Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL

FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB TIMBULNYA KARIES

GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR

DI SD INPRES BONTOBILA

NUR AFIFAH SYAM

PO.71.4.261.20.1.018

PRODI D-IV TERAPIS GIGI

JURUSAN KESEHATAN GIGI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

TAHUN 2023
PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB TIMBULNYA KARIES

GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR

DI SD INPRES BONTOBILA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Terapan Kesehatan Gigi

NUR AFIFAH SYAM

PO.71.4.261.20.1.018

PRODI D-IV TERAPIS GIGI

JURUSAN KESEHATAN GIGI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan limpahan rahmat dan

hidayahnya sehingga segala rintangan, tantangan dan hambatan dalam

menyelesaikan proposal skripsi ini yang berjudul “Faktor Eksternal Penyebab

Timbulnya Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar di SD Inpres Bontobila”

dapat terselesaikan. Proposal skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

kelulusan dan perolehan gelar Sarjana Terapis Gigi (S.Tr.Kes) di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Makassar Diploma IV Jurusan Kesehatan Gigi. Dalam

penyusunan proposal skripsi ini penulis menyadari bahwa proposal ini tidak akan

mampu tersusun dengan baik dan tidak akan mampu melewati segala rintangan

dan hambatan tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati saya ingin berterima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT. yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia yang luar

biasa dan kesempatan untuk menyelesaikan proposal skripsi ini.

2. Bapak Dr. Drs. Rusli, Apt., Sp.FRS. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar.

3. Bapak Syamsuddin Abubakar, S.SiT, M.Mkes. Selaku Ketua Jurusan

Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar,sekaligus sebagai

pembimbing kedua penulis yang telah memberikan saran, pendapat dan arahan
yang sangat bermanfaat serta membimbing penulis selama proses penyusunan

skripsi ini hingga selesai.

4. Terima kasih kepada drg. Hj. Asridiana, M.Mkes. Selaku Ketua Program Studi

Diploma IV Terapis Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

5. Drg. Badai Septa W. M.Kes. Selaku pembimbing I, yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan yang membangun.

6. Seluruh dosen dan staf Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusan

Kesehatan Gigi yang telah mencurahkan ilmunya dan membantu dalam

penyelesaian proposal skripsi ini.

7. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta dan

tersayang ayahanda Syamsuddin Dolo, A.Md dan ibunda Rosdiana Basri yang

selalu memberikan dukungan baik material maupun moral, semangat,

dorongan, saran dan kasih sayang tanpa batas serta doa yang tulus sehingga

penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan penuh semangat.

8. Kepada kakakku Hiqmah Nur Layla Syam, Muhammad Zulfhan Syam, Rudi

Hartono, Nur Hikma yang memberikan kepercayaan besar, kasih sayang dan

cinta, selalu menjadi penyemangat serta menjadi bidadara pelindungku.

9. Kepada segenap keluarga yang telah berdoa dan memberikan semangat serta

dukungan yang luar biasa.

10. Kepada teman-teman seperjuangan Lala Deka, Intan Nasri, Muftih Khaera

Umma, Risky Prihandini, Ilmi Saputri Namas, Rahmawati, Lutfiah Sri

Wahyuni AM, Fahima Tuzzahraoh, Nurhidayah Mukmin yang selalu bersama

meluangkan waktunya serta semua teman-teman angkatan Retensi 20 yang


membersamai dan memberikan dukungan serta bantuan dalam penyelesaian

proposal skripsi ini.

11. Nurafina Sari, Nadimah Basir, Natasya Nanda Pratiwi, Resky Liyani Syam,

Miftahul Jannah, almh. Amanda Suci Salsabila, Jilan Tsamara, Indra Indang,

Kakak St. Marwa, Prada Muh. Hairun Iqsan, Muh. Rusmin Razak, dan

Rahman Saleh yang memberikan dukungan dan semangat, serta saran

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan penuh

semangat.

12. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga

segala bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dapat menjadi amal ibadah

dan semoga Allah SWT. membalas segala kebaikan yang telah kalian

berikan.

Penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun, demi

kesempurnaan proposal skripsi ini. Penulis juga berharap semoga proposal

skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun para pembacanya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, November 2023

Nur Afifah Syam


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................

KATA PENGANTARiii

DAFTAR ISIvi

DAFTAR TABELviii

DAFTAR GAMBARix

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang1

B. Rumusan Masalah5

C. Tujuan Penelitian5

D. Ruang Lingkup5

E. Manfaat Penelitian6

F. Keaslian Penelitian7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA11

A. Uraian Teori11

1. Defenisi Karies Gigi................................................................................

2. Tanda-tanda dan Gejala Karies...............................................................

3. Bentuk Karies Gigi..................................................................................

4. Klasifikasi Karies14
5. Indeks Karies15

6. Upaya Pencegahan Karies18

B. Faktor Eksternal Penyebab Karies Gigi Pada Anak20

C. Kerangka Konsep22

D. Hipotesis23

BAB III METODE PENELITIAN24

A. Jenis dan Desain Penelitian24

B. Populasi dan Sampel24

C. Waktu dan Tempat24

D. Variabel Penelitian25

E. Defenisi Operasional25

F. Instrumen dan Bahan Penelitian25

G. Uji Validitas26

H. Jenis dan Cara Pengumpulan Data27

I. Teknik Analisis Data28

J. Prosedur Penelitian28

K. Manajemen Data29

L. Etika Penelitian29

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
DAFTAR TABEL

Table 1.1 : Keaslian Penelitian …………………………………………………7


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Karies Gigi………………………………………………………….11

Gambar 2.2 Klasifikasi Karies Menurut G. V Black…………………………….14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut..definisi..dari..Organisasi..Kesehatan..Dunia..(WHO), kesehatan

adalah..suatu..kondisi..kesejahteraan..yang..mencakup..aspek...fisik,….mental,

dan..sosial. yang..memungkinkan..setiap..individu…hidup…secara..produktif,

termasuk..memiliki..pekerjaan..atau…berkontribusi..secara…ekonomi..Sesuai

dengan Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, kesehatan diartikan

sebagai keadaan yang sehat dalam segi fisik, mental, spiritual, dan sosial, yang

memungkinkan setiap orang untuk menjalani kehidupan sosial dan ekonomi

secara produktif (Chaterina Purbasari, 2023).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh

yang tidak dapat dipisahkan, karena berpengaruh pada kesehatan tubuh secara

keseluruhan. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa berkembangnya

penyakit gigi dan mulut disebabkan oleh kesehatan mulut secara keseluruhan.

Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga

kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut yang sudah menjadi kebiasaan dan

bagian dari budaya tertentu (Nandiya Selvyanita, 2021).

Penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi hingga saat ini dalam

masyarakat adalah karies gigi. Menurut estimasi dari World Health

Organization (WHO), sekitar 60% hingga 90% anak sekolah dan 100% orang

dewasa di seluruh dunia mengalami kerusakan gigi atau karies gigi (Editha

Meydiana Setiawan, 2018).


Karies gigi merupakan isu serius dalam kesehatan gigi dan mulut,

terutama pada anak-anak usia sekolah dasar. Anak yang mengalami karies

gigi cenderung kehilangan selera makan dan kurang semangat dalam

menjalani kebiasaan menyikat gigi, yang bisa berdampak pada kesehatan gigi

anak. Merawat gigi dan mulut dengan optimal, terutama pada anak-anak,

memainkan peran kunci dalam menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka

di masa depan (Damayani, 2020).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, ditemukan bahwa sebagian besar

penduduk Indonesia mengalami masalah gigi berlubang, mencapai 88,8%.

Pada kelompok usia 3-5 tahun, insiden gigi berlubang mencapai 81,1%. Ini

berarti hanya sekitar 19% anak-anak di Indonesia yang tidak mengalami

masalah karies gigi (Imam Sarwo Edie, 2021).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, masalah gigi yang paling

dominan di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit, mencapai 45,3%.

Angka tertinggi terjadi pada kelompok usia 4-9 tahun, yaitu sebesar 7,3%

(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014). Prevalensi gigi

berlubang pada anak usia dini mencapai tingkat yang sangat tinggi, yakni

93%. Ini berarti hanya sekitar 7% anak Indonesia yang tidak mengalami

karies gigi, angka tersebut masih jauh dari target Badan Organisasi Dunia

yang menargetkan 93% anak usia 5-6 tahun bebas dari karies gigi

(Kementerian Kesehatan RI, 2018) (Imam Sarwo Edie, 2021).

Terdapat beberapa faktor (multiple factors) yang memengaruhi timbulnya


karies gigi, yang terdiri dari tiga faktor internal utama, yaitu gigi, saliva,

mikroorganisme, dan substrat, dengan tambahan faktor waktu. Keempat

faktor tersebut diilustrasikan sebagai lingkaran, dan jika keempatnya saling

tumpang tindih, maka karies gigi dapat terjadi. Selain itu, karies gigi juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor tidak langsung yang dikenal sebagai faktor luar

atau faktor eksternal, seperti perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan

faktor keturunan (Miftakhun N.F, 2016).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SDN Sambiroto 02 Semarang,

yang melibatkan 417 siswa, masalah utama yang diidentifikasi adalah karies

gigi. Setelah melakukan perhitungan, karies pada gigi permanen (DMF-T)

terungkap sebagai prioritas utama dalam konteks masalah kesehatan gigi di

SDN Sambiroto 02 Semarang. Sebanyak 162 siswa, atau 45% dari total

populasi, diketahui mengalami karies gigi susu, dan 40% dari seluruh siswa

memiliki tingkat kebersihan gigi yang rendah. Selain data hasil pemeriksaan,

juga terdeteksi permasalahan perilaku, terutama kebiasaan anak-anak

mengkonsumsi makanan kariogenik di sekolah, terutama harum manis, es

doger, kue samir, martabak, coklat, gulali, siomay, es jus, dan makanan ringan

lainnya yang tinggi akan sukrosa. Lebih lanjut, siswa SDN Sambiroto 02

belum menerapkan kebiasaan menyikat gigi secara baik dan benar sesuai

dengan waktunya (Erni Mardiati, 2017).

Berdasarkan pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri

Karangayu 03 pada tanggal 3 Desember 2013, diketahui bahwa kegiatan UKS

tidak efektif. Data hasil kegiatan UKS di Puskesmas Karangayu


menunjukkan belum tersedianya ruang UKS tersendiri yang memadai di SD

Negeri Karangayu 03. SD Negeri Karangayu 03 bermitra dengan Puskesmas

Karangayu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi siswa baru.

Pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan status gizi, kebugaran jasmani,

mata, telinga, kulit, mulut, gigi, dan lain-lain (Khusnul Khotimah, Ns. Suhadi,

2013).

Hasil pemeriksaan kesehatan tahun 2012 menunjukkan bahwa kurang lebih

80% siswa baru SD Negeri Karangayu 03 mengalami gigi berlubang, dimana

34 dari 43 siswa baru mengalami gigi berlubang. Di sekitar halaman sekolah

banyak terdapat toko-toko yang menjual makanan manis, berwarna-warni, dan

lumer di mulut, antara lain coklat, kue kering, dan permen yang dapat

menyebabkan gigi berlubang. Sebagian besar anak-anak SD Negri Karangayu

03 nampaknya menyukai makanan ini. Anak juga mempunyai kebiasaan

menggosok gigi pada pagi dan malam hari bersamaan dengan mandi (Khusnul

Khotimah, Ns. Suhadi, 2013).

