Anda di halaman 1dari 5

Mtbsr

Mindfulness merupakan suatu bentuk meditasi, kita biasanya bermeditasi dengan mengatur
perhatian dan energi kita secara sistematis, dan oleh karenanya meningkatkan kualitas pengalaman
kita, juga kita biasanya akan lebih menyadari kemanusiaan kita secara penuh, demikian pula
menyadari hubungan kita dengan orang lain dan dunia (Kabat-Zinn, 2012).

Mindfulness-based interventions, termasuk di antaranya mindfulness-based stress reductions


diawali oleh Jon Kabat-Zinn dan telah berkembang pesat dan bermanfaat untuk mengatasi stress
seseorang (Saphiro & Carlson, 2009).

Jon Kabat-Zinn memperkenalkan mindfulness sebagai suatu bentuk meditasi yang “praktis”
sehingga kegiatan bermeditasi tak lagi menjadi “sulit” seperti sebelumnya. Kita bisa
mempraktikkannya sambil menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari (Kabat-Zinn, 2012). Kita
bisa melakukan meditasi mindfulness sambil berjalan (mindfulness walking), kita dapat
melakukan meditasi saat makan (mindfulness eating), kita juga dapat melakukan meditasi setiap
saat dengan memperhatikan dan menyadari udara yang keluar masuk saat kita bernapas
(mindfulness breathing). Kita dapat melakukan meditasi saat kita berkendara/ berpergian
(mindfulness driving / traveling). Kita bisa melakukan berada dalam kondisi meditatif kapan saja,
sambil tetap melakukan aktivitas sehari-hari. Sederhananya, selama kita masih bernapas, napas
kita itulah yang dapat kita jadikan alat (jangkar/ anchor) untuk masuk dalam kondisi meditatif.

Terkait remaja, kemampuan untuk hadir seutuhnya dalam momen sekarang membantu remaja
lebih mampu menciptakan hubungan mendalam dan jangka panjang dengan hal-hal dan orang-
orang yang ia temui. Begitu remaja belajar memasuki masa sekarang tanpa energi “menyerang”
seperti “Kenapa rencanaku gagal?” maka ia dapat terhindar dari tindakan reaktif dan emosional.

Hasil penelitian ini menunjukkan


bahwa intervensi berbasis mindfulness signifikan dalam menurunkan stres pada orang tua
(U=0,000; P<0,001) dan efek terapeutik dari intervensi ini dapat bertahan setidaknya dua
minggu pasca intervensi. Rahmatika Kurnia Romadhani1 & M. Noor Rochman Hadjam2 2017

Orang tua yang melaporkan bahwa stresnya pada tahapan yang sangat tinggi, cenderung menunjukkan
perilaku tidak sehat tiga kali lipat dari orang tua yang memiliki stres tinggi (American Psychological
Association, 2014).

Latihan pernafasan yang dilakukan dalam mindfulness dapat mengubah frekuensi gelombang otak
menjadi lebih rendah, seperti gelombang alpha dan theta. Pola pernafasan yang dapat menurunkan
gelombang otak adalah dengan melakukan pernafasan panjang, hingga lima kali permenit. (Cardaciotto,
Herbert, Forman, Moitra, & Farrow, 2008). Gelombang otak Alpha dapat memperlancar aliran darah. yang
menuju otak bagian frontal bawah, temporal superior dan korteks oksipital (Cahn & Polich, 2006).
Bagian tersebut merupakan bagian yang terhubung dengan thalamus.Thalamus berfungsi menyampaikan
sinyal sensoris dari bagian sistem syaraf ke cerebral korteks. Kondisi tersebut berdampak pada terciptanya
proses berpikir yang terorganisir, tepat sasaran, menciptakan kesadaran yang stabil sehingga individu
memiliki oritentasi yang benar terhadap lingkungan (Markam &Markam, 2003). Selain itu, dampak lainnya
adalah siklus tidur menjadi lebih teratur, meningkatkan kewaspadaan, serta meluaskan kesadaran
mengenai realitas yang terjadi.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan tingkat stres guru sebelum dan sesudah pelatihan,
sehingga pelatihan Smiling Mind efektif menjadi intervensi psikologis guru. Penurunan skor terbesar
ada pada aspek fisik, dilanjutkan aspek emosi, perilaku dan kognitif. Protokol pelatihan berbasis
mindfulness dapat dikembangkan sebagai alternatif intervensi penanganan masalah stres guru
(maharani 2017).

