1 2017 |93
Abstrak
Makalah ini berisi pembahasan tentang pandangan Kekristenan mengenai pluralitas
dan agama dan bagaimana itu menjadi dasar bersikap secara teologis-etis dari umat Kristen,
khususnya dalam pengajaran pendidikan agama Kristen. Pluralitas agama adalah kenyataan
mutlak dalam kehidupan masyarakat khususnya di Indonesia. Pandangan dan sikap agama
dan umat Kristen bersifat lebih positif daripada negatif. Kemajemukan agama diterima secara
kritis, khususnya dalam umat Kristen melaksanakan tugas membawa kabar keselamatan
Allah melalui Yesus Kristus. Lebih khusus, dalam mengajarkan pendidikan agama Kristen,
diharapkan kondisi plural agama ini dijadikan materi pelajaran atau bahan ajar yang
memampukan siswa atau umat Kristen menyikapi dan menjalankan tugasnya sebagai orang
Kristen secara positif dan efektif. Data yang dipergunakan dalam tulisan ini diperoleh
dengan studi literatur atau kepustakaan, sedangkan penyajian materi dilakukan dengan
analisis deskriptif- kualitatif dengan corak isi diwarnai oleh studi alkitabiah dan PAK.
Sebagai kitab suci, tentu kedua berhasil merebut tanah perjanjian. Israel
kitab ini (PL dan PB) menjadi dasar dan menjadi kerajaan dengan raja-raja yang
rujukan utama bagi pandangan dan sikap terkenal, seperti Daud dan Salomo. Di
orang Kristen. Karena itu di bahwah ini bawah kepemimpinan raja-raja ini, Israel
akan diberikan uraian tentang pandanga- hidup dalam kejayaan. Tetapi pengganti-
pandangan Alkita itu tentang pluralisme pengganti mereka hidup dalam kelaliman
dan toleransi. sehingga Tuhan menghukum Israel.
Kerajaan runtuh dan bangsa Israel dibuang
a. Perjanjian Lama ke Babel. Tetapi sekitar 200-an tahun
Dalam sejarah bangsa Israel kemudian mereka dibebaskan. Peristiwa
sebagaimana tertulis di dalam PL, tampak ini adalah akhir dari cerita di dalam PL.3
bahwa Israel telah hidup di dalam Dalam sejarah yang tidak tercatat dalam
lingkungan masyarakat yang pluralis. PL, bangsa Israel (Yahudi) dikuasai oleh
Banyak bangsa dan agama lain yang hidup Yunani dan kemudian Romawi. Di jaman
berdampingan dengan bangsa Israel. penjajahan Romawi, Yesus muncul dan
Leluhur bangsa Israel juga sudah berkarya.
mengalami perjumpaan dengan bangsa- Dari pengalaman perjumpaan
bangsa lain. Misalnya Abraham dan bangsa Israel dengan bangsa-bangsa lain,
keturunannnya, seperti Ishak dan Yakub. sikap umum atau dominan yang
Bahkan mereka juga sempat hidup di diperlihatkan adalah sikap eksklusif dan
wilayah kekuasaan bangsa lain. Contoh superior. Israel pada posisi khusus, diakui
yang paling jelas adalah Abraham yang sebagai bangsa pilihan. Sebagai bangsa
keluar dari Ur di kota Kadim dan pergi pilihan, ia diistimewakan, yaitu mendapat
hidup berpindah-pindah di daerah bangsa- berkat dan perlindungan Allah. Ia bahkan
bangsa lain, sampai keturunannya (yaitu dipakai sebagai saluran berkat bagi
dua belas suku Israel) hidup di dalam bangsa-bangsa lain. Dalam status ini,
perbudakan di Mesir. Di Mesir, tokoh bangsa Israel berada pada posisi untuk
Musa menjadi penting karena dialah yang menilai bangsa-bangsa lain. Terutama
memimpin pembebasan bangsa Israel dari yang dikritik adalah bangsa-bangsa yang
perbudakan di negeri itu. Bangsa Israel lalim dan memusuhi Israel. Yang dikritik
lalu hidup 40 tahun dalam perjalanan di adalah kejahatan atau pihak yang jahat,
padang gurun untuk pergi dan menduduki 3
Mengenai sejarah bangsa Israel itu, lihat terutama
tanah yang dijanjikan, yaitu Kanaan. Di kitab-kitab Keluaran, Ulangan, Yosua, Hakim-
Hakim, I & II Tawarikh, dan beberapa Kitab nabi-
bawah kepemimpinan Yosua, mereka Nabi.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017 |97
baik yang ada pada bangsa-bangsa lain membebaskan Niniwe dari penghukuman.
