Anda di halaman 1dari 29

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA BAPTIS

INDONESIA

MAKALAH
PENGARUH PEMAHAMAN JEMAAT TENTANG ASAS
KONGREGASIONAL TERHADAP PERENCANAAN PROGRAM DAN
ANGGARAN DI GEREJA BAPTIS INDONESIA KARUNIA KEDIRI

Diserahkan kepada :
Dr. Dwi Ariefin

Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Doktrin Baptis


Strata-2 Teologia, Tahun Pelajaran 2019/2020

Disusun Oleh :
Christian Bayu Prakoso S.Psi
NIM. 20119025

Semarang
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
Latar Belakang..................................................................................................1
Masalah Penelitian............................................................................................3
Pertanyaan Penelitian.......................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................................5
Ajaran Perjanjian Baru tentang Kongregasional................................................5
Kongregasioanal sebagai salah satu bentuk Tata Pemerintahan Gereja..........7
Lahirnya Kongregasional di Gereja Baptis........................................................8
Perencaaan Program dan Anggaran Gereja Kongregasional............................9
Kerangka Berpikir............................................................................................11
Pengajuan Hipotesis.......................................................................................11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................13
Desain Penelitian............................................................................................13
Variabel Penelitian..........................................................................................13
Populasi dan Sampel Penelitian......................................................................14
Instrumen Penelitian........................................................................................14
Uji Hipotesis....................................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................17
Deskripsi Latar Belakang Responden.............................................................17
Hasil Uji Hipotesis...........................................................................................18
Pembahasan...................................................................................................19
BAB V PENUTUP..............................................................................................20
Kesimpulan.....................................................................................................20
Saran..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
LAMPIRAN.........................................................................................................22

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir.....................................................................11

Gambar 2 Data responden berdasarkan jenis kelamin.............................17

Gambar 3 Data Responden Berdasarkan Usia.........................................17

Gambar 4 Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Anggota Gereja..........18

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Alternatif Respon dan Skor skala.................................................15

Tabel 2 Blueprint Skala Pemahaman Asas Kongregasional.....................15

Tabel 3 Blueprint Skala Perencanaan Program dan Anggaran.................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gereja adalah persekutuan setempat yang terbentuk dari orang-

orang percaya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat,

yang sudah dibaptiskan dan yang telah mengikat diri dalam suatu

organisasi rohani untuk melayani Tuhan dan sesama manusia. 1 Kata

“organisasi” tersebut muncul oleh karena adanya dua orang atau lebih

yang berserikat bersama-sama. Organisasi digunakan untuk mengatur

individu-individu demi tercapainya tujuan yang diinginkan.

Gereja sebagai sebuah organisasi yang memiliki suatu tujuan perlu

membuat sebuah perencanaan. Perencanaan adalah aktivitas

merumuskan tindakan-tindakan yang dianggap perlu dilakukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan maksud dan tujuan yang

ditetapkan.2 Organisasi yang direncanakan dengan baik akan berpotensi

besar untuk mencapai tujuan bersamanya. Perencanaan tersebut

mencakup perencanaan program dan anggaran.

Perencanaan program dan anggaran merupakan hal penting bagi

keberhasilan suatu organisasi, termasuk gereja. Hal tersebut dikarenakan

perencanaan program dan anggaran merupakan pedoman

1
GGBI, Laporan Kongres VII GGBI (Cisarua: Gabungan Gereja
Baptis Indonesia, 2000), Hlm. 122.
2
Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Grasindo, 2001),
Hlm. 3.

1
2

keberlangsungan sebuah organisasi. Program dan anggaran yang

dilaksanakan dengan baik tentu ukuran keberhasilan sebuah organisasi

dalam mencapai tujuanya. Dengan kata lain, tujuan utama akan mampu

dicapai ketika program dapat dijalankan dengan baik.

