Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
kemurahan-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar spesialis bedah
Jurusan Ilmu bedah pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa studi
sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) dr.Agi Satria Putranto SpB(K)BD, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan tesis ini;
(2) dr.Tonny Loho DMM, SpPK(K), selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
menyusun tesis ini;
(3) dr. Aria Kekalih MTI, selaku dosen pembimbing statistik yang memberi
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun tesis
ini.
(4) dr. Riana S. Tamba SpB SpBA, selaku ketua program studi Ilmu Bedah;
(5) dr.Firsty Florentina yang membantu dalam usaha memperoleh data.
(6) Pihak rekam medis, administrasi Departemen Patologi Klinik, bagian
penelitian, dan komite etik RSCM yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
(7) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
(8) Sahabat, junior PPDS dan pihak koordinator penelitian ilmu bedah yang
telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa
nama-nama berikut ini, dr Febiansyah, dr Rico, dr Kshetra, dr Dorothy, dr
iv
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 23 April 2014
Penulis
Tesis ini menggambarkan pola kuman pada kasus infeksi intra abdomen yang
disebabkan perforasi saluran cerna atas dan bawah beserta kepekaan antibiotiknya di
Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini adalah penelitian cross
sectional dengan desain deskriptif analitik. Kuman yang terdapat pada infeksi intra
abdomen di tahun 2013 adalah E.coli, Stapylococcus sp dan Enterococcus, sama
dengan studi sebelumnya. Sedangkan angka kepekaan kuman terhadap antibiotik
terutama golongan aminoglikosida lebih rendah dari data yang sudah ada
sebelumnya. Usulan penggunaan antibiotik Amikacin masih dapat diberikan untuk
terapi empiris infeksi intra abdomen bersama dengan Metronidazol.
Kata kunci :
Infeksi intra abdomen, kepekaan antibiotik , saluran cerna atas, saluran cerna bawah,.
ABSTRACT
Name : dr.Bonauli Simanjuntak
Study Program : General Surgery
Title : Microbial Pattern In Intra-abdominal Infection due to
Gastrointestinal Perforation.
Intra Abdominal Infection (IAI) is the second most commonly identified cause of
severe sepsis. This study wants to identify pattern of bacteria in intra abdominal
infections due to upper and lower gastro intestinal tract perforation. This is cross
sectional study with analytic descriptive. Result of this study shows that mostly
bacteria in intra abdominal infections are E.coli, Stapylococcus and Enterococcus.
This is similar with the previous study but with antibiotic susceptibility rate are
lower especially aminoglicoside, compare to prior data. Amikacin is still
recommended for empiric therapy in intra abdominal infection but combine with
Metronidazole.
Keywords:
Antibiotic susceptibility, lower gastrointestinal tract perforation, Intra abdominal
infections, upper gastrointestinal tract perforation.
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Pernyataan Penelitian ......................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 4
2.1 Definisi dan Klasifikasi Infeksi Intra Abdomen ................ 4
2.2 Mikroflora Saluran Cerna .................................................. 5
2.3 Patofisiologi Infeksi Intra Abdomen.................................. 7
2.4 Terapi Antibiotik pada Infeksi Intra Abdomen.................. 8
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP dan DEFINISI
OPERASIONAL ......................................................................... 12
3.1 Kerangka Teori .................................................................. 12
3.2 Kerangka Konsep ............................................................... 12
3.3 Defini Operasional ............................................................. 13
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 14
4.1 Jenis Penelitian .................................................................. 14
4.2 Populasi dan Sampel .......................................................... 14
4.3 Metode Pengumpulan Data................................................ 15
4.4 Rencana Analisis Data ....................................................... 16
4.5 Alur Penelitian ................................................................... 17
BAB 5 HASIL PENELITIAN ................................................................. 18
5.1 Profil dan Karakteristik Subjek ............................................. 18
5.2 Pola Kuman Pada Perforasi Saluran Cerna ........................... 18
viii
ix
DAFTAR TABEL
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lebih dari 400 spesies dan subspesies bakteri membentuk komplek imun
dalam saluran cerna manusia. Mikroflora yang ada di saluran cerna berbeda sesuai
dengan level saluran cerna. Gaster dan duodenum mengandung lebih sedikit
mikroorganisme, karena rendahnya pH di gaster dan frekuensi peristaltik yang
tinggi menjelaskan mikroflora di gaster, duodenum dan jejunum (2/3 proksimal usus
halus) mengandung bakteri yang lebih banyak yaitu berkisar 103-104 bakteri/mL .
Bakteri-bakteri ini kebanyakan merupakan merupakan bakteri Gram positif
fakultatif yang tahan asam lambung, berasal dari saliva seperti Lactobacillus,
Streptococcus, dan Candida spp.10
Semakin ke arah anal jumlah bakteri semakin banyak. Ileum mempunyai
variasi dan jumlah bakteri yang paling tinggi. Pada ileum distal pola bakteri yang
ada hampir menyerupai yang ada di kolon seperti Eschericia coli, Enterococcus dan
beberapa kuman obligat anaerob seperti Bacteroides fragilis, dengan kepadatan
bakteri 107–108. Di kolon kuman obligat anaerob, seperti Bacteroides spp,
Streptococcus yang anaerob dan Clostridium spp, terdapat dalam jumlah lebih
11
banyak dibandingkan ileum yaitu berkisar 90% baru disusul dalam jumlah yang
lebih sedikit kuman aerob seperti E.coli, Klebsiella spp, Proteus spp, dan
Enterobacter spp. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi prevalensi bakteri yang
adalah kemampuan adhesi dari bakteri, sifat antagonis bakteri, diet, dan nutrisi.