Berdasarkan hasil observasi awal di SD Inpres Bontobila, penulis

menemukan informasi bahwa secara umum, keadaan kebersihan gigi dan

mulut anak berusia 10-12 tahun sebagian besar buruk, dengan sebagian besar

mengalami karies, dan rata-rata karies mencapai dentin hingga sisa akar.

Beberapa siswa masih memiliki kebiasaan makan atau membeli makanan

manis yang menempel dan sejumlah siswa terlihat malas menyikat gigi.

Sebagian besar dari mereka juga tidak menjalani kunjungan untuk

pemeriksaan dan perawatan gigi. Selain itu, SD Inpres Bontobila tidak


memiliki Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) sebagai upaya penanganan

awal masalah kesehatan gigi dan mulut anak. Kondisi ini merupakan salah

satu faktor eksternal yang menjadi penyebab, terutama karena kurangnya

pengetahuan siswa tentang masalah kesehatan gigi dan mulut, yang

menyebabkan tingginya kasus karies gigi pada anak.

Oleh karena itu, berdasarkan gambaran di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang "Faktor Eksternal Penyebab Timbulnya Karies

Gigi Pada Anak Sekolah Dasar di SD Inpres Bontobila".

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada uraian latar belakang di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara faktor eksternal

terhadap timbulnya karies gigi pada anak sekolah dasar di SD Inpres

Bontobila?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Tujuan Umum:

Untuk mengetahui hubungan antara faktor eksternal terhadap

timbulnya karies gigi pada anak sekolah dasar di SD Inpres Bontobila.

2. Tujuan Khusus:

a. Untuk mengetahui keadaan karies gigi pada anak sekolah di SD

Inpres Bontobila, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi

Selatan.

b. Mengetahui..faktor-faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya


karies gigi pada anak SD Inpres Bontobila, Kecamatan Bajeng,

Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kesehatan gigi dan mulut mencakup kegiatan pelayanan

asuhan keperawatan gigi dan mulut, yang melibatkan upaya promotif,

preventif, dan kuratif yang bersifat terbatas. Dalam penelitian ini, fokus ruang

lingkup terbatas pada upaya promotif dan preventif. Penelitian ini hanya akan

mengeksplorasi aspek-aspek yang berkaitan dengan faktor eksternal yang

menjadi penyebab timbulnya karies gigi pada anak sekolah dasar di SD Inpres

Bontobila.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Mendapatkan pengetahuan dalam ranah kesehatan gigi dan

pengalaman penelitian yang luar biasa, yang dapat menjadi landasan bagi

peneliti berikutnya dalam merancang proposal.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan keterampilan dalam menerapkan

pengetahuan saat melakukan penelitian secara langsung mengenai

faktor eksternal penyebab timbulnya masalah gigi berlubang pada

anak sekolah dasar di SD Inpres Bontobila.

b. Bagi Institusi Pendidikan


Memberikan masukan ilmu dan informasi yang bermanfaat

kepada semua pembaca, khususunya mahasiswa jurusan kesehatan

gigi mengenai faktor eksternal penyebab timbulnya masalah gigi

berlubang pada anak sekolah dasar.

c. Bagi Pihak Sekolah

Mengetahui faktor-faktor eksternal penyebab timbulnya

masalah gigi berlubang dan dapat melakukan upaya preventif

mengenai karies gigi pada anak sekolah dasar di SD Inpres

Bontobila.

F. Keaslian Penelitian

Nama
No. Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti

1. Miftakhun Faktor Eksternal Deskriptif Hasil penelitian ini

N.F, Salikun, Penyebab Kuantitatif dengan mengungkapkan :

Lanny Terjadinya Karies metode cross


1. Pengetahuan
Sunarjo, Erni Gigi Pada Anak Pra sectional atau
tentang penyebab
Mardiati Sekolah Di Paud pendekatan
karies gigi pada
(2016). Strowberry Rw 03 observasi atau
anak pra sekolah di
Kelurahan pengumpulan data
PAUD Strowberry
Bangetayu Wetan sekaligus pada suatu
RW 03 Kelurahan
Kota Semarang. saat (point time
Bangetayu Wetan
approach).
merupakan faktor

yang signifikan.
2. Sikap berperan

sebesar 65% dalam

menyebabkan

karies gigi.

3. Tindakan atau

praktik, dengan

76% anak masih

memiliki kebiasaan

makan coklat,

permen, atau

biskuit, menjadi

faktor penyebab

karies gigi.

4. lingkungan di

sekitar, sebanyak

62%, juga

memengaruhi

terjadinya karies

gigi pada anak pra

sekolah.

5. Pelayanan

kesehatan memiliki
andil sebanyak

68%, dimana

sebagian besar

anak belum pernah

mendapatkan

pelayanan

kesehatan gigi.

6. Fakor keturunan,

dengan sebanyak

65% responden

menyatakan bahwa

kondisi gigi ibu

dan anak

cenderung

berlubang, menjadi

penyebab

terjadinya karies

gigi pada anak pra

sekolah.

