Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK DAN KEJADIAN KARIES PADA

ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN


BAITURRAHMAN KECAMATAN PEUNDEUY
KABUPATEN GARUT

Proposal Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Syarat Untuk


Pendidikan Program Studi Sarjana Terapan Terapi Gigi

AGHNIA NURHAFIZA FATARANI


NIM.P2.06.25.1.22.004

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KESEHATAN GIGI
TASIKMALAYA
2023
i

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK TERHADAP KEJADIAN KARIES


PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN
BAITURRAHMAN KECAMATAN PEUNDEUY
KABUPATEN GARUT

Disusun Oleh:
AGHNIA NURHAFIZA FATARANI
NIM.P2.06.25.1.22.004

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing 1,

drg. Culia Rahayu, MDSc


NIP.196709071993022001

Pembimbing II

Aan Kusmana, SKM, MA.Kes


NIP. 197301041993031002

Mengetahui

Ketua Jurusan Kesehatan Gigi Ketua program studi


Politeknik Kesehatan Tasikmalaya DIV Terapis Gigi Tasikmalaya

Rudi Triyanto, S.Si.T., MDSC drg. Hadiyat Miko,M.Kes


NIP. 196412041985031002 NIP. 196308171993121001

i
ii

LEMBAR PENGUJI

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK TERHADAP KEJADIAN KARIES


PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN
BAITURRAHMAN KECAMATAN PEUNDEUY
KABUPATEN GARUT

Dipersiapkan dan Disusun Oleh:

AGHNIA NURHAFIZA FATARANI


P2.06.25.1.22.004

Telah Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji:


1. Penguji 1,

……………….. 1.
NIP…………………..

2. Penguji II

…………. 2.
NIP. ………..
3. Penguji III

…………. 3.
NIP. ………………….

ii
iii

HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK TERHADAP TINGKAT KARIES


PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN
BAITURRAHMAN KECAMATAN PEUNDEUY
KABUPATEN GARUT

Aghnia Nurhafiza Fatarani 1, drg. Culia Rahayu2 , Aan Kusmana3

1) Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi


2) Dosen Jurusan Kesehatan Gigi
3) Dosen Jurusan Kesehatan Gigi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya


Jurusan Kesehatan Gigi
ABSTRAK
Latar Belakang: Status gizi merupakan kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh
kecukupan asupan zat gizi dan penggunaan zat gizi. Makanan yang dikonsumsi
dapat mempengaruhi timbulnya karies khususnya jenis makanan yang
mengandung gula (glukosa, sukrosa, fruktosa) karena menyebabkan rendahnya
asupan fluorida yang berperan penting untuk pencegahan karies gigi. Karies
merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
sementum. Faktor utama penyebab karies adalah faktor host/tuan rumah,
agen/mikroorganisme, substrak/diet, dan waktu. Tujuan: Penelitian ini bertujuan
untuk “menganalisis hubungan status gizi anak terhadap kejadian karies pada anak
usia pra sekolah di Kelompok Bermain Baiturrahman Kecamatan Peundeuy
Garut”. Metode: Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelatif dengan
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, jumlah sampel
berjumlah 30 orang, dengan menggunakan metode total sampling. Alat ukur yang
digunakan adalah antropometri gizi dan Kartu pemeriksaan indeks DMF-T dan
def-t.
Kata Kunci: status gizi anak, tingkat karies

iii
iv

THE RELATIONSHIP BETWEEN CHILD NUTRITIONAL STATUS AND


CARIES LEVEL IN PRE-SCHOOL AGE CHILDREN IN THE
BAITURRAHMAN PLAYING GROUP, PEUNDEUY DISTRICT
GARUT DISTRICT

Aghnia Nurhafiza Fatarani 1, drg. Culia Rahayu2 , Aan Kusmana3

1) Student of Dental Health Department


2) Lecturer of the Department of Dental Health
3) Lecturer of the Department of Dental Health

Health Polytechnic of the Ministry of Health Tasikmalaya


Dental Health Department

ABSTRACT

Background: Nutritional status is a health condition that is influenced by the


adequacy of nutrient intake and the use of nutrients. Food consumed can affect
the incidence of caries, especially types of foods that contain sugar (glucose,
sucrose, fructose) because it causes low intake of fluoride which plays an
important role in preventing dental caries. Caries is a disease of the hard tissues
of the teeth, namely enamel, dentine and cementum. The main factors that cause
caries are host factors, agents/microorganisms, substrate/diet, and time.
Purpose: This study aims to "analyze the relationship between the nutritional
status of children and the incidence of caries in pre-school children in the
Baiturrahman Playgroup, Peundeuy Garut District". Method: The type of
research used is correlative descriptive with the research design used is cross
sectional, the number of samples is 30 people, using the total sampling method.
The measurement tools used were nutritional anthropometry and DMF-T and def-
t index check cards.
Keywords: nutritional status of children, level of caries.

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT


yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya. Penulis dapat
menyelesaikan proposal Skripsi ini yang berjudul ” Hubungan Status Gizi
Anak Dan Kejadian Karies Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Kelompok
Bermain Baiturrahman Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut”. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW, Keluarganya, sahabatnya serta sampai kepada kita selaku
umatnya sampai akhir zaman. Proposal Skripsi ini disusun untuk melengkapi
tugas dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan program Terapis Gigi dan
Mulut Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Tasikmalaya. Penulis
menyadari akan keterbatasan kemampuan, pemngetahuan, serta sumber yang
didapat, namun berkat bimbingan, dorongan dan bantuan dari pembimbing dan
berbagai pihak akhirnya proposal skripsi ini dapat diselesaikan.
Terwujudnya proposal skripsi ini tiada lain berkat arahan dan bimbingan
semua pihak, maka penulis sampaikan ucapan rasa terimakasih dan penghargaan
setulus tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada
yang terhormat:
1. Hj. Ani Radiati, S.Pd., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Tasikmalaya
2. Rudi Triyanto, S.Si.T., MDSc, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Gigi
Politeknik Kesehatan Tasikmalaya.
3. drg. Hadiyat Miko., M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV Terapis Gigi
dan Mulut Politeknik Kesehatan Tasikmalaya.
4. drg. Culia Rahayu, MDSc, selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak
memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, kritik dan saran serta telah
meluangkan waktunya dalam penyusunan proposal skripsi ini.
5. Aan Kusmana, SKM, MA.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah sabar
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan

v
vi

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.