Perencanaan dalam sebuah gereja tentu dipengaruhi oleh tata

gereja tersebut. Tata gereja (church polity) adalah suatu aturan yang

disusun secara sistematis oleh suatu gereja atau beberapa gereja (dalam

denominasi yang sama).3 Tata gereja menunjuk kepada kedudukan

kekuasaan, syarat dasar keanggotaan, cara melaksanakan pekerjaan juga

bentuk kekuasaan.4 Dapat disimpulkan bahwa tata gereja berbicara

mengenai teori atau sistemnya bukan pelaksanaanya.

Gereja Baptis Indonesia Karunia merupakan salah satu anggota

Gabungan Gereja Baptis Indonesia. Gereja Baptis Indonesia

menggunakan sistem tata gereja kongregasional. Kongregasional

merupakan salah satu tata pemerintahan gereja yang memiliki ciri khas

otonomi atau pemerintahan swadaya.5 Sifat otonomi yang terkandung

membuat gereja berhak untuk mengatur dirinya sendiri. Setiap gereja

setempat berdaulat penuh atas pemerintahan gerejanya. Tidak ada

campur tangan dari luar yang melampaui kewenangan gereja setempat.

3
Dwi Ariefin, Kongregasional Keluarga Besar, (Yogyakarta: ANDI,
2015), Hlm. 1.
4
Lee H, Mc Coy, Mengenal Tata Gereja Baptis, (Bandung,
Lembaga Literatur Baptis, 2011), Hlm. 4
5
Ibid, Hlm. 13
3

Gereja dengan tata pemerintahan kongregasional menekankan

bahwa setiap orang yang percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat

dan Tuhan menjadi imam (1 Ptr 2:9) dengan kemampuan akses langsung

kepada Allah.6 Orang yang telah percaya dan bersedia untuk dibaptis

inilah yang disebut dengan Anggota Gereja Baptis setempat. Hal tersebut

mengandung makna bahwa setiap anggota gereja berhak ikut memerintah

gereja. Ketika setiap anggota berhak memerintah gereja, hendaknya

diikuti oleh pemahaman yang baik tentang tata pemerintahan gereja yang

diikuti. Anggota gereja Baptis yang memahami dengan baik asas

kongregasional memiliki potensi yang baik pula untuk berhasil

melaksanakan praktik dari tata kongregasional itu sendiri, termasuk dalam

hal perencanaan program dan anggaran.

Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka pokok

permasalahan yang ingin diangkat Peneliti sebagai masalah penelitian

adalah “Pengaruh Pemahaman Jemaat Tentang Asas Kongregasional

Terhadap Perencanaan Program dan Anggaran di Gereja Baptis

Indonesia Karunia Kediri”.

Pertanyaan Penelitian

Permasalahan Penelitian di atas dijabarkan ke dalam tiga

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

6
Dwi Ariefin, Hlm. 23
4

1. Bagaimana pemahaman jemaat Gereja Baptis Indonesia

Karunia Kediri tentang asas kongregasional ?

2. Bagaimana perencanaan program dan anggaran Gereja Baptis

Indonesia Karunia Kediri ?

3. Bagaimana pengaruh pemahaman jemaat tentang asas

Kongregasional terhadap perencanaan program dan anggaran

di Gereja Baptis Indonesia Karunia Kediri


BAB II

KAJIAN TEORI

Ajaran Perjanjian Baru tentang Kongregasional

Alkitab sebagai pedoman kehidupan manusia tentu harus menjadi

dasar utama dalam menentukan tata pemerintahan gereja. Meskipun

Alkitab tidak menyatakan secara eksplisit (jelas, tegas) keterangan-

keterangan terinci mengenai tata gereja, Allah, di dalam kebijakan-Nya

menyediakan di dalam Perjanjian Baru prinsip-prinsip dasar yang cukup

memadai dan cukup berwenang untuk menentukan tata-tata tersebut. 7

Melalui landasan firman Tuhan yang terdapat dari Perjanjian Baru, gereja

mampu menentukan dan menilai tata gerejanya. Berikut ini merupakan

beberapa ayat firman Tuhan yang dijadikan landasan tata pemerintahan

kongregasional :