maupun yang ada di kalangan bangsa Yunus di sini sebenarnya mewakili sikap
Israel sendiri. Allah bangsa Israel tidak bangsa Israel yang merasa sebagai bangsa
toleran terhadap bangsa yang lalim. terpilih dan yang ingin memonopoli kasih
Bangsa lain juga dikritik dan dimusuhi Allah kepada bangsa-bangsa lain. Tetapi
karena mereka menyembah berhala/baal. Allah mengasihi penduduk Niniwe, dan
Terhadap bangsa-bangsa dan kejahatan kasih-Nya itu tidak dapat dikalahkan oleh
seperti ini, bangsa Israel diberi tugas untuk kekecewaan Yunus. Cerita Yunus ini
menobatkan mereka. Kasus Yunus, yang memperlihatkan bahwa Allah mengasihi
dikirim Allah untuk menyampaikan pesan bangsa-bangsa lain.
kepada bangsa Niniwe memperlihatkan Dalam sejarah bangsa Israel,
pelaksanaan tugas untuk membawa sebagai implikasi dari penolakan terhadap
keselamatan kepada bangsa lain. Di sini pluralitas dan toleransi, ada bangsa-bangsa
ada pemahaman bahwa bangsa lain perlu lain yang diperangi dan dikuasai,
diselamatkan. Karena itu, adalah tugas khususnya bangsa-bangsa yang mendiami
nabi-Israel untuk menyampaikan pesan daerah-daerah di Palestina, yaitu tanah
Allah kepada mereka supaya mereka yang dijanjikan Tuhan. Bangsa-bangsa
bertobat.4 yang diperangi misalnya kota Yerikho
Jadi bangsa-bangsa/agama-agama (Yosua 6), Ai (Yosua 8), bangsa Het,
lain dilihat sebagai pihak yang tidak Amori, Kanaan, Feris, Hewi dan bangsa
selamat dan perlu diselamatkan. Pluralitas Yebus, Amon, dll (Yosua 9-24).
bangsa/agama di sini tidak dipahami dan Peperangan dalam rangka perebutan
disikapi sebagai sebuah keragaman yang daerah kekuasaan ini bukan didasarkan
harus diterima, tetapi yang harus pada penolakan terhadap keberadaan
diselamatkan dengan membuat bangsa bangsa-bangsa itu karena mereka
yang berbeda itu bertobat dan beralih- menyembah ilah lain, jadi bukan karena
percaya kepada Allah. Kota Niniwe yang anti-pluralisme, tetapi karena bangsa-
kemudian bertobat, diampuni dan bangsa lain itu mendiami tanah yang
diselamatkan Tuhan. Yunus yang semula dijanjikan dan diberikan Allah. Untuk
diberi tugas untuk menyampaikan pesan ke merebut tanah itu, bangsa Israel harus
kota Niniwe (tetapi membelot) menjadi melakukan peperangan. Dengan kata lain,
marah atau iri hati karena Allah peperangan yang dilakukan terhadap
bangsa lain bukan karena perbedaan
4
Lihat cerita Yunus di dalam kitab Yunus.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017 |98
agama tetapi karena janji Tuhan untuk Lebih dari itu, menurut nabi Yesaya,
memberikan tanah itu.5 bangsa-bangsa lain adalah sama dengan
Namun demikian, ada pandangan bangsa Israel dan bangsa Israel sama
yang berbeda dari yang di atas, yaitu dengan bangsa-bangsa lain. Firman itu
adanya pengakuan terhadap otoritas, mengatakan:
perlindungan Allah dan pengangkatan oleh Pada waktu itu akan ada jalan raya
Allah terhadap bangsa- bangsa lain. dari Mesir ke Asyur, sehingga
Ternyata, ada bangsa-bangsa lain yang orang Asyur dapat masuk ke Mesir
dan orang Mesir ke Asyur, dan
diakui sebagai bangsa yang diberkati
Mesir akan beribadah bersama-
Allah, yaitu Mesir dan Asyur (yang sama Asyur. Pada waktu itu Israel
sebenarnya adalah musuh-musuh Israel). akan menjadi yang ketiga di
samping Mesir dan Asyur, suatu
Firman Tuhan melalui nabi Yesaya
