Anda di halaman 1dari 12

PERINTISAN GEREJA

Oleh:

Nama: Merlin Asima Hutagaol

Nim: 190201007

Grup/ Sem: A/ IV

MK: Penanaman Gereja

INSTITUD AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) Tarutung

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah
ini. Penulisan Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam Mata kuliah
Pendirian Jemaat dari Dosen Pengampu Ibu Megawati Simanullang, M.Th di Institut Agama
Kristen Negeri Tarutung.

Dalam makalah ini kita akan diajarkan tentang Perintisan Gereja . Dan dengan membaca
Makalah ini kita bisa lebih dalam mengetahui apa tujuan dan strategi dari penanaman gereja
tersebut.

Dalam penulisan Makalah ini kami merasa bahwa masih banyak kekurangan, baik dalam
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang membaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan Makalah kami selanjutnya. Dengan demikian kami ucapkan sekian dan terimakasih.

Hormat saya,

(Merlin Asima Hutagaol)


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang………………………………………………………………………………….

1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………………………

1.3 Tujuan penulisan ………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….

A. Pengertian penanaman gereja................................................................................................

B. Tujuan penanaman gereja......................................................................................................

C. Aspek teologis perutusan gereja............................................................................................

D. Aspek sosiologis gereja..........................................................................................................

E. Gereja dan perubahan sosial : perspektif sosiologi................................................................

F. Enam alasan penanaman gereja.............................................................................................

G. Tujuan penanaman gereja......................................................................................................

H. Model penanaman gereja.......................................................................................................

I. Strategi perintisan gereja........................................................................................................

J. Sembilan pokok dasar keberhasilan penanaman gereja.........................................................

K. Metode-metode up to date.....................................................................................................

BAB III PENUTUP………………………………………………………….……………………

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gereja adalah tempat yang bisa memberikan setiap orang dapat menerima didikan rohani
yang sesuai dengan apa yang tercantum dalam Alkitab. Menurut KBBI, gereja adalah
gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen, dan atau badan
organisasi umat Kristen yang memiliki satu kepercayaan, ajaran dan tata cara ibadah.
Dari pengertian kedua, gereja adalah organisasi, maka orang-orang yang mengatur gereja
memiliki suatu wewenang dalam mengatur kehidupan bergereja karena di dalam gereja
tidak hanya pendeta, tetapi ada majelis dan jemaat.

Yang menjadi dasar gereja adalah umat dan atau persekutuan serta orangorang yang
berada di dalamnya. Oleh karena itu tujuan dari gereja adalah pertumbuhan hidup rohani
orang Kristen secara pribadi. Pertumbuhan dan kedewasaan hidup rohani orang Kristen
secara pribadi adalah dasar pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja harus dimulai dari
kualitas hidup rohani.

“Penanaman” gereja adalah pembangunan sebuah lembaga yang terorganisir bagi orang-
percaya di lokasi yang baru. Proses “penanaman” sebuah gereja melibatkan aktivitas
penginjilan, pemuridan bagi para orang yang baru percaya, pelatihan bagi para pemimpin
gereja, dan pengaturan gereja sesuai dengan model di Perjanjian Baru. Juga, aktivitas
yang terkait penyusunan anggaran dasar dan/atau pernyataan doktrinal. Termasuk,
menentukan sebuah tempat untuk mengadakan pertemuan. Bisa dengan membeli properti
ataupun mendirikan bangunan baru.

B. Rumusan Masalah

 Apa pengertian dari penanaman gereja?

 Apakah Tujuan dari Penanaman gereja?

 Apakah aspek teologis perutusan gereja?

 Apakah aspek sosiologis gereja?

 Adakah alasan Penanaman Gereja?

