Anda di halaman 1dari 42

IMPLEMENTASI PEMBERIAN MUSIK HEY TAYO UNTUK

MENURUNKAN KECEMASAN PADA ANAK PRASEKOLAH


AKIBAT HOSPITALISASI

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
NOVA WILDAN FIRDAUS
NIM A0021106

PRROGRAM STUDI DIII KEPEAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-

Nya sehingga proposal in dengan judul "Implementasi Terapi Musik Hey Tayo Untuk

Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Anak Prasekolah Akibat Hospitalisasi". Ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih.

Kepada:

1. Dr. Maufur selaku Rektor Universitas Bhamada Slawi.

2. Dwi Budi Prastiani, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan.

3. Ita Nur Itsna, MAN selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan Universitas

Bhamada Slawi.

4. Kepada pembimbing utama yang saya cintai Anisa Oktiawati, M.Kep yang telah

memberi masukan dan selalu member motivasi dalam penulisan Proposal ini

semoga Allah melimpahkan karunianya serta membalas kebaikannya yang telah

membantu dalam penyelesaian proposal ini, penulis ini menyadari bahwa proposal

ini masih banyak kekurangan yang belum sampai pada titik kesempurnaan. your are

the best lecture.

5. Seluruh Dosen Prodi D III Keperawatan Universitas Bhamada Slawi yang telah

memberikan bekal ilmu untuk menyusun proposal ini. Penelitian menyadari bahwa

penyusunan proposal ini memiliki banyak kekurangan.

6. Teristimewa kepeada orang tua yang saya cintai yaitu Papa saya Windarto, Ibu Nur

Rofiah dan adik saya Aisyah Ayudia Inara serta seluruh keluarga besar yang telah

memberikan motivasi, dukungan, dan mendoakan penuh sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini.


ii
7. Terimakasih untuk Hani Aqillah Aulia your are the best support system.

8. Dan terakhir terimakasih untuk diri sendiri, Nova Wildan Firdaus karena telah

mampu atas kerja keras dan berjuang sejauh ini dan semangat sehingga tidak pernah

menyerah dalam mengerjakan tugas karya tulis ilmiah ini dengan menyelesaikan

sebaik dan semaksimal mungkin, ini merupakan pencapaian yang patut di banggakan

untuk diri sendiri.

Oleh karena itu peneliti membutuhkan saran dan kritik untuk perbaikan dalam

penelitian selanjutnya.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan Studi Kasus................................................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................. 7
1.4 Manfaat studi kasus................................................................................................. 7
1.4.1 Manfaat Teoritis...............................................................................................7
1.4.2 Manfaat praktis................................................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................9
2.1 Asuhan Keperawatan Anak dengan Kecemasan.................................................. 9
2.1.1 Pengkajian........................................................................................................9
2.1.2 Diagnosa keperawatan................................................................................... 17
2.1.3 Perencanaan................................................................................................... 17
2.1.4 Pelaksanaan....................................................................................................18
2.1.5 Evluasi............................................................................................................19
2.2 Terapi musik...........................................................................................................19
2.2.1 Pengertian.......................................................................................................19
2.2.2 Jenis Terapi Musik......................................................................................... 20
2.2.3 Teknik Prsedur Pemberian Musik..................................................................21
2.3 Kecemasan.............................................................................................................. 23
2.3.1 Pengertian Kecemasan................................................................................... 23
2.3.2 Tanda-Tanda Kecemasan...............................................................................23
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan...........................................23
2.3.4 Respon Kecemasan Pada Anak..................................................................... 25
2.4 Hospitalisasi............................................................................................................ 25
2.4.1 Pengertian Hospitalisasi................................................................................. 25
2.4.2 Dampak Hospitalisasi.................................................................................... 26
BAB 3...................................................................................................................................27
3.1 Desain Penelitian.................................................................................................... 27
3.2 Subyek Studi kasus.................................................................................................27
3.3 Fokus Studi............................................................................................................. 28

iv
3.4 Definisi Operasional Fokus Studi......................................................................... 28
3.5 Instrumen Studi Kasus.......................................................................................... 28
3.6 Metode Pengumpulan Data................................................................................... 29
3.7 Langkah-Langkah Pelaksanaan Studi Kasus......................................................30
3.8 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus............................................................................31
3.9 Analisis Data dan Penyajian Data........................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................35

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan individu yang masih bergantung pada orang dewasa serta

lingkungan sekitar, anak perlu lingkungan yang bisa memfasilitasi dalam

kebutuhan serta untuk belajar mandiri. Anak usia prasekolah adalah anak yang

berumur 3-6 tahun, pada masa ini anak-anak sangat berimajinasi dan percaya

bahwa mereka memiliki kekuatan. Anak usia prasekolah memiliki karakteristik

perkembangan fisik, motorik, intelektual, dan sosial yang berbeda dengan usia

lainnya. Tahap perkembangan fisik dan motorik anak prasekolah misalnya

melompat, menari dan belajar berpakaian. Tahap intelektual dan sosial anak

berkembang pesat saat mereka bermain dengan teman sebaya. Pada saat

melalui proses pencapaian tumbuh kembang, anak tidak selamanya sehat. Anak

juga dapat berada dalam kondisi sakit karena system pertahanan tubuhnya

masih rentan terhadap penyakit (Apriany, 2013).

Anak yang mengalami perawatan dirumah sakit hanya 80% akibat

penyakit yang dideritanya seperti demam, diare, dan pneumonia, 3-5 juta anak

dibawah usia 15 tahun menjalani hospitalisasi setiap tahun. Angka

kesakitan anak di Indonesia yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi

yaitu 15,26 % yang ditunjukkan dengan selalu penuhnya ruangan anak

baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Angka kesakitan anak di

Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di

daerah perkotaan sebesar 25,8% menurut kelompok usia 0-4 tahun, sebanyak

1
14,91% usia 5-12 tahun, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahunsebesar

8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari jumlah

keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44% (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, 2013).

Anak yang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan

psikologinya, hal ini disebut dengan hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan

suatu proses karena alas an berencana atau darurat yang mengharuskan anak

untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalankan terapi dan perawatan. Dirawat

dirumah sakit merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan,

kecemasan bagi anak karena memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan

yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan yaitu

lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainanya. Di Indonesia

berdasarkan survey didapatkan 1.425 anak mengalami dampak hospitalisasi

seperti gangguan pola tidur dan kecemasan (Bayu, 2017).

