2, April 2019
Kalis Stevanus
Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu
kalisstevanus91+@gmail.com
Abstract
This article was a biblical analysis of the awareness of God through suffering in the book of
Job chapter 1 and 2. The subject’s very important to be reviewed in considering the context of
the suffering of believers at present. The aim of this biblical analysis was not only touching
theological dimension, but ultimately to change the hypothetical into the realm of practical
life, where suffering believers could gain the power of faith. The research method used in this
study was the method of narrative analysis or narrative criticism of Job chapter 1 and 2.
Through this study it could be concluded that God is sovereign over everything and no
incident happens by chance, but there is a plan of God in it. Therefore, reflecting on Job's
experience, it is important to carry out self-reflection as well as surrender so that in the end it
does not experience despair in the midst of suffering.
Abstrak
Tulisan ini merupakan sebuah analisis biblikal tentang kesadaran akan Allah melalui
penderitaan di dalam kitab Ayub pasal 1 dan 2. Pokok bahasan ini sangat penting untuk
dikaji kembali dengan mempertimbangkan konteks penderitaan orang percaya di masa kini.
Tujuan analisis biblikal ini diharapkan tidak hanya menyentuh dimensi teologis, tetapi pada
akhirnya mengubah yang hipotetis ke dalam lingkup kehidupan praktis, di mana orang-orang
percaya yang menderita dapat beroleh kekuatan iman. Metode penelitian yang digunakan
dalam kajian ini adalah metode analisis naratif atau kritik naratif terhadap Ayub pasal 1 dan 2.
Melalui kajian ini dapat disimpulkan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu dan tidak ada
peristiwa yang terjadi secara kebetulan, tapi ada rencana Tuhan di dalamnya. Oleh karenanya,
bercermin dari pengalaman Ayub tersebut, penting melakukan refleksi diri dan sekaligus
penyerahan diri sehingga pada akhirnya tidak mengalami keputusasaan di tengah penderitaan.
Ada dua jenis pengetahuan, yakni ialah yang ada di dalam diri Ruth
tentang sesuatu melalui bacaan atau orang mengikuti Naomi ke Bethelehem dan
menjadi penyembah Tuhan. Naomi
lain) dan knowledge by experience (adanya
pengetahuan dalam hubungan langsung meminta Rut untuk pulang mengikuti
dengan hal yang riil). Seseorang dapat iparnya, tetapi jawaban Rut kepada Naomi,
“Janganlah desak aku meninggalkan
memiliki kesadaran atau pengetahuan
tentang keberadaan Allah melalui wahyu engkau dan pulang dengan tidak mengikuti
Tuhan yang tertulis di dalam Kitab Suci engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke
(knowledge by description), tetapi juga ada situ jugalah aku pergi, dan di mana
engkau bermalam, di situ jugalah aku
jalan lain, yaitu melalui pengalaman
(knowledge by experience). Pengalaman bermalam: bangsamulah bangsaku dan
manusia tentang Allah akan membentuk Allahmulah Allahku; di mana engkau mati,
suatu pengetahuan tentang Allah. akupun mati di sana, dan di sanalah aku
kehidupan manusia semakin nampak atau menghukum aku, bahkan lebih lagi dari
terlihat ketika ia mengalami masalah atau pada itu, jikalau sesuatu apapun
kesulitan hidup. Manusia kembali memisahkan aku dari engkau, selain dari
penderitaan. Benar, apa yang dikatakan diungkapkan Ayub, ”Karena Ia tahu jalan
Elvin Atmaja Hidayat bahwa penderitaan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku
merupakan problem iman. Ada orang dapat akan timbul seperti emas” (Ayub 23:10).
menerima penderitaannya dan menjadi Terbukti, Ayub melalui penderitaannya itu,
semakin beriman saat diuji dalam ia menjadi semakin mengenal Allah (Ayub
penderitaan, sementara yang lain tidak 42:5).
dapat menerimanya dan kehilangan iman. Ada pun yang melatarbelakangi
Bagi orang yang tidak dapat menerima seluruh rangkaian kisah Ayub secara
penderitaan hidupnya, Allah yang umum adalah kesadaran akan Allah. Kitab
Mahakasih dianggap sebagai semacam Ayub ini mempersoalkan penderitaan
konsep tipuan atau khayalan, sehingga pribadi, bukan penderitaan suatu bangsa,
kurang diimani, karena dianggap tidak yaitu mengenai kedaulatan Allah
membantu.2 mengizinkan orang beriman, orang tidak
Ayub adalah contoh nyata, seorang bersalah mengalami penderitaan, dan
yang sungguh-sungguh beriman namun tak kerelaan untuk menerimanya tanpa
lepas dari penderitaan. Seperti yang kehilangan imannya. Melalui narasi kitab
dikemukakan Bartolomeus Wahyu Ayub ini menceritakan atau
Kurniadi, Ayub belajar menerima dan menggambarkan pengalaman manusia
menanggapi penderitaannya dengan sikap secara universal untuk menguatkan
iman. Dengan sikap iman itu Ayub hanya percaya masa kini yang sedang
mengarahkan hati dan pikiran kepada menghadapi penderitaan.
kedaulatan dan kehendak Allah. Itu Kitab Ayub merupakan salah satu
sebabnya sikap Ayub ini dapat menjadi kanon Ibrani yang unik karena kisahnya
salah satu inspirasi bagi orang percaya yang sangat ekstrim dan tidak diketahui
sekarang, untuk tetap beriman kepada siapa penulisnya. Sekalipun demikian,
Allah walau dalam situasi yang sangat kitab ini diakui sebagai sebuah karya sastra
menderita sekalipun.3 Seperti yang bernilai tinggi yang menceritakan
bagaimana kesadaran manusia akan karya
2
Elvin Atmaja Hidayat, “Iman Di Tengah
Penderitaan: Suatu Inspirasi Teologis-Biblis
Allah di dalam dunia, khususnya
Kristiani,” MELINTAS 32, no. 3 (September 6,
2017): 285, accessed April 5, 2019,
http://journal.unpar.ac.id/index.php/melintas/article/ Penderitaan,” MELINTAS 31, no. 1 (July 22, 2015):
view/2695. 47, accessed April 5, 2019,
3
Bartholomeus Wahyu Kurniadi, “Inspirasi Kisah http://journal.unpar.ac.id/index.php/melintas/article/
Ayub Bagi Seorang Katolik Dalam Menghadapi view/1455.
menghadapi persoalan hidup. Oleh kaum tidak akan diberkati. Manusia patut
Ibrani kitab Ayub dipercaya sebagai mendapat apa yang patut diterimanya
sebuah hagiographa.4 menurut penilaian Tuhan. Prinsip ini
Cara Ayub merespon penderitaan disebut retribusi. Prinsip retribusi ini dalam
yang dialaminya menunjukkan sikap arti sempit sama dengan sebagai balas jasa
seorang yang memiliki kesadaran yang atau “ganti rugi”. Inilah pola tradisional
tinggi akan Allah. John Drane menjelaskan pada waktu itu.
bagian kisah ini menggambarkan Allah Pemahaman retribusi ini menjadi
sebagai pemimpin sidang Ilahi, dan pemikiran umum yang melatarbelakangi
menerangkan penderitaan Ayub dengan sikap mereka terhadap realitas kesadaran
referensi pada tuduhan yang dijatuhkan akan Allah dan kehadiran-Nya di dalan
atas Ayub oleh si pendakwa (iblis). kehidupan mereka. Larosa menyatakan,
Tuduhannya ialah bahwa Ayub saleh bahwa pada zaman di mana penulis Kitab
hanya karena ia tahu bahwa kesalehan itu Ayub hidup, umat Israel menghadapi
berpahala.5 Ucapan istri Ayub dan teman- persoalan yang cukup rumit. Mereka
temannya juga menegaskan adanya konsep melihat dalam kehidupan sehari-hari suatu
teologi yang dibangun atas dasar kesadaran kenyataan yang sangat kontradiktif. Orang-
mereka tentang Allah sesuai konteks waktu orang saleh menderita, sementara orang-
itu. Kesalehan diberi pahala dengan orang fasik, orang-orang berdosa dapat
kemakmuran dan kebahagiaan, sedangkan menikmati hidup yang lebih enak.
kefasikan diberi penghukuman. Paham ini Pandangan tradisional yang biasa disebut
disebut retribusi. Retribusi adalah sebuah ortodoks atau teodisi ini ternyata tidak
pemahaman bahwa Allah itu adil akan dapat menjelaskan persoalan tersebut
mengganjar seseorang sesuai dengan cukup memuaskan. Menurut
perbuatannya, yakni memberkati orang pandangan teodisi, orang saleh pasti
benar dan menghukum orang fasik; siapa diberkati Allah dan orang jahat pasti
6
yang taat kepada-Nya akan diberkati dan dihukum. Maka konsekuensinya ialah
siapa yang tidak taat akan dihukum atau mereka (Bildad, Elifas, dan Zofar) selalu
memandang orang yang menderita sebagai
4
Hagiographa berasal dari dua kata yaitu hagio orang yang telah melakukan dosa. Menurut
atau hagios artinya kudus, dan grapha atau graphe
artinya tulisan. Jadi hagiographa adalah tulisan
6
kudus. Arliyanus Larosa, Belajar Dari Kitab Ayub: Tegar
5
John Drane, Memahami Perjanjian Lama 1 Dalam Penderitaan (Bandung: Kalam Hidup,
(Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2009), 88. 1997), 10.
logika teologi teodisi mereka (Bildad, yang dialami Ayub, orang saleh (1:1–
Elifas, dan Zofar), diperoleh konklusi 2:13).8 Percakapan pun berkembang
bahwa Ayub bersalah/berdosa. Ayub tetap menjadi debat.9 Yang seorang berbicara
teguh dalam pendiriannya bahwa ia tanpa menghiraukan pembicaraan pihak
mengklaim dirinya tidak melakukan lain.
sesuatu yang jahat di hadapan Allah (psl. Pandangan/teologi tradisional
1:1). Ayub tidak puas dengan penjelasan teodisi inilah yang menjadi dinamika
ortodoks ini. Ayub mengajukan kesadaran akan Allah dalam kasus apa
pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap yang dialami Ayub sebagai orang yang
pandangan ortodoks atau retribusi tersebut. saleh (seharusnya sesuai dengan logika
Hal ini menyebabkan sebuah rekonstruksi teodisi atau retribusi, Ayub tidak
perspektif klasik itu. mengalami petaka, tapi diberkati).
Kitab Ayub ditulis dengan maksud Kesadaran Ayub akan Allah sedang
untuk meruntuhkan paham tradisional dibentuk melalui penderitaan yang
tersebut.7 Ayub di dalam Kitab Ayub ini dialaminya. Biasanya Allah memberkati
adalah tokoh yang menggambarkan sikap orang saleh yang mengasihi-Nya. Allah
protes terhadap pandangan/teologi juga menghakimi orang yang fasik dan
tradisional tersebut (teodisi). Emanuel da jahat, secara umum memang benar. Tetapi,
Santo Meo Djogo, menguraikan secara tidak selalu terjadi demikian. Tidaklah
keseluruhan kitab Ayub adalah benar untuk menerapkan pendapat itu
mengisahkan seorang saleh (1:1) yang kepada Ayub.
ditimpa kemalangan (1:13-19; 2:7-8) dan Persoalan yang dihadapi Ayub
mempertanyakannya kepada Allah, lewat mengantar kita untuk menemukan
berbagai dialog yang diutarakan bersama kesadaran akan Allah yang paling hakiki
ketiga temannya, yang kemudian juga dalam hidup manusia sepanjang jaman.
mendapat tanggapan dari Elihu (4:1– Kisah Ayub bukan sekadar kisah biasa
37:24). Pembicaraan mereka berkisar tetapi menjadi sebuah kisah yang “hidup”
persoalan mengenai musibah penderitaan tentang seorang yang saleh, takut akan
7 8
Emanuel Djogo, “Tinjauan Permasalahan Teodise Larosa, Belajar Dari Kitab Ayub: Tegar Dalam
Kitab Ayub Dan Relevansinya Terhadap Penderita Penderitaan, 344.
9
HIV/AIDS,” MELINTAS 33, no. 3 (2017): 342– Ada tiga babak debat. Pertama: Ayub, Elifas,
369, accessed April 5, 2019, Bildad dan Zofar (4:1-14:22), kedua: Ayub, Elifas,
http://journal.unpar.ac.id/index.php/melintas/article/ Bildad dan Zofar (15:1-21:34), ketiga: Ayub,
view/3076. Elifas, Bildad dan Zofar (22:1-27:23).
Allah, jujur dan menjauhi kejahatan tetapi mengalami problematika kehidupan yang
kehilangan semua yang dimilikinya karena tidak dapat dijelaskan tetapi justru pada
imannya kepada Allah. akhirnya membawa kepada tingkat
Ayub mengalami pergumulan kesadaran akan Allah serta membawa
hidup, bermula dari ketaatan (prolog), Ayub kepada pengenalan akan Allah yang
berubah menjadi dialog, dan juga lebih mendalam,”Hanya dari kata orang
dipertajam melalui konflik pribadi dan saja aku mendengar tentang Engkau,
berakhir dalam ketaatan yang lebih tinggi tetapi sekarang mataku sendiri
sesudah mendengar jawaban-jawaban memandang Engkau”(42:5). Ketika Ayub
Allah. Kitab Ayub sesungguhnya kehilangan harta dan semua anak-anaknya
mayoritas mengandung konflik pribadi mati, maka Ayub tetap tekun di dalam
Ayub dalam memandang penderitaan tak kesalehannnya di hadapan Allah. Ayub
terjelaskan yang dialaminya kepada Tuhan. tetap tekun dalam kesalehannya, bukan
Melalui kejadian atau penderitaan tersebut, karena harta bendanya, melainkan karena
kesadaran akan Allah justru makin kesadaran akan Allah yang dimilikinya.
meningkat. Sebab iman bukanlah sesuatu
METODE PENELITIAN
yang statis, tapi dinamis di dalam
Kritik Naratif
hubungan antara manusia (orang beriman)
engan Allah. Allah mengizinkan Ayub – Metode yang digunakan dalam
orang yang saleh mengalami penderitaan, kajian konseptual Ayub 1-2 adalah metode
dan kerelaan untuk menerimanya tanpa analisis naratif. Metode analisis naratif
kehilangan imannya. Dengan demikianlah atau kritik naratif adalah suatu metode
terbentuk kesadaran akan akan Allah analisis Alkitab yang memusatkan
melalui pengalaman konkrit (di dalam perhatian hanya pada teks dan tidak terlalu
penderitaan). menaruh perhatian pada hal-hal yang di
Artikel ini bertujuan untuk luar teks, seperti misalnya aspek historis
membangun kesadaran akan Allah dalam dari teks tersebut.10 Dalam kritik naratif
rangka menolong orang Kristen pada saat ada dua aspek, yaitu kisah dan
mengalami penderitaan dalam hidupnya
10
dengan berkaca kepada sikap Ayub dalam P. A. Didi Tarmedi, “Analisis Naratif: Sebuah
Metode Kristiani Hermeneutika Kitab Suci,”
penderitaan. Ayub menjadi prototype MELINTAS 29, no. 3 (July 14, 2014): 331–360,
accessed February 25, 2018,
mengenai seorang beriman yang http://journal.unpar.ac.id/index.php/melintas/article/
view/902/889.
adalah puisi.14 Karena bentuknya bersifat 17) merupakan narasi bersifat didaktif.16
puisi, kita wajib menguraikan sesuai Pasal 3-42 jelas core-nya adalah puisi
dengannya. Di dalam kitab Ayub terdapat (kendati pun berbentuk puisi tetapi
beberapa jenis sastra. Kitab ini berasal dari memiliki karakter didaktif juga). Hassel
tradisi hikmat.15 Dialog terjadi dengan latar Bullock menyatakan kitab Ayub ini
belakang Siria atau Edom sebagai tempat bersifat didaktif dalam arti bahwa sang
asal Elifaz dan Ayub. Tempat-tempat lain pengarang berusaha mengajarkan
yang disebutkan sebagai para penyerang kebenaran agamawi; suatu tugas yang
Ayub adalah daerah Sabia, Kaldea, Teman, dilaksanakannya terutama dengan
Syeba. Puisi-puisi mengekspresikan memakai sarana puisi lirik yang
pengetahuan tentang topik-topik yang mengungkapkan perasaan-perasaan yang
bervariasi. Sebagai contoh adalah kisah dalam.17 Di dalamnya mendeskripsikan
tentang penglihatan wahyu ilahi (4:12-16), bagaimana cara Ayub meresponi
konstelasi bintang (9:9; 38:3), prototype penderitaannya. Narasi ini ingin mendidik
manusia ideal (15:7-9), logam mulia para pendengar atau pembacanya
(22:21-25; 28:1-2), permata berharga mengenai cara mereka sendiri bertahan
(28:16-19), pertambangan (28:1-11), dan dalam penderitaan mereka sendiri. Para
gambaran tentang binatang (38:39-39:30). pembaca diperlihatkan kisah Ayub sebagai
Bentuk kisah Ayub memiliki salah satu contoh seorang yang saleh tetapi
kerangka utama berupa didactive narative, mengalami hal yang sangat ekstrim: Ayub
sebuah narasi yang dimaksud untuk seorang yang kaya raya, dan mengalami
mendidik para pendengarnya. Baik prolog kemiskinan yang sangat ekstrim; ia
maupun epilog (yang bersifat naratif, seorang yang terhormat sekaligus terhina;
bukan puisi, yaitu pasal 1-2 dan pasal 42:7- ia seorang yang terkenal kesalehannya dan
keberaniannya menghadap Tuhan. Ayub
mengalami Tuhan yang membisu dan
Tuhan yang berbicara panjang lebar.
14
W.S. Lasor, D.A. Hubbrad, and F.W. Bush,
Pengantar Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung
16
Mulia, 2015), 40. Kitab Ayub itu bersifat didaktif dalam arti bahwa
15
Tradisi hikmat yang dimaksud adalah sang penulis kitab ini berusaha mengajarkan
pengungkapan kisah yang berasal dari wilayah kebenaran agamawi dengan memakai sarana puisi
timut dekat dengan pengaruh kuat dari teks lirik yang mengungkapkan perasaan-perasaan yang
Mesopotamia dan Mesir. Kisah Ayub dalam.
17
menggambarkan bagaimana orang pada masa itu C. Hassell Bullock, Kitab-Kitab Puisi Dalam
memahami Allah dan cara kerjanya dalam hidup Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2003),
manusia. 97.
Jawaban Tuhan dalam Kitab Ayub adalah Jenis sastra yang terakhir adalah
terpanjang di dalam Perjanjian Lama. Iman disputation speech (debat hikmat). Semua
Ayub juga ekstrim, dimana awalnya ia dialog antara Ayub dan teman-temannya
adalah seorang yang berserah (pasal 4-27) dan antara Ayub dan Tuhan
diri/menerima keadaannya, kemudian (38:1-42:6) termasuk kategori jenis sastra
berubah menjadi protes terhadap hari disputation speech.19 Tokoh di dalam kitab
kelahirannya dan memprotes Tuhan hingga Ayub memerankan dirinya sebagai guru
mengakui kedaulatan-Nya. hikmat dalam sebuah debat yang tajam,
Jenis sastra kedua adalah individual saling menyalahkan dan memojokkan
lament (keluhan pribadi) dan lawsuit menurut keyakinan masing-masing, untuk
(perkara hukum, penuntutan perkara) di membuktikan kebenaran perspektif hikmat
dalam pasal 3 dan pasal 29-31. Jenis sastra mereka sendiri. Secara literer, jawaban
individual lament terhadap Tuhan juga Ayub lebih luas dan panjang daripada
muncul dalam sastra para nabi (Yer.20) jawaban teman-temannya. Dan jawaban
dan Kitab Mazmur (44 dan 88). Tiga Tuhan lebih luas dan panjang daripada
karakteristik utama dalam kisah Ayub jawaban Ayub. Secara literer pula, dapat
adalah pembicara, Tuhan, dan pembelaan. diketahui mengenai siapa yang dianggap
Kitab Ayub disusun dalam sebuah dialog paling benar di dalam setiap debat itu,
dramatis mengenai keluhan Ayub. William yakni yang paling panjang jawabannya
Dyrness menyatakan bahwa sastra ini karena dibangun atas dasar yang lebih
sebenarnya justru menunjukkan sebuah lengkap. Setiap tokoh memaparkan
intimacy dengan Tuhan yang sangat rohani perspektif mereka mengenai kesadaran
dan personal. Manusia berani membuka akan Allah untuk menjawab persoalan
diri terhadap Tuhan, bahkan sampai yang dihadapi oleh Ayub.
mengeluh soal luka jiwanya. Kitab yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
berisi sikap protes terhadap Tuhan ini
Narasi : Ayub dan Penderitaannya yang
diterima oleh kanon Alkitab sebagai jenis
Pertama (1:1-22)
sastra yang legitimate dan juga sebagai
spiritualas yang legitimate.18 Dalam bagian ini terdiri atas tiga
bagian, yakni narasi 1:1-5 yang
menceritakan tentang seorang tokoh
18
William Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1992),
19
30. Longman III, Job, 31-32.
bernama Ayub yang saleh, takut akan antara bangsa-bangsa lain pun ia terkenal
Allah, seorang ayah dari tujuh anak laki- sebagai orang yang dermawan, berbudi,
laki dan tiga anak perempuan, dan juga dan sangat dihormati serta orang yang
seorang yang kaya raya serta termasyur di terbesar pada masa itu (1:3). Penting
zamannya, bagia kedua adalah narasi 1:6- diketahui bahwa menurut kebudayaan
19 yang menceritakan proses Ibrani, kemakmuran biasanya dianggap
penderitaannya yang pertama, ketiga pertanda atau simbol dari berkat Allah. Di
adalah narasi 2:1-13 yang menceritakan dalam Kitab Ulangan 28, jelas hal itu
proses penderitaan Ayub yang kedua. dengan membandingkan berkat-berkat
yang akan diberikan kepada orang yang
1:1-5 Sosok Ayub
menaati Allah, dan berbagai kutuk akibat
Ayub adalah seorang yang saleh
ketidaktaatan. Kemakmuran dan
dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi
kebahagiaan kadang-kadang dipakai Allah
kejahatan. Ayub taat dan setia beribadah
sebagai tanda nyata dari berkat-Nya.21
kepada Allah, serta bermoral baik (1:1,8;
2:3). Ayah dari tujuh anak laki-laki dan
Kualitas hidup rohani Ayub
tiga anak perempuan (1:2). Di sini, penting
sebagaimana disebut di dalam Kitab Ayub
kita perhatikan bahwa Allah sendirilah
bahwa ia adalah seorang yang saleh dan
yang menyatakan Ayub sebagai seorang
jujur; takut akan Allah dan menjauhi
yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan
kejahatan. Dan bahwa
menjauhi kejahatan (1:1,8; 2:3). Alden A.
kekayaan/kemakmuran bukanlah yang
Gannett menjelaskan pengertian saleh
menyebabkan/menjadi dasar Ayub
dalam ayat ini dimaksudkan seorang yang
memiliki kualitas rohani yang tinggi,
hidup rohaninya tidak bercela. 20
melainkan lebih kepada pengalaman
Ayub juga ditampilkan sebagai
religiusnya atau kesadaran akan Allah—
“Sang Konglomerat” pada zamannya. “Ia
hubungan pribadi dengan Allah. Perilaku
memiliki tujuh ribu kambing domba, tiga
Ayub di dalam menghadapi kesulitan
ribu unta, lima ratus pasang lembu, lima
hidup sekalipun segala hartanya bahkan
ratus keledai betina dan budak-budak
semua anak-anaknya mati, selalu
dalam jumlah yang sangat besar” (1:3). Di
dikendalikan oleh kesadaran akan Allah
20
Alden A. Gannett, Pengertian Tentang Sakit Dan
Penderitaan Dari Kitab Ayub (Jepara: Silas Press,
21
n.d.), 2. Atkinson, Ayub, 19-20.
yang tinggi. Dengan kata lain, kesadaran nampak dari caranya menguduskan anak-
Ayub itu selalu dikaitkan dengan Allah. anaknya:
Ayub juga seorang yang senantiasa Setiap kali, apabila hari-hari pesta
telah berlalu, Ayub memanggil
berdoa bagi keluarganya (1:4-5). Dalam
mereka, dan menguduskan mereka;
ayat-ayat ini jelas menyatakan bahwa keesokan harinya, pagi-pagi
bangunlah Ayub, lalu
betapa salehnya Ayub dan seorang ayah
mempersembahkan korban bakaran
yang senantiasa berdoa bagi keluarganya. sebanyak jumlah mereka sekalian,
sebab pikirnya: ‘Mungkin anak-
Setiap kali, apabila hari-hari pesta anak-
anakku sudah berbuat dosa dan
anaknya berlalu, Ayub memanggil mereka, telah mengutuki Allah di dalam
hati.’ Demikianlah dilakukan Ayub
dan menguduskan mereka; keesokan
senantiasa” (1:15).
harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu
1:6-19 Penderitaan Ayub yang pertama
mempersembahkan korban bakaran
Kita mengakui bahwa kisah
sebanyak jumlah mereka sekali, sebab
percakapan Allah dan Iblis sebagaimana
pikirnya, mungkin anak-anaknya sudah
diuraikan dalam Kitab Ayub pasal 1 dan 2,
berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di
itu sungguh-sungguh terjadi karena itu
dalam hati mereka. Demikianlah dilakukan
berasal dari penyataan Allah sendiri. Tidak
Ayub senantiasa.
ada kemungkinan lain: kebenaran Kitab
Sebagai imam keluarga, Ayub
Ayub diakui atau tidak. Jika kisah itu
mempersembahkan korban bakaran untuk
berasal dari penyataan Allah, tentulah
anak-anak mereka. Ia senantiasa berdoa
percakapan tersebut terjadi sungguh-
bagi keluarga dan berusaha menjaga
sungguh walaupun cara
kekudusan keluarganya. Ayub mengerti
menuturkan/menceritakannya adalah
bahwa mengutuki Allah adalah dosa, dan
antropotatis, artinya: perbuatan Allah
ia ingin agar seluruh keluarganya tetap
dilukiskan dengan memakai kata-kata dan
bersih dari dosa. Jadi pagi-pagi sekali
perbuatan manusia, agar dapat dipahami
(ungkapan Ibrani yang berarti rajin dan
oleh akal manusia. Allah di sorga
teratur), Ayub bangun dan
seringkali menyatakan diri-Nya kepada
mempersembahkan korban bakaran untuk
kita dengan antropomorpisme yang sama:
mereka semua. Hal itu Ayub lakukan
Allah duduk di atas takhta, Allah
sepanjang hidupnya—senantiasa (1:5).22
menyesal, tangan Allah, mata Tuhan,
Dampak kesadaran Ayub akan Allah
langkah kaki Tuhan, dan sebagainya.
22
Ibid, 20-21.
“Pada suatu hari datanglah anak-anak Mu.” Iblis mendakwa Ayub melayani
23
Allah menghadap Tuhan dan di antara Allah, takut akan Allah dan beribadah
mereka datanglah juga Iblis” (1:6).24 kepada Allah hanya karena demi
Kita perhatikan di sini bahwa yang kemakmuran yang akan Ayub terima. Iblis
membuka jalan kepada penderitaan Ayub sibuk mencari-cari kesalahan Ayub dengan
adalah Allah sendiri: “Maka bertanyalah tujuan menghancurkan. Hal ini sangat
Tuhan kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Nampak dalam cara Iblis menjawab
Lalu jawab Iblis kepada Tuhan: “Dari Allah,”Apakah Allah berpendapat
perjalanan mengelilingi dan menjelajah kesalehan Ayub tanpa pamrih? Tidakkah
bumi” (1:7). “Lalu bertanyalah Tuhan tahu Allah bahwa Ayub mengharapkan
kepada Iblis: Apakah engkau imbalan dari semuanya itu? Lagi pula,
memperhatkkan hamba-Ku Ayub? Sebab karena Allah membentengi dia dengan
tiada seorang pun di bumi seperti dia, kekayaan yang melimpah dan dukungan
yang demikian saleh dan jujur, yang takut keluarga. “Bukankah Engkau yang
akan Allah dan menjauhi kejahatan” (1:8). membuat pagar sekeliling dia dan
Jelas inisiatif ini datang dari pihak Tuhan. rumahnya serta segala yang dimilikinya?
Allah yang membuka pembicaraan tentang Apa yang dikerjakannya telah Kau berkati
Ayub. Dalam ayat ke 9, Iblis menjawab: dan apa yang dimilikinya makin
“Apakah dengan tidak mendapat apa-apa bertambah di negeri itu” (1:10-11). Itulah
Ayub takut akan Allah?” Dengan kata lain, dakwaan Iblis. Dan pertanyaan Iblis adalah
Iblis mau mengatakan: “Ah, ia hanya salah satu tema utama Kitab Ayub: Apakah
beribadah kepada-Mu karena ia dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut
mengharapkan berkat-berkat dari pada- akan Allah? (1:9).
23
Ada banyak tafsiran mengenai anak-anak Allah
Iblis mengetahui bahwa Allah telah
dalam teks ini, tapi menurut kebanyak para ahli memasang “pagar pelindung” di sekitar
Alkitab, yaitu bahwa anak-anak Allah itu adalah
malaikat. Ayub. Dalam ayat 11, Iblis melemparkan
24
Kisah serupa dapat kita jumpai dalam Wahyu
12:10 diceritakan, bahwa Iblis menghadap ke tantangan: “Tetapi ulurkanlah tangan-Mu
hadirat Tuhan sebagai “pendakwa saudara-saudara
kita”; dan di dalam Zakharia 3:1-2 diceritakan juga, dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia
bahwa Iblis “berdiri” di hadapan hadirat Allah. Ada
banyak ayat yang menerangkan, bahwa Iblis
pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.”
diizinkan oleh Allah mencobai umat-Nya Seakan-akan Iblis mengatakan kepada-
(Luk.22:31-32; 1 Kor.5:5; 1 Tim.1:20; 2 Tim.2:26),
tentunya dengan kuasa yang terbatas (berada dalam Nya: Allah, Engkau terlalu yakin tentang
kendali-Nya). Setiap izin Tuhan itu selalu disertai
suatu batas tertentu. Iblis tidak dapat bertindak di Ayub ini. Ia hanya mau takut akan Engkau
luar apa yang diizinkan oleh Allah.
karena materi yang Kau limpahkan akan keluar dari api pencobaan
sebagai emas yang teruji.26
kepadanya. Dan Allah menjawab: “Nah,
segala yang dipunyainya ada dalam
Di sini tampak hubungan yang
kuasamu, hanya janganlah engkau
indah antara kekuasaan Allah dan
mengulurkan tanganmu terhadap dirinya”
pertanggung jawaban makhluk ciptaan-
(ayat 12). Di sini nyata bahwa Allah yang
Nya. Allah tidak mendikte apa yang harus
memberikan izin kepada Iblis untuk
Iblis lakukan, tapi Allah tetap memegang
mencobai Ayub, yaitu atas segala yang
kendali (berdaulat), sehingga Iblis tidak
dimiliki Ayub, tetapi tidak atas diri Ayub
bisa bertindak melampaui batas tersebut.
sendiri.
David Atkinson berkata: memang Allah
Tentang semua percakapan/dialog
yang mengizinkan Iblis mencobai Ayub,
antara Allah dengan Iblis, Ayub sendiri
namun Allah menentukan batas pencobaan
sama sekali tidak tahu. Hal serupa
itu. Iblis selamanya di bawah kuasa dan
dikatakan Arliyanus Larosa bahwa Ayub
pengendalian Allah (1:12).27 J. Sidlow
tidak mengetahui hal itu. Ayub sendiri
Baxter mengatakan bahwa setiap izin
tidak diberi tahu oleh Allah. Justru
Tuhan itu selalu disertai suatu batas yang
ketidaktahuan Ayub sama sekali tentang
tertentu. Pembatasan itu merupakan suatu
apa kaitan penderitannya di bumi dengan
penghiburan bagi orang percaya: Iblis tidak
kebijaksanaan di sorga, membuat
dapat berbuat sekehendak hatinya, tidak
25
peristiwa itu sangat berbobot. Baxter
dapat bertindak di luar apa yang diizinkan
menyatakan demikian:
oleh Allah—sama halnya dengan kuasa
Sesungguhnya Ayub tidak
Pilatus terhadap Yesus (Yoh.19:11).28
dimaksudkan untuk mengetahui
keterangan yang menyebabkan ia Ayub, seorang konglomerat,
menanggung derita; dan justru pada
kehilangan segala-galanya dalam satu
kenyataan bahwa ia tidak
mengetahuinya itulah tergantung hari. Ayub kehilangan kesepuluh anaknya
segala sesuatu dalam pencobaan yang
dalam satu hari saja. Mereka berkumpul di
berlangsung atas dirinya. Jika Ayub
sudah mengetahuinya, tentulah tidak rumah saudara sulung mereka. Tiba-tiba
ada tempat lagi bagi iman; dan ia tidak
bencana angina rebut bertiup dari
26
J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 2: Ayub
s/d Maleakhi (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1989), 17.
27
Atkinson, Ayub, 24-25.
25 28
Larosa, Belajar Dari Kitab Ayub: Tegar Dalam Baxter, Menggali Isi Alkitab 2: Ayub s/d
Penderitaan, 21. Maleakhi, 29.
Kendati pun diri Ayub dan dalam ayat 20-22: “Berdirilah Ayub, lalu
habis kambing domba dan penjaga- Reaksi Ayub yang pertama adalah
penjaga. Hanya aku yang luput, tertuju pada Allah—ia sujud menyembah.
Terbukti Ayub tidak mengutuki Allah. Dan
29
Atkinson, Ayub, 25.
itu juga membuktikan Iblis total salah. kondisinya yang sulit, Ayub tidak pernah
Ayub mengakui kedaulatan Allah yang melakukan yang hal tidak benar dalam arti
memberi dan mengambil, sehingga ia mengutuki Allah. Ayat ini jelas
menerimanya tanpa menuduh Allah menunjukkan bahwa Ayub sadar apa yang
berbuat yang kurang patut. Ayub ia alami masih bertalian dengan rencana
melakukan refleksi diri untuk Allah, dan ia tetap berkeyakinan bahwa
merenungkan masalahnya dengan berdiam Allah tidak melakukan hal yang kurang
diri selama tujuh hari lamanya tanpa patut. Itu merupakan bukti Ayub memiliki
sepatah katapun. Kedua, Ayub kesadaran yang tinggi akan Allah.
menyatakan kesadarannya akan segala
Ayub dan Penderitaannya yang Kedua
keberadaan materi adalah dari pemberian
(2:1-13)
Tuhan. Tuhanlah yang memberi segala
2:1-8 Penderitaan Ayub yang kedua
yang dia miliki baik semua harta maupun
keluarganya. Keyakinan itulah yang Peristiwa dalam percakapan pasal
membuat Ayub menjadi sadar, bahwa tidak 2:1-6 serupa dengan peristiwa dalam pasal
ada hak yang dimilikinya untuk 1:1-12, namun ada perbedaan dalam tiga
mempertahankan semuanya itu. Untuk hal. Pertama, Iblis datang bersama anak-
menegaskan hal itu, Ayub memberikan anak Allah dengan tujuan menghadap
pernyataan kedua, Tuhan yang memberi, Tuhan (2:1). Apakah Iblis datang untuk
Tuhan yang mengambil. Hal tersebut dapat mengakui bahwa Allah menang dalam
disimpulkan bahwa Tuhanlah yang putaran pertama, lalu berpura-pura
memiliki hak untuk mengambil kembali memberi hormat kepada-Nya? Kedua,
apa yang pernah diberikan kepada Ayub, Allah memberi keterangan tambahan
dengan banyak cara. Perenungan diri Ayub tentang Ayub,”ia tetap dalam kesalehannya
menunjukkan kesadarannya akan Allah (2:3), yang menekankan bahwa Ayub
dan wujud penerimaannya terhadap benar-benar saleh. Ketiga, Allah
kedaulatan Tuhan—Ia sempurna. menambahkan,”engkau telah membujuk
Ayat 22 dikatakan, ”Dalam Aku melawan dia untuk mencelakakannya
kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa tanpa alasan” (2:3). Dalam ungkapan itu
dan tidak menuduh Allah berbuat yang tersirat pernyataan Allah bahwa Iblis
kurang patut”. Pengertian “tidak berdosa”
maksudnya bahwa selama dalam
gagal. Dakwaan Iblis tentang kesalehan Kini, pada pasal 2, Allah mengizinkan Iblis
30
Ayub meleset sama sekali. mencobai Ayub kembali atas dirinya (2:6).
Tuhan memuji kesalehan Ayub, Iblis kembali menghampiri Ayub. Kali ini,
setelah ia menjadi miskin dalam sehari dan Iblis menimpakan barah yang busuk dari
kehilangan kesepuluh anaknya sekaligus telapak kakinya sampai ke batu kepalanya
(2:3). Iblis masih belum melepaskan (2:7). Ayub sangat menderita kesakitan. Ia
cengkeramannya atas Ayub. Lalu jawab menggaruk-garuk badannya dengan
Iblis kepada Tuhan: “Kulit ganti kulit! sekeping beling, sambil duduk di tengah-
(2:4). Kemudian Iblis membujuk tengah abu (2:8). Menurut David Atkinson,
Tuhan,”Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan Ayub pergi ke tempat pengasingan
jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti penderita lepra, tempat pembuangan abu.32
mengutuki Engkau di hadapan-Mu” (2:5). Menurut Alden Gannet, duduk di tengah
Seperti dalam pasal 1, di sinipun Iblis abu merupakan lambang kesedihan yang
menantang Tuhan menjatuhkan Ayub, amat sangat pada saat itu.33
sebab ia yakin bahwa dengan demikian Iblis menantang Allah dengan
pastilah Ayub akan mengutuki Tuhan dan menyatakan bahwa Ayub akan mengutuki
meninggalkan imannya. Lalu Tuhan Allah jika dicobai. Allah mengijinkan Iblis
menjawab: “Nah, ia ada dalan kuasamu; untuk mencobai Ayub. Dalam pengalaman
hanya sayangkan nyawanya”. Menurut Ayub, yang tiba-tiba diserang oleh orang-
Alden Gannett, hal itu berarti pagar orang Syeba (1:15); kemiskinan yang amat
pelindungan tetap ada, meskipun makin ekstrim melalui lenyapnya unta dan
dipersempit. Allah mengizinkan Iblis kambing domba (1:16-17), kehilangan
mencibai Ayub lebih banyak lagi, namun semua anaknya (1:19), dan kemudian
kendali tetap ada di tangan-Nya. Tuhan penghinaan dalam perubahan status
telah menyatakan tegas: sayangkan social—dari orang terkaya menjadi orang
31
nyawanya. yang amat malang, miskin yang duduk di
Allah memperluas batas tindakan tengah-tengah abu sambil menggaruk-
Iblis terhadap Ayub. Pada pasal 1, Iblis garuk badannya dengan sekeping beling.
mencobai Ayub sebatas pada harta yang Ditambah penyakit barah yang busuk
dimilikinya, tidak atas diri Ayub sendiri. menyerang sekujur tubuhnya dari telapak
30 32
Ibid, 26. Atkinson, Ayub, 28.
31 33
Gannett, Pengertian Tentang Sakit Dan Gannett, Pengertian Tentang Sakit Dan
Penderitaan Dari Kitab Ayub, 10. Penderitaan Dari Kitab Ayub, 11.
anak-anak dan kesehatannya, tapi juga menangis dengan suara nyaring, mengoyak
dukungan dari istrinya. jubah mereka dan menaburkan debu di
Ayub benar-benar sangat menderita kepala. Selama tujuh hari tujuh malam
dan terdesak, ia harus merekonstruksikan mereka duduk di tanah bersama Ayub
ulang tentang kesadarannya akan Allah tanpa mengucapkan sepatah kata pun
selama ini (yakin Allah memberkati orang karena mereka melihat bahwa sangat berat
saleh) dan mencocokannya dengan penderitaannya (2:13).35
keadannya itu. Kesadaran Ayub akan Allah Kunjungan ketiga sahabat Ayub
yang selama ini benar-benar disorot. tersebut menunjukkan suatu persahabatan
Dalam keadaan sangat kritis demikian, sejati. Tali persahabatan mengikat mereka
Ayub masih memiliki kesadaran akan dengan Ayub kendati Ayub dalam
Allah yang tinggi—dalam kesemuanya itu penderitaan dan malapetaka. Mereka
Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya bertindak tepat dengan penuh keprihatinan
(2:10b). Jadi, Ayub dikatakan tidak berbuat yang terwujud dalam kehadiran mereka
dosa dengan bibirnya itu adalah dampak kendati tanpa bicara. Dengan berdiam
dari kesadaran akan Allah yang ada di mereka telah menyatakan sesuatu lebih
dalam dirinya. dari apa yang dapat diungkapkan dengan
kata-kata, karena tidak ada yang dapat
2:11-13 Akhir penderitaan Ayub dan
dikatakan.
kunjungan ketiga sahabatnya
kepalanya, kemudian sujudlah ia dan itu. Karakter tersebut muncul karena pada
menyembah, katanya: Dengan telanjang dasarnya Ayub sangat menghargai
aku keluar dari kandungan ibuku, dengan kedaulatan Tuhan atas semua yang dia
telanjang juga aku akan kembali ke miliki. Pernyataan atau ungkapan Ayub
dalamnya. TUHAN yang memberi, “tidak berdosa” dengan bibirnya dapat
TUHAN yang mengambil, terpujilah nama disimpulkan bahwa selama dalam
TUHAN!" (ay.21). Ayub menyatakan kondisinya yang sulit, Ayub tidak pernah
kesadarannya akan segala keberadaan melakukan yang hal tidak benar dalam arti
materi adalah dari pemberian Tuhan. Dia mengutuk Allah (seperti yang diharapkan
menyadari bahwa ia telanjang keluar dari oleh Iblis dan juga istrinya (1:11; 2:5,9).
kandungan ibunya, tidak membawa sesuatu Kemudian ditegaskan lagi dalam kata
pun. Tuhanlah yang memberi segala yang hubung “dan” bahwa Ayub tidak pernah
dia miliki. Jadi Tuhanlah yang menuduh Allah melakukan yang kurang
mempercayakan semua harta dan keluarga patut. Karakter Ayub yang teruji membuat
yang dimilikinya. Keyakinan itulah yang dia mampu menjaga hidupnya tetap benar
membuat Ayub menjadi sadar, bahwa tidak di hadapan Allah dalam kondisi terberat
ada hak yang dimilikinya untuk sekalipun. Melalui perenungan diri, Ayub
mempertahankan semuanya itu. Dengan dapat menerima semua hal yang terjadi
kata lain, Ayub hendak mengatakan bahwa dengan sikap penyerahan diri sepenuhnya
Tuhanlah yang memiliki hak untuk kepada kedaulatan Tuhan. Sikap tersebut
mengambil kembali apa yang pernah selaras dengan pengajaran Yesus di bukit
diberikan-Nya kepadanya, dengan banyak tentang kebahagiaan orang yang
cara. Kesadaran itu timbul dari diri Ayub, bergantung sepenuhnya kepada Tuhan,
sebagai dampak dari kesadarannya akan atau yang dikatakan sebagai miskin di
Allah. hadapan Allah.41 Sikap tersebut selain akan
Selanjutnya dikatakan di dalam dapat memuliakan Tuhan juga membawa
Ayub 1:22 dan juga Ayub 2:10: ”Dalam anugerah Kerajaan Allah kepada orang
kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa tersebut.
dan tidak menuduh Allah berbuat yang
kurang patut.” Hal ini membuktikan 41
Ruwi Hastuti, “Makna Ucapan Bahagia Dalam
karakter Ayub yang tidak menyalahkan Injil Matius 5:1-12,” Jurnal Antusias 2, no. 3 (May
1, 2013): 16–26, accessed March 21, 2018,
Tuhan karena kondisi yang dialaminya saat http://sttintheos.ac.id/e-
journal/index.php/antusias/article/view/44.
Pentingnya sikap penyerahan diri, tidak menjadikan Ayub lebih kuat dan mampu
menjadi putus asa ketika dalam kesulitan bertahan dengan penyerahan diri kepada
hidup (2:10) Allah. Mengutip Bartolomeus Wahyu
Kurni,42 Ayub dalam menghadapi
Nampak penyerahan diri Ayub
penderitaan tidak sampai pada sikap
melalui pernyataannya kepada istrinya:
penolakan Allah seperti ditunjukkan
“Apakah kita mau menerima yang baik
istrinya.
dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang
Itulah sebabnya, penting bagi orang
buruk?” (2:10). Ayub telah mengalami
kedukaan dan penderitaan yang sangat percaya untuk memiliki pengenalan akan
ekstrim, tetapi dalam kesemuanya itu Ayub Allah. Dari proses pengenalan akan Tuhan
memilih sikap penyerahan diri kepada tersebut akan menemukan perspektif ilahi
dengan Tuhan baik langsung maupun tidak Ayub tidak bersikap destruktif tetapi
langsung. Keadaan ini juga dapat memberi tempat bagi Tuhan—berserah diri
menuduh Tuhan berbuat yang kurang sumber kekuatan yang menjadikan Ayub
patut. Itu dipengaruhi oleh kesadaran diri tidak putus asa dalam menghadapi
Allah akan menentukan cara seseorang kepada orang percaya masa kini bahwa
memandang hidup yang terlihat dalam sikap putus asa adalah keliru.
perilaku maupun tindakannya. Orang yang Karena itu, orang percaya tidak
memiliki kesadaran akan Allah yang tinggi boleh berputus asa ketika dalam