Karya Tulis ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
AHLI MADYA KEPERAWATAN GIGI di Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak
Pontianak, Juni 2020
Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
i
PENGARUH KONSUMSI JENIS MAKANAN POTENSI KARIOGENIK DAN
FREKUENSI MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI
SULUNG PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN
Nurhidayah
vii + 33 halaman
ABSTRAK
ii
BIODATA PENULIS
Nama : Nurhidayah
Tempat, Tanggal Lahir : Pontianak, 15 Oktober 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Tanjung Harapan gg.h.sulaiman No.9
Nama Orang Tua
1. Ayah : Yusuf, A.Md
2. Ibu : Jamilah Ismail
Jenjang Pendidikan
1. SD : SD Negeri 06 Pontianak Timur
2. SMP : SMP Negeri 1 Pontianak
3. SMA : SMA Negeri 7 Pontianak
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, atas berkat rahmat
dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program studi
Diploma III jurusan keperawatan gigi, poltekkes kemenkes Pontianak dengan
judul “Pengaruh konsumsi jenis makanan potensi kariogenik dan frekuensi
menggosok gigi dengan kejadian karies gigi sulung pada anak usia 4-6 tahun.”.
1. Ibu drg. Pawarti, MKM selaku pembimbing pertama yang telah memberikan
saran dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
2. Ibu drg. Sri Rezki, MSc selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
saran dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Halimah, S.Si.T, MDSc selaku ketua Jurusan keperawatan gigi poltekkes
kemenkes Pontianak.
4. Seluruh dosen dan staff Jurusan keperawatan gigi poltekkes kemenkes
Pontianak.
5. Kedua orang tuaku tercinta atas do’a, dukungan, dorongan, nasehat, kasih
sayang dan bantuan moral maupun materi selama penulis mengikuti
program pendidikan D-III keperawatan gigi poltekkes kemenkes Pontianak.
6. Rekan-rekan mahasiswa D-III Jurusan keperawatan gigi poltekkes
kemenkes Pontianak khususnya angkatan 2017.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak lepas
dari kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca kepada penulis
kedepannya.
iv
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis berharap kedepannya
karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang
membutuhkannya.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................i
ABSTRAK............................................................................................................. ii
BIODATA PENULIS.............................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
BAB I.................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
BAB II................................................................................................................... 5
ISI......................................................................................................................... 5
A. Gigi sulung.................................................................................................5
B. Karies gigi..................................................................................................6
E. Menggosok gigi........................................................................................13
BAB III................................................................................................................15
PEMBAHASAN...................................................................................................15
BAB IV................................................................................................................24
KESIMPULAN.....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Karies gigi terjadi disebabkan oleh sejumlah faktor (multiple factor) yang
saling mempengaruhi yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu host (gigi dan
saliva), mikroorganisme (plak), substrat (karbohidrat) dan faktor tambahan yaitu
waktu. Keempat faktor tersebut digambarkan sebagai lingkaran, apabila keempat
faktor tersebut saling tumpang tindih maka akan terjadi karies gigi. Selain itu,
faktor predisposisi lain yang turut berkontribusi terhadap keparahan karies antara
lain pengalaman karies, sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, geografis, dan
perilaku terhadap kesehatan gigi (Sondang dan Hamada, 2008 dalam Gayatri,
2017).
Karies gigi yang banyak dialami oleh anak usia 4-6 tahun disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya kegemaran mengkonsumsi makanan
kariogenik. Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan
terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung
karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut. Karbohidrat dalam
makanan yang sifatnya paling dapat merusak gigi adalah jenis sukrosa. Proses
karies selain ditentukan oleh jenis karbohidrat juga tergantung pada frekuensi
dan bentuk fisik karbohidrat tersebut (W et al., 2010).
Pada umumnya hampir semua anak menyukai jajanan yang rasanya
manis dan tinggi kandungan sukrosanya. Jenis makanan ini merupakan
karbohidrat yang sangat kariogenik dan berpotensi mengakibatkan karies. Karies
pada anak merupakan penyebab yang paling sering terjadi. Pemicunya adalah
kombinasi faktor jenis makanan anak (misalnya permen, coklat, es krim, donat),
lamanya sisa makanan di mulut,dan cara membersihkan mulut (Jamil, 2011).
