Anda di halaman 1dari 23

TUGAS INDIVIDU

SPRITUAL KRISTEN

DISUSUN OLEH :

NAMA : TERSA D. HULISELAN


NIM : 2020.4.0298
SEMESTER : IA

KEMENTRIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN
(STAKPN)
BURERE – SENTANI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah – Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Spritual Kristen ini tepat waktu.

Penulis menyadarari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan
makalah ini karena keterbatasan yang penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan
pembaca berkenan memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberiakn subangsi pemikiran dan bimbingan serta motivasi sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Semoga Tuhan Yesus Kristus melimpahkan rahmat, dan nikmatnya kepada kita.

Sarmi, 30 September 2020

Penulis

Tersa D. Huliselan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................i


BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................................ 1
1.2. TUJUAN ................................................................................................................................ 1
1.3. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1. PENGERTIAN SPRITUAL KRISTEN ................................................................................. 3
2.2. CIRI-CIRI KEHIDUPAN SPIRITUAL DALAM IMAN KRISTEN ..................................... 7
2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN SPIRITUAL .................... 8
2.4. PERMASALAHAN SPIRITUAL .......................................................................................... 9
2.5. TUJUAN PEMBAHARUAN DAN PERTUMBUHAN SPIRITUAL ................................. 12
2.6. ALASAN PERTUMBUHAN SPIRITUAL DALAM IMAN KRISTEN ............................. 13
2.7. MANFAAT MEMBANGUN KEHIDUPAN SPIRITUAL DALAM IMAN KRISTEN ..... 14
2.8. CARA MENUMBUHKAN SPIRITUAL DALAM IMAN KRISTEN ................................ 17
BAB III PENUTUP............................................................................................................................. 19
3.1. KESIMPULAN .................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Jika kita mendengar kata ‘spritual’, kita dibawa pada suatu kenyataan bahwa di
dalam hidup, manusia selalu mencari ‘sesuatu di atas dirinya’ sebagai manusia. Hal ini
disebabkan karena manusia tidak hanya terdiri dari tubuh saja, melainkan juga jiwa,
sehingga kita selalu memiliki kecenderungan untuk menemukan jati diri kita dengan
mengenali Sang Pencipta.

Seperti halnya ikan salmon yang mengembara ribuan kilometer dalam hidupnya
untuk kembali ke tempat ia dilahirkan dan mati di tempat asalnya tersebut; demikian
halnya dengan manusia. Sudah selayaknya, kita yang diciptakan lebih sempurna
menyadari bahwa kita berasal dari Tuhan dan suatu saat akan kembali kepada Tuhan.
Maka di dalam hidup, kita akan berusaha untuk mengenal diri sendiri dan Tuhan, dan
di sinilah spiritual kristen berperan dalam kehidupan kita.

Berdasarkan hal tersebut, penulis mengkaji lebih dalam lagi dalam makalah ini
dengan topik Membangun Kehidupan Spiritual Dalam Iman Kristen.

1.2. TUJUAN

Tujuan penyusunan makalah ini adalah:

1.2.1. Sebagai pemenuhan tugas kelompok dalam mata kuliah Spritual Kristen

1.2.2. Mengkaji materi tentang Membangun Kehidupan Spiritual Dalam Iman


Kristen

1.2.3. Menambah wawasan tentang Membangun Kehidupan Spiritual Dalam Iman


Kristen

1
1.3. RUMUSAN MASALAH

1.3.1. Apa itu kehidupan spiritual?

1.3.2. Apa saja ciri kehidupan spiritual dalam iman Kristen?

1.3.3. Apa faktor yang mempengaruhi spiritual?

1.3.4. Apa-apa saja permasalahan dalam kehidupan spiritual?

1.3.5. Apa tujuan dari pembaharuan dan pertumbuhan spiritual dalam iman Kristen?

1.3.6. Apa alasan pertumbuhan spiritual dalam iman Kristen?

1.3.7. Manfaat apa saja dari pembaharuan dan pertumbuhan spiritual dalam iman
Kristen?

1.3.8. Bagaimana cara menumbuhkan kespiritualitasan dalam iman Kristen?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN SPRITUAL KRISTEN

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat, bahkan mengalami pergumulan


untuk pencarian jati diri, yang lebih umum dikenal dengan pencarian makna hidup, atau
singkat kata, kebahagiaan. Dan karena asal dan akhir manusia adalah Tuhan, maka tidak
mengherankan bahwa di dalam pergumulan ini, banyak orang mengalami seperti yang
dikatakan oleh Santo Agustinus, “Hatiku tak pernah merasa damai sampai aku
beristirahat di dalam Engkau, ya Tuhan.” Tuhanlah sumber kebahagiaan kita dan Dia-
lah yang memberi arti dan maksud dari hidup ini. Maka, hanya jika kita sampai kepada
Tuhan, barulah kita menemukan damai dan pemenuhan makna hidup.

Spiritual di sini mengacu pada nilai- nilai religius yang mengarahkan


tindakan seseorang. ((Lihat Jordan Aumann, Spiritual Theology, Spiritual Theology,
(Continuum, London, reprint 2006, first published in 1980), p17, “…spirituality refers
to any religious or ethical value that is concretized as an attitude or spirit from which
one’s actions flow.”)) Jika nilai- nilai yang dipegang tidak mengarah pada Tuhan,
kebahagiaan yang dicapai adalah ‘semu’ sedangkan jika nilai-nilai itu mengarah pada
Tuhan, kebahagiaan yang diperoleh adalah kebahagiaan sejati. Meskipun spiritual ini
tidak terbatas pada agama tertentu, namun, kita bisa memahami, bahwa spiritual
mengarah pada Tuhan Sang Pencipta, karena semua manusia diciptakan oleh Tuhan
yang satu dan sama, dan karena hanya di dalam Tuhanlah kita mendapatkan jawaban
atas segala pertanyaan di dalam kehidupan ini.