Kecemasan pada anak jika tidak ditangani maka akan berdampak anak

menolak untuk diberikan pengobatan dan tindakan keperawatan. Penolakan

perawatan dan pengobatan yang dilakukan oleh anak akan mempengaruhi

lamanya perawatan anak, memperberat kondisi anak bahkan bisa terjadi

kematian. Dampak jika anak sakit tidak ditangani akan menyebabkan

terganggunya kemampuan membaca yang menjadi buruk, adanya gangguan

bahasa, dan kemampuan kognitif dan sosial serta fungsi imun akan menurun

(Nursalam, 2016).

2
Selama anak menjalani proses hospitalisasi, perawat diharapkan mampu

melakukan tindakan terapi musik Hey Tayo untuk mengurangi respon stress

terhadap hospitalisasi seperti meminimalkan pengaruh perpisahan,

meminimalkan kehilangan kontrol pada anak, memaksimalkan manfaat

hospitalisasi anak, mendukung anggota keluarga dan mempersiapkan anak

untuk hospitalisasi (Hockenberry & Wilson, 2013).

Penelitian yang dilakukan Kazemi et al., (2012) menyatakan bahwa musik

secara signifikan dapat mengurangi kecemasan pada anak usia sekolah yang

mengalami hospitalisasi. Selain itu, dalam studinya dikatakan juga bahwa efek

negatif dari kecemasan akibat hospitalisasi dapat dikurangi dengan terapi

musik di rumah sakit.

Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih, Aminingsih, dan Hastari

(2014) di RS Dr. Oen Surakarta mengenai pengaruh terapi musik terhadap

tingkat kecemasan anakdidapatkan hasil sebelum dilakukan pemberian terapi

musik sebagian besar anak yang dirawat mengalami tingkat kecemasan sedang

sebanyak 26 responden dengan persentase 86,7% dan anak dengan kecemasan

berat sebanyak 4 reponden dengan persentase 13,3%. Setelah diberikan terapi

musik ada penurunan tingkat kecemasan anak dari kategori tingkat kecemasan

berat menjadi tingkat kecemasan sedangsebanyak 4 responden dengan

persentase 13.3 %, dari tingkat kecemasan sedangmenjadi tingkat kecemasan

ringan dengan rentang sebanyak 20 responden dengan persentase 66.7 %, dan

dari tingkat kecemasan sedangmenjadi tidak ada kecemasan dengan rentang

nilai (<14) sebanyak 6 responden dengan persentase 20 %. Penelitian

3
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap penurunan tingkat

kecemasan anak. Namun dalam penelitian ini tidak dijelaskan jenis musik yang

digunakan oleh peneliti.

Hospitalisasi merupakan kondisi krisis bagi anak. Kondisi krisis

ini terjadi karena anak mencoba beradaptasi dengan lingkungan yang

dianggapnya asing dan baru, sehingga kondisi tersebut mengharuskan anak

untuk berpisah dengan lingkungan yang dirasakannya aman (Oktiawati, 2017;

Legi et al., 2019)

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2008 hampir

80% anak mengalami perawatan di rumah sakit. The National Centre for

Health Statistic memperkirakan bahwa 3-5 juta anak dibawah usia 15 tahun

menjalani hospitalisasi setiap tahun. Angka kesakitan anak di Indonesia yang

dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu 15,26 % yang ditunjukkan dengan

selalu penuhnya ruangan anak baik rumah sakit pemerintah maupun swasta.

Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional

(Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan sebesar 25,8% menurut kelompok

usia 0-4 tahun, sebanyak 14,91% usia 5-12 tahun, usia 13-15 tahun

sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21

tahun apabila dihitung dari jumlah keseluruhan jumlah penduduk adalah

14,44% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

Penelitian yang dilakukan Kazemi et al., (2012) menyatakan bahwa

musik secara signifikan dapat mengurangi kecemasan pada anak usia sekolah

yang mengalami hospitalisasi. Selain itu, dalam studinya dikatakan juga

4
bahwa efek negatif dari kecemasan akibat hospitalisasi dapat dikurangi dengan

terapi musik di rumah sakit (Ariani et al., 2015).

Selama anak menjalani proses hospitalisasi, perawat diharapkan mampu

melakukan tindakan mengurangi respon stress terhadap hospitalisasi seperti

meminimalkan pengaruh perpisahan, meminimalkan kehilangan kontrol pada

anak, memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak, mendukung anggota

keluarga dan mempersiapkan anak untuk hospitalisasi (Hockenberry &

Wilson, 2013). Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan. Pada anak

yang mengalami kecemasan akibat hospitalisasi. Dengan memberi tindakan

mandiri keperawatan yaitu terapi musik Hey Tayo

Distraksi melalui audio, visual, dan audio visual adalah salah satu bentuk

pengalihan perhatian yang efektif untuk anak usia prasekolah yang sedang

dalam proses hospitalisasi (Padila et al., 2019). Audiovisual yang dapat

diberikan tentunya yang sesuai dengan usia anak, seperti musik hey tayo, anak

usia prasekolah sangat mudah dialihkan, salah satunya dengan mendengarkan

musik sehingga teknik distraksi dapat membantu dalam manajemen nyeri dan

cemas akibat hospitalisasi.

Berdasarkan latar belakang diatas upaya untuk mengurangi kecemasan

akibat hospitalisasi pada anak prasekolah maka penulis tertarik untuk

merumuskan masalah sebagai berikut “musik hey tayo untuk menurunkan

kecemasan akibat hospitalisasi”, diharapkan penelitian ini dapat mengatasi

masalah kecemasan pada anak prasekolah akibat hospitalisasi.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Bagaimana implementasi pemberian musik Hey Tayo dapat

menurunkan tingkat kecemasan pada anak prasekolah akibat hospitalisasi” ?

1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran asuhan keperawatan dengan pemberian musik Hey

Tayo dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak prasekolah akibat

hospitalisasi.

6
1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui gambaran teori tentang pemberian musik Hey Tayo dapat

menurunkan tingkat kecemasan pada anak prasekolah akibat

hospitalisasi

1.3.2.2 Mengetahui gambaran implementasi tentang pemberian musik Hey

Tayo dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak prasekolah

akibat hospitalisasi

1.3.2.3 Mengetahui gambaran dari hasil penerapan pemberian musik Hey

Tayo dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak prasekolah

akibat hospitalisasi

1.4 Manfaat studi kasus

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tentang manfaat pemberian terapi musik menggunakan Hey Tayo dapat

menurunkan tingkat kecemasan pada anak prasekolah akibat hospitalisasi

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Perawat

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai pengetahuan dan

menambah referensi tentang pemberian terapi musik menggunakan Hey

Tayo dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak prasekolah akibat

hospitalisasi.