1. Kristus adalah Kepala dan Guru Agung bagi gereja

Dan segala sesuatu telah diletakan-Nya di bawah kaki Kristus dan


Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala
yang ada. Jemaat yang adalah tubuhnya yaitu kepenuhan Dia,
yang memenuhi semua dan segala sesuatu. (Efesus 1:22-23)

Dari ayat di atas, dapat dijelaskan bahwa Yesus adalah

Anak Manusia yang berhak untuk memerintah gereja-Nya sebagai

Kepala. Yesus juga sebagai Guru Agung manusia karena

pengajaranya sempurna. Hal tersebut dapat dilihat dari kehidupan

dan pelayanan Yesus.

7
Mc. Coy, Hlm. 19
6

2. Setiap anggota gereja adalah imam dengan kemampuan akses

langsung kepada Allah.

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa


yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang
telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya
yang ajaib.

Berdasarkan ayat di atas dapat dijelaskan bahwa tidak ada

perantara manusia lagi (Ibr 9 : 11-14 ; 10:21). 8 Setiap orang yang

telah percaya kepada Yesus memiliki hak dan kewajiban yang

sama di hadapan Tuhan. Dengan demikian, tidak ada lagi yang

merasa lebih tinggi di antara yang lain. Tidak ada yang merasa

dirinya lebih layak atau rohani dibandingkan orang lain. Semua

memiliki kedudukan yang sama.

3. Kristus memerintah gereja-Nya melalui Roh Kudus

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin


kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-
kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya
itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan
kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku,
sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari
pada-Ku. (Yoh. 16:13-14)

Melalui ayat di atas, menjelaskan bahwa di tengah setiap

orang yang percaya diberi hak masing-masing, namun hak tersebut

harus didasarkan pada pimpinan Roh Kudus. Oleh sebab itu,

anggota gereja hendaknya adalah setiap orang yang telah dewasa

secara rohani yaitu yang percaya kepada Yesus supaya setiap

keputusan yang akan diambil berdasarkan pimpinan Roh Kudus.


8
Dwi Ariefin, Hlm. 23.
7

Kongregasioanal sebagai salah satu bentuk Tata Pemerintahan Gereja

Tata pemerintahan gereja terdiri dari berbagai macam bentuk.

Menurut Louis Berkhof, sedikitnya ada 6 tata pemerintahan gereja, di

antaranya Quaker dan Darbyte, sistem Erastian, sistem Episkopal, sistem

Roma Katolik, sistem Kongregasional, sistem Gereja Nasional (National

Church).9 Masing-masing tata pemerintahan gereja memiliki sistem atau

aturan yang berbeda satu dengan lainya.

Kongregasional sebagai salah satu tata pemerintahan gereja

memiliki ciri khas yang menekankan otonomi gereja tersebut. Sistem ini

memberi penjelasan bahwa pengelolaan gereja yang berpusat pada

anggota gereja. Anggota gereja berhak memerintah dirinya sendiri hingga

pada tataran pengambilan keputusan akhir. Jadi pengambilan keputusan

akhir tidak dilakukan oleh kelompok kecil yang memerintah.

Sifat otonomi gereja yang kuat dalam tata pemerintahan

kongregasional membuat tidak adanya campur tangan atau kekuasaan

lain dari luar atau yang melampaui gereja setempat. 10 Lebih lanjut, Mc Coy

menjelaskan bahwa semua anggota memiliki hak dan kewajiban yang

sederajat. Pendeta dihormati sebagai pemimpin rohani, tetapi dalam

perkara-perkara yang berhubungan dengan pemerintahan gereja, ia tidak

9
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Doktrin Gereja, (Surabaya: Lembaga
Reformed Injili Indonesia, 1997). Hlm. 53
10
Mc Coy, Hlm. 14
8

memiliki kekuasaan yang lebih banyak atau hak untuk menyatakan

keyakinanya lebih besar dari anggota gereja.