 Bagaimanakah Model Penanaman Gereja?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini aialah untuk:


 Memberikan informasi kepada pembaca tentang apa itu “penanaman gereja”

 Agar mengetahui “tujuan dari penanaman gereja”

 Untuk mengetahui “aspek teologis perutusan gereja”

 Untuk mengetahui “alasan Penanaman Gereja”

 Untuk mengetahui “Model Penanaman Gereja”


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penanaman Gereja

“Penanaman” gereja adalah pembangunan sebuah lembaga yang terorganisir bagi orang-percaya
di lokasi yang baru. Proses “penanaman” sebuah gereja melibatkan aktivitas penginjilan,
pemuridan bagi para orang yang baru percaya, pelatihan bagi para pemimpin gereja, dan
pengaturan gereja sesuai dengan model di Perjanjian Baru. Juga, aktivitas yang terkait
penyusunan anggaran dasar dan/atau pernyataan doktrinal. Termasuk, menentukan sebuah
tempat untuk mengadakan pertemuan. Bisa dengan membeli properti ataupun mendirikan
bangunan baru.

“Penanaman gereja” merupakan sebuah fokus yang khusus di dalam pekerjaan “misi” yang lebih
besar. Para “penanam” gereja adalah para misionaris yang memusatkan upaya mereka dalam
berkhotbah dan mengajar tentang Firman Allah. Misionaris lainnya yang memiliki spesialisasi
dalam keterampilan tertentu mungkin secara resmi tidak dianggap sebagai "penanam gereja,"
tetapi mereka memberikan pelayanan yang berharga bagi mereka yang memerlukan. Mereka bisa
jadi merupakan seorang penyiar radio, pilot, pencetak traktat atau Alkitab, penerjemah Alkitab,
dan tenaga medis.

B. Tujuan Penanaman Gereja

Tujuan utama dari sebagian besar “penanam gereja” adalah untuk memuliakan Allah; di dalam
sebuah komunitas dengan membina sebuah lembaga orang-percaya yang mandiri sehingga dapat
bermultiplikasi (memperbanyak diri). Setelah tujuan ini tercapai dan gereja mampu berdiri
sendiri, para “penanam gereja” biasanya akan berpindah ke komunitas yang berbeda dan
memulai lagi proses ini dari awal.

Aktivitas “penanaman” gereja sangat alkitabiah. Sebagaimana halnya Rasul Paulus saat
melakukan perjalanan melalui suatu daerah, ia selalu berusaha untuk menghabiskan waktunya di
setiap kota untuk membangun sebuah lembaga orang-percaya setempat. Juga, untuk melatih para
pemimpin di sana (Kis 14:21-23). Kemudian, dia akan mencoba untuk mengunjungi kembali
gereja-gereja tersebut untuk meyakinkan dan mendorong mereka bertumbuh di dalam iman (Kis
15:41; 1 Tes 3:2). Gereja-gereja yang dia bangun itu kemudian akan mengirimkan misionaris,
sehingga pekerjaan “penanaman” gereja menjadi berkesinambungan (1 Tes 1:8).

C. Aspek teologis perutusan gereja

Pada mulanya, manusia hidup dalam kenikmatan bersama Allah di taman Eden (Kej: 2). Allah
menciptakan dan menjadikan manusia serupa dengan diri-Nya. Namun Allah tidak menjadikan
manusia sebagai makhluk yang hanya secara sistematis mengikuti perintah-Nya. Allah
memberikan manusia akal budi dan kehendak yang menjadikan manusia lebih berharga dari
makhluk ciptaan lainnya. Namun dengan kebebasan dan kehendak yang diberikan Allah,
manusia justru jatuh ke dalam dosa.

Peristiwa manusia jatuh ke dalam dosa bukanlah akhir dari segalanya. Peristiwa manusia jatuh ke
dalam dosa merupakan awal dari sejarah keselamatan. Allah tidak meninggalkan manusia
ciptaan-Nya, melainkan membantu mereka supaya selamat. Sejarah keselamatan manusia
berawal dari misteri insiatif Allah.