Kata spiritual sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami


pengertian spiritual secara umum, dijabarkan sebagai berikut.

1. Secara etimologis, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu
menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku seseorang.
2. Menurut Oxford English Dictionary
Untuk memahami makna kata spiritual dapat diketahui dari arti kata-kata berikut
ini : persembahan, dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi fisik, perasaan
atau pernyataan jiwa, kekudusan, sesuatu yang suci, pemikiran yang intelektual
3
dan berkualitas, adanya perkembanga pemikiran dan perasaan, adanya perasaan
humor, ada perubahan hidup, dan berhubngan dengan organisasi keagamaan.
3. Menurut Reed (1992) spiritual diartikan sebagai inti dari manusia yang
memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam
pemikiran dan perilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain,
alam ,dan Tuhan (Dossey & Guazetta, 2000).

Berikut adalah pengertian kehidupan spiritual dalam iman Kristen.

1. Spiritual Tritunggal Maha Kudus yang berpusat pada Kristus

Sebagai umat Kristiani, kita percaya bahwa Tuhan telah menyatakan diri-Nya di
dalam diri Yesus Kristus PuteraNya ((Kristus dan Allah Bapa adalah satu (Yoh
10: 30; 14: 9-11).)) oleh kuasa Roh Kudus-Nya. Oleh karena itu, spiritual
Kristen bersumber pada Allah Tritunggal Maha Kudus, yang berpusat
kepada Kristus, Penyelamat kita. ((Paus Yohanes Paulus II, dalam Redemptoris
Hominis (Penyelamat Manusia), Surat Ensiklikal, 7, menulis, “Jiwa kita
diarahkan pada satu arah, pada satu-satunya arah akal budi, kehendak dan hati –
menuju Kristus Penyelamat kita, menuju Kristus, Sang Penyelamat manusia.
Kita berusaha untuk mengarahkan pandangan kita kepada Dia- sebab tidak ada
keselamatan di dalam siapapun selain dari Dia, Sang Putera Allah…”Our spirit
is set in one direction, the only direction for our intellect, will and heart is –
toward Christ our Redeemer, towards Christ, the Redeemer of man. We wish to
look towards Him – because there is no salvation in no one else but Him, the
Son of God…”)) karena hanya di dalam nama Kristus kita diselamatkan.
Allah Bapa telah menciptakan kita sesuai
dengan gambaran-Nya; dan menginginkan agar kita selalu tinggal di dalam
kasihNya yang tak terhingga sebagaimana ditunjukkan oleh Kristus dengan
wafat dan kebangkitanNya, untuk menghapus dosa-dosa kita. Oleh Kristus, kita
di angkat kita menjadi anak-anak Allah dan dipersatukan dengan Tuhan sendiri;
Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Jadi, ‘komuni’ atau persatuan kudus kita dengan Allah
Tritunggal adalah tujuan hidup kita. Sekarang masalahnya adalah, apakah
kalau kita percaya kepada Tuhan, otomatis kita pasti bisa bersatu dengan Dia?
Pertama-tama kita harus menyadari, bahwa persatuan dengan Tuhan yang
membawa kita pada keselamatan adalah suatu karunia; itu adalah pemberian,

4
bukan karena usaha manusia (Ef 2:8). Karunia keselamatan tersebut diberikan
oleh Kristus melalui wafatNya di salib, kebangkitanNya dan kenaikanNya ke
surga. Misteri ini-lah yang sampai sekarang selalu dihadirkan kembali oleh
Agama Kristen, melalui Paskah, Perjamuan Kudus. terutama Sakramen Ekaristi,
((Lihat Katekismus Gereja Katolik, 1085, dan 1362, “Ekaristi adalah kenangan
akan Paska Kristus yang menghadirkan dan mempersembahkan secara
sakramental kurban satu-satunya dalam liturgi Tubuh-Nya yaitu Gereja.”)) di
mana kita dipersatukan dengan Tubuh dan Darah Kristus, Jiwa dan Ke–
ilahianNya. Persatuan atau komuni kudus ini adalah cara yang dipilih Allah
untuk mengangkat kita menjadi serupa dengan Dia. Untuk maksud persatuan
kudus, Kristus melanjutkan karya Keselamatan-Nya kepada dunia sampai
kepada akhir zaman.

2. Iman

Dalam hal persatuan dengan Tuhan melalui misteri Keselamatan inilah,


iman mengambil peranan penting. Iman di sini bukan berarti kepercayaan
subjektif bahwa pasti kita diampuni sehingga kita tidak perlu melakukan sesuatu
apapun sebagai konsekuensi, melainkan iman yang objektif, yang diawali
dengan pertobatan sejati dan diikuti dengan proses memperbaiki diri, yaitu
suatu perjuangan untuk semakin menjadikan diri kita semakin mirip dengan
Tuhan yang menciptakan kita. Dalam hal ini, iman yang
dimaksud adalah ketaatan iman yang diberikan kepada Allah yaitu dengan cara
mempersembahkan ketaatan kita secara penuh yang mencakup kehendak dan
akal budi, dan dengan mematuhi dan menyetujui segala kebenaran yang
dinyatakan oleh Tuhan kepada kita. Demikianlah manusia dengan bebas
menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan
“kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang
mewahyukan”, dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu
yang dikurniakan oleh-Nya.”)) Kebenaran yang dinyatakan oleh Kristus
dilanjutkan oleh Gereja-Nya, Gereja Kristen, sehingga ketaatan total kepada
Tuhan membawa kita kepada ketaatan kepada kepada Gereja. Taat di sini tidak
saja mencakup taat kepada Firman Tuhan yang tertera pada kitab suci, tetapi
juga kepada Gereja-Nya, karena keduanya sejalan dan tidak dapat dipisahkan.

