Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

TERAPI CAIRAN
Untuk Memenuhi Tugas Belajar
Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Anestesi

Disusun oleh:
Azzah Azaria Wulandari 180106014
Iski Fatimah 180106006
Nisa Mega Gumilang 180106010
Rumantika 180106012

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “MAKALAH TERAPI CAIRAN”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut serta dalam menyumbang pemikiran teori yang menunjang dalam pembuatan
tugas ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan tugas kami selanjutnya.

Purwokerto, 1 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Definisi terapi cairan.....................................................................................................6
B. Presentase cairan tubuh...................................................................................................6
C. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia..............................................9
D. Jenis-jenis cairan yang digunakan............................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan makan dan minum tubuh kita mendapat air, elektrolit, karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan lain-lain nya. Dalam waktu 24 jam jumlah air dan
elektrolit yang masuk dan keluar lewat urin, tinja, keringat dan uap air pernafasan
kira-kira sama, seperti tampak pada tabel 1 :
Masukan (ml/24 jam) Keluaran (ml/24 jam)
Tampak Tak tampak Tampak Tak tampak
Minum 1200 - Urin 1200 -
Makan - 1000 Tinja - 100
Hasil - 300 Keringat - 800
pernafasan - 400
oksidasi
Total 1200 1300 Total 1200 1300

Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, yang berfungsi menjadi
pengangkut zat makanan ke seluruh sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari hasil
metabolisme sel untuk menunjang berlangsungnya kehidupan. Jumlah cairan tubuh
berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin, dan banyak atau sedikitnya lemak
tubuh.
Pada bayi prematur jumlahnya sebesar 80% dari berat badan, bayi normal
sebesar 70-75% dari berat badan, sebelum pubertas 65-70% dari berat badan, orang
dewasa normal sekitar 50-60% dari berat badan. Kandungan air di dalam sel lemak
lebih rendah dari pada kandungan air di dalam sel otot, sehingga cairan total pada
orang gemuk lebih rendah dari pada mereka yang tidak gemuk.
Cairan dalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan
ekstrasel dan intra sel. Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat solute
berupa kation dan anion (elektrolit) yang penting dalam mengatur keseimbangan
cairan dan fungsi sel.
Gangguan keseimbangan cairan adalah adanya ketidakseimbangan antara air
yang masuk dan keluar dari tubuh, ketidakseimbangan antara cairan intra dan
ekstrasel serta ketidakseimbangan antara cairan interstisium dan intravaskular.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum
terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif,
perioperative dan postoperatif..

4
Terapi cairan terutama dibutuhkan jika tubuh tidak mendapatkan masukan air,
elektrolit dan zat-zat makanan lain secara oral, misalnya pada keadaan pasien yang
harus puasa lama karena persiapan pembedahan, atau keadaan lain seperti perdarahan
banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, diare berat, mual muntah tak
berkesudahan dan lain-lain.
Pada saat melakukan terapi cairan, perlu diperhatikan pula jenis cairan yang
digunakan untuk penggantinya. Cairan tersebut dapat berupa kristaloid atau koloid
yang masing-masing mempunyai keuntungan tersendiri yang diberikan sesuai dengan
kondisi pasien. Dalam keadaan tertentu adanya terapi cairan dapat pula digunakan
sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat
juga untuk menjaga keseimbangan asam basa.

B. Rumusan Masalah
1. Presentase cairan tubuh ?
2. Fungsi cairan tubuh ?
3. Jenis Jenis Terapi Cairan ?

C. Tujuan
1) Dapat Mengetahui dan memahami tentang presentase cairan tubuh.
2) Untuk mengetahui Fungsi cairan tubuh.
3) Untuk mengetahui jenis – jenis terapi cairan.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi terapi cairan
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara ataupun mengganti cairan
tubuh dengan pemberian cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma

5
ekspander) secara intravena untuk mengatasi berbagai masalah gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, meliputi mengantikan volume cairan yang hilang
akibat perdarahan, dehidrasi atau syok.
Terapi cairan perioperative meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada masa
pra-bedah, selama pembedahan, dan pasca bedah. Dalam pembedahan dengan
anestesia yang memerlukan puasa sebelum dan sesudah pembedahan, maka terapi
cairan berfungsi untuk mengganti cairan saat puasa sebelum dan sesudah
pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti perdarahan
yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.

