Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Bencana Alam NTT

Untuk Memenuhi Tugas Belajar


Mata Kuliah Manajemen Bencana

Disusun oleh:
Azzah Azaria Wulandari 180106014
Fitrianingsih 180106004
Nanda Farah Feliska 180106009

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


ANESTESIOLOGI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin, rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah dengan judul “Bencana Alam NTT”. Makalah ini disusun dengan tujuan
agar kami dan pembaca mampu memahami tentang manajemen bencana alam
khususnya pada korban bencana alam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen
yang bersedia membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan makalah
ini. Kami berharap agar makalah ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air normal
sehingga melimpah dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada lahan
rendah di sisi sungai. Bencana banjir tidak dapat dicegah, namun dapat dikendalikan
dengan mengurangi dampak kerugian akibat bencana tersebut, sehingga perlu
dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu. Umumnya banjir
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi diatas normal, sehingga sistem pengaliran air
yang terdiri dari sungai dan anak sungai serta sistem drainase penampung banjir
buatan yang tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap
(Nurjanah, R. Sugiharto, Dede Kuswana, Siswato BP, Adikoesoemo, 2011).
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian
bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan
perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada
saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan
mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya
bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola
dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat
manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi
masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan
sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah
kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu
diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau
depresi.
B. Tujuan
a. Penulis dan pembaca dapat memahami apa saja yang terjadi pada korban saat
terjadi bencana banjir
b. Penulis dan pembaca dapat memahami survivor dari bencana tersebut
c. Penulis dan pembaca dapat memahami populasi rentan yang ada pada bencana
tersebut
BAB II
ISI
A. Kutipan berita

Korban meninggal akibat bencana di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus


bertambah. BNPB menyebut 128 orang meninggal akibat bencana banjir dan longsor
karena Siklon Tropis Seroja.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya
Jati, menyebut berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per
Senin (5/4/2021), pukul 23.00 WIB, total warga meninggal dunia berjumlah 128
warga selama cuaca ekstrem berlangsung di beberapa wilayah tersebut, dengan
rincian Kabupaten Lembata 67 orang, Flores Timur 49, dan Alor 12. Total korban
hilang mencapai 72 orang, dengan rincian Kabupaten Alor 28 orang, Flores Timur 23,
dan Lembata 21.
"Sebanyak 2.019 kartu keluarga (KK) atau 8.424 warga mengungsi serta 1.083
KK atau 2.683 warga lainnya terdampak. Pemerintah daerah terus memutakhirkan
data dari kaji cepat di lapangan," kata Raditya dalam keterangan tertulis, Selasa
(6/4/2021).
Raditya warga mengatakan warga mengungsi tersebar di lima kabupaten di
wilayah Provinsi NTT. Menurutnya, pengungsian terbesar berada di Kabupaten
Sumba Timur dengan jumlah 7.212 jiwa atau 1.803 KK, Lembata 958 jiwa, Rote
Ndao 672 jiwa atau 153 KK, Sumba Barat 284 jiwa atau 63 KK, dan Flores Timur
256 jiwa.
Siklon tropis ini berdampak di delapan wilayah administrasi kabupaten dan
kota. Di antaranya di Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata,
Ngada, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao, dan Alor.
Bencana cuaca ekstrem di beberapa wilayah tadi juga berdampak pada
sejumlah kerugian. Total ada 1.962 unit rumah terdampak, 119 unit rumah rusak berat
(RB), 118 unit rumah rusak sedang (RS), dan 34 unit rumah rusak ringan (RR).
Sedangkan fasilitas umum (fasum) 14 unit RB, 1 RR, dan 84 unit lain terdampak.
Berikut ini rincian kerusakan di sektor permukiman:
 Kota Kupang
o 10 unit rumah RS
o 657 unit rumah terdampak
 Kabupaten Flores Timur

o 82 unit rumah RB
o 34 unit rumah RR
o 97 unit rumah terdampak
o 8 unit fasum RB

 Kabupaten Malaka

o 1.154 unit rumah terdampak


o 65 fasum terdampak

 Kabupaten Ngada

o 4 unit rumah RB
o 2 unit rumah RS
o 1 fasum terdampak

 Kabupaten Sumba Barat

o 54 unit rumah terdampak

 Kabupaten Sumba Timur

o 7 fasum terdampak

 Kabupaten Rote Ndao

o 12 unit rumah RB

 Kabupaten Alor

o 21 unit rumah RB
o 106 unit rumah RS
o 6 fasum RB
o 1 fasum RR
o 11 fasum terdampak

Terkait pascakejadian, BPBD kabupaten dan kota dibantu dengan multipihak


masih terus melakukan penanganan darurat bencana, seperti evakuasi, penyelamatan,
pelayanan di pengungsian, distribusi logistik maupun pembukaan akses ke wilayah
terisolasi. Kementerian dan lembaga di bawah kendali BNPB juga memberikan
dukungan kepada pemerintah daerah yang terdampak siklon tropis Seroja tersebut.