Faktor lain penyebab karies gigi pada anak usia 4-6 tahun ialah
kebiasaan mereka yang kurang tepat dalam menggosok gigi (Jajak Lawalangy,
2006 dalam maulidta et al., 2017). Pada anak usia tersebut biasanya sudah bisa
menggosok gigi sendiri tetapi orang tua masih harus tetap terlibat untuk
membimbing dan mengawasi anaknya agar mereka teratur menggosok gigi dua
kali sehari dan dengan cara yang benar. Menggosok gigi dan mulut sebagai
bentuk perilaku yang akan mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan
mulut, dimana akan mempengaruhi juga angka karies dan penyakit penyangga
gigi. Frekuensi menggosok gigi juga mempengaruhi kebersihan menggosok gigi
mulut anak-anak (Edwina A.M,Kidd dan Sally Joyston-Bechal, 2010 dalam
Qoyyimah & Aliffia, 2019).
2
Orang tua harus mengetahui cara merawat gigi anaknya dan harus
mengajari anaknya cara merawat gigi yang baik. Masih banyak orang tua yang
berasumsi bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh geligi tetap,
sehingga para orang tua sering beranggapan bahwa kerusakan pada gigi susu
yang disebabkan oleh oral higiene yang kurang baik bukan merupakan suatu
masalah, padahal pada usia 4-6 tahun, gigi sulung sudah lengkap semua bahkan
pada usia tersebut gigi tetap biasanya telah tumbuh tetapi pada usia tersebut
anak sangat rawan untuk terserang karies (Piwitaning, 2013 dalam
Cahyaningrum, 2017).
pada umumnya kebiasaan anak dalam menggosok gigi hanyalah
bertujuan untuk menyegarkan mulut saja, bukan karena mengerti bahwa hal
tersebut baik untuk kesehatan gigi, sehingga anak cendrung menggosok gigi
semaunya sendiri. Besarnya peran orang tua sangat diperlukan dalam menjaga
kesehatan gigi anaknya agar tercapai kesehatan gigi yang optimal (Agustin,
2015).
TK Islam Bina 45 terletak di jalan Tanjung Raya II, kecamatan Pontianak
Timur. TK Islam Bina 45 terbagi atas 6 kelas dengan jumlah murid sebanyak 125
orang, dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 15 orang. Terdapat kantin yang
menjual makanan (seperti snack, permen, coklat, gorengan, dll) dan juga
beberapa pedagang kaki lima yang menjual makanan (seperti pentol, roti bakar,
pempek, siomay, dll) yang jumpai di TK tersebut. Pedagang makanan jajanan di
sekolah tersebut menjual hampir semua jenis makanan yang bersifat kariogenik
dan banyak anak memiliki kebiasaan mengkonsumsi jajanan tersebut pada saat
jam istirahat dan jam pulang sekolah, namun belum diketahui tentang bagaimana
kebiasaan yang dilakukan sebagai tindakan preventif dalam pencegahan
terjadinya masalah tersebut, karena di TK ini belum pernah dilakukan penelitian
yang berkaitan dengan masalah jajanan di sekolah dan kebiasaan menggosok
gigi atau yang serupa.
Berdasarkan dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti
suatu permasalahan yaitu “Pengaruh Konsumsi Jenis Makanan Potensi
Kariogenik Dan Frekuensi Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Sulung
Pada Anak Usia 4-6 Tahun”.
3
B. Tujuan Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi sulung
Bagian ini terletak di rongga mulut yang dikenal dengan mahkota gigi. Pada
mahkota gigi terdapat bagian yang menonjol disebut puncak gigi. Mahkota dan
puncak gigi dilapisi oleh suatu lapisan yang disebut email gigi, di bagian
bawahnya terdapat lapisan berwarna putih yang disebut dentin gigi.
terdapat rongga yaitu pulpa gigi dan di dalam pula terdapat serabut saraf serta
pembuluh darah.
5
langsung gigi sulung turut berperan merangsang pertumbuhan dan
perkembangan rahang (Suarniti, 2014).
C. Karies gigi
6
1) Pits dan fissure pada permukaan oclusal molar dan premolar, pit buccal molar
dan pit palatal incisivus.