Maka datanglah Putra. Ia diutus oleh Bapa, yang sebelum dunia dijadikan telah memilih kita
dalam Dia, dan menentukan bahwa kita akan diangkat-Nya menjadi putra-putri-Nya. Untuk
memenuhi kehendak Bapa, Yesus yang adalah Putra memulai Kerajaan Surga di dunia, dan
mewahyukan rahasia-Nya kepada kita, serta dengan ketatan-Nya Ia melaksanakan penebusan
kita. Semua orang dipanggil ke arah persatuan dengan Kristus. Dialah terang dunia. Kita berasal
dari-Nya, hidup karena-Nya, menuju kepadaNya.

Ketika sudah selesai karya yang oleh Bapa dipercayakan kepada Putra untuk dilaksanakan di
dunia, diutuslah Roh Kudus pada hari Pentakosta, untuk tiada hentinya menguduskan Gereja.
Dengan demikian, umat beriman akan dapat mendekati Bapa melalui Kristus dalam satu Roh.
Dengan demikian seluruh Gereja tampak sebagai “umat yang disatukan berdasarkan kesatuan
Bapa dan Putra dan Roh Kudus”.

Sekarang kita sebagai Gereja-sebagai anggota-anggota dengan Kristus sebagai kepala dipanggil
untuk melanjutkan misi karya kesalamatan Allah. Gereja bukan hanya menghayati nilai-nilai
Injil dalam hidup rohani saja, melainkan juga mengamalkannya dalam tugas perutusannya di
dunia. Gereja mengemban tugas menyiarkan iman serta keselamatan Kristus (Mrk 16:15, dsb).
Oleh karena itu, perutusan Gereja terlaksana dalam karya kegiatannya. Demikianlah Gereja,
mematuhi perintah Kristus dan digerakkan oleh rahmat dan cinta kasih Roh Kudus, hadir bagi
semua orang dan bangsa dengan teladan hidup maupun pewartaannya, mengantarkan mereka
kepada iman, kebebasan, dan damai Kristus, sehingga bagi mereka terbukalah jalan yang bebas
dan teguh, untuk ikut serta sepenuhnya dalam misteri Kristus.

Dalam menjalankan tugas perutusannya tersebut, gereja dipanggil untuk memperhatikan sesama
manusia, terutama mereka yang miskin dan menderita (Mrk 2:17). Kemiskinan dan penderitaan
di sini bukan hanya dalam hal ekonomi, melainkan juga dalam segala aspek. Terutama yang
menjadi perhatian Gereja bersama adalah mereka yang dimiskinkan dan dibuat menderita demi
kepentingan dan keuntungan beberapa individu ataupun kelompok.

Gereja menghargai setiap pribadi manusia karena keluhuran martabat setiap manusia. Manusia
diciptakan seturut dan segambar dengan Allah sang pencipta. Manusia mendapatkan Roh
Kehidupan yang berasal dari-Nya. Roh itulah yang membuat manusia hidup, mampu
berinteraksi, dan sangat luhurlah nilai seorang manusia. maka dari itu Gereja menolak dengan
tegas penghilangan nyawa manusia. Bukan hanya penghilangan nyawa melainkan juga
penganiyaan terhadap harkat dan martabat seorang manusia, karena manusia diciptakan seturut
dan segambar dengan Allah, maka manusia pun menjadi bagian dari keluhuran Pencipta-Nya itu
sendiri.

D. Aspek sosiologis Gereja

Dalam perutusannya, Gereja hadir di dalam dunia. Gereja hadir pula sebagai suatu realitas sosial.
Gereja dari sudut pandang sosiologis dapat dilihat sebagai intitusi sosial. Gereja dilihat sebagi
institusi sosial dalam kelompok yang mempunyai kepentingan hidup tertentu, mempunyai
sistem-sistem relasi sosial dan norma-norma yang kompleks serta mempunyai fungsi sosial.

Gereja dengan realitasnya hadir di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk. Dalam
eklesiologi yang berpusat pada institusi, kekuasaan dan tugas gereja pada umumnya dibagi atas
tiga bagian: mengajar, menguduskan, dan memimpin.

Gereja sebagai institusi sosial juga mempunyai hukum-hukum (aturan-aturan) yang mengatur
dan membimbing setiap anggotanya. Hukum-hukum dan aturan-aturan Gereja sebagai institusi
lahir dari ajaran-ajaran iman yang diwartakan. Hukum-hukum itu bersumber dari kitab suci
sebagai buku iman dan ajaran-ajaran yang mengandung nilai-nilai injil.

