Anda di halaman 1dari 8

BUTTON HOLE

BAB I
PENDAHULUAN

Akses darah yang dianjurkan pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin adalah
akses permanen. Salah satu bentuk akses permanen yang umum digunakan adalah AV
fistula. Agar AV fistula ini mampu berfungsi secara optimal, harus dijaga keutuhannya.
Salah satu bentuk pemeliharaan akses ini adalah melalui teknik penusukkan yang tepat
sehingga efek samping dari teknik penusukkan pada AV fistula yang akan mengganggu
fungsi hantaran darah tidak terjadi. Efek samping yang mungkin timbul dari teknik
penusukkan adalah stenosis, aneurisma, dilatasi, hematoma, ataupun infeksi.
Penusukkan jarum kanul (kanulasi) adalah prosedur invasive yang tidak nyaman yang
harus dilalui pasien hemodialisis. Ini menjadi rutinitas tidak menyenangkan dan membuat
pasien segan untuk menjalani hemodialisis rutin. Atas dasar ini, diperlukan suatu metode
penusukkan yang tidak/kurang menimbulkan nyeri.
Jumlah penderita gagal ginjal kronis mempunyai kecenderungan semakin meningkat,
jumlah pasien waiting list selalu ada walau angka morbiditas positif. Tidak semua pasien
dengan penyakit ginjal kronis mendapat pelayanan cuci darah rutin. Untuk menghadapi
masalah ini perlu strategi khusus, diantaranya dengan meningkatkan kinerja berupa
peningkatan kecepatan dalam melaksanakan prosedur penusukkan secara aman dan nyaman.

BAB II
Teknik Penusukkan AVF Dengan Metode Button Hole

Untuk mendapatkan keberhasilan dialisis diperlukan akses darah yang adekuat


sehingga didapatkan aliran darah yang optimal sesuai dengan keperluan. Akses permanen
harus segera dibuat pada pasien untuk mendapatkan akses yang baik.

Untuk

mendapatkannya, diperlukan teknik penusukkan yang tepat sehingga keutuhan akses dapat
dijaga. Secara keseluruhan, kekuatan fistula dan graft tergantung dari kualitas pembuluh
darah, teknik pembedahannya, dan metoda penggunaan akses. Kebiasaan di mana jarum
ditusukkan berpengaruh secara jangka panjang terhadap keutuhan dan kekuatan akses,
khususnya AV fistula. Anjuran awal adalah dengan cara mengubah lokasi penusukan dalam
tiap dialisis untuk memungkinkan penyembuhan yang baik pada luka penusukan dan
menghindari komplikasi seperti hematoma pada lokasi penusukkan, dilatasi, stenosis, infeksi
dan pseudoaneurisma. Sebaliknya, beberapa data menunjukkan bahwa penusukkan jarum
dialisis pada titik yang persis sama untuk dialisis yang berurutan menunjukkan komplikasi
yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan lokasi yang berbeda pada penusukkan jarum saat
dialisis.

I.

Jenis Teknik Penusukkan


Teknik Penusukkan Area
Jika penusukkan diulang pada area terbatas (teknik penusukkan area) dilatasi aneurisma
terbentuk pada area ini dan stenosis terbentuk pula pada daerah sekitarnya. Lesi stenotik dan
aneurismatik cenderung progresif karena tekanan dan kecepatan penyebaran sesuai dengan
hukum Bernoulli hidrodinamik.
Teknik Penusukkan Tangga/ladder

Teknik lain dengan menggunakan penusukkan yang disebar secara sama sepanjang ukuran
fistula (teknik penusukkan tangga tali). Teknik tersebut menyebabkan dilatasi kecil
sepanjang nya namun tanpa dilatasi aneurismatik.
Teknik Lubang Kancing/Buttton Hole
Teknik yang paling baik dengan cara penusukkan berulang pada lokasi yang sama (metoda
lokasi menetap = teknik penusukan lobang kancing) karena teknik ini tidak menyebabkan
dilatasi dan stenosis.

II.

Definisi Teknik Penusukkan Button Hole


Adalah suatu cara penusukkan AV fistula tepat satu titik pada jalur yang menetap. Inisiasi
menggunakan jarum yang tajam dan setelah terbentuk jalur menetap digunakan jarum yang
tumpul. Secara sederhana, kita bayangkan lubang kancing, kancing yang bersangkutan akan
tetap memasuki lubang yang sama dan menetap.

III.

Prosedur Pelaksanaan Metode Button Hole


Penelitian awal Zbylut J. Twardowski, MD
1)

Penempatan jarum selama periode awal. Setelah beberapa minggu fistula matang, fistula
ditusuk oleh penusuk yang sama, berpengalaman, menggunakan jarum yang tajam, sampai
didapatkan lokasi penusukan yang paling baik. Hanya setelah didapatkan tempat penusukan
yang baik, penusuk yang kurang berpengalaman diperbolehkan melakukan penusukkan di
lokasi ini. Penempatan jarum oleh orang yang sama dan berpengalaman, selama periode
awal, merupakan hal yang krusial untuk keberhasilan. Tiap orang mempunyai teknik yang
berbeda dalam menggunakan arah dan sudut kemiringan jarum yang sama serta kedalaman
penusukan yang sama. Hasil yang baik pada pasien yang menjalani hemodialisis di rumah
erat berhubungan dengan praktek penusuk manunggal.