Lahirnya Kongregasional di Gereja Baptis

Gereja Baptis di bawah naungan Gabungan Gereja Baptis

Indonesia diawali oleh pelayanan Soutern Baptist Convention (SBC) dari

Amerika. Adapun tokoh yang pertama kali merintis Baptis di Indonesia

adalah Stokwell Bettes Sears, William Buren Johnson, Charles Philip

Cowheard. Mereka disebut sebagai “Trio SBC” yang tiba di Indonesia

pada 24 Desember 1951.11 Adapun pelayanan yang dilakukan adalah

penginjilan langsung, melatih pekerja-pekerja Kristen, dan pelayanan

kesehatan. Oleh sebab itu, faktor dari luar sangat mempengaruhi

pemikiran tentang tata gereja dari Gabungan Gereja Baptis Indonesia

yang berdiri pada waktu itu sampai saat ini.12

Dalam kehidupan bergereja, Gereja Baptis Pertama Bandung

adalah gereja baptis pertama yang didirikan di Indonesia, tepatnya pada

November 1952.13 Kemudian diikuti oleh beberapa gereja Baptis di

beberapa kota di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, Semarang, dan

Kediri. Pengajaran dan pembimbingan baik dalam hal perenungan Firman

Tuhan ataupun tata pemerintahan gereja dilakukan oleh para misionaris.

Secara tata pemerintahan gereja, para misionaris menekankan kepada


11
Dwi Ariefin, Hlm. 43.
12
Sutarman, Studi Komparatif Kritis Pengertian Para Gembala
Sidang Gereja Baptis Indonesia di Badan Pengurus Daerah Semarang
Tentang Asas Kepercayaan Gabungan Gereja Baptis Indonesia,
Khususnya Tentang Gereja, (Semarang: STBI, 2002), Hlm. 79
13
Dwi Ariefin, Hlm. 44
9

pelibatan aktif anggota gereja. Gereja pada waktu itu juga melaksanakan

rapat yang membahas terkait dengan program dan anggaran serta

gedung gereja dan saranya.14 Demikian juga pelibatan anggota gereja

juga dilakukan dalam hal-hal lain dalam rangka pengambilan keputusan.

Secara singkat, gereja-gereja Baptis di Indonesia membentuk

Gabungan Gereja Baptis Indonesia pada 12 Agustus 1971 dengan tujuan

supaya semakin meningkatkan pengabaran Injil di Indonesia. Kemudian

munculah asas Keluarga Besar pada Kongres Pertama GGBI yang

dilaksanakan pada tanggal 2-6 April 1973. Dari pemaparan di atas lah

dapat ditarik kesimpulan bahwa gereja-gereja Baptis di bawah naungan

Gabungan Gereja Baptis Indonesia menerapkan tata pemerintahan

kongregasional.

Perencaaan Program dan Anggaran Gereja Kongregasional

Gereja sebagai sebuah organisasi perlu memikirkan tujuan utama

yang ingin dicapai. Sebuah tujuan tersebut dapat dicapai ketika terdapat

perencanaan program dan anggaran yang baik. Perencanaan adalah

aktivitas merumuskan tindakan-tindakan yang dianggap perlu

dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tindakan-tindakan

yang dianggap perlu untuk dilaksanakan untuk mencapai tujuan itulah

disebut dengan program. Sedangkan anggaran adalah rencana

pembiayaan untuk mendukung program tersebut dapat berjalan lancar.


14
Dwi Ariefin, Jejak Juang Saksi Injil, (Jakarta: GGBI, 2007) Hlm. 8.
10

Program dan anggaran dibahas dalam Rapat Perancang Gereja untuk

mewujudkan kerjasama dalam mencapai tujuan tersebut. 15 Panitia

Perancang berisi para ketuap panitia dan organisasi. Panitia perancanglah

yang membuat rancangan prgram dan anggran dalam sebuah gereja

Baptis. Secara khusus, para panitia dan ketua organisasi terbuka atas

pengarahan, nasehat, dan pembimbingan Gembala Sidang. 16 Dari hal

tersebut dapat dijelaskan bahwa tidak ada satu orang pun termasuk

pendeta yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang lain.