Bentuk hukum-hukum atau aturan ini terwujud dalam dogma-dogma, KGK (Katekismus Gereja
Katolik), KHK (Kitab Hukum Kanonik, Dokumen-dokumen Gerejawi). Hukum-hukum atau
nilai-nilai injil inilah yang mengatur dan membimbing anggota-anggota untuk bertindak dalam
tugas dan pelayanan mereka sebagai masyarakat sosial. Nilai-nilai injil ini senantiasa
ditunjukkan dalam relasi sosial mereka. Hukum-hukum yang ada sebagai pelindung nilai-nilai
injil.

Keberadaan Gereja di ruang sosial berinteraksi dengan gejala-gejala sosial lainnya dan saling
mempengaruhi secara timbal-balik, misalnya kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum,
hak-hak asasi manusia, lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan, perempuan dan anak, dan
sebagainya. Gereja mempunyai peran penting dalam menjaga hal-hal ini. Memang di satu sisi,
Gereja sebagai institusi juga tidak tidak secara penuh terlibat menjawab masalah-masalah sosial,
namun harus ada tindakan dari Gereja sebagai bagian dari suara kenabian dan wujud nyata misi
perutusan karya keselamatan Allah bagi dunia.

Gereja sebagai sebuah institusi mempunyai fungsi yang berkaitan dengan kaagamaan dan
kemasyarakatan. Di satu sisi, gereja membangun hidup keaagamannya. Dimana Gereja secara
intern membangun kehidupan peribadatannya, dan memperhatikan kehidupan rohani umatnya.

Gereja dipanggil untuk “melihat” kehidupan sosial. Dengan melihat kenyataan sosial, gereja
berupaya untuk melanyani masyarakat dengan caranya sendiri. Gereja menolong menetapkan
tujuan peribadi, sebagai ktirik masyarakat, mengangkat standar sosial, menjaga nilai-nilai
budaya, dan membantu mengintegrasikan nilai-nilai dalam kelompok (Renwarin, 2019:36)

E. Gereja dan Perubahan Sosial : Perspektif sosiologi


Manusia dalam kehidupannnya memiliki realita sosial dan realita pribadi. Kedua nya saling
terkait dengan begitu rapi sehingga sulit untuk memisahkannya, karena perilaku manusia
memiliki ciri individu dan sosial sekaligus. Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial.
Keduanya saling mengisi dan meresapi. Belum lagi ada anggapan bahwa bentuk-bentuk
masyarakat, gejala pelapisan sosial, dan pola-pola interaksi yang berbeda-beda adalah “entitas /
ciptaan sendiri” (Veerger, 1985:4).

 Kedua realita ini penting dan menolong pemahaman kita pada waktu kita membahas peran
Gereja dalam perubahan sosial. Tuhan memulai dengan realita pribadi, bagaimana Tuhan
mengubah hidup pribadi seseorang lalu orang itu merubah lingkungannya, termasuk orang di
sekitarnya sebagai realita sosialnya.

 Gereja dalam hal ini masuk didalam domain agama dalam kaitannya dengan realitas dan
kekuatan sosial, termasuk didalam pandangan Durkheim sebagai kekuatan yang mengikat
manusia secara individual. Artinya gereja selaku institusi sosial bisa mengkondisikan individu-
individu anggotanya untuk berperilaku dan bertindak baik dalam ruang lingkup yang kecil
kedalam lingkup gereja atupun juga pada akhirnya akan keluar ke ruang lingkup masyarakat.

 Pada akhirnya jelas bahwa Gereja mampu mempengaruhi masyarakat di sekitarnya untuk masuk
ke dalam Perubahan sosial melalui intensi-intensi pola pikir yang diajarkan kepada individu-
invidu anggotanya (orang percaya). Meskipun ada juga kajian Peter L. Berger yang menyatakan
bahwa justru kondisi masyarakat (Perubahan sosial) yang mempengaruhi gereja melalui
modernisasi dan atau sekularisasi yang menjadikan agama (gereja) harus bersikap, menerima
atau menolak (kalau mampu menolak). Tetapi pada kenyataannya justru tidak dapat di hindari.
(Berger editor, 2003:19-20).