berkat di atas bumi, yang diberkati
mengatakan: oleh TUHAN semesta alam dengan
Pada waktu itu akan ada mezbah berfirman: “Diberktilah Mesir,
bagi TUHAN di tengah-tengah umatKu, dan Asyur, buatan
tanah Mesir dan tugu peringatan tanganKu dan Israel, milik
bagi TUHAN pada perbatasannya. pusakaKu.”7
Itu akan menjadi tanda kesaksian
bagi TUHAN semesta alam di Tambahan lagi, yang menunjukkan bangsa
tanah Mesir: apabila mereka lain sebagai alat dan sarana berkat Tuhan
berseru kepada TUHAN oleh adalah pernyataan nabi Yesaya:
karena orang-orang penindas, maka
Ia akan mengirim seorang Inilah FirmanKu kepada orang
juruselamat kepada mereka, yang yang Kuurapi, kepada Koresy yang
akan berjuang dan akan tangan kanannya Kupegang supaya
melepaskan mereka. Tuhan akan Aku menundukkan bangsa-bangsa
menyatakan diri kepada orang di depannya dan melucuti raja-raja,
Mesir, dan orang Mesir akan supaya Aku membuka pintu-pintu
mengenal Tuhan pada waktu itu; di depannya dan supaya pintu-pintu
mereka akan beribadah dengan gerbang tidak tinggal tertutup.8
korban sembelihan dan korban Di sini tampak jelas bahwa Allah
sajian, dan mereka akan bernazar
kepada TUHAN serta membayar memilih dan memakai raja bangsa lain
nazar itu.6 (Koresy adalah raja Persia) sebagai tangan
5
Sebenarnya, peperangan yang dilakukan oleh Berkepercayaan Lain (Terj.) (Jakarta: BPK-GM),
bangsa Israel terhadap bangsa-bangsa lain itu 11.
7
karena kepentingan politis-kekuasaan, yaitu demi Alkitab, Yesaya 19:23-25; lihat Ariarayah, Ibid.,
merebut daerah untuk didiami dan dikuasai. 11-12.
6 8
Alkitab, Yesaya 19:19-21; lihat juga pembahasan Alkitab, Yesaya 45;1; liha juga Ariyarajah, Ibid.,
Ariarayah, Alkitab dan Orang-orang Yang 12.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017 |99
Karena begitu besar kasih Allah baik hati.”11 Bahkan terhadap kelompok
akan dunia ini sehingga Ia telah yang dianggap sebagai musuh oleh
mengaruniakan anakNya yang
masyarakat dan agama-adat Yahudi,
tunggal supaya setiap orang yang
percaya kepadanya beroleh hidup seperti bangsa/orang Samaria yang mau
yang kekal. 9 Kata Yesus bertemu dan bercakap-cakap. Jadi, bangsa-
kepadanya: “Akulah jalan dan
bangsa lain oleh Yesus, dan juga kemudian
kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorang pun yang datang kepada oleh rasul-rasul (murid-murid atau
Bapa, kalau tidak melalui Aku.10 sahabat-sahabatnya), diakui dan dipahami
Jadi di sini tampak adanya
sebagai pihak yang perlu mendengar berita
pandangan yang eksklusif atau partikular
kesukaan atau Injil yang dibawa-Nya.
dari perkataan Yesus itu: bahwa Dia
Pandangan dan sikap Yesus
adalah jalan menuju kepada Allah atau Dia
terhadap bangsa/agama lain menunjukkan
adalah jalan keselamatan. Ajaran
pengakuan dan penerimaan terhadap
partikular ini mewarnai ajaran Alkitab PB
eksistensi mereka; dan bahwa mereka
dan Kekristenan di sepanjang sejarah
adalah bangsa yang perlu diperlakukan
sampai saat ini. Ini adalah ajaran inti
secara baik, yaitu dengan memberikan
dalam agama Kristen, yaitu bahwa Yesus
perhatian dan mengangkat harkat martabat
adalah Juruselamat; ia memberikan atau
hidup mereka. Juga bahwa, masyarakat
mengantar manusia pada jalan yang benar
lain ini menjadi tempat menyampaikan
menuju Tuhan dan mencapai keselamatan.