6. Bu Eni, selaku Kepala Sekolah Kelompok Bermanin Baiturrahman yang telah
memberikan izin dalam penelitian ini.
7. Seluruh dosen Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Tasikmalaya
yang telah memberi ilmu, dukungan dan motivasi selama penyusunan
mengenyam Pendidikan Jurusan Kesehatan Gigi.
8. Petugas perpustakaan dan seluruh karyawan Jurusan Kesehatan Gigi
Politeknik Kesehatan Tasikmalaya yang telah memberikan bantuan dan
dukungan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Alih Jenjang yang telah memberikan
semangat dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
yang telah membantu dalam penulisan proposal skripsi ini.
Semoga semua amal baik dari berbagai pihak dalam penyelesaian
proposal skripsi ini mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Penulis
menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini masih belum sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Tasikmalaya, 23 juni 2023

Penulis

vi
vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
LEMBAR PENGUJI.............................................................................................ii
ABSTRAK ..........................................................................................................ixii
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 3
1.5 Keaslian Penelitian....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 6
2.1 Motivasi Orangtua..................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Status Gizi............................................................................ 6
2.1.2 Penilaian Status Gizi.............................................................................. 7
2.1.3 Masalah Gizi Pada Anak..................................................................... 12
2.2 Karies Gigi................................................................................................ 10
2.2.1 Pengertian Karies Gigi.......................................................................... 13
2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Karies Gigi................................................... 13
2.2.3 Jenis Karies Gigi....................................................................................14
2.2.4 Indeks Karies.........................................................................................15
2.2.4.1 Indeks DMF-T dan def-t...................................................................16
2.2.5 Karies Pada Anak Usia Pra Sekolah......................................................18
2.3 Krangka Teori Penelitian..........................................................................19

vii
viii

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................21


3.1 Kerangka Konsep........................................................................................24
3.2 Hipotesis......................................................................................................24
3.3 Jenis Penelitian............................................................................................24
3.4 Populasi dan Sampel...................................................................................24
3.4.1 Populasi..................................................................................................24
3.4.2 Sampel...................................................................................................25
3.5 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................25
3.6 Alat dan Bahan Penelitian...........................................................................25
3.7 Alat Ukur Penelitian................................................................................... 26
3.7.1 Pengukuran Antropometri.........................................................................26
3.7.2 Kartu pemeriksaan DMF-T dan def-t...................................................... 26
3.8 Jalan Penelitian.............................................................................................27
3.8.1 Persiapan...................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

viii
ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor Terjadinya Karies …………………………………… 15


Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian…………………………………… 19

ix
x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kode status gigi dalam DMF-T……………………………….. 17


Tabel 3.1 Tabel Kriteria DMF-T, def-t……………………………….. 27

x
xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian


Lampiran 2 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 3 Jadwal Penelitian
Lampiran 4 Alat Ukur Penelitian
Lampiran 5 Informed Concent
Lampiran 6 Rekap Data Hasil Penelitian
Lampiran 7 Hasil Olah Data Spss
Lampiran 8 Dokumentasi
Lampiran 9 Lembar Konsultasi
Lampiran 10 Biografi Penulis

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut adalah keadaan bebas dari penyakit mulut dan
kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi dan jaringan
periodontal, gangguan yang membatasi kapasitas seorang individu dalam
mengunyah, menggigit, tersenyum, berbicara dan kesejahteraan psiko-sosial
(Pardosi, S., 2021). Kesehatan gigi dan mulut sangat mempengaruhi kesehatan
tubuh karena kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum.
Salah satu penyakit kesehatan gigi dan mulut yang mendominasi di Indonesia
adalah karies gigi atau gigi berlubang (Kemenkes, 2018). Karies gigi merupakan
suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang
disebabkan oleh aktifitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan.
Tandanya yaitu adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti
oleh kerusakan bahan organik. Akibatnya, terjadi invasi bakteri kemudian pulpa
serta penyebaran infeksi jaringan yang dapat menyebabkan nyeri (Martini, dkk
2018).
Prevalensi nasional mengenai masalah gigi dan mulut di Indonesia masih
sangat besar yaitu 57,6% dan hanya sebanyak10,2% yang mendapat pelayanan
tenaga medis. Karies gigi merupakan penyakit yang sangat rentan terjadi pada
kelompok usia anak-anak dan prevalensinya akan terus meningkat sejalan dengan
pertambahan usia. Prevalensi karies gigi pada anak sangat tinggi yaitu mencapai
93%, artinya hanya 7% anak Indonesia yang bebas dari karies. Riset ini
menunjukan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia khususnya pada kesehatan
gigi dan mulut dan kejadian karies gigi masih rendah (Riskesdas, 2018). Karies
gigi terjadi oleh beberapa faktor yaitu host atau tuan rumah, agen atau
mikroorganisme, substrak atau diet, dan faktor waktu (Putri, dkk.,2017).

1
6

Sedangkan faktor lain adalah kualitas oral hygiene, status sosial ekonomi
keluarga, pendapatan dan makanan kariogenik. Faktor-faktor tersebut berkerja
sama dan saling mendukung satu sama lain. Karies gigi yang tidak dapat diobati
dan dilakukan perawatan dengan baik dapat menimbulkan dampak yang buruk,
membatasi aktivitas dan mempengaruhi kualitas hidup anak. Karies gigi
menyebabkan penurunan fungsi gigi sebagai alat cerna dan mengganggu
pencernaan dan akan menjadi sumber fokal infeksi di dalam rongga mulut serta
rasa sakit. Rasa sakit dan ngilu membuat anak lebih rewel dan tidak dapat tidur
dengan tenang (Zahra.M,I,dkk, 2020).
Karies gigi juga dapat mengangu pengunyahan. Anak yang menderita karies
gigi mudah kehilangan nafsu makan dan mengalami penurunan dalam konsumsi
makan, menyebabkan asupan gizi yang di terima menjadi adekuat.
Ketidakseimbangan asupan gizi dalam jangka waktu yang panjang dapat
mempengaruhi terjadinya perubahan pada jaringan massa tubuh yang akan
berdampak pada status gizi anak. (Rohmawati, N.,2017)
Status gizi anak adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Makanan adalah obat yang mengandung zat gizi atau
unsurunsur ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, dan
berguna bila dimasukkan kedalam tubuh (Hasrul, dkk 2020). Status gizi masih
menjadi masalah kesehatan yang belum 3 terselesaikan. Data hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi
kategori gizi sangat kurus, kurus dan gemuk pada anak usia 5-12 tahun masih
tinggi yaitu 30,7%, 11,2%, dan 18,8%. Provinsi Sumatera Utara termasuk salah
satu provinsi dengan angka prevalensi kategori gemuk dan kurus pada anak usia
5-12 tahun yang berada di atas angka nasional yaitu 21,2% dan 36,9 %,
sedangkan prevalensi kategori sangat kurus berada di bawah angka nasional yaitu
sebesar 9,3% (Kemenkes RI, 2018).
Pada penelitian Taupiek (2016) yang melakukan penelitian tentang hubungan
antara status gizi pendek (stunting) dengan tingkat karies gigi yang dilakukan
pada pada siswa-siswi taman kanak-kanak di Kecamatan Kertak Hanyar
Kabupaten Banjar, status gizi diukur menggunakan microtoise untuk mengukur
7

