Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas II
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Kesimpulan.......................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di
dunia yang mengakui 6 agama secara hukum. Negara Indonesia memiliki
peraturan untuk mencantumkan agama yang dianut pada Kartu Tanda
Pengenal (menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2006 mengenai
Administrasi Kependudukan). Oleh karena itu masyarakat yang menjadi
warga negara Indonesia diharapkan menganut suatu agama/kepercayaan
tertentu yang diakui oleh negara. Pancasila sebagai dasar negara khususnya di
dalam sila pertama mengarahkan masyarakat Indonesia untuk mengutamakan
kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa di dalam kehidupannya sehari-
hari. Kepercayaan kepada Tuhan yang dimiliki masyarakat Indonesia
dilakukan melalui kegiatan keagamaan seperti pengajian, ibadah doa bersama,
dan persekutuan doa. Sebagai individu yang beragama dengan melakukan
kegiatan religius bisa saja menjadikan spiritualitas sebagai pusat dari
religiusitas (Schnell, 2012). Dengan kata lain kegiatan religius dapat dijadikan
sebagai sarana pengembangan tingkat spiritualitas didalam kehidupan.
Religiusitas dan spiritualitas merupakan hal yang sulit dibedakan
perbincangan mengenai spiritualitas seringkali dikaitkan dengan religiusitas.
Pada masyarakat Indonesia keterikatan terhadap agama masih tinggi, sehingga
pengertian spiritual tidak terlepas dari agama. Spiritualitas telah dijadikan
konsep yang independen dari agama dan tidak lagi hanya diperoleh melalui
ajaran agama. Spiritualitas dapat ditingkatkan melalui kegiatan lain seperti
yoga, meditasi dan refleksi personal (Howell, 2013).
1
independen namun memiliki kapasitas untuk tumpang tindih satu sama lain.
Dengan demikian, orang bisa menggambarkan diri mereka sebagai religius,
spiritual, atau keduanya. Spiritualitas didefinisikan sebagai kecenderungan
untuk membuat makna melalui rasa keterkaitan (connectedness) dengan
dimensi yang melampaui diri sedemikian rupa memberdayakan dan tidak
mengurangi nilai individu. Keterkaitan ini mungkin dialami secara
intrapersonal (keterhubungan dalam diri sendiri), interpersonal (dalam
konteks orang lain dan lingkungan alam) dan transpersonal yaitu mengacu
pada rasa keterkaitan dengan yang gaib, Tuhan, atau kekuatan yang lebih
besar daripada diri dan sumber biasa (Reed, 1992). Di Indonesia, hal-hal yang
berkenaan dengan spiritualitas dan religiusitas menjadi khas karena agama
dan spiritualitas sangat erat dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
banyak masyarakat Indonesia yang menganut agama Islam dan menjalankan
shalat. Shalat yang dilakukan sebagai sembayang lima waktu dapat
memberikan ketenangan dan keheningan, hal ini sebagai ritual yang dapat
menurunkan frekuensi gelombang otak kita sehingga mencapai alpha (relaks)
sampai tahap meditatif pada keheningan yang dalam. Semua agama
mengajarkan cara untuk bersembahyang dan meditasi yang merupakan cara
juga untuk meningkatkan spiritualitas seseorang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Spiritualitas adalah konsep yang luas dengan berbagai dimensi dan
perspektif yang ditandai adanya perasaan keterikatan (koneksitas) kepada
sesuatu yang lebih besar dari diri kita, yang disertai dengan usaha pencarian
makna dalam hidup atau dapat dijelaskan sebagai pengalaman yang bersifat
universal dan menyentuh.