Tabel 2.2 Kuman yang Diduga Penyebab Peritonitis Sesuai Dengan Asal Lokasi
Anatomis Saluran Cerna12
Sumber Organisme penyebab
Peritonitis Primer a.Wanita dewasa muda Streptococcus
b.Sirosis Enterococcus Gram
negatif .
c.CAPD Staphylococcus aureus
Peritonitis Sekunder a. Gaster dan duodenum Streptococcus
Lactobacillus
b.Saluran empedu E.coli, Klebsiella,
Enterococcus
c.Usus halus E.coli, Klebsiella,
Enterococcus
Universitas Indonesia
maka rekomendasi untuk spektrum antibiotik adalah antibiotik spektrum yang luas.
Jadi terapi infeksi intra abdomen tidak semata mata berdasarkan penilaian terhadap
sumber patogen penyebab tapi juga berdasarkan risikonya. Berdasarkan risikonya
dikategorikan menjadi 2, yaitu risiko tinggi dan risiko rendah. Contoh kasusnya
dapat dilihat di tabel dibawah ini :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. 1. Kerangka Teori
Kerangka teori yang menjadi dasar dari penelitian ini diambil berdasarkan
mikroflora kuman saluran cerna dan konsensus internasional tentang infeksi intra
abdomen beserta penanganannya yang sesuai dengan kuman penyebab setelah
dilakukan pengambilan kultur intra operasi.
3. 2. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas maka dibuatlah kerangka konsep pada penilitian
12 Universitas Indonesia
3. 3. Definisi Operasional
Universitas Indonesia
Populasi penelitian ini adalah semua pasien perforasi saluran cerna yang
dioperasi di Instalasi gawat darurat RSUPN Cipto Mangunkusumo dari bulan Januari
- Desember 2013 yang mempunyai hasil kultur mikrobiologi positif, yang diambil
pada intra operatif.
Universitas Indonesia
14
Dari status pasien yang mempunyai diagnosis perforasi saluran cerna dan
dilakukan operasi di IGD RSCM dari bulan Januari - Desember 2013 diambil data
mikrobiologinya. Sampel kultur yang diambil pada waktu intraoperatif dengan
spesimen yang berasal dari cairan peritoneum, jaringan atau swab di lokasi perforasi.
4. 2. 4. Besar Sampel
1. Dilakukan penilaian pasien berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
2. Besar sampel untuk penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus uji
hipotesis deskripsi kategorik sebagai berikut :
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu jenis data yaitu data
sekunder dari data di departemen patologi klinik dan rekam medis.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4. 5. Alur Penelitian
Gram (-)
Gram (+)
Uji Statistik
Hasil penelitian
Universitas Indonesia
Sebaran usia pasien tidak mengikuti kurva normal (tidak terdistribusi normal).
Median usia 43 tahun dengan range 17-73 tahun.
Pada kasus perforasi saluran cerna atas, terdapat 6 orang laki-laki dan 6 orang
perempuan, dan pada kasus perforasi saluran cerna bawah, terdapat 27 orang laki-
laki dan 14 orang perempuan. Jadi terdapat total 53 pasien (79,1%) yang
mempunyai kultur positif dari total 67 pasien yang didiagnosa mengalami perforasi
saluran cerna.
18 Universitas Indonesia
Pola kuman yang ditemukan pada seluruh kasus perforasi saluran cerna disajikan
dalam tabel 5.1 di bawah. Dari 53 pasien tersebut, 8 orang memiliki dua isolat
kuman sehingga total terdapat 61 isolat.
Tabel 5.1. Pola kuman pada perforasi saluran cerna atas dan bawah berdasarkan jenis
Gram.
Isolat n (%)
Gram Negatif 53 (86,8)
Escherichia coli 33 (54,1)
Klebsiella pneumonia 9 (14,8)
Acinetobacter baumanii 3 (4,9)
Pseudomonas aeruginosa 4 (6,6)
Klebsiella oxytoca 1 (1,6)
Citrobacter freundii 1 (1,6)
Proteus vulgaris 1 (1,6)
Enterobacter aerogenes 1 (1,6)
Gram Positif 8 (13,2)
Enterococcus sp. 4 (6,6)
Staphylococcus sp. 4 (6,6)
Pada tabel diatas ditunjukkan bahwa kuman E.coli merupakan kuman Gram
negatif terbanyak pada perforasi saluran cerna atas dan bawah. Sedangkan kuman
Gram positif terbanyak yang ditemukan adalah Enterococcus sp.dan Stapylococcus
sp. masing-masing empat isolate pada perforasi saluran cerna atas dan bawah.
( Terdapat 8 sampel dengan 2 kuman yang berbeda ).
Universitas Indonesia
Pada saluran cerna atas, Staphylococcus sp. adalah kuman Gram positif
terbanyak. Sedangkan untuk bakteri Gram negatif, paling banyak ditemukan E.coli
dan Klebsiella pneumonia.