2. Khusnul Faktor-Faktor yang Survei analitik, yaitu Berdasarkan hasil

Khotimah, berhubungan survei atau penelitian ini, dapat

Ns, Suhadi, dengan kejadian penelitian yang disimpulkan bahwa

M.Kep., Sp. karies gigi pada menggali bagaimana rata-rata usia


Kep. Kom, anak usia 6-12 fenomena kesehatan responden adalah 9

dan Purnomo, tahun di SD Negeri terjadi. Kemudian tahun. Mayoritas

SKM, M, Kes Karangayu 03 melakukan analisis responden adalah

(2013) Semarang. dinamika kolerasi perempuan, yaitu

antara faktor resiko 38 responden atau

dengan faktor efek. 54,3% dan

Metode pendekatan sebagian besar

yang digunakan orangtua responden

adalah cross memiliki status

sectional (potong ekonomi kurang

lintang). dari UMR, yaitu 61

responden atau

87,1%. Sebagian

besar responden,

yaitu 58 responden

atau 82,9%, rutin

menggosok gigi

lebih dari 2 kali

sehari, dan sekitar

50,0% responden

sering

mengonsumsi

makanan
kariogenik. Lebih

dari setengah

responden, yaitu 50

responden atau

71,4% mengalami

karies gigi. Dari

analisis statistik,

disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan

antara usia dan

kejadian karies gigi

dengan nilai

p=0,053. Terdapat

hubungan antara

jenis kelamin dan

kejadian karies gigi

dengan nilai

p=0,021. Namun,

tidak ada hubungan

antara status

ekonomi dan

kejadian karies gigi

dengan nilai
p=0,708. Terdapat

hubungan antara

kebiasaan

menggosok gigi

dan kejadian karies

gigi dengan nilai

p=0,014. Selain itu,

terdapat hubungan

antara konsumsi

makanan

kariogenik dan

kejadian karies gigi

dengan nilai

p=0,017.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Teori

1. Defenisi Karies Gigi

Gambar 2.1 Karies Gigi

Sumber : (Listrianah, 2018)

Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan gigi yang

dicirikan oleh adanya kerusakan pada jaringan, dimulai dari permukaan

gigi dan dapat meluas ke arah pulpa. Kondisi ini dapat muncul pada setiap

individu, mengenai suatu permukaan gigi, dan mungkin berkembang ke

bagian gigi yang lebih dalam (Mardianto, 2016).

Kerusakan gigi merupakan penyakit yang umum terjadi baik pada

anak-anak maupun orang dewasa, baik pada gigi sulung maupun gigi

permanen. Hal tersebut adalah infeksi yang merusak struktur gigi sehingga

menyebabkan gigi berlubang, yang dapat menyebabkan rasa sakit,

gangguan tidur, kehilangan gigi, infeksi, berbagai kasus serius, dan bahkan

kematian (Nurhaeni, 2020).


Karies gigi dapat digambarkan sebagai suatu infeksi yang

menyebabkan proses demineralisasi progresif pada jaringan permukaan

keras mahkota dan akar gigi. Prevalensi karies gigi masih tinggi di

seluruh dunia sehingga menjadi isu kesehatan gigi dan mulut yang

mendesak (Pariati, 2020).

2. Tanda-Tanda dan Gejala Karies Gigi

Bercak putih yang tampak seperti lapisan kapur berwarna putih

pada permukaan gigi merupakan tanda dan gejala yang umum terjadi

pada individu dengan gigi yang mengalami karies. Selanjutnya, pada gigi

tersebut, muncul lubang kecil yang seringkali berwarna coklat atau

hitam. Kemudian, pada gigi tersebut nanti akan timbul lubang kecil, yang

seringkali berwarna coklat atau hitam. Lubang kecil pada gigi tidak akan

sakit, tetapi ketika lubang pada gigi semakin membesar dan

mempengaruhi sistem neurologis gigi, sensasi sakit yang berdenyut mulai

dirasakan. Lubang kecil pada gigi tidak akan menimbulkan rasa sakit,

tetapi ketika lubang tersebut memperbesar dan mencapai sistem saraf

gigi, rasa sakit berdenyut akan muncul. Ketika stimulus seperti panas,

dingin, manis dan asam menyentuh gigi yang karies, gigi akan menjadi

lebih sakit dan terasa ngilu.

Perluasan lubang pada gigi menandakan tingkat keparahan karies

gigi yang semakin meningkat. Saat karies gigi berkembang, ada risiko

bahwa infeksi dapat menyebar ke dalam ruang pulpa, merupakan ruang

di dalam gigi yang berisikan pembuluh darah dan jaringan saraf. Proses
peradangan dimulai saat karies gigi menembus dan mencapai ruang pulpa

gigi. Sensasi nyeri berdenyut yang terus menerus pada gigi menjadi ciri

kondisi inflamasi yang berhubungan dengan karies gigi. Terdapat

kemungkinan mengalami nyeri berdenyut di telinga bagian dalam dan

kepala. Bakteri berbahaya yang memasuki pulpa melalui karies gigi

dapat menyebabkan kematian sel jaringan dan saraf. Mikroorganisme

penyebab karies gigi terus menyebar ke jaringan pendukung gigi setelah

menyebabkan kematian jaringan di kamar pulpa. Pencabutan gigi adalah

efek samping paling umum dari serangan bakteri pada tulang penyangga

gigi akibat karies gigi, dengan catatan bahwa akar gigi masih bisa

tertinggal di tulang rahang (Telaumbanua, 2019).

3. Bentuk Karies Gigi

Dalam buku Rasitna Tarigan, gigi yang mengalami karies dibagi

menjadi beberapa bentuk berdasarkan kedalamannya antara lain :

 Karies Superfisialis : karies pada tahap ini baru mencapai email gigi

sedangkan dentin belum terkena.

 Karies Media : karies pada tahap ini sudah mencapai dentin, tetapi

belum melebihi setengah bagian dari dentin.

 Karies Profunda : karies pada tahap ini sudah mencapai lebih dari

setengah bagian dentin dan kadang-kadang sudah mencapai pulpa.

Karies profunda dapat dibagi lagi menjadi :

a. Karies Profunda Stadium I : karies telah melewati setengah bagian

dentin, biasanya tanpa adanya radang pulpa.


b. Karies Profunda Stadium II : masih terdapat lapisan tipis yang

membatasi karies dengan pulpa. Pada tahap ini, biasanya sudah

terjadi radang pulpa.

c. Karies Profunda Stadium III : pulpa gigi telah terbuka, dan berbagai

jenis radang pulpa dapat terjadi (Listrianah, 2018).

4. Klasifikasi Karies Gigi

Gambar 2.2 Klasifikasi Karies Menurut G. V.

