Anda di halaman 1dari 5

1.

SEJARAH SINGKAT DESA KANDAR

Desa kandar adalah salah satu desa dari tujuh desa yang terletak di pantai timur
pulau selaru di kecamatan selaru kabupaten maluku tenggara barat provinsi
Maluku.Nama kandar pada jaman dulu di sebut Gadara tau Swery, yang artinya saya
melarang. Orang yang melaran tempat ini adalah dua orang bersaudara yang sulung
bernama Melisa dan yang bungsu bernama Meligi mereka berasal dari soa mafoak.

Benda-benda yang digunakan melisa dan meligi untuk melarang tempat itu adalah
dengan cara menancap beberapa kayu buah karena pada waktu itu belum ada
pohon kelapa. Tujun mereka melarang tempat itu agar tidak di tempati orang lain.
Tujuan lain Melisa dan Meligi melarang tempat itu karena menurut mereka tempat
itu sangat baik dan indah karena di tempat itu terdapat dua batu tinggi, jarak diantara
kedua batu tinggi itu terdapat jalan naik kedarat buatan alam Melisa dan Meligi
menamakan tempat itu Gdar Lan Ktutu yang artinya saya melarang secara besar dan
keras tanjung itu agar tidak boleh ditempati orang lain kalimat Gadar Lan Ktutu
terdiri dari satu huruf yaitu G menunjukan saya, ada artinya melarang, Lan artinya
besar atau keras dan Ktutu artinya tanjung. Jadi Gadar Lan Ktutu artinya saya
melarang keras dan besar tunjung itu agar jangan ditempati oleh orang lain. Kata
gadar di moderenkan menjadi kandar yang artinya tempat yang indah.

Bahwa pada saat Melisa dan Meligi melarang tempat itu, mereka tidak tahu bahwa
disebalah barat tempat itu dengan jarak kira-kira lima ratus meter sudah ditempati
oleh seseorang yang bernama bebetik, berasal dari soa masopa Maraga Masrikat.
Bebetik terdiri dari dua kata yaitu Be dan Betik artinya keluar. Jadi bebeti artinya
saya yang keluar dan pertama kali menemukan tempat itu. Tempat itu diberi nama
oleh bebetik Sindenwera, karena ditempat itu ada sebuah air buatan alam
Sindenwera terdiri dari dua kata dan satu huruf yaitu sinden artinya nama orang
(nama saudar perempuan Bebetik), Nama itu sampai sekarang tetap sindenwera.

Walaupun Melisa dan Meligi melarang tempat itu yang mereka beri nama Gadar
Lan Ktutu yang satu lokasi dengan sindenwera tempat yang di huni oleh bebetik,
namun Melisa dan Dan meligi tidak tinggal dan menetap ditempat itu tetapi mereka
terus membuat perjalanan menusuri pantai timur pulau Selaru.
Setelah beberapa hari datang seorang yang bernama Gyambaratw dia berasal dari
soa masopa marga Masrikat. Gyambaratw mendapati tempat yan dilarang oleh
Melisa dan Meligi Gyambaratw secara perlahan naik kedarat dan mendapati tanda-
tanda larangan Melisa dan Meligi gyambaratw bersuara memanggil mereka tetapi
tidak ada yang menjawab akhirnya gyambaratw murka dan memotong tanda-tanda
larangan Melisa dan Meligi dan pada akhirnya Gyambaratw tinggal dan menetap
ditempat itu.

Pada suatu hari dipagi yang cerah dan tedu gyambaratw mengumpulkan api untuk
menghangatkan badan karena terasa dingin, asap apinya menjulag tinggi asap itu
dilihat oleh Bebetik di sindenwera, begitu Bebetik melihat asap api itu ia jadi murka
dan mengatakan siapa yang datang ditempat ini tanpa seizing saya? Dengan parang
panjangnya Bebetik berjalan menuju asap api itu setibanya ditempat itu Gyambaratw
sedang menghangatkan badan didekat api dengan perlahan Bebetik melangka
mendapati Gyambaratw, Bebetik memegang rambut bagian muka gyambaratw dan
mau memotong lehernya, tetapi begitu Gyambaratw menatap Bebetik gyambaratw
mengatakan: awa itnye lema irsyalik de namsasam itbyo artinia( Saudara kita ini
bukan orang lain tetapi kita ini satu) Mendengar suara Gyambaratw amarah Bebetik
menjadi reda, mereka saling berpelukan dan saling meminta maaf dan mereka
bersatu kembali.

Selanjutnya setiap hari ada orang datang ke tempat itu untuk bergabung dengan
Gyambaratw dan Bebetik termasuk Melisa dan Meligi, akhirnya mereka
membangun sebuah perkampungan di situ dan dengan sepakat mereka menamakan
Gadar yang dimoderenkan menjadi Kandar sekarang ini, mereka mengatur tatanan
adat budaya dengan tugas dan fungsi masing-masing, dan menaiki sebuah perahu
yang diberi nama Lusila. Lusila terdiri dari dua kata yaitu Lus dan ila Lus artinya
Burung, ila artinya Besar jadi lusila artinya Burung Besar ( bahasa fordata). Mereka
membentu lima soa itu menaiki perahu lusila dengan tugasnya masing-masing
(semua berperan) didalam lima soa itu ada berapa marga yang ada pada masing-
masing soa.
Lima soa dan marga yang ada dalam masing-masing yang dibentuk waktu itu
masi berlaku hingga saat ini yaitu:

1. Soa Masopa ( Tuan Tanah) dengan empat marga antara lain:

- Masrikat

- Rangkoratat

- Minanlarat

- Masela

2. Soa Mafoak lima marga antara lain:

- Ranglalin

- Oratmangun

- Halirat

- Luturmas

- Refualu

3. Soa Efyoar dengan enam marga antara lain:

- Masela

- Lodarmase

- Refualu

- Haluruk

- Suruklusi

- Luturyali

4. Soa Afyanak dengan enam marga antara lain:


- Bilmaskosu

- Saiselar

- Ngilamele

- Fordatkosu

- Hatwasusi

- Lethulur

5. Soa Anausu dengan empat marga antara lain:

- Lerebulan

- Luanmase

- Lurusmanat

- Lololuan

Kelima soa dan kedua puliuh lima marga ini membentuk struktur sosial
masyarakat dari dulu sampai sekarang ini.
2. Letak Geografis dan Astronomis

Ditinjau dari sudut letak geografis Desa Kandar terletak dipantai timur pulau selaru
dikecamatan selaru kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa adaut


- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Arafura
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Namtabung
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lingat

Secara Astronomis Desa Kandar terletak antara 8-9 LS dan 130-132 dengan luas
96.400 M

Anda mungkin juga menyukai