar. Betakaroten memiliki kandungan

vitamin E dan vitamin C yang dapat digunakan sebagai suplemen untuk

mencegah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Untuk mencegah

penyakit pada sistem pencernaan seperti wasir, sembelit, dan kanker usus

besar, serat dan pecitin efektif untuk mengatasinya. Selenium dan

yodium memiliki kandungan yang efektif adalah 20 kali lipat dari ubi

jalar lainnya, sehingga ubi ungu dapat melawan kanker (Sanna Artha Sari

Pardosi, 2019).
20

Antosianin termasuk dalam komponen bioaktif kelompok flavonoid

yang dapat memberikan warna merah, ungu, biru, pada bunga, daun,

umbi, buah dan sayuran sesuai pada pH tempat lingkungannya berada.

Antosianin aman di konsumsi karena dapat terlarut dalam air, sehingga

dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami. Sifat antosianin yaitu

perubahan warna dan aktivitas antioksidan yang dipengaruhi oleh pH dan

struktur dari antosianin itu sendiri(Fione, 2020).

5. Hubungan ekstrak ubi jalar ungu dengan plak

Hubungan ekstrak ubi jalar ungu dengan plak yaitu kandungan

antosianin yang terdapat pada ekstrak ubi jalar yang dapat digunakan

sebagai bahan untuk mendeteksi adanya plak pada permukaan gigi.


21

D. Kerangka Teori

Plak secara klinis

komposisi klinik

Defenisi Plak
Proses pembentukan
plak

Faktor yang
mempengaruhi
pembetukan plak

defenisi dan sejarah

jenis disclosing

PLAK
Disclosing Agent syarat disclosing

Manfaat Disclosing

metode aplikasi
disclosing

Pengertian ekstrak ubi


jalar ungu

Manfaat ekstrak ubi


Ekstrak ubi jalar ungu
jalar Ungu

Hubungan dengan Plak


ekstrak ubi jalar ungu
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Berdasarkan masalah yang ditemukan, melalui pencarian informasi

atau referensi teoritis yang relevan, dan serangkaian kegiatan yang

berhubungan dengan metode pengumpulan data, pencatatan, pembacaan dan

pengolahan bahan penelitian, penelitian ini merupakan jenis penelitian

kepustakaan. Penelitian kepustakaan merupakan kegiatan yang diperlukan

untuk penelitian (terutama penelitian akademis), dan tujuan umumnya untuk

mengembangkan aspek teoritis dan praktis. Penelitian kepustakaan ini

dilakukan melalui penelitian literatur, dan tujuan utamanya adalah

memperoleh landasan teoritis, kerangka berpikir, dan menentukan hipotesis

sementara atau landasan hipotesis penelitian.

B. Sumber data

Data dalam penelitian ini bersumber dari hasil penelitian yang telah

diselesaikan serta dipublikasikan di jurnal nasional. Dalam melakukan

penelitian ini peneliti menggunakan mesin pencari Scopus, Google Schooler

dan Google Cendikia untuk mencari jurnal penelitian yang dipublikasikan di

internet. Bahan literatur yang dapat ditulis dan diterbitkan oleh penulis yang

diamati tidak secara langsung atau secara langsung berpartisipasi dalam

pembuatan jurnal.

22
23

C. Langkah / Strategi Pengumpulan Data

Langkah pengumpulan data adalah mencari kata kunci pada data atau

artikel, dan menyaringnya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh

penulis dari hasil pencarian jurnal yang dipilih. Penelitian merupakan jenis

penelitian pustaka, sehingga teknologi yang digunakan untuk pengumpulan

data penelitian yaitu data dikumpulkan dari bahan literature, dan objek

bahan untuk pembahasan pustaka adalah jurnal, artikel ilmiah, literature,

dan makalah. Strategi pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Waktu penacarian untuk judul ini yang diterbitkan adalah dari tahun

2015 hingga 2020

2. Strategi pengumpulan dalam berbagai jurnal literatur adalah dengan

menggunakan situs jurnal yang telah disetujui, seperti Google cendikia,

Scopus, dan Google schoolar.

