Anda di halaman 1dari 75

KARYA TULIS ILMIAH

PERAN ORANG TUA DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DI

ERA PANDEMIK PADA ANAK PRASEKOLAH DI DESA BUNGUNG

LOE KECAMATAN TURATEA KABUPATEN JENEPONTO

OLEH :

JULIANA

OLEH :

JENNYFER TIKU BAMBA

PO.71.3.261.19.1.019

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUPLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN KESEHATAN GIGI

TAHUN 2022
KARYA TULIS ILMIAH

PERAN ORANG TUA DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DI

ERA PANDEMIK PADA ANAK PRASEKOLAH DI DESA BUNGUNG

LOE KECAMATAN TURATEA KABUPATEN JENEPONTO

OLEH :

JULIANA

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program

Pendidikan Diploma III Kesehatan Gigi

JENNYFER TIKU BAMBA

PO.71.3.261.19.1.019

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUPLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN KESEHATAN GIGI


TAHUN 2022

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber

baik yang diikuti maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Jennyfer Tiku Bamba

Nim : PO.71.3.261.19.1.019

Tanggal : 20 Juni 2022

Yang Menyatakan,

JENNYFER TIKU BAMBA


PO.71.3.261.19.1.019
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

PERAN ORANG TUA DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DI

ERA PANDEMIK PADA ANAK PRASEKOLAH DI DESA BUNGUNG

LOE KECAMATAN TURATEA KABUPATEN JENEPONTO

Oleh :
JENNYFER TIKU BAMBA
PO.71.3.261.19.1.019

Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji


Pada Tanggal 20 Juni 2022
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Susunan Tim Penguji

1. Asriawal, S.SiT, M.MKes (……………………)


NIP. 19810509 200701 1 011

2. Agus Supriatna, SKM,.MKes (.……..………….…)


NIP. 19651005 198703 1 004

3. Dr.drg,Hans Lesmana MARS (………...…….……)


NIP. 19710709 200501 1 003

Makassar, 04 Juli 2022

Program Studi Diploma III


Ketua Jurusan

Syamsuddin Abubakar, S.SiT, M.MKes


NIP. 19660622 198903 1 003

iv
KARYA TULIS ILMIAH

PERAN ORANG TUA DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DI

ERA PANDEMIK PADA ANAK PRASEKOLAH DI DESA BUNGUNG

LOE KECAMATAN TURATEA KABUPATEN JENEPONTO

Oleh :
JENNYFER TIKU BAMBA
PO.71.3.261.19.1.019

Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji


Pada Tanggal 20 Juni 2022
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Agus Supriatna SKM,M,Kes Dr.drg.Hans Lesmana MARS


NIP. 19651005 198703 1 004 NIP. 19710709N200501 1 003

Mengetahui,
Program Studi Diploma III Kesehatan Gigi
Ketua Prodi D.III

Agus Supriatna, SKM, M.Kes


NIP. 19651005 198703 1 004
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUPLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Makassar, saya yang bertanda


tangan dibawah ini:

Nama : JENNYFER TIKU BAMBA

Nim : PO.71.3.261.19.1.019

Program Tugas Akhir :

Demi pengembagan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Makassar Hak Bebas Royalti
Nonekshlusif (Nonexclusive Royalty-Free Right) atas
Karya Tulis Ilmiah (Studi Literatur) yang berjudul :

Peran Orang Tua Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Di Era Pandemik Pada
Anak Prasekolah Di Desa Bungung Loe Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalty
Nonekslusif ini Poltekkes Pemenkes Makassar berhak menyimpan, mengalih
media / format-kan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Makassar, 20 juli 2022

Yang menyatakan,

JENNYFER TIKU BAMBA

vi
PERAN ORANG TUA DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DI
ERA PANDEMIK PADA ANAK PRASEKOLAH DI DESA BUNGUNG
LOE KECAMATAN TURATEYA KABUPATEN JENEPONTO

Jennyfer Tiku Bamba

Poltekkes Kemenkes Makassar

Jurusan Kesehatan Gigi

Email: Jennyfer_tiku_bamba_2019.poltekkes-mks.ac.id

ABSTRAK

Abstrak : Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai peran orang tua dalam
pemeliharan Kesehatan gigi di era pandemik pada anak prasekolah di Desa Bungung Loe
Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto. Tujuan penelitian ini yaitu Untuk mengetahui
peran oranng tua dalam memelihara Kesehatan gigi pada anak prasekolah, pada era
pandemik.. Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder.Berdasarkan hasil
penelitian yang telah didapatkan, diketahui orang tua yang berperan dalam memelihara
kesehatan gigi di era pandemik pada anak prasekolah dari 80 kuesioner adalah (59.3%)
dan orang tua yang kurang berperan dalam memelihara Kesehatan gigi di era pandemik
pada anak prasekolah dari 80 kuesioner adalah (3,7%).Dan di ketahui bahwa orang tua
kurang berperan dalam memelihara Kesehatan gigi di era pandemik pada anak prasekolah
di Desa Bungung Loe, Kecamatan Turatea Kab Jeneponto di karenakan kondisi
pandemik dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya memelihara
Kesehatan gigi anak khususnya pada anak pra sekolah.

Kata kunci: peran orang tua dalam pemeliharan Kesehatan gigi di era pandemik
PERAN ORANG TUA DALAM PEMELIHARAAN
KESEHATAN GIGI DI ERA PANDEMIK PADA ANAK
PRASEKOLAH DI DESA BUNGUNG LOE KECAMATAN
TURATEA KABUPATEN JENEPONTO

Jennyfer Tiku Bamba

Poltekkes Kemenkes Makassar

Jurusan Kesehatan Gigi

Email: Jenyfer_tiku_bamba2019@poltekkes-mks.ac.id

ABSTRAK

Abstract : The problem in this study is regarding the role of parents in maintaining
dental health in the pandemic era in preschool children in Bungung Loe Village, Turatea
District, Jeneponto Regency. The purpose of this study was to find out the role of
parents in maintaining dental health in preschool children, during the pandemic era.
This study used primary and secondary data types. in preschool children from 80
questionnaires is (59.3%) and parents who have less role in maintaining dental health in
the pandemic era in preschool children from 80 questionnaires is (3.7%). And it is known
that parents have less role in maintaining dental health in the pandemic era in preschool
children in Bungung Loe Village, Turatea District, Jeneponto Regency due to pandemic
conditions and a lack of parental knowledge about the importance of maintaining
children's dental health, especially in pre-school children.

Keywords: the role of parents in maintaining dental health in the pandemic era

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah sehingga penulis dapat menyusun

penelitian karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya dengan judul “HUBUNGAN

SOSIAL EKONOMI TERHADAP TERJADINYA KARIES GIGI“

Karya tulis ilmiah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat kelulusan dan perolehan gelar (A.Md.Kes) di politeknik kesehatan

kemenkes Makassar, jenjang pendidikan Diploma III/DIII Kesehatan Gigi.

Disamping itu, penulisan karya tulis ilmiah ini juga bertujuan untuk memberikan

pengetahuan kepada parapembacanya.

Selama waktu penyusunan kerja tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan

banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis

mengucapkan rasa terimakasih yang terhingga kepada :

1. Bapak ir. H. Agustian, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar, atas segala sarana dan prasarana yang diberikan

kepada penulis selama menempuh pendidikan Diploma III di Jurusan

Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.


2. Ibunda Rohani tercinta dan terkasih atas segala kasih sayang, perhatian,

motivasi, bantuan material dan moral yang selalu diberikan pada penulis,

serta restu dan ridho-Nya selama memulai perkuliahan di Poltekkes

Kesehatan Kemenkes Makassar jurusan kesehatan gigi hingga pada detik

penyusunan laporan karya tulis ilmiah ini. Tanpamu penulis bukanlah apa-

apa.

3. Bapak Syamsuddin Abubakar, S.SiT, M.Mkes selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

4. Bapak Agus Supriatna SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma DIII

Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

5. Jumriani, S.SiT, M.Mkes selaku pembimbing pertama dalam

penyusunan karya tulis ilmiah, yang telah membimbing dan memberikan

masukan serta arahan yang bermanfaat bagi penulis.

6. Asriawal, S.SiT, M.Mkes selaku pembimbing kedua dalam penyusunan

karya tulis ilmiah, yang telah membimbing dan memberikan masukan

serta arahan yang bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh dosen dan staff di Jurusan keperawatan Gigi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Makassar atas segala curahan ilmu dan pengalaman

serta yang turut membantu penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah

8. Seluruh teman-teman seangkatan Jurusan DIII keperawatan gigi yang

telah bersama penulis dari awal perkuliahan, telah melalui suka duka

bersama hingga turut membantu penulis dalam menyusun karya tulis

ilmiah ini.

x
9. Seluruh keluarga dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan

namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak

yang telah diberikan kepada penulis kelak akan terbalaskan oleh Allah SWT,

aminn. Serta penulis juga berharap agar semua pihak nantinya dapat memberikan

saran serta kritik yang membangun, demi kepentingan pengetahuan serta

kesempurnaan karya tulis ilmiah ini kelak. Dan pada akhirnya, penulis sangat

mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri ataupun

pembacanya nanti.