Sumber : (Listrianah, 2018)

Klasifikasi Menurut G.V. Black (1924), klasifikasi karies terbagi

menjadi lima kelas, sebagaimana dijelaskan oleh Listrianah (2018):

1) Kelas I :

a. Karies yang muncul pada bidang oklusal gigi prenolar dan molar

b. Karies pada ceruk dan fisura bukal molar bagian bawah

c. Karies pada ceruk dan fisura palatal molar bagian atas

d. Karies pada bagian palatal atau lingual gigi depan

2) Kelas II :

Karies yang terjadi pada bagian aproksimal bagi bagian mesial atau

distal

dari gigi posteriol.


3) Kelas III :

Karies pada bagian aproksimal gigi anterior (insisif dan kaninus), baik

bagian mesial maupun distal, tanpa melibatkan tepi incisal.

4) Kelas VI :

a. Karies pada bidang aproksimal insisisif dan kaninus, baik bagian

mesial maupun distal, yang mencapai tepi incisal.

b. Karies pada bagian puncak tonjol semua gigi

5) Kelas V :

Karies yang terdapat pada sepertiga servikal dari semua gigi, yang

terdiri

dari sepertiga incisal, sepertiga tengah, dan sepertiga servikal.

5. Indeks Karies Gigi

Menurut (Ayu wahyuni, 2019) ada beberapa indeks karies diantaranya

seperti :

a. Indeks Karies Gigi Permanen

Frekuensi dan tingkat keparahan karies dapat diukur dengan

menggunakan indeks karies. Ini adalah angka yang menunjukkan

jumlah gigi berlubang pada seseorang atau kelompok. Untuk mengukur

frekuensi dan tingkat keparahan karies pada gigi permanenn digunakan

indeks DMF-T (karies, gigi hilang dengan tambahan). Skor DMF-T

merupakan angka yang menunjukkan jumlah gigi berlubang pada suatu

individu atau kelompok (Ayu Wahyuni, 2019).


1) Angka D = karies.atau.decay : gigi mengalami karies akibat karies.

2) Angka M = hilang atau missing :.gigi dicabut akibat karies gigi atau

sisa akar.

3) Angka F = Gigi dalam keadaan baik dengan gigi berlubang atau

terisi.

Klasifikasi tingkat keparahan karies pada usia diatas 12 tahun

dibagi

menjadi lima kategori (Ayu Wahani, 2019) :

a) Tingkat keparahan sangat rendah dengan skor DMF-T 0,0 hingga 1.0

b) Nilai DMF-T tingat keparahan rendah antara 1,2 hingga 2,6

c) Tingkat keparahan sedang ketika nilai DMF-T antara 2,7 dan 4,4

d) Tingkat keparahan tinggi ketika nilai DMF-T antara 4,5 dan 6,6

e) Tingkat keparahan berikutnya sangat tinggi, nilai DMF-T > 6,6


Perhitungan DMF-T didasarkan pada 28 giggi tetap, gigi yang

tidak dihitung adalah : (Ayu Wahuni, 2019)

a) Gigi geraham ketiga

b) Gigi erupsi

Erupsi gigi, baik erupsi dini (erupsi klinis), erupsi sebagian, atau

……erupsi lengkap, terjadi ketika sebagian gigi menembus gingiva.

c) Gigi yang hilang akibat kelainan kongenital dan keberlebihan

jumlah gigi.

d) Kehilangan gigi bukan disebabkan oleh kerusakan gigi. Impaksi

…..atau perawatan ortodonti.

e) Protesa gigi traumatis untuk alasan estetika dan jembatan.

f) Gigi sulung yang belum tanggal.

b. Indeks Karies Gigi Sulung

Indikator yang digunakan untuk menilai status karies gigi sulung

adalah indikator def-t (kerusakan gigi, gigi dicabut/gigi perlu dicabut,

gigi ditambal). Kriteria deteksi def-t : (Ayu Wahuni, 2019)

1) Karies (d) : semua gigi sulung karies, karies sekunder pada tambalan,

gigi dengan tambalan sementara.

2) Pencabutan/Indikasi pencabutan gigi (e) : gigi sulung yang hilang atau

dicabut karena karies atau sisa akar yang mengandung karies tidak

dapat ditambal dan oleh karena itu diindikasikan untuk pencabutan.

3) Tambalan (f) : gigi sulung dengan tambalan permanen.


Perhitungan def-t didasarkan pada 20 gigi sulung. Gigi yang yak

terhitung jumlahnya adalah empat, yakni : gigi hilang, termasuk gigi

erupsi, gigi hilang bawaan, gigi supernumerary, dan gigi yang direstorasi

karena sebab selain karies.

Menurut Ayu Wahyuni (2019), klasifikasi tingkat keparahan karies

gigi pada usia kurang dari 12 tahun dibagi menjadi lima kategori, yaitu :

a. Tingkat keparahan sangat rendah : dengan nilai def-t berkisar antara 0,0

hingga 1,0.

b. Tingkat keparahan rendah : dengan nilai def-t berkisar antara 1,2 - 2,6.

c. Tingkat keparahan sedang : dengan nilai def-t berkisar antara 2,7 - 4,4.

d. Tingkat keparahan tinggi : dengan nilai def-t berkisar antara 4,5 - 6,5.

e. Tingkat keparahan sangat tinggi : dengan nilai def-t lebih dari 6,6.
6. Upaya Pencegahan Karies Gigi

Beberapa upaya pencegahan karies antara lain: Ghofur, A. (2012)

a. Memeriksa gigi secara rutin

Bahkan jika tidak ada keluhan, memeriksa gigi secara rutin ke

dokter gigi harus tetap dilakukan setiap enam bulan sekali. Hal ini

diperlukan agar dokter gigi dapat menemukan lubang kecil yang

terbentuk pada gigi agar dapat ditangani segera sebelum lubang tidak

semakin lebar..