7
1.4.2.2 Rumah Sakit

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit

sebagai pedoman implementasi tentang pemberian terapi musik

menggunakan Hey Tayo dapat menurunkan tingkat kecemasan pada

anak prasekolah akibat hospitalisasi

1.4.2.3 Institusi pendidikan

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

dan menambah referensi tentang pemberian terapi musik menggunakan

Hey Tayo dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak prasekolah

akibat hospitalisasi

1.4.2.4 Klien

Klien dapat memahami tentang pemberian terapi music menggunakan

Hey Tayo dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak prasekolah

akibat hospitalisasi.

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Keperawatan Anak dengan Kecemasan

2.1.1 Pengkajian

Anak merupakan individu yang masih bergantung pada orang

dewasa serta lingkungan sekitar, anak perlu lingkungan yang bisa

memfasilitasi dalam kebutuhan serta untuk belajar mandiri. Anak usia

prasekolah adalah anak yang berumur 3-6 tahun, pada masa ini anak-

anak sangat berimajinasi dan percaya bahwa mereka memiliki kekuatan.

Anak usia prasekolah memiliki karakteristik perkembangan fisik,

motorik, intelektual, dan sosial yang berbeda dengan usia lainnya. Tahap

perkembangan fisik dan motorik anak prasekolah misalnya melompat,

menari dan belajar berpakaian. Tahap intelektual dan sosial anak

berkembang pesat saat mereka bermain dengan teman sebaya. Pada saat

melalui proses pencapaian tumbuh kembang, anak tidak selamanya sehat.

Anak juga dapat berada dalam kondisi sakit karena system pertahanan

tubuhnya masih rentan terhadap penyakit (Apriany, 2013).

Menurut Kyle & Susan (2015), pengkajian kesehatan pada asuhan

keperawatan yang dilakukan secara menyeluruh dan agar mendapatkan

data yang akurat merupakan dasar bagi asuhan keperawatan yang

lengkap dan jelas. Pengkajian kesehatan, seharusnya meliputi riwayat

kesehatan menyeluruh dan pemeriksaan fisik

9
2.1.1.1 Identitas

Mengkaji identitas pasien seperti nama, usia, tempat dan tanggallahir,

jenis kelamin, alamat dan identitas penanggung jawab pasien meliputi

nama, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien.

2.1.1.2 Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama: berdasarkan keluhan yang dirasakan anak, catat sesuai

dengan yang disampaikan oleh anak maupun pada saat melauka

pengkajian.

b. Riwayat penyakit sekarang: berdasarkan keluhan pada saat dirumah dan

alasan dibawa ke rumah sakit serta keluhan pada saat dibawa kerumah

sakit atau pada saat tiba di IGD.

c. Riwayat kesehatan masa lalu: berdasarkan riwayat prenatal, perinatal,

riwayat sakit dimasa lalu, riwayat alergi pada makanan atau obat, masalah

tumbuh kembang, dan kaji status imunitas pada klien.

d. Riwayat kesehatan keluarga: berdasarkan nama, usia, status kesehatan

orang tua, saudara kandung, dan anggota lainnya yang tinggal bersama

anak.

2.1.1.3 Sistem dan pola fungsional: mengkaji pola keiasaan dari sebelum sakit

atau selama sakit:

a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan: mengkaji presepsi pasien atau

keluarga berdasarkan kesehatan dan pengobatannya.

10
b. Pola nutrisi dan metabolik: pada saat sebelum sakit (berapa kali makan

dalam sehari apakah habis atau tidak, makan seperti apa yang biasanya di

konsumsi, minum berapa kali gelas dalam sehari, apakah ada keluhan nafsu

makan pada anak) dan pada saat selama sakit (berapa kali makan dalam

sehari apakah habis atau tidak, makan seperti apa yang biasanya di

konsumsi, minum berapa kali gelas dalam sehari, apakah ada keluhan nafsu

makan pada anak).

c. Pola eliminasi: pada saat sebelum sakit (berapa kali BAK dalam sehari,

berapa kali BAB dalam sehari,h warna fases yang dikeluarkan dan

konsistensinya apakah padat atau cair) dan pada saat selama sakit (berapa

kali BAK dalam sehari, berapa kali BAB dalam sehari,h warna fases yang

dikeluarkan dan konsistensinya apakah padat atau cair)

d. Pola aktivitas dan latihan: pada saat sebelum sakit (aktivitas makan dan

minum, mandi, berpakaian, mobilisasi, dan toileting, apakah dilakuian

secara mandiri atau dibantu orang lain) dan pada saat selama sakit

(aktivitas makan dan minum, mandi, berpakaian, mobilisasi, dan toileting,

apakah dilakuian secara mandiri atau dibantu orang lain).

e. Pola istirahat dan tidur: pada saat sebelum sakit (berapa waktu lama anak

tidur dalam sehari atau berapa jam anak tidur dalam sehari, apa ada keluhan

saat tidur, apakah anak tidur dengan nyenyak atau tidak, apakah dalam

sehari anak istrahat yang cukup atau tidak) dan pada saat selama sakit

(berapa waktu lama anak tidur dalam sehari atau berapa jam anak tidur

11
dalam sehari, apa ada keluhan saat tidur, apakah anak tidur dengan nyenyak

atau tidak, apakah dalam sehari anak istrahat yang cukup atau tidak).

f. Pola persepsi kognitif: pada saat sebelum sakit (apakah anak terdapat

gangguan sensori) dan pada saat selama sakit (pada saat anak dirawat apak

terdapat gangguan sensori)

g. Pola persepsi diri: mengaji harapan pasien jika nanti saat sudah besar ingin

menjadi apa atau keinginan diwaktu mendatang.

h. Pola peran dan hubungan sosial: mengkaji bahasa yang digunakan sehari-

hari, berbicaranya sudah jelas atau tidak, siapa yang mengasuh anak, dan

bagaimana hubungan pasien dengan teman-temannya dan lingkungan

sekitar pasien.

i. Pola seksualitas: mengkaji apakah pasien sudah mengetahui jenis

kelaminnya.

j. Pola pemecahan dan mengatasi stress: mengkaji bagtaimana reaksi pasien

saat dirawat dan di bawa ke rumah sakit.

k. Pola kepercayaan dan nilai: mengkaji agama yang dianut pasien.