Makassar, 02 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................xii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................5
C. Tujuan penelitian.................................................................................................5
D. Manfaat penelitian...............................................................................................6
BAB II..............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................7
A. Sosial ekonomi......................................................................................................7
B. Karies gigi...........................................................................................................13
C. Hubungan sosial ekonomi orang tua terhadap terjadinya karies gigi............25
BAB III..........................................................................................................................28
METODE PENELITIAN..........................................................................................28
A. Jenis penelitian...................................................................................................28
B. Populasi dan Sampel..........................................................................................28
C. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................................29
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian.............................................................29
E. Jenis dan teknik pengumpulan data.....................................................................30
F. Instrumen penelitian..............................................................................................31
G. uji validitas dan reliabilitas..................................................................................32
H. Prosedur penelitian...............................................................................................32
I. Manajemen data.....................................................................................................33
J. Etika penelitian.......................................................................................................34
BAB IV..........................................................................................................................36

xii
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................................36
A. Hasil Penelitian...................................................................................................36
a. Karakteristik Responden..................................................................................36
b. Analisa Bivariat................................................................................................42
B. Pembahasan........................................................................................................46
BAB V............................................................................................................................49
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................49
A. Kesimpulan............................................................................................................49
B. Saran......................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................50
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1........................................................................................................37
Tabel 4. 2........................................................................................................37
Tabel 4. 3........................................................................................................38
Tabel 4. 4........................................................................................................38
Tabel 4. 5........................................................................................................39
Tabel 4. 6........................................................................................................39
Tabel 4. 7........................................................................................................40
Tabel 4. 8........................................................................................................40
Tabel 4. 9........................................................................................................41
Tabel 4. 10......................................................................................................41
Tabel 4. 11......................................................................................................42

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kesejahteraan merupakan bagian penting dari peristiwa

pergantian masyarakat, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

kesejahteraan pasal 93 ayat 1 menyatakan bahwa penyelenggaraan kesehatan gigi

dan mulut dimaksudkan untuk mengikuti dan lebih mengembangkan derajat

kesehatan umum melalui upaya kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi,

pengobatan penyakit kesehatan gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh otoritas

publik, pemerintah provinsi, atau daerah yang berpotensi diselesaikan secara

terpadu, terkoordinasi dan disesuaikan. (MenkesRI 2009)

Dominasi tinggi karies gigi pada anak-anak di tempat pembuatan adalah

masalah yang khas. Dari eksplorasi epidemiologi yang dipimpin oleh Direktorat

Kesehatan Gigi Indonesia pada tahun 2021, terlihat bahwa 57,6% penduduk

Indonesia yang mengaku mengalami gangguan kesehatan gigi dan mulut hanya

10,2% yang mendapatkan administrasi dari fakultas klinik. Efek samping dari

tinjauan penelitian kesejahteraan menunjukkan bahwa prevalensi gigi berlubang

pada remaja masih sangat tinggi yaitu 93%, menyiratkan bahwa hanya 7% anak-

anak Ind onesia yang tidak mengalami karies. (Idaiani et al. 2019)

Kesehatan mulut telah bekerja agak baru-baru ini tetapi meluasnya karies

gigi pada anak-anak tetap menjadi masalah klinis yang kritis. Pervasives karies

prasekolah di DKI Jakarta adalah 89,16% dengan def-t normal 7,02 ± 5,25. Hal ini

1
menunjukkan kondisi pembusukan gigi yang hampir tanpa pengobatan.

(Sunaryanti 2016)

Status ekonomi dan tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku hidup

sehat pada seseorang. Pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada perawatan

medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut

meningkat. Orang dengan status ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah

cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat. Anak-anak dari kelompok ekonomi

rendah cenderung berada pada resiko karies yang parah. Karies di jumpai lebih

sedikit pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan

dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi

tinggi.Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status

kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan memiliki

pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi

perilakunya untuk hidup sehat.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi di antaranya

karena struktur gigi, mikroorganisme mulut, konsumsi makanan yang banyak

mengandung karbohidrat dan lamanya waktu makanan yang menempel didalam

mulut. Faktor lain adalah pengetahuan, jenis kelamin, usia, tingkat ekonomi,

tingkat pendidikan, lingkungan, kesadaran, dan tindakan menggosok gigi

(firmansyah, 2017).

Banyak penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada

anak yang berstatus sosial ekonomi rendah. Penelitian yang pernah dilakukan di

Chidambaran (India), meneliti tentang hubungan status sosial ekonomi dengan

2
prevalensi karies gigi pada anak-anak sekolah usia antara 5-15 tahun, didaptkan

hasil bahwa persentase karies yang dialami oleh anak-anak tersebut tergolong

tinggi. Dalam penelitian tersebut 80,4% siswa adalah kelompok sosial ekonomi

rendah (susi dkk,2012).

Jurnal dari Indian Soc Pedod Prev Dent, melaporkan bahwa berdasarkan

penelitian yang dilakukan dikota Mangalore, pada anak usia 6 tahun yang

prevalensi karies tinggi terdapat pada anak dengan latar belakang status sosial

ekonomi rendah (Anegunde dkk, dalam susi dkk, 2012). Di Burkina faso, afrika,

juga pernah dilakukan penelitian pada umur 6, 12, 18, dan 35-44 tahun, dan

didapatkan hasil pada anak usia 6 tahun menunjukkan angka prevalensi karies

sebesar 38%. Baik gigi sulung atau gigi permanen, mempunyai resiko terkena

karies, namun proses kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar, me,uas dan

lebih parah dari gigi permanen. Hal tersebut terjadi karena perbedaan struktur

email gigi dimana gigi sulung mempunyai struktur email gigi dimana gigi sulung

mempunyai struktur email yang kurang padat dan lebih tipi, morfologi lebih tidak

beraturan, dan kontak antara gigi merupakan kontak bidang pada gigi sulung

(Tarigan, 2013).

Pada anak pra sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting

karena tidak saja menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan

infeksi kebagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya

produktivitas (Ardianti, 2016). Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuensi

kehadira anak ke sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, mempengaruhi nafsu


makan dan asupan makanan sehingga dapat memengaruhi status gizi dan pada

akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik (Dewi, 2014).

Anak prasekolah mengalami proses pembentukan karies karena kurangnya

perhatian orang tua terhadap makanan sehari-hari dan menyikat gigi. Pada umur

4-5 tahun, anak tersebut mulai melakukan sesuatu berdasarkan keinginannya salah

satunya mulai mencoba berbagai rasa makanan dalam bentuk apapun sehingga

dapat memberikan dampak buruk bagi gigi apabila anak tersebut tidak

memerhatikan solusi pencegahan timbulnya karies (Dewi, 2014).

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan

repuplik Indonesia (2017) mengatakan prevalensi karies gigi di Indonesia

sebanyak 53,2%, sedangkan prevalensi karies gigi di riau diatas 43,5% begitu juga

dengan provinsi jambi, Sumatra selatan, Bangka Belitung, jawa timur, dan

Kalimantan. Data dari dinas kesehatan kota pekanbaru pada tahun 2016 dari 5.816

anak yang dilakukan pemeriksaan kesehatan gigi sebanyak 3.138 anak sekolah

yang mengalami karies gigi (Fitriani, 2017).

Melakukan penelitian dengan tema yang sama juga pernah dilakukan

dikelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar. Penelitian tersebut

melihat hubungan tingkat sosial ekonomi dengan status karies masyarakat di

kelurahan tersebut, didapatkan hasil tingginya status karies pada masyarakat

dengan status ekonomi rendah (Azwindar, 2009).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan dikepulauan selayar pada anak

TK Pertiwi didapatkan jumlah siswa sebanyak 39 orang usia 3-6 tahun. setelah

dilakukan metode wawancara pada orang tua anak, dari 30 anak TK Pertiwi

4
didapatkan hasil bahwa 27 anak mengalami gigi berlubang dan 3 anak mengalami

gigi patah dan retak. Rata-rata anak mengalami keluhan sakit gigi, perlu diketahui

bahwa gigi berlubang sangat sensitif terhadap makanan dan minuman dingim.

Apabila masalah ini dibiarkan dan tidak diatasi akan sangat merugikan terhadap

kesehatan anak karena akan mengganggu proses belajar dalam kelas, dari hasil

keterangan orang tua tersebut anaknya jarang melakukan gosok gigi dan dikatakan

pula bahwa anaknya masih belum bisa menggosok gigi dengan baik dan benar.

Kepala sekolah juga mengatakan bahwa ‘’ DI TK tersebut belum pernah

dilakukan penelitian terkait masalah karies gigi pada anak’’. Atas dasar inilah,

peneliti tertarik ingin melakukan penelitian di TK Pertiwi mengenai gambaran

kebiasaan yang mempengaruhi kejadian karies gigi.

Untuk itu peneliti merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui hubungan status sosial ekonomi orang tua terhadap terjadinya karies

gigi pada anak pra sekolah di Kepulauan Selayar.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil

permasalahan sebagai berikut:

“ Bagaiamana hubungan sosial ekonomi terhadap terjadinya karies gigi pada

anak pra sekolah?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi di tinjau dari pendidikan

orang tua dengan status karies gigi pada anak pra sekolah di TK Pertiwi
2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi yang ditinjau dari pendidikan

orang tua terhadap terjadinya karies gigi pada anak pra sekolah di TK

Pertiwi.

b. Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi yang ditinjau dari pekerjaan

orang tua terhadap terjadinya karies gigi pada anak pra sekolah di TK

Pertiwi.

c. Unruk mengetahui hubungan sosial ekonomi yang ditinjau dari pendapatan

orang tua terhadap terjadinya karies gigi pada anak pra sekolah di TK

Pertiwi.

D. Manfaat penelitian

hasil penelitian diharapkan :

1. Sebagai masukan bagi para siswa untuk meningkatkan perilaku merawat

kesehatan gigi dan mulut.

2. Sebagai masukan bagi departeman kesehatan gigi pencegahan/kesehatan

gigi masyarakat untuk menambah referensi penelitian.

3. Memberi pengalaman kepada peneliti dalam melakukan penelitian

langsung di masyarakat.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sosial ekonomi

1. Definisi sosial ekonomi

Sosial ekonomi adalah tingkat atau posisi individu dalam

pertemuan lokal dalam kaitannya dengan tindakan moneter, sekolah, dan

gaji. Sosial ekonomi merupakan salah satu unsur yang memberdayakan

status kesejahteraan seseorang karena dalam menjalankan kebutuhan

hidup dan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik akan lebih

mudah diterapkan bagi individu dengan status ekonomi tinggi

dibandingkan dengan individu dengan status ekonomi rendah. status

keuangan. (Wijianto and Ulfa 2016).