Pendeta yang dianggap memiliki wawasan tentang Alkitab lebih dalam

karena berlatar belakang teologia hanya mengarahkan dan membimbing.

Selanjutnya program dan anggaran diajukan oleh Perancang kepada

jemaat melalui Rapat Urusan Gereja untuk ditetapkan sebagai program

dan anggaran gereja.

Setiap program yang direncenakan pasti membutuhkan anggaran.

Lebih lanjut Ariefin menjelaskan bahwa sumber keuangan gereja berasal

dari persepuluhan, persembahan jemaat, sumbangan atau donasi yang

tidak mengikat, serta usaha-usaha tertentu yang tidak bertentangan

dengan Alkitab. Keuangan dikelola oleh Bendahara dan Panitia Keuangan

secara transparan, efisien, tertib, dan fleksibel.

15
GGBI, Pedoman Tata Gereja Baptis Indonesia, (Jakarta: GGBI, 2013)
Hlm. 22
16
Dwi Ariefin, Hlm. 192
11

Kerangka Berpikir

Berdasarkan penjabaran landasan teori di atas, maka kerangka

berpikir peniliti dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 Kerangka Berpikir.

X1

X2 X Y

X3

Keterangan :

X1 = Ajaran Perjanjian Baru tentang Kongregasional

X2 = Kongregasional sebagai salah satu tata pemerintah gereja

X3 = Lahirnya kongregasional di Gereja Baptis Indonesia.

Y = Perencanaan program dan anggaran

Pengajuan Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh pemahaman asas kongregasional

terhadap perencanaan program dan anggaran di Gereja Baptis

Indonesia Karunia Kediri

2. H1 : Terdapat pengaruh pemahaman asas kongregasional

terhadap perencanaan program dan anggaran di Gereja Baptis

Indonesia Karunia Kediri


12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif bertujuan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dimana

dalam pengumpulan data penelitiannya menggunakan instrumen

penelitian dengan sifat dari analisis datanya able ura sehingga dapat

digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 17Selanjutnya,

berdasarkan kategori fungsionalnya, penelitian ini merupakan penelitian

korelasional dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemahaman

jemaat tentang asas kongregasional terhadap perencanaan program dan

anggran di Gereja Baptis Indonesia Karunia.

Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua able ur. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas (Independen) : Pemahaman asas kongregasional (X)

2. Variabel terikat (Dependen) : Perencanaan program dan anggaran

(Y)

17
Sugiyono, Metode Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2016), Hlm. 7.
14

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota jemaat Gereja

Baptis Indonesia Karunia yang berjumlah 120 orang. Adapun sampel

penelitian ini sebanyak 20 orang dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik purposive sampling menurut Sugiyono (2016) adalah

able penentuan sampel dengan pertimbangan yang ditentukan oleh

peneliti, sehingga data yang diperoleh lebih able urable e. 18 Penelitian ini

menggunakan karakteristik sampel yang telah ditentukan peneliti, yaitu :

a. Anggota jemaat yang telah dibaptis di Gereja Baptis Indonesia

b. Aktif hadir dalam kegiatan gereja.

Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua skala penelitian, yaitu skala

pemahaman asas kongregasional dan skala perencanaan program dan

anggaran. Kedua skala ini menggunakan able urabl jawaban yang terdiri

dari Sangat Setuju (S), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak

Setuju (STS). Kemudian, skala yang digunakan bersifat able urab dan

able urable, sehingga dalam menentukan skor dari masing-masing

aitem dapat dijelaskan seperti able di bawah ini :

Tabel 1 Alternatif Respon dan Skor skala

18
Ibid. Hlm 85.
15

Favorable Unfavorable
Alternatif respon Skor Alternatif Respon Skor
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 4
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3
Setuju 3 Setuju 2
Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1