2.1.1.4 Riwat pertumbuhan dan perkembangan: mengkaji tentang

ketrampilan motorik kasar, ketrampilan motorik halus yang sudah

dicapai oleh anak, kemampuan untuk melakukan perawatan diri,

toilet training, ketrampilan makan dan ketrampilan sosial, tinggi

badan dan berat badan dari anak. Pertumbuhan anak kaji TB, BB dan

hitung IMT. Perkembangan anak meliputi perkembangan

psikoseksual anak prasekolah yaitu anak sudah mulai mengetahui

12
tentang alat kelaminnya, pada perkembangan ini anak perlu

diperkenalkan bagian reproduksinya seperti penis untuk laki-laki dan

vagina untuk perempuan.

Perkembangan psikososial dengan kompetensi usia 3 tahun

(memahami dirinya sebagai seorang individu, bermain dengan diri

sendiri dan orang lain, belajar untuk berbagi mainan dengan teman,

menunggu giliran, suka berpakaian, suka dengan humor yang

sederhana, membantu orang-orang beraktivitas disekitar rumah,

bangga terhadap sesuatu yang dibuat sendiri) usia 4 tahun (bisa

melakukan permainan kerjasama dan saling member dan menerima,

memahami arti giliran dan dapat melakukan permainan sederhana

dalam kelompok kecil, mulai mengerti tentang pengaturan diri,

menunjukan kemampuan besar untuk mengendalikan perasaan) usia

5 tahun (mampu bekerja sama dengan baik, dapat mengikuti

permainan, mampu berpakaian dan makan sendiri dengan

pengawasan, memiliki sifat empati terhadap orang lain) usia 6 tahun

(bisa menyenangkan orang tua dan orang dewasa, mampu melindungi

saudara kandung dan temn bermain yang lebih muda, memiliki

semangat tinggi untuk berteman, memiliki sifat mandiri, dan mampu

mempelajari hubungan antar benda) (Yuniartiningsih, 2012).

13
2.1.1.5 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi:

a. Penampilan umum: bagaimana penampilan anak apakah rapih, baik,

bagaimana keadaan umum anak dan kesadarannya.

b. Tanda-tanda vital:

1) Suhu: 37° C

2) Nadi: 70-120 permenit

3) Penafasan: 20-34 permenit

4) Tekanan darah: sistolik 89-112, diastolik 46-72

c. Pengukuran Antropometri:

1) Berat badan:

1. Anak perempuan: 13,9 kg - 18,2 kg

2. Anak laki-laki: 14,3 kg - 18,3 kg

2) Tinggi badan:

1. Anak perempuan : 95,1 cm - 109,4 cm

2. Anak laki-laki: 96,1 cm - 110 cm

d. Imunisasi anak prasekolah:

1) Varicella: untuk medapatkan imun tubuh agar anak terhindar dari

penyakit cacar air. Anak mendapatkan imunisasi varicella sebanyak 1

kali pada saat rentang usia 1-13 tahun, tetapi imunisasi varicella akan

lebih efektif diberikan pada anak sebelum masuk usia sekolah dasar

yaitu pada usia prasekolah.

14
2) DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus): untuk mencegah anak dari paparan

infeksi akibat ketiga bakteri tersebut. Imunisasi DPT wajib diberikan

sebanyak 3 kali sebagai imunisasi dasar dan dilanjutkan dengan

imunisasi ulangan 1 kali dengan interval 1 tahun setelah diberikan

DPT yang ke 3serta pada usia 5 tahun atau sebelum masuk sekolah

dasar.

3) Influenza: mencegah anak agar tidak terpapar virus influenza

schingga menyebabkan anak terkena flu. Imunisasi influenza sudah

didapatkan anak pada usia 6 bulan dan sebaiknya dilanjutkan

pemberian imunisasi ualngan

setiap 1 tahun sekali.

4) MMR: untuk mencegah dari penyakit campak, gondongan dan

rubella. Imunisasi diberikan sebanyak 2 kali, umumnya pada usia 15

bulan dan 5 tahun.

e. Pengkajian head to to:

1) Kulit: apa warna kulit anak, bagaimana turgor kulit anak

2) Rambut: warna rambutnya apa, kebersihannya bagaimana

3) Kuku: bagaimana kebersihan kuku anak, apakah kukunya panjang atau

tidak

4) Kepala: apa bentuk kepala anak, apakah ada luka atau benjolan

5) Mata: bagaimana sclera, konjungtiva dan pupil anak

6) Telinga: apakah ada gangguan pendengaran, kebersihan telinga, bentuk

telinga simetris atau tidak

15
7) Hidung: apakah ada secret, polip atau sinusitis

8) Mulut: bagaimana mukosa bibir, gigi, lidah anak, apakah ada sariawan

9) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar thyroid

10) Toraks: bagaimana bentuk toraks apakah simetris atau tidak

11) Jantung:

1. Inspeksi: dada simetris atau tidak

2. Palpasi: apakah teraba ictus cordis dan letakya di intercosta berapa

3. Perkusi: bagaimana bunyi jantung

4. Auskultasi: apakah terdengar adanya suara jantung 1 dan 2

12) Paru-paru:

1. Inspeksi: dada simetris atau tidak, apakah ada alat bantu pernafasa

2. Palpasi: pengembangan dada simetris atau tidak, atau bagaimana

vocal premitusnya menggunakan 77 atau 99

3. Perkusi: bagaimana bunyi paru-paru

4. Auskultasi: apakah terdengar suara nafas tambahan

13) Abdomen:

1. Inspeksi: apakah ada bekas luka

2. Auskultasi: terdengar bising usus berapa kali dalam satu menit

3. Palpasi: apakah ada nyeri tekan

4. Perkusi: bagaimana bunyi perut anak

14) Genetalia: apakah ada kelainan

15) Rektum dan anus: apakah ada benjolan dan hemoroid

16
16) Ekstremitas:

1. Atas kanan: apakah terdapat beniolan dan edema

2. Atas kiri: terpasang infus atau tidak, apakah terdapat edema

3. Bawah kanan: bergerak bebas atau tidak, bagaimana kekuatan

ototnya

4. Bawah kiri: bergerak bebas atau tidak, bagaimana kekuatan

ototnya

2.1.2 Diagnosa keperawatan

Suatu diagnosis keperawatan adalah penelitian krisis tentang respons

manusia terhadap gangguan kesehatan tau proses kehidupan atau

kerentanan terhadap respons tersebut dari seseorang individu, keluarga,

kelompok atau komunitas.

1. Ansietas Berhubungan Dengan Krisis situasional.

2. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisiologis.

3. Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Hambatan Lingkungan.