Sosial ekonomi telah cukup lama menjadi perhatian publik

dengan alasan bahwa kondisi keuangan sangat mempengaruhi kepuasan

pribadi dan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan keuangan sehari-hari. Finansial adalah situasi individu di mata

publik yang terhubung dengan orang lain sejauh iklim sosial, prestasi dan

hak istimewa dan komitmen yang sesuai dengan aset (Indrawati 2015).

Kondisi keuangan mengingat kondisi atau posisi seseorang untuk

wilayah sekitarnya. Kondisi sosial adalah tempat yang dikelola secara

sosial dan menempatkan individu dalam situasi tertentu di mata publik,

memungkinkan posisi itu disertai dengan seikat kebebasan dan komitmen


yang harus dimainkan oleh pembawa status itu sendiri (Susi, Bachtiar,

and Azmi 2012).

Status keuangan adalah suatu keadaan atau kedudukan yang

dikendalikan secara sosial dalam situasi tertentu dalam rancangan

masyarakat, pengakuan kedudukan ini disertai dengan sekumpulan

keistimewaan dan komitmen yang hanya dipuaskan oleh pembawa status,

misalnya: gaji., pekerjaan, gaji, dan pelatihan. (Ngantung, Pangemanan,

and Gunawan 2015)

1) Stratifikasi sosial

Beberapa desain kelas atau penggambaran sosial tersedia di

semua tatanan sosial selama kehidupan man usia. Dalam budaya

masa kini, aturan untuk kehadiran kelas sosial adalah kehadiran

realitas keseluruhan. Individu yang diajar lebih baik atau memiliki

posisi yang lebih mulia sering kali lebih dihargai daripada mereka

yang kurang instruksi.

Meskipun kelas sosial dapat dianggap sebagai kontinum di

mana setiap warga negara dapat ditempatkan. Spesialis suka

memisahkan kontinum menjadi beberapa kelas sosial yang eksplisit.

Kelas sosial dicirikan sebagai pembagian warga negara ke dalam

sistem progresif dari berbagai situasi kelas dengan, bahwa individu

dari setiap kelas memiliki status yang cukup berurutan.

2) Klasifikasi kelas sosial

8
Belum ada pengaturan di antara sessologist mengenai jumlah

pembagian kelas yang harus siap untuk menggambarkan mereka

secara jelas. Besarnya pengangkutan kelas sosial diisolasi menjadi

empat klasifikasi, khususnya: kelas sosial atas, kelas sosial tengah

atas, kelas sosial tengah bawah, dan kelas sosial bawah.

3) Ukuran kelas sosial

Cara yang disengaja untuk menangani estimasi kelas sosial

menggabungkan klasifikasi umum yang menyertainya: ukuran

abstrak, ukuran ketenaran, dan proporsi objektif kelas sosial.

(Koesoemawati 2020)

a) Ukuran abstrak

Secara abstrak untuk menangani pengawasan kelas sosial, orang

didekati untuk mengevaluasi posisi kelas sosial mereka yang

terpisah.

Susunan partisipasi kelas sosial selanjutnya tergantung pada

kesiapan anggota itu sendiri atau potret diri mental anggota itu.

Kelas sosial dipandang sebagai kekhasan "individu", yaitu

kekhasan yang menggambarkan perasaan individu memiliki

tempat atau identitas dengan orang lain. Perasaan memiliki

tempat dengan pertemuan ini sering disebut kesadaran kelas.

Proporsi emosional dari partisipasi sosial akan lebih sering

menghasilkan banyak individu yang memesan diri mereka

sebagai kelas pekerja.


b) Ukuran reputasi

Cara berlebihan untuk menangani estimasi kelas sosial

membutuhkan data tentang area lokal yang dipilih untuk membuat

keputusan awal tentang pendaftaran. Bagaimanapun, upaya terakhir

untuk memutuskan posisi kelas sosial warga negara terletak pada

kepemilikan analis yang siap.

Sosiolog telah menggunakan cara reputasi untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih baik tentang konstruksi kelas budaya

tertentu yang sedang dipertimbangkan, namun analis pembeli lebih

tertarik dengan tindakan kelas ramah untuk lebih mudah

mendapatkan pasar dan perilaku pembeli.

c) Ukuran objektif

Daripada strategi emosional dan reputasi, yang mengharapkan

individu untuk memimpikan posisi kelas mereka sendiri atau warga

negara yang berbeda. Estimasi objektif terdiri dari segmen yang

berbeda atau faktor keuangan yang dipilih tentang individu yang

dipertimbangkan. Faktor-faktor ini diperkirakan melalui survei

yang berisi beberapa pertanyaan asli kepada responden.

Saat memilih proporsi kelas sosial yang sebenarnya, sebagian besar

ilmuwan menyukai setidaknya salah satu faktor yang

menyertainya: pekerjaan, gaji mutlak, dan pelatihan. Terhadap

elemen keuangan ini, mereka di sana-sini. Menambahkan informasi

pengelompokan geodemografi. Semua petunjuk keuangan ini

10
sangat penting sebagai alat untuk menempatkan konvergensi

pembeli yang memiliki pendaftaran kelas sosial tertentu. (Indrawati

2015)

2. Klasifikasi dan tingkat status sosial ekonomi

Tingkat status sosial ekonomi menurut Coleman dan Cressey

dalam (Mardiati, Salikun, and Supardan 2017) yaitu :

a. Status sosial ekonomi

Itu adalah kelas sosial yang berada pada titik tertinggi dari

tingkat sosial yang berdiri dari individu-individu yang sangat kaya,

misalnya kelompok-kelompok yang secara teratur memiliki tempat-

tempat teratas, berpengaruh dan pada umumnya dapat memenuhi

kebutuhan mereka dengan baik.

b. Status sosial ekonomi bawah

Yaitu masyarakat komunitas dikedudukan yang terdapat

berlandaskan pengelompokan menurut pendapatan dan status

sosialnya, dimana harta kekuasaan yang mempunyai tercatat rendah

jika dibedakan dengan kebanyakan penduduk biasanya beserta tidak

kuasa ketika mengisi keperluan hidup sehari-hari.

Sedangkan menurut Louisa et al. (2021) membagi dalam tiga

golongan yaitu :

a. Yang diistimewakan adalah kelas orang kaya seperti kelompok,

perkumpulan selektif, dll.


b. Kelas pekerja adalah kelas yang umumnya diakui oleh para spesialis

dan pengusaha dan organisasi yang lebih sederhana.

c. Golongan bawah adalah golongan yang menerima bayaran atau

bayaran sebagai imbalan atas pekerjaannya yang tidak dapat

disangkal jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan

pokoknya (Mardiati, 2017)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi

Faktor yang mempengaruhi indikator sosial ekonomi orang tua

antara lain yaitu: (Indrawati 2015)

a) Pendidikan menjadi suatu dasar pembelajaran akan meningkat

wawasan, keterampilan, dan kebiasaan yang terima ditunjukkan

dalam aktivitas sehari-hari.

b) Pekerjaan, Pekerjan artinya suatu perbuatn, sesuatu apa yang

menunaikan, pengejaran yang di jadikan utama aktivitas, pekerjaan

komunitas atau sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan

pendapatan.

c) Pendapatan, Pendapatan adalah upah atau gaji yang diterima saat

pekerjaan telah terselesaikan maka upah akan dibayarkan sesuai jam

kerja atau pekerjaan yan telah dilakukan.

Terdapat dua komponen pendapat yaitu:

a. Untuk jam kerja biasa atau pekerjaan yang telah diselesaikan

b. Untuk lembur, semua komponen pendapatan lainnya

dikumpulkan secara agregat.

12
Berdasarkan penggolongan BPS (badan pusat statistic) membedakan

pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:

a. Golongan pendapatn tinggi, jika pendapatan rata-rata lebih dari

Rp. 3.500.000 perbulan.

b. Golongan pendapatan tinggi, jika pendapatan rata-rata antara

Rp. 2.500.000 - Rp. 3.500.000 perbulan.

c. Golongan pendapatan sedang, jika pendapatan rata-rata antara

Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000 perbulan

d. Golongan pendapatan rendah, jika pendapatan rata-rata kurang

dari Rp. 1.500.000 perbulan.

Adapun faktor terbentuknya suatu faktor sosial menurut (Mardiati,

Salikun, and Supardan 2017) yaitu:

a. Kepemilikan atas kekayaan dalam berbagai bentuk dan ukuran

b. Status atas dasar peranan dan fungsi dalam pekerjaan

c. Latar belakang seseorang dilingkungan sosial permukimannya

d. Status dasar keturunan

e. Status dasar menurut jenis kelamin dan umur seseorang.

B. Karies gigi

1. Pengertian karies

Karies adalah infeksi pada jaringan keras gigi, khususnya lapisan

akhir, dentin, dan sementum. Ini disebabkan oleh aksi mikroorganisme

dalam karbohidrat yang dapat difermentasi. Tandanya adalah


demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti dengan

hilangnya bahan alami. Oleh karena itu, terjadi intrusi bakteri dan mash

kematian serta penyebaran kontaminasi ke jaringan periapikal yang dapat

menimbulkan rasa sakit (Mardiati, 2017).

Gambar : 2.1

Sumber : karies gigi anak

2. Proses terjadinya karies

Di dalam mulut kita hidup berbagai macam mikroba. Dari sekitar

300 jenis mikroba di rongga mulut, sepasang, yang dikenal sebagai

Streptococcus mutans (SM), adalah entitas organik penyebab karies.

Mikroorganisme ini bertemu untuk membentuk lapisan halus dan lengket

yang disebut plak yang melekat pada gigi (Budiningtyas 2019). Biasanya

plak sangat mudah menempel pada permukaan gigi yang menggigit, sela-

sela gigi, retakan pada permukaan gigi, sekitar tambalan dan pada batas

antara gigi dan gusi. Mikroba yang ditemukan dalam plak dapat

mengubah gula atau pati dari makanan dan minuman menjadi asam yang

dapat merusak gigi dengan melarutkan mineral dalam gigi. Metode yang

14
terlibat dengan kehilangan mineral dari struktur gigi disebut

demineralisasi, sedangkan perluasan mineral dari struktur gigi disebut

remineralisasi. Pembusukan gigi dapat terjadi dengan asumsi siklus

demineralisasi lebih penting daripada interaksi remineralisasi.