3. Cara efektif dalam mencari jurnal adalah memasukkan kata kunci dari

judul penelitian yang akan dicari yaitu “identifikasi keberadaan plak pada

permukaan gigi dengan menggunakan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas”,

“Ubi jalar ungu”, “Disclosing agent”, “Plak” dan “Komposisi plak”

D. Kriteria pengumpulan data

Kriteria pengumpulan data mencakup dua kriteria yaitu inklusi dan

eksklusi. Dari kriteria diatas dapat disusun sebagai berikut :


24

Tabel 3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria Inklusi Ekslusi
Bakteri pembentukan
Kandungan antosianin plak streptococcus
Populasi pada ekstrak ubi jalar mutan, streptococcus
ungu sangius, dan
streptococcus mitis.
Disclosing agent tidak
Plak pada Disclosing
dapat digunakan
Intervensi agent dan ekstrak ubi
dalam pewarnaan
jalar ungu
pada gusi atau gingiva
Comparators No comparator
Larutan ekstrak ubi
Ekstrak ubi jalar ungu jalar ungu tidak dapat
Hasil efektif dalam pewarnaan terlihat bila kadar pH
plak saliva tinggi pada
pasien
Plak dapat dilihat dengan
Desain studi dan menggunakan bahan
No exsclusion
jenis publikasi alami seperti ekstrak dari
ubi jalar ungu
Tahun publikasi Post – 2016 Pre – 2016
Bahasa Indonesia Indonesia

E. Analisis Data

Pada tinjauan pustaka ini menggunakan analisis data yaitu analisis isi.

Analisis isi merupakan informasi tertulis atau tercetak yang dibahas secara

mendalam pada jurnal, artikel ilmiah, karya tulis, dan literatur.


26

BAB IV

PEMBAHASAN

Plak gigi adalah endapan lunak, putih pudar atau kekuningan yang

terdapat di area permukaan gigi. Endapan organik seperti material alba

berwarna putih, kalkulus dan noda (stain) memiliki karekteristrik yang

berbeda. Plak gigi juga dapat digambarkan sebagai lapisan pelikel yang

biasanya menempel pada permukaan gigi, dan mengandung bakteri

kompleks koloni mengelompok dan diatur dalam matriks antara

mikroorganisme (Hakim, 2018).

Plak dapat dilihat dengan menggunakan bahan pewarna yaitu

disclosing solution, adapun bahan alami yang dapat digunakan salah

satunya yaitu ubi jalar ungu dimana zat antosianin yang tinggi pada ubi

jalar ungu dapat digunakan sebagai bahan pewarnaan alami untuk

mengidentifikasi keberadaan plak pada permukaan gigi. Bahan ubi jalar

ungu yang digunakan dalam penelitia pewarnaan plak pada penelitian ini

yaitu ekstrak dari ubi jalar ungu (Siregar, 2019).

Berdasarkan penelitian Enda Aryati Ekoningtsyas, dkk (2016)

tentang potensi kandungan kimiawi dari ubi jalar ungu (Ipomoea batatas)

