PENDAHULUAN
Pada mulanya Allah menciptakan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Tuhan
menciptakan manusia sungguh sangat berbeda dengan ciptaan lain, manusia sungguh sangat
sempurna serta serupa dan segambar dengan Allah Imagodei. Itulah yang menunjukkan
bahwa manusia itu ciptaan yang sangat mulia. Allah mempersiapkan manusia begitu
sempurna dengan segala keperluan yang telah Allah ciptakan sebelum manusia diciptakan.
Dengan segala kesempurnaan itulah, manusia diberikan wewenang dan menjadi rekan sekerja
hubungan persekutuan yang sempurna dengan Allah.1 Namun manusia ingin menjadikan
dirinya memiliki kedudukan yang “setara dengan Allah”. Manusia juga ingin memiliki
kapasitas untuk menentukan hal yang baik dan hal yang jahat. Kesombongan seperti ini yang
membuat manusia mendapat murka dan hukuman dari Allah. Maka dari itulah timbul
penderitaan yang dialami oleh manusia. Mereka harus bekerja keras, bersusah payah, dan
adanya maut bagi setiap manusia. Begitu hebat penderitan dan pergumulan yang dialami
manusia sehingga Allah sendiri harus merasakan kemiskinan dan kematian. 2 Kesadaran akan
hal itu yang membuat manusia selalu ingat dan memahami tentang tindakan apa yang telah
dilakukan di masa lalu. Kondisi kehidupan manusia tidak lagi sama, sekarang manusia dapat
memilah tindakan yang baik dan yang jahat, tetapi kenyataannya kehidupan manusia tidak
1
Dr.J.Blommendaal, “Pengantar Kepada Perjanjian Lama” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 152.
2
W. S. LaSor. D. A. Hubbard & F. W. Bush, “Pengantar Perjanjian Lama 1” (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2019), 127.
Penderitaan dan Pergumulan merupakan sebuah pengalaman yang sangat nyata
Peperangan Rohani, tulah sebabnya Alkitab tidak pernah menghilangkan makna penderitaan
sekecil apa pun.3 Jika kita melihat dalam Kitab Perjanjian Lama, Penderitaan dan
Pergumulan tidak hanya dirasakan oleh Ayub. Bangsa Israel juga tidak dari Penderitaan dan
Pergumulan. Dimasa lalu, Kehidupan Agamis Bangsa Israel sering mendapatkan murka dan
hukuman dari Allah oleh karena kesalahan dan ketidak taatan Bangsa Israel. Dosa-dosa itu
yang membuat relasi Bangsa Israel dengan Allah menjadi terhambat. Bangsa Israel
melakukan penyembahan terhadap Dewa-dewa lain, hidup dalam pesta pora dan kemabukan
Kondisi dalam kitab Perjanjian Baru juga menceritakan mengenai penderitaan dan
pergumulan yang dialami oleh Rasul Paulus. Paulus menderita dan menerima hinaan bukan
karena Paulus melakukan kesalahan, tetapi karena Paulus menyampaikan dan pembenaran
akan firman Tuhan yang membuat kaisar Romawi menjadi cemas akan perkembangan
kekristenan.5 Konteks penderitaan dan pergumulan yang kontras anatara Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Ini yang membuktikan bahwa Allah adil terhadap seluruh umatnya.
Kitab Ayub terdiri dari 42 pasal mengenai penderitaan, keluhan, perdebatan, serta
respon yang dialami oleh sosok tokoh yang bernama Ayub. 6 Kitab ini menceritakan
bagaimana perjalanan spiritual dari sosok Ayub serta bagaimana Allah menunjukkan
keadilannya kepada setiap orang. Ayub adalah orang yang saleh, jujur dan takut akan Allah
(Ayub 2:3). Dalam (Ayub 2:4-5) digambarkan bagaimana Iblis mendorong Allah untuk
mencobai Ayub melalui Penderitaan serta pergumulan.7 Iblis sebagai penantang mengeluhkan
bahwa keadilan terhadap Ayub harus sampai dan harus terlibat terhadap titik yang vital dalam
3
Paul David Tripp, “Suffering (Penderitaan)” (Jawa Timur: Literatur Perkantas Jatim, 2020), 46.