2.1.3 Perencanaan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan masalah ansietas

(kecemasan) dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien mampu

mengungkapkan gejala cemas, dan cemas bisa berkurang. Menurut

Nurarif dan Kusuma (2015) intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu:

17
2.1.3.1 Lakukan identifikasi tingkat kecemasan pada anak, intervensi ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan yang terjadi pada

anak.

2.1.3.2 Bantu pasien mengenal keadaan yang menyebabkan cemas, intervensi

ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kecemasan yang terjadi pada

anak.

2.1.3.3 Berikan dorongan pada anak untuk mengungkapkan perasaan dan

ketakutannya, intervensi ini bertujuan agar anak dapat mengungkapkan

kecemasan yang terjadi pada dirinya.

2.1.3.4 Berikan terapi, intervensi ini dapat membantu menurunkan kecemasan

pada anak dengan cara mengalihkan perhatian anak dengan diberikan

suatu terapi.

2.1.3.5 Kolaborasikan dengan dokter tentang pemberian obat untuk

mengurangi kecemasan yang terjadi pada anak.

2.1.4 Pelaksanaan

Implementasi keperawatan merupakan berbagai serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh perawat guna membantu klien

memperbaiki masalah status kesehatan yang dihadapi. Dalam

melakukan implementasi keperawatan pada anak, harus menerapkan

prinsip atraumatic care, karena dalam perawatan pada anak tidak boleh

menimbulkan rasa trauma atau tercipta ketakutan pada anak. Selain itu,

implementasi pada anak sangat perlu untuk selalu melibatkan peran

orang tua, karena orang tua yang akan melanjutkan untuk memberikan

18
perawatan pada sat di rumah dan peran orang tua sangat penting karena

sebagai mekanisme koping anak

(Dermawan, 2012).

2.1.5 Evluasi

Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil, perbuatan atau kegiatan

dengan standar yang jelas yang bertujuan untuk mengambil keputusan

seara tepat dan sejauh mana tujuan dapat tercapai. Efektifitas intervensi

keperawatan ditentukan dengan adanya pengkajian ulang yang continue.

Pengkajian ulang tersebut meliputikeluhan apa yang dirasakan oleh anak

pada saat diberikan inervensi dan setelah diberikan intervensi serta

membandingkan kondisi anak pada saat dilakukan evaluasi dengan

kriteria keberhasilan yang sudahditentukan pada rencana keperawatan

(Dermawan, 2012)

2.2 Terapi musik

2.2.1 Pengertian

Pemberian musik adalah suatu keahlian yang digunakan untuk

meningkatkan, mengembalikan serta mempertahankan Kesehatan

seseorang, fisik, mental, emosional serta spiritualnya yang dilakukan

oleh perawat menggunakan suatu elemen musik atau sebuah musik agar

bisa memulihkan kesehatan seseorang. Pemberian musik merupakan

suatu proses penggabungan antara aspek dari penyembuhan musik itu

sendiri dengan kondisi dan situasi fisik/tubuh, emosi, mental, spiritual,

kognitif dan kebutuhan sosial seseorang. Pemberian musik merupakan

19
suatu metode penyembuhan dengan mengsunakan musik yang

menghasilkan suatu energi dari musik itu sendiri, energi yang dihasilkan

musik tersebut yang akan digunakan untuk metode penyembuhan

(Natalina, 2013).

2.2.2 Jenis Terapi Musik

Menurut Natalina (2013), ada dua macam jenis Pemberian musik yaitu:

2.2.2.1 Aktif-Kreatif

Pemberian musik ini melibatkan klien secara langsung untuk

ikut aktif dalam penerapan pemberian musik, melalui cara seperti

mengajak untuk menciptakan lagu (composing) yaitu klien diajak

untuk menciptakan sebuah lagu yang sederhana atau membuat lirik

yang mudah dihafal dan dingat atau perawat bisa melengkapi secara

harmoni.

Improvisasi yaitu klien diajak untuk membuat musik secara

spontan dengan bernyanyi ataurun memainkan musik pada saat itu

juga atau bisa dengan membuat sebuah improvisasi dari musik yang

sudah diberikan oleh perawat. Improvisasi dibuat dapat berisi tentang

ungkapan perasaan yang diaalami oleh klien akan suasana hatinya,

situasi yang dihadapi atau perasaan terhadap seseorang.

Re-creating musik yaitu klien diajak untuk bernyanyi yang bisa

melatih pernafasan, pengucapan kata-kata yang teratur, artikulasi

yang lancer dan juga melatih lafal bicara dengan jelas. Lirik lagu

yang digunakan yang mengungkapkan perasaan klien dapat menjadi

bahan diskusi yang sesuai.

20
Musik Hey Tayo termasuk dalam jenis musik aktif kreatif karena

dengan mendengarkan musik Hey Tayo melalui audiovisual dapat

mengalihkan perhatian anak dari kondisi sakitnya yang dirasanya

tidak nyaman/aman. Hal itu juga dipengaruhi karena adanya 2

macam stimulus pada distraksi audiovisual yaitu pendengaran dan

penglihatan serta gerakan yang diikuti oleh anak. Semakin banyak

stimulus yang diberikan maka akan mengalihkan perhatian anak dan

menurunkan kecemasan pada anak usia prasekolah (Agustina, 2016).

2.2.2.2 Pasif-Reseptif

Pada pemberian musik ini klien akan mendengarkan musik.

Pemberian musik ini akan menckankan pada physical, emotional

intellectual, aesthetic or spiritual dari musik tersebut shingga klien

akan mendapat ketenangan atau relaksasi yang dihasilkan dari musik

itu sendiri. Musik yang digunakan bisa dari berbagai macam jenis dan

gaya tergantung dengan kondisi yang sedang dihadapi klien.

2.2.3 Teknik Prsedur Pemberian Musik

Menurut Chiang (2012) musik yang digunakan tidak harus

menggunakan musik klasik, bisa menggunakan musik yang sedang trend

atau musik disukai oleh klien. Mendengarkan musik melalui video

(audiovisual) dapat mengalihkan perhatian anak dari kondisi yang

membuat tidak nyaman dan merasa tidak aman. Hal tersebut dipengaruhi

dengan adanya dua macam stimulus yang terjadi pada distraksi

audiovisual, yaitu stimulus pada pendengaran dan penglihatan. Semakin

banyak bentuk stimulus yang diberikan dapat mengalihkan perhatian

anak.

21
Ketika anak fokus dengan apa yang dilihat dan didengarnya, maka akan

timbul rasa senang dan terhibur, perasaan senang dapat menstimulus

produksi enkefalin dalam sistem kontrol desenden, sehingga persepsi

tidak menyenangkan dapat dihambat dan dihilangkan, respon penerimaan

yang baik dapat di tingkatkan (Agustina, 2016).