sebagai bahan identifikasi keberadaan plak pada permukaan gigi dengan

menggunakan pengambilan sampel secara total sampling dan jumlah

responden yang diteliti sebanyak 30 orang. Pada penelitian ini

menggunakan metode penelitian Eksperimenta research atau percobaan

yang bertujuan untuk melihat suatu gejala atau pengaruh timbulnya akan
27

akibat dari adanya perlakuan tertentu. Penelitian ini menggunakan ekstrak

ubi jalar ungu dan disclosing agent. Untuk dapat mengetahui efektifitas

pada ubi jalar ungu (Ipomea Batatas L) sebagai bahan identifikasi plak

dengan menggunakan uji Independent t test. Setelah pengolesan ekstrak

ubi jalar ungu dapat diperoleh responden dengan kriteria baik sebanyak

(0%), 28 responden kriteria sedang sebanyak (93%), 2 responden kriteria

buruk sebanyak (7%) , jumlah pengolesan dari ekstrak ubi jalar ungu dari

30 responden sebanyak 100%. Setelah pengolesan ekstrak ubi jalar ungu

dapat menunjukkan keberadaan plak, dari 30 responden. Setelah selesai

pengolesan ekstrak ubi jalar ungu dapat dilihat bahwa kriteria sedang

sebesar 93%. Setelah itu dilakukan penelitian pengolesan disclosing

soluction yang memiliki hasil kriteria indeks yang diperoleh responden

dengan kriteria baik (0%), 6 responden sedang (20%) , 24 responden

buruk (80%). Dari hasil penilitian dari kedua bahan di atas menunjukkan

bahwa pada pewarnaan dengan menggunakan disclosing soluction

menunjukkan lebih banyak plak buruk (80%) sedangkan pada pengolesan

ekstrak ubi jalar ungu menunjukkan identifikasi keberadaan plak dengan

kriteria sedang sebesar 93%. Selanjutnya dapat dilakukan dengan

menggunakan uji statistik uji independent t test untuk mengetahui

perbedaan antara dua kelompok.

Tabel 4.1 uji independent t test

T df sig mean 95% confidence Internal of

(2-tailed) difference the difference


28

Lower Upper
37.718 59 000 2.43333 2.3042 2.5624

Dalam uji statistik independent t test dapat dilihat nilai p<0,000 artinya

terdapat bahwa ada perbedaan yang signifikan pada penggunaan ubi jalar ungu

dengan disclosing solution sebagai bahan identifikasi plak pada permukaan gigi.

Menurut penelitian Elisabet Bahar (2017) tentang perbandingan

penyerapan warna pada plak gigi antara ekstrak antosianin ubi jalar ungu

dan eritrosin dari disclosing solution didapatkan hasil dengan konsentrasi

penyerapan warna pada plak tertinggi yaitu zat antosianin dari ekstrak ubi

jalar ungu dengan konsentrasi 100% dibandingkan pada zat antosianin dari

ekstrak ubi jalar ungu konsentrasi 50% dan 75%. Penelitian ini

membuktikan bahwa semakin tingginya konsentrasi pada ekstrak ubi jalar

ungu, maka semakin besar juga penyerapan warna pada plak gigi.(Fione,

2020)

Dari hasil penelitian Endah Aryati Ekoningtyas (2016) dapat diambil

kesimpulan bahwa pada pewarnaan dengan menggunakan disclosing

solution dan ekstrak ubi jalar memiliki perbedaan karena pada disclosing

solution memiliki senyawa kimia yaitu zat iodin yang memiliki sifat

elektronegativitas yang tinggi dapat memiliki kemampuan untuk berikatan,

sedangkan pada ekstrak ubi jalar ungu yaitu zat antosianin pigmen

pewarnanya memiliki sifat mudah larut dalam air.


29

Berdasarkan penelitian Sekar Arum Sari, dkk (2016) mengenai

efektifitas ekstrak ubi jalar ungu (Ipomea batatas) dengan buah naga

berdaging merah (Hylocereus Polyhizus) sebagai bahan identifikasi plak.

Pada penelitian ini metode yang dapat digunakan yaitu Eksperimen

Reasarch. Desain yang digunakan adalah posttest only design. Sampel

yang diambil sebanyak 30 responden dan dibagi menjadi 2 kelompok.

Kelompok I berjumlah 15 orang dapat diberikan tindakan pengolesan

ekstrak ubi jalar ungu, dan kelompok II berjumlah 15 orang diberikan

tindakan pengolesan larutan buah naga merah. Analisis data yang

digunakan pada penelitian ini menggunakan independent t-test. Pada

penelitian i dengan menggunakan distribusi frekuensi kriteria plak indeks

sesudah penetesan ubi jalar ungu dapat dilihat bahwa plak indeks sesudah

penetesan ekstrak ubi jalar ungu pada kelompok 1 yang paling tinggi

persentasenya yaitu pada kriteria sedang

dengan jumlah 11 responden (74%) dan distribusi frekuensi kriteria plak

indeks sesudah penetesan ekatrak buah naga berdaging merah dapat dilihat

bahwa plak

indeks sesudah penetesan ekstrak buah naga berdaging merah pada

kelompok 2 yang paling tinggi persentasenya yaitu pada kriteria sedang

dengan jumlah 12 responden (80%).