MBSR adalah intervensi transdiagnostik berbasis bukti itu telah terbukti efektif untuk depresi, kegelisahan,
dan gangguan stres pascatrauma (PTSD; Fjorback, Arendt, Ørnbøl, Fink, & Walach, 2011; Kearney,
McDermott, Malte, Martinez, & Simpson, 2012). MBSR menyediakan alat yang efektif untuk
memungkinkan respons adaptif psikologis dan fisiologis terhadap stres. Secara khusus, MBSR telah
menunjukkan efek bermanfaat pada gejala terkait trauma, termasuk stres, kecemasan, dan depresi, serta
peningkatan kualitas hidup terkait kesehatan (Fjorback et al., 2011), dan telah terbukti efektif dalam
memperbaiki gejala-gejala ini pada wanita yang terpapar trauma dan berpenghasilan rendah (Kimbrough,
Magyari, Langenberg, Chesney, & Berman, 2010; Roth & Robbins, 2004). Pelatihan MBSR melibatkan
meditasi duduk dan berjalan yang dipandu dan hatha yoga. Setiap meditasi adalah praktik mempertahankan
perhatian yang tidak menghakimi pada momen-ke-momen seseorang pengalaman, termasuk fungsi tubuh,
perasaan, dan konten kesadaran. Tujuan perhatian adalah untuk membantu para praktisi mengembangkan
sikap penerimaan, kebaikan, kasih sayang, keterbukaan, kesabaran, dan rasa ingin tahu. Mengembangkan
sikap penerimaan dan pengalaman tidak menghakimi dari sensasi fisik, emosi, dan pikiran adalah fitur
utama dari instruksi MBSR, dan dapat berkontribusi untuk mengurangi reaktivitas stres. Kami beralasan
bahwa fitur ini MBSR dapat secara khusus bermanfaat bagi wanita yang pernah mengalami trauma
interpersonal dan dapat terus mengalami reaktivitas stres fisiologis, pengaruh tidak teratur, dan maladaptif
kognisi. Meningkatkan keterhubungan dengan tubuh mengarah ke yang lebih besar pengaturan tubuh dan
emosi (Kabat-Zinn, 2005; Hölzel et al., 2011). Peningkatan kapasitas untuk pengaturan emosi mungkin
sangat tinggi menguntungkan bagi regulasi kekebalan tubuh, khususnya dalam suatu populasi menghadapi
tingginya tingkat stres yang dirasakan.
Tujuan perhatian adalah untuk membantu para praktisin mengembangkan sikap penerimaan, kebaikan,
kasih sayang, keterbukaan, kesabaran, dan rasa ingin tahu. Mengembangkan sikap penerimaan dan
pengalaman tidak menghakimi dari sensasi fisik, emosi, dan pikiran adalah fitur utama dari instruksi
MBSR, dan dapat berkontribusi untuk mengurangi reaktivitas stres. Kami beralasan bahwa fitur ini MBSR
dapat secara khusus bermanfaat bagi wanita yang pernah mengalami trauma interpersonal dan dapat terus
mengalami reaktivitas stres fisiologis, pengaruh yang tidak teratur, dan maladaptif kognisi. Meningkatkan
keterhubungan dengan tubuh mengarah ke yang lebih besar pengaturan tubuh dan emosi (Kabat-Zinn, 2005;
Hölzel et al., 2011). Peningkatan kapasitas untuk pengaturan emosi mungkin sangat tinggi menguntungkan
bagi regulasi kekebalan tubuh, khususnya dalam suatu populasi menghadapi tingginya tingkat stres yang
dirasakan.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan arah positif antara mindfulness dengan
kepuasan hidup mahasiswa BK FKIP UKSW dengan koefisien korelasi rxy = 0,172 dan p = 0,007 (p < 0,01).
Artinya, semakin tinggi skor mindfulness, maka akan semakin tinggi skor kepuasan hidup, begitu pula sebaliknya.
(Pranazabdian Waskito, J.T. Lobby Loekmono, Yari Dwikurnaningsih 2018).