1. Skala pemahaman asas kongregasional

Berikut ini adalah blueprint skala pemahaman asas kongregasional

yang dibuat oleh penulis :

Tabel 2 Blueprint Skala Pemahaman Asas Kongregasional


Aitem Jum- Nomor
Variabel X Dimensi %
F UF lah Aitem
Dasar Perjanjian
Baru tentang 1,2,3,4,
5 1 6 30%
Kongregasional. 5,6*

Pemahaman Kongregasional
sebagai tata 7*,8,9*,10
Jemaat tentang 3 5 8 11,12*, 40%
asas pemerintahan
gereja. 13*,14*
kongregasional
Sejarah
15,16,
kongregasional
4 2 6 17,18*, 30%
di Gereja Baptis
19,20*
Indonesia
Jumlah 15 5 20 100 %
Keterangan : F = Aitem Favorable, UF = Aitem Unfavorable

2. Skala perencanaan program dan anggaran

Berikut ini adalah blueprint skala perencanaan program dan

anggaran yang dibuat oleh penulis :

Variabel Y Dimensi Aitem Jum- Nomor %


16

F UF lah Aitem
21,22*,23,
Perencanaan Dasar Perjanjian
24*,25*,
Program dan Baru tentang 5 5 10 100 %
26,27,28*,
Anggaran Kongregasional.
29,30
Jumlah 6 4 10 100 %
Tabel 3 Blueprint Skala Perencanaan Program dan Anggaran
Keterangan : F = Aitem Favorable, UF = Aitem Unfavorable

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian

yang diajukan diterima atau ditolak. Uji hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan Simple regression dengan bantuan software SPSS statistic

version 23.0 for windows.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Latar Belakang Responden

Responden pada penelitian ini adalah 20 anggota jemaat Gereja

Baptis Indonesia Karunia. Berikut ini merupakan deskripsi latar belakang

responden penelitian berdasarkan :

1. Jenis Kelamin
Gambar 2 Data responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui jumlah responden

dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebesar 50% (masing-

masing sebanyak 10)

2. Usia
Gambar 3 Data Responden Berdasarkan Usia

Usia Responden

17 - 35
20% 20%
36 - 45
20% 46 - 55
40% 56 - 65
18

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa jumlah

responden dengan usia 17-35 tahun sebesar 20% (4 orang), usia 36-

45 tahun sebesar 40% (8 orang), usia 46-55 tahun sebesar 20% (4

orang), usia 56-65 tahun sebesar 20% (4 orang).

3. Lama Menjadi Anggota Gereja


Gambar 4 Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Anggota
Gereja

Lama Bergereja

15%
30%

35%
20%

1-10 11-20 21-30 31-40

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa jumlah

responden dengan lama bergereja 1-10 tahun sebesar 30% (6 orang),

11-20 tahun sebesar 20% (4 orang), 21-30 tahun sebesar 35% (7

orang), 31-40 tahun sebesar 15% (3 tahun).

Hasil Uji Hipotesis

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini, uji hipotesis

digunakan untuk mengetahui pengaruh pemahaman asas kongregasional

terhadap perencanaan program dan anggaran. Uji hipotesis

menggunakan Simple regression dengan bantuan software SPSS statistic


19

version 23.0 for windows. Hipotesis diterima apabila nilai signifikansi dari

uji hipotesis lebih kecil dari 0,05. Demikian sebaliknya, hipotesis ditolak

apabila nilai signifikansi dari uji hipotesis lebih dari 0,05.

Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan peneliti, nilai

signifikansi dari uji hipotesis sebesar 0,026 (lebih kecil dari 0,05). Nilai

tersebut berarti mengandung makna bahwa hipotesis diterima. Jadi,

pemahaman jemaat tentang asas kongregasional berpengaruh terhadap

perencanaan program dan anggaran di Gereja Baptis Indonesia Karunia.