tinggi badan, tabel standar TB/U untuk anak umur 24-60 bulan, sedangkan status
karies diukur menggunakan DMF-T. Hasil menunjukkan bahwa terdapat terdapat
hubungan antara status gizi pendek (stunting) dengan tingkat karies gigi pada
siswa-siswi. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin melakukan telaah
(review) secara sistematis tentang “Hubungan Status Gizi Anak Terhadap
Kejadian Karies Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Kelompok Bermain
Baiturrahman Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah hubungan status gizi anak
terhadap kejadian karies pada anak usia pra sekolah di Kelompok Bermain
Baiturrahman Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi anak
terhadap kejadian karies pada anak usia pra sekolah di Kelompok Bermain
Baiturrahman Kecamatan Peundeuy Garut.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui gambaran status gizi pada anak usia pra sekolah di
Kelompok Bermain baiturrahman Kecamatan Peundeuy Garut.
1.3.2.2 Untuk mendeskripsikan kejadian karies pada anak usia pra sekolah di
Kelompok Bermain baiturrahman Kecamatan Peundeuy Garut.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dibidang Kesehatan khususnya dalam
bidang kesehatan gigi dan mulut.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi akademik
Diharapkan dapat menambah literatur bagi perpustakaan Poltekkes
Kemenkes Tasikmalaya khususnya Jurusan Kesehatan Gigi tentang
8

kejadian karies pada anak usia pra sekolah di Kelompok Bermain


baiturrahman Kecamatan Peundeuy Garut.
1.4.2.2 Bagi peneliti
Bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
informasi tentang adanya hubungan status gizi anak terhadap kejadian
karies pada anak usia pra sekolah serta memberikan pengalaman secara
langsung dalam melakukan penelitian ini yang berguna untuk penyusunan
Skripsi.
1.4.2.3 Bagi Responden
Diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengetahui status gizi,
perkembangan tumbuh kembang anak serta mengetahui keterkaitan
dengan masalah Kesehatan gigi dan mulut pada anak usia pra sekolah.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian berjudul “Hubungan Status Gizi Anak Terhadap Kejadian
Karies Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Kelompok Bermain Baiturrahman
Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut” belum pernah dilakukan, adapun
penelitian sebelumnya hampir mirip dengan judul penelitian ini adalah:
1.5.1 Sinurbaya pada tahun 2020 yang berjudul “Hubungan Status Gizi
Terhadap Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar”
perbedaannya penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu
adalah pada populasi, sampel, tempat dan waktu penelitian.
1.5.2 Dara Yunita Sari pada tahun 2017 yang berjudul “Pola Makan Dan Status
Gizi Siswa Kelas IV, V Dan VI Sekolah Dasar Magunan”
1.5.3 Amalia Ruahan pada tahun 2019 yang berjudul “Karakteristik Keluarga
Dengan Balita Gizi Buruk Di Kota Surabaya”
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi


2.1.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan pengggunaan zat-zat di dalam
tubuh. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda
antar individu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas
tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya (Ruhana, A., dkk 2019).
Pemanfaatan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu primer
dan sekunder. Faktor primer adalah keadaan yang mempengaruhi 7 asupan gizi
dikarenakan susunan makanan yang dikonsumsi tidak tepat. Sedangkan faktor
sekunder adalah zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh karena adanya
gangguan pada pemanfaatan zat gizi dalam tubuh (Ruhana, A., dkk 2019). Faktor
primer disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan lainnya.
Faktor sekunder atau faktor kondisi disebabkan karena terganggunya pencernaan,
terganggunya absorbsi zat-zat gizi, dan faktor lainnya yang menyebabkan zat-zat
gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi (Lutviana, E dan
Budiono, I., 2012).
Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan
sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas di masa yang akan datang. Semakin
baik status gizi, maka semakin berkualitas sumberdaya manusia. Status gizi baik
dapat terwujud dengan memperhatikan status gizi sejak anak usia dini sampai
anak memasuki masa anak usia sekolah (Manafe, R., dkk, 2019).
2.1.2 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang
diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu
10

populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih.
Status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu. Status
gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.

2.1.2.1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Masing – masing
penilaian tersebut diantaranya:
1. Antropometri
Pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur antara lain: Berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah lama di
kenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi
perorangan maupun masyarakat. Antropometri sangat umum di
gunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan
dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan
yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul
adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang
mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu
penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.
Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah
30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh,
artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan.
11

b. Berat Badan
Berat merupakan salah satu ukuran yang memberikan
gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan
sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena
penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.
Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat
Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam
melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran
keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena
hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung
pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang
dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan
dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang
lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat
yang menahun. Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu
parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia,
khususnya yang berhubungan dengan status gizi.
d. Indeks Antropometri.
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai
status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
12

badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi


badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat
badan termasuk air, lemak, tulang dan otot. Indeks tinggi badan
menurut umur adalah pertumbuhan linier dan LILA adalah
pengukuran terhadap otot, lemak, dan tulang pada area yang
diukur.
2. Klinis Penilaian
Status Gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama
untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Teknik penilaian status
gizi juga dapat dilakukan secara klinis. Pemeriksaan secara klinis
penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini
didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
3. Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah,
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan
adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat
lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik.
4. Secara Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
13

melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik


dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurnag gizi. Pemeriksaan
dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan
bagian tubuh lainnya.
2.1.2.2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi, diantaranya:
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Konsumsi gizi
dapat dinilai secara kuantitatif yaitu dari kandungan zat-zat gizi seperti
energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Menurut (Sari, Y, dan
Nugraheni, M., 2017) Kebutuhan gizi yang disesuaikan dengan banyak
aktivitas yang dilakukan anak sangat mempengaruhi, untuk itu ada
beberapa fungsi dan sumber zat gizi yang perlu diketahui agar dapat
tercukupi kebutuhannya yaitu:
a. Energi Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk
metabolisme basal. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi
di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-
paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi
dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan 18 sisa-sisa
dari tubuh. Besar kecilnya angka kecukupan energi sangat
dipengaruhi oleh lama serta intensitas kegiatan jasmani tersebut.
Menurut AKG Kebutuhan energi anak usia 7-9 tahun adalah 1850
kkal/hari (Sari, A.N, dkk, 2019).
b. Protein Adalah bagian dari semua sel hidup yang merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Protein merupakan elemen nutrisi dasar
14

yang berperan untuk menjaga dan mengembangkan sel-sel otot.


Protein memegang peranan kunci dalam pembentukan enzim,
antibodi, dan hormon untuk metabolisme dan fungsi tubuh lain.
Protein juga meregulasi kadar air di dalam sel. Kebutuhan protein
menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah konsumsi yang diperlukan
untuk mencegah kehilangan protein yang diperlukan dalam masa
pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui. Menurut Kusumaningrum,
R., (2017) disarankan untuk member protein 1,5-2 g/kg berat badan
bagi anak, atau 10-15% dari total energi. Menurut AKG kebutuhan
protein anak usia 7-9 tahun 49 gram/hari (Sari, A.N, dkk, 2019).
c. Lemak Lemak memiliki fungsi penting yaitu merupakan sumber
energi yang digunakan oleh tubuh saat istirahat dan saat sedang
dalam olahraga aerobik (endurance) dalam waktu lama. Pada
olahraga aerobik, sebelum lemak dapat digunakan, pertama-tama
harus dipecah dulu menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak
bebas ini akan didistribusikan ke jaringan lain terutama otot dan
selanjutnya digunakan menjadi energi. Pembentukan ener gi dari
asam lemak membutuhkan oksigen lebih banyak dibandingkan
dengan karbohidrat, oleh karena itu tidak bisa diharapkan untuk
olahraga berat dalam waktu singkat atau olahraga anaerobic
(Lesmana, P.Y, 2014). Cadangan lemak akan semakin 19 berkurang
dan lambat laun akan terjadi penurunan berat badan. Defisiensi asam
lemak akan mengganggu pertumbuhan dan menyebabkan terjadinya
kelainan pada kulit. Menurut AKG kebutuhan lemak anak usia 7-9
tahun 72 gram/hari (Sari, A.N, dkk, 2019).
d. Karbohidrat di dalam tubuh, zat-zat makanan yang mengandung
unsur karbon dapat digunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu
karbohidrat, lemak, dan protein. Energi yang terbentuk dapat
digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh baik yang
disadari maupun yang tidak disadari misal, gerakan jantung,
pernapasan (paru-paru), usus, dan organ-organ lain dalam tubuh.
15

Keperluan tubuh yang utama adalah terbentuknya bahan bakar


(tenaga). Peran utama karbohidrat di dalam tubuh adalah
menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh. Setelah memasuki sel,
enzim-enzim akan memecahnya menjadi bagian-bagian kecil yang
pada akhirnya akan menghasilkan energi, karbon dioksida, dan air.
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi
tubuh, selain itu karbohidrat juga mempunyai fungsi lain yaitu
karbohidrat diperlukan bagi kelangsungan proses metabolisme
lemak, karbohidrat juga mengadakan suatu aksi penghematan
terhadap protein. Menurut AKG 2013 kebutuhan karbohidrat anak
usia 7-9 tahun 254 gram/hari (Sari, A.N, dkk, 2019).
2. Penggunaan Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberpa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan Penggunaannya
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
3. Penilaian Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat
sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

2.1.3 Masalah Gizi Pada Anak


Status gizi balita dipengaruhi langsung oleh asupan makanan dan penyakit
infeksi. Asupan zat gizi pada makanan yang tidak optimal dapat menimbulkan
masalah gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi pada balita antara lain
kekurangan energi protein (KEP), kekurangan vitamin A (KVA), anemia gizi besi
(AGB), gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), dan gizi lebih masalah
16

gizi lain pada balita adalah stunting (Kemenkes RI, 2017). Masalah gizi pada
anak. Menurut (Djauhari, N., 2017) ada dua yaitu kurang gizi dan kelebihan gizi.
2.1.3.1. Kurang Gizi.
Kekurangan gizi (seperti energi dan protein) menyebabkan berbagai
keterbatasan, antara lain pertumbuhan mendatar, berat, dan tinggi badan
menyimpang dari pertumbuhan normal, dapat diamati pada anak-anak
yang kurang Gizi. Keadaan kurang Gizi juga berasosiasi dengan
keterlambatan perkembangan motorik. Kurang gizi menyebabkan isolasi
diri, yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang bayak
dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku
eksploratori, perhatian, dan motivasi. Pada keadaan kurang energi dan
protein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu
berkonsentrasi. Akibatnya dalam melakukan kegiatan eksplorasi
lingkungan fisik 9 tidak dapat melakukan dalam waktu yang lama
dibandingkan dengan anak yang gizinya baik.
2.1.3.2. Kelebihan Gizi
Obesitas dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pertama, suatu asupan
makanan berlebih. Dua, rendahnya pengeluaran energi basal, dan ketiga,
kurangnya aktivitas fisik. Terjadinya obesitas karena adanya
ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi yang dikeluarkan atau
digunakan untuk beraktivitas. Anak yang dilahirkan dari orang tua yang
keduanya obese mempunyai peluang 75% untuk obese juga. Bila salah
satu orang tuanya obese, maka peluangnya sekitar 40% dan bila kedua
orang tuanya tidak obese peluangnya hanya 10%. Untuk melihat seseorang
obese atau tidak, bisa dengan menghitung Indeks Masa Tubuh..
2.2 Karies Gigi
2.2.1 Pengertian Karies Gigi
Karies Gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang diawali dengan
terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (Pit, Fissure, dan
daerah interproximal), kemudian meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami
oleh setiap orang dan juga dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih serta
17

dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari enamel ke
dentin atau pulpa. Berapa faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi
diantaranya adalah karbohidrat mikroorganisme dan saliva permukaan dan
anatomi gigi (Markus, H.,dkk, 2020).
2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Karies Gigi
Terjadinya karies gigi dipengaruhi oleh bermacam – macam faktor antara
lain adalah faktor:
2.2.2.1 Gigi
a. Komposisi
Susunan zat yang membentuk gigi dapat dipengaruhi karies, misalnya
pada gigi yang saat pembentukkannya kekurangan vitamin, mineral, dan
sebagainya.
b. Posisi
Letak gigi dalam lengkungannya, misalnya gigi yang berdesak – desakan
memudahkan tertimbunnya sisa – sisa makanan dan mempermudah terjadinya
karies.
c. Morfologi
Bentuk gigi misalnya gigi yang permukaan oklusalnya mempunyai banyak
ceruk dan fissure yang dalam akan memudahkan tertimbunnya sisa makanan.
2.2.2.2 Saliva
a. Banyaknya saliva
Saliva berfungsi membersihkan, namun tiap – tiap orang tidak sama
jumlah air ludah yang dikeluarkannya.
b. Sifat Bakterisida
Saliva di dalamnya terdapat zat enzim yang mempunyai daya mematikan
bakteri. Jumlahnya banyak dan potensinya tidak sama pada setiap orang
2.2.2.3 Diet
a. Macam makanan: makanan yang mengandung gula terutama refined
carbohidrat.
b. Bentuk makanan: makanan yang mengandung serat membantu membersihkan
gigi (self cleansing food), misalnya bengkuang, apel, jambu dll (Katli, 2018).
18

2.2.3 Jenis Karies Gigi


Karies gigi dibagi menjadi berbagai macam bentuk karies :
2.2.3.1 Berdasarkan kedalaman karies terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Karies superfisialis : karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum
terkena.
b. Karies Media : karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin
c. Karies Profunda : karies sudah mengani lebih dari setengah dentin dan
kadang-kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini dibagi lagi
menjadi:
1) Karies profunda stadium I : karies telah melewati setengah dentin,
biasanya radang pulpa belum dijumpai.
2) Karies profunda stadium II : masih dijumpai lapisan tipis yang
membatasi karies dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi radang
pulpa.
3) Karies profunda stadium III : pulpa telah terbuka dan dijumpai bermacam
macam radang pulpa.
Menurut lama Jalannya Karies yaitu :
a. Karies akut
Proses karies berjalan cepat sehingga badan tidak sempat membuat
perlawanan. Karies terus berjalan sampai ke ruang pulpa.
b. Karies kronis
Proses karies terlambat, badan masih sempat membuat pertahanan dengan
adanya daerah berwarna kehitam – hitaman dan keras karena adanya endapan
kapur.
c. Senile caries
Senile caries terdapat pada orang tua, sering pada bagian servikal gigi karena
atrofi ( fisiologis) gusi sehingga akar terlihat mudah terjadi karies gigi.
d. Rampant caries
Proses karies ini tidak dapat dikontrol karena jalannya sangat cepat (Hisata,
2018).
19

Gambar 2.1 Faktor Terjadinya Karies ( Sumber : Listrianah, dkk., 2018)


2.2.4. Indeks Karies
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu
golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini
dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari
yang ringan sampai yang berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies
seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksaan
sama.
Indeks ini dibedakan atas indeks DMF-T (Decay Missing Filled teeth)
yang digunakan untuk gigi permanen orang dewasa dan indeks def-t (decay
exracted filled tooth) untuk gigi susu pada anak-anak (Fernando, B., 2017).
2.2.4.1 Indeks DMF-T dan def-t
a. Pengertian
Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut
dalam hal karies gigi permanen. Sedangkan untuk gigi sulung menggunakan
indeks def-t. Indeks def-t adalah jumlah gigi sulung yang mengalami karies
dengan menghitung:
a. d (decay) yaitu jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
b. e (exfoliated) yaitu jumlah gigi susu yang telah/ harus (indikasi) dicabut
karena karies
c. f (filling) yaitu jumlah gigi yang telah ditambal Indeks def − t = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑒𝑓 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
Perhitungan indeks DMF-T dilakukan dengan cara memberikan kode pada
masing-masing elemen gigi sesuai dengan hasil pemeriksaan. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan kode DMF-T yaitu :
a. Kode D (Decay) untuk gigi berlubang
b. Kode M (Missing) untuk gigi yang telah dicabut atau gigi tinggal sisa akar
c. Kode F (Filling) untuk gigi yang sudah diumpat atau ditambal Indeks
DMF − T = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐷𝑀𝐹 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔
𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎.
20

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde. Kaca


mulut digunakan untuk menarik sudut mulut agar pandangan ke dalam rongga
mulut lebih jelas, sedangkan sonde berfungsi untuk memastikan gigi yang
terkena karies, gigi dengan indikasi ekstraksi, dan gigi yang ditumpat.
Pemeriksaan gigi dilakukan dari region I (kanan atas), dan diteruskan ke
region II (kiri atas) kemudia region III (kiri 23 bawah) dan region IV (kanan
bawah). Setiap gigi yang memiliki kavitas, restorasi dan hilang karena karies
dicatat.
Tabel 2.1 Kode status gigi dalam DMF-T

Kondisi Status Kode DMF


Sehat 0 -
Berkaries atau berlubang 1 D
Ada tumpatan, dengan karies 2 D
Ada tumpatan tanpa karies 3 F
Gigi dicabut/telah dicabut karena karies 4 M
Gigi dicabut karena sebab lain, bukan karena karies 5 -
Fissure sealant 6 -
Protesa, jaket/implant 7 -
Gigi belum erupsi/tidak tumbuh 8 -
Tidak termasuk kriteria 9 -
Sumber : WHO (2003)
Klasifikasi angka kejadian karies gigi (indeks DMF-T dan def-t) sebagai berikut;
a. Sangat Rendah : 0,8 – 1,1
b. Rendah : 1,2 – 2,6
c. Sedang : 2,7 – 4,4
d. Tinggi : 4,5 – 6,5
e. Sangat Tinggi : > 6,5
Indikator yang digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya DMF-T
adalah target indikator nasional yaitu ≤ 1 (Kemenkes RI, 2012).
a. Tujuan Pemeriksaan DMF-T dan def-t
21