2) Permukaan halus di daerah aproximal sedikit di bawah titik kontak
3) Email pada tepian di daerah leher gigi
4) Permukaan akar yang terbuka
5) Tepi tumpatan terutama yang kurang rata
6) Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan
Saliva berfungsi sebagai pelicin, buffer (kemampuan saliva mempertahankan
pH konstan), pembersih, anti pelarut, dan anti bakteri. Saliva juga merupakan
pertahanan pertama terhadap karies dan juga memegang peranan penting lain
yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi, selain itu saliva juga merupakan
media yang baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu yang berhubungan
dengan karies.
c. Substrat
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi
sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap
gigi berlubang secara lokal di dalam mulut. Makanan pokok manusia adalah
karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat yang terkandung dalam beberapa
jenis makanan yang mengandung gula dan menurunkan pH plak dengan cepat
sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan
tetap bersifat asam selama beberapa waktu, dan untuk kembali ke pH normal
sekitar (±7), dibutuhkan waktu selama 30-60 menit. Menahan pH plak dibawah
normal akan menyebabkan Karies (demineralisasi oleh bakteri) Gigi
(email/dentin) Plak Substra t (gula) demineralisasi email. Sukrosa merupakan
gula yang paling banyak dikonsumsi, maka merupakan penyebab gigi berlubang
yang utama.
d. Waktu
Waktu merupakan kecepatan terbentuknya gigi berlubang serta lama dan
frekuensinya substrat menempel di permukaan gigi. Gigi berlubang merupakan
penyakit kronis, kerusakan berjalan dalam periode bulan atau tahun.
7
dibersihkan. Susunan gigi molar sulung rapat sedangkan gigi
insisivus sulung renggang. Dari berbagai penelitian disimpulkan
bahwa anak dengan susunan gigi berjejal lebih banyak menderita
penyakit karies dari pada yang mempunyai susunan gigi baik.
1) Morfologi gigi sulung
Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi
terhadap penyakit karies. Morfologi gigi sulung dapat ditinjau dari
2 permukaan :
a) Permukaan oklusal
Permukaan oklusal gigi molar sulung mempunyai bonjol
yang relatif tinggi sehingga lekukan menunjukkan gambaran
curam dan relatif dalam. Bentuk morfologi gigi sulung tidak
banyak bervariasi kecuali gigi molar sulung pertama atas
dalam bentuk dan ukurannya. Lekukan gigi sulung yang
lebih dalam akan memudahkan terjadinya penyakit karies.
a) Permukaan halus
Kontak antar gigi tetap adalah kontak titik tetapi kontak
antar gigi sulung merupakan kontak bidang. Bentuk
permukaan proksimal gigi sulung agak datar. Keadaan ini
akan menyulitka pembersihannya. Sehingga penyakit karies
gigi dapat terjadi.
2) Plak
Plak terbentuk dari campuran antara bahan–bahan air ludah
seperti mucin, sisa–sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit
dengan sisa–sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula–mula
berbentuk agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat
bertumbuhnya di mana bakteri.
3) Saliva
Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap penyaki
karies. Selain itu fungsi saliva juga sebagai pelicin, pelindung,
buffer , pembersih, anti pelarut dan anti bakteri. Namun demikian
saliva juga memegang peranan penting lain yaitu dalam proses
terbentuknya plak gigi, saliva juga merupakan media yang baik
untuk kehidupan mikroorganisme tertentu yang berhubungan
dengan penyakit karies gigi.
8
4) Mikroorganisme
Mikroorganisme di dalam mulut yang berhubungan dengan
penyakit karies antara lain bermacam Streptococcus,
Lactobacillus, Actinomices. Mikroorganisme ini menempel di gigi
bersama dengan plak atau debris. Plak gigi adalah media lunak
non mineral yang menempel erat di gigi.
5) Waktu .
Kecepatan kerusakan gigi akan jelas terlihat dengan timbulnya
penyakit karies menyeluruh dalam waktu singkat. Selain itu
keadaan yang dapat menyebabkan substrat lama berada dalam
mulut ialah kebiasaan anak menahan makanan didalam mulut
dimana makanan tidak cepat-cepat ditelan.
6) Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, antra lain :
a. Isi makanan yang menghasilkan energy.misalnya: Karbohidrat,
Protein, Lemak, Vitamin serta mineral–mineral. Unsur–unsur
tersebut diatas berpengaruh pada masa pra-erupsi serta pasca
erupsi gigi geligi.
b. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makan–makanan
yang bersifat membersihkan ini adalah: apel, jambu air,
bengkuang dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan – makanan
yang lunak dan melekat pada gigi dapat merusak gigi seperti:
bonbon, cokelat, biscuit dan lain sebagainya.
7) Kebiasaan menggosok gigi
Kebiasaan gosok gigi juga dapat mempengaruhi berat ringannya
penyakit karies. Seseorang yang mempunyai kebiasaan
mengosok gigi cenderung terjadi penyakit karies dibandingkan
yang tidak.
8) Unsur Kimia
Unsur–unsur kimia juga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
karies gigi. Unsur kimia yang paling berpengaruh persentase
terjadinya karies gigi adalah Fluor.
9
5. Proses terjadinya karies
Proses terjadinya karies gigi di mulai dengan adanya plak di permukaan
gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada
waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut
menjadi karies gigi (Suryawati, 2010 dalam WAHYUNI, 2019).
Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan
menurun sampai dibawah lima dalam tempo satu sampai tiga menit. Penurunan
pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan menyebabkan demineralisasi
permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai.
e : extraxted = Gigi dengan lesi karies yang tidak dapat lagi dirawat atau indikasi
pencabutan.
10
t : tooth = Satuan gigi sulung
E. Makanan kariogenik
a. Bentuk fisik, yaitu karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat
lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies
11
dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini misalnya kue-kue, roti, es krim,
susu, permen dan lain-lain.
12
F. Menggosok gigi
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
Usia Di Sdn ada hubungan yang
Pancoran bermakna antara
Mas 2 kebiasaan
menggosok gigi
dengan karies gigi.
Dan diperoleh nilai P
value sebesar 0,000
< 0,05 sehingga
dapat disimpulkan
bahwa ada
hubungan yang
bermakna antara
frekuensi konsumsi
makanan kariogenik
dengan karies gigi.
3. Prakoso Hubungan penelitian P < 0,05 Hasil uji Chi-Square
Harry antara kuantitatif diketahui bahwa ada
Maulana, kebiasaan dengan hubungan antara
2016 konsumsi metode survey kebiasaan konsumsi
makanan yang makanan kariogenik
kariogenik menggunakan dengan kejadian
dan pendekatan karies gigi pada
menggosok Cross anak (nilai p=
gigi pada Sectional 0,019), tidak ada
anak serta hubungan antara
pengetahuan kebiasaan
ibu dengan menggosok gigi
kejadian dengan terjadinya
karies gigi di karies gigi pada
PAUD anak (nilai p= 0,792)
Taman Ceria dan tidak ada
Surakarta hubungan antara
pengetahuan ibu
dengan kejadian
karies gigi pada
anak (nilai p=
0,222).
4. Ns. Hubungan penelitian P < 0,05 Diperoleh hasil yang
Maulidta K antara kuantitatif non signifikan (p=0,035)
W, Ns. kebiasaan eksperimental yang berarti p
Wahyunin menggosok dengan value< 0,05, maka
gsih, Sri gigi dan rancangan dapat disimpulkan
Hastuti, konsumsi studi korelasi Ho ditolak yang
2010 makanan artinya ada
jajanan hubungan yang
kariogenik signifikan kebiasaan
dengan menggosok gigi
kejadian dengan kejadian
karies gigi karies gigi pada
pada anak anak.
usia Dan diperoleh hasil
15
prasekolah di yang signifikan
Taman (p=0,007) yang
Kanak-Kanak berarti p value <
Pondok 0,05, maka dapat
Beringin disimpulkan ada
Semarang hubungan yang
signifikan konsumsi
makanan jajanan
kariogenik dengan
kejadian karies gigi
pada anak.