(Susi,2012)

Pada fase awal pembusukan gigi, lubang kecil di bawah

permukaan hanya terlihat seperti bercak putih di lapisan luar gigi,

kemudian, pada saat itu, korosif dari plak ini akan terus melarutkan

lapisan luar gigi dan strukturnya. di mana pembukaan akan memperkuat

atau mengembangkan dalam jangka panjang. Pada gigi berlubang yang

besar, plak dan sisa makanan akan tetap menyatu dan menggumpal,

sehingga sulit dibersihkan dengan menggunakan sikat gigi, sehingga gigi

berlubang tidak cepat terisi, tentunya pembusukan gigi akan lebih

diperhatikan. (Listrianah, 2018)

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan

glukosa, dapat diragiksn oleh bakteri tertentu dan membentuk asam.

Sehingga PH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 1-3

menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan

mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses

karies pun di mulai (Widayanti 2014)

3. Faktor penyebab terjadinya karies gigi

Ada berbagai elemen penyebab terjadinya karies pada gigi. Meski

demikian, ada berbagai sentimen terkait alasannya. Ada perbedaan antara


variabel etiologi dari elemen penyebab langsung yang mempengaruhi

biofilm dan elemen sirkuit yang mempengaruhi biofilm. Karies terjadi

bukan karena kejadian tunggal seperti infeksi lain yang tak tertahankan,

tetapi karena perkembangan siklus yang terjadi selama beberapa periode.

Sebagai aturan umum, ada empat faktor utama yang mengambil bagian,

untuk menjadi spesifik: memiliki elemen, spesialis atau mikroorganisme,

substrat atau makanan dan elemen-elemen ini saling terkait satu sama

lain mengingat fakta bahwa mereka terhubung dengan perilaku manusia

itu sendiri. (Mardiati, 2017).

1. Faktor host

Ada beberapa hal yang berhubungan dengan gigi sebagai inang

terjadinya karies gigi. Daerah di dalam mulut yang tidak berdaya

terhadap karies adalah pits and gaps pada permukaan oklusal dan

premolar. Permukaan gigi yang tidak menyenangkan juga dapat

membuat plak mengikuti secara efektif dan meningkatkan perbaikan

karies gigi. Ketebalan batu mulia dari veneer sangat menentukan

kelarutan hasil akhir. Semakin banyak semir yang mengandung

mineral, semakin padat permata veneer dan semakin aman

pernisnya. Selain itu, ludah juga berperan penting selama karies, air

liur dapat meremineralisasi karies dini. Ini karena air liur

mengandung satu ton partikel kalsium dan fosfat. Kapasitas ludah

untuk remineralisasi meningkat dengan asumsi bahwa ada fluoride,

16
selain mempengaruhi pembentukan mikroorganisme dalam plak, air

liur juga mempengaruhi pH.

2. Faktor agent

Plak adalah lapisan halus yang terdiri dari bermacam-macam

mikroorganisme yang berkembang biak di grid. Plak, yang

membingkai dan menempel kuat pada permukaan gigi yang tidak

dibersihkan. Organisasi mikroorganisme dalam pergeseran plak.

Menjelang awal pengaturan, kokus gram positif adalah spesies layu

yang paling dikenal luas. Streptococcus mutans dan lactobacillus

adalah organisme mikroskopis kariogenik. Mikroba ini dapat segera

membuat korosif dari karbohidrat yang dapat dimatangkan. Mikroba

ini dapat tumbuh subur dalam kondisi asam dan dapat menempel

pada permukaan gigi. Ini karena kemampuannya untuk membuat

polisakarida ekstraseluler yang sangat lengket dari karbohidrat

makanan.

3. Faktor substrat

Substrat dapat mempengaruhi susunan plak karies, membantu

ekspansi dan kolonisasi mikroorganisme. Selain itu dapat

mempengaruhi pencernaan mikroba pada plak dengan memberikan

bahan yang diharapkan dapat menimbulkan korosi. Dibutuhkan

beberapa investasi untuk plak dan karbohidrat untuk membentuk

korosif dan cocok untuk menyebabkan demineralisasi cat. Dengan

demikian, sumber makanan dan minuman yang mengandung gula


akan dengan cepat menurunkan pH plak ke tingkat yang

menyebabkan demineralisasi veneer. Plak akan tetap asam dalam

jangka panjang. Untuk kembali ke PH khas sekitar 7, dibutuhkan 30-

an jam.

Penyatuan polisakarida ekstraseluler dari mukosa lebih cepat

daripada glukosa, fruktosa, dan laktosa. Selanjutnya, sukrosa adalah

gula yang paling kariogenik. Jadi sukrosa adalah pendorong utama

karies.

4. Faktor waktu

Sebagai aturan umum, karies dipandang sebagai penyakit yang

berkelanjutan pada manusia. Ada kapasitas air liur untuk menyimpan

kembali mineral selama interaksi karies. Adanya air liur pada ruang

gigi menyebabkan karies tidak sampai melenyapkan gigi secara

mengejutkan cepat atau berminggu-minggu. Dibutuhkan sebagian

besar hari untuk karies untuk membentuk lubang, dinilai pada 6 – 48

bulan. (Pratiwi 2007)

a. Faktor luar

Beberapa faktor luar individu penyebab terjadinya karies gigi

meliputi:

1. Ras

Ras benar-benar menantang untuk memutuskan kejadian

karies gigi. Namun, keadaan tulang rahang suatu ras mungkin

berhubungan dengan kejadian karies yang meluas atau

18
sebaliknya. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang

terbatas sehingga gigi pada rahang sering tumbuh secara

sporadis karena kondisi gigi yang tidak dapat diprediksi

karena gigi yang tidak dapat diprediksi akan mempersulit

pembersihan gigi dan akan sangat mempengaruhi tingkat

karies pada ras tersebut.

2. Jenis kelamin

Orientasi sangat menarik pada karies gigi, terutama wanita

muda pada umumnya lebih terpengaruh oleh karies gigi

daripada pria muda. Hal ini tidak disebabkan oleh orientasi,

keturunan, tetapi karena perkembangan (penumbuhan) gigi

pada remaja putri lebih cepat daripada remaja putra, sehingga

gigi wanita berada di dalam mulut lebih lama sehingga

remaja putri terkait dengannya. faktor bahaya karies.

(Wijianto, 2016)

3. Usia

Usia menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi

terjadinya karies gigi. Masalah ini tidak memandang baik itu

anak-amak maupun orang dewasa karna umur seseorang yang

semakn bertambah maka jumlah gigi geligi juga semakin

banyak juga digunakan dalam aktivitas pengunyahan sehari-

hari. Makanya kecenderungan terbentuknya karies gigi

semakin tinggi (Setyaningsih, 2016)


4. Makanan

Makanan yang berpengaruh terhadap gigi dan mulut dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Komposisi dari makanan yang menghasilkan energy

myang dapat berpengaruh pada masa erupsi dan pasca

erupsi gig misalnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

seta mineral-mineral.

b. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan seperti

makanan yang bersifat membersihkan gigi misalnya

buah, sayuran dan lain-lain.

5. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan suatu wadah untuk

memperoleh wawasan, pengetahuan dan keterampilan.

Sesorang yang berpendidikan tinggi pasti memiliki tingkat

pemahaman yang baik serta informasi-informasi yang

diperoleh semakin banyak. Oleh sebab itu seseorang yang

berpendidikan tinggi kurang terkena masalah karies karna

mereka rajin dan memperhatikan masalah kebersihan gigi dan

mulut di kesehariannya (Indrawati 2015)

6. Tingkat ekonomi

Anak-anak dari keluarga dengan status keuangan rendah

memiliki catatan DMF-T lebih tinggi daripada anak-anak dari

keluarga dengan status keuangan tinggi (Riesmiyatiningdyah,

20
2016). Hal ini karena status keuangan akan mempengaruhi

mentalitas dan perilaku seseorang dalam upaya menjaga

kesehatan gigi dan mulut dalam kehidupan sehari-hari

(Indrawati 2015).

7. Sikap dan perilaku

Sikap dan perilaku dapat menggambarkan tingkah seseorang

untuk merealisasikan perilaku hidup sehat terutama dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulutnya seperti pencegahan

penyakit dan perawatan kebersihan diri (personal hygiene)

(Setyaningsih, 2016)

4. Pencegahan dan perawatan karies gigi

Program penghindaran karies membingungkan dan mencakup

bermacam-macam elemen yang tidak penting. Sasaran utama dari

program antisipasi adalah untuk mengurangi jumlah mikroba kariogenik.

Antisipasi harus dimulai dengan mempertimbangkan oposisi umum

penyakit yang dibawa melalui mikroorganisme kariogenik (Mariati

2015).

Urutan pemberian counteraction dibedakan menjadi 3 yaitu

penghindaran esensial, opsional, dan tersier sebagai berikut:

a. Pencegahan primer

Pemberian yang dikoordinasikan pada tahap pra-patogen

merupakan pemberian atau pemberian antisipasi yang penting untuk

mencegah penyakit. Hal ini ditandai dengan upaya untuk lebih


mengembangkan (kemajuan kesejahteraan) dan memberikan rasa

aman secara eksplisit (Setyaningsih, 2016)

1) Pilih varietas makanan dengan hati-hati. Varietas makanan yang

mengandung pati juga lebih tua termasuk gula dan tepung yang

kemudian akan diolah menjadi roti dan keripik kentang. Karena

karbohidrat adalah sumber makanan yang penting, jangan

mengurangi karbohidrat yang akan dimakan.

2) Kendalikan pola makan anak dengan menjauhi sumber makanan

yang lengket dan kenyal seperti gigitan. Sumber makanan

seperti gula, kacang-kacangan, biji-bijian kering, roti dan kismis

serta produk organik kering akan menempel pada gigi Anda.

