Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MEMIKUL SALIB DAN MENGIKUTI YESUS: LUKAS 9:23

OLEH:
MARIA IRENE USFAL
ADRIANA NAHAK
ALSIFANUS BUDIANTO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK STIPAS KEUSKUPAN


AGUNG KUPANG 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah menganugrahkan banyak
rahmat sehingga kami dapat menyusun tulisan ini dengan baik.
Tulisan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.
Dalam penyusunan tulisan ini, kami menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna. Sehingga
kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian. Akhir kata Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami
khususnya, dan umat Katolik umumnya.

Kupang, November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………..
1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………….
1.3 TUJUAN PENULISAN……………………………………………
1.4 MANFAAT PENULISAN…………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 MENYANGKAL DIRI…………………………………………………….
2.2 CIRI-CIRI ORANG YANG MENYANGKAL DIRI………………..
2.3 ARTI MEMIKUL SALIB…………………………………………………….
2.4 TUJUAN MEMIKUL SALIB……………………………………………….
2.5 ARTI MENGIKUTI YESUS………………………………………………….
2.6 RESPON ORANG PERCAYA YANG TERPANGGIL DALAM
PENGINJILAN………………………………………………………………
2.7 PENDERITAAN SEBAGAI KONSEKUENSI KESETIAAN IMAN……
2.8 MODEL HAMBA TELAH DITUNJUKAN OLEH YESUS DI KAYU SALIB
2.9 MURID KRISTUS YANG DIPANGGIL UNTUK DIUTUS DAN MEMIKUL SALIB
DI TENGAH DUNIA YANG GELAP………………………………..
2.10 KESERUPAAN DENGAN YESUS DALAM PENDERITAAN, KESENGSARAAN
DAN KEMATIAN-NYA

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………
3.2 SARAN……………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam sejarah tercatat secara jelas bahwa kekristenan selalu mengalami
penindasan , penganiayaan, bahkan bukan hanya harga diri, materi duniawi saja
melainkan nyawa juga dikorbankan, ada banyak orang-orang percaya yang mati demi
Injil Kristus. Namun pada realita yang sering kali terjadi saat ini, orang-orang percaya
justru lebih memilih menyangkal imannya kepada Yesus demi mendapatkan sesuatu yang
diinginkan( kedudukan, jabatan, harta, penerimaan, pasangan hidup) dibanding harus
hidup dalam penyangkalan diri dihadapan Tuhan. Andar mengemukakan bahwa “ Yesus
adalah Allah yang bersimpati dan solider dengan penderitaan manusia, orang yang
diperhitungkan sebagai anggota kerajaan Allah adalah orang yang merasa dirinya tidak
mempunyaiprestasi apa-apa dihadapan Allah tetapi mau mengikuti Dia dengan jujur dan
setia dalam iman”. Dari pernyataan ini mengidentikasikan bahwa iman menjadi dasar
bagi seseorang untuk mampu memikul salib Kristus dengan setia.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep meyangkal diri dalam konteks pemikulan salib dan pengikut yesus
diinterpretasikan dalam ajaran agama katolik?

Apa hubungan antara menyangkal diri, pemikulan salib, dan pengikut Yesus dalam
kehidupan sehari-hari?

Bagaimana konsep ini memengaruhi tindakan dan sikap individu yang mengikuti ajaran
agama Katolik?

Sejauh mana pemahaman dan implementasikan konsep ini bervariasi di antara komunitas
Katolik?

Apa dampak psikologis dan spiritual dari menyangkal diri dan mengikuti ajaran Yesus
dalam kehidupan seorang penganut Katolik?

1.3 Tujuan Penulisan

Eksplorasi Konsep Teologis: Mendalaminya dari perspektif teologis, merinci


aspek-aspek teologis seperti ajaran-ajaran Yesus yang terkait dengan menyangkal diri,
memikul salin, dan mengikuti-Nya.
Penerapan Prinsip dalam Kehidupan Sehari-hari: Meyelidiki cara konsep tersebut dapat
diaplikasihkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks spiritual maupun praktik
nyata.

Analisis Teks Keagaman: Memeriksa teks-teks keagamaan yang mendasari konsep ini,
seperti ayat-ayat Alkitab atau sember-sumber keagamaan lainya, untuk memberikan dasar
yang kokoh

1.4 Manfaat Penulisan


Pemahaman Mendalam: Memahami konsep Perangkat diri mengikuti Yesus dapat
memberikan beberapa manfaat, antara lain:
Pemahaman Mendalam: Proses penulisan ini akan membantu kita untuk merinci dan
memahami konsep perangkat diri mengikuti Yesus secara mendalam, memperkaya
pemahaman pribadi.

Refleksi diri: Menyusun tulisan ini akan menjadi peluang untuk merenung tentang
bagaimana dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana konsep ini mencerminkan nilai-
nilai pribadi kita.

Pemberian Informasi: Makala ini bisa menjadi sumber informasih yang bermanfaat bagi
pembaca yang ingin memahami konsep perangkat diri mengikuti Yesus dengan lebih
baik.