Dalam melakukan pemberian musik dilakukan dengan langkah-

langkah, seperti: pengkajian-dengan melakukan observasi (pendataan

klien): dari nama, usia, jenis kelamin, latar belakang dari kondisi

kesehatan yang dialami klien, rancangan terapi: menentukan jenis musik

yang akan digunakan dan yang sesuai dengan usia serta yang disukai

oleh anak, membangun adanya komunikasi antara terapis dan klien,

membangun kesadaran diri dan pemberdayaan, implementasi dan tahap

terakhir yaitu, mengevaluasi klien (Natalia, 2013). Musik Hey Tayo

diberikan kurang lebih selama 5 menit agar anak tidak jenuh terlalu lama

mendengarkan dan melihat video dan juga bisa melatih konsentrasi anak

pada saat diberikan terapi musik Hey Tayo (Rahmawati, 2020).

Standar operasional prosedur pada sat pemberian musik Hey Tayo

yaitu kaji identitas pasien, kemudian pada saat tahap pelaksanaan

dampingi anak dengan orang tuanya agar anak sedikit lebih tenang dan

tidak merasa takut dengan perawat, nyalakan musik kurang lebih selama

5 menit dan ajak pasien untuk menggerakkan tubuhnya seperti kedua

tangan, kepala, pinggul dan kaki, berikan reinforcement positif kepada

anak pada sat mengikutinya dengan baik.

22
2.3 Kecemasan

2.3.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan yang tidak nyaman dan terdapat rasa

kekhawatiran yang disertai dengan respon autonomy, dan ada perasaan

takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadapadanya suatu bahaya yang

dapat mengancam. Cemas berbeda dengan takut, takut akan melibatkan

pendekatan intelektual untuk mempersiapkan stimulus terhadap sesuatu

yang dapat mengancam, sedangkan cemas membutuhkan respon emosi.

Kecemasan pada anak prasekolah sering disebabkan oleh terpisah

dengan orang tua, takut terhadap nyeri, adanya cidera pada tubuh, dan

kehilangan aktivitas (Herdman H, T 2014).

2.3.2 Tanda-Tanda Kecemasan

Menurut Mardaningsih (2011) tanda-tanda anak mengalami

kecemasan yaitu: gugup, gelisah, gemeteran, susah tidur dan biasanya

tidur menjadi lebih lama dari biasanya, sering berkeringat terutama pada

tangan, sakit kepala, perut terasa sakit, mual, meningkatnya detak jantung

dan pernafasan, takut jauh dengan orang tua, takut ketika bertemu

dengan orang asing

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Widyaningtyas (2014) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kecemasan pada anak yaitu:

2.3.3.1 Usia dan tingkat perkembangan

Usia bisa mempengaruhi kecemasan seseorang, karena semakin tuausia

sesorang maka akan banyak pengalaman hidup yang didapat, Usia dan

23
tingkat perkembangan Usia bisa mempengaruhi kecemasan seseorang,

karena semakin tua usia sesorang maka akan banyak pengalaman hidup

yang didapat, pengalaman hidup tersebut yang bisa untuk mengurangi

kecemasan.

2.3.3.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah sifat jasmani dan rohani yang dapat membedakan

antara laki-laki dan perempuan, kecemasan sering terjadi pada

perempuan karena perempuan direpresentasikan sebagai makhluk yang

lemah dan lembut, memiliki sifat keibuan dan emosional.

2.3.3.3 Pendidikan

Seseorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan koping lebih

baik sehinga dapat meminimalisir kecemasan yang terjadi

2.3.3.4 Sistem Pendukung

Sistem pendukung tersebut terdiri dari satu kesatuan antara individu,

keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitar yang dapat memberikan

pengaruh terhadap individu dalam melakukan sesuatu. Sistem

pendukung tersebut mampu mempengaruhi mekanisme koping

individu sehingga mampu memberikan gambaran kecemasan yang

terjadi.

2.3.3.5 Pengalaman Berkunjung

Pengalaman yang pernah dialami anak seperti anak yang sudah pernah

dirawat dirumah sakit. Pengalaman in sangat berharga karena akan

menentukan kondisi mental anak dikemudian hari.

24
2.3.4 Respon Kecemasan Pada Anak

Menurut Triana (2012) respon yang akan muncul ketika anak mengalami

kecemasan yaitu:

2.3.4.1 Respon Motorik

Menghindar, menangis kencang, menolak, berteriak, kaku, pucat,

menghindari kontak mata dengan orang lain, memejamkan mata, suara

gemeteran dan menjadi gugup, terkadang disertai dengan menggigit

kuku dan menghisap jari.

2.3.4.2 Respon Fisiologis

Denyut jantung meningkat, sering berkeringat, pernafasan meningkat,

badan terasa dingin, mual muntah, sakit kepala, gangguan kebutuhan

nutrisi dan gangguan pola tidur.

2.3.4.3 Respon Kognitif

Merasa tidak berdaya, berfikir bahwa akan menjadi cacat,

membayangkan jika tubuhnya akan cidera.

2.4 Hospitalisasi

2.4.1 Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang darurat dan tanpa

rencana yang mengharuskan anak untuk dirawat di rumah sakit untuk

menjalani terapi dan mendapat perawatan sampai dipulangkan kerumah

karena kondisi yang sudah membaik. Selama proses tersebut, anak dan

orang tua akan mengalami berbagai kejadian salah satunya seperti

pengalaman yang traumatik dan penuh dengan pikiran stress. Rumah

sakit merupakan penyedia layanan kesehatan professional yang memiliki

25
fungsiuntuk memberikan pelayanan kesehatan secara lengkap kepada

masyarakat (Supartini, 2012).

2.4.2 Dampak Hospitalisasi

2.4.2.1 Hospitalisasi tidak hanya berdampak kepada anak itu sendiri, tetapi bisa

berdampak pada orang tua, berikut penelasan mengenai dampak

hospitalisasi yaitu: Anak

Perubahan perilaku merupakan salah satu dampak hospitalisasi

pada anak. Anak akan bereaksi terhadap stress paa saat sebelum selama

dan sesudah proses perawatan. Perubahan perilaku dapat diamati pada

anak setelah pulang dari rumah sakit seperti merasa kesepian, tidak

ingin lepas dan jauh dengan orang tua, menuntut perhatian lebih dari

orang tua, cemas jika akan berpisah. Respon yang muncul pada anak

akibat hospitalisasi seperti, perilaku apatis, takut, perilaku regresi dan

gangguan pola tidur (Ramdaniati, 2011)

2.4.2.2 Orang tua

Perawatan anak dirumah sakit tidak hanya menimbulkan masalah

untuk anak tetapi bisa menimbulkan masalah untuk orang tua, berbagai

perasaan yang muncul pada orang tua yaitu, rasa takut, bersalah, stess

dan cemas. Perasaan orang tua tidak bole diabaikan karena jika orang

tua stress makan akan mengakibatkan orang tua tidak dapat merawat

anaknya dengan baik dan akan menimbulkan kecemasan pada anak

(Supartini, 2012).