5. Selviana Faktor-faktor korelasi p > 0,05 Hasil uji chi square
Maulida, yang deskriptif dan menunjukkan
Gayuh berhubungan teknik terdapat hubungan
Siska L, dengan pengumpulan yang signifikan
Anisa kejadian data dengan antara tingkat sosial
Oktiawati, karies gigi pendekatan ekonomi keluarga,
2016 pada anak di cross sectional tingkat pendidikan
TK Aisyiyah ibu, tingkat konsumsi
Bustanul makanan kariogenik
Atfal Desa dan kebiasaan
Lebaksiu Lor menyikat gigi
dengan kejadian
karies gigi pada
anak.
6. Lelly Hubungan Penelitian non p < 0,05 Berdasarkan uji
Andayasar Konsumsi intervensi korelasi Pearson
i, Anorital, Makanan dengan desain menunjukkan bahwa
2016 Kariogenik potong lintang nilai signifikan 0,000
dengan yang berarti terdapat
Status hubungan yang
Kesehatan bermakna antara
Gigi Anak mengkonsumsi
Taman makanan kariogenik
Kanak-Kanak dengan status
di Provinsi kesehatan gigi (def-
Banten dan t). Hal ini
Daerah menunjukkan
Istimewa semakin seringnya
Jogjakarta mengkonsumsi
Tahun 2014 makanan yang
kariogenik maka def-
tnya semakin
bertambah (semakin
buruk).
7. Jazzalina Hubungan Penelitian p > 0,05 Hasil penelitian
Aiza Jamil, antara analitik menunjukkan bahwa
2011 kebiasaan observasional deft rata-rata lebih
mengkonsum secara cross tinggi pada
si jajanan sectional responden yang
dengan sangat sering
16
pengalaman mengkonsumsi
karies pada jajanan berpotensi
gigi susu tinggi menyebabkan
anak usia 4-6 karies dibandingkan
tahun di TK dengan responden
Medan yang
mengkonsumsinya
dengan frekuensi
sering, kadang-
kadang dan hampir
tidak pernah/tidak
pernah dan secara
statistik terdapat
perbedaan
bermakna (p=0,000).
8. Shandy Perbedaan Jenis p < 0,05 Terdapat perbedaan
Hidayat, pH saliva penelitian yang yang bermakna
Rosihan menggosok digunakan antara pH saliva
Adhani, I gigi sebelum adalah menggosok gigi
Wayan dan sesudah eksperimental sebelum dan
Arya, 2014 mengkonsum semu (quasi sesudah
si makanan experimental). mengkonsumsi
manis dan makanan manis dan
lengket lengket pada menit
pengukuran ke-5, 15 dan 30
menggunaka yang diukur
n pH meter menggunkan pH
pada Anak meter pada anak
usia 10-12
tahun di SDN
Melayu 2
Banjarmasin
9. Anna Hubungan Jenis p < 0,05 Sebagian besar
Uswatun frekuensi penelitian anak yang teratur
Qoyyimah, menggosok deskriptif menggosok gigi dan
Cut gigi dengan analitik dengan tidak mengalami
Exshaldar kejadian pendekatan karies gigi sebanyak
a Aliffia, karies gigi cross sectional (13,8%) dan
2019 pada siswa di sebagian besar anak
TKIT Mutiara yang tidak teratur
Hati Klaten menggosok gigi
yang mengalami
karies gigi sebanyak
(97,1%). Terdapat
hubungan antara
frekuensi
menggosok gigi
dengan kejadian
karies gigi.
10. Asmaul Peranan Survey p < 0,05 Hasil analisis dari uji
Husna, Orang Tua explanatory korelasi peran orang
17
2016 dan Perilaku research tua dengan perilaku
Anak dalam dengan anak dalam
Menyikat Gigi pendekatan menyikat gigi, diper-
dengan Cross oleh r = 0,580
Kejadian sectional dengan α /
Karies Anak probabilitas 0,000,
karena α < 0,05
artinya ada
hubungan antara
peranan orang tua
dengan perilaku
anak dalam
menyikat gigi.