F. Enam Alasan Penanaman Gereja

 Penanaman Gereja Alkitabiah (Mat 16:18)

 Strategi PI yang efektif

 Mengembangkan kepemimpinan baru

 Kelangsungan denominasi

 Kunci kebanguanan rohani

 Menstimulasi gereja yang ada

G. Tujuan Penanaman Gereja

 Menjadikan Kristus dikenal dan dimuliakan

 Untuk meninggikan Kristus (Kis 4:12; Filp 2:10-11)


 Untuk memenuhi keinginan hati Bapa (Mazmur 2:8)

 Membawa orang masuk ke dalam kerajaan Allah

 Meluaskan kerajaan Allah dibumi ( Mat 6:10)

 Memenuhi panggilan Tuhan dan tugas pelayanan ( 2 Tim 4:5)

H. Model Penanaman Gereja

 Bermukim

 Kolonisasi/Transmigrasi

 Adopsi

 Satelit

 Homogen/Profesi

 Multi jemaat (bahasa)

 Multi lokasi

I. Strategi Perintisan Gereja

 Mulailah dengan doa

 Survei dan pemetaan daerah

 Melatih pelayan yang siap diutus

 Menyiapkan dana misi dan sarana prasarana

 Mengadakan malam pengutusan

 Bekerja di ladang misi/menangkan jiwa

J. Sembilan Pokok Dasar Keberhasilan Penanaman Gereja

a. Carilah orang yang berkarunia merintis

b. Mengembangkan kepemimpinan awam

c. Memiliki pemahaman Alkitab ttg sifat gereja

d. Mengenali daerah yang terbuka


e. Sampaikan berita ttg iman Kristen

f. Tekankan pembentukan jemaat baru di rumah-rumah

g. Adakan kebaktian-kebaktian dimana orang bersukacita

h. Jangan menekankan “beban materi” kepada org yang dilayani

i. Sejak awal perintisan miliki prioritas melipatgandakan jemaat

K. Metode-Metode Up To Date

 Melalui komsel

 Pos PI (Pekabaran Injil)

 Persektuan doa

 Membuka lembaga Pendidikan

 Pembukaan Gereja Cabang
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

“Penanaman gereja” merupakan sebuah fokus yang khusus di dalam pekerjaan “misi”
yang lebih besar. Para “penanam” gereja adalah para misionaris yang memusatkan upaya
mereka dalam berkhotbah dan mengajar tentang Firman Allah. Misionaris lainnya yang
memiliki spesialisasi dalam keterampilan tertentu mungkin secara resmi tidak dianggap
sebagai "penanam gereja," tetapi mereka memberikan pelayanan yang berharga bagi
mereka yang memerlukan. Mereka bisa jadi merupakan seorang penyiar radio, pilot,
pencetak traktat atau Alkitab, penerjemah Alkitab, dan tenaga medis.

Tujuan utama dari sebagian besar “penanam gereja” adalah untuk memuliakan Allah; di
dalam sebuah komunitas dengan membina sebuah lembaga orang-percaya yang mandiri
sehingga dapat bermultiplikasi (memperbanyak diri). Setelah tujuan ini tercapai dan
gereja mampu berdiri sendiri, para “penanam gereja” biasanya akan berpindah ke
komunitas yang berbeda dan memulai lagi proses ini dari awal.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.gotquestions.org/Indonesia/penanaman-gereja.html

https://jubi.co.id/perutusan-gereja-sebagai-agent-of-human-security-tinjauan-sosio-teologis/

https://sttinti.ac.id/index.php/86-transformasi/86-gereja-dan-perubahan-sosial.html

http://bpdnttgbi.blogspot.com/2017/03/penanaman-gereja.html

Anda mungkin juga menyukai