kabar baik, Injil atau berita keselamatan,
Walaupun demikian, Yesus tidak
supaya mereka dapat selamat; atau supaya
menolak kehadiran bangsa/umat lain ada
mereka dapat dibebaskan dari belenggu
di sekitarnya. Yesus juga tidak
kebodohan, kemiskinan, kesakitan dan
memberikan penilaian negatif, atau Dia
penderitaan, dan mereka dapat hidup
menganggap buruk atau jahat bangsa-
damai sejahtera.
bangsa lain itu. Yesus menerima
Untuk melaksanakan usaha itu,
keberadaan bangsa-bangsa lain dan mau
orang harus memiliki iman yang kuat dan
bergaul dengan mereka, dan bahkan
hidup dengan menerapkan cinta kasih
mengambil contoh yang baik dari bangsa
(sesuai hukum kasih: kepada Allah dan
asing itu bagi ajaran moral-etis-Nya.
kepada manusia). Tugas ini sudah
Misalnya, ilustrasi “Orang Samaria yang
dilaksanakan oleh Yesus dan kemudian dia
mengutus murid-murid-Nya untuk
9
Alkitab, Injil Yohanes 3: 15.
10 11
Alkitab, Yohanes 14:6. Lihat, Alkitab, Lukas 10:25-37.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017 |101
melanjutkan karya itu ke dalam kehidupan seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
dunia. Perintah Yesus adalah: ujung bumi.”13
Ajaran atau keyakinan di atas telah
Yesus mendekati mereka dan
berkata: “KepadaKu telah mendorong banyak orang Kristen, mulai
diberikan segala kuasa di sorga dan dari awal sejarah gereja, dalam diri para
di bumi. Karena itu pergilah, rasul, sampai saat ini di dalam diri para
jadikanlah semua bangsa muridKu
dan baptislah mereka dalam nama misionaris, untuk melakukan pekabaran
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Injil (yang oleh kalangan agama lain
dan ajarlah mereka melakukan dinilai sebagai usaha Kristenisasi). Jadi, di
segala sesuatu yang Kuperintahkan
dalam ajaran Alkitab, pluralitas agama
kepadamu. Dan ketahhuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai atau adanya umat yang memiliki
kepada akhir zaman.”12 kepercayaan lain, dinilai sebagai suatu
Perkataan Yesus ini disebut oleh
kondisi yang baik, yang bahkan menjadi
kebanyakan orang Kristen sebagai Amanat
tempat bagi penyebaran dan persemaian
Agung atau perintah mulia dari Yesus. Hal
nilai-nilai kerajaan Allah. Di sini,
ini dipegang, khususnya oleh kalangan
pluralisme dipahami sebagai sesuatu yang
Kristen ortodoks sebagai tugas utama yang
perlu ada; namun itu bukan ada untuk
diberikan Yesus kepada umat Kristen. Di
dirinya sendiri. Pluralisme bersifat sosial-
dalamnya mengandung makna tentang
kultural dan historis, bukan pluralisme
pandangan dan sikap terhadap dunia atau
teologis-doktrinal. Hal ini karena,
pihak lain. Bahwa bangsa (termasuk umat
sekalipun mengakui keberadaan pihak-
agama lain) adalah pihak yang menjadi
agama lain, namun mereka masih dianggap
tujuan untuk menyampaikan kabar
sebagai pihak yang memiliki kekurangan,
keselamatan. Jadi pihak lain dipandang
yaitu kebutuhan akan keselamatan.
dan disikapi dalam rangka tugas kesaksian,
Menjadi tugas pengikut Yesus-lah untuk
atau tugas menyampaikan berita
membawa mereka kepada keselamatan.
keselamatan. Keberadaan mereka tidak
Untuk melakukan tugas ini, orang Kristen
ditolak, tetapi dianggap sebagai pihak yang
diajarkan untuk bersedia menderita (atau
belum selamat sehingga perlu
memikul salib) atau bahkan mati. Inilah
diselamatkan. Tugas kesaksian ini
yang dilakukan oleh para murid Yesus
dilakukan kepada bangsa-bangsa. Seperti
pada awal perkembangan sejarah gereja
Yesus katakan : “... dan kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di 13
Alkitab, Kisah Para Rasul 1:8. Bandingkan B.