26
BAB 3

METODE STUDI KASUS

3.1 Desain Penelitian

Laporan karya tulis ilmiah ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif.

Jenis Penelitian Deskriptif adalah Penelitian yang dilakukan terhadap objek

yang bertujuan untuk melihat gambaran suatu fenomena yang terjadi, dengan

desain penelitian studi kasus. Desain Penelitian Studi Kasus adalah

Pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasi suatu

kasus. Desain penelitian studi kasus ini digunakan untuk menerapkan

pemberian musik Hey Tayo untuk menurunkan tingkat kecemasan pada anak

prasekolah akibat hospitalisasi.

3.2 Subyek Studi kasus

Subyek studi kasus dalam laporan karya tulis ilmiah ini yaitu 2 anak dengan:

3.2.1 Kriteria inklusi

Kriteria inklusi yang saya berikan yaitu:

3.2.1.1 Anak yang berusia 3-6 tahun

3.2.1.2 Anak yang dikaji skala kecemasan menggunakan FIS (Faces Image Scale)

memiliki kecemasan sedang atau skor 4

3.2.1.3 Anak yang bersedia menjadi responden

3.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi yang saya berikan yaitu:

3.2.2.1 Anak dengan penurunan kesadaran

3.2.2.2 Anak yang mengalami gangguan mental

3.2.2.3 Anak yang mengalami gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran.

27
3.3 Fokus Studi

Kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan studi kasus yaitu

Pemberian musik Hey Tayo pada pasien kecemasan

3.4 Definisi Operasional Fokus Studi

3.4.1 Musik Hey Tayo adalah sebuah lagu anak-anak dengan lirik yang menarik dan

mudah dihafal sehingga dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan

akibat hospitalisasi.

3.4.2 Kecemasan adalah Suatu keadaan dimana merasa tidak aman dan nyaman yang

dapat mengancam pada anak ketika sedang dirawat di Rumah Sakit.

3.5 Instrumen Studi Kasus

Untuk mengetahui skala kecemasan yang terjadi pada anak, maka ukur

terlebih dahulu skala kecemasan anak menggunakan Faces Images Scale (FIS)

Gambar 3.1. Faces Image Scale (FIS)

Keterangan gambar:

a. Gambar 1 adalah sangat senang ditandai dengan sudut bibir yang

terangkat hingga ke arah mata dan mendapatkan skor 1

Kategori: Sangat tidak cemas

b. Gambar 2 adalah senang yang ditandai dengan sudut bibir yang sedikit

terangkat ke arah bibir dan mendapatkan skor 2.

Kategori: Tidak cemas

28
c. Gambar 3 adalah sedikit tidak senang yang ditandai dengan sudur bibir

yang hanya ditarik kesamping terkadang tidak bergerak dan mendapatkan

skor 3.

Kategori: Cemas ringan

d. Gambar 4 adalah tidak senang yang ditandai dengan sudut bibir ditekuk

kebawah sampai ke arah dagu dan mendapatkan skor 4.

e. Kategori: Cemas sedang

f. Gambar 5 adalah sangat tidak senang yang ditandai dengan sudut bibir

sangat ditekuk ke bawah sampai ke dagu terkadang disertai dengan

menangis dan mendapatkan skor 5.

Kategori: Cemas berat.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2018) juga mengatakan FIS

dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan anak yang dilihat

melalului raut wajah anak pada saat pertama kali dilakukan pengkajian,

dan pengkajian skala kecemasan FIS tidak memerlukan waktu yang

banyak sehingga mempermudah peneliti dalam mengukur skala kecemasan

yang terjadi pada anak (Rahayu, 2018).

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:

3.6.1 Wawancara

Wawancara adalah suatu tindakan dengan mengajukan beberapa pertanyaan

secara bebas tetapi mash berada pada pedoman wawancara yang telah

dibuat (Arikunto, 2013)

3.6.2 Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan

29
data atau informasi seperti dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan

angka dan gambar yang berisi tentang laporan serta keterangan yang dapat

mendukung penelitian, metode ini digunakan untuk mengumpulkan data

kemudian ditelaah agar medapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian

(Sugiyono, 2015)

3.6.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik adalah pendekatan melalui pemeriksaan IPPA

yaituInspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi pada jantung dan paru-paru

sedangkan pemeriksaan IAPP yaitu Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi

pada pemeriksaan abdomen, pengkajian Head to toe.

3.6.4 Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah alat yang digunakan ole peneliti dalam

melakukan penelitian yaitu FIS (Faces Image Scale) untuk mengetahui

tingkat kecemasan yang terjadi pada anak.

3.7 Langkah-Langkah Pelaksanaan Studi Kasus

Langkah awal yang akan di lakukan peneliti adalah menentukan masalah

yang akan dijadikan penelitian dan melakukan studi pendahuluan ke lokasi

yang akan dijadikan tempat penelitian, dengan melakukan wawancara untuk

menggali informasi terkait obyek yang akan di jadikan penelitian. Obyek

yang akan di jadikan penelitian yaitu pasien dengan gangguan kecemasan

yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Selanjutnya peneliti akan

melakukan observasi kepada pasien yang mengalami kecemasan masa

perawatan dan melakukan wawancara kembali dengan orangtua klien untuk

menggali informasi terkait kondisi klien dan keluhan yang sedang dialami

klien.

30
Setelah melakukan observasi kepada pasien dan keluarga, kemudian

peneliti akan melanjutkan pengkajian lebih dalam dan menentukan prioritas

diagnosa keperawatan yang muncul pada klien, menyusun rencana

keperawatan dan melakukan implementasi keperawatan sesuai rencana

yang sudah disusun peneliti yaitu dengan pemberian terapi musik Hey Tayo

dan dilanjutkan melakukan evaluasi kecemasa pada pasien setelah

dilakukan terapi musik Hey Tayo dan yang terakhir adalah melakukan

dokumentasi keperawatan. Pada penelitian ini akan di lakukan

implementasi selama tiga hari untuk mengetahui perkembangan dari klien.