4
Dr.J.Blommendaal, “Pengantar Kepada Perjanjian Lama” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 50.
5
GPIB INDONESIA, “SDGK GPIB” (Jakarta: GPIB INDONESIA, 2022), 20.
6
W. S. LaSor. D. A. Hubbard & F. W. Bush, “Pengantar Perjanjian Lama 2” (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011), 107.
7
Dr.J.Blommendaal, “Pengantar Kepada Perjanjian Lama” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 152.
penderitaan. Iblis percaya jika hidup Ayub turut dalam penderitaan, maka Ayub akan
mengutuk Tuhan dan melepaskan kesalehannya (Ayub 2:5), tetapi ayub menunjukkan bahwa
dirinya layak dan patut dijadikan sebagai contoh dan teladan bagi kita dimana ia
menunjukkan iman dan kesetiaannya. Selain mengajarkan mengenai kesetiaan, Kitab Ayub
juga mengajarkan para pembaca untuk menerima dan menanggapi penderitaan dengan sikap
iman dan mengarahkan hati dan pikiran kepada kedaulatan dan kehendak Allah. Oleh karena
itu Ayub merupakan suatu teladan yang perlu ditiru dan harus dihidupi di dalam setiap
langkah kita. Ayub terkenal sebagai sosok tokoh yang kehilangan Anak, Istri dan segala
harta bendanya, meskipun Ayub ditimpa oleh malapetaka yang membuat dirinya menderita,
Ayub tidak kehilangan arah, malah dirinya tetap setia kepada Allah. Oleh karena sikap Ayub
yang setia, bahkan tidak tergoyangkan ini, banyak manusia yang menjadikan Ayub sebagai
teladan dalam kehidupan spiritual manusia dalam menjalani setiap aspek kehidupannya.
Meskipun begitu Tuhan selalu ingin memberikan yang terbaik bagi setiap kehidupan
manusia. Namun, beragam juga tanggapan dari manusia yang sedang mengalami penderitaan
tantangan dan rintangan yang menghalangi manusia untuk membangun relasi yang berpihak
terhadap Tuhan. Dengan adanya penderitaan dan pergumulan ini, manusia sering sekali
menganggap bahwa individu yang berperilaku baik (saleh) sukar mengalami yang namanya
penderitaan dan pergumulan, tetapi sebaliknya, disaat manusia yang melakukan kejahatan
mengalami penderitaan dan pergumulan, itu dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar serta
pantas dialami oleh manusia tersebutenderitaan dan pergumulan dari Ayub merupakan
gambaran dari individu manusia yang harus menjalani pemurnian iman, agar manusia lebih
meningkatkan kesadaran hidup terhadap ketentuan Allah. Manusia harus mampu menghadapi
penderitaan dan pergumulan yang dialaminya dengan iman, seperti yang dilakukan oleh
Ayub, mungkin saja kita mengalami penderitaan dan pergumulan yang lebih atau bahkan
lebih ringan dari yang dirasakan Ayub. Jadi kita harus melihat bagaimana Ayub mampu
menghadapi setiap masalah dengan sungguh luar biasa dan menunjukkan kesetiaannya
kepada Allah.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi
mengenai masalah seputar Penderitaan dan Pergumulan Sebagai Wujud kesetiaan Oleh sebab
itu penulis menetapkan judul: “Penderitaan dan Pergumulan Sebagai Wujud Kesetiaan
Suatu Tinjauan Naratif Ayub 2:1-13 dan Implikasinya bagi Umat Percaya Masa Kini”
Penderitaan dan Pergumulan dengan pendekatan studi tinjauan naratif eksegetis Ayub
2:1-13 Dan implikasinya bagi umat percaya masa kini. Akan tetapi tidak menutup
Untuk memudahkan pemahaman dalam tulisan ini, maka penulis menguraikan hal-hal
pergumulan sebagai wujud kesetiaan : Ayub 2:1-13 bagi umat percaya masa
kini.
ilmiah
2. Secara khusus bagi penulis sendiri, tulisan ini memberikan manfaat yang besar
(IAKN Tarutung)