3) Makan lebih banyak jenis makanan yang mengandung serat dan

air, misalnya produk organik

4) Penopang gigi mulut tidak dapat dihindarkan dari organisme

mikroskopis, namun mencegah mikroba dengan membersihkan

mulut secara rutin. Bantu anak-anak untuk membersihkan gigi

mereka di awal hari > 2 kali setiap hari. Cobalah untuk

membersihkan gigi Anda dalam waktu 20 menit setelah makan.

Jika Anda tidak membersihkan gigi, maka bilas mulut Anda

dengan air.

5) Hal ini ditentukan untuk memiliki pemeriksaan gigi seperti

jarum jam.

b. Pencegahan sekunder

22
Pemberian yang difokuskan pada fase awal patogenesis

adalah pemberian penghindaran opsional, untuk mencegah atau

mencegah infeksi agar tidak terjadi atau berulang. Latihannya

difokuskan pada penentuan dini dan perawatan yang tepat. Misalnya,

penambalan luka karies kecil dapat mencegah kerusakan struktur

gigi yang luas (Mariati 2015).

1) Penambalan gigi, pembusukan gigi biasanya dihentikan dengan

menghilangkan bagian gigi yang rusak dan menggantinya

dengan tambalan gigi. Jenis bahan tambalan yang digunakan

bergantung pada luas dan kapasitas gigi. Geraham dengan upaya

menggigit membutuhkan bahan yang lebih membumi daripada

gigi depan. Perak kombinasi digunakan pada gigi belakang.

Tambalan pada gigi depan dibuat tidak terdeteksi, beton

porselen seperti silikat yang seperti selesai. Komposit tar adalah

bahan yang secara teratur digunakan pada gigi depan dan

belakang ketika lubangnya kecil dan memiliki naungan yang

sama dengan gigi. Jika saraf gigi telah rusak dan tidak dapat

diperbaiki maka gigi tersebut harus dicabut.

2) Dental sealant, perawatan untuk mencegah lubang dengan

menutup permukaan gigi dengan bahan. Sealant gigi

diaplikasikan pada permukaan gigitan gigi premolar dan molar.

Gigi dicuci dan dikeringkan kemudian diberi penutup pada gigi

(Budiningtyas 2019)
c. Pencegahan tersier

Administrasi yang berfokus pada akhir patogenesis penyakit

dikenal sebagai antisipasi tersier untuk mencegah hilangnya

kapasitas. Latihannya mencakup pengaturan administrasi untuk

membatasi cacat dan pemulihan. Gigi dengan karies yang telah

dicabut dan terbuat dari gigi palsu termasuk dalam klasifikasi ini.

(Maulani, 2005)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemeliharaan

kesehatan gigi

Variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku terhadap

dukungan kesejahteraan gigi sebagaimana ditunjukkan oleh Green (1980)

dalam (Notoatmodjo 2012) meliputi:

1. Faktor kecenderungan, yang muncul dalam informasi, mentalitas,

keyakinan, keyakinan, nilai, dll.

2. Faktor-faktor yang memberdayakan, yang tampak dalam iklim

aktual, aksesibilitas atau ketidakterjangkauan kantor atau bimbingan

kesehatan, misalnya, pusat kesehatan, obat-obatan, kontrasepsi,

toilet, dll.

3. Variabel pendorong atau elemen pendukung yang muncul dalam

cara pandang dan perilaku kesejahteraan buruh atau pejabat lain,

yang menjadi acuan bagi perilaku daerah.

Perilaku pemeliharaan juga memiliki pentingnya tindakan

preventif, dimana antisipasi karies gigi ditunjukkan dengan menjaga dan

24
menjaga kebersihan gigi. Informasi adalah komponen penting dalam

upaya untuk mengikuti perkembangan gigi.

C. Hubungan sosial ekonomi orang tua terhadap terjadinya karies gigi

Sosial ekonomi telah dikaitkan dengan kejadian karies gigi, karena

perilaku hidup yang solid dapat dipengaruhi oleh status keuangan seseorang.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan adalah pekerjaan,

pelatihan, gaji, dan jumlah kerabat. Pekerjaan menentukan status keuangan

karena dari pekerjaan semua kebutuhan akan terpenuhi. Pendidikan lanjutan

secara positif memengaruhi kesejahteraan dan memajukan perilaku yang

sehat. Pembayaran secara langsung mempengaruhi pertimbangan klinis,

dengan asumsi pembayaran meningkatkan biaya untuk perawatan medis juga

meningkat. Keluarga adalah fondasi dasar untuk membangun kehidupan

finansial yang unggul, di mana tugas dinamis keluarga dalam pengembangan

anak tidak tergantikan dalam memberikan instruksi, perspektif, dan

kemampuan mendasar yang penting, menyetujui pedoman dan menanamkan

kecenderungan (Sunaryanti 2016).

Besar kecilnya dampak faktor risiko terhadap angka kejadian karies

gigi pada remaja dipengaruhi oleh informasi, perhatian dan kecenderungan

yang perlu dimiliki wali antara lain terkait dengan cara menunjukkan jenis

makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan gigi. Informasi,

perhatian, kesejahteraan, dan perilaku wali terhadap perawatan kesehatan gigi

dipengaruhi oleh berbagai faktor sosio-segmen, termasuk populasi, iklim,


tingkat pelatihan, ekonomi, adat istiadat, dan keberadaan kantor administrasi

kesehatan gigi (Sunaryanti 2016)

Kesehatan gigi dan mulut secara teratur bukanlah suatu kebutuhan

yang pasti, individu, meskipun faktanya gigi dan mulut adalah "pintu masuk"

bagi lewatnya mikroba dan mikroorganisme yang dapat menghambat

kekuatan organ tubuh lainnya.

Karies gigi adalah masalah kritis, karena diperburuk oleh status

keuangan yang rendah dan kesehatan yang buruk. Karies gigi lebih sering

ditemukan pada anak-anak dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah,

orang tua/ayah tunggal, atau wali dengan tingkat pendidikan. Masalah karies

gigi masih banyak ditentang oleh kedua remaja dan dewasa dan tidak boleh

dibiarkan menjadi serius karena akan mempengaruhi kepuasan pribadi

dimana mereka akan mengalami siksaan, ketidaknyamanan,

ketidakmampuan, penyakit yang intens dan terus-menerus, makan dan

istirahat yang berantakan dan memiliki bahaya tinggi menciptakan karies

gigi. dirawat di klinik dan fokus kesejahteraan, mendorong biaya klinis yang

tinggi dan mengurangi waktu belajar di sekolah.

26
D. Kerangka konsep

Sosial ekonomi

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI


ORANG TUA TERHADAP KARIES
 Faktor pendidikan
 Faktor pendapatan - Semakin rendah pekerjaan
 Faktor pekerjaan orang tua karies gigi pada anak
 Host semakin tinggi
 Agent - Sebaliknya samakin tinggi
 Substrat tingkat pekerjaan orang tua
 Waktu karies gigi pada anak semakin
rendah

E. Hipotesis Karies gigi

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk variabel. Hipotesis penelitian ini

merupakan hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat hubungan sosial ekonomi orang

tua terhadap terjadinya karies gigi.

Ha : Ada hubungan sosial ekonomi orang tua terhadap terjadinya karies gigi

pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi

Ho : Tidak ada hubungan sosial ekonomi orang tua terhadap terjadinya karies

gigi karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Pertiwi


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan

penelitian cross sectional untuk pempelajari korelasi antara faktor risiko tingkat

pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua dengan efek yaitu bebas karies gigi

anaknya.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya

akan diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi di

TK Pertiwi yang mengalami karies gigi yaitu 27 orang

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan dijadikan

responden atau bagian dari populasi yang akan deselidiki atau diukur.

Sampel dapat diambil dari sebagian populasi ataupun keseluruhan populasi

. pada penlitian karena jumlah populasi hanya 27 anak, maka sampel yang

diambil adalah seluruh populasi tersebut (total sampling). Total sampling

adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan

jumlah populasi, jadi jumlah sampel yaitu 27 orang.

28
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi

kepulauan selayar karena cakupan wilayah Ngesrep cukup luas dengan jumlah TK

yang cukup banyak dan peneliti memilih TK dengan karakteristik yang sama.

Penelitian ini menggunakan sampel anak prasekolah di Taman Kanak-kanak (TK)

Pertiwi kepulauan selayar pada bulan Mei sampai Juni 2022.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehing ga definisi

operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti

lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. (Arikunto 2013)

Alat Ukur Dan Cara


Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
Pengukuran
D = a).gigi sulung yang
mengalami karies
b).gigi sulung yang ditambal
disertai karies sekunder
E = gigi sulung yang di
ekstraksi karies gigi
F = gigi sulung yang ditambal
Suatu penyakit menegnai jaringan
cara ukur : melalui karena karies.
keras gigi berupa daerah yang
Karies observasi Semua elemen angka
membusuk pada gigi yang
gigi Alat ukur : kaca mulut dijumlahkan untuk menetukan
menyebabkan gigi dapat
dan sonde pengalaman karies dan
berlubang
dicocokkan dengan kriteria
berikut:
1.sangat rendah : ≤ 1,2
2.rendah : ≤ 1,2 – 2,6
3.sedang : ≤ 2,7 – 4,4
4.tinggi : ≤ 4,5 – 6
a.Buruh
Pekerjaan orang tua yaitu suatu Cara ukur : b.pedagang
Pekerjaan
sumber penghasilan bagi keluarga wawancara c.petani
orag tua
yang dapat memenuhi Alat ukur : koesioner d.pegawai swasta dan pegawai
negri

1.Pendidikam rendah (tidak


sekolah, tamat SD)
Pendidika Pendidikan formal terakhir Cara ukur : 2.pendidikan sedang (tamat
n orang tertinggi yang ditamatkan oleh ibu wawancara SMP, tamat SMA)
tua responden Alat ukur : koesioner 3.pendidikan tinggi (tamat
diploma. Tamat sarjana)

Perbandingan total pendapatan 1.Perekonomian rendah kurang


Cara ukur :
Pendapata orang tua perbulan dalam satuan dari Rp. 1.500.000 / bulan
wawancara
n orang rupiah dibagi jumlah anggota 2.perekonomian tinggi lebih
tua keluarga dengan pengeluaran dari Rp. 2. 500.000 / bulan
Alat ukur : koesioner
rerata perkapita sebulan.
1. Baik, jika orang tua
mempunyai Pendidikan
minimal pendidikan tinggi
Kondisi sosial ekonomi adalah dan pendapatan lebih dari
Cara ukur :
Kondisi kondisi  masyarakat yang Rp. 2.500.000 / bulan.
wawancara
Sosial ditentukan oleh jenis aktivitas 2. Kurang, jika orang tua
Ekonomi ekonomi, pendidikan serta mempunyai Pendidikan
Alat ukur : koesioner
pendapatan. tamat SMP, SMA ataupun
tidak sekolah serta
pendapatan kurang dari
Rp.1.500.000/bulan

E. Jenis dan teknik pengumpulan data


1. jenis data

Penelitian ini menggunakan jenis d ata primer dan sekunder. Data

primer yang didapatkan secara langsung dari responden dengan melalui

metode wawancara terhadap orang tua anak. Data sekunder yang

didapatkan dalam penelitian ini berasal dari data jumlah siswa berasal dari

TK Pertiwi kepulauan selayar.