Pengembangan keterampilan menulis: Proses penulisan ini membantu kita mengasah


keterampilan menulis, yang merupakan keterampilan penting dalam banyak aspek
kehidupan, termasuk akademis dan profesional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menyangkal Diri
Dalam pengertian bahwa aslinya menyangkal diri memiliki pengertian: harus menolak,
meyangkal, tidak mengindahkan, tidak berbohong, sedangkan kata diri merupakan kata
ganti ( kepemilikan) artinya”diri sendiri. Kata yang menyangkal diri dalam Lukas 9: 23
merupakan bentuk kata perintah yang sangat penting sekali, dan harus dilakukan. Seperti
yang tertulis dalam injil Lukas 9:23 bahwa” setiap orang yang mengikuti Aku, ia harus
menyangkal dirinya.” Charles F. Pfeiffer menafsirkan kata menyangkal diri sebagai berikut:
meyangkal artinya sama dengan yang dilakukan oleh Petrus pada saat Yesus di adili, dia
menolak mengakui bahwa dia mengenal Yesus. Ini artinya untuk mengikuti Yesus, untuk
menjadi orang yang percaya kepada Yesus itu tidaklah mudah. Seseorang harus keluar dari
situasi kenyamanan, mengabaikan kepentingan-kepentingan pribadinya dan ia harus
menyangkal dirinya, demi untuk memberikan tempat yang utama bagi Tuhan.
Memfokuskan diri( tubuh, jiwa dan roh) untuk memprioitaskan Yesus Kristus dalam hidup
kita sehari-hari.
B. J Boland mengemukakan:
Menyangkal diri, tidak hanya dilakukan satu kali saja tetapi berkali-kali bahkan
berulang-ulang. Menyangkal diri artinya ia tidak boleh hidup menurut keinginan diri sendiri
atau begitu saja memwujudkan impiannyasendiri, tetapi harus setiap hari belajar mendoakan
“kehendak-Mu jadilah” seperti yang dilakukan Tuhan Yesus sendiri(bnd 22:42).
Dalam mengikuti Yesus tentunya ada banyak tantangan, kesulitan, terlebih dalam hal
pengendalian diri sendiri dengan kata lain Kristus yang memimpin diri kita untuk berjalan
pada kehendak Allah, supaya dapat menanggung penderitaan dan penolakan yang pasti akan
dialami baik secara langsung atau secara tidak langsung, itu sebabnya harus siap sedia dan
berjaga-jaga. Kita dapat menanggungnya , karena Yesus yang menjadi sentral hidup kita
sebagai orang-orang yang percaya akan kuasa dan kebangkitan Kristus yang adalah Tuhan
dan juruselamat.
Meyangkal diri dalam King James Version “ let him deny himself yang berarti(dia
membiarkan, meniadakan, meyangkal dirinya sendiri) Sedangkan dalam New Internation
Version menggunakan kata “he must deny himself “ artinya( keharusan untuk meniadakan
diri sendiri) Kata ini memiliki arti yang sangat dalam bahwa setiap orang yang mau menjadi
murid Kristus ia harus siap menyangkal diri, yang berarti membiarkan, meniadakan, dan
bahkan menjadi suatu keharusan yang penting untuk dilakukan yaitu meniadakan
kepentingan diri sendiri dan mengutamakan kepentingan di dalam Kristus. Hilda Pelawi
mengemukakan bahwa: menyangkal diri berarti tidak mengutamakan dirinya sendiri,
melaikan memberikan tempat yang utama hanya bagi Allah, manusia akan dapat
menyangkal dirinya apabila ia berdamai dengan Allah, maka ia dapat berkata great is thy
faitfulness o Lord my God dengan menyadari tentang kasih setia Allah yang besar maka
menyangkalan diri akan menjadi pilihan terbaik yang di realisasikan dalam kehidupan oleh
iman.
Jelas bahwa motivasi untuk melakukan segala sesuatu perlu diuji, demikian halnya
dengan menyangkal diri. Selanjutnya Budisatyo Tanihardjo menjelaskan bahwa” saat kita
menyadari sepenuhnya bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia kepada Dia maka
kita akan mudah tergoda oleh hal-hal yang bersifat ego sentris atau berpusat pada diri
sendiri, dan hanya memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus.”

2.2 Ciri-ciri Orang Menyangkal Diri


Dalam Lukas 9: 23-24, dimana kepentingan atau kehendak pribadi tidak lagi menjadi hal
yang diutamkan dalam hidupnya, Menurut Henry C Thiessen mengemukan bahwa “ kita( orang
beriman), memuliakan Dia dengan kehidupan yang baik” dengan demikian tidak lagi mengikuti
kehendak kita sendiri( segala keinginan dan seluruh hawa nafsu) tetapi lebih cendrung
melakukan segala sesuatu yang menjadi kehendak Tuhan dalam kehidupannya, yaitu mengikuti
Dia dan memuliakan Dia dengan hidup baik dan berkenan dihadapan Allah( di dalam Kristus).
Untuk memahami bagian ini penulis akan memaparkannya dalam beberapa poin penting
diantaranya:
Mengutamakan Yesus dalam hidup kita.
Tidak dapat disangkal bahwa Tuhan menghendaki murid-murid-Nya rela melepaskan
apapun yang menjadi kesenangan, kebanggaan pribadi yang bertentangan dengan Firman Tuhan,
demi melakukan kehendak Tuhan karena Tuhan berhak menerima yang terbaik, sebagai contoh
ialah tindakan Abraham yang mentaati Allah dan melakukan perintah Allah dengan ketundukan
sekalipun itu bertentangan dengan hatinya sebagai seorang bapa, ( Kej 22: 1-3; Yoh 8:39). Tuhan
menghendaki kepada kita agar senantiasa mencontohi kehidupan yang telah diajarkan oleh bapa
kita Abraham. Jika kita dalam kehidupan mengutamkan Tuhan dalam segala hal, maka apapun
yang dimiliki, sudah pasti akan di pakai hanya untuk hormat dan kemuliaan bagi nama Tuhan.
Sehingga kita menjadi semakin rendah, dan Tuhanlah yang ditinggikan di dalam hidup kita, dan
ini gambaran dari orang yang hidup dalam kerendahan hati di dalam Tuhan Yesus dan
memprioitaskan Tuhan Yesus di atas segala-galanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang
siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya”
( Mat. 8:35) yang dimaksudkan dalam perikop injil ini adalah, orang-orang yang lebih memilih
untuk menikmati hidup di dunia ini dengan segala kesenangannya dan lebih mengutamakan
dirinya dari pada Tuhan sebagai sumber yang hidup. Orang-orang yang sama sekali tidak tertarik
untuk memikirkan perkara-perkara yang diatas atau semua hal tentang langit baru dan bumi yang
baru. Bagi orang percaya yang mau mengutamakan Tuhan diatas segala-galanya, maka ia akan
rela kehilangan nyawanya karena kebenaran Injil Kristus, tetapi dibalik semuanya itu ia akan
menuai keindahan hidup kekal di dalam kerajaan Allah Bapa di surga.
Tidak Menyayangkan Nyawanya bagi Yesus.
Pentignya kepercayaan bahwa jika kita kehilangan nyawa karena Kristus dalam iman,
kita menyelamatkan dengan mendatangkan keuntungan yang tak terkatakan yaitu hidup dalam
kekekalan. Mengapa Tuhan Yesus memberi syarat kepada pengikut-Nya untuk tidak
menyayangkan nyawanya, kalau mereka mau menjadi pengikut yang benar Lukas 9: 23. Kata
nyawa dalam Bahasa aslinya menggunakan kata (psykhen) yang juga dapat mengungkapkan
bahwa” dalam jiwa manusia ada keinginan-keinginan dan hasrat, di dalam jiwa ada berbagai
pengertian dan filosofi oleh sebab itu seorang yang rela kehilangan nyawa harus rela merubah
filosofi hidupnya”. Perubahan ini bisa terjadi bila jika mengalami pembaruhan pikiran di dalam
Kristus.
Berani mengikuti Yesus sebagai Seorang Hamba
Mengikuti Yesus sebagai seorang hamba, berarti mengikuti jalannya, mentaati
perintahnya, melakukan titahnya sebagai tugas dan tanggung jawabnya, serta tidak malu
menyatakan otoritas Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan penebus dosa semua manusia. Dalam Luk
9:26, sebab barang siapa malu karena Aku dan k arena perkataanku, anak manusia juga akan
malu mengakui orang itu apabila ia datang kelak dalam kemulian Bapa dan malaikat-malaikat
Kudus”.