Pada perforasi saluran cerna bawah, Enterococcus sp. adalah bakteri Gram positif
terbanyak, berbeda dengan pada saluran cerna atas. Sedangkan untuk kuman Gram
negatif, E.coli tetap merupakan kuman terbanyak.
Universitas Indonesia
Tabel 5.2 Kepekaan kuman pada perforasi saluran cerna atas terhadap antibiotik
(angka susceptibility > 50% di bold)
Susceptibility
Jenis antibiotik Total Gram positif Gram negatif
n isolat (% S) n S I R n S I R
isolat (%) (%) (%) isolat (%) (%) (%)
Lini 1
Cefoxitin 3 (100%) 3 100 0 0 - - - -
Oxacillin 4 (75%) 4 75 0 25 - - - -
Chloramphenicol 12 (75%) 4 75 0 25 8 75 12,5 12,5
Gentamicin 9 (55,6%) 1 0 100 0 6 62,5 0 37,5
Erythromycin 4 (50%) 4 50 25 25 - - - -
Cotrimoxazole 9 (44,4%) 3 66,7 0 33,3 6 33,3 0 66,7
Ampicillin 4 (25%) 4 25 0 75 - - - -
Tetracycline 12 (16,7%) 4 25 0 75 8 12,5 25 62,5
Penicillin G 4 (0%) 4 0 25 75 - - - -
Kanamycin 8 (0%) 1 0 0 100 7 0 57,1 42,9
Lini 2
Amikacin 9 (77,8%) 1 0 0 100 8 87,5 12,5 0
Ceftazidime 12 (66,7%) 4 50 25 25 8 75 0 25
Sulbactam/Ampicillin 12 (66,7%) 4 100 0 0 8 50 0 50
Ceftriaxone 11 (54,5%) 4 75 0 25 7 42,9 0 57,1
Ciprofloxacin 10 (50%) 4 75 25 0 6 33,3 0 66,7
Lincomycin 4 (50%) 4 50 0 50 - - - -
Amoxicillin + Clavulanic acid 12 (50%) 4 100 0 0 8 25 37,5 37,5
Cefoperazone/Sulbactam 12 (50%) 4 75 25 0 8 37,5 62,5 0
Piperacillin/Tazobactam 12 (41,7%) 4 50 50 0 8 37,5 37,5 25
Cefotaxime 10 (27,3%) 3 33,3 33,3 33,3 8 25 25 50
Cefoperazone 11 (27,3%) 4 25 75 0 7 28,6 14,3 57,1
Cephalothin 12 (25%) 4 75 25 0 8 0 12,5 87,5
Aztreonam 8 (25%) - - - - 8 25 25 50
Neomycin 2 (0%) - - - - 2 0 50 50
Lini 3
Vancomycin 2 (100%) 2 100 0 0 - - - -
Teicoplanin 2 (100%) 2 100 0 0 - - - -
Doripenem 2 (100%) - - - - 2 100 0 0
Imipenem 12 (100%) 4 100 0 0 8 100 0 0
Meropenem 12 (100%) 4 100 0 0 8 100 0 0
Linezolid 3 (66,7%) 3 66,7 33,3 0 - - - -
Cefepime 11 (54,5%) 4 75 0 25 7 42,9 14,3 42,9
Cefpirome 9 (44,4%) 3 66,7 0 33,3 6 33,3 0 66,7
Moxifloxacin 6 (33,3%) 2 50 50 0 4 25 25 50
Levofloxacin 12 (50%) 4 75 0 25 8 37,5 0 62,5
Tigecyclin 3 (0%) 1 0 100 0 2 0 50 50
Keterangan: S – sensitive, I – intermediate, R – resisten; (-) tidak dilakukan tes
Universitas Indonesia
Tabel 5.3 Kepekaan kuman pada perforasi saluran cerna bawah terhadap antibiotik
(angka susceptibility > 50% di bold)
Jenis antibiotik Susceptibility
Total Gram positif Gram negative
n isolat (% S) n S I R n S I R
isolat (%) (%) (%) isolat (%) (%) (%)
Lini 1
Chloramphenicol 43 (55,8%) 3 100 0 0 40 52,5 0 47,5
Gentamicin 45 (55,6%) 3 100 0 0 42 52,4 7,1 40,5
Oxacillin 4 (50%) 4 50 0 50 - - - -
Cotrimoxazole 23 (34,8%) 2 100 0 0 21 28,6 0 71,4
Erythromicin 3 (33,3%) 3 33,3 0 66,7 - - - -
Tetracycline 50 (30%) 3 100 0 0 47 25,5 7 67,4
Kanamicin 42 (28,6%) 3 33,3 33,3 33,3 39 28,2 35,9 35,9
Ampicillin 4 (25%) 4 25 0 75 - - - -
Penicillin G 4 (0%) 4 0 50 50 - - - -
Cefoxitin 1 (0%) 1 0 0 100 - - - -
Lini 2
Lincomicin 3 (66,7%) 3 66,7 0 33,3 - - - -
Ceftazidime 44 (56,8%) 3 33,3 33,3 33,3 41 58,5 4,9 36,6
Amikacin 46 (56,5%) 3 33,3 0 66,7 43 58,1 32,6 9,3
Cefoperazone/Sulbactam 43 (55,8%) 3 66,7 0 33,3 40 55 35 10
Ceftriaxone 43 (51,2%) 3 66,7 0 33,3 40 50 5 45
Aztreonam 45 (46,7%) - - - - 45 46,7 17,8 35,6