Sedangkan peran
orang tua dengan
kejadian karies
diperoleh r = -0,501,
probabilitas 0,002,
karena α < 0,05
artinya ada
hubungan antara
peranan orang tua
dengan kejadian
karies gigi. Dan
perilaku anak dalam
menyikat gigi
dengan kejadian
karies diperoleh r =
-0,530, probabilitas
0,001, karena α <
0,05 artinya ada
hubungan antara
perilaku anak dalam
menyikat gigi
dengan kejadian
karies gigi.
makanan kariogenik yang bersifat manis, lunak, dan mudah melekat pada gigi
seperti permen, coklat, es krim, biskuit, dll. Selain rasanya yang manis dan enak,
18
harganya relatif murah, mudah didapat, dan dijual dalam aneka bentuk serta
merupakan makanan manis yang mengandung gula dan sukrosa, yang dapat
asam. Makanan yang menempel pada permukaan gigi jika dibiarkan akan
makanan yang kariogenik (Suratri et al., 2017), hal ini sejalan dengan penelitian
(Prakoso, 2016), (Setyawan et al., 2018), (W et al., 2010), (Maulida et al., 2014)
dan (Andayasari & Anorital, 2016) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
pada anak.
19
Terdapat empat faktor utama yang berperan dalam proses terjadinya
bekerja bersama dan saling mendukung satu sama lain. Faktor subtrat dan waktu
yang sering mengonsumsi makanan yang kariogenik dan tidak menyikat gigi
sisa makanan yang masih menempel pada permukaan gigi terutama jenis
(Sribintari, 2016).
yang terpapar oleh gula atau karbohidrat yang kariogenik (Febrian, 2014).
Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies yang terdapat
akan turun dalam waktu 1–3 menit sampai pH 4,5–5,0. Kemudian pH akan
20
kembali normal pada pH sekitar 7 dalam waktu 30–60 menit, dan jika penurunan
pH plak ini terjadi secara terus menerus maka akan menyebabkan demineralisasi
pada permukaan gigi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Hidayat et al., 2014)
menggosok gigi sebelum mengkonsumsi makanan manis dan lengket lebih tinggi
Kondisi asam seperti ini sangat disukai oleh Sterptococcus mutans dan
proses perkembangan dan kelanjutan karies (Agung & Nurlitasari, 2017). Tanda
pertama proses ini adalah bercak putih yang disebut juga sebagai white spot.
2014).
gigi (Suratri et al., 2017). Salah satu fungsi saliva adalah berperan sebagai buffer
21
Makanan manis dengan konsistensi lengket sulit dibersihkan dari
yang dapat melarutkan struktur gigi dan memicu terjadinya karies. Walaupun
makanan lengket dan manis sulit dibersihkan terutama pada fisur atau celah gigi.
dan mulut anak buruk sehingga prevalensi kariesnya tinggi (Sribintari, 2016).
Makanan manis akan dinetralisir oleh air ludah setelah 20 menit, maka
mengakibatkan gigi lebih cepat rusak. Makanan manis lebih baik dimakan pada
saat jam makan utama, seperti sarapan, makan siang, dan makan malam,
karena pada waktu jam makan utama biasanya air ludah yang dihasilkan cukup
dari pada mengonsumsi makanan kariogenik setiap hari namun dalam frekuensi
konsumsi yang sedikit (Mendur et al., 2017). Hal ini sejalan dengan penelitian
(Elbees & Wahyudi, 2018) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
Penelitian (Jamil, 2011) menunjukkan bahwa deft rata-rata lebih tinggi pada
22
dengan frekuensi sering, kadang-kadang dan hampir tidak pernah/tidak pernah.
kavitas atau karies. Penelitian (Andayasari & Anorital, 2016) menunjukkan bahwa
kariogenik dengan kejadian karies gigi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
sering anak yang mengkonsumsi makanan kariogenik, maka akan semakin tinggi
fluoride yang dapat mencegah karies gigi (Aprinta et al., 2018). Hal ini sejalan
menggosok gigi berpengaruh terhadap kejadian karies gigi pada anak. Hal ini
berarti semakin teratur menggosok gigi maka semakin kecil resiko kejadian
karies gigi.