Spiritualitas adalah konsep yang luas dengan berbagai dimensi dan
perspektif yang ditandai adanya perasaan keterikatan (koneksitas) kepada
sesuatu yang lebih besar dari diri kita,yang disertai dengan usaha pencarian
makna dalam hidup atau dapat dijelaskan sebagai pengalaman yang bersifat
universal dan menyentuh. Beberapa individu menggambarkan spiritualitas
dalam pengalaman-pengalaman hidupnya seperti adanya perasaan
terhubung/transendental yang suci dan menentramkan, sebagaian individu
yang lain merasaan kedamaian saat berada di masjid, gereja, kuil atau tempat
suci lainnya.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang spiritualitas dengan
pendekatan yang berbeda-beda berpendapat bahwa spiritualitas adalah aspek
kemanusiaan yang mengacu pada cara individu mencari dan makna tersurat
dan tujuan dan cara mereka mengalami keterhubungan mereka untuk saat ini,
untuk diri, orang lain, dengan alam, dan dengan kebermaknaan atau suci
(Christina Puchalski, MD, Director of the George Washington Institute for
Spirituality and Health)
Menurut Mario Beauregard and Denyse O’Leary, researchers and
authors of The Spiritual Brain berpendapat bahwa Spiritualitas berarti
pengalaman yang berpikir untuk membawa mengalaminya ke dalam kontak
dengan Tuhan (dengan kata lain, bukan hanya pengalaman yang terasa
bermakna). Ruth Beckmann Murray dan Judith Proctor menulis bahwa
dimensi spiritual mencoba untuk menjadi selaras dengan alam semesta, dan
berusaha untuk jawaban tentang yang tak terbatas, dan datang ke dalam fokus
ketika seseorang menghadapi stres emosional, penyakit fisik, atau kematian.
(Krentzman, 2013)
4
Spiritual merupakan salah satu kebutuhan fundamental yang
dibutuhkan oleh seseorang sebagai motivasi terhadap adanya perubahan yang
baik dalam hidupnya mempertahankan keharmonisan dan keselarasan atara
diri sendiri dengan dunia luar. Spiritual juga merupakan suatu upaya
seseorang untuk dapat menjawab ataupun mendapatkan kekuatan dalam
menghadapai stress, penyakit fisik maupun kematian. Spiritual merupakan hal
yang mendasar yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat merasakan
kenyamanan dalam hidupnya (Afifah, 2018).
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada
Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung
pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan
instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya.
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi
ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan
akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri
sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan
tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di
waktu kesusahan (Hawari, 2002).
Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang
bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau
material. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam
mencapai tujuan dan makna hidup. Spiritualitas merupakan bagian esensial
dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Meurut Fontana & Davic, defiinisi spiritual lebih sulit dibandingkan
mendefinisikan agama atau religion, dibanding dengan kata religion, para
psikolog membuat beberapa definisi spiritual, pada dasarnya spiritual
mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep agama, kita berbicara masalah
orang dengan spirit atau menunjukkan spirit tingkah laku, kebanyakan spirit
5
selalu dihubungkan sebagai faktor kepribadian. Secara pokok spirit
merupakan energy baik secara fisik dan psikologi, (dalam Tamani, 2011:19).
2. Religiositas
Religion/agama mengacu pada satu set berbagai keyakinan yang
terorganisir tentang hubungan antara alam dan aspek supranatural dari
realitas, dan tentang peran manusia dalam hubungan ini. (Clifford Geertz,
1973). Konsep religion memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau untuk
menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan
mereka tentang alam semesta, sifat manusia, asal usul kejadian manusia
dan sistem moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup.
6
4. Religiusitas memiliki dasar keyakinan teologi
(Ketuhanan) sesuai dengan agama tertentu, memiliki pedoman mengenai
cara, metode dan praktek ibadah, dan berfungsi membantu individu
memahami pengalaman-pengalaman hidupnya. Spiritualitas tidak memiliki
dasar keyakinan teologis maupun praktek ibadah tertentu, tetapi memiliki
fungsi membantu individu memahami pengalaman hidupnya.
5. Agama (sebagai institusi) yang menjadi dasar dari
religiusitas, memberikan cara dan metode tertentu dalam proses pencarian
yang maha suci (the sacred) tersebut, yaitu dalam bentuk aktivitas ritual