5
3. Spiritual yang Otentik

Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa spiritual yang dinyatakan


oleh Kristus adalah spiritual yang otentik, meskipun Gereja Kristen tidak
menolak apa yang benar dan kudus yang dinyatakan oleh agama-agama lain.
Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan
hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal
berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, Tetapi tidak jarang toh
memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja
tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan,
kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan
hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan
diri-Nya.”)) Dikatakan otentik karena spiritual kristen ini berasal dari Tuhan
sendiri, yang kini berada di dalam Gereja yang dipimpin oleh penerus Rasul
Petrus, meskipun ada banyak unsur pengudusan dan kebenaran ditemukan di
luar struktur Gereja “Sesudah kebangkitan-Nya Penebus kita menyerahkan
Gereja kepada Petrus untuk digembalakan (Yoh 21:17). Ia mempercayakannya
kepada Petrus dan para rasul lainnya untuk diperluaskan dan dibimbing (lih. Mat
28:18 dsl), dan mendirikannya untuk selama-lamanya sebagai “tiang penopang
dan dasar kebenaran” ( 1Tim 3:15). Berakar dari Firman Tuhan dan ajaran
Gereja inilah, kita mengetahui bahwa panggilan hidup kita sebagai manusia
adalah agar kita hidup kudus dan mengasihi, karena Allah itu Kudus dan Kasih
(1Yoh 4:16). Di sini kekudusan berkaitan erat dengan memegang dan
melakukan perintah Tuhan, “Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan
kuduslah kamu sebab Akulah Tuhan Allahmu. Demikianlah kamu harus
berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya; Akulah Tuhan yang
menguduskan kamu”)), yang adalah perintah untuk mengasihi Tuhan dan
sesama (Mat 22:37-39; Mrk 12:30-31). Hanya dengan cara ini, maka kita dapat
bertumbuh untuk menjadi ‘serupa’ dengan Allah, dan dikuduskan oleh Allah.
Panggilan hidup kudus adalah panggilan bagi semua orang Kristen, bahkan
panggilan untuk semua orang, karena kita semua diciptakan oleh Tuhan yang
satu dan sama.

Jadi panggilan ini berasal dari Allah yang satu, dan berlaku untuk semua orang,
karena Allah menciptakan semua orang di dalam kesatuan, dan menginginkan
kesatuan itu kembali di dalam diriNya, yang berlandaskan kasih. Maka nyatalah
6
bahwa Spiritual Kristen mengarah kepada kekudusan dan kasih di dalam
kesatuan yang universal, yaitu yang merangkul semua orang kepada persatuan
di dalam Tuhan. Persatuan ini adalah kesempurnaan dari hidup Kristen, yang
dihasilkan dari penerapan pengajaran Tuhan di dalam kehidupan sehari- hari.
Jadi spiritua kristen yang otentik haruslah diikuti oleh penerapan di dalam
perbuatan, sebab jika tidak, spiritual kristen menjadi hanya sebatas teori.

2.2. CIRI-CIRI KEHIDUPAN SPIRITUAL DALAM IMAN KRISTEN

Ciri-ciri dari kehidupan spiritual iman kristen adalah ((Diterjemahkan dan


disederhanakan dari tulisan Douglas G. Bushman, S.T.L., Foundation of Catholic
Spirituality, Institute for Pastoral Theology, Ave Maria University, 2006, p. 35-37.))
sebagai berikut.

1. Berpusat pada Kristus. Kristuslah yang menciptakan hidup spiritual, sebab di


dalam Dia, Tuhan menyatakan diriNya oleh kuasa Roh Kudus. Oleh karena itu
spiritual kristen tergantung dari semua pengajaran Kristus.
2. Melalui Kristus menuju kesatuan dengan Allah Tritunggal. Karena Kristus
adalah Pribadi kedua di dalam kesatuan Tritunggal Maha Kudus, maka jika kita
bersatu dengan Kristus, maka kita akan bersatu dengan Allah Tritunggal.
3. Keikutsertaan di dalam misteri Paska Kristus (salib, kebangkitan dan
kenaikan-Nya ke surga), melalui rahmat Tuhan, iman, kasih, dan nilai-nilai
Kristiani lainnya. Singkatnya, Spiritual Kristen tak terlepas dari Salib Kristus,
((Hal ini sangat nyata dalam pengajaran Rasul Paulus, “Sebab aku telah
memutuskan untuk tidak mengatahui apa-apa di antara kamu selain Yesus
Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”(1 Kor 2:2).)) penderitaan dan kesadaran diri
akan dosa- dosa kita yang membawa kita pada kebangkitan di dalam Dia. Karena
misi Keselamatan Kristus diperoleh melalui Salib, maka sebagai pengikutNya,
kita-pun selayaknya mengambil bagian dalam penderitaan itu, terutama dengan
kesediaan untuk terus-menerus bertobat dan mau menanggung penderitaan demi
keselamatan sesama, dan dengan demikian kita dapat mengambil bagian di
dalam kemuliaan-Nya. Jika kita hanya mau mengambil bagian dalam
‘kemuliaan’ tanpa mau mengambil bagian dalam ‘penderitaan’ yang dizinkan
oleh Tuhan untuk terjadi di dalam hidup kita maka kita tidak menerapkan Injil
dengan seutuhnya.

7
4. Berdasarkan kesaksian akan Kasih Tuhan. Kitab Suci bukan hanya wahyu
Tuhan, tapi juga pernyataan akan pengalaman manusia di dalam wahyu Tuhan
itu. Apa yang dialami oleh Adam dan Hawa, Nabi Abraham, Ayub, Bunda
Maria, Rasul Petrus dan Paulus, dapat dialami oleh kita semua.
5. Disertai kesadaran akan dosa dan belas kasihan Tuhan. Spiritual Kristen
berlandaskan atas keyakinan akan Kasih Tuhan di atas segalanya yang mampu
mengubah segala sesuatu. Pada saat Tuhan mengasihi kita, dan jika kita
membuang segala dosa yang menghalangi kita untuk menerima kasih-Nya, dan
dengan iman dan doa, maka kita dapat sungguh diubah, dikuduskan dan
dimampukan berbuat baik.
6. Mengarah pada kehidupan kekal yang dijanjikan oleh Allah.