Berikut ini illustrasi langkah-langkah penusukkan pada tahap awal dengan menggunakan
jarum tajam.

Gambar 1 illustrasi kanulasi untuk mendapatkan lokasi menetap pada periode awal
penusukkan/inisiasi button hole pada avs baru yang sudah matang

Lakukan pengkajian fisik lengkap pada AV fistula dan catat temuan-temuannya

Pilih lokasi kanulasi dengan cermat. Pertimbangkan area yang lurus, arah jarum dan
kemampuan pasien untuk menusuk sendiri. Lokasi harus dipilih pada area tanpa
aneurisma, dan dengan minimal dua inci jarak antara dua ujung jarum

Bersihkan kotoran pada lokasi kanulasi

Desinfeksi lokasi kanulasi sesuai prosedur setempat

Dengan menggunakan jarum AV fistula yang tajam, pegang sayap jarum dan buka
tutup jarum. Atur kanul jarum dengan bevel menghadap ke atas, ukur lokasi kanulasi,
dan tarik/regangkan kulit.

Tusukan jarum kanul pada sudut 25. Penusukkan mandiri memerlukan sudut yang
sempit. Ini penting untuk mengkanulasi pada lokasi yang menetap pada lokasi yang
tepat sama, dengan menggunakan sudut penusukkan yang sama serta kedalaman yang
sama tiap kali penusukkan
o ini memerlukan penusuk tunggal untuk melakukan semua kanulasi pada
pasien ini sampai terbentuk lokasi yang baik

Adanya sekilas aliran darah pada pangkal kanul menunjukkan jarum pada akses.
Rendahkan sudut penusukkan. Lanjutkan untuk penusukkan jarum pada AV fistula
sampai dengan terposisi dengan baik di dalam pembuluh

Fiksasi dengan plester dan lanjutkan penanganan HD sesuai prosedur

Tindakan ini memakan waktu 6X penusukkan dengan jarum tajam untuk menciptakan
terowongan dengan jaringan parut pada lokasi yang bersangkutan. Setelah
terowongan dengan jaringan parut terbentuk jarum tumpul dapat digunakan

2) Jarum. Setelah melewati periode awal, jarum yang digunakan untuk metoda lubang kancing
mempunyai permukaan dan ujung yang tumpul. Jarum dengan ujung yang tumpul cenderung
akan menempati jalur yang telah kita dapatkan pada periode awal penusukkan; jarum yang
tajam cenderung akan memotong jaringan yang berdekatan dengan jalur tersebut,
memperbesar lubang, dan menyebabkan perdarahan di sepanjang jarum. Hal yang sangat
penting bahwa jarum harus melalui/menempati jalur/terowongan yang telah didapatkan dan
tidak memotong jaringan sekitarnya. Jarum yang memberikan hasil terbaik bila tidak
bersilikon dan tidak mempunyai permukaan yang halus. Rembesan darah berhubungan
dengan penggunaan jarum yang bersilikon dan berpermukaan halus. Berikut ini salah satu
bentuk jarum tumpul yang diproduksi NIPRO:

Gambar 2 Salah jenis jarum tumpul dari NIPRO yang digunakan untuk metode BUTTON
HOLE
Berikut ini illustrasi tahap-tahap penusukkan pada periode lanjut, di mana jalur parut sudah
terbentuk dan mulai digunakan jarum tumpul:

Gambar 3 illustrasi kanulasi pada lokasi menetap yang sudah terbentuk

Lakukan pengkajian lengkap pada AV fistula dan catat temuan-temuannya

Bersihkan kotoran di sekitar lokasi

Desinfeksi lokasi kanulasi sesuai prosedur

Dengan menggunakan jarum tumpul, pegang sayapnya, dan buka tutupnya. Atur jarum
kanul dengan bevel menghadap ke atas dan regangkan kulit ke atas

Dengan hati-hati tusukkan jarum pada lokasi yang sudah terbentuk, tusukkan sepanjang jalur
jaringan parut. Jika terasa tahanan ringan sampai dengan sedang pada saat penusukkan
jarum, putar jarum sambil didorong

Sekilas darah akan terlihat dan ini menunjukkan jarum sudah dalam akses. Turunkan sudut
penusukkan, teruskan penusukkan sampai didapat posisi yang sesuai pada pembuluh

Fiksasi dengan plester dan lanjutkan dengan penanganan dialysis sesuai prosedur

Sudut penusukkan, kedalaman harus konsisten pada setiap kanulasi

3) Arah penusukkan. Kedua jarum ditusukkan dalam arah antegrade yang memfasilitasi proses
homeostasis setelah dialisis dan menurunkan kemungkinan pembentukan hematoma. Arah
jarum antegrade tidak mencetuskan resirkulasi. Resirkulasi mungkin terjadi saat aliran yang
melalui dializer lebih besar dibanding aliran yang melalui fistula.
4)

Desinfeksi. Sebelum penusukkan jarum, area penusukkan harus dibersihkan dari kotoran.
Lalu area harus didisinfeksi lagi dan jarum hemodialisis ditusukkan.

Anda mungkin juga menyukai