Sumber : https://news.detik.com/berita/d-5521716/update-korban-bencana-
alam-ntt-128-meninggal-72-hilang
B. Apa yang terjadi pada korban
Update Korban Bencana Alam NTT (Selasa, 06 Apr 2021 10:42 WIB). Kepala
Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, menyebut
berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Senin
(5/4/2021), pukul 23.00 WIB, total warga meninggal dunia berjumlah 128 warga
selama cuaca ekstrem berlangsung di beberapa wilayah tersebut, dengan rincian
Kabupaten Lembata 67 orang, Flores Timur 49, dan Alor 12. Total korban hilang
mencapai 72 orang, dengan rincian Kabupaten Alor 28 orang, Flores Timur 23, dan
Lembata 21.
Sebanyak 2.019 kartu keluarga (KK) atau 8.424 warga mengungsi serta 1.083
KK atau 2.683 warga lainnya terdampak. Pemerintah daerah terus memutakhirkan
data dari kaji cepat di lapangan," kata Raditya dalam keterangan tertulis, Selasa
(6/4/2021).
Siklon tropis ini berdampak di delapan wilayah administrasi kabupaten dan
kota. Di antaranya di Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata,
Ngada, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao, dan Alor.
Bencana cuaca ekstrem di beberapa wilayah tadi juga berdampak pada
sejumlah kerugian. Total ada 1.962 unit rumah terdampak, 119 unit rumah rusak berat
(RB), 118 unit rumah rusak sedang (RS), dan 34 unit rumah rusak ringan (RR).
Sedangkan fasilitas umum (fasum) 14 unit RB, 1 RR, dan 84 unit lain terdampak.
 Kota Kupang  Kabupaten Sumba Barat
o 10 unit rumah RS
o 657 unit rumah terdampak o 54 unit rumah terdampak
 Kabupaten Flores Timur
 Kabupaten Sumba Timur
o 82 unit rumah RB
o 7 fasum terdampak
o 34 unit rumah RR
o 97 unit rumah terdampak  Kabupaten Rote Ndao
o 8 unit fasum RB
o 12 unit rumah RB
 Kabupaten Malaka
 Kabupaten Alor
o 1.154 unit rumah
terdampak o 21 unit rumah RB
o 65 fasum terdampak o 106 unit rumah RS
o 6 fasum RB
 Kabupaten Ngada o 1 fasum RR
o 11 fasum terdampak
o 4 unit rumah RB
o 2 unit rumah RS
o 1 fasum terdampak

C. Survivor
Bencana adalah sesuatu yang mengakibatkan suatu kerugian baik jiwa ,
material, maupun social. Setelah bencana kita di wajibkan untuk bisa
mempertahankan hidup kita apabila material dan alam telah rusak. Ada beberapa
aspekl yang harus di perhatikan pasca bencana yaitu :
 Aspek psikologis (panik, takut, cemas, sepi, bingung, tertekan, bosan)
 Aspek fisiologis (sakit, lapar, haus, luka, lelah)
 Aspek lingkungan (panas, dingin, kering, hujan)
1. Aspek psikologis (panik, takut, cemas, sepi, bingung, tertekan, bosan)
Dampak dari bencana pasti akan meninggalkan sebuah tekanan
kejiwaan bagi korban –korbannya. Aspek ini bisa menggagu dalam proses
kelangsungan hidup mereka. Setidaknya hal yang bisa di lakukan adalah rasa
empati dari masyarakat yang tidak terkena bencana dari pemerintah sangat
penting. Akan tetapi apabila daerah bencana sulit di jangkau relawan, maka
pelatihan pasca bencana pun perlu diadakan agar mereka bisa saling
menenangkan satu sama lain.
2. Aspek fisiologis (sakit, lapar, haus, luka, lelah)
Suatu upaya untuk bertahan hidup saat bencana pasti membutuhkan
suatu pengorbanan, kerugian material pasti akan terjadi. Kelaparan , lelah ,
sakit , luka , haus pasti akan terjadi di saat pasca bencana karena dampak dari
kerusakan yang di timbulkan, apabila hal ini tidak bisa di atasi maka akan
berdampak pada kejiwaan seseorang.
3. Aspek lingkungan (panas, dingin, kering, hujan)
Disebut bencana alam karena terjadi dari alam dan menimbulkan
kerusakan alam. Maka dari itu kondisi lingkungan akan berubah setelah terjadi
lingkungan. Begitupula ada dampak yang akan di timbulkan oleh alam
(perubahan). Tergantung jenis dan sumber bencana tersebut. Ketiga aspek di
atas adalah landasan mengapa kita harus melakukan survival pasca bencana.
Survival sendiri berarti suatu upaya untuk mempertahankan diri yang identik
dengan pemanfaatan alam secara langsung dalam kondisi terdesak ( genting ).
Survival berasal dari kata survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah
mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapat
pertolongan.
Pada kasus bencana alam ini. Menteri Sosial Tri Rismaharini
mengatakan, kebutuhan mendesak yang diperlukan para penyintas bencana
banjir bandang dan tanah longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) berupa
makanan dan alat berat. Menurut Risma, selain kebutuhan pangan, warga yang
terdampak bencana akibat dampak Siklon Tropis Seroja itu juga membutuhkan
alat berat untuk mencari jenazah yang belum ditemukan.
Terkait alat berat, Risma mengatakan akan dicari cara agar bisa segera
dikirimkan ke lokasi bencana termasuk gergaji mesin untuk memotong pohon-
pohon yang tumbang yang menutup akses jalan utama. Kebutuhan mendesak
lainnya berupa obat-obatan karena cukup banyak korban yang luka-luka akibat
bencana tersebut.