2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN SPIRITUAL

Menurut Taylor et al (1997) ada beberapa faktor penting yang dapat


mempengaruhi kehidupan spiritual seseorang, yaitu:

1. Keluarga
Peran orang tua sangat penting dalam perkembangan spiritual seorang anak
karena orang tua sebagai role model. Keluarga juga sebagai orang terdekat di
lingkungan dan pengalaman pertama anak dalam mengerti dan menyimpulkan
kehidupan di dunia, maka pada umumnya pengalaman pertama anak selalu
berhubungan dengan orang tua ataupun saudaranya
2. Latar belakang etnik budaya
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial
budaya. Hal yang perlu diperhatikan adalah apapun tradisi agama atau system
keagamaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual tiap individu
berbeda dan mengandung hal unik.
3. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritual
seseorang. Selain itu juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan
secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Peristiwa dalam kehidupan
sering dianggap sebagai suatu ujian . Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan
meningkat yang memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan koping untuk
memenuhinya.

8
4. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat memperkuat kedalaman spiritual seseorang. Krisis
sering dialami ketika individu dihadapkan dengan hal sulit. Apabila klien
mengalami krisis, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk melakukan
kegiatan spiritual menjadi lebih tinggi.
5. Terpisah dari ikatan spiritual
Individu yang biasa melakukan kegiatan spiritual ataupun tidak dapat berkumpul
dengan orang terdekat biasanya akan mengalami terjadinya perubahan fungsi
spiritual.

2.4. PERMASALAHAN SPIRITUAL

Berikut ini adalah contoh kasus-kasus dari penyebab nyata dan akar penyebab
dari permasalahan-permasalahan di berbagai dimensi kehidupan yang nyata yang
bersifat spiritual oleh Spiritual Science Research Foundation (SSRF).

Permasalahan yang berdampak pada individu atau keluarga Studi kasus


1. Masalah rumah tangga Jika pasangan mengalami depresi akibat permasalahan-
permasalahan rumah tangga dan tidak dapat menyelesaikannya sendiri, mereka
dapat mencari bantuan dari seorang penasehat pernikahan yang memiliki gelar
dalam psikiater (ilmu penyakit jiwa). Apakah alasan spiritual untuk
ketidakharmonisan rumah tangga? Roh-roh halus dari leluhur yang telah meninggal
dapat menyebabkan ketidakharmonisan rumah tangga yang pada gilirannya
menyebabkan depresi. Jadi akar penyebab dari depresi adalah penderitaan yang
disebabkan oleh tubuh-rohani/ halus leluhur. Melalui hal ini, leluhur mencoba
menarik perhatian kita sehingga kita dapat melakukan sesuatu secara spiritual bagi
mereka untuk membantu mereka dalam kesulitan-kesulitan di akhirat. Studi kasus.
2. Nyeri dada Jika kita menderita nyeri dada, kita diminta untuk melakukan
serangkaian tes termasuk elektrokardiogram (EKG), x-ray dada, tes darah dan lain-
lain. Jika tidak ada yang muncul dalam hasil tes, dokter mungkin mengatakan nyeri
tersebut adalah suatu kasus penyakit saraf jantung, yaitu nyeri dada yang timbul
akibat konflik psikologis. Apa yang dapat menjadi akar penyebab spiritual untuk
nyeri dada? Nyeri dada yang seringkali kambuh dan yang tidak dapat diobati oleh
ilmu pengetahuan modern umumnya memiliki akar penyebab di alam spiritual.
Alasan spiritual mengapa hal ini bisa terjadi adalah adanya hambatan di dalam

9
sistem aliran energi spiritual dalam tubuh. Penyumbatan ini umumnya disebabkan
oleh kurangnya latihan spiritual (sādhanā) Studi kasus.
3. Masalah keuangan Seseorang yang sedang mengalami krisis keuangan dapat
mengkaitkan hal tersebut dengan kerugian besar dalam bisnis akibat produksi
karyawan yang buruk dan mungkin akan mendapatkan seorang konsultan untuk
membantu. Apa yang dapat menjadi akar penyebab spiritual untuk produksi
karyawan yang buruk? Kerugian-kerugian yang tak dapat dijelaskan dalam bisnis
meskipun usaha terbaik bisa disebabkan oleh energi tidak nyaman dalam bangunan
pabrik. Di setiap rumah yang tertutup ada energi yang tinggal di dalamnya.
Tergantung pada arsitektur dan penempatan furnitur serta mesin, getaran yang buruk
dapat terciptakan. Hal ini selanjutnya bisa menyebabkan kurangnya efisiensi para
pekerja dan perselisihan di antara para pekerja. Studi kasus.
4. Kecanduan narkoba Dalam beberapa kasus, kita melihat orang-orang menjadi
pecandu narkoba tapi mengapa mereka menjadi pecandu-pusat rehabilitasi dapat
mengkaitkannya dengan depresi atau gangguan kepribadian yang tidak memadai.
Penelitian spiritual telah menunjukkan bahwa dalam semua kasus kecanduan, akar
penyebab dari kecanduan sebenarnya adalah kerasukan roh halus atau kerasukan
hantu yang merupakan seorang pecandu waktu hidupnya.