3.8 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan diruang Wijaya Kusuma Atas

RSUD Kardinah Kota Tegal pada tahun 2023

3.9 Analisis Data dan Penyajian Data

3.9.1 Pengumpulan data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara:

3.9.1.1 Wawancara yang meliputi (identitas pasien, keluhan utama, riwaya

kesakitan dahulu, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan

keluarga, tinjauan sistem, riwayat perkembangan dan riwayat

fungsional) yang sumber datanya didapat dari klien, keluarga atau

perawat lainnya.

3.9.1.2 Studi dokumentasi meliputi catatan medis.

3.9.1.3 Pemeriksaan fisik meliputi pengkajian tanda-tanda vital dan

pengkajian head to toe.

31
3.9.1.4 Instrumen penelitian meliputi alat ukur kecemasan dengan

menggunakan faces image scale (FIS).

Gambar 3.1. Faces Image Scale (FIS)

Keterangan gambar:

a. Gambar 1 adalah sangat senang ditandai dengan sudut bibir yang

terangkat hingga ke arah mata dan mendapatkan skor 1.

Kategori: Sangat tidak cemas

b. Gambar 2 adalah senang yang ditandai dengan sudut bibir yang

sedikit terangkat ke arah bibir dan mendapatkan skor 2.

Kategori: Tidak cemas

c. Gambar 3 adalah sedikit tidak senang yang ditandai dengan sudur

bibir yang hanya ditarik kesamping terkadang tidak bergerak dan

mendapatkan skor 3.

Kategori: Cemas ringan

d. Gambar 4 adalah tidak senang yang ditandai dengan sudut bibir

ditekuk kebawah sampai ke arah dagu dan mendapatkan skor 4.

Kategori: Cemas sedang

e. Gambar 5 adalah sangat tidak senang yang ditandai dengan sudut

bibir sangat ditekuk ke bawah sampai ke dagu terkadang disertai

dengan menangis dan mendapatkan skor 5.

Kategori: Cemas berat

32
3.9.2 Mereduksi data

Peneliti mengelompokkan data subyektif dan data obyeltif untuk

mendapatkan diagnosa keperawatan, Data subyektif yang ditemukan pada

kasus adalah terus berbicara ingin pulang, rewel, tidak nyaman dirumah

sakit. Data obyektif yang ditemukan pada kasus adalah gelisah, jantung

berdebar, nadi meningkat, kecemasan sedang.

3.9.3 Penyalin data

Peneliti melakukan penyalinan data dengan menggunakan table untuk

analisa data, menggunakan gambar untuk instrument tingkat kecemasan,

menggunakan teks untuk semua laporan akhir karya tulis ilmiah.

3.9.4 Kesimpulan

Peneliti menyajikan pembahasan data yang akan dibandingkan dengan

hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dan akan menarik

kesimpulan dari data yang akan diperoleh.

3.9.5 Etika penelitian

Penelitian yang menggunakan liferature review sebagai subjek tidak

boleh bertentangan dengan etik, berikut terdapat etika penelitian yang

harus diperhatikan :

1. Otonomi (Menghormati hak pasien)

2. Beneficence (Berbuat Baik/Mencegah terjadinya kesalahan/Membawa kebaikan

ke pasien)

3. Justice (Keadilan)

4. Non-maleficence (tidak merugikan/tidak mencederai)

5. Veracity (Kejujuran)

6. Fidelity (Menepati janji/melakukan sesuai dengan komitmen)

33
7. Confidentiality (Kerahasiaan/Privasi pasien)

8. Accountability (Melakukan sesuai dengan prinsip kode etik perawat)

34
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, H. (2016). Pengaruh Distraksi Audiovisual terhadap Respons

Penerimaan Injeksi Intravena melalui SaluranInfus pada Anak

Prasekolah di Ruangan Anak RSD Kalisat Jember. Uniersitas

Muhammadiyah Jember

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekalan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka

Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Herdman, T., Heater. (2014). Diagnosa Keperawatan : Definisi Klasifikasi.

Jakarta:EGC

Kyle & Susan. (2015). Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC

Mardaningsih, Siska. (2011). Hubungan Antara Dukungan Keluarga

Dengandecemasan Pada. Anak Usia Toddler yang Sedang di Rawat

Inap di IRNA RSD Dr. Soehadi Kabupaten Jember. Skripsi. Diakses

melalui www.library.unej.ac.id pada 7 januari 2018.

35
Natalina, D. (2013). Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana

Medika

Nurarif, A. H. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis &

nanda. Jogyakarta: Mediako

Permana, Bayu, (2017) PENGARUH TERAPI MUSIK (LAGU ANAK-ANAK)

TERHADAP KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

AKIBAT HOSPITALISASI DI RS AMAL SEHAT WONOGIRI.

Pratiwi, S. D. (2021). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak yang

MengalamiAnsietas dengan Demam Tifoid di RSAU dr.

EsnawanAntariksa (Doctoral dissertation, Akademi Keperawatan

Berkala Widya Husada).

Rahayu, F. S. (2018). Penerapan Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat

Kecemasan Pada Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah Di Bangsal

Dahlia RSUD Wonosari. Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Yogyakarta

Rahmadianti, Sri. (2011). Analisis Determinan Kejadian Takut Pada Anak Pra

Sekolah dan Sekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Rawat

Anak RSU Blud dr. Slamet Garut. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu

Keperawatan Program Magister Keperawatan Universitas Indonesia.

36
Rahmawati, E. A. (2020). Terapi Musik Hey Tayo Mampu Menurunkan

Recemasan Pada Anak Usia Prasekolah. Journal of Telenursing

(JOTING), 2(1). https://doi.org/10.31539/joting.v2il.1098

Sugiyono 2015. Motode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta

Supertinti, Y. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

TrIana, Neni. (2012). Perbedaan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah

"Terapi Bermain pada Anak Usia Prasekolah di Ruang Cempaka

RSUD Wates Yogyakarta. Skripsi. Diakses melalui

repository.stikesavanivk.ac.id pada 7 januari 2018

Widyaningtyas, S. (2014). Prevalensi Pasien Terhadap Rasa Cemas atau Rasa

Takut Sebelum Tindakan Pencabutan Gigi Nasional Periode Tahun

2012 dan 2013 Di Rsgmp Unsrat. Jurnal e-GiGi (eG), Vol. 3, No2.

Yuniartiningsih, S. (2012). Gambaran Perkembangan Psikososial Anak Usia 3-

6 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa

Cipayung. Jurnal Skripsi. Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

37

Anda mungkin juga menyukai