b. Menyikat gigi secara teratur pada waktu yang tepat

Waktu yang tepat untuk membersihkan gigi adalah tepat setelah

sarapan di pagi hari dan tepat sebelum tidur di malam hari.

c. Menyikat gigi dengan cara yang benar

Bahkan ketika menyikat gigi sudah dipraktikkan secara rutin,

jika dilakukan secara tidak benar, hasilnya niscaya akan di bawah

standar. Cara menyikat gigi yang benar adalah dengan menyikat gigi

depan atas (gigi seri) ke bawah, gigi depan bawah ke atas, dan gigi

belakang secara horizontal. Geraham Anda harus disikat untuk jangka

waktu yang lebih lama karena sisa makanan dapat menempel pada gigi.

d. Berkumur setelah makan

Menyikat gigi tidak mungkin dilakukan sehabis makan, makan

cara terbaik adalah dengan berkumur-kumur agar sisa makanan tidak

terus menempel dan mengurangi keadaan asam dalam gigi.


e. Menggunakan benang untuk mengeluarkan sisa makanan

Untuk membersihkan makanan yang terselip pada gigi

disarankan untuk menggunakan dental floss atau benang gigi karena

lebih fleksibel dan tidak menyebabkan luka pada gusi.

f. Memilih pasta gigi yang mengandung fluoride

Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Zat ini

merupakan salah satu bahan pembentuk email gigi. Adanya zat ini dapat

mencegah karies gigi.

g. Mengkonsumsi makanan yang berserat

Buah-buah dan sayuran dapat memperkuat gigi dan dapat mencegah

gigi berlubang.

h. Mengurangi makanan yang banyak mengandung gula dan tepung

Ketika jenis makanan tersebut dibiarkan dimulut dan adanya bakteri,

asam yang dihasilkannya akan menimbulkan gigi berlubang.

B. Faktor Eksternal Penyebab Karies Gigi Pada Anak

Ada beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya karies gigi, terdiri

dari tiga faktor internal utama, yaitu gigi, saliva, dan mikroorganisme, serta

substrat dan waktu yang berperan sebagai faktor tambahan. Keempat faktor

ini diilustrasikan sebagai lingkaran, dan jika terjadi tumpang tindih di antara

keempatnya, karies gigi dapat terjadi. Selain itu, karies gigi juga dipengaruhi

oleh faktor-faktor tidak langsung yang dikenal sebagai faktor luar atau

eksternal, seperti perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan faktor

keturunan. (Miftakhun NF, 2016).


Faktor eksternal adalah faktor luar yang memiliki keterkaitan langsung

dengan terjadinya proses karies, di antaranya:

1. Faktor Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman dan interaksi

manusia dengan lingkungannya, yang tercermin dalam pengetahuan, sikap,

dan tindakan. Perilaku merupakan respons atau reaksi individu terhadap

stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Siti, 2018).

Pengetahuan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi

perkembangan karies gigi. Pengetahuan lahir dari rasa ingin tahu dan

setelah merasakan sesuatu (Maulana, E. G. S., dkk. 2016).

Sikap yang kurang mendukung terhadap pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut dapat berdampak pada perkembangan karies gigi. Sikap

mencerminkan kesiapan individu untuk merespons objek dalam

lingkungan tertentu sebagai ungkapan dari penilaian atau pendapat

terhadap objek tersebut (Miftakhun, N. F., dkk. 2016).

Praktek atau tindakan adalah pelaksanaan konkrit dari apa yang

telah dipelajari sebagai hasil teori yang diterima, dengan tujuan untuk

mengembangkan suatu keterampilan atau mengikuti suatu kegiatan

(Sunardi, S., & Mandra, M. A. S. 2018).

2. Faktor lingkungan
Lingkungan mencakup semua elemen, baik yang bersifat fisik,

biologis, maupun sosial, yang ada di sekitar manusia dan melibatkan

berbagai pengaruh luar yang dapat memengaruhi kehidupan serta

perkembangan manusia (Khusna, 2013).

3. Faktor keturunan

Hereditas merupakan faktor awal yang memberikan pengaruh pada

perkembangan individu. Dalam konteks ini, hereditas dapat dijelaskan

sebagai "kumpulan seluruh karakteristik yang diturunkan oleh orang tua

kepada anak, atau segala potensi fisik dan psikis yang dimiliki individu

sejak saat konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), sebagai warisan dari

orang tua melalui mekanisme genetik" (Naimah, 2020).

4. Faktor pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merujuk pada segala usaha, baik yang

dilakukan secara mandiri maupun kolaboratif dalam sebuah organisasi,

yang bertujuan untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan, mencegah

penyakit, mengobati kondisi penyakit, dan memulihkan kesehatan.

Pelayanan ini ditujukan untuk individu, kelompok, atau masyarakat secara

keseluruhan (Hetmi Wowor, 2016).


C. Kerangka Konsep

Dengan merujuk pada teori yang telah dibahas dalam tinjauan pustaka,

penulis menyusun kerangka konsep yang diilustrasikan dalam skema sebagai

berikut :
Ket :

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa terdapat korelasi antara faktor

eksternal dan munculnya karies gigi pada murid sekolah dasar di SD Inpres

Bontobila, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, dengan

rancangan Cross-Sectional. Jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

antara variabel independent dan variabel dependen dengan melakukan

pemeriksaan dan pengumpulan data di waktu yang sama.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4

sampai 6 SD Inpres Bontobila di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Sulawesi Selatan.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian kecil dari populasi penelitian.

Sampel penelitian ini berjumlah 53 siswa.

C. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampelnya adalah total sampel, yaitu

mengambil seluruh populasi sebagai sampel data yang akan diukur atau

diamati..Dengan menggunakan metode summative sampling ini,.kita dapat

memastikan bahwa sampel yang diambil mewakili keseluruhan populasi.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Bontobila, Kecamatan Bajeng,

Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember- Januari 2024

E. Variabel Penelitian

a. Variabel independent (pengaruh)

Variabel independen dalam penelitian ini faktor eksternal (pengetahuan,

sikap, tindakan, lingkungan, keturunan, dan faktor pelayanan kesehatan).

b. Variabel dependen (terpengaruh)

Variabel yang menjadi fokus penelitian ini adalah karies gigi sebagai

variabel dependen.

F. Defenisi Operasional

1. Faktor eksternal merujuk pada elemen yang berasal dari luar tubuh

individu.

2. Karies gigi merupakan kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh

asam yang terdapat dalam karbohidrat, melalui aksi mikroorganisme

dalam saliva. Penilaian indeks karies dilakukan dengan menghitung DMF-

T dan def-t.

3. Pengetahuan adalah hasil dari rasa ingin tahu dan muncul setelah individu

melakukan pengamatan terhadap suatu objek.

4. Sikap adalah kesiapan untuk merespons suatu objek dalam lingkungan

tertentu sebagai bentuk tanggapan terhadap objek tersebut.

5. Praktik atau tindakan merupakan implementasi nyata dari apa yang telah
dipelajari sebagai konsekuensi dari teori yang diterima, guna

mengembangkan keterampilan atau aktivitas tertentu.

6. Lingkungan luar seseorang dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi,

seperti sumber air minum dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

7. Keturunan mencakup warisan yang diteruskan dari orangtua ke anak,

seperti

susunan gigi yang tidak rata karena adanya kombinasi rahang yang sempit

dan gigi yang besar. Jika orangtua mengalami karies gigi, kemungkinan

besar anak juga akan mengalami kondisi serupa.

8. Pelayanan kesehatan melibatkan ketersediaan fasilitas dan infrastruktur,

seperti puskesmas dan Pelayanan kesehatan gigi di poli gigi, dan sejauh

mana tenaga kesehatan gigi dan fasilitasnya dapat diakses oleh

masyarakat.

G. Instrumen dan Bahan Penelitian

1. Alat penelitian

a. Alat diagnostik

b. Nier bekken

c. Gelas plastik

d. Alat tulis menulis

e. Lembar observasi

f. Lembar kuesioner

2. Bahan Penelitian

a. Catton roll atau tissue


b. Alkohol 70%

c. Masker

d. Handscoon

H. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Cara Pengumpulam Data

a. Peneliti menginisiasi penelitian dengan menghubungi SD Inpres Bontobila,

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, sambil meminta persetujuan

dari responden untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner.

b. Kuisioner diserahkan kepada responden yang bersedia berpartisipasi dalam

penelitian, sambil peneliti memberikan penjelasan tentang cara

mengisinya.

c. Peneliti mengawasi proses pengisian kuisioner oleh responden,

memberikan

penjelasan tambahan jika diperlukan, dan menjawab pertanyaan mereka t

entang isinya.

d. Jika diperlukan, peneliti memberikan bantuan kepada responden untuk

menyelesaikan kuisioner apabila mereka mengalami kesulitan.

e. Kuesioner yang telah diisi oleh sampel penelitian dikumpulkan, dan

dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa semua pertanyaan telah

dijawab.

f. Persetujuan dalam penelitian ini dicapai melalui pengisian seluruh

pertanyaan dalam kuisioner penelitian, serta penandatanganan lembar

persetujuan (Informed Consent).


g. Melakukan pemeriksaan karies dan mencatat hasilnya pada lembar

observasi.

h. Kuisioner dan lembar observasi yang telah diisi lengkap kemudian diolah

dan dianalisis untuk mendapatkan data yang relevan.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data kuantitatif dilakukan dalam penelitian ini. Analisis

univariat digunakan untuk menggambarkan setiap variabel penelitian dalam

bentuk distribusi dan persentase, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk

mengeksplorasi korelasi antara variabel independen dan dependen.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji odds rasio.

J. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian:

1. Tahap Persiapan

a. Memilih area penelitian.

b. Melakukan observasi terkait latar belakang masalah di SD Inpres

Bontobila.

c. Menyusun proposal penelitian.

d. Menyelenggarakan seminar untuk proposal penelitian.

e. Menyesuaikan dan melakukan perbaikan proposal berdasarkan masukan

dan hasil dari seminar tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengajukan permohonan izin penelitian.


b. Memperkenalkan diri kepada responden yang memenuhi kriteria

penelitian dan mendapatkan tanda persetujuan penelitian.

c. Mendistribusikan lembar kuesioner.

d. Melakukan pemeriksaan hasil kuesioner dari responden penelitian.

e. Setelah mengumpulkan semua data, melakukan pengolahan dan analisis

data.

3. Tahap Akhir

a. Menyusun laporan penelitian

b. Menyajikan hasil penelitian

c. Melakukan ujian tutup

d. Melakukan perbaikan berdasarkan hasil ujian tutup

K. Manajemen Data

Untuk melakukan analisis terhadap faktor eksternal penyebab kerusakan

Gigi pada siswa sekolah dasar di SD Inpres Bontobila, data yang diperoleh

dari kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.

L. Etika Penelitian

Tujuan etika penelitian adalah menghormati hak responden, menjaga

kerahasiaan, dan melindungi kepentingan peneliti dalam melakukan

penelitian. Persoalan etika menjadi sangat penting karena penelitian ini

berdampak langsung pada individu. Beberapa pertimbangan etika yang perlu

diperhatikan meliputi:

1. Persetujuan Berinformasi (Lembar Persetujuan)


Persetujuan berinformasi diberikan kepada subjek sebelum mereka

menyetujui untuk menjadi responden. Ini bertujuan untuk memberikan

informasi lengkap tentang penelitian yang akan dilakukan, memungkinkan

responden untuk membuat keputusan tentang partisipasi mereka.