Studi kasus 5: Seorang gadis kecil kehilangan orang tuanya dalam suatu
kecelakaan
Terkadang kita melihat bahwa hidup nampaknya tidak adil, seorang anak kecil
menjadi yatim piatu ketika ia selamat dari kecelakaan di mana kedua orang tuanya
meninggal.
Masyarakat mempertanyakan alasan di balik peristiwa seperti itu – mengapa hal
ini harus terjadi padaku – apa yang telah saya lakukan untuk menerima semua
ini?
Seringkali, orang-orang di sekitar kita tidak dapat memberikan jawaban apapun.
Paling-paling kita dapat membantu gadis kecil tersebut pulih dari kejadian
tersebut dan memastikan bahwa dia pergi ke sebuah panti asuhan yang baik.
Takdir adalah faktor yang sangat kuat dalam menentukan perjalanan hidup kita.
Hal ini adalah bagian dari hidup kita yang tidak berada di bawah kendali kita.
Bahkan semua peristiwa besar dalam hidup kita seperti kelahiran, kematian,
pernikahan dan kecelakaan serius adalah peristiwa yang telah-ditakdirkan.

10
Persoalan yang mempengaruhi masyarakat Studi kasus.

6. Kekerasan di sekolah Bagaimana dengan permasalahan yang mempengaruhi


masyarakat luas. Apa penyebabnya dan bagaimana kita mencoba
menyelesaikannya? Misalnya, kecenderungan meningkatnya perilaku intimidasi
(bullying) di sekolah? Kita mungkin mengkaitkan penyebab dari hal ini pada
kurangnya rasa hormat dan toleransi. Salah satu solusinya mungkin mendidik
anak-anak untuk menghormati dan mentoleransi anak-anak lain dan
memperlakukan orang lainnya dengan kebaikan. Pada tingkat masyarakat ketika
terjadi penurunan dalam Kebajikan (Dharma), hal tersebut akan muncul dalam
perilaku anak-anak kita. Shankaracharya, seorang Suci (Saint) yang hebat,
mendefinisikan Kebenaran sebagai ‘hal/ itu’ yang menyelesaikan tiga tugas: a.
Menjaga sistem sosial dalam kondisi sangat baik b. Menghadirkan kemajuan
duniawi dari setiap makhluk hidup dan c. Menyebabkan kemajuan dalam
bidang spiritual juga Studi kasus 7: Peningkatan intensitas dari bencana alam
Ketika kita mengalami bencana-benccana alam seperti Tsunami atau banjir yang
melenyapkan kota, kita mengkaitkannya dengan berbagai alasan geografis. Para
ahli geologis menghabiskan waktu bertahun-tahun dan miliaran dolar mencoba
untuk mendahului dan memprediksi bencana alam selanjutnya tetapi tidak
berhasil. Ketika kita membaca / menonton berita yang dibahas di media saat ini,
kita menemukannya penuh dengan serangan terhadap kemanusiaan, bencana
alam, banjir, gempa bumi dan wabah penyakit. Alasan utama untuk kenaikan
yang drastis ini, sesungguhnya terletak di alam spiritual. Faktor fisik seperti gas
rumah kaca berkontribusi terhadap kenaikan ini hanya sebesar 30%. Kenaikan
komponen Raja-Tama di dunia, bagaikan akumulasi/ penumpukan debu dan
kotoran di rumah kita. Peningkatan bencana alam, wabah penyakit dan
peperangan adalah cara alam untuk membersihkan planet ini.

Singkatnya, Spiritual Science Research Foundation (SSRF) telah


mengidentifikasi bahwa, sejumlah permasalahan biasa sehari-hari yang kita jumpai,
memiliki kemungkinan yang tinggi bahwa akar penyebabnya berada di alam spiritual.
Hal ini bisa berkisar dari masalah sederhana seperti bisul atau lecet hingga keputusan-
keputusan buruk yang mempengaruhi sisa hidup kita.

11
2.5. TUJUAN PEMBAHARUAN DAN PERTUMBUHAN SPIRITUAL

Pembaharuan adalah pertumbuhan dalam kekudusan dan merupakan karunia


dari Allah. ((Douglas G. Bushman, S.T.L., In His Image: Faith enrichment for adult
catholics, A program of renewal through education, An overview (San Francisco:
Ignatius Press, 1989), 2)) Pembaharuan maupun pertumbuhan secara rohani
adalah suatu proses untuk mencapai tujuan akhir, yaitu persatuan dengan Allah.
Kalau persatuan dengan Allah hanya dapat dicapai dengan kekudusan (lih. Mt 5:48),
maka pembaharuan dan pertumbuhan dalam kehidupan kita juga hanya dicapai dengan
hidup kudus.

Dan inilah sebenarnya yang menjadi dasar dari semua inisiatif Allah di dalam
Perjanjian Lama yang terpenuhi dalam Perjanjian Baru. Nabi Yeremiah mengatakan
“31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan
mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, 32 bukan seperti
perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku
memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir;
perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas
mereka, demikianlah firman TUHAN. 33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan
dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh
Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan
menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. 34 Dan tidak usah lagi orang
mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah
TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman
TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa
mereka.” (Yer 31:31-34).

Semua janji Tuhan ini terpenuhi karena Tuhan Yesus menjadikan Diri-Nya
Korban Perjanjian Baru. yang menggenapi janji Tuhan dalam Perjanjian Lama. Melalui
pengorbanan Kristuslah, manusia memperoleh pengampunan dosa dan menerima Roh
Kudus sebagai sumber kekudusan. Roh Kudus inilah yang memperbaharui hati manusia
menjadi baru (Mzm 51:10). Oleh sebab itu, Tuhan sendirilah yang menjadi sumber dari
pembaharuan maupun pertumbuhan. Tuhan memberikan kepada kita hati yang rindu
untuk bersekutu dengan-Nya dan pada saat yang sama, Tuhan juga memberikan jalan
dan caranya, yaitu di dalam Yesus Kristus. ((Ibid, 3)).