D. Populasi rentan kasus


Memahami akibat dari bencana adalah manusia potensial menjadi korban,
sehingga perlu kita memahami dua hal yang perlu mendapatkan focus utama adalah
mengenali kelompok rentan dan meningkatkan kapasitas dan kemampuan masyarakat
dalam menanggulangi bencana. Kerentanan adalah keadaan atau sifat manusia yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bencana yang berfokus pada
pencegahan, menjinakan, mencapai kesiapan, dan dalam menghadapi dampak
tertentu.
Undang-undang penanggulangan bencana pada pasal 56 dan pasal 26 (1)
menjelaskan bahwa masyarakat yang rentan adalah masyarakat yang membutuhkan
bantuan diantaranya bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia.
Kerentanan masyarakat dapat dikelompokan menjadi :
1. Kerentanan fisik
Adalah resiko yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi ancaman
bahaya tertentu, misalnya kekuatan rekonstruksi bangunan rumah pada
daerah rawan banjir dan gempa.
2. Kerentanan ekonomi
Adalah kemampuan ekonomi individual atau masyarakat dalam
mengalokasikan dana untuk mencegah dan penanggulangan bencana.
3. Kerentanan social
Kerentanan social dilihat dari aspek pendidikan, pengetahuan tentang
ancaman dan penanggulangan bencana, serta tingkat kesehatan yang
rendah.
4. Kerentanan lingkungan
Kerentanan yang melihat aspek tempat tinggal masyarakat dan
lingkungan sekitarnya.

Sampai pada Selasa, 6 April 2021 untuk data korban masih fluktuatif, ini data
yang dihimpun dari pemerintah daerah kabupaten dan provinsi dan juga dari Polri
sehingga kemungkinan ada perubahan setiap waktu. Untuk sementara korban jiwa
yang meninggal sekitar 81 orang tapi data akan berubah setiap jam dan yang masih
dalam pencarian 103 orang. Masih ada sejumlah korban hilang dan belum
ditemukan, sementara yang rusak berat baik dari Alor, kemudian Lembata dan
Adonara total jumlahnya mendekati 500 unit. Barusan pak bupati mengatakan di
Lembata rumah yang rusak berat di Lembata berjumlah 224 unit, rusak sedang 15
unit, rusak ringan 75 unit.
BAB III
KESIMPULAN

Update Korban Bencana Alam NTT (Selasa, 06 Apr 2021 10:42 WIB). Kepala Pusat
Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, menyebut berdasarkan
data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Senin (5/4/2021), pukul 23.00 WIB,
total warga meninggal dunia berjumlah 128 warga selama cuaca ekstrem berlangsung di
beberapa wilayah tersebut, dengan rincian Kabupaten Lembata 67 orang, Flores Timur 49,
dan Alor 12. Total korban hilang mencapai 72 orang, dengan rincian Kabupaten Alor 28
orang, Flores Timur 23, dan Lembata 21.
Sebanyak 2.019 kartu keluarga (KK) atau 8.424 warga mengungsi serta 1.083 KK
atau 2.683 warga lainnya terdampak. Pemerintah daerah terus memutakhirkan data dari kaji
cepat di lapangan," kata Raditya dalam keterangan tertulis, Selasa (6/4/2021).
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan, kebutuhan mendesak yang diperlukan
para penyintas bencana banjir bandang dan tanah longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT)
berupa makanan dan alat berat. Menurut Risma, selain kebutuhan pangan, warga yang
terdampak bencana akibat dampak Siklon Tropis Seroja itu juga membutuhkan alat berat
untuk mencari jenazah yang belum ditemukan.
Terkait alat berat, Risma mengatakan akan dicari cara agar bisa segera dikirimkan ke
lokasi bencana termasuk gergaji mesin untuk memotong pohon-pohon yang tumbang yang
menutup akses jalan utama. Kebutuhan mendesak lainnya berupa obat-obatan karena cukup
banyak korban yang luka-luka akibat bencana tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
 https://news.detik.com/berita/d-5521716/update-korban-bencana-alam-ntt-128-
meninggal-72-hilang diakses pada 6 april 2021
 https://kabar24.bisnis.com/read/20210407/15/1378102/dua-hal-mendesak-
dibutuhkan-warga-terdampak-banjir-di-ntt diakses pada 6 april 2021

Anda mungkin juga menyukai