Tujuan pemeriksaan DMF-T yaitu untuk mengetahui jumlah gigi yang


terkena karies, dan mengetahui angka mempertahankan gigi. Pemeriksaan DMF-T
bertujuan untuk:
1) Melihat status karies gigi
2) Perencanaan upaya promotif dan preventif
3) Membandingkan suatu pengalaman karies gigi masyarakat dari suatu daerah
dengan daerah lain serta membandingkan pengalaman karies gigi sebelum dan
sesudah program berjalan
4) Merencanakan kebutuhan perawatan
(Amelinda, M.,2022).
2.2.5 Karies Pada Anak Usia Pra Sekolah
Faktor penyebab tingginya angka karies pada anak usia pra sekolah adalah
pada faktor pola makan dan budaya yang ditandai adanya bermacam-macam jenis
jajanan seperti ice cream, kue-kue tepung halus, coklat, dan kembang gula yang
sangat disenangi oleh anak-anak. Angka kejadian dari gigi berlubang (karies gigi)
masih sangat tinggi terutama pada anak-anak. Anak usia sekolah dasar banyak
menyukai makanan yang mengandung gula dan mudah lengket pada gigi. Jenis
makanan ini disebut makanan kariogenik. Contoh makanan kariogenik adalah roti,
biskuit, kue-kue yang terbuat dari tepung terigu dan gula, permen, coklat, ice
cream, dan lain-lain. Kerusakan gigi yang terjadi pada masa anak-anak tentunya
mempengaruhi keadaan gigi geligi saat dewasa. Hampir 90 % anak-anak usia
sekolah di seluruh dunia menderita karies gigi.
Karies gigi merupakan penyakit yang harus bisa dicegah, akan tetapi tetap
menjadi penyakit kronis yang sering terjadi pada anak usia 6-11 tahun (25 %)
serta remaja usia 12-19 tahun (59 %). Hal ini juga menjadi permasalahan di
Indonesia dimana terdapat 76,2 % anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun
(kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang dan sebanyak 89 % anak
Indonesia dibawah 12 tahun menderita karies gigi (Kinanti, A.,dkk, 2021).
22
23

2.3 Kerangka Teori Penelitian

Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar

Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas

Faktor internal Faktor internal


Mikroorganism Mikroorganisme
e(agen),Substrat Karies (agen),Substrat ,
,Waktu,Saliva, Gigi Waktu,Saliva,
Host(gigi). Host(gigi).

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian


Sumber : Pardosi, S., 2021, Martini, dkk 2018, Rohmawati, N.,2017
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kejadian Karies Pada Anak


Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


3.2 Hipotesis

Ada hubungan Status Gizi Anak Terhadap Kejadian Karies Pada Anak
Usia Pra Sekolah di Kelompok Bermain Baiturrahman Kecamatan Peundeuy
Kabupaten Garut.
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dimana peneliti
dapat mengkaji hubungan antar variabel. Peneliti menggunakan desain deskriptif
korelatif karena ingin mengetahui hubungan Status Gizi anak dengan tingakat
kejadian karies gigi pada anak pra sekolah Kelompok Bermain Baiturrahman.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dimana pengukuran
terhadap variabel dependent dan independent hanya satu kali pada satu saat.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di Kelompok B ermain
Baiturrahman Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut yang berjumlah 30 orang.

24
25

3.4.2 Sampel
Sampel merupakan suatu populasi yang diambil menggunakan suatu
metode pengukuran (Suprapto, 2018). Besar sampel dalam penelitian ini di
tentukan menggunkan total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan
sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi . Alasan mengambil total
sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya (Yunitasari, E, 2019).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut:
3.5.1 Data Primer : diperoleh secara langsung oleh peneliti dari hasil pengukuran
IMT anak usia pra sekolah siswa dan siswa KB Baiturrahman dan pemeriksaan
karies gigi pada anak KB Baiturrahman.
3.5.2 Data sekunder : data yang didapat dari KB Baiturrahman, hasil penelitian
terdahulu, Jurnal, makalah, KTI, Skripsi, Tesis dan website/ internet.
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Alat Tulis
b. Antropometri
c. Alat Diagnostik set: Kaca mulut, Sonde, Pinset, Excavator.
d. Kartu status untuk mengukur dan mencatat DMF-T dan def-t
e. Lembar Kuisioner tentang motivasi
f. Handscoen
g. Masker
h. Baki Instrumen
3.6.2 Bahan yang di gunakan dalam penelitian
a. Kapas dan Tisssue
b. Alkohol
c. Aquadest
26

3.7 Alat Ukur Penelitian


3.7.1 Pengukuran Antropometri
Antropometri
Antropometri berasal dari kata Anthropos dan metros. Anthropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi, antropometri adalah ukuran tubuh.
Menurut para ahli, antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi.
1) Jenis Parameter

Antropometri dilakukan dengan mengukur beberapa parameter sebagai salah satu


indikator status gizi diantaranya umur, tinggi badan, berat badan, lingkar lengan
atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit.

a) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur akan menyebabkan kesalahan interpretasi status gizi.
Menurut Puslitbang Gizi Bogor, batasan umur yang digunakan adalah
tahun umur penuh dan untuk anak umur 0-2 tahun 11 digunakan bulan
umur penuh. Contoh: umur 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun (Utami, A.,
2016).
b) Berat badan
Berat badan merupakan indikator antropometri yang paling banyak
digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka
yang buta huruf. Agar berat dapat dijadikan satu ukuran yang valid, maka
harus dikombinasikan dengan parameter antropometri yang lain. Berat
badan menggambarkan protein, lemak, air, dan massa mineral tulang. Alat
yang digunakan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan yaitu: mudah
dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain dan mudah digunakan;
harganya relatif murah dan mudah diperoleh; skalanya mudah dibaca dan
ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg (Utami, A., 2016).
27

c) Tinggi badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Tinggi badan dalam keadaan normal
tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan
tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap defisiensi gizi
dalam jangka pendek. Pengaruh defisiensi terhadap tinggi badan akan
muncul setelah beberapa waktu yang cukup lama. Pengukuran tinggi
badan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi
mikrotoa (microtoise) dengan ketelitian 0,1 cm (Utami, A., 2016).

3.7.2 Kartu pemeriksaan DMF-T dan def-t


Mengukur kebersihan gigi dan mulut menggunakan kartu pemeriksaan
DMF-T dan def-t dengan kriteria sebagai berikut:

3.1 Tabel Kriteria DMF-T- def-t

Nilai Kriteria

0 - 1.1 Sangat Rendah

1.2 – 2.6 Rendah

2.7 – 4.4 Sedang

4,5 - 6,5 Tinggi

>6.6 Sangat Tinggi

3.8 Jalan Penelitian


3.8.1 Persiapan
a. Observasi
b. Perizinan dari lembaga Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan
Tasikmalaya
c. Perizinan dari kepala sekolah.
d. Persiapan kuisioner penelitian
28

e. Persiapan Kartu Status DMF-T def-t


f. Persiapan Alat Tulis
g. Persiapan alat dan bahan
h. Persiapan tempat
(Fernando, B., 2017).
29

DAFTAR PUSTAKA

Amelinda, M.,2022, Profil Kesehatan Gigi dan Mulut Berdasarkan Standar WHO
pada Masyarakat Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember,
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 19 No. 1 2022: 37-44
Budiman, A.,dkk 2021, analisis status gizi menggunakan pengukuran indeks
massa tubuh dan beban kerja dengan metode 10 denyut pada tenaga
Kesehatan, Nutrition Research and Development Journal, Volume 01
Nomor 01, Juli 2021 (6-15).
Djauhari, N., 2017, gizi dan 1000 hpk, Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
Keluarga,VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2017
Fernando, B., 2017, Gambaran Status Karies Berdasarkan Indeks DMF-T dan
Indeks PUFA pada Orang Papua di Asrama Cendrawasih Kota
Manado, Jurnal e-GiGi (eG), Volume 5 Nomor 2, Juli-Desember 2017
Hasrul, dkk 2020 ,Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Anak, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, Volume 9, Nomor 2, Desember 2020, pp
792-797
Katli, 2018, faktor-faktor kejadian karies gigi pada balita di wilayah kerja
puskesmas betungan kota bengkulu, Journal of Nursing and Public
Health, Volume 6 No. 1 (April 2018)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) Tahun 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kusumaningrum, R., 2017, hubungan asupan energi dan protein dengan status
gizi anak min ketitang nogosari boyolali, skripsi, sekolah tinggi ilmu
kesehatan (stikes) pku muhammadiyah, Surakarta
Kinanti, A.,dkk, 2021, Pemeriksaan Status Karies Gigi Pada Siswa SD Purwosari
2 Kota Semarang,Prosiding Seminar UNIMUS,Volume 4,2021.
Kemenkes, 2017, Status Gizi Balita dan Interaksinya, Mediakom Edisi 76 Hal 46-
49
30

Listrianah, dkk., 2018, gambaran karies gigi molar pertama permanen pada siswa
– siswi sekolah dasar negeri 13 palembang tahun 2018, Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang, Vol. 13 No. 2 Desember 2018.
Lutviana, E dan Budiono, I., 2012, prevalensi dan determinan kejadian gizi
kurang pada balita, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 5 (2) (2010)
138-144
Lesmana, P.Y, 2014, pentingnya olahraga dan kesehatan gizi bagi keluarga dan
olahragawan, Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014
Martini, dkk 2018 ,Faktor Risiko Kejadian Karies Gigi Pada Orang Dewasa Usia
20-39 Tahun Di Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara,
Kota Semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 6 No 1. Januari.
Manafe, R., dkk, 2019, Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk pada Anak Balita di
Kota Kupang, Timorese Journal of Public Health, Volume 1 Nomor 4
Desember 2019, e-ISSN 2685-4457.
Markus, H.,dkk, 2020, gambaran karies gigi pada pasien karyawan pt freeport
indonesia berdasarkan karakteristik di rumah sakit tembagapura
kabupaten mimika papua tahun 2018-2019 , Jurnal Ilmiah Gigi dan
Mulut, Volume 3 No. 2 November 2020
Pardosi, S., 2021,Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Karies Gigi Pada
Anak Sekolah Dasar, Jurnal Poltekkes Medan. Vol. 7 No. 2 Juni.
Putri, R. M., Maemunah, N., & Rahayu, W. (2017). Kaitan karies gigi
dengan status gizi anak pra sekolah.Care: Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan,5(1), 28-40
Rohmawati, N.,2017,Karies Gigi dan Status Gizi Anak, Jurnal Kesehatan Unej,
Vol. 13 No.1 2016: 32-36
Ruhana, A., dkk 2019, karakteristik keluarga dengan balita gizi buruk di kota
Surabaya, Journal of Gender and Children Studies, Volume 1 Issue 1,
December 2019, Page 19 – 25
Retnowati, P., 2020, Pengantar penilaian status gizi dan konsep dasar timbulnya
masalah gizi, Modul Penilaian Status Gizi,Universitas Esa Unggul,
Jakarta.
31

Sari, Y, dan Nugraheni, M., 2017, pola makan dan status gizi siswa kelas iv, v
dan vi sekolah dasar magunan, Jurnal Pendidikan Teknik Boga,
Universitas Negeri Yogyakarta
Sari, A.N, dkk, 2019, product development based on local milkshake food in
sweet potatoes as healthy service for school children, jgk-vol.11, no.
25 januari 2019.
Taupiek, dkk 2016 ,hubungan antara status gizi pendek (stunting) dengan tingkat
karies gigi, Vol I. No 1. Maret 2016.
Utami, A., 2016, MODUL ANTROPOMETRI, Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,BALI
Yunitasari, E, 2019, analysis of mother behavior factor in following program of
breastfeeding support group in the region of asemrowo health center
surabaya, NurseLine Journal, Vol. 4 No. 2 Nopember 2019 p-ISSN
2540-7937 e-ISSN 2541-464X.
Zahra, I. M., Hidayati, S., & Mahirawatie, I. C. (2020). Hubungan Status Gizi
dengan DMF-T pada Murid SD Negeri 1 Piton Kecamatan Punung
Kabupaten Pacitan.Jurnal Skala Kesehatan,11(2), 67-74.
32

LAMPIRAN 1
ALAT UKUR PENELITIAN
33

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK TERHADAP TINGKAT KARIES
PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN
BAITURRAHMAN KECAMATAN PEUNDEUY KABUPATEN GARUT
Tanggal :
Berilah tanda ( ) pertanyaan di bawah ini.
A. Data Umum
NAMA

Nama orang tua : Nama anak :

UMUR

Umur 20-30 Umur 6-7


Umur 31-59 Umur 7-8
Umur >60 Umur >9

Sumber Informasi yang Pernah di Dapat tentang Lubang Gigi

Petugas
kesehatan
Majalah
Radio/TV
Internet
34

B. Motivasi

Pernyataan
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak
Setuju

No Pernyataan SS S TS STS
Saya ingin anak saya menggosok gigi dua
1 kali setiap hari agar terhindar dari karies
gigi.
Saya ingin mengganti sikat gigi anak bila
2 ada tanda-tanda kerusakan pada sikat gigi,
supaya tidak merusak jaringan gusi.
Saya ingin membeli sikat gigi untuk anak
3 yang bermodel, supaya anak saya tertarik
untuk menggosok gigi.