Cefotaxime 45 (46,7%) 2 0 0 100 43 48,8 11,6 39,5
Piperacillin/Tazobactam 44 (45,5%) 3 33,3 33,3 33,3 45 46,7 24,4 29,3
Ciprofloxacin 40 (40%) 3 66,7 0 33,3 37 37,8 13,5 48,6
Sulbactam/Ampicillin 45 (33,3%) 3 66,7 0 33,3 42 31 7,1 61,9
Amoxicillin + Clavulanic acid 48 (31,3%) 4 50 0 50 44 29,5 22,7 47,7
Cefoperazone 41 (29,3%) 4 25 25 50 37 29,7 16,2 54,1
Cephalothin 49 (12,2%) 4 50 0 50 45 8,9 13,3 77,8
Neomycin 1 (0%) - - - - 1 0 100 0
Lini 3
Vancomycin 4 (100%) 4 100 0 0 - - - -
Linezolid 1 (100%) 1 100 0 0 - - - -
Teicoplanin 2 (100%) 2 100 0 0 - - - -
Doripenem 6 (100%) - - - - 6 100 0 0
Meropenem 46 (87%) 3 66,7 0 33,3 43 88,4 0 11,6
Imipenem 46 (87%) 4 50 0 50 42 90,5 0 9,5
Cefpirome 23 (69,6%) 2 100 0 0 21 66,7 0 33,3
Cefepime 41 (61%) 4 50 0 50 37 62,2 5,4 32,4
Colistin 5 (60%) 1 100 0 0 4 50 50 0
Tigecyclin 19 (52,6%) 2 100 0 0 17 47,1 29,4 23,5
Levofloxacin 43 (51,2%) 3 66,7 0 33,3 40 50 5 45
Moxifloxacin 14 (28,6%) 2 100 0 0 12 16,7 8,3 75
Gatifloxacin 4 (0%) - - - - 4 0 0 100
Keterangan: S – sensitive, I – intermediate, R – resisten; (-) tidak dilakukan tes
Universitas Indonesia
Tabel 5.4. Sensitivitas antibiotik pada kuman Gram positif dan Gram negatif
Gram Positif Gram Negatif
Antibiotik n isolat S (%) I (%) R (%) n S (%) I (%) R (%)
isolat
Lini 1
Oxacillin 8 62,5 0 37,5 - - - -
Penicillin G 8 0 37,5 62,5 - - - -
Ampicillin 8 25 0 75 - - - -
Cefoxitin 4 75 0 25 - - - -
Chloramphenicol 7 85,7 0 14,3 48 56,3 2,1 41,7
Cotrimoxazole 5 80 0 20 27 29,6 0 70,4
Gentamicin 4 75 25 0 50 54 6 40
Kanamicin 4 25 25 50 46 23,9 39,1 37
Erythromycin 7 42,9 14,3 28,6 - - - -
Tetracycline 7 57,1 0 42,9 51 23,5 9,8 66,7
Lini 2
Amikacin 4 25 0 75 51 62,7 29,4 7,8
Aztreonam - - 0 - 53 43,4 18,9 37,7
Sulbactam/Ampicillin 7 85,7 0 14,3 50 34 6 60
Lincomicin 7 57,1 0 42,9 - - - -
Cephalothin 8 62,5 12,5 25 53 7,5 13,2 79,2
Cefotaxime 5 20 20 60 51 45,1 13,7 41,2
Amoxicillin+Clavulanat 8 75 0 25 52 28,8 25 46,2
Ceftriaxone 7 71,4 0 28,6 47 48,9 4,3 46,8
Ceftazidime 7 42,9 28,6 28,6 49 61,2 4,1 34,7
Cefoperazone 8 25 50 25 44 29,5 15,9 54,5
Ciprofloxacin 7 71,4 14,3 14,3 43 37,2 11,6 51,2
Piperacillin/ Tazobactam 7 42,9 42,9 14,3 49 44,9 26,5 28,6
Cefoperazone/Sulbactam 7 71,4 14,3 14,3 48 52,1 39,6 8,3
Neomicin - - - - 3 0 66,7 33,3
Lini 3
Doripenem - - - - 8 100 0 0
Cefepime 8 62,5 0 37,5 44 59,1 6,8 34,1
Cefpirome 5 80 0 20 27 59,3 0 40,7
Vancomycin 6 100 0 0 - - - -
Tigecyclin 3 66,7 33,3 0 19 42,1 31,6 26,3
Teicoplanin 4 100 0 0 - - - -
Meropenem 7 85,7 0 14,3 51 90,2 0 9,8
Imipenem 8 75 0 25 50 92 0 8
Linezolid 4 100 0 0 - - - -
Levofloxacin 7 71,4 0 28,6 48 47,9 4,2 47,9
Moxifloxacin 4 75 25 0 16 18,8 12,5 68,8
Gatifloxacin - - - - 4 0 0 100
Colistin 1 100 0 0 4 50 50 0
Keterangan: S – sensitive, I – intermediate, R – resisten; (-) tidak dilakukan tes
Universitas Indonesia
Pada tabel 5.2 terlihat bahwa antibiotik pada saluran cerna atas yang masih
memiliki angka sensiitivitas >50% pada lini pertama adalah Cefoxitin, Oxacillin,
Chloramphenicol, dan Gentamycin, pada lini kedua adalah Amikacin, Ceftazidime,
Sulbactam/Ampicillin, dan Ceftriaxone, sedangkan pada lini ketiga adalah
Vancomycin, Linezolid, Teicoplanin, Doripenem, Imipenem, Meropenem, dan
Cefepime.