2. Teknik pengumpulan data

30
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara

langsung dan tidak langsung melalui wawancara dan koesioner yang

berisi pertayaan untuk mendapatkan data mengenai status sosial ekonomi

orang tua terhadap terjadinya karies gigi di TK pertiwi kepulauan selayar.

F. Instrumen penelitian
pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan dengan cara

mengedarkan satu daftar pernyataan yang berupa formulir. Penelitian akan

menggunakan lembar Kuesioner yang berisikan pernyataan yang disusun

berdasarkan teori yang ada dan harus dijawab oleh responden. Pernyataan yang

diajukan dengan menggunakan skala likert. Instrument yang digunakan berisi dua

bagian:

a. Bagian (A) berupa data demografi (data umum) meliputi identitas responden

b. Bagian (B) berisi pernyataan mengenai kebiasaan yang mempengaruhi

terjadinya karies gigi berdasarkan teori. Kuesioner ini berisi enam belas

pernyataan. Variabel terjadinya karies gigi sembilan pernyataan, pendapatan

dua pernyataan, pendidikan dua pernyataan pekerjaan tiga pernyataan.

Sedangkan variabel jenis kelamin akan dilakukan dengan observasi secara

langsung. Adapun mengenai variabel dependennya (karies gigi) akan

dilakukan observasi secara langsung dengan menggunakan alat (sonde dan

kaca mulut).
G. uji validitas dan reliabilitas
Setelah instrument penelitian selesai disusun. Maka selanjutnya akan

dilakukan uji validitas dan reabilitas. Validitas adalah indeks yang menunjukkan

alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Sedangkan reabilitas adalah

indeks yang menujukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Uji instrument ini akan dilakukan di tempat yang memiliki kesamaan

karakteristik dengan yang akan dijadikan objek penelitian (TK pertiwi) pada 27

responden. Uji validitas instrument akan dilakukan dengan rumus korelasi

Pearson Product Moment. Kuesioner dikatakan valid jika r hitung lebih besar

dari r tabel (0,361).

Hasil uji koesioner memperlihatkan bahwa pada variable pemberian fluor

ditemukan satu pertanyaan dengan nilai r hasil kurang dari r tabel (0,361) yaitu

0,214 sehingga dikatakan tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid tersebut

dikeluarkan dari koesioner.

Setelah dilakukan uji validitas kemudian dilakukan uji reabilitas.

Instrument dikatakan reliable jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan yang

diajukan konsisten dari waktu ke waktu. Uji reabilitas dilakukan dengan rumus

crombach alpha ≥ 0,6. Dari hasil uji reliabel didapatkan hasil bahwa 15

pertanyaan yang sudah valid adalah reliabel karena nilai alpha ≥ 0,6.

H. Prosedur penelitian
Prosedur pada penelitian ini diantaranya:

1. Peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada Jurusan Keperawatan gigi

Poltekkes Kemenkes Makassar. Setelah itu mengajukan surat izin

penelitian kepada Kepala TK Pertiwi Kepulauan Selayar.

32
2. Peneliti mendatangi TK Petiwi dengan menjelaskan maksud dan tujuan

depada para responden serta menjelaskan mekanisme pengambilan data

yang akan dilakukan saat itu.

3. Peneliti mendatangi rumah orang tua responden dengan melakukan

wawancara serta melakukan pemeriksaan gigi secara langsung kepada

responden.

4. Siswa dan siswi yang ditemukan ada karies, akan diberikan kuesioner oleh

peneliti dan selanjutnya akan dilakukan wawancara kepada para responden

didampingi oleh orang tua atau wali mereka masing-masing. Wawancara

tersebut mengenai pertanyaan instrument ‘’ sosial ekonomi orang tua

seperti pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan ‘’ peneliti juga memeriksa

gigi anak tersebut apakah ada karies atau tidak ada.

5. Memerhatikan kembali setiap koesioner apakah semua pertanyaan sudah

terjawab.

6. Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian akan dilakukan pengolaha

data dan analisa data

I. Manajemen data
Setelah angket dari responden terkumpul, selanjutnya dilakukan

pengolahan data dengan cara sebagai berikut (Hidayat 2011):

a. Editing

Editing adalah memeriksa kembali semua data yang telah peneliti

kumpulkan melalui pembagian kuesioner dengan tujuan mengecek

kembali apakah hasilnya sudah sesuai dengan rencana atau tujuan


yang hendak peneliti capai. Apabila ada beberapa kuesioner yang

belum diisi atau pengisian tidak sesuai dengan petunjuk sebaiknya

diperbaiki dengan jalan meminta mengisi kembali kuesioner yang

masih kosong ke responden semula.

b. Coding

Dilakukan pengkodian dengan maksud agar data-data tersebut mudah

diolah yaitu dengan cara semua jawaban atas data disederhanakan

dengan memberikan symbol-symbol / kode dalam bentuk angka

maupun alphabet pada nomor daftar pertanyaan, nomor variable.

c. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel

tertentu menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap

bahwa data telah diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu

pola format yang telah dirancang. (Hastono 2001)

J. Etika penelitian
1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden. Informed consent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

34
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat 2011).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian mengenai Hubungan Sosial Ekonomi Orang tua terhadap

terjadinya karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah di TK Pertiwi Kepulauan

Selayar dengan subyek penelitian awal sebanyak 27 orang. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Januari-Maret 2022. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Hubungan Sosial Ekonomi Orang tua terhadap terjadinya karies

Gigi Pada Anak Pra Sekolah. penelitian dilaksanakan dengan membagikan

kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka di

dapatkan hasil-hasil sebagai berikut :

a. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin

dan umur responden. Adapun distribusi frekuensi karakteristik responden

dapat dijelaskan sebagai berikut:

36
1. Jenis Kelamin

Tabel 4. 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)


Laki-laki 8 29.6
Perempuan 19 70.4
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden dengan jenis

kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu berjumlah

19 orang (70,4%).

2. Umur

Tabel 4. 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi (n) Persentase (%)
3 Tahun 6 22.2
4 Tahun 11 40.7
5 Tahun 10 37.0
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

berumur 4 tahun yaitu berjumlah 11 orang (40,7%), selanjutnya umur

5 Tahun sebanyak 10 orang (37,0%), dan umur 3 Tahun sebanyak 6

orang (22,2%) .
3. Pekerjaan Ayah

Tabel 4. 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah
Jenis Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Pedagang 6 22,2
Wirausaha 9 33,3
Buruh 3 11,1
Petani 4 14,8
PNS 5 18,5
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas orang tua

responden (ayah) responden mempunyai pekerjaan dibidang

wirausaha yakni sebesar 9 orang (33,3%) dan jenis pekerjaan yang

paling sedikit adalah sebagai buruh yakni sebesar 3 orang (11,1%).

4. Pekerjaan Ibu

Tabel 4. 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Jenis Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 13 48,1
Pedagang 8 29,6
PNS 3 11,1
Buruh 3 11,1
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa orang tua responden

(ibu) responden mempunyai pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga

yakni sebesar 13 orang (48,1%) yang termasuk dalam kategori tinggi

38
dan jenis pekerjaan sebagai buruh dan PNS yakni masing-masing

sebesar 3 orang (11,1%) yang termasuk dalam kategori rendah.

5. Penghasilan Rata-rata/Bulan

Tabel 4. 5
Penghasilan Rata-rata/Bulan
Jumlah penghasilan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tinggi 2 7,4
Sedang 12 44,4
Rendah 13 48,1
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

mempunyai tingkat penghasilan yang rendah yakni sebanyak 12

(44,4%) responden

6. Pengeluaran rata-rata/bulan

Tabel 4. 6
Pengeluaran Rata-rata/Bulan
Jumlah penghasilan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tinggi 7 25,9
Sedang 5 18,5
Rendah 15 55,6
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

mempunyai tingkat pengeluaran yang rendah yakni sebanyak 15

(55,6%) responden.
7. Pendidikan Terakhir Ayah

Tabel 4. 7
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir Ayah
Pendidikan terakhir Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 2 7,4
SMP 14 51,9
SMA 4 14,8
S1 7 25,9
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, diketahui bahwa mayoritas orang

tua (Ayah) responden mempunyai Pendidikan terakhir SMP yakni

sebanyak 14 orang (51,9%) dan yang paling sedikit adalah SD

sebanyak 2 orang (7,4%).