B. Presentase cairan tubuh


Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, pada bayi prematur
jumlahnya sebesar 80% dari berat badan, bayi normal sebesar 70-75% dari berat
badan, sebelum pubertas 65-70% dari berat badan, orang dewasa normal sekitar 50-
60% dari berat badan. Kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah dari pada
kandungan air di dalam sel otot, sehingga cairan total pada orang gemuk lebih rendah
dari pada mereka yang tidak gemuk.
Cairan dalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan
ekstrasel dan intrasel. Volume cairan intrasel sebesar 60% dari cairan tubuh total atau
sebesar 36% dari berat badan pada orang dewasa. Volume cairan ektrasel sebesar
40% dari cairan tubuh total atau sebesar 24% dari berat badan pada orang dewasa.
Cairan ekstrasel dibagi dalam dua subkompartemen yaitu cairan interstisium sebesar
30% dari cairan tubuh total atau 18% dari berat badan pada orang dewasa dan cairan
intravascular (plasma) sebesar 10% dari cairan tubuh total atau sebesar 6% dari berat
badan pada orang dewasa.

Tabel 1 : komposisi cairan tubuh


Kandungan air dalam tiap organ tidak seragam seperti terlihat pada tabel 2 dibawah
ini:

Jaringan Persentase Air


Otak 84
Ginjal 83
Otot lurik 76
Kulit 72
Hati 68
Tulang 22
Lemak 10
Tabel 2 : kandungan air tiap anggota tubuh

6
1. Komponen Intraselular
Komponen intraseluler merupakan cadangan cairan tubuh yang
terbesar, dan berhubungan dengan cairan dalam sel. Komposisi ionnya
berbeda dengan komponen ekstraseluler karena mengandung ion kalium
dalam konsentrasi tinggi (140-150 mmol/liter) dan ion natrium dalam
konsentrasi rendah (8-10 mmol/liter) dan ion klorida (3mmol/liter). Jadi jika
air diberikan bersama natrium dan klorida, maka cenderung mengisi
komponen ekstraseluler. Air yang diperlukan dalam bentuk larutan glukosa
akan didistribusikan kesemua bagian tubuh dan glukosa akan
dimetabolisme. Air murni tidak pernah diberikan secara intravena karena
dapat menyebabkan hemolisis masif.

2. Komponen Ekstraselular
Komponen ekstraseluler dapat dibagi menjadi intravaskuler,intertitial
dan transseluler.
a) Komponen Intravaskuler
Volume darah normal kira-kira 70 ml/kgbb pada dewasa dan
85-90 ml/kgbb pada neonatus. Selain darah, komponen intravskuler
juga terdiri dari protein plasma dan ion, terutama natrium (138-145
mmol/liter), klorida (97-105 mmol/liter) dan ion bikrbonat. Hanya
sebagian kecil kalium tubuh berada di dalam plasma (3,5-4,5
mmol/liter), tetapi konsentrasi kalium ini mempunyai pengaruh besar
terhadap fungsi jantung dan neuromuskuler.

b) Komponen Interstitial
Komponen interstitial lebih besar dari pada komponen
intravaskuler. Jumlah total cairan ekstraseluler (intravaskuler
ditambah interstitial) bervariasi antara 20-35% dari berat badan
dewasa dan 40-45% pada neonatus. Air dan elektolit dapat bergerak
bebas di antara darah dan ruang interstitial, yang mempunyai
komposisi ion yang sama, tetapi protein plasma tidak dapat bergerak
bebas keluar dari ruang intravaskuler kecuali bila terdapat cedera
kapiler misalnya pada luka bakar atau syok septik.
7
Jika terdapat kekurangan cairan dalam darah atau volume darah
yang menurun dengan cepat, maka air dan elektrolit akan ditarik dari
komponen interstitial ke dalam darah untuk mengatasi kekurangan
volume intravaskuler, yang diprioritaskan secara fisiologis.
Pemberian cairan intravena yang terutama mengandung ion natrium
dan klorida, seperti NaCl fisiologis (9 g/liter atau 0,9%) atau larutan
Hartman (larutan ringer laktat), dapat bergerak bebas kedalam ruang
intertitial sehingga efektif untuk meningkatkan volume intervaskuler
dalam waktu singkat.
Larutan yang mengandung molekur yang lebih besar, misalnya
plasma, darah lengkap, dekstran, poligelin, hidroksietil, gelatin, lebih
efektif untuk mempertahankan sirkulasi jika diberikan secara
intravena karena komponen ini lebih lama berada dalam komponen
intravaskuler. Cairan ini biasanya disebut sebagai plasma ex-
panders.