12
2.6. ALASAN PERTUMBUHAN SPIRITUAL DALAM IMAN KRISTEN

Setiap orang mungkin pernah mencoba untuk berlari di atas mesin lari atau
treadmill. Hidup kita di dunia ini adalah seperti treadmill, yang berjalan terus dan tidak
berhenti. Sayangnya hidup di dunia ini cenderung berjalan berlawanan arah dengan
nilai-nilai kekristenan. Inilah sebabnya Pasul Yohanes mengingatkan kita, “15
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang
mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. 16 Sebab semua
yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan
hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1 Yoh 2:15-16).

Untuk dapat bertahan di dalam hiruk pikuk dunia ini yang menawarkan berbagai
kenikmatan daging, kesenangan mata dan keangkuhan hidup, kita perlu berlari melawan
arus tersebut yang semakin kencang. Ini berarti di dalam kehidupan rohani, kita harus
memperbaharui kehidupan rohani kita dan terus bertumbuh, sehingga kita mempunyai
kekuatan untuk berlari tanpa henti sampai ke tempat tujuan, yaitu persatuan dengan
Tuhan selamanya di Sorga (lih. 1 Kor 9:24). Oleh karena itu, untuk terus hidup sesuai
dengan perintah Tuhan, pertumbuhan bukanlah suatu pilihan, namun suatu keharusan.
Sebagaimana kita akan jatuh kalau kita diam pada mesin treadmill, demikianlah, kitapun
akan jatuh kalau kita tidak bertumbuh secara rohani di tengah-tengah kehidupan ini yang
berlawan dengan nilai-nilai kekristenan. Jika ini terjadi maka akibat sungguh fatal: yaitu
kehilangan keselamatan kekal. Betapa seriusnya keharusan kita untuk terus bertumbuh
dan tak boleh berhenti.

G.K. Chesterton mengungkapkannya dengan begitu indah dan sederhana, “A


dead thing can go with the stream, but only a living thing can go against it.” ((G.K.
Chesterton, Everlasting Man, 1925)) Orang yang bertumbuh dan memperbaharui diri
menandakan bahwa dirinya adalah seseorang yang hidup, yang mampu untuk melawan
arus dunia. Orang yang senantiasa berjalan sejalan dengan arus ini adalah orang-orang
yang pada dasarnya mati. Sebagai orang yang hidup, apalagi hidup di dalam Kristus,
kita harus terus bertumbuh dan memperbaharui diri untuk menjadi semakin serupa
dengan Kristus walaupun untuk itu kita harus berjuang melawan arus.

13
2.7. MANFAAT MEMBANGUN KEHIDUPAN SPIRITUAL DALAM IMAN KRISTEN

Karena pertumbuhan dan pembaharuan tak terpisahkan dengan kekudusan,


maka buah-buah dari pertumbuhan dan pembaharuan adalah buah-buah kekudusan. Dan
buah-buah ini bukan hanya terlihat di Gereja, namun juga di dalam kehidupan sehari-
hari, karena kekudusan berpengaruh terhadap seluruh sendi kehidupan. Berikut ini
adalah buah-buah dari kekudusan yang ide besarnya disarikan dari buku In His Image.
((ibid, 3-4)).

1. KESADARAN YANG LEBIH TINGGI AKAN KEHADIRAN TUHAN

Karena kekudusan adalah persatuan yang sempurna dengan Tuhan, maka buah
dari pembaharuan adalah bertumbuhnya kesadaran akan siapa Tuhan, kasih-
Nya, kehadiran-Nya, kebijaksanaan-Nya, dan kebenaran-Nya. Dengan
kesadaran inilah, seseorang dapat melihat kehadiran dan karya Tuhan dalam
berbagai kesempatan, seperti: dalam berbagai ciptaan Tuhan, dalam pekerjaan
sehari-hari, dalam diri teman-teman dan keluarga, dalam diri orang-orang yang
miskin, juga dalam pencobaan dan penderitaan.

2. KEPEKAAN YANG LEBIH TINGGI AKAN PANGGILAN HIDUP DAN


IDENTITAS DIRI

Karena kekudusan adalah berbagi kehidupan dengan Tuhan, maka seorang yang
bertumbuh dalam kekudusan akan berjuang untuk menerapkan prinsip ajaran
Tuhan dalam kehidupan-Nya. Ia akan menempatkan apa yang diinginkan oleh
Tuhan dalam kehidupannya di atas kepentingan atau keinginan pribadi. Dengan
mengenal Tuhan lebih dalam, maka seseorang dapat mengenal diri sendiri lebih
dalam lagi, yang pada akhirnya seseorang mempunyai kepekaan akan panggilan
hidupnya. Dan panggilan hidupnya sebagai seorang Kristen adalah
berpartisipasi dalam tiga misi Kristus, yang terdiri dari nabi, imam dan raja.

a) Identitas sebagai Nabi: mengasihi kebenaran

Seseorang yang bertumbuh di dalam kekudusan akan semakin terpanggil


untuk mencari/ mempelajari kebenaran Kristus, berjuang untuk
melaksanakannya dan akhirnya juga mengambil bagian dalam tugas
perutusan Kristus untuk mewartakan kebenaran tersebut. Ia akan mengasihi
kebenaran di atas kepentingannya sendiri. Kebenaran yang dinyatakan dalam
doktrin dan dogma Gereja menjadi panduan hidupnya, kebenaran Sabda

14
Allah menjadi pelita dalam hidupnya, dan keinginan untuk meniru kehidupan
para kudus mewarnai kehidupannya. Ia akan menjadi begitu antusias dalam
mewartakan iman.