Pada tabel 5.3 terlihat bahwa antibiotik pada saluran cerna bawah yang
masih memiliki angka sensitivitas >50% pada lini pertama adalah Gentamicin, dan
Chloramphenicol, pada lini kedua adalah Lincomycin, Ceftazidime, Amikacin,
Cefoperazone/Sulbactam, dan Ceftriaxone, sedangkan pada lini ketiga adalah
Vancomycin, Linezolid, Teicoplanin, Doripenem, Meropenem, Imipenem,
Cefpirome, Cefepime, Colistin, Tigecyclin, dan Levofloxacin.
Pada tabel 5.4 terlihat bahwa antibiotik yang memiliki angka sensitivitas
>50% pada bakteri gram positif antara lain; Oxacillin, Cefoxitin, Chloramphenicol,
Cotrimoxazole, Gentamycin dan Tetracycline pada lini pertama,
Sulbactam/Ampicillin, Lincomycin, Cephalothin, Amoxicillin+Clavulanat,
Ceftriaxone, Ciprofloxacin, Cefoperazone/Sulbactam pada lini kedua, serta
Cefepime, Cefpirome, Vancomycin, Teicoplanin, Meropenem, Imipenem, Linezolid,
Levofloxacin, Moxifloxacin, dan Colistin pada lini ketiga. Untuk bakteri Gram
negatif, antibiotik yang masih memiliki sensitivitas > 50% adalah sebagai berikut;
Chloramphenicol dan Gentamycin untuk lini pertama, Amikacin, Ceftazidime, dan
Cefoperazone/Sulbactam untuk lini kedua, serta Doripenem, Cefepime, Cefpirome,
Meropenem, dan Imipenem untuk lini ketiga.
Universitas Indonesia
5.4 Analisa Tambahan : Hasil Biakan (Gram Positif Atau Gram Negatif ) Dengan
Lokasi Perforasi.
Syarat uji chi square tidak terpenuhi sehingga digunakan uji Fisher. Terlihat
bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan lokasi perforasi dengan
temuan jenis gram. Ditemukan bahwa proporsi jenis gram positif kuman di saluran
cerna atas dan bawah sama. Sedangkan pada perforasi saluran cerna bawah
ditemukan lebih banyak kuman Gram negatif (85%) dibandingkan Gram positif
(15%).
Universitas Indonesia
Pola kuman yang didapatkan pada penelitian ini 86,8% adalah Gram
negatif dan hanya 13,2% saja yang merupakan Gram positif. E.Coli merupakan
kuman Gram negatif dengan temuan terbanyak (54,1%), sedangkan untuk Gram
positif temuan terbanyak adalah Staphylococcus sp dan Enterococcus dengan
persentase masing-masing 6,6% dari keseluruhan kuman yang dapat tumbuh dari
biakan kultur. Penelitian sebelumnya di Prancis14 dengan melibatkan 25 pusat
kesehatan, didapatkan hasil untuk Gram negatif sebanyak 41% dan E.coli
merupakan kuman yang dominan sebanyak 42,9% dari seluruh kultur. Sedangkan
untuk Gram positif hasilnya 27% dari seluruh kultur dan dengan persentase yang
hampir serupa juga dengan penelitian ini . Hanya jenis kuman yang terbanyak Gram
positif berbeda dengan studi di eropa14 yaitu Enterococcus sebesar 38% dari kultur
Gram positif. Dari penelitian Phillipi21 di RSCM , kuman mayoritas yang ditemukan
kuman mayoritas Staphylococcus dan Streptococcus. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang disebutkan sebelumnya.
Studi epidemiologi di Eropa14 selain kuman Gram negatif dan positif,
mereka juga melakukan kultur untuk kuman anaerob dimana di penelitian ini tidak
dapat dilakukan karena keterbatasan media transport dan proses pembiakan yang
lebih mahal. Akhirnya dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa pola kuman saluran
cerna pada infeksi intra abdomen menunjukan pola kuman yang sama dengan
hasil penelitian yang pernah ada sebelumnya.
26 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7.1. SIMPULAN
Pola kuman pada infeksi intra abdomen akibat perforasi saluran cerna
menunjukan kuman E.coli mayoritas pada perforasi saluran cerna bawah dan
Staphylococcus sp dan E.coli pada perforasi saluran cerna atas. Berdasarkan jenis
Gramnya untuk Gram negatif E.coli tetap yang tertinggi dan Enterococcus bersama
dengan Staphylococcus yang tertinggi untuk Gram positif.