c) Cairan transseluler
Merupakan cairan yang terkandung di dalam rongga khusus
dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial,
pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung dengan
jumlah hamper mendekati angka 1 L, namun sejumlah besar cairan
bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya.
Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal
mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat solute
berupa kation dan anion (elektrolit) yang penting dalam mengatur
keseimbangan cairan dan fungsi sel. Ada dua kation yang penting
yaitu natrium dan kalium. Keduanya mempengaruhi tekanan osmotik
cairan ektrasel dan intrasel serta langsung berhubungan dengan
fungsi sel. Kation dalam cairan ekstrasel adalah natrium (kation
utama) dan kalium, kalsium, magnesium. Untuk menjaga netralitas
(elektronetral) didalam cairan ekstrasel terdapat anion-anion seperti
klorida, bikarbonat dan albumin. Kation utama dalam cairan intrasel
adalah kalium dan anion utama adalah fosfat.
8
Tabel 3 : menunjukkan jumlah dan jenis kation dan anion dalam tiap kompartemen :

(mEq/L) Plasma Interstitial Interseluler


Kation Na 142 114 15
K 4 4 150
Ca 5 2,5 2
Mg 3 1,5 27
Total 154 152 194
Anion Cl 103 114 8
HCO3 27 30 10
HPO4 2 2 100
SO4 1 1 20
As Organik 5 5 0
Protein 16 0 63
Total 154 152 194

C. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia


Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia.Hampir semua
reaksi di dalam tubuh manusia memerlukan cairan.Agar metabolisme tubuh berjalan
dengan baik ,dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang
hilang.Fungsi cairan tubuh antara lain :
1. Mengatur suhu tubuhBila kekurangan air,suhu tubuh tubuh akan panas.
2. Melancarkan peredaran darah Jika tubuh kita kekurangan cairan,maka darah
akan mengental.Hal ini disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk
kebutuhan dalam tubuh.Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak
dan jantung.
3. Membuang racun dan sisa makanan Tersedianya cairan tubuh yang cukup
dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh.Air membersihkan racun
dalam tubuh melalui keringat, air seni dan pernapasan.
4. Kulit Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi
kulit.Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembaban
,kelembutan dan elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udaradari luar tubuh.
5. Pencernaan Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi
dan oksigen melalui darah untuk segera dikirim ke sel sel tubuh.Konsumsi
air yang cukup akan membantu kerja system pencernaan didalam usus besar
karna gerakan usus menjadi lebih lancar.
6. Pernafasan Paru paru memerlukan air untuk pernafasan karna paru paru
harus basah dalam bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa

9
karbondioksida keluar tubuh.Hal ini bisa dilihat apabila kita
menghembuskan nafas kekaca,maka akan terlihat cairan berupa embun dari
nafas yang kita hembuskan pada kaca.
7. Sendi dan Otot Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi
dan otot. Otot tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan.Oleh
sebab itu,perlu minum air dengan cukup selama beraktivitas untuk
mengurangi resiko kejang otot dan kelelahan. 8.Pemulihan Penyakit Air
mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai
berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.

D. Jenis-jenis cairan yang digunakan


Penggolongan jenis cairan berdasarkan sifat osmolaritasnya :
a) Cairan hipotonik
Cairan hipotonik osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam
serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya
pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
b) Cairan Isotonik
Cairan Isotonik osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati
serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki
risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal
jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL),
dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
c) Cairan hipertonik
10
Cairan hipertonik osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi
urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan
cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%
+ Ringer-Lactate, Dextrose 5% + NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan
albumin.

Penggolongan jenis cairan berdasarkan kelompoknya :

a) Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler. Cairan
kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid) ternyata
sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit
volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler
sekitar 20-30 menit.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling
banyak digunakan untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan
susunan yang hampir menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang
terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme di hati
menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan adalah
NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan asidosis
hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan menurunnya kadar
bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.
Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloid
akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan dengan koloid
maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang
interstitiel.
Pada suatu penelitian mengemukakan bahwa walaupun dalam jumlah
sedikit larutan kristaloid akan masuk ruang interstitial sehingga timbul edema
perifer dan paru serta berakibat terganggunya oksigenasi jaringan dan edema
jaringan luka, apabila seseorang mendapat infus 1 liter NaCl 0,9. Selain itu,
pemberian cairan kristaloid berlebihan juga dapat menyebabkan edema otak
dan meningkatnya tekanan intra kranial.