8. Pendidikan Terakhir Ibu

Tabel 4. 8
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir Ibu
Pendidikan terakhir Frekuensi (n) Persentase (%)
SMP 8 29,6
SMA 16 59,3
S1 3 11,1
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, diketahui bahwa mayoritas orang

tua (Ibu) responden mempunyai Pendidikan terakhir SMA yakni

sebanyak 16 orang (59,3%) dan yang paling sedikit adalah S1

sebanyak 3 orang (11,1%).

40
9. Kondisi Sosial Ekonomi

Tabel 4. 9
Kondisi Sosial Ekonomi
Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 8 29,6
Kurang 16 59,3
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, diketahui bahwa mayoritas

keluarga responden mempunyai kondisi social ekonomi yang baik

yaitu sebanyak 25 (92.6%) dan sisanya sebanyak 2 (7.4%) yang

mempunyai kondisi social ekonomi yang kurang.

10. Karies Gigi

Tabel 4. 10
Karies Gigi
Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
Sangat rendah 4 14,8
Rendah 16 59,3
Sedang 6 22,2
Tinggi 1 3,7
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel tabel 4.10 diatas, diketahui bahwa mayoritas

anak mempunyai karies gigi dalam kategori yang rendah yakni

sebanyak 16 anak (59.3%) dan yang paling sedikit yakni kategori

karies gigi tinggi sebanyak 1 anak (3,7%).


b. Analisa Bivariat

1. Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari Pendidikan orang tua terhadap

terjadinya karies Gigi

Tabel 4. 11
Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari Pendidikan orang tua
terhadap terjadinya karies Gigi
Karies Gigi
Pendidikan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Total Nilai
Signifikansi
F % F % F % F % F %
SD 0 0,0 3 11,1 0 14,8 0 0,0 3 11,1 0,004
SMP 2 7,4 7 25,9 3 11,1 1 3,7 13 48,1
SMA 2 7,4 2 7,4 0 0,0 0 0,0 4 14,8
S1 0 0,0 4 14,8 3 11,1 0 0,0 7 25,9
Total 4 14,8 16 59,3 6 22,2 1 3,7 27 100

Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 27

responden, terdapat responden yang mempunyai kondisi social

ekonomi ditinjau dari Pendidikan terakhir SD dengan mengalami

karies gigi rendah pada anaknya sebanyak 3 (11,1%) responden,

sebanyak 2 (7,4%) responden yang berpendidikan SMP dengan

mengalami karies gigi sangat rendah pada anaknya, terdapat 7 (25,9%)

responden yang berpendidikan SMP dengan mengalami karies gigi

rendah pada anaknya serta sebanyak 3 (11,1%) yang mengalami karies

gigi sedang dan sebanyak 1 (3,7%) responden yang mengalami karies

gigi tinggi, selain itu terdapat sebanyak 2 (7,4%) responden yang

42
berpendidikan SMA dengan mengalami karies gigi sangat rendah serta

2 (7,4%) yang mengalami karies gigi rendah. Sementara itu,

berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan menggunakan Chi

square test menunjukkan nilai p-value sebesar 0.004 yang lebih kecil

daripada 0.05. Ini menunjukkan bahwa secara statistik Ha diterima,

sehingga disimpulkan bahwa ada Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau

dari Pendidikan orang tua terhadap terjadinya karies Gigi Pada Anak

Pra Sekolah di TK Pertiwi Kepulauan Selayar

2. Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari Pekerjaan orang tua terhadap

terjadinya karies Gigi

Tabel 4. 12
Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari Pekerjaan orang tua
terhadap terjadinya karies Gigi
Karies Gigi
Pekerjaan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Total Nilai
Signifikansi
F % F % F % F % F %
Pedagang 2 7,4 3 11,1 0 0,0 1 3,7 6 22,2 0,000
Wirausaha 2 7,4 6 22,2 1 3,7 0 0,0 9 33,3
Buruh 0 0,0 0 0,0 3 11,1 0 0,0 3 11,1
Petani 0 0,0 2 7,4 2 7,4 0 0,0 4 14,8
PNS 0 0,0 5 18,5 0 0,0 0 0,0 5 18,5
Total 4 14,8 16 59,3 6 22,2 1 3,7 27 100

Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 27

responden, terdapat responden yang mempunyai kondisi social

ekonomi ditinjau dari Jenis pekerjaan orang tua sebagai pedagang


dengan mengalami karies gigi sangat rendah pada anaknya sebanyak 2

(7,4%) responden dan sebanyak 3 (11,1%) yang mengalami karies gigi

rendah serta sebanyak 1 (3,7%) yang mengalami karies gigi tinggi.

Selain itu, terdapat sebanyak 2 (7,4%) responden yang mempunyai

pekerjaan sebagai wirausaha dengan mengalami karies gigi sangat

rendah pada anaknya dan sebanyak 6 (22,2%) yang mengalami karies

gigi rendah serta sebanyak 1 (3,7%) yang mengalami karies gigi

sedang. Selanjutnya, terdapat sebanyak 3 (11,1%) responden dengan

pekerjaan sebagai buruh dengan mengalami karies gigi sedang pada

anaknya. Sementara itu, sebanyak 2 (7,4%) responden yang

mempunyai pekerjaan sebagai petani dan mengalami karies gigi

rendah serta sebanyak 2 (7,4%) yang mengalami karies gigi sedang.

Dan terdapat sebanyak 5 (18,5%) responden dengan pekerjaan PNS

dengan mengalami karies gigi rendah pada anaknya. Sementara itu,

berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan menggunakan Chi

square test menunjukkan nilai p-value sebesar 0.000 yang lebih kecil

daripada 0.05. Ini menunjukkan bahwa secara statistik Ha diterima,

sehingga disimpulkan bahwa ada Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau

dari Pekerjaan orang tua terhadap terjadinya karies Gigi Pada Anak Pra

Sekolah di TK Pertiwi Kepulauan Selayar.

44
3. Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari Pendapatan orang tua terhadap

terjadinya karies Gigi

Tabel 4. 13
Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari Pendapatan orang tua
terhadap terjadinya karies Gigi
Karies Gigi
Pendapatan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Total Nilai
Signifikansi
F % F % F % F % F %
Tinggi 0 0,0 0 11,1 2 7,4 0 0,0 2 7,4 0,001
Sedang 0 0,0 8 29,6 4 14,8 0 0,0 12 44,4
Rendah 4 14,8 8 29,6 0 0,0 1 3,7 13 48,1

Total 4 14,8 16 59,3 6 22,2 1 3,7 27 100

Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 27

responden, terdapat responden yang memiliki kondisi social ekonomi

ditinjau dari pendapatan orang tua yang tinggi dengan mengalami

karies gigi sedang pada anaknya yakni sebanyak 2 (7,4%) responden.

selanjutnya, terdapat 8 (29,6%) responden yang memiliki pendapatan

sedang dengan mengalami karies gigi rendah pada anaknya serta 4

(14,8%) responden yang mengalami karies gigi sedang. Selanjutnya,

terdapat 4 (14,8%) responden yang berpenghasilan rendah dengan

mengalami karies gigi sangat rendah pada anaknya, sebanyak 8

(29,6%) yang mengalami karies gigi rendah serta sebanyak 1 (3,7%)

responden yang mengalami karies gigi tinggi Sementara itu,

berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan menggunakan Chi


square test menunjukkan nilai p-value sebesar 0.001 yang lebih kecil

daripada 0.05. Ini menunjukkan bahwa secara statistik Ha diterima,

sehingga disimpulkan bahwa ada Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau

dari Pendapatan orang tua terhadap terjadinya karies Gigi Pada Anak

Pra Sekolah di TK Pertiwi Kepulauan Selayar

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, diketahui bahwa bahwa

mayoritas anak mempunyai karies gigi dalam kategori yang rendah yakni

sebanyak 16 anak (59.3%) dan yang paling sedikit yakni kategori karies gigi

tinggi sebanyak 1 anak (3,7%).

Selain itu berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mayoritas

penghasilan rata-rata/bulan orang tua responden sebesar Rp. 1.000.000-

2.000.000 dan mayoritas pengeluaran rata-rata/bulan orang tua responden

sebesar Rp. 500.000-1.000.000. Pada variabel Pendidikan terakhir orang tua

diketahui bahwa mayoritas orang tua responden mempunyai Pendidikan

terakhir SMP. Sementara itu, mayoritas keluarga responden mempunyai

kondisi social ekonomi yang baik dan mayoritas anak mempunyai karies gigi

dalam kategori yang rendah.

Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa semakin baik

kondisi social ekonomi pada sebuah keluarga maka akan mengurangi pula

tingkat keparahan karies gigi pada anak pra sekolah. Anak-anak dengan

orang tua dengan penghasilan cukup, mempunyai kesempatan untuk

memperoleh pelayanan kesehatan. Orang tua dengan penghasilan memadai

46
akan memungkinkan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik

kepada anaknya. Orang dengan kemampuan ekonomi kurang akan kesulitan

untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga akan sulit memberikan

pelayanan kesehatanuntuk keluarganya (Susi dkk, 2018).

Sementara itu, berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan

menunjukkan bahwa ada Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari Pendidikan

orang tua terhadap terjadinya karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah di TK

Pertiwi Kepulauan Selayar. Tingkat pendidikan mempresentasikan tingkat

kemampuan seseorang dalam memperoleh dan memahami informasi

kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diasumsikan

semakin baik tingkat pemahamannya terhadap informasi kesehatan yang

diperolehnya. Permasalahannya disini adalah dari mana orang tua responden

memperoleh informasi tentang pemeliharaan kebersihan gigi. Pemantauan

peneliti selama proses penelitian diperoleh bahwa sebagian orang tua

responden menyatakan bahwa jarang memperoleh informasi tentang cara

pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.