Sidjabat, Religious Tolerance and The Christian
12
Alkitab, Matius 28:16-20. Faith (Jakarta: BPK-GM, 1982).
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017 |102
dan kemudian di jaman penyebaran cerita tentang orang Samaria yang baik
Kekristenan selanjutnya. hati.14 Jadi di samping penerimaan
Dalam kerangka pemahaman terhadap pluralitas/pluralisme, penerimaan
ajaran seperti itu, toleransi bukan itu harus bermanfaat dan menjadi berkat,
merupakan istilah yang cocok. Toleransi membawa damai sejahtera bagi semua
hanya menjadi relevan jika keadaan pihak.
sekitar, atau adanya pihak-pihak yang
berbeda, tidak dikehendaki. Tetapi di Wacana Pluralisme dalam Teologi
dalam ajaran Alkitab, justru pengikut Kristen Kontemporer
Yesus atau orang Kristen akan merasa Dalam sejarah perkembangan
senang jika mereka berada di dalam agama Kristen, khususnya dalam
masyarakat yang plural atau pergi ke berhadapan dengan pihak-pihak yang
daerah yang terdiri dari berbagai latar- berbeda, pandangan eksklusif dan superior
beakang budaya dan agama karena tempat kerap mewarnai perilaku umat Kristen. Hal
atau masyarakat seperti itu menjadi tempat ini telah menyebabkan berbagai konflik,
bagi pelaksanaan tugas kesaksian tentang baik dalam lingkungan Kekristenan sendiri
Yesus yang menyelamatkan. (misalnya Katolik berhadapan dengan
Dari ajaran Yesus dalam PB Protestan), maupun dalam berhadapan
tampak bahwa ada pandangan dan sikap dengan umat agama berbeda (seperti
eksklusif di dalam berhadapan dengan tragedi perang salib).15 Namun sejarah
pluralitas. Namun itu tidak menunjukkan telah memberi pelajaran yang berarti
penolakan atau antipati Yesus sehingga dengan pelajaran itu banyak
terhadapnya. Pluralitas diterima, dipahami orang Kristen di kemudian hari berusaha
dan dihargai sebagai sebuah kenyataan untuk menjalin hubungan yang baik
mutlak. Terhadap pluraitas seperti ini, dengan pihak-pihak umat agama lain. Hal
yang diajarkan Yesus, seperti dalam ini dilakukan melalui studi terhadap
contoh yang Dia lakukan terhadap agama-agama yang telah menimbulkan
perempuan Samaria, adalah perjumpaan penghargaan yang tinggi terhadap agama
yang proaktif dan melakukan dialog. Ini lain, dan juga melalui usaha-usaha dialog
dimaksudkan dan berfungsi menghasilkan dan kerjasama. Hal ini dapat menjadi
saling paham, saling menerima dan saling 14
Alkitab, Lukas 10: 25-37.
15
mengangkat harkat dan martabat hidup. Lihat soal ini dalam Th. van den End & Chr. De
Jonge, Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam
Yesus mengambil contoh atau teladan (Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, 1997);
Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan
yang baik dari pihak lain. Dalam hal ini, Islam di Indonesia (Jakarta: BPK-GM, 2004).
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017 |103
petunjuk adanya pengakuan dan dan menjadi sumber nilai moral-etis dan
penerimaan terhadap pluralitas agama. spiritual masyarakat.16
Dalam wacana umum, khususnya Di kalangan umat Kristen, muncul
yang dipengaruhi oleh penelitian ilmiah model-model sikap terhadp pluralisme.
terhadap agama, ada berbagai pandangan Pertama, model kaum konservatif-Injili,
tentang agama dalam kaitannya dengan yang memahami bahwa hanya ada satu
pluralisme. Pertama, relativisme, yaitu agama yang benar dan agama yang benar
pandangan yang mengatakan bahwa itu harus memenuhi ukuran kitab suci
kebenaran agama adalah relatif. Setiap Kristen atau Alkitab. Menurut Alkitab
agama memiliki keistimewaan, kelebihan bahwa hanya Yesus yang menjadi
dan kekurangannya. Bagi penganut agama Juruselamat. Agama-agama lain tidak
yang satu, agamanya yang benar, tetapi menyediakan keselamatan itu. Pandangan
bagi yang lain, agamanya yang benar. ini dapat disebut inklusif-mutlak atau
Kedua, bahwa agama-agama sama saja ekstrim. Kedua, model kaum Protestan
antara satu dengan yang lain. Inti atau arus utama, yang mengutamakan
esensi agama adalah satu dan sama saja. pandangan positif dan sikap dialogis
Yang membedakannya adalah manifestasi terhadap agama-agama lain. Kaum ini
atau perwujudan atau ekspresi agama yang mengakui adanya adanya penyataan umum
tampak pada kredo-doktrin atau (bukan hanya yang partikular di dalam
kepercayaan, ritus-ritus, simbol-simbol Yesus Kristus), yaitu dalam penampakan
dan nilai-nilai etis-moral dan hukumnya. alam semesta ini. pernyataan umum Allah
Juga, asal-usul psikologis agama-agama ini dapat juga berwujud dalam budaya atau
adalah sama. Munculnya kepercayaan atau agama-agama yang ada. Pandangan ini
iman dan kemudian menjadi sistem tidak menerima bahwa di dalam agama-
kepercayaan atau agama disebabkan oleh agama lain ada keselamatan karena agama-
kebutuhan akan kehidupan yang damai dan agama itu menganjurkan agama dan
tenang. Maka sosok ilahi menjadi penganutnya mencari keselamatan dengan
pemenuhan akan kebutuhan ini. Terakhir, melakukan perbuatan-perbuatan tertentu,
bahwa setiap agama memiliki peran tidak berdasarkan iman kepada Tuhan.
penting di dalam diri manusia dan di Apalagi agama-agama lain ini tidak
dalam masyrakat; agama menjadi memiliki hubungan dengan Yesus yang
pegangan atau jaminan hidup individual,
16
Lihat, Knitter, No Other Name? bandingkan
dengan G. van der Leeuw, Religion in Essence and
Manifestation. (London: Allan and Unwin, 1938).
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017 |104
merupakan penyataan Allah yang Paul Tillich, John Hick dan W.C. Smith
partikulir. Ketiga, model kaum Katolik, menganut pendekatan ini.
bahwa ada banyak jalan tetapi ukurannya Kedua, kristosentris, yang
satu, yaitu Yesus Kristus. Allah mengutamakan pembahasan hubungan
menghendaki keselamatan manusia karena Kekristenan dengan pluralitas atau agama-
kasih-Nya. Bersamaan dengan itu, ada agama lain dengan menonjolkan Yesus
gereja atau persekutuan orang Kristen sebagai ukuran. Pendekatan ini
sebagai sarana keselamatan. Jadi gereja mewujudkan pandangan dan sikap
juga menjadi ukuran. Karena itu, orang eksklusif, yaitu yang mengutamakan
bisa selamat karena kasih Allah, tetapi Kristus sebagai ukuran. Bahwa agama-
karena ia tidak hidup dalam struktur agama lain dapat membawa keselamatan
Kekristenan, maka dia disebut “Kristen asalkan ia memenuhi syarat yang ada pada
tanpa nama”. Model ini sudah Yesus. Tokoh seperti Karl Rahner
menunjukkan pandangan yang inklusif.17 menonjol dalam teologi ini. Tokoh yang
Berbagai pendekatan tematis dalam lebih eksklusif adalah Karl Barth.
menghadapi pluralitas agama telah Ketiga, dialogis, yang mendasarkan
dipergunakan, yaitu: pertama, teosentris pemahaman bahwa setiap agama memiliki
yang mengutamakan pembahasan tentang keyakinan dan teguh dan mutlak dan yang
Allah yang mengadakan perjanjian dengan berbeda dengan agama lain. Dialog
nabi Nuh dan Abraham, yang berarti juga membawa para penganut agama mencapai
memasukan agama-agama lain yang satu sikap yang saling memahami dan
keturunan dengan kekristenan, yaitu menghormati. Inilah pandangan dan sikap
Yahudi dan Islam. Pendekatan teosentris pluralis. Tokoh-tokoh seperti Stanley
ini menampakkan pandangan dan sikap Samartha dan Raimundo Panikkar menjadi
yang inklusif terhadap pluralitas; bahwa pendukung telogi pluralis ini.18
agama-agama yang ada berada pada satu
18
lingkungan dan kehidupan bersama yang Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai soal
ini, lihat: Harold Coward, Pluralisme. Tantangan
semuanya berasal dari satu akar atau bagi Agama-Agama (terj.) (Yogyakarta: Kanisius,
leluhur bersama, dan dari Tuhan yang 1989); John Hick & Paul F. Knitter (peny.), Mitos
keunikan Agama Kristen (Terj.) (Jakarta: BPK-
sama. Pandangan ini memahami bahwa GM, 2001); Paul F. Knitter, No Other Name? A
jalan menuju pusat ada banyak, tapi Critical Survey of Christian Attitides toward the
World of Religions (NY: Orbis Books, 1985); John
pusatnya hanya satu. Tokoh-tokoh seperti: Hick & Paul F. Knitter (peny.), Mitos Keunikan
Agama Kristen (Terj.) (Jakarta: BPK-GM, 2001);
John Hick, A Christian Theology of Religions. The
17 Rainbow of Faith (Kentucky: Westminster John
Ibid.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017 |105
Knox Press, 1995). John Hick & Brian beragama dalam masyarakat majemuk.
Hebblethwaite (eds.), Christianity and Other Bahwa hendaknya, doktrin-doktrin yang
Religions (Oxford: One World, 2001).
. dihasilkan sebagai pegangan umat
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017 |106
beragama itu berasal dari pengalaman Indonesia, dengan pluralitas agama dan
perjumpaan dengan umat agama lain, umatnya, pengajaran PAK seharusnya
bukan doktrin yang diwarisi selama ini dipengaruhi oleh konteks plural tersebut.
yang nyata-nyata berasal dari konteks Oleh karena itu, istilah PAK yang pluralis
sosial-budaya dan agama dengan jaman atau kontekstual menjadi keharusan,
yang berbeda. Hal ini dapat didasarkan diterima dan diwujudnyatakan. Pendidikan
pada pemahaman bahwa Allah yang apapun, jika itu dilakukan sesuai konteks,
dipercayai di dalam agama-agama tidak tentu akan efekif. Efektfitas sebuah proses
hanya berkarya pada masa lampau ketika pengajaran tentu mendukung tujuan
pembentukan konsep-konsep keagamaan pendidikan yang telah ditentukan melalui
awal, tetapi Ia juga hadir dan berkarya di kurikulum yang dipergunakan. Kurikulum
dalam kehidupan manusia kini dan di sini. ini tentu sudah disesuaikan dengan tujuan
Untuk kebutuhan pembentukan rumusan- pendidikan yang diataur dalam Undang-
rumusan teologi atau doktrin yang Undang Pendidikan Nasional.
kontekstual, khususnya yang didasarkan Untuk itu, pertama kurikulum dan
pada pluralisme maka yang diperlukan khususnya materi atau bahan ajar perlu
pertama-tama adalah perjumpaan yang disesuaikan dengan konteks tersebut.
intensif dan positif, yang ditandai oleh Dalam hal ini, pluralitas agama diberi
dialog yang benar. Perjumpaam dan dialog perhatian dan porsi yang cukup dan layak
seperti ini akan menghasilkan saling dan yang sangat penting adalah
pengertian, saling menghormati dan menjadikan pluralisme sebagai rohnya.
kesadaran terhadap kebutuhan pada nilai- Plularisme menjadi dasar, pertimbangan,
nilai moral-etis dan spiritual bersama yang dan corak utama di dalamnya. Kedua, para
membawa kepada hidup yang rukun, naradidik sebagai narasumber, siapapun
tentram dan damai, baik di tingkat lokal mereka, yang terlibat dalam pengajaran
maupun global. PAK, perlu memiliki pengetahuan,
Pengajaran Pendidikan Agama wawasan dan keterampilan yang minimal
Kristen tentu sejalan dengan proses memadai tentang kondisi plural agama
bertelogi. Pemahaman dan sikap teologis masyarakat dan pluralisme menjadi prinsip
yang dipegang dan dilaksanakan oleh umat dan karakter umum. Untuk itu, pendidikan
Kristen memiliki implikasi atau pengaruh pluralis terhadap mereka juga sangat
terhadap usaha untuk mengajarkan ajaran dibutuhkan. Ketiga, latar belakang dan
dan nilai-nilai kristiani kepada naradidik. kondisi sosial, psikologis, religius para
Dalam konteks masyarakat, khususnya di naradidik yang menerima pengajaran PAK
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017 |107
Daftar Bacaan:
Alkitab. Jakarta: LAI, 1988.
Ariarajah, Wesley. Alkitab dan Orang-Orang Yang Berkepercayaan Lain (terj.) Jakarta:
BPK-GM, 1987.
Coward, Harold. Pluralisme Agama Tantangan bagi Agama-Agama. Yogyakarta: Kanisius,
1989.
D’Costa, Gavin (Peny.). Mempertimbangkan Kembali Keunikan Agama Kristen (terj.).
Jakarta: BPK-GM, 2002.
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 2017|108
Darmaputera, Eka (peny.). Konteks Berteologi di Indonesia. Buku penghormatan untuk HUT
ke-70 Prof. Dr. P.D. Latuihamallo. Jakarta: BPK-GM, 1988.
Dupuis, Jacques. Toward A Christian Theology of Religious Pluralism. NY: Orbis Books,
1997.
Hardiyanto, S. dkk (peny.). Agama dalam Dialog. Pencerahan, Pendamaian dan Masa
Depan. Jakarta: BPK-GM, 1999, Cet. 3, 2003.
Hastings, J., Encyclopedia of Religion and Ethics. (Vol. X). New York: Charles’s Sons, 1951.
Hick, John & Brian Hebblethwaite (eds.). Christianity and Other Religions. Oxford: One
World, 2001.
Hick, John & Paul F. Knitter (peny.). Mitos Keunikan Agama Kristen (terj.). Jakarta: BPK
GM, 2001.
Hick, John. A Christian Theology of Religions. The Rainbow of Faith. Kentucky:
Westminster John Knox Press, 1995.
Knitter, Paul F., No Other Name? A Critical Survey of Christian Attitides toward the World
of Religions. NY: Orbis Books, 1985.
Knitter, Paul F. One Earth, Many Religions: Multifaith Dialogue & Global Responsibility.
New York: Orbis Books, 1995.
Kraemer, H. The Christian Message in A Non-Christian World. London: The Edinburgh
House Press, 1938.
Leeuwen, Arend Th. van. Agama Kristen dalam Sejarah Dunia (terj.). Jakarta: BPK-
GM,1987.
Schumann, Olaf. Dialog Antar Umat Beragama. Dari Manakah Kita Bertolak? Jakarta:
Departemen Litbang-PGI, 1982.
Scumann, Olaf. Dialog Antar Umat Beragama. Di Manakah Kita Berada Kini? Jakarta:
lembaga Penelitian dan studi-PGI, 1980.
Siburian, Togardo. Kerangka teologi Religionum Misioner. Pendekatan Injili tentang
Hubungan Kekristenan dengan Agama-agama Lain. Bandung: Sekolah Tinggi
Teologia Bandung, 2004.
Sidjabat, W. Bonar. Religious Tolerance and the Christian Faith. Jakarta: BPK-GM, 1982.
Sumarthana, Th. dkk (Redaksi). Dialog: Kritik dan Identitas Agama. Yogyakarta: Penerbit
Dian/Interfidei, 1993.
Tanya, Victor I. Pluralisme Agama dan Problema Sosial. Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1998.
Tanya, Victor I. Tiada Hidup Tanpa Agama. Jakarta: BPK-GM, 1988.
Tim Balitbang PGI, Meretas Jalan teologi Agama-Agama di Indonesia. Theologia
Religionum. Jakarta: BPK-GM, 1999, Cet. ke-3, 2003.
World Council of Churches, Iman Sesamaku dan Imanku: Sebuah Penuntun Studi untuk
Memperkaya Penghayatan Teologi Kita Melalui Dialog Antar Agama (terj.). Jakarta:
BPK-GM, 2005, Cet. ke-6.\