Saya ingin anak menggosok gigi sesudah


4
makan agar tetap sehat dan segar.

Saya ingin membiasakan anak gosok gigi


5 sebelum tidur agar terhindar dari lubang
gigi.

Saya ingin anak menggosok gigi setiap


6
minggu agar terhindar dari lubang gigi.

Saya ingin membiasakan anak untuk


memakan buah- buahan yang sehat seperti
7
apel, semangka, jeuk dll agar gusi sehat
dan segar.
35

Saya yakin mengajarkan anak memakan


8 makanan ringan yang mengandung gula
agar dapat mencegah lubang gigi.
Saya yakin membiasakan anak memakan
9
sayuran segar dapat mencegah lubang gigi.
Saya yakin membiarkan anak saya makan
10 kembang gula dapat mencegah lubang
gigi.
Saya yakin dengan menghindari makan
11
coklat dapat mencegah lubang gigi
Saya yakin dengan mengganti sikat baru
12 setiap 3 bulan sekali dapat mencegah
kerusakan gigi dan gusi.
Saya yakin membiarkan anak saya tidak
13 menyikat gigi sebelum tidur tidak terjadi
lubang gigi.
Saya yakin dengan menggosok gigi
14 sesudah bangun tidur dapat
mencegah lubang gigi.
Saya berharap mengajak anak saya ke
15 dokter gigi setiap 6 bulan sekali dapat
mencegah terjadinya lubang gigi.
Saya berharap dengan membelikan
16 makanan permen dan es krim
dapat menyehatkan gigi anak.
Saya berharap dengan memakai sikat gigi
17 secara sendiri-sendiri anak saya terhindar
penularan penyakit menular.
18 Saya berharap dengan memakai sikat gigi
yang sudah mengembang akan terhindar
radang gusi anak saya sembuh dengan
36

sendirinya.
Saya berharap kebiasaan menggosok gigi
perlu ditanamkan di sekolah dengan
19
kegiatan sikat gigi masal (sesudah makan)
dapat mencegah lubang gigi.
Anak diharapkan menggunakan pasta gigi
20 yang mengandung flour agar dapat
mencegah lubang gigi.

KISI-KISI KUESIONER

Variabel Parameter Nomor Soal Jumlah Jawaban


Positif Negatif

Motivasi 1. Keinginan 1,2,3,4,5,6,7 7 1,2,3,4,5,7 6


2. Keyakinan 8,9,10,11,12,13,14 7 9,11,12,14 8,10,13,

3. Harapan 15,16,17,18, 6 15,17,19,20 16,18


19,20

KUISIONER STATUS KESEHATAN GIGI DMF-T def-t WHO


37

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
STATUS GIGI GELIGI

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
1 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
8

4 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
8
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

D: d:
M: m:
F: f:
Kriteria Penelitian:

Sangat rendah: 0-1,1


Rendah : 1,2-2,6
Sedang: 2,7-4,4
Tinggi :4,5-6,5
Sangat tinggi :>6,5
38

LAMPIRAN 2
INFORMED CONCENT

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


JUDUL PENELITIAN
39

HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK DAN TINGKAT KARIES PADA


ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN
BAITURRAHMAN KECAMATAN PEUNDEUY
KABUPATEN GARUT

Peneliti : Aghnia Nurhafiza Fatarani


Pembimbing : drg Culia Rahayu,MDSC

Ibu-ibu, perkenalkan nama saya Aghnia Nurhafiza. Saya mahasiswa Diploma


IV Program Studi Terapis Gigi dan Mulut Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya. Saya mahasiswa tingkat akhir, yang sedang menyusun
Skripsi. Skripsi yang saya buat berjudul hubungan Staus Gizi Anak Dengan
Kejadian Karies Anak Usia Pra Sekolah di Kelompok Bermain Baiturrahman
kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan. Staus Gizi Anak
Dengan Kejadian Karies Anak Usia Pra Sekolah Oleh karena itu saya
membutuhkan bantuan ibu-ibu untuk mengisi kuesioner. Kuesioner ini terdiri
dari beberapa pernyataan motivasi dan pengetahuan ibu mengenai kesehatan
gigi.
Saya akan merahasiakan data ibu-ibu selama penelitian berlangsung.
Semua data dan jawaban terjamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan
untuk keperluan pengolahan data. Penelitian ini akan memberikan informasi
bagi ibu-ibu dalam meningkatkan motivasi dan pengetahuan kesehatan gigi.
Partisipasi dalam penelitian ini membutuhkan waktu sekitar 10 menit.
Partisipasi ini bersifat sukarela dan ibu-ibu berhak mengundurkan diri
sebagai responden. Ibu-ibu dapat bertanya segala sesuatunya tentang
penelitian ini atau tentang partisipasi ibu-ibu sebagai responden kepada saya.
Atas kesediaan ibu-ibu untuk mengikuti penelitian ini, saya mengucapkan
terima kasih.

Garut, 18 Juli 2023


Peneliti Responden

(Aghnia Nurhafiza) (…………………)


40

LAMPIRAN 3
JADWAL PENELITIAN

JADWAL PENELITIAN
Bulan
No. Kegiatan Januari Februari M
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 pengajuan judul
2 penyusunan proposal
3 survei awal
4 perbaikan proposal
5 Seminar Proposal
6 Persiapan penelitian:
a. Perizinan
b. Persiapan alat dan bahan
7 pelaksanaan penelitian
8 pengambilan data
9 pengolahan data
10 penyusunan laporan
11 sidang skripsi
41

Anda mungkin juga menyukai