Pembahasan

Gereja Baptis Indonesia Karunia yang merupakan gereja dengan

asas kongregasional. Pemahaman jemaat tentang asas kongregasional

berpengaruh terhadap perencanaan program dan anggaran yang ada di

GBI Karunia. Jemaat yang mampu merencanakan program dan anggaran

sesuai aturan tata pemerintah tentu dipengaruhi oleh pemahaman nya

tentang asas tata pemerintah tersebut. Hal tersebut juga menunjukan

bahwa jemaat tidak hanya mengikuti perintah dari pendeta atau mengikuti

tradisi pada waktu sebelumnya, namun benar-benar paham atas asas

dasar kongregasional.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pemahaman jemaat tentang

asas kongregasional terhadap perencanaan program dan anggaran di

Gereja Baptis Indonesia Karunia.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah ada, peneliti mengajukan

beberapa saran untuk peneliti berikutnya. Adapun saran tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan dengan cakupan yang lebih luas. Artinya tidak

hanya pada satu gereja, melainkan satu daerah atau bahkan

nasional.

2. Penelitian selanjtnya dapat disertakan tentang sumber pengajaran

tentang asas kongregasional itu didapat, seperti apakah dari

pengajaran pendeta, alkitab atau lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

Ariefin, Dwi. (2015). Kongregasional Keluarga Besar. Yogyakarta: ANDI.


Ariefin, Dwi (2007). Jejak Juang Saksi Injil. Jakarta: GGBI.

Berkhof, Louis. (1997). Teologi Sistematika Doktrin Gereja. Surabaya:


Lembaga Reformed Injili Indonesia
GGBI. (2000). Laporan Kongres VII GGBI. Cisarua : Gabungan Gereja
Baptis Indonesia.
GGBI. (2013). Pedoman Tata Gereja Baptis Indonesia. Jakarta: GGBI.

Herujito, Y.M. (2001). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.


H, Lee., Coy, Mc,. (2011). Mengenal Tata Gereja Baptis. Bandung,
Lembaga Literatur Baptis.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sutarman. (2002). Studi Komparatif Kritis Pengertian Para Gembala


Sidang Gereja Baptis Indonesia di Badan Pengurus Daerah
Semarang Tentang Asas Kepercayaan Gabungan Gereja Baptis
Indonesia, Khususnya Tentang Gereja. Semarang: STBI.

21
LAMPIRAN

Regression

Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Kongregasional . Enter

a. All requested variables entered.


b. Dependent Variable: PerencanaanProgram

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .498a .248 .206 2.49500

a. Predictors: (Constant), Kongregasional

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 36.900 1 36.900 5.928 .026a