Waktu menggosok gigi yang baik dilakukan adalah pada pagi hari dan
malam hari sebelum tidur. Pada pagi hari, menggosok gigi dilakukan sebelum
makan dan 30 menit sesudah makan. Menggosok gigi sebelum makan bertujuan
plak. Menggosok gigi pada malam hari sebelum tidur bertujuan untuk mencegah
interaksi bakteri dengan sisa makanan yang masih menempel sebagai akibat dari
23
penurunan produksi saliva saat tidur sehingga tidak dapat membersihkan rongga
gigi dan mulut serta mengurangi aktivitas perlekatan sukrosa pada permukaan
(tidak dalam pH kritis) saat kita makan sampai 30 menit sesudah makan
plak sesudah makan, yang merupakan sumber bahan makanan bagi bakteri
gigi
Peran orang tua dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak dapat
mempengaruhi status kesehatan gigi anak tersebut (Halim, 2011 cit Gayatri,
2017) Anak usia 4-6 tahun masih kurang mengetahui dan mengerti tentang
memelihara kebersihan gigi dan mulut, anak masih sangat bergantung kepada
orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan giginya karena
gigi dibanding dengan orang dewasa (Cahyaningrum, 2017). Hal ini sejalan
dengan penelitian (Husna, 2016) yang mengatakan bahwa semakin baik peran
24
orang tua maka semakin rendah kejadian karies, begitu juga dengan perilaku
anak dalam menyikat gigi, semakin baik perilaku anak dalam menyikat gigi maka
Orang tua cenderung lebih menuruti apa yang diinginkan anak dengan
menyebabkan karies gigi seperti permen dan coklat. Kebiasaan anak makan
makanan manis tanpa diimbangi peran orang tua yang baik dalam mengajarkan
menyikat gigi pada anaknya akan menyebabkan terjadinya karies gigi (Suciari et
al., 2015).
gigi dan mulut untuk mengurangi terjadinya karies dimaksudkan agar anak
mampu dan dapat memelihara kesehatan gigi dan mulutnya dengan baik. Peran
orang tua dan pola asuh, baik itu berupa bimbingan dan pengawasan akan dapat
memotivasi anak.
Motivasi orang tua merupakan faktor yang penting bagi anak dalam
melakukan kegiatan baik di rumah maupun di luar rumah. Orang tua harus selalu
kesehatan anak. Orang tua memberikan pengaruh yang sangat besar tehadap
perilaku anak, sebab orang tua merupakan figur pertama yang menjadi contoh
bagi anak-anaknya. Hal yang dapat dilakukan antara lain membantu anak dalam
kegiatan menggosok gigi terutama pada anak di bawah usia 10 tahun, karena
anak belum memiliki kemampuan motorik yang baik untuk menggosok gigi
terutama jika dilakukan mandiri. Anak akan dapat menyadari apa gunanya
menggosok gigi itu, jika diberi perangsang atau motivasi. Maka motivasi orang
25
tua memegang peran penting terhadap keberlangsungan kesehatan gigi anak
belum merasakan masalah sebelum terkena karies gigi. Anak baru akan merasa
ada masalah dengan giginya saat sudah timbul rasa nyeri akibat karies gigi yang
26
BAB IV
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Gayatri, R. W. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak Sdn Kauman 2 Malang. Journal of
Health Education, 2(2), 201–210.
Hidayat, S., Adhani, R., & Arya, I. W. (2014). Perbedaan pH saliva menggosok
gigi sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan manis dan lengket
pengukuran menggunakan pH meter pada Anak usia 10-12 tahun di SDN
Melayu 2 Banjarmasin. Jurnal Kedokteran Gigi, II(1), 39–45.
Husna, A. (2016). Peranan Orang Tua dan Perilaku Anak dalam Menyikat Gigi
dengan Kejadian Karies Anak. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(1), 17–23.
https://doi.org/10.30602/JVK.V2I1.49
29
Kebidanan, XI(01), 35–43.
Suarniti, L. P. (2014). Pencabutan Dini Gigi Sulung Akibat Caries Gigi Dapat
Menyebabkan Gigi Crowding. Jurnal Kesehatan Gigi, 2(2), 233–238.
Susi, Bachtiar, H., & Azmi, U. (2012). Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang
Tua Dengan Karies Pada Gigi Sulung Anak Umur 4 Dan 5 Tahun. Majalah
Kedokteran Andalas, 36(1), 96.
30
Widayati, N. (2014). Faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia
4-6 tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(2), 196.
31