b) Identitas sebagai imam: mengasihi Tuhan dan sesama

Persatuan yang begitu erat dengan Kristus membuat seseorang menyadari


bahwa Kristus mengorbankan diri-Nya demi kasih-Nya kepada Bapa dan
manusia. Setiap murid Kristus juga dipanggil untuk meniru jejak Kristus,
yaitu untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan; dan
mengasihi sesama atas dasar kasih kepada Tuhan. Kehidupan seorang murid
Kristus diwarnai dengan cara pandang dari Allah. Dia tidak terlalu kuatir
tentang apa yang dikatakan oleh teman-teman, namun lebih kuatir tentang apa
yang dikatakan oleh St. Matius, St. Markus, St. Lukas, St. Yohanes, St.
Paulus, St. Petrus, dan terutama adalah Bunda Maria dan Tuhan Yesus.

c) Identitas sebagai raja: melayani sesama

Karena salah satu misi Kristus adalah untuk memperbaharui muka bumi,
maka setiap murid Kristus juga dipanggil untuk melakukan karya ini, yaitu
dengan melayani sesama- terutama yang menderita, miskin, dan yang
membutuhkan pertolongan. Salah satu tanda dari kedewasaan kasih adalah
memberikan talenta untuk membangun Gereja dari dalam dan dengan
demikian melayani sesamanya di dalam kehidupan sebagai sesama murid
Kristus.

3. PERTOBATAN

Salah satu buah yang menonjol dari pertumbuhan dan pembaharuan adalah
pertobatan. Semakin seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan,
maka ia akan menyadari akan kelemahan, kekurangan dan dosa-dosa yang
dilakukannya. Ia akan menyadari dosa-dosanya sendiri, namun pada saat yang
sama menyadari akan kebesaran dan kerahiman Tuhan yang mengampuninya;
dan hal ini membuatnya menjadi rendah hati. Seseorang akan mengalami
pertobatan yang terus menerus jika ia senantiasa menempatkan Tuhan dan
kebenaran-Nya di atas kepentingan dan pendapat pribadi.

15
4. KEINGINAN UNTUK KEKUDUSAN DAN DOA

Seseorang yang diperbaharui dan bertumbuh secara rohani akan menyadari dan
mempunyai kepekaan akan kasih Allah. Kasih Allah inilah yang menjadi
motivasi untuk membalas kasih-Nya dengan kembali mengasihi Allah dan
menjalankan semua perintah-Nya (lih. Yoh 14:15). Dan hubungan kasih ini
terbina, terpupuk dan menjadi suatu dialog di dalam doa. Oleh karena itu, doa
bukan lagi menjadi suatu rutinitas, namun menjadi suatu kebutuhan. Doa ini juga
yang menjadi kekuatan untuk bertumbuh dalam kekudusan.

5. MENYADARI PERLUNYA BELAJAR

Seseorang yang telah diperbaharui dan terus bertumbuh dalam mengasihi


Kristus. Semakin seseorang mengasihi, semakin dia ingin tahu segala sesuatu
yang berhubungan dengan Yang dikasihi, yaitu Kristus. Sebab seseorang tidak
dapat mengasihi apa yang tidak dikenalnya, namun sebaliknya setelah
mengenalnya, maka dengan kasih ia akan semakin ingin mengenal yang
dikasihinya dengan lebih lagi. Orang tersebut akan mempelajari Kitab Suci
dengan sungguh-sungguh. Kitab Suci dan Katekismus Gereja Katolik adalah
buku yang perlu dibaca untuk mengerti rencana Allah secara keseluruhan.

6. PERSPEKTIF KEHIDUPAN YANG BERBEDA

Seseorang yang telah diperbaharui akan melihat kehidupan dengan cara yang
berbeda. Kehidupan yang hiruk pikuk tidak membuatnya kehilangan fokus akan
tujuan paling akhir dalam kehidupannya, yaitu persatuan dengan Tuhan di
Surga. Dia telah mendefinisikan kebahagiaannya dengan mereferensikannya
kepada Tuhan. Dengan demikian, orang yang telah diperbaharui tidak gentar
dalam menghadapi kesulitan hidup, karena percaya akan belas kasih Tuhan dan
mengerti bahwa kesulitan yang dialaminya bersifat sementara. Dia mengerti
bahwa semua yang ada di dunia ini – harta, kekayaan, kehormatan, kekuasaan –
hanyalah bersifat sementara, dan dia menaruh pengharapan yang besar akan
kesempurnaan untuk selamanya di dalam Kerajaan Allah (1 Kor 13:12). Ia akan
menyadari bahwa segala yang ada padanya sesungguhnya adalah pemberian
Tuhan dan harus digunakan kembali untuk memuliakan nama-Nya.

16
8. KEPEKAAN AKAN KOMUNITAS

Kesadaran untuk mengasihi Tuhan dan sesama sebagai esensi dari kekudusan,
membuat seseorang menjadi peka bahwa perjalanan yang harus dijalani di dunia
menuju ke Sorga bukanlah perjalanan ‘sendirian’ atau hanya antara aku dengan
Yesus, namun bersama-sama juga dengan saudara-saudari seiman. Kesadaran
akan talenta dan keterbatasan diri mendorong seseorang untuk melibatkan diri
dalam komunitas, sehingga dapat saling berbagi dan menguatkan. Di dalam
persatuan iman dalam komunitas inilah, seseorang dapat terus bertumbuh,
karena mempunyai nilai-nilai yang sama, iman yang sama, kebenaran yang
sama, Gereja yang sama, dan Yesus yang sama.

2.8. CARA MENUMBUHKAN SPIRITUAL DALAM IMAN KRISTEN

Setelah kita melihat bahwa pertumbuhan dan pembaharuan rohani adalah suatu
karunia dari Allah, maka untuk bertumbuh, kita harus bergantung pada rahmat Allah
dan segala sesuatu yang membuat rahmat Allah dapat mengalir di dalam kehidupan kita.
Hal-hal yang membuat kita dapat bertumbuh secara rohani adalah: 1) Kitab Suci, 2) doa,
3) Gereja, 4) belajar. Mari sekarang kita melihat satu-persatu tentang kelima hal ini.