Residual 112.050 18 6.225

Total 148.950 19

a. Predictors: (Constant), Kongregasional


b. Dependent Variable: PerencanaanProgram

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 13.174 7.773 1.695 .107

Kongregasional .294 .121 .498 2.435 .026

a. Dependent Variable: PerencanaanProgram

22
RESPON KUISIONER PENELITIAN
NO PERNYATAAN
SS S TS STS
Para misionaris dari Amerika lah yang membawa konsep
16
kongregasional menuju Gereja Baptis di Indonesia.
PENGARUH PEMAHAMAN JEMAAT TENTANG ASAS KONGREGASIONAL
17 Gereja Baptis pertama di Indonesia berdiri pada Tahun 1952 TERHADAP PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN
DI GEREJA BAPTIS INDONESIA KARUNIA KEDIRI
Jemaat Gereja-gereja Baptis yang pertama berdiri di
18 Indonesia sangat tunduk dan mengikuti aturan pemimpin
gereja
Responden yang terhormat,
Jemaat di awal gereja Baptis melakukan musyawarah untuk
19
mengambil keputusan
Perkenalkan saya Christian Bayu Prakoso S.Psi, yang merupakan mahasiswa strata-2
Gereja Baptis Indonesia merupakan gereja dengan tata
20 Jurusan Teologi Sekolah Tinggi Teologia Baptis Semarang yang sedang menyelesaikan
pemerintahan presbiterian atau majelis
Panitia Perancang adalah anggota gereja yang dipercaya oleh tugas mata kuliah Tata Gereja Baptis. Pada kesempatan kali ini, saya sedang melakukan
21 seluruh anggota gereja untuk merencanakan program dan sebuah penelitian lapangan secara langsung. Salah satu prosesnya adalah dengan
anggaran gereja
Perencanaan program dan anggran dibuat dan disahkan oleh mengumpulkan data dengan metode kuisioner.
22
Panitia Perancang dalam Rapat Panitia Perancang
Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesedian dari bapak, ibu, saudara/i
Pendeta bisa memberikan pertimbangan atas setiap program
23 untuk mengisi pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuisioner ini. Pada kuisioner ini
yang direncanakan
Dalam Rapat Urusan Gereja hanya bersifat pemberitahuan tidak terdapat jawaban benar atau salah. Oleh sebab itu, saya mohon bapak, ibu
24
karena sudah diputuskan dalam Rapat Perancang saudara/i berkenan menjawab dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan yang
25 Perencanaan program terpusat dari pendeta sebenarnya. Identitas dan hasil dari penelitian ini akan dijamin kerahasiaanya. Saya
berharap tidak ada pernyataan atau nomor yang terlewatkan untuk diisi.
Pengambilan keputusan terdapat pada jemaat melalui Rapat
26
Urusan Gereja
Atas kesediaan dan kerja sama Anda untuk mengisi kuisioner ini, kami ucapkan terima
Anggaran diperoleh dari persembahan, perpuluhan, dan
27 kasih.
sumbangan sukarela
Pendeta sebagai pemimpin jemaat memiliki hak penuh
28
mengelola keuangan gereja Hormat Kami
Keungan gereja dikelola oleh bendahara dan Panitia Christian Bayu Prakoso, S.Psi
29
Keuangan dengan prinsip keterbukaan
Anggaran yang diperlukan hanya boleh diketahui oleh Panitia
30
Perancang saja.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama (inisial) : Ajaran tentang tata pemerintah yang kongregasional
1
Usia : terdapat di Alkitab

Lama menjadi anggota gereja : Setiap anggota gereja adalah imam dengan
2
kemampuan akses langsung kepada Allah.
Dengan ini, saya selaku responden telah membaca dan bersedia mengisi kuesioner
Tujuan setiap gereja hendaknya hanya untuk
dengan sejujur-jujurnya dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. 3
memuliakan Tuhan
Semua pengajaran yang dilakukan gereja bersumber
Kediri, Oktober 2019 4
dari Tuhan Yesus sebagai kepala
Peranan Roh Kudus sangat penting dalam segala
5
aspek kehidupan bergereja
Responden 6 Di dalam Alkitab terdapat kata “kongregasional”

Kongregasional merupakan satu-satunya tata


7
pemerintah gereja di dunia.
Kongregasional adalah tata pemerintah yang
8
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER menekankan kepada otonomi gereja setempat
Negara berhak mencampuri urusan rumah tangga
Responden dapat memberikan jawaban dengan memberikan tanda () pada salah satu 9
gereja
pilihan jawaban yang tersedia. Setiap anggota gereja memiliki kedudukan yang sama
10
di hadapan Tuhan
Pilihan Jawaban :
11 Gereja setempat berhak mengatur dirinya sendiri
- SS : Sangat Setuju dengan Pernyataan
- S : Setuju dengan Pernyataan 12 Pendeta berhak mengambil sendiri kebijakan gereja
- TS : Tidak Setuju dengan Penyataan
Ketua Perancang memiliki otoritas yang lebih tinggi dari
- STS : Sangat Tidak Setuju dengan Penyataan 13
jemaat
Jemaat tidak perlu memikirkan gereja karena sudah
Contoh : 14
ada Panitia Perancang
Gereja Baptis Indonesia merupakan gereja dengan tata
RESPON 15
PERNYATAAN pemerintah kongregasional
SS S TS STS
Gereja adalah kumpulan orang percaya 
RESPON
No PERNYATAAN
SS S TS STS

Anda mungkin juga menyukai