11
b) Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut
“plasma substitute” atau “plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat
zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik
yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6
jam) dalam ruang intravaskuler.
Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara
cepat terutama pada syok hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita
dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang banyak (misal
luka bakar). Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:
a. Koloid alami
Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C
selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya.
Fraksi protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga
mengandung alfa globulin dan beta globulin.
b. Koloid sintetis
1) Dextran
Dextran 40 dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70
dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh bakteri
Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa.
Walaupun Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih baik
dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu
memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro karena dapat
menurunkan kekentalan (viskositas) darah.
Selain itu Dextran mempunyai efek anti trombotik yang dapat
mengurangi platelet adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII,
meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran darah. Pemberian
Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross match,
waktu perdarahan memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran
dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang dapat dicegah yaitu
dengan memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.
2) Hydroxylethyl Starch (Heta starch)
Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000 –
1.000.000, rata-rata 71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan
12
onkotik 30 mmHg. Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal
akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2 hari dan sisanya
64% dalam waktu 8 hari. Low molecullar weight Hydroxylethyl
starch (Penta-Starch) mirip Heta starch, mampu mengembangkan
volume plasma hingga 1,5 kali volume yang diberikan dan
berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya sebagai plasma
volume expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak
mengganggu koagulasi maka Penta starch dipilih sebagai koloid
untuk resusitasi cairan pada penderita gawat.
3) Gelatin
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat
molekul rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang.

Tabel 7 memperlihatkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing golongan cairan :

Nama Kristaloid Koloid


Keuntunga  Tidak mahal   Mempertahankan cairan intravaskular
n   Aliran urin lancar   lebih baik (1/3 cairan bertahan selama
(meningkatkan volume 24 jam)
intravaskular)   Meningkatkan tekanan onkotik plasma
  Pilihan cairan pertama untuk   Membutuhkan volume yang lebih
resusitasi perdarahan dan trauma sedikit
  Mengurangi kejadian edema perifer
  Dapat menurunkan tekanan
intrakranial
Kerugian   Mengencerkan tekanan osmotik   Mahal
koloid   Menginduksi koagulopati (dextran &
  Menginduksi edema perifer helastarch)
  Insidensi terjadinya edema   Jika terdapat kerusakan kapiler, dapat
pulmonal lebih tinggi berpotensi terjadi perpindahan cairan ke
  Membutuhkan volume yg lebih interstitial
besar   Mengencerkan faktor pembekuan dan
  Efeknya sementara trombosit
  Berpotensi menghambat tubulus
renalis dan sel retikuloendotelial di

13
hepar
  Kemungkinan adanya reaksi
anafilaksis (dextran)
Tabel 7 : keuntungan dan kerugian koloid dan kristaloid

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Cairan tubuh dibagi dalam : 1. Cairan intraseluler, yaitu cairan yang terdapat
dalam sel-sel seluruh tubuh. Sekitar 40% berat badan kita merupakan air yang
terdapat di dalam sel.
2. Cairan ekstraseluler, yaitu cairan yang terdapat di luar sel tubuh, jumlahnya
sekitar 20% berat badan, yang terbagi pula dalama. Cairan intristisial atau cairan antar
sel, yang berada diantara sel-sel. b. Cairan intra vaskuler, yang berada dalam
pembuluh darah, berupa air dalam plasma darah. c. Cairan transeluler, yang berada
dalam rongga-rongga khusus, seperti cairan otak , bola mata, sendi, dll.
Fungsi cairan tubuh : Mengatur suhu tubuh, Melancarkan peredaran darah Jika
tubuh kita kekurangan cairan,maka darah akan mengental, Membuang racun dan sisa
makanan Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun
dalam tubuh,Kulit Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi
kulit.Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, Pencernaan

14
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui
darah untuk segera dikirim ke sel sel tubuh, Pernafasan Paru paru memerlukan air
untuk pernafasan karna paru paru harus basah dalam bekerja memasukkan oksigen ke
sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar tubuh,sendi dan Otot Cairan tubuh
melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot,pemulihan Penyakit Air
mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi
untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo W. A., Setiyohadi.B., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.5. Jilid
1. Internal Publishing: Jakarta
2. Guyton AC dan Hell JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.11. Jakarta :
EGC.
3. Sherwood L .2009. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi ke 6. Jakarta:EGC
4. Latief AS, dkk. 2001 petunjuk praktis anestesiologi : terapi cairan pada pembedahan,
ed.2 bagian anestesiologi dan terapi intensif, FK UI.
5. Dobson, Michel B. 2012. Penuntun  praktis Anestesi. Prinsip terapi cairan dan
elektrolit. Jakarta : EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai