Anda di halaman 1dari 3

Arsip:

NCWC (National Children’s Workers Conference)


Jakarta, 8-9 Sept 2006

123: Merancang Kelas Bayi (0-1 tahun) dan Batita (1-3 tahun)

Tidak pernah ada usia yang terlalu dini untuk mengajarkan Firman Tuhan kepada anak, bahkan
kepada bayi sekali pun. Menunggu hingga anak menjadi besar, berarti melewatkan kesempatan
yang sangat berharga untuk menaburkan benih iman kepada anak-anak.
Bayi memang belum bisa bicara, dia juga belum bisa membaca, belum bisa menyanyi, belum bisa
duduk manis seperti layaknya anak-anak "besar yang sudah sekolah. Mereka adalah makhluk yang
mengerikan. Anak-anak ini tidak bisa diam, tidak bisa mengarahkan perhatian kepada guru, sangat
sulit dimengerti, bahasanya kacau, kemauannya macam-macam, masih sering ngompol, muntah,
dan gampang terjatuh. Oleh karena itulah banyak Guru Sekolah Minggu enggan mengajar para bayi
dan batita.

Apa yang bisa Sekolah Minggu lakukan untuk para bayi dan batita?

Sebagian gereja memilih untuk menyediakan ruang kebaktian khusus bagi para orang tua yang
membawa bayi mereka (biasanya ruangan ini terpisah dengan kaca atau kedap suara sehingga
tidak mengganggu jalannya ibadah bagi orang dewasa). Sebagian gereja memilih untuk
menyediakan taman bermain/ruang bermain bagi anak-anak mungil ini sembari menunggu orang
tua mereka beribadah. Dan sebagian gereja yang lain memilih untuk menyediakan Kelas Sekolah
Minggu bagi para bayi dan batita untuk memperoleh pengajaran Firman Tuhan.

Kelas Bayi dan Batita pun sangat beragam bentuknya. Ada gereja yang menyediakan ruangan
Sekolah Minggu untuk para bayi beserta dengan orang tua atau pengasuhnya. Di tempat lain, kelas
serupa hanya dihadiri oleh anak-anak dengan para petugas Sekolah Minggu tanpa kehadiran orang
tua atau pengasuh. Ada pula gereja yang menyediakan ruang bagi bayi dan batita bersebelahan
dengan ruang khusus bagi para Ibu atau pengasuh.

Masing-masing punya alasan dan pertimbangan sendiri, tetapi yang jelas, masing-masing telah
menyadari pentingnya pelayanan secara khusus bagi BAYI dan BATITA.

Mengapa Perlu ada Kelas Bayi dan Kelas Batita secara khusus?

Banyak sekali gereja yang sudah memiliki Sekolah Minggu Kelas BALITA (0-5 tahun). Dimana setiap
minggu, anak-anak dari rentang usia beberapa bulan hingga usia TK berkumpul di satu tempat
untuk memuji Tuhan serta belajar Firman Tuhan. Namun, seringkali para Guru Sekolah Minggu
Kelas BALITA menemui kesulitan saat memimpin kelasnya tersebut.

Para bayi umumnya hanya duduk manis sambil melihat-lihat, ada yang terlelap dalam gendongan
pengasuhnya, ada yang minum susu botol, ada yang sedang disuapi, ada yang belajar jalan, ada yang
rewel dan menangis, dan berbagai kesibukan lainnya.

Kemampuan balita untuk berkonsentrasi juga sangat berbeda. Rentang waktu perhatian bayi
umumnya hanya dalam hitungan detik, sedang anak batita umumnya masih bisa duduk manis
selama beberapa menit, dan untuk anak yang sudah sekolah (Play Group dan TK) biasanya sudah
mulai bisa mendengarkan cerita dalam rentang waktu sekitar 10-15 menit.

Bayi membutuhkan perhatian secara individu melalui orang-orang yang dikenalnya. Pelajaran lebih
banyak diterima/diserap oleh bayi melalui sentuhan, suara, penglihatan, dan indera pengecap. Oleh
karena itu, mustahil menyuruh bayi diam dengan manis sementara Guru Sekolah Minggu bercerita
di depan kelas kepada banyak anak.

Berbeda dengan bayi, anak batita (1-3 tahun) sedang dalam masa pertumbuhan fisik yang luar
biasa yang membuatnya benar-benar tidak bisa diam. Anak batita sedang dalam proses belajar
mengkoordinasikan tubuhnya (jalan, lari, lompat, berputar-putar, memanjat, dsb). Selain itu,
mereka juga sedang mengembangkan kemampuan berbahasa. Meskipun dalam usia ini anak-anak
sudah mulai bisa bicara, namun bahasa mereka belum sepenuhnya bisa dimengerti dengan jelas
oleh orang lain. Anak batita juga sangat impulsif dan egosentris.

Karena jurang perbedaan level pertumbuhan inilah, akan lebih efektif bila Sekolah Minggu
menyediakan kelas yang berbeda untuk para Bayi, Batita, dan anak-anak balita yang sudah lebih
besar. Terlebih bila jumlah anak balita sudah mencapai puluhan.

Apa yang harus dilakukan oleh Guru Kelas Bayi dan Batita?

Guru yang mengajar bayi haruslah seorang kristen yang sabar dan penuh cinta kasih kepada para
bayi. Yang mau berusaha mengerti bahasa bayi, yang mau bermain bersama bayi, yang tidak ragu
bicara "sendiri meski tidak ada balasan dari bayi yang belum bisa bicara.

Gunakan KATA-KATA: Guru Kelas Bayi perlu mengadakan pendekatan secara pribadi kepada setiap
anak. Karena itu, acara di Kelas Bayi akan lebih banyak unsur pendekatan pribadi dimana Guru
membina relasi secara pribadi dengan anak satu persatu. Guru juga sebaiknya mengulang kata-kata
kunci yang hendak diajarkan kepada bayi, seperti: Tuhan Yesus sayang anak-anak, Terima kasih
Tuhan untuk makanan, dan kata-kata yang bernada positif dengan ekspresif seperti: "selamat pagi",
"wah cantik sekali", "apa kabar?", "hebat", "terima kasih", dsb.

Gunakan SENTUHAN FISIK: Bila bayi sudah siap dengan kehadiran orang asing (dalam hal ini Guru
Sekolah Minggunya) barulah Guru bisa menggunakan sentuhan fisik seperti bersalaman,
menggendong, mengayun, atau bermain bersama. Bila bayi belum siap, sebaiknya Guru memberi
kesempatan dan waktu kepada bayi untuk beradaptasi di lingkungan yang baru.

Gunakan MUSIK: Mengajarkan kebenaran Firman Tuhan melalui LAGU akan jauh lebih efektif
daripada menyampaikannya dalam bentuk kata-kata semata. Lagu lebih mudah dicerna dan diingat
oleh bayi ketimbang "cerita". Yang unik dari Kelas Bayi adalah, lagu dan tema yang hendak
disampaikan haruslah diajarkan berulang-ulang hingga para bayi terlihat "sudah menguasainya".
Bagi Guru yang mengajar Kelas Batita, sangat perlu untuk menyelami jiwa anak-anak dengan sifat
penjelajahannya. Anak usia batita memiliki rasa ingin tahu yang sangat luar biasa, dan karena
mereka sedang belajar mengenal dunianya, maka pelajaran Firman Tuhan yang disampaikan
haruslah berangkat dari dunia anak-anak. Tema-tema sederhana mulai dari Penciptaan, Keluarga,
dan tokoh-tokoh Alkitab terkenal sangat cocok buat anak batita.

Berbeda dengan Kelas Bayi, Kelas Batita lebih membutuhkan lingkungan belajar yang kompleks
dimana anak-anak yang "tidak bisa diam ini belajar Firman Tuhan melalui beragam aktivitas yang
dilakukannya secara aktif. Porsi terbesar dalam Kelas Batita adalah aktivitas, bukan duduk manis
mendengarkan cerita Firman Tuhan oleh Guru.

Riset membuktikan bahwa kita hanya mampu mengingat 30% dari apa yang kita dengar, 40% dari
yang kita lihat TETAPI 90% dari apa yang kita lihat, dengar, katakan, dan kerjakan sekaligus. Jadi,
agar Firman Tuhan benar-benar menetap dalam diri anak-anak, mereka harus dilibatkan dalam
proses belajar secara aktif.

Bagaimana mendesain ruangan Sekolah Minggu untuk Bayi dan Batita?

Ruangan Sekolah Minggu untuk Bayi dan Batita haruslah tempat yang AMAN. Secara fisik ini berarti
dalam ruang tersebut tidak terdapat benda-benda yang bisa membahayakan bayi dan anak batita.
Secara psikis ini berarti ruangan tersebut haruslah didesain sedemikian rupa sehingga bayi dan
anak batita SUKA berada di dalamnya.

Salah satu langkah praktis yang bisa dilakukan adalah dengan menghias ruangan dengan gambar-
gambar yang menarik untuk anak, seperti: poster Tuhan Yesus bersama anak-anak, gambar anak
sedang berdoa, poster buah-buahan dan binatang ciptaan Tuhan, dsb.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuat area aktivitas di tiap sudut ruangan, seperti:
Mini library yang berisikan buku-buku Cerita Alkitab (atau Guru bisa membuat sendiri buku untuk
anak dari guntingan gambar-gambar majalah bekas), area bermain balok serta permainan yang
merangsang motorik anak, dan area ketrampilan untuk anak.

Karena hasilnya tidak bisa dilihat dalam waktu yang singkat, merintis Kelas Bayi dan Batita
membutuhkan tekad dan ketekunan serta kesabaran yang luar biasa. Ada kalanya Guru merasa
kurang mendapat dukungan serta bantuan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, berbagi bersama
rekan-rekan sepelayanan yang memiliki pengalaman serupa dapat sangat berarti, salah satunya
adalah melalui Milis Diskusi e-BinaGuru < subscribe-i-kan-binaguru@hub.xc.org>.

Melayani bayi dan batita berarti mentransfer IMAN pribadi kita kepada anak, melalui sentuhan,
pandangan mata, serta perhatian yang tulus. Anak-anak menyerap suasana dan sikap hati kita lebih
banyak daripada menyerap cerita yang kita sampaikan. Karena itu, mari kita jadikan DIRI kita
sendiri sebagai "alkitab yang siap dibaca oleh anak-anak.
Selamat melayani anak-anak. Soli Deo Gloria.

Meilania < meilania@telkom.net>


Bandung, 7 Agustus 2006

Anda mungkin juga menyukai