Dari data diatas dapat dilihat bahwa 15 responden yang diperiksa

ditetesi ekstrak ubi jalar ungu didapatkan nilai rata-rata indeks plak sebesar

2,221, dan setelah ditetesi larutan buah naga merah didapatkan nilai rata-
30

rata indeks plak sebesar 2,875. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan

bahwa adanya perbedaan antara larutan ubi jalar ungu dan buah naga

berdaging merah. Rata-rata indeks plak pada ekstrak ubi jalar ungu yaitu

2.221 dan rata-rata nilai indeks plak pada buah naga berdaging merah

yaitu 2.875. Hasil uji independent t-test menunjukkan sig 0,13. Setelah

dilakukan eksperimen dengan menggunakan ubi jalar ungu dan buah naga

berdaging merah, didapatkan selisih sebesar 0,654, berarti adanya

perbedaan kemampuan penggunaan ekstrak ubi jalar ungu dengan buah

naga berdaging merah sebagai bahan identifikasi plak. Adanya perbedaan

dari selisih 0,654 tersebut dikarenakan pada zat warna antosianin dalam

ubi jalar ungu mempuyai stabilitas rendah akibat pemanasan yang tinggi,

kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan berubah, selain itu pH

juga mempengaruhi stabilitas zat warna antosianin. Zat antosianin akan

lebih stabil dalam susana asam (1-2) daripada dalam keadaan alkalis

ataupun netral.

Dari hasil penelitian Sekar Arum Sari, dkk (2016) dapat ditarik

kesimpulan bahwa terdapat perbedaan penggunaan pada ekstrak ubi jalar

ungu dan buah naga berdaging merah. Larutan buah naga berdaging merah

lebih efektif dibandigkan kandungan antosinin dari ubi jalar ungu,

perbandingan tersubut diakibatkan kandungan antosinin pada ekstrak ubi

jalar ungu dipengaruhi pemanasan yang tinggi dan pH saliva.

Berdasarkan penelitian Ni putu Linda Laksmiani, dkk (2016) tentang

identifikasi dan karakterisasi antosianin ekstrak etanol 70% dalam suasana


31

asam dari ubi jalar ungu dengan KLT-spektrodensitometri bahwa

identifikasi antosianin dilakukan menggunakan metode KLT-

Spektrofotodenisitometri. Antosianin dari ekstrak ubi jalar ungu

mengalami degradasi bila dilakukan penguapan pada suhu 50ºC ditandai

dengan adanya signal yang rendah pada panjang gelombang 540 nm dan

setelah diidentifikasi dengan pereaksi semprot diketahui bahwa antosianin

tidak terdeteksi namun terdeteksi hanya sebagai senyawa flavonol saja.

Antosianin atau antosianidin (bentuk aglikon) merupakan golongan

flavonoid flavonol. Dari penelitian ini diketahui bahwa dalam pembuatan

ekstrak ubi ungu lebih baik diproses pada suhu dibawah 50ºC dan 30ºC

sama dengan perlakuan terhadap betasianin pada ekstrak buah naga.

Dari hasil penelitian Ni putu linda Laksmiani (2016) dapat dibuat

kesimpulan bahwa dalam pembuatan ekstrak ubi jalar ungu dilakukan

proses dengan suhu 50ºC dan 30ºC dikarenakan pada suhu tersebut dapat

terdeteksi flavonoid yaitu senyawa pada antosianin yang memberikan

warna yang lebih stabil.

Berdasarkan Hasil penelitian Diyah Fatmasari, dkk (2017) mengenai

larutan ubi jalar ungu dan buah bit sebagai bahan identifikasi keberadaan

plak gigi dengan melakukan metode penelitian Quasi Eksperiment

research dikarenakan adanya perlakuan bagi tiap kelompok sampel

dengan menggunakan rancangan penelitian adalah Posttest only design

dimana data hanya diambil setelah perlakuan. Jumlah responden penelitian

ini semua siswa kelas 5 sekolah dasar negri Tlogosih 01 Demak sebanyak
32

26 orang. Hasil penelitian distribusi frekuensi pada kriteria plak sesudah

pengolesan ekstrak ubi jalar ungu diperoleh kriteria plak sesudah

pengolesan ekstrak ubi jalar ungu diperoleh kriteria baik 22 orang

sebanyak 85%, kriteria sedang 4 orang sebanyak 15%, kriteria buruk 0

sebanyak 0%, jumlah rata-rata saat pengolesan ekstrak ubi jalar ungu

1,358. Kriteria plak sesudah pengolesan ekstrak dari buah bit diperoleh

kriteria baik 10 orang sebanyak 36%, kriteria sedang 16 orang sebanyak

57%, kriteria buruk 2 orang sebanyak 7%, jumlah rata-rata pengolesan

larutan buah bit 1,942. Perbandingan plak indeks dapat diperoleh dari

kedua ekstrak ubi jalar ungu dan ekstrak buah bit pada saat sesudah yaitu

pada ekstrak ubi jalar ungu dengan kriteria baik sebesar 22% sedangkan

untuk buah bit sebesar 10%. Dapat dilihat bahwa nilai rata-rata indeks plak

pada pengolesan buah bit lebih besar dibandingkan rata-rata indeks plak

pada pengolesan ubi jalar ungu. Hal ini dikarenakan kestabilan kandungan

antosianin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH, suhu,

cahaya, dan oksigen. Suhu dapat berpindah pada kesetimbangan sehingga

zat antosianin akan menjadi cenderung menuju bentuk tidak berwarna,

absorbansi pada warna antosianin pada ekstrak ubi jalar ungu yang

dipengaruhi pH, semakin rendah nilai pH maka nilai absorbansi semakin

tinggi.

Dari hasil penelitian Diyah Fatmasari, dkk (2017) dapat disimpulkan

bahwa pigmen zat antosianin pada ubi jalar ungu mempunyai stabilitas
33

yang rendah dalam kondisi tertentu. Kestabilan antosianin di pengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain pH, suhu, cahaya, dan oksigen.

Berdasarkan penelitian Vega Rossa Fione dan Jeanne d’arc Zavera

Adam (2020) mengenai ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) sebagai

solusi pewarna alami plak gigi. Pada penelitian ini memiliki jumlah

responden sebanyak 30 dan di bagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok l,

ll, dan lll ( kelompok control) teknik pengambilan sample yaitu simple

random sample dengan kriteria inklusi, metode penelitian ini dilakukan

dengan rancangan kuasi eksperimen dengan rancangan design penelitian

posttest with control group design. Data diambil dengan cara memeriksa

plak indeks PHP (patient phygiene performace index) data dicatat pada

format pemeriksaan dan di uji statistik dengan uji One Way Anova. Pada

kelompok l diperoleh data sebesar 2.540, nilai rata-rata indeks PHP pada

kelompok ll sebesar 2.160 sedangkan nilai rata-rata indeks PHP pada

kelompok lll sebesar 3.030 . Data yang diperoleh pada uji statistik dengan

uji One Way Anova yaitu nilai rata-rata indeks PHP pada kelompok l, ll,

dan lll didapat nilai tertinggi pada kelompok lll dan uji One Way Anova

didapat nilai signifikan 0,023 < 0,005, sehingga didapatkan kesimpulan

bahwa terdapat perbedaan nilai indeks PHP yang signifikan, dimana

kelompok control masih lebih efektif dalam identifikasi plak gigi. Hal

tersebut disebabkan karena pemakaian disclosing solution yang

mengandung zat kimiawi yaitu erytrosin dimana dapat menimbulkan

warna yang kontras pada plak permukaan gigi dibandingkan zat pewarna
34

dari ekstrak pada ubi jalar ungu yang mengandung zat antosianin yang

tidak memberikan warna kontras pada plak gigi karena disebabkan

konsentrasi ekstrak yang kecil yaitu 4% dan 8% sehingga zat antosianin

yang didapat kurang memberi warna kontraks.

Penilitian ini sejalan dengan penelitian oleh Ekoningsih, dkk (2016)

menunjukkan potensi kandungan kimiawi dari ubi jalar ungu sebagai

bahan identifikasi keberadaan plak pada permukaan gigi menunjukkan

bahwa adanya perbedaan pengaruh antara bahan ubi jalar ungu dengan

bahan disclosing solution sebagai bahan identifikasi keberadaan plak gigi.

Dari hasil penelitian ini Vega Rossa Fione dan Jeanne d’arc Zavera

Adam (2020) dapat dibuat kesimpulan bahwa semakin tinggi konsentrasi

pada ekstrak ubi jalar ungu maka dapat memberikan warna yang kontrak

pada identifikasi plak gigi, jika konsentrasi pada ekstrak ubi jalar ungu

rendah maka zat antosianin yang didapat kurang memberi warna kontraks

pada saat mengidentifikasi keberadaan plak pada permukaan gigi.

Secara keseluruhan dari hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa ada

identifikasi keberadaan plak dengan menggunakan ekstrak dari ubi jalar

ungu dapat digunakan sebagai bahan pewarnaan alami untuk mendeteksi

adanya plak pada gigi. Adapun keterbatasan pada penelitian ini yaitu dari

peneliti sendiri karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki tentang

sistematika pembahasan.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian literatur yang telah

dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak pada ubi jalar ungu

dapat digunakan sebagai bahan identifikasi keberadaan plak pada

permukaan gigi. Zat antosianin dari ubi jalar ungu memiliki konsentrasi

yang tinggi sehingga dapat mengidentifikasi keberadaan plak pada

permukaan gigi, walaupun antosianin dapat di pengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain pH, suhu, dan cahaya.

B. SARAN

Diharapakan kepada tenaga kesehatan khususnya pada perawat gigi,

dapat memberikan informasi pada masyarakat mengenai ekstrak dari ubi

jalar ungu dapat digunakan sebagai bahan alami untuk mendeteksi plak pada

gigi, sehingga angka kasus gigi berlubang di Indonesia berkurang.

33
DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, T., dan Hadisusanto, D. (2017). Pengaruh pasta gigi propolis terhadap
indeks plak pada pengguna ortodonti cekat di FKG UPDM. Jurnal Ilmiah
dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPMD.vol 13 (2). p. 18.
https://journal.moestopo.ac.id/index.php/JITEKGI/article/view/846

Anastasia, A., Yuliet, Y., & Tandah, M. R. (2017). Formulasi Sediaan


Mouthwash Pencegah Plak Gigi Ekstrak Biji Kakao (Theobroma cacao L)
Dan Uji Efektivitas Pada Bakteri Streptococcus mutans: Mouthwash
Formulation of Tooth Plaque Preventing of Kakao (Theobroma cacao L)
Seed Extract and Effectivity Teston. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika
Journal of Pharmacy), 3(1),84–92.
https://doi.org/10.22487/j24428744.2017.v3.i1.8144

Anindita, P. M. (2020) .Efektivitas Pewarnaan Menggunakan Gel Pengungkap


(Disclosing Gel) Dan Ekstrak Daging Buah Naga Merah (Hylocereus
Costaricensis) Terhadap Plak Pada Mahasiswa Fkg Universitas Jamber,
Skripsi, p. 5.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/92202/Anindita
%20Maya%20Pramudina%20-151610101065.pdf?sequence=1

Dan, K., & Klindamisin, L. (2017). Identifikasi Bakteri Pada Plak Gigi Pasien Di
Puskesmas Bahu Dan Uji Resistensi Terhadap Antibiotik Kloramfenikol
Dan Linkosamida (Klindamisin). Pharmacon, 6(3), 223–232.
https://doi.org/10.35799/pha.6.2017.16887

DEVI, H., Mozartha, M., & Bikarindrasari, R. (2018). Efektivitas Ekstrak Kulit
Buah Naga Berdaging Merah ( Hylocereus Polyrhizus ) Sebagai Disclosing
Agent Alami Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Naga Berdaging Merah
( Hylocereus polyrhizus ) Sebagai Disclosing. Skripsi, pp. 1–2.
https://repository.unsri.ac.id/12878/
Ekoningtyas, E. A., Triwiyatini, & Nisa, F. (2016). Potensi Kandungan Kimiawi
Dari Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L) Sebagai Bahan Identifikasi
Keberadaan Plak Pada Permukaan Gigi. Jurnal Kesehatan Gigi, 03(1), 1–6.
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jkg/article/view/1117

Fatmasari, D., Supriyana, S., & Sukmawati, S. (2017). Larutan Ubi Jalar Ungu
Dan Buah Bit Sebagai Bahan Identifikasi Keberadaan Plak Gigi. 04(1), 19-
24.
http://ejournal.poltekkessmg.ac.id/ojs/index.php/jkg/article/view/2711

Fione, V. R. (2020). Alamiah Plak Gigi [ Extract Purple Sweet Potatoes (Ipomea
L Batatas) As Natural Dyes In Dental Plaque Staining ]. Jurnal Ilmiah
Perawat Manado,8(02),pp.130–141.
https://doi.org/10.47718/jpd.v8i02.1197.

Hakim, A. (2018). Perbandingan Daya Tembus Pewarna Antara Disclosing


Solution (Larutan Pengungkap) Buatan Pabrik Dengan Ekstrak Daging
Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis). Skripsi. p. 9-10, 16-18
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/87852

Junaidi, I. H., & Halid, I. (2018). Pengaruh Konsumsi Permen Yang Mengandung
Bahan Sorbitol Terhadap Indeks Plak Gigi Pada Mahasiswa Jurusan
Keperawatan Gigi Jambi Tahun 2018. Jurnal Bahan Kesehatan Masyarakat,
2(2), 147–150.
http://www.journal.poltekkesjambi.ac.id/index.php/JBKM/article/view/160

Kasuma, N. (2017) Plak Gigi. In journal of chemical information and modeling


(Vol. 53, Issue 9). pp. 1689-1699
http://repo.unand.ac.id/29800/1/PLAK%20GIGI.pdf
Lamawatu, N. F. 2017. Efektivitas pasta gigi dengan kandungan daun sirih (piper
betle) dan jeruk nipis (citrus aurantifolia) terhadap penurunan indeks plak
pada pengguna ortodontik cekat. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 11–31.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3141/

Mangiri, B. S., Yani, S., & Anitasari, S. 2018. Sari buah naga super merah.
Jurnal Material Kedokteran Gigi 7(1):28–34.
http://jurnal.pdgi.or.id/index.php/jmkg/article/view/278

Muhtar, R. (2017). Identifikasi dan uji sensitivitas bakteri pada plak gigi pasien
di puskesmas ranotana weru manado terhadap antibiotik golongan penisilin
dan kuinolon. Pharmacon. 6(3). p. 37-45.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/16518

Mumpuni, y & P. . E. (2013) Plak Gigi , in 45 masalah & solusi penyakit gigi &
mulut. Yogyakarta, p. 89.

Napitupulu, R. L. Y., Adhani, R., & Erlita, I. (2019). Hubungan perilaku


menyikat gigi, keasaman air, pelayanan kesehatan gigi terhadap karies di
man 2 batola. Dentin, 3(1). p. 17-22.
http://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/dnt/article/view/886

Putu, N. et al. (2016). Identifikasi dan karakterisasi antosianin ekstrak etanol 70 %


dalam suasana asam dari ubi jalar ungu ( ipomoea batatas l .) dengan identification
and characterization anthocyanins from 70 % ethanol extract in acid condition of
purple sweet potato ( ipomoe’, Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of
Pharmacy), 1.

Sanna Artha Sari Pardosi (2019). Penggunaan buah bit dan ubi jalar ungu untuk
pemeriksaan plak pada siswa/i smp negeri 4 kelas vii-3 kec. datuk bandar
timur kota tanjung balai, KTI, pp. 8–9.
http://180.250.18.58/jspui/bitstream/123456789/857/1/KTI_SANNA.pdf.
Siregar, R. (2019). Pemakaian buah bit dan ubi jalar ungu sebagai pewarna
alami pada pemeriksaan plak siswa/i smp negeri 4 kec. Datuk bandar timur
kota tanjung balai. Jurnal ilmiah pannmed (pharmacist, analyst, nurse,
nutrition, midwivery, environment, dentist), 14(1), 64–68.

Subekti, A. (2019). Hubungan plak gigi, laju aliran saliva, dan viskositas saliva
pada anak usia 6-9 tahun. Jurnal Kesehatan Gigi, 6, pp. 72–75.
BIODATA PENELITI

A. BIODATA

1. Nama : Khusnul Khatimah


2. Tempat, Tanggal Lahir : Seppong, 15 Mei 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. No. HP : 085245469391
6. Alamat :Jl. Bakau, kompleks SMA N 4 PALOPO, KOTA PALOPO

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Madrasah Iptidayyah Datok Sulaiman : 2006-2011


2. Mts. Satu Atap Datok Sulaiman : 2011-2014
3. SMA Negeri 4 Palopo : 2014-2017
4. Poltekkes Kemenkes Makassar : 2017-2021

Anda mungkin juga menyukai