Perbedaan resistensi kuman Gram negatif dan positif menunjukan
sensitifitas yang lebih rendah terhadap antibiotik terutama golongan aminoglikosida
(Gentamicin dan Amikacin) dibandingkan penelitian di luar negeri. Amikasin dan
Metronidazole masih dapat direkomendasikan untuk terapi empiris perforasi saluran
cerna bawah dan Cefoxitin dapat diusulkan untuk terapi empiris saluran cerna atas.
7.2 SARAN
28 Universitas Indonesia
29 Universitas Indonesia
13. Dellinger RP, Levy MM, Carlet JM, Bion J, Parker MM, Jaeschke R, et al.
Surviving sepsis campaign: international guidelines for management of severe
sepsis and septicshock. Crit Care Med. 2008;36(1):296-327.
14. Montravers P, Lepape A, Dubreuil L, Gauzit R, Pean Y, Benchimol D, et al.
Clinical andmicrobiological profiles of community-acquired and nosocomial
intra-abdominal infections: results of the French prospective, observational EBIIA
study. J Antimicrob Chemother. 2009;63(4):785-94.
15. Swenson BR, Metzger R, Hedrick TL, McElearney ST, Evans HL, Smith RL, et
al. Choosing antibiotics for intra-abdominal infections: what do we mean by“high
risk"?. Surg Infect Larchmt. 2009;10(1):29-39.
16. Malafaia O, Fernandez A, Choe KA, Carides A, Satishchandran V, Teppler H.
Protocol studygroup: ertapenem versus piperacillin/tazobactam in the treatment of
complicated intra abdominal infections: results of a double-blind,randomized
comparative phase III trial. Ann Surg. 2003;237(2):235-45.
17. Loho T. General Profile of Bacteria and Antibiotic Susceptibility at RS. Cipto
Mangunkusumo. Jakarta: RSCM. 2012.
18. Mosdell DM, Morris DM, Voltura A, Pitcher DE, Twiest MW, Milne RL, et al.
Antibiotic treatment for surgical peritonitis. Ann Surg. 1991;214(5):543-9.
19. Solomkin JS, Mazuski J. Intra-abdominal sepsis: newer interventional and
antimicrobial therapies. Inf Dis Clin North Am. 2009;23(3):593-608.
20. Solomkin JS, Mazuski JE, Baron EJ, Sawyer RG, Nathens AB, DiPiro JT, et al.
Guidelines for the selection of anti-infective agents for complicated intra-
abdominal infections. Clin Infect Dis. 2003;37(8):997-1005.
21. Phillipi B, Lalisang T, Th-Akib H, Setiabudy R.. Comparison of the efficacy and
safety of Isepamicin plus Metronidazole and Amikacin plus Metronidazole in
intra-abdominal infections. Med J Indonesia.2001;10(2):88-94.
Universitas Indonesia
LINI 2
Jumlah isolate (% sensitif)
AMK AZT SAP LIN CPH CTX AMC CTR CAZ CPZ CIP TZP CPS NEO
9 (77,8) 8 (25) 12 (66,7) 4 (50) 12 (25) 11 (27,3) 12 (50) 11 12 (66,7) 11 10 (50) 12 (41,7) 12 (50) 2 (0)
(54,5) (27,3)
Gram positif 1 (0) NA 4 (100) 4 (50) 4 (75) 3 (66,7) 4 (100) 4 (75) 4 (50) 4 (25) 4 (75) 4 (50) 4 (75) NA
Enterococcus sp. 1 (0) NA 1 (100) 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (100) 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) NA
Staphylococcus sp. NA NA 3 (100) 3 (66,7) 3 (100) 2 (50) 3 (100) 3 (100) 3 (66,7) 3 (33,3) 3 (100) 3 (66,7) 3 (100) NA
Gram negatif 8 (87,5) 8 (25) 8 (50) NA 8 (0) 8 (25) 8 (25) 7 (42,9) 8 (75) 7 (28,6) 6 (33,3) 8 (37,5) 8 (37,5) 2 (0)
Escherichia coli 3 (100) 3 (33,3) 3 (66,7) NA 3 (0) 3 (33,3) 3 (33,3) 3 (33,3) 3 (100) 3 (33,3) 2 (50) 3 (66,7) 3 (66,7) 1 (0)
Klebsiella pneumonia 3 (66,7) 3 (0) 3 (66,7) NA 3 (0) 3 (33,3) 3 (33,3) 2 (0) 3 (33,3) 3 (0) 2 (50) 3 (0) 3 (0) 1 (0)
Acinetobacter baumanii 1 (100) 1 (0) 1 (0) NA 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (100) 1 (100) NA 1 (0) 1 (100) 1 (0) NA