1. KITAB SUCI

Kitab Suci adalah Sabda Allah sendiri yang dinyatakan dalam bahasa
manusia. Di dalamnya, kita mengetahui rencana keselamatan Allah, kasih Allah,
keadilan Allah, hubungan antara manusia dan Allah dan bagaimana untuk hidup
sesuai dengan rencana Allah. Oleh karena itu, Gereja telah menentukan
dibacakannya secara garis besar keseluruhan Kitab Suci kepada umatnya dalam
penanggalan liturgi yang berlaku dari tahun ke tahun. Gereja Kristen
mempunyai kalendar liturgi yang terdiri dari tahun A, B, C untuk bacaan
Mingguan; dan juga tahun I dan II, untuk bacaan harian. Kalau kita setia
mengikuti bacaan hari Minggu dan bacaan harian, maka dalam tiga tahun, kita
seharusnya telah membaca hampir seluruh isi Kitab Suci secara garis besar.
Begitu inginnya Gereja untuk mendukung umatnya untuk membaca Kitab Suci
secara teratur, sampai Gereja memberikan indulgensi kepada orang yang
membaca dan merenungkan Sabda Tuhan selama setengah jam setiap hari.

17
2. DOA

Doa adalah nafas dari kehidupan rohani kita. Sama seperti kita tidak dapat hidup
tanpa nafas, maka tanpa doa, kita tidak mungkin dapat bertumbuh. Doa
seharusnya menjadi suatu cara untuk hidup kudus. Namun, lebih dari sekedar
cara, doa sesungguhnya adalah suatu tujuan, karena di dalam doa kita
mengambil bagian dalam kehidupan Tuhan. Kalau Sorga adalah persatuan abadi
dengan Tuhan, maka doa adalah suatu pandangan ke Sorga.

3. GEREJA

Gereja adalah misteri terbesar dari Kristus sendiri, sehingga Gereja menjadi
sakramen keselamatan, yang menjadi tanda rahmat Allah dan sarana yang
mempersatukan Allah dan manusia. Kita sebagai umat Kristen sudah seharusnya
bersyukur bahwa kita dipersatukan oleh Tuhan di dalam Gereja-Nya, yang
mempunyai empat tanda: satu, kudus. Di dalam persekutuan Gereja inilah kita
bersama-sama bertumbuh untuk memperoleh keselamatan. Gereja yang menjadi
pilar dan dasar kebenaran (1 Tim 3:15), merupakan tempat bagi kita untuk
bertumbuh dalam kebenaran dan kasih. Kepenuhan kebenaran di dalam Gereja
yang dinyatakan lewat doktrin dan dogma, membebaskan kita, karena kebenaran
memerdekakan kita (Yoh 8:32). Doktrin dan dogma seharusnya bukan
dipandang sebagai suatu hal yang membatasi kebebasan kita, namun seharusnya
menjadi pegangan bagi kita untuk bertumbuh dalam kekudusan..

4. BELAJAR

Hal lain yang harus dilakukan untuk bertumbuh adalah belajar. Sama seperti
seseorang yang ingin menjadi seorang arsitek, yang harus belajar begitu banyak
hal, seperti matematika, mekanika teknik, menggambar, dan lain lain. Kalau di
dalam kehidupan sehari-hari seseorang yang ingin mengetahui sesuatu harus
belajar dan mencari, demikian juga dengan kehidupan rohani kita. Kita dapat
belajar begitu banyak dari kakak kelas kita – yaitu para kudus, dari diktat/catatan
kuliah – yaitu Kitab Suci, dari kuliah kerja nyata – yaitu hidup kudus, dari Yesus
Kristus, dan seluruh jajaran para kudus.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Setelah kita mengetahui pengertian pertumbuhan atau pembaharuan, alasan,


tujuan, cara, dan pernyataanya, maka yang harus kita lakukan adalah untuk berusaha
terus bertumbuh secara rohani. Kemunduran kehidupan rohani akan membahayakan
keselamatan kita karena dapat membuat kita terseret dalam arus dunia ini, yang
berlawanan dengan nilai-nilai kekristenan. Tidak ada cara lain untuk bertumbuh secara
rohani kecuali dengan terus berjuang setiap hari. Mari kita mengingat apa yang
dikatakan oleh rasul Paulus “…aku melupakan apa yang telah di belakangku dan
mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk
memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Fil
3:13-14).

Maka mari, janganlah takut untuk bertumbuh; dan jangan takut untuk hidup
kudus. Sebab jika surga-lah tujuan kita, maka kita tidak mempunyai jalan lain untuk
menuju ke sana, selain berjuang untuk hidup lebih kudus hari lepas hari, tentu dengan
bantuan rahmat Tuhan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Adams,Daniel J. Teologi Lintas Budaya -Refleksi Barat di Asia


Jakarta: Gunung Mulia, 1992

Berkhof, Louis. Teologi Sistematika. Vol.5.


Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997.

Guthrie, Donald . Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2


Jakarta: Gunung Mulia, 1993.

____. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 3


Jakarta: Gunung Mulia, 1993.

Milne, Bruce. Mengenali Kebenaran.


Jakarta: Gunung Mulia, 1993.

Ryrie, Charles C. Teologi Dasar. Vol.2.


Yogyakarta: Andi, 1992.

J.Behm, Theological Dictionary of the New Testament. Vol. II


Grand Rapids: William B.Eerdmans, 1985

Ladd,George E. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2


Bandung: Kalam Hidup, 1999

Smedes, Lewis. Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen


Malang: Gandum Mas, 1990

J.D.Dauglas,ed. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini . Jilid 2 M-Z


Jakarta: Bina Kasih, 2000

Ferguson, Sinclair B & Wright, David F (editor). New Dictionary of Theology.


England: Inter-Varsity, 199

20

Anda mungkin juga menyukai