Selain itu, hasil Chi square test menunjukkan nilai p-value sebesar

0.000 yang lebih kecil daripada 0.05 sehingga disimpulkan bahwa ada

Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari Pekerjaan orang tua terhadap

terjadinya karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah di TK Pertiwi Kepulauan

Selayar. Serta Chi square test menunjukkan nilai p-value sebesar 0.001 yang

lebih kecil daripada 0.05. Ini menunjukkan bahwa ada Hubungan Sosial

Ekonomi ditinjau dari Pendapatan orang tua terhadap terjadinya karies Gigi
Pada Anak Pra Sekolah di TK Pertiwi Kepulauan Selayar. Anak dengan

pendapatan orang tua tinggi cenderung mengonsumsi makanan kariogenik

sehingga menyebabkan karies, namun seseorang dengan tingkat pendapatan

yang tinggi juga ada kecenderungan untuk mendapatkan perawatan gigi yang

lebih baik disbanding dengan tingkat pendapatan yang rendah.

Ditinjau dari beban tanggungan, semakin banyak anggota keluarga

maka tanggungan semakin besar pula. Selain itu semakin besar jumlah

anggota, seorang anak harus berbagi perhatian yang didapat dari kedua

orangnya tua dengan saudara-saudaranya sehingga orang tua tidak bisa hanya

memikirkan salah satu anaknya saja. Akibatnya sulit memenuhi kebutuhan

hidup anak, baik secara moral maupun material. Sebaliknya keluarga yang

memiliki jumlah anggota yang lebih kecil akan memiliki tanggungan yang

lebih ringan sehingga akan lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan hidup

anggota keluarganya. Dalam penelitian ini anggota keluarga yang kecil

memiliki tingkat karies yang sangat tinggi. Menurut asumsi peneliti, hal ini

terjadi karena orang tua yang anggota keluarganya kecil dapat memenuhi

kebutuhan anak, sehingga orang tua memanjakan anak dan memberikan

segala sesuatu keinginan anak, salah satu contohnya membelikan makanan-

makanan kariogenik sehingga mengakibatkan tingkat karies gigi anak sangat

tinggi.

Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Fithriyana (2021) dimana Hasil analisa statistik diperoleh nilai

signifikan p value = 0,033 (p value ≤ α 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa

48
terdapat hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan

kejadian karies gigi sulung pada anak usia 4-5 tahun di Desa Kuok.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari Pendidikan terhadap

terjadinya karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah di TK Pertiwi Kepulauan

Selayar.

2. Terdapat Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari pekerjaaan terhadap

terjadinya karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah di TK Pertiwi Kepulauan

Selayar.

3. Terdapat Hubungan Sosial Ekonomi ditinjau dari pendapatan orang tua

terhadap terjadinya karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah di TK Pertiwi

Kepulauan Selayar.

Dari hasil kesimpulan di atas dapat menyimpulkan bahwa semakin baik

kondisi sosial ekonomi pada sebuah keluarga maka akan mengurangi pula tingkat
keparahan karies gigi pada anak pra sekolah. Anak-anak dengan orang tua dengan

penghasilan cukup, mempunyai kesempatan untuk memperoleh pelayanan

kesehatan. Orang tua dengan penghasilan memadai akan memungkinkan

memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada anaknya. Orang dengan

kemampuan ekonomi kurang akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya, sehingga akan sulit memberikan pelayanan kesehatan untuk

keluarganya.

B. Saran
Dari serangkaian proses penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

diberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang terkait dalam penelitian ini. Adapun saran yang diberikan, yaitu :

1. Bagi orang tua hendaknya lebih memperhatikan kesehatan gigi

anaknya.

2. Orang tua supaya rutin setiap 6 bulan sekali memeriksakan gigi

anaknya ke dokter gigi atau fasilitas pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

50
Ariningrum, Ratih. 2000. “Beberapa Cara Menjaga Kebersihan Gigi Dan Mulut.”

Cermin dunia kedokteran 126: 45–50.

Budiningtyas, Yuniar Resti. 2019. “Peran Orangtua Dalam Memelihara Kesehatan

Gigi Dan Mulut Anak Tunarungu Terhadap Status Indeks Plak Di Slb Karya

Mulia Ii Surabaya Tahun 2019.”

Fithriyana, R. (2021). Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan


Kejadian Karies Gigi Sulung Pada Anak Umur 4-5 Tahun Di Desa
Kuok. PREPOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 328-334.

Hastono, Sutanto Priyo. 2001. “Analisis Data.” Depok: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Hidayat, A Aziz Alimul. 2011. “Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik

Analisis Data.”

Idaiani, Sri et al. 2019. “Prevalensi Psikosis Di Indonesia Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar 2018.” Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan

Kesehatan: 9–16.

Indrawati, Endang Sri. 2015. “Status Sosial Ekonomi Dan Intensitas Komunikasi

Keluarga Pada Ibu Rumah Tangga Di Panggung Kidul Semarang Utara.”

Jurnal Psikologi Undip 14(1): 52–57.

Koesoemawati, Ria. 2020. “Peran Ibu Dan Remaja Dalam Pemeliharaan

Kesehatan Gigi Di Masa Pandemi Covid-19.” Prosiding Webinar Nasional

Universitas Mahasaraswati 2020: 175–81.

Listrianah, Listrianah, R A Zainur, and Levi Saputri Hisata. 2018. “Gambaran

Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Siswa–Siswi Sekolah Dasar

Negeri 13 Palembang Tahun 2018.” JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes


Palembang) 13(2): 136–49.

Louisa, Marie, Johan Arief Budiman, Trijani Suwandi, and Sariyani Pancasari

Audry Arifin. 2021. “Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Masa

Pandemi Covid-19 Pada Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus.” Jurnal

AKAL: Abdimas dan Kearifan Lokal 2(1).

Mardiati, Erni, Salikun Salikun, and Iman Supardan. 2017. “Faktor Penyebab

Terjadinya Karies Gigi Pada Siswa SD Sambiroto 02 Semarang.” Jurnal

Kesehatan Gigi 4(1): 25–32.

Mariati, Ni Wayan. 2015. “Pencegahan Dan Perawatan Karies Rampan.” Jurnal

Biomedik: JBM 7(1).

Maulani, Chaerita, and Jubilee Enterprise. 2005. “Kiat Merawat Gigi Anak

Panduan Orang Tua Dalam Merawat Dan Menjaga Kesehatan Gigi Bagi

Anak-Anaknya.” Jakarta: PT. Elex Media Komunikasi.

MenkesRI. 2009. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan.” Jakarta Republik Indones.

Ngantung, Rebecca A, Damajanty H C Pangemanan, and Paulina N Gunawan.

2015. “Pengaruh Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Karies Anak

Di TK Hang Tuah Bitung.” e-GiGi 3(2).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. “Metodologi Penelitian Kesehatan.”

Pratiwi, Donna. 2007. Gigi Sehat: Merawat Gigi Sehari-Hari. Kompas.

Purnomo, Windhu. 2008. “ANALISIS DATA Tahapan Analisis Data.” : 1–15.

Riesmiyatiningdyah, Riesmiyatiningdyah, Jamaludin Jamaludin, and Okki Agung

Rahmawati. 2016. “Studi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi Pada

52
Anak Usia PRA Sekolah Di Perumahan Citra Gading Sukodono Sidoarjo.”

Nurse and Health: Jurnal Keperawatan 5(2): 7–9.

Sastroasmoro, Sudigdo, and Sofyan Ismael. 2011. “Dasar-Dasar Metodologi

Penelitian Klinis Edisi Ke-4.” Jakarta: Sagung Seto 376.

Setiawan, Editha Meydiana. 2015. “Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dan

Risiko Karies Gigi Usia 6-12 Tahun.”

Setyaningsih, Rahayu, and Irfan Prakoso. 2016. “Hubungan Tingkat Pendidikan,

Tingkat Sosial Ekonomi Dan Tingkat Pengetahuan Orangtua Tentang

Perawatan Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Balita Di

Desa Mancasan Baki Sukoharjo.” KOSALA : Jurnal Ilmu Kesehatan 4(1):

13–24.

Sugiyono, Dr. 2013. “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif Dan R&D.”

Sunaryanti, Sri Sayekti Heni. 2016. “Hubungan Karies Dengan Status Gizi Pada

Anak Pra Sekolah Di Tk Pertiwi Kelurahan Daleman Kecamatan Tulung

Kabupaten Klaten.” Jurnal Infokes Universitas Duta Bangsa Surakarta 6(1).

Suseno, Yayuk et al. 2021. “Hubungan Pengetahuan, Pola Pemberian Makan Dan

Status Ekonomi Keluarga Terhadap Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu.”

Susi, Susi, Hafni Bachtiar, and Ummul Azmi. 2018. “Hubungan Status Sosial

Ekonomi Orang Tua Dengan Karies Pada Gigi Sulung Anak Umur 4 Dan 5

Tahun.” Majalah Kedokteran Andalas 36(1): 96–105.

Widayanti, Nur. 2014. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Anak
Pada Usia 4-6 Tahun.” Jurnal Berkala Epidemiologi 2(2): 196–205.

Widayati, Nur. 2014. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak

Usia 4-6 Tahun.” Jurnal berkala epidemiologi 2(2): 196–205.

Wijianto, Wijianto, and Ika Farida Ulfa. 2016. “Pengaruh Status Sosial Dan

Kondisi Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi Bekerja Bagi Remaja Awal

(Usia 12-16 Tahun) Di Kabupaten Ponorogo.” Al Tijarah 2(2): 190–210.

Fithriyana, R. (2021). Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan

Kejadian Karies Gigi Sulung Pada Anak Umur 4-5 Tahun Di Desa

Kuok. PREPOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 328-334.

Susi. (2018). Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Karies Pada

Gigi Sulung Anak Umur 4 – 5 Tahun. Makalah Kedokteran Andalas. No. 1

Vol.36.

54
LAMPIRAN

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP PENULIS


A. Biodata

Nama : Juliana

Tempat & tanggal lahir : kayuadi, 23 april 2001

Agama : Islam

No. Telp : 082188470940

Alamat : Dusun Bonto Kidi,

Kec. Taka Bonerate, Kepulauan Selayar

B. Biodata

SDN Tangnga-tangnga : 2007-2013

SMPN 1 Taka Bonerate : 20013-2016

SMAN 5 Selayar : 2016-2019

56
58
60

Anda mungkin juga menyukai