Pseudomonas aeruginosa NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Klebsiella oxytoca NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Citrobacter freundii 1 (100) 1 (100) 1 (0) NA 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (100) 1 (100) 1 (100) 1 (0) 1 (0) 1 (100) NA
Proteus vulgaris NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Enterobacter aerogenes NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
AMK – Amikacin, AZT – Aztreonam, SAP – Ampicillin/Sulbactam, LIN – Lincomycin, CPH – Cephalotin, CTX – Cefotaxime, AMC – Amoxicillin/Clavulanat, CTR – Ceftriaxone, CAZ –
Ceftazidime, CPZ – Cefoperazone, CIP – Ciprofloxacin, TZP – Piperacillin/Tazobactam, CPS – Cefoperazone/Sulbactam, NEO – Neomycin
Universitas Indonesia
Pola kuman..., Bonauli Simanjuntak, FK UI, 2014
32
LINI 3
Jumlah isolate (% sensitif)
FEP CPM VAN TIG TEC MPM IPM DOR LIZ LVX MOX
11 (54,5) 9 (44,4) 2 (100) 3 (0) 2 (100) 12 (100) 12 (100) 2 (100) 3 (100) 12 (50) 6 (33,3)
Gram positif 4 (75) 3 (66,7) 2 (100) 1 (0) 2 (100) 4 (100) 4 (100) NA 3 (100) 4 (75) 2 (50)
Enterococcus sp. 1 (0) 1 (0) 1 (100) 1 (0) 1 (100) 1 (100) 1 (100) NA 3 (100) 1 (0) 1 (0)
Staphylococcus sp. 3 (100) 2 (100) 1 (100) NA 1 (100) 3 (100) 3 (100) NA NA 3 (100) 1 (100)
Gram negatif 7 (42,9) 6 (33,3) NA 2 (0) NA 8 (100) 8 (100) 2 (100) NA 8 (37,5) 4 (25)
Escherichia coli 3 (33,3) 3 (33,3) NA NA NA 3 (100) 3 (100) 1 (100) NA 3 (33,3) 1 (0)
Klebsiella pneumonia 3 (33,3) 3 (33,3) NA 1 (0) NA 3 (100) 3 (100) 1 (100) NA 3 (66,7) 3 (33,3)
Acinetobacter baumanii NA NA NA 1 (0) NA 1 (100) 1 (100) NA NA 1 (0) 1 (0)
Pseudomonas aeruginosa NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Klebsiella oxytoca NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Citrobacter freundii 1 (100) NA NA NA NA 1 (100) 1 (100) NA NA 1 (0) NA
Proteus vulgaris NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Enterobacter aerogenes NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
FEP – Cefepime, CPM – Cefpirome, VAN – Vancomycin, TIG – Tigecycline, TEC – Teicoplanin, MPM – Meropenem, IPM – Imipenem, DOR – Doripenem, LIZ – Linezolid, LVX – Levofloxacin,
MOX – Moxifloxacin
LINI 1
Jumlah isolate (% sensitif)
OXA PCG AMP CFX CLR CMX GEN KAN ERY TET
4 (50) 4 (0) 4 (25) 1 (0) 43 (55,8) 23 (34,8) 45 (55,6) 42 (28,6) 3 (33,3) 46 (30,4)
Gram positif 4 (50) 4 (0) 4 (25) 1 (0) 3 (100) 2 (100) 3 (100) 3 (33,3) 3 (33,3) 3 (100)
Enterococcus sp. 3 (66,7) 3 (0) 3 (33,3) NA 3 (100) 2 (100) 3 (100) 3 (33,3) 2 (50) 3 (100)
Staphylococcus sp. 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) NA NA NA NA 1 (0) NA
Gram negative NA NA NA NA 40 (52,5) 21 (28,6) 42 (52,4) 39 (28,2) NA 43 (25,6)
Escherichia coli NA NA NA NA 27 (63) 17 (35,3) 28 (57,1) 28 (25) NA 28 (28,6)
Klebsiella pneumonia NA NA NA NA 5 (60) 2 (0) 5 (40) 4 (25) NA 6 (16,7)
Acinetobacter baumanii NA NA NA NA 2 (0) NA 2 (50) 2 (50) NA 2 (50)
Pseudomonas aeruginosa NA NA NA NA 4 (0) 1 (0) 4 (25) 2 (0) NA 4 (0)
Klebsiella oxytoca NA NA NA NA 1 (100) NA 1 (100) 1 (100) NA 1 (0)
Citrobacter freundii NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Proteus vulgaris NA NA NA NA NA NA 1 (100) 1 (100) NA 1 (100)
Enterobacter aerogenes NA NA NA NA 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) NA 1 (0)
OXA – Oxacillin, PCG – Penicillin G, AMP – Ampicillin, CFX – Cefoxitin, CLR – Chloramphenicol, CMX – Cotrimoxazole, GEN – Gentamycin, KAN – Kanamycin, ERY – Erythromycin, TET –
Tetracycline
Universitas Indonesia
Pola kuman..., Bonauli Simanjuntak, FK UI, 2014
33
LINI 2
Jumlah isolate (% sensitif)