(Kumar et al. 2015)


Terapi Mindfulness based Stress Reduction bertujuan untuk :
1. Kesadaran untuk meningkatkan kemampuan pasien untuk menyesuaikan keadaan emosional
negatif dan untuk mengatasi secara efektif
2. Merubah pola pikir dan sikap terhadap realistis atau kebenaran
3. Meningkatkan kesadaran individu untuk menanggapi situasi yang ada bukan karena pengalaman
4. Mendorong relaksasi tubuh dapat menurunkan stres
5. Kesadaran penerimaan rasa sakit, kecemasan, pikiran dan emosi tanpa coba melarikan diri,
menghindari, atau mengubahnya.
Referensi :

Kabat-Zinn, J.(2012).Mindfulness for Beginners. Reclaiming The Present Moment and Your Life.
Boulder Colorado: Sounds True.

Shapiro, S.L., & Carlson, L.E. (2010). The Art and Science of Mindfulness. Integrating
Mindfulness Into Psychology and The Helping Professions. Washington,DC: American
Psychological Association.

Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR) untuk Resiliensi Remaja yang Mengalami Bullying,
nurul hidayati 2018.

Rahmatika Kurnia Romadhani1 & M. Noor Rochman Hadjam2 2017. Intervensi Berbasis
Mindfulness untuk
Menurunkan Stres pada Orang Tua

American Psychological Association. (2014). Stres in America: Paying wiht our health.Washington:
http://www.apa.org/news/press/releases/stress/2014.

Cardaciotto, L., Herbert, J. D., Forman, E.M., Moitra, E., & Farrow, V. (2008).
The assessment of present momentawareness and acceptance: ThePhiladelphia mindfulness scale.
Assesment, 18(3), 204-223.

Cahn, B. R., & Polich, J. (2006). MeditationStates and traits: EEG, ERP, and
neuroimaging studies. PsychologicalBulletin, 132, 180-211. doi: 10.1037/0033-2909.132.2.180.

Markam, S. S., & Markam, S. (2003).Pengantar neuro-psikologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran


UniversitasIndonesia.

PENGARUH PELATIHAN BERBASIS MINDFULNESS TERHADAP TINGKAT STRES


PADA GURU PAUD. Ega anastasia maharani.

Fjorback, L. O., Arendt, M., Ornbøl, E., Fink, P., & Walach, H. (2011). Mindfulness-based stress
reduction and mindfulness-based cognitive therapy: A systematic review of randomized
controlled trials. Acta Psychiatrica Scandinavica, 124, 102–119. http://dx.doi.org/10.1111/j
.1600-0447.2011.01704.x

Hölzel, B. K., Lazar, S. W., Gard, T., Schuman-Olivier, Z., Vago, D. R., & Ott, U. (2011). How
does mindfulness meditation work? Proposing mechanisms of action from a conceptual and
neural perspective. Perspectives on Psychological Science, 6, 537–559. http://dx.doi.org/
10.1177/1745691611419671
Kearney, D. J., McDermott, K., Malte, C., Martinez, M., & Simpson, T. L. (2012). Association
of participation in a mindfulness program with measures of PTSD, depression and quality of life
in a veteran sample. Journal of Clinical Psychology, 68, 101–116. http://dx.doi.org/10.1002/
jclp.20853

Kimbrough, E., Magyari, T., Langenberg, P., Chesney, M., & Berman, B. (2010). Mindfulness
intervention for child abuse survivors. Journal of Clinical Psychology, 66, 17–33.

Pranazabdian Waskito, J.T. Lobby Loekmono, Yari Dwikurnaningsih. 2018. Hubungan Antara
Mindfulness dengan Kepuasan Hidup Mahasiswa Bimbingan dan Konseling.

Kumar, D., Simh, N., Scie, M. & Sciences, M. 2015, ‘Mindfulness Based Stress Reduction : An
Overview’, Mental Health Risk and Resources, vol. January, no. July, pp. 197–231.

Anda mungkin juga menyukai