2. Anonimitas

Dengan menjaga identitas responden agar tidak terungkap, peneliti

memberikan jaminan bahwa subjek penelitian tidak akan disalahgunakan.

Kode identifikasi akan digunakan oleh peneliti saat mengelola dan

menyajikan data.

3. Kerahasiaan

Informasi yang dikumpulkan dari responden akan dijaga

kerahasiaannya, kecuali jika ada sejumlah data khusus yang perlu

dilaporkan sebagai hasil penelitian. Prinsip etika ini menjadi dasar dalam

merancang proposal penelitian dan mendapatkan izin penelitian dari

instansi yang berwenang, seperti Jurusan Kesehatan Gigi. Sebelum

melaksanakan penelitian, peneliti melakukan survei di lokasi penelitian,

menyampaikan proposal penelitian, dan menjelaskan tujuan penelitian

untuk mendapatkan izin dari pihak terkait. Pendekatan ini menegaskan

komitmen peneliti terhadap prinsip-prinsip etika dalam setiap langkah

penelitian
.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu wahyuni. (2019). Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen Siswa

Kelas Iv Dan V Di Sdn 23 Dangin Puri Kaja Denpasar Utara Tahun 2019.

Politeknik Kesehatan Denpasar, 53(9), 1689–1699.

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/id/eprint/1837

Chaterina Purbasari, F. K. M. F. B. N., 2023. PENDIDIKAN KESEHATAN

MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN

KARIES PADA ANAK-ANAk. Edu Curio.

Damayani, N. D., 2019. GAMBARAN TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN

MULUT SERTA KARIES GIGI SULUNG PADA SISWA KELAS II

DAN III SDN 6 SESETAN DENPASAR SELATAN. repository poltekkes

denpasar.

Editha Meydiana Setiawan, I. S. S. E. R., 2018. Hubungan status ekonomi

keluarga dengan resiko karies gigi usia 6-12 tahun. Jurnal Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran, September.


Erni Mardiati, S. I. S., 2017. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES

GIGI PADA SISWA SD SAMBIROTO 02 SEMARANG. Jurnal

Kesehatan Gigi, Juni.IV(1).

Ghofur, A. (2012). Buku Pintar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Mitra

Buku.

Hetmi Wowor, D. M. L. J. R., 2016. PELAYANAN KESEHATAN DI PUSAT

KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) AMURANG TIMUR

KABUPATEN MINAHASA SELATAN. Jurnal Ilmu Sosial &

Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan, Volume III.

Imam Sarwo Edie, A. I. P. B. H. S., 2021. TINGKAT PENGETAHUAN ORANG

TUA TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN TERJADINYA

KARIES PADA ANAK PRASEKOLAH. Jurnal Ilmiah Keperawatan

Gigi (JIKG), Juli .II(2)

Khusna, A. A., 2013. Hubungan Hygienitas dan Faktor Lingkungan dengan

Kejadian Penyakit Dermatitis di Dilayah Puskesmas Somagede Kabupaten

Banyumas.. repository.ump.ac.id

Khusnul Khotimah. Ns. Suhadi, M. K. S. K. K. P. S. M. K. (., 2013. FAKTOR –


FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES

GIGI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD NEGERI

KARANGAYU 03 SEMARANG. Karya Ilmiah STIKES Telogorejo,

Volume II..

Listrianah, R. L. S. H., 2018. GAMBARAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA

PERMANEN PADA SISWA –SISWI SEKOLAH DASAR NEGERI 13

PALEMBANG. Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang, Desember.XIII(2).

Mardianto, R. W. G., 2016. GAMBARAN STATUS KARIES GIGI ANAK

SEKOLAH DASAR KOTA MALANG. PREVENTIA, I(1).

Maulana, E. G. S., Adhani, R., & Heriyani, F. (2016). Faktor Yang

Mempengaruhi Kehilangan Gigi Pada Usia 35-44 Tahun Di Kecamatan

Juai Kabupaten Balangan Tahun 2014 Tinjauan Terhadap Pengetahuan

Dan Sosial Ekonomi. Dentino: Jurnal Kedokteran Gigi, 1(1), 98-103.

Miftakhun N.F, S. L. S. E. M., 2016. FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB

TERJADINYA KARIES GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH DI PAUD

STROWBERRY RW 03 KELURAHAN BANGETAYU WETAN KOTA

SEMARANG TAHUN 2016. Jurnal Kesehatan Gigi, Desember.III(2).

Nandiya Selvyanita, S. W. N. A. H., 2021. GAMBARAN PENGETAHUAN


ORANG TUA TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK

DI DESA KENTEN LAUT, KAB. BANYUASIN, SUMATERA

SELATAN. Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM), Juni.3(1).

Nurhaeni, 2020. KONSUMSI MAKANAN MANIS TERHADAP TINGKAT

KEJADIAN KARIES PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Media

Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Makassar, XIX(2).

Pariati, W., 2020. GAMBARAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP

KARIES GIGI PADA SISWA SD INPRES PATTIROKEC. MANUJU

KAB. GOWA. Media Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Makassar,

XIX(1).

Siti, H., 2018. PERILAKU TENAGA KERJA WANITA (TKW) DALAM

MENGATASI KECEMASAN di PJTKI CITRA CATUR UTAMA

KARYA PONOROGO. Respository Muhammadiyah University Of

Ponorogo, 10 October.

Sunardi, S., & Mandra, M. A. S. (2018). Hubungan Pengetahuan Teori dengan

Praktik Pengalasan Siswa SMK.

Telaumbanua, C., 2019. GAMBARAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN


MULUT DENGAN INDEKS DMF-T PADA LANSIA DI UPT. PELAYANAN

SOSIAL LANJUT USIA DINAS SOSIAL BINJA. repo.poltekkes-medan

Anda mungkin juga menyukai