AMK AZT SAP LIN CPH CTX AMC CTR CAZ CPZ CIP TZP CPS NEO
46 (56,5) 45 (46,7) 45 (33,3) 3 (66,7) 49 (12,2) 45 (46,7) 48 (31,3) 43 (51,2) 44 (56,8) 41 (29,3) 40 (40) 44 (45,5) 43 (55,8) 1 (0)
Gram positif 3 (33,3) NA 3 (66,7) 3 (66,7) 4 (50) 2 (0) 4 (50) 3 (66,7) 3 (33,3) 4 (25) 3 (66,7) 3 (33,3) 3 (66,7) NA
Enterococcus sp. 3 (33,3) NA 3 (66,7) 2 (100) 3 (66,7) 1 (0) 3 (66,7) 3 (66,7) 3 (33,3) 3 (33,3) 3 (66,7) 3 (33,3) 3 (66,7) NA
Staphylococcus sp. NA NA NA 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) NA NA 1 (0) NA NA NA NA
Gram negatif 43 (58,1) 45 (46,7) 42 (30,9) NA 45 (88,9) 43 (48,8) 44 (29,5) 40 (50) 41 (58,5) 37 (29,7) 37 (37,8) 41 (46,3) 40 (55) 1 (0)
Escherichia coli 28 (60,7) 30 (53,3) 27 (33,3) NA 30 (10) 28 (57,1) 29 (34,5) 26 (61,5) 27 (63) 25 (24) 25 (36) 27 (48,1) 27 (55,6) 1 (0)
Klebsiella pneumonia 6 (16,7) 6 (50) 6 (33,3) NA 6 (16,7) 6 (50) 6 (33,3) 6 (50) 6 (50) 5 (40) 5 (20) 6 (33,3) 5 (60) NA
Acinetobacter baumanii 2 (50) 2 (0) 2 (50) NA 2 (0) 2 (0) 2 (0) 2 (0) 2 (0) 2 (0) 2 (50) 2 (0) 2 (50) NA
Pseudomonas aeruginosa 4 (75) 4 (0) 4 (0) NA 4 (0) 4 (0) 4 (0) 4 (0) 4 (75) 2 (50) 4 (75) 4 (75) 4 (50) NA
Klebsiella oxytoca 1 (100) 1 (100) 1 (100) NA 1 (0) 1 (100) 1 (0) NA NA 1 (100) NA NA 1 (100) NA
Citrobacter freundii NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Proteus vulgaris 1 (100) 1 (100) 1 (0) NA 1 (0) 1 (100) 1 (100) 1 (100) 1 (100) 1 (100) NA 1 (100) NA NA
Enterobacter aerogenes 1 (100) 1 (0) 1 (0) NA 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) 1 (0) NA
AMK – Amikacin, AZT – Aztreonam, SAP – Ampicillin/Sulbactam, LIN – Lincomycin, CPH – Cephalotin, CTX – Cefotaxime, AMC – Amoxicillin/Clavulanat, CTR – Ceftriaxone, CAZ –
Ceftazidime, CPZ – Cefoperazone, CIP – Ciprofloxacin, TZP – Piperacillin/Tazobactam, CPS – Cefoperazone/Sulbactam, NEO – Neomycin
LINI 3
Jumlah isolate (% sensitif)
FEP CPM VAN TIG TEC MPM IPM DOR LIN LVX MOX GAT COL
41 (61) 23 (16) 4 (100) 19 (52,6) 2 (100) 46 (87) 46 (87) 6 (100) 1 (100) 43 (51,2) 14 (28,6) 4 (0) 5 (60)
Gram positif 4 (50) 2 (100) 4 (100) 2 (100) 2 (100) 3 (66,7) 4 (50) NA 1 (100) 3 (66,7) 2 (100) NA 1 (100)
Enterococcus sp. 3 (66,7) 2 (100) 3 (100) 2 (100) 2 (100) 3 (66,7) 3 (66,7) NA NA 3 (66,7) 2 (100) NA 1 (100)
Staphylococcus sp. 1 (0) NA 1 (100) NA NA NA 1 (0) NA 1 (100) NA NA NA NA
Gram negatif 37 (62,2) 21 (66,7) NA 17 (47,1) NA 43 (88,4) 41 (92,7) 6 (100) NA 40 (50) 12 (16,7) 4 (0) 4 (50)
Escherichia coli 25 (64) 18 (61,1) NA 13 (53,8) NA 28 (100) 29 (100) 5 (100) NA 27 (44,4) 11 (9,1) 4 (0) 1 (0)
Klebsiella pneumonia 5 (60) 2 (100) NA 2 (50) NA 6 (66,7) 5 (60) 1 (100) NA 5 (40) 1 (100) NA 2 (50)
Acinetobacter baumanii 2 (50) NA NA NA NA 2 (0) 2 (50) NA NA 2 (50) NA NA 1 (100)
Pseudomonas aeruginosa 2 (50) 1 (100) NA 2 (0) NA 4 (75) 3 (66,7) NA NA 4 (75) NA NA NA
Klebsiella oxytoca 1 (100) NA NA NA NA 1 (100) 1 (100) NA NA 1 (100) NA NA NA
Citrobacter freundii NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Proteus vulgaris 1 (100) NA NA NA NA 1 (100) 1 (100) NA NA NA NA NA NA
Enterobacter aerogenes 1 (0) NA NA NA NA 1 (100) 1 (100) NA NA 1 (100) NA NA NA
FEP – Cefepime, CPM – Cefpirome, VAN – Vancomycin, TIG – Tigecycline, TEC – Teicoplanin, MPM – Meropenem, IPM – Imipenem, DOR – Doripenem, LIN – Linezolid LVX – Levofloxacin,
MOX – Moxifloxacin, GAT – Gatifloxacin, COL – Colistin
Universitas Indonesia
Pola kuman..., Bonauli Simanjuntak, FK UI, 2014
Pola kuman..., Bonauli Simanjuntak, FK UI, 2014
Pola kuman..., Bonauli Simanjuntak, FK UI, 2014