2.3 Arti Memikul Salib


Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat tidak hanya menuntut percaya akan
kebenaran Injil, tetapi juga menyerahklan diriseutuhnya untuk mengikuti Dia dengan banyak
pengorbanan (Mrk 8: 34). Seperti yang telah disebutkan pada pembahasan latar belakang
penulisan karya ini, bahwa keselamatan dari Tuhan adalah kasih karunia Allah yang diberikan
kepada umat manusia yang mau percaya kepada-Nya ( Roma 3:24), tetapi untuk menjadi murid
atau pengikut Yesus harus melewati berbagai proses diantaranya ialah memikul salib Kristus
setiap hari( Luk 9:23). Jika kita mencermati ayat ini mungkin yang terlintas dalam benak kita
adalah penderitaan. Memikul salib adalah bagian dari paket penyaliban yang harus dijalani oleh
seseorang yang menerima hukuman salib. Kata memikul dalam Bahasa aslinya menggunakan
kata” apa. Tindakan memikul salib tidak hanya di lakukan satu kali saja, tetapi di lakukan secara
berulang-ulang ( terus menerus secara sederhana dapat diartikan setiap hari). Sedangkan kata
salib dalam Bahasa yunaninya (stauron) merupakan kata benda yang berarti kayu salib, dua belah
kayu yang bersilang. Dalam bahasa latin memiliki beberapa pengertian yang cukup menarik
diantaranya adalah crus; cruciego. Artinya yang pertama ialah, kayu yang didirikan tegak. Kedua
kayu slaan sebagai alat untuk menghukum dan menghukum mati seseorang. Dalam PB kata salib
dalam bentuk kata benda muncul 28 kali dan kata kerjanya 46 kali. Oleh sebab itu salib identik
dengan penderitaan, kesakitan dan pergumulan yang berat.
Tuhan Yesus juga mengalami hal yang demikian, ia harus menanggung penderitaan dan
menempuh jalan salib sebagai konsekuensi sebagai hukuman yang diakibatkan oleh dosa
manusia. Yesus harus menanggung beratnya kayu salib, muka dan tubunya berdarah-darah
karena berkali-kali ia terjatuh ketanah dan terhempas di bebatuan cadas, badanya hancur,
tercabik-cabik oleh tajamnya cambuk yang mengoyak dagingnya. Ia juga menanggung malu
karena ditonton orang banyak sebagai seorang hukuman. Kata salib ditulis secara berulang-ulang
hal ini menunjukan bahwa persoalan memikul salib merupakan persoalan yang serius dan
menuntut tanggung jawab. Dalam kehidupan kekristenan saat ini apakah orang-orang percaya
siap memikul salib setiap hari seperti yang telah di alami dan dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Apakah orang-orang percaya siap memikul salib Kristus setiap hari? Dan baagaimana
pengertian memikul salib yang benar berdasarkan teks Luk 9:23. Mungkin yang kita ketahui
hanya sepersepuluh, seperseratus atau bahkan seperjuta, tetapi puji Tuhan karena Dia tidak mau
kita tidak mengetahui apa-apa tentang sengsara dan salibnya. Orang yang mengenal
kesengsaraan Kristus adalah orang yang bisa mencintai Tuhan. Kita tidak mencintai Tuhan
karena kita tidak sadar akan kasih Tuhan tetapi kita mencintai Tuhan karena kita sadar dan
mengerti secara benar tentang kasih sebagai bentuk karunia Allah dan pengampunan dosa
manusia. Sebagai contoh rasul Yohanes memberitakan kasih Allah karena Yohanes adalah rasul
yang berada dibawah salib.karena pengenalan akan salib dan sengsara Yesus Kristus
mengakibatkan seseorang masuk ke dalam tempat Mahakudus dan kasih Tuhan Allah. Choan-
Song juga menjelaska bahwa: penderitaan adalah tempat manusia dan Allah bertemu, baik
pembesar maupun orang-orang kecil, orang saleh maupun orang-orang berdosa. Penderitaan
yang membuat manusia dekat dengan Allah. Yesus bukan hanya juruselamat bagi orang-orang
berdosa tetapi juga juruselamat orang-orang asing, yang dimaksud sebagai orang-orang asing
ialah orang-orang bukan yahudi.
Penjelasan diatas merupakan penekanan yang penting bagi para murid, bahwa Tuhan
Yesus adalah Tuhan dan juruselamat semua orang yang memperdamaikan, mempertemukan
mereka dengan Allah. Charles F. Pfeiffer menafsirkan kata memikul salib sebagai berikut:
memikul salibnya setiap hari artinya secara sukarela menerima segala tanggung jawab dan
penderitaannya yang ada kaitannya dengan menjadi muird Kristus. Manusia tidak perlu putus asa
lagi, tidak perlu kecewa lagi, karena Allah Tuhan pencipta kita sudah menjalankan mujisat untuk
mengenapi apa yang telah dijanjikannya kepada manusia yang murtad kepada Allah saat manusia
jatuh kedalam dosa dengan penuh tanggung jawab. Ivan Haryanto menulis tentang orang percaya
yang tangguh dan memikul salib sebagai berikut: Seseorang yang memikul salib Kristus ialah
seseorang yang memilih untuk menderita sampai mati dari pada menyangkal Kristus atau karya-
Nya; yang mengorbankan sesuatu yang penting untuk melebarkan kerajaan Allah, dan yang
bertahan dalam penderitaan yang hebat karena saksi Kristus.
Leon Morris juga menjelaskan makna salib sebagai berikut:
Salib Kristus adalah jalan perdamaian (Propitiation) berarti berbalik dari kemarahan,
dengan jalan salib Kristus menanggung murka Allah yang mengerikan akibat dosa manusia,
melalui salib Kristus ada perdamaian (Rekonciliation) artinya penyelesaian sesudah pertengkaran
atau perseteruan Rom 5:10 akar penyebabnya adalah Dosa, dalam Kristus manusia tidak lagi
berseteru dengan Allah, melainkan ada perdamaiaan, penyelesaiaan yang tuntas sehingga relasi
manusia dengan Allah mengalami pemulihan, melalui salib ada pembenaran( Jutstification)
adalah suatu konsep hukum, yaitu segala tuntutan hukum terhadap orang-orang berdosa yang
berada di dalam Kristus seluuhnya di penuhi oleh kematian-Nya disalib.
Salib dapat dilihat dari berbagai segi, akan tetapi pada bagian ini salib Kristus tidak
hanya dipandang sebagai penderitaan, pergumulan dan kematian, tetapi di dalam salib juga
memiliki makna perdamaian, pendamaian dan pembenaran yang dikerjakan oleh Kristus bagi
semua orang yang percaya dan hidup di dalam Dia.
2.4 Tujuan Memikul Salib
Dalam segala perbuatan yang di kerjakan pasti memiliki tujuan yang pasti menjadi titik
fokus. Pada bagian ini penulis akan membahas tentang tujuan orang percaya dalam memikul
salib Kristus ialah: Untuk mengikut Yesus, artinya untuk menunjukan kemurnian hati dan
kepercayaan yang untuk Kristus yang adalah Tuhan dan pemimpin yang memiliki otoritas
tertinggi dalam hidup dan pribadinya. Selanjutnya meneladani Yesus, sebagaimana Yesus
Kristus adalah prototype awal yang harus di teladani oleh orang-orang percaya maka sebagai
mana Kristus hidup demikian orang percaya hidup, sekalipun penulis juga menyadari bahwa kita
tidak dapat sempurna seperti Kristus, akan tetapi Kristus akan menolong kita untuk menjadi
serupa dengan Dia dan bersatu dengan Dia dalam melaksanakan misi Allah di dalam dunia ini.
Dan yang terakhir tujuan memikul salib adalah untuk berkorban bagi Yesus karena Dia telah
terlebih dulu berkorban bagi orang-orang yang percaya( dunia). salib akan membawa manusia
dalam kesadaran yang utuh, membuat orang percaya teberani berkorban bagi Kristus, teguh
dalam iman, pengharapan dan kasih serta memiliki ketundukan yang penuh terhadap kehendak
Allah.
Yesus adalah Allah rela mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan
manusia. Perlu di catat bahwa pada masa pemerintahan Romawi, hamba adalah pribadi yang
dianggap rendah, tidak bernilai. Hamba dapat diperlakukan sewenang-sewenang oleh
majikannya. Dari sini kita mengetahui pengorbanan sejati yang dilakukan oleh Yesus Kristus
bagi seluruh umat manusia. Seluruh pengorbanan dan pelayanan Yesus di dunia ini diarahkan
pafa satu tujuan yang jelas, yaitu Bapa dimuliakan dan genaplah janji Bapa tentang karya
keselamatan bagi dunia ini, dan kiranya tujuan Allah juga dapat kita pahami sehingga Tuhan
dipermuliakan di dalam seluruh eksistensi diri dan kehidupan orang-orang percaya.

2.5 Arti Mengikuti Yesus


Keputusan untuk mengikuti Yesus bukanlah hal yang mudah tetapi ada harga yang harus
dibayar. Tuhan Yesus berkata kepada setiap orang” setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” ( Luk 9:23-26).
perkataan Tuhan Yesus tentang “ mengikut Aku” ini di sampaikan secara terus menerus, baik
secara lisan pada waktu itu dan secara tulisan baik pada waktu Tuhan Yesus mengajar pada
waktu itu sampai pada zaman kita saat ini, tulisan ( Firman Allah ) yang di tunjukan kepada
seluruh orang-orang percaya. Douglas mengemukakan bahwa: kita harus tahu bahwa Yesus tidak
pernah bermaksud membuat manusia lebih baik, tetapi ia hidup untuk membuat manusia yang
baru, semua ajaran Yesus tidak akan pernah cocok bagi manusia yang masih terikat dengan
belenggu dosa, karena Yesus membebaskan manusia dari dosa.
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa setiap orang yang ingin mengikuti
Yesus harus meninggalkan cara hidupnya yang lama dan menghidupi manusia baru di dalam
Yesus Kristus. Charles F. Pfeiffer menafsirkan kata mengikuti dan meyangkal sebagai berikut:
kata yunani mengikuti adalah (akoloutheite) artinya suatu perintah yang memerlukan tindakan
yang tak putus-putus “ hendaklah ia terus mengikut Aku dengan menjadi murid Kristus. Tetapi
para murid pada waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa akhir dari perjalannya berakhir di
salib, karena mereka masih berpikir tentang penaklukan dan kuasa sehingga pernyataan ini
merupakan hak yang sangat penting bsgi para murid untuk mengevaluasi ulang harga yang harus
dibayar untuk menjadi murid Kristus. Kata” aku’( menunjuk pada pribadi Yesus).
Kesaksian yang hidup adalah prilaku yang mencerminkan karakteristik Kristus, megikuti
Dia, bersama-sama dengan Dia dan menyatu dengan Dia. Menurut Sinclair Fergusson
berpendapat bahwa “ungkapan yang sering dipakai oleh Paulus untuk menyebut persatuan
dengan Kristus ialah “ dalam Dia, dan dalam Tuhan” jadi tidak hanya datang, sekedar ingin
mengikuti Yesus tetapi hidup di dalam Dia dan menjalani hidup dalam kekudusan Allah. Karena
persekutuan adalah kesatuan Kristus dengan umnat-Nya hal ini terlihat jelas dalam tindakan
Yesus untuk menebus dosa umat-Nya. Ungkapan ini pada hakikatnya sama dengan ungkapan
Paulus dalam Gal 2:19 “aku telah disalibkan dengan Kristus”. Itu sebabnya untuk mengikuti
Yesus dibutukan iman yang sejati. Richard mengemukakan bahwa. Kerinduan untuk mengikut
Yesus ditanam di dalam hati kita oleh Allah sendiri tetapi kita harus bertindak menurut panggilan
itu jadi mengikuti Yesus adalah soal menanggapi Dia pada waktu ia memanggil kita dan dari hari
kehari kita terus mengikuti Dia.
Orang yang menaruh kepercayaannya ke pada Tuhan tidak akan mudah goyah, imannya
tidak akan mudah lemah, dan pengharapannya tidak akan hilang serta kasih dan pengorbanan
menjadi ucapan syukur dalam mengikuti Tuhan Yesus. Dengan demikian tidak ada ruang
keraguan dalam mengikut Yesus, sehingga dalam segala keadaan baik suka, duka, penderitaan
bahkan kematian sekalipun tidak akan dapat melenyapkan iman kepercayaan terhadap Kristus,
seperti yang diungkapkan Paulus dalam Rom 8: 35-37.

2.6 Respon Orang Percaya Yang Terpanggil Dalam Penginjilan


Sebagai orang percaya, maka tugas penginjilan merupakan suatu keharusan yang diminta
oleh Tuhan. Oleh sebab itu semua orang percaya harus siap melakukan dan menguasai semua
metode penginjilan dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat menginjil dengan bijak.
Yakni dengan cara menggunakan metode penginjilan yang sesuai dengan konteks lingkungan
yang sedang dihadapi.
Tuhan Yesus sendiri secara tidak langsung menunjukan cara-cara penginjilan kepada para
rasul. Beberapa bukti penginjilan telah dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam bentuk penginjlan
pribadi, yaitu kepada Nikodemus saat malam hari disampaikan kebutuhan tentang kelahiran baru
sebagai syarat masuk surga ( Yoh. 3: 1-13 ). Kemudian kepada wanita Samaria di pinggir sumur,
Yesus memberitahukan kebutuhannya tentang air hidup yang tidak pernah habis, tetapi sampai
pada kehidupan kekal ( Yoh. 4: 1-42) akan terus di penuhi. Kemudian penginjilan kepada Zakeus
di rumahnya, serta kepada penjahat yang disalib di sebelahnya Yesus menyampaikan
kebutuhannya tentang pertemuannya dengan Tuhan Yesus di Firdaus, yaitu surga( Luk. 23:43).
Semuanya dilakukan TuhanYesus dengan penginjilan secara pribadi.
Tindakan tersebut diikuti oleh murid-murid Yesus seperti ketika Andreas bertemu Mesias Agung
untuk melakukan tidak saja secara pribadi melainkan juga secara masal. Seperti juga Yesus dan
murid-muridnya kerap melakukan penginjilan di tengah orang banyak, hal itu menjadi contoh
bagi para penginjil ketika Tuhan mengajar tentang Kerajaan Allah di hadapan ribuan orang.
Kemudian ketika Yesus mengutus dua belas murid-Nya dan kemudian tujuh puluh murid untuk
menginjil kepada banyak orang ( Luk. 10:1-12). Petrus melakukan penginjilan dihadapan lebih
dari 3.000 orang ( Kis. 1), juga ketika Petrus bahkan melakukannya di hadapan lebih dari 5.000
orang (Kis.4).

2.7 Penderitaan sebagai Konsekuensi Kesetiaan iman


Stefanus adalah orang yang terkenal baik, penuh roh dan himat, penuh iman, penuh
karunia dan kuasa mengadakan mujizat dan tanda-tanda di antaran orang banyak ( Kis 6:3,5,8).
Stefanus adalah salah seorang dari tujuh yang di pilih melayani orang miskin, yang disebut
diaken yang dalam bahasa yunani diakonos yang artinya pelayan. Tujuh orang ini adalah
stefanus, filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon Parmenas, Nikolaus. Rupanya Stefanus adalah
pemimpin dari kelompok diaken di Gereja mula-mula. Berkat doa para rasul bagi mereka, maka
firman Allah makin tersebar, jumlah murid-murid bertambah dan sejumlah imam menyatakan
percaya ( Kis 6: 1-7). Mestinya Stefanus dan para rasul mendapat apresiasi atas pelayanan yang
diberkati, tetapi sebalinya yang terjadi, Stefanus dituduh menghujat Musa dan Allah ( Kis 6:11),
akhirnya ia ditangkap oleh tua-tua dan ahli taurat, membawahnya ke hadapan Mahkamah Agama
dengan membawah saksi-saksi palsu bahwa orang ini menghina tempat kudus ( Kis 6:13-
14).padahal tidaklah demikian yang sebenarnya.
Stefanus membuat pembelaan, tetapi ia tidak mengedepankan dirinya sebagai orang
benar. Pembelaannya dalam bentuk pemberitaan Firman tentang tindakan Allah yang
Mahakudus, Mahamulia yang menampakan diri dari zaman Abraham sampai pada ia mengkritik
para ahli taurat yang hanya menerima taurat tetapi tidak menurutinya ( Kis. 7: 1-53). Stefanus
seperti berkhotbah kepada mereka dan mereka sangat tersinggung dan marah. Buktinya ayat 54
berkata” ketika anggota-anggota Mahkamah Agama mendengar semuanya itu, sangat tertusuk
hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi, menyeret dia keluar kota,
melempari dia”. Gertakan gigi adalah tanda amarah yang sangat tinggi. Menyeret dan melempari
adalah tindakan yang anarkis, sadis dan tidak terpuji. Kita dapat bayangkan penderitaan Stefanus
di akhir hidupnya. Penderitaan yang dialaminya sebagai konsekuensi imannya kepada Yesus
Kristus, setia sampai akhir. Karna itu kita pantas juga mencontohi iman dari para pendahulu kita
apa pun bentuk dan masalah kita harus beriman sampai akhirat.(Berjalan sampai tujuan mencari
sampai menemukan dan beriman sampai akhirat).
Ditolong Tuhan Bukan Jaminan Jauh Dari Kesukaran Hidup ( Lukas 16:19-30)
Nama Lazarus adalah nama Yunani untuk nama Eliezer. Dalam bahasa Ibrani nama
Eliezer memiliki arti dibantu/ditolong oleh Allah ( Kej. 6: 22) atau Allahku itu pertolongan (Kej.
15:2 ). Bagi orang Israel nama bukan suatu hal yang biasa saja, namun merupakan suatu doa
yang biasanya menggambarkan kehidupan orang tersebut atau bisa jadi pengalaman dari orang
tersebut. Lazarus adalah seseorang yang benar hidupnya, terpuruk dalam kesusahan dan amat
menderita namun pada akhirnya ia bahagia selamanya. Seorang pegemis dengan nama yang
seperti itu sungguh mengejutkan bagi orang yang berpikir bahwa kesuksesan selalu menyertai
orang yang dekat dengan Tuhan. Mereka menganggap dengan memiliki arti nama yang sebagai
itu seharusnya Lazarus tidak hidup menderita. Tetapi di sini Yesus hanya menyebut nama dari
orang yang miskin dan menderita itu, sedangkan orang kaya yang hidup dalam kemewahannya
tidak sebut namanya. Ini menunjukan bahwa Yesus hendak memberikan kepada kita suatu
gambaran bahwa “ kesusahan atau penderitaan” dialami seseorang bukan berarti karena kita
tidak di tolong Tuhan, seseorang hidup dalam kemiskinan bukan berarti bahwa tidak bersedia
menolong hidupnya, demikian pula sebaliknya, orang yang ditolong Tuhan tidak menjamin
hidupnya jauh dari penderitaan atau kesusahan hidup.

2.8 Model Hamba Telah Ditunjukkan Oleh Yesus Di Kayu Salib


Kematian Yesus di kayu salib menjadi bukti bahwa Tuhan mengasihi semua orang tanpa
terkecuali. Penderitaan yang ditampilkan oleh Tuhan Yesus di kayu salib menjadi bahan refleksi
bagi orang percaya dalam menjalankan kehidupan ini. Seorang hamba yang sedang berjuang
selalu berpedoman dengan apa yang sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus sebagai hamba yang taat
dan setia dalam segala keadaan. Yesus menyebut diri-Nya sebagai Putra Allah dan Mesias,
hamba yang menderita. Titik yang menetukan dalam kitab ini adalah episode di kaisarea Filipi,
yang disusul oleh peristiwa pemuliaan Yesus ( Mrk 8:27-9:10), ketika identitas dan misi
penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya. Bagian pertama kitab
ini memusatkan perhatian terutama kepada mujizat luar biasa yang dilakukan Yesus dan pada
kuas-Nya atas penyakit dan setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan
tetapi, dikaisarea filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid bahwa
Dia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari(Mrk 8:31).
Menurut Stefan Leks kata hamba, dalam injil Markus, mengacu kepada fungsi seorang
bawahan ( Mrk 12: 2-4; 13:34;14;7). Seorang hamba bergantung secara, hampir, menyeluruh
pada majikan yang dilayaninya. Namun, dalam teks ini, majikan itu bukan seorang individu
melainkan seluruh komunitas katolik. Komunitas Katolik justru dikenal bukan pada syarat untuk
melayani melainkan memberi diri seperti seorang hamba. Pemahaman banyak orang tentang
melayani Tuhan adalah aktif dalam kegiatan rohani di lingkungan gereja, yaitu dengan
mengambil bagian dalam tugas tertentu. Sesungguhnya anggapan seperti ini justru membuat
mereka tidak pernah melayani Tuhan dengan benar, sebab yang terbangun adalah anggapan
bahwa segala kegiatan di luar lingkungan gereja bukanlah pelayanan bagi Tuhan. Sebenarnya
yang dimaksud dengan melayani Tuhan adalah melakukan apa saja yang di kehendaki-Nya,
menghambakan diri berarti memberi diri untuk melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Sikap
seorang hamba digambarkan sebagai sikap yang ditunjukan dalam pelayanan.
Dalam pelayanan bukan hati ‘ boss’ yang dicari melainkan hati hamba. Menurut Andrew
Buchanan, kita melaksanakan pekerjaan Tuhan berdasarkan kesanggupan kita dalam
mengerjakannya ( 2 kor 3:5). Yesus mengecam ahli Taurat bukan karena ketaatan mereka,
melainkan karena kesombongan diri. Kerendahan hari dalam peyalanan dituntut Tuhan supaya
tidak ada kesombongan diri. Yesus menghambakan diri adalah bukti pengabdian seorang hamba,
sehingga hamba merupakan keadaan seorang manusia di hadapan Tuhan. Mengapa Yesus
memberikan nasihat kepada para murid tentang konsep seorang hamba? Yesus mengajarkan
bersikap seperti hamba supaya manusia saling menghargai. Karena Kristus sebagai pribadi yang
layak, yang tepat, pribadi yang tidak perlu disangsikan sebagai hamba yang telah menderita bagi
umat manusia.
Seorang hamba tidak bisa membuat apa-apa dari tuannya melainkan mendapatkan hak
atas perkerjaannya. Yesus mengkritik kehidupan orang Yahudi yang menganggap diri lebih
tinggi dan lebih suci dari seluruh umat. Seorang hamba dengan rela hati mengambil tempat yang
terendah, dan bertahan dalam berbagai kesulitan dan penderitaan karena pelayanannya terhadap
orang lain. Kesetiaan yang demikianlah yang Yesus ingin ajarkan kepada para murid-Nya, sebab
hamba yang setia akan diberi kepercayaan oleh tuannya jika ia setia. Menurut Darmawijaya,
hamba menampilkan kemuliaan, kesetiaan, ketaatan dan kasih yang tak ternilai. Hamba itu
secara fisik tidak punya kelebihan dan hanya memberikan yang bisa ia berikan. Hamba itu
sendirian, kesepian, dihina dan ditolak banyak orang. Yesus memberikan gambaran hamba sebab
hamba memberikan yang terbaik.
Kehambaan menekankan presensia ( kehadiran dan hidup) yang dinamis di tengah-tengah
mereka yang lain. Dengan demikian tidak bisa dikatakan pasif sama sekali karena si hamba harus
hidup berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah. Prinsip
hidup seorang hamba yakni membuat dirinya bermanfaat bagi banyak orang. Hamba tidak
menuntut banyak hal, ia hidup sederhana tetapi tidak membuat diri menderita. Hamba siap
mengabdikan diri dengan tekun sampai akhir hidupnya. Yesus memberi gambaran hamba yang
menderita sengsara karena memberi diri sepenuhnya untuk mengerjakan tugas kasar. Suatu sikap
penyerahan segala hak pribadi secara utuh untuk diatur oleh majikannya. Berarti ia sedang
menyangkal dirinya atau tidak berhak lagi atas hak pribadinya. Hak itu sudah melebur atau
menyatu dengan hak tuannya. Dan Yesus sendiri telah menerapkan kepemimpinan demikian
dalam hidup-Nya ( Mrk. 10:45).
Para murid diajar oleh Yesus untuk mengambil resiko harus berani menjadi kecil dan
rendah diantara masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman, perubahan sosial sangat cepat
dari lapisan sosial satu ke lapisan sosial lain, manusia bukan hidup untuk dirinya sendiri
melainkan terpanggil untuk menyadari jati dirinya sebagai manusia. Benar yang dikatakkan oleh
Th Sumartana bahwa manusia bukan hanya mencari makan tetapi mencari makna. Yesus
ditampilkan sebagai seorang yang banyak bertindak dan yang berwibawa. Kewibawaan-Nya
nayata dalamm cara ia mengajar, dalam kuasa-Nya terhadap roh-roh jahat, dan mengampuni
dosa.
Yesus menampilkan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang memberikan nyawa-Nya
supaya manusia dibebaskan dari dosa. Perbuatan-perbuatan-Nya lebih banyak ditekankan
daripada perkataan dan ajaran-Nya. Seperti hamba lebih banyak berkerja daripada
berbicara,demikianlah orang percaya yang mengerjakan perkerjaan Tuhan. Hamba melakukan
tugasnya berdasarkan perintah tuannya, seperti itu juga orang percaya setia dalam segala perkara.
Bagi Markus, gereja adalah persekutuan murid-murid Yesus. Sangat ditekankan agar hendaknya
orang-orang ini sungguh menjadi pelayan seluruh Gereja, seutuhnya memberikan diri demi
kesejahteraan bersama, seperti hal Yesus sendiri.
Pelayan Gereja dapat mengacu pada pelayanan Yesus dengan bersekutu dalam sebuah
kelompok. Satu-satunya yang dituntut Yesus dalam kehidupan manusia adalah menerima
pemberian hidup yang kekal ialah iman dan keyakinan. Iman dinyatakan sebagai kepercayaan
kepada Allah dengan kerendahan hati. Orang percaya dituntut untuk mengeluarkan buah yang
banyak bagi kemuliaan nama-Nya. Umat percaya boleh berpisah dari Tuhan Yesus yang
memiliki persekutuan yang erat dalam kasih-Nya. Pelayan hamba merupakan landasan etika
moral bagi kepemimpinan serta pola dasar manajemen kepemimpinan. Pelayanan hamba
memberi tekanan yang berorientasi pada keberhasilan.
2.9 Murid kristus yang Dipanggil untuk Diutus Dan Memikul Salib di Tengah Dunia yang
Gelap
Dalam konsep pemuridan yang dikembangkan Tuhan Yesus, kita semua tentunya sudah
mengerti bahwa’talmidin’ adalah sebuah konsep Ibrani yang sangat khas tentang disciple atau
discipleship atau disebut juga, murid. Disebut khas karena hal itu bukan sekedar posisi sebagai
murid tetapi menuntut suatu tanggung jawab, baik secara moral, maupun dalam perilaku di
hadapan orang lain, sehingga melaluinya, seseorang itu dikenal oleh publik sebagai muird
Kristus sejati. Bahkan di hadapan Tuhan, nama itu kelak dipertanggung jawabkan di dalam
kekekalan. Semula, nama itu ditunjukan bagi dua belas murid Kristus. Tetapi seiring dengan
kekristenan yang terus berkembang melewati batas-batas negara, politik dan geografis serta
budaya, maka mereka yang menjadi pengikut Kristus, karena iman dan kepercayaan-nya itu, juga
disebut murid Kristus. Dari sanalah kemudian muncul nama’ orang kristen’(Christian).
Menjadi murid adalah panggilan. Dua belas muris Yesus dipanggil untuk megikuti Yesus.
Demikianlah halnya dalam kekristenan. Semua pengikut Kristus pasti mengalami satu fase yang
disebut panggilan. Definisi yang paling baik dikemukakan oleh Os Guinnes di dalam bukunya
berjudul The Calling. Dikatakannya panggilan adalah kebenaran bahwa Allah memanggil kita
kepada diri-Nya sehingga seluruh keberadaan kita, segala sesuatu yang kita lakukan, dan segala
dijalani sebagai respon kepada semua seruan dan pelayanan-Nya.
Pada waktu Yesus memanggil Petrus, Tuhan menginginkan satu perubahan hidup yang radikal
ketika ia berkata kepada Petrus, ‘Mari ikutlah Aku, dan kamu akan kujadikan penjala manusia.
(Mat 4:19). Dari situ kita mengerti, makna yang terkuat di dalam panggilan adalah mengarahkan
segala kepentingan hidup untuk memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya. Dititik ini,
bukan lagi keinginan kita berkuasa melainkan mengarahkan semua keinginan kita selaras dengan
kehendak-Nya. Ini adalah sebuah titik pencapaian yang telah dicapai Paulus dan hendaknya kita
semua, ketika rasul besar ini berkata, namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam
daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan
diri-Nya untuk aku ( Galatia 2:20). Disitu ada kalimat yang sangat tegas dari Paulus, I am
crucified with Christ. Aku telah ikut disalibkan di dalam Kristus. Inilah makna terdalam dari
sebuah panggilan ketika Yesus berkata, ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku’ ( Luk 9:23).
Tidak ada pilihan lain bagi seorang murid Kristus kecuali memikul salib dan titik terberat di
dalam usaha memikul salib itu adalah menghadapi aniaya yang berujung pada pengorbanan
bahkan kematian. Itu adalah sebuah harga tertinggi dari sebuah panggiilan yang berhasil. Banyak
murid gagal dan tidak tuntas karena tidak setia, gagal menyangkal diri dan tidak mau memikul
salib. Peyangkalan diri dan memikul salib adalah sebuah harga yang harus di bayar.
Memberitakan Injil sebagai murid Kristus bukanlah kesenangan-kesenangan duniawi dan
menyalibkan kedagingan. Harga yang harus di banyar dapat saja membuat kita kehilangan
kebahagiaan, tetapi itulah yang telah menjadi standar Tuhan. Apakah itu standar yang terlalu
tinggi bagi kita sehingga sulit mencapainya. Bukan persoalan itu! Masalah yang sebenarnya
adalah kerelaan kita memenuhi tuntutan Tuhan, untuk melepaskan semua hal, demi mengikuti-
Nya.
Tidak semua orang bisa memenuhi panggilannya dengan baik. Ketika Tuhan mengatakan, “kamu
akan kujadikan penjala manusia,” sebuah panggilan yang bergemu di setiap waktu, zaman dan
generasi, untuk memenuhi dan menuntaskannya sebuah tugas yang Tuhan berikan. Panggilan,
bukanlah sekedar ajakan. Di dalamnya ada tugas yang harus ditutaskan dengan baik. Memulai
dengan baik dan mengakhiri dengan baik( finishing well). Tugas meghendaki kepada kita untuk
menjalankan tugas didunia ini harus menjadi terang dan menjadi garam dunia. Dua hal yang
pararel Tuhan ingatkan berfungsi menjadi terang dan berfungsi memberi penggaruh yang
posisitif seperti di katakan-Nya dalam Mar 5:13-14 ‘ kamu adalah garam dunia….’ Dan kamu
adalah terang dunia.” Tuhan tidak meminta kita menjadi garam atau menjadi terang, tetapi Tuhan
tegaskan kepada kita adalah terang dan garam itu! Murid yang tidak bisa hadir sebagai terang
dan garam adalah murid yang telah melupakan atau lari dari panggilannya. Tujuannya adalah
penginjilan.
2.10 SERUPA DENGAN YESUS DALAM PENDERITAAN, KESENGSARAAN DAN
KEMATIAN-NYA
Meyangkal diri
Menyangkal diri merupkan bagian dari pembahasan mengenai pemuridan yang dilakukan oleh
Yesus (Matius 16: 24, Mrk 8: 34, Luk 9: 23). seseorang yang ingin mengikuti-Nya harus
mengikuti ketentuan-ketentuaan pemuridan yang ada dalam sistem-Nya. Jika sistem itu tidak
dipatuhi maka seseorang tidak mampu untuk masuk dalam proses pemuridan yang dilakukan
oleh Yesus. Mengikuti Dia berarti siap untuk melakukan tuntutan yang telah tersedia. Tuntutan
itu harus dipenuhi.
Yesus datang ke dalam dunia dalam keadaan sebagai Allah dan sekaligus manusia. Dia
mampu untuk membunuh siapa yang melawan ataupun menolak untuk percaya kepada-Nya.
Kekuasaan itu tidak di pakai Yesus sebab dia telah melepaskan haknya untuk memakai kuasa itu.
Dia datang untuk melayani manusia sehingga harus mengosongkan diri-Nya supaya dapat hidup
dengan manusia.
Pengikut Yesus diberikan syarat pertama yaitu menyangkal diri. Bagi Terry A. Chrisope
meyangkal diri berarti menolak secara total. Seorang murid yang akan mengikut Yesus akan
menolak seluruh kepentingan, keinginan, serta nafsu dalam dirinya dan sepenuhnya datang
kepada Yesus. Dia menganggap rugi kepentingan diri sendiri. Menurut Chrisope meyangkal diri
berarti tidak memandang keuntungan atau kenyamanan diri sendiri. Mengikuti Yesus berarti
melepaskan seluruh kepentingan pribadi. Ketundukannya di taman Getsemani merupakan salah
satu penyangkalan diri Yesus. Dia menundukan semua kuasa yang ada pada dirinya dan
sepenuhnya melakukan kehendak Bapa. Dia menguburkan semua kehendak-Nya dan sepenuhnya
melakukan apa yang Bapa kehendaki. Dia menyerahkan diri-Nya sepenuhnya kepada kehendak
Bapa. Chrisope beranggapan bahwa Yesus bisa sepenuhnya mematikan kehendak diri-Nya
setelah Dia melalui pergumulan yang berat. Proses pemuridan akan melalui proses ini. Pelepasan
kehendak diri dan sepenuhnya masuk ke dalam kehendak Allah. Kehendak yang menuntut agar
sepenuhnya melakukan apa yang Allah kehendaki.
Peyangkalan diri ditunjukan oleh Paulus. Dia memberikan pernyataan bahwa apa yang
dahulu dianggap sebagai keuntungan bagi dirinya tetapi sekarang dianggap rugi karena Kristus.
Dia melepaskan semuanya itu dan menganggap sebagai sampah ( Filipi 3: 7-8). Paulus memiliki
pendidikan yang sangat baik dalam agama Yahudi sehingga dia memiliki kesempatan yang besar
untuk memiliki kedudukan dalam jabatan agama Yahudi. Perjumpaannya dengan Yesus ketika
perjalanan ke Damsyik mengubah seluruh sudut pandangnya. Dia melupakn apa yang telah
diperolehnya selama ini dan terus menuju kepada tujuan akhir yaitu Kristus.
Paulus juga membuat pernyataan dalam Galatia 2: 20. di ayat ini Paulus menunjukan
bahwa hidupnya bukan milik pribadi lagi, melainkan Kristus yang berkuasa atasnya. Keunggulan
pribadi telah ditundukan sepenuhnya kepada Kristus. Aturan Kristus yang berlakuk atas
kehidupan pribadi. Bagi Hendrikus, peyangkalan diri berarti menunjukan diri sepenuhnya kepada
disiplin Kristus. Segala yang merupakan keuntungan diri telah berada sepenuhnya di bawah
Kristus. Paulus menjadi manusia baru di dalam Kristus. Dia masih tetap pribadi yang bertumbuh
yang masih bisa untuk berdosa. Masih ada kelemahan yang tersimpan di dalam tubuh sekalipun
telah menjadi manusia baru di dalam Kristus. Penaklukkan diri paulus secara utuh bukan karena
tuntutan hukum secara manusia melainkan karena iman kepada Yesus Kristus.
Peyangkalan diri bisa juga menjadi suatu penderitaan awal bagi seseorang yang mengikut
Yesus. Melepaskan semua kebanggaan diri bukanlah hal yang mudah. Seseorang akan
kehilangan apa yang dahulu menjadi bagian penting dari hidupnya. Dia akan memasuki fase
belajar dengan hal baru yang bertentangan dari hidupnya. Dia akan memasuki fase belajar
dengan hal baru yang bertentangan dengan kebiasaan selalma ini. Fase itu menjadi awal untuk
memasuki persekutuan yang intim dengan Yesus. Memasuki persekutuan dengan Yesus, berarti
siap menerima semua resiko yang sudah tersedia. Yesus telah memberikan contoh dengan
meninggalkan surga dan masuk ke dunia dalam keadaan yang serba kekurangan. Dia adalah
pemilik alam semesta, namun harus meninggalkan semuanya untuk memenuhi tugas yaitu
menebus umat-Nya. Pengosongan diri Yesus akan menjadi bagian dalam pengikut-Nya.
Memikul salib
Bagian kedua dari pemuridan yang diberikan oleh Yesus adalah memikul salib. Bagi Chrisope,
memikul salib bukan hanya merunjuk kepada kerepotan kecil dalam kehidupan sehari-hari,
melainkan melibatkan kematian. Istilah memikul salib bisa saja dimengerti secara literal yaitu
kematian murid sebagai martir, namun bisa juga sebagai kiasan. Memikul salib merupakan cara
hidup kita dalam iman akan Kritus Yesus yang kita imani. Dalam refleksi iman kita bahwa salib
akan menjadi berarti ketika kita merasakan berbagai tantangan dan hambatan hidup dalam derap
langkah hidup keseharian. Salib ialah tanda keselamatan bagi kita dalam pengalaman salib itu
kita merasa dikuatkan. Salib bukanlah kutukan bagi kita. Kita harus bahagia karna salib ialah
tanda keselamatan. Hidup tanpa adanya salib akan menjadi kurang beruntung dalam iman kita.
Karna jika seseorang ingin mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya sendiri, dan memikul
salibnya setiap hari. Lukas 9:23.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupan menjadi murid Yesus harus menyangkal dirinya, artinya tidak lagi
mengutamakan kepentingan diri sendiri dibandingkan kepentingan pelayanan untuk Tuhan
Yesus. Tidak egois, tidak memposisikan kepentingan pribadi lebih tinggi dari kehendak Allah.
Melainkan hidup dalam ketundukan terhadap kehendak Tuhan secara total dan setia mengikut
Dia. Dalam kehidupan menjadi murid Yesus, harus berani menanggung penderitaan seperti yang
dialami Tuhan Yesus, ia menderita karena kehendak Allah Bapa, bukan karena dosa atau
kesalahan-Nya. Kristus adalah prototipe yang sempurna untuk diteladani dalam segala hal
termasuk dalam menanggung penderitaan hidupnya. Menderita yang dimaksudkan ialah:
menderita karena kebenaran yang terdapat dalam Kristus, karena mengikut Yesus dengan taat
dan setia dan bukan karena kesalahan atau kejahatannya sendiri. Dalam kehidupan menjadi
murid Kristus harus memiliki perubahan hidup dan pola pikir yang di perbaruhi, untuk
memprioitaskan Tuhan dalam kehidupan tiap-tiap hari dan menjalani kehidupan sebagai
pengikut Yesus atau sebagai seorang murid yang setia, dan harus berani berkata ya untuk Yesus
dan tidak untuk yang lain( sekali mengikut Yesus maka selamanya akan tetap mengikuti Yesus).
3.2 Saran
Dalam bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran yang di anggap perlu untuk
mengetahui berhubung dengan langkah mengikuti Yesus pada masa ini berdasarkan Lukas 9:23.
Pertama, dengan melihat pentingnya kebenaran tentang jalan mengikuti Yesus pada masa ini
dalam kehidupan orang percaya, maka kebenaran ini perlu mendapat penekanan yang khusus
dalam gereja, agar setiap orang yang percaya mendapat pemahaman yang benar dan jelas
bagaimana seharusnya mereka menjalani kehidupan sebagai pengikut Yesus.
Kedua, bagi orang percaya masa kini, khususnya orang muda dalam umat katolik. Penulis
berharap agar dapat memahami dengan benar tentang konsep untuk mengikuti Yesus pada masa
ini dan perlu mendapat penekanan khusus untuk diajarkan dalam gereja saat ini.
DAFTAR ISI

Jurnal Teologi Berita Hidup. Oleh Danny Yonathan


Jurnal Teologi dan Misi. Oleh Tri Prapto Suwito, Yanto Paulus Hermanto, Yulia Jayanti
Tanama.
Jurnal Teologi Kontekstual dan Pelayanan. Oleh Efraim Sinaga
Jurnal Kajian Teologi. Oleh Ezra Tari, Talizaro Tafonao.
Jurnal Murid Kristus yang Dipanggil untuk Diutus dan Memikul Salib Di Tengah Dunia yang
Gelap. Oleh Sonny Eli Zaluchu
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia. Oleh Yohanes Andi, Oktavina Tola, Yabes Doma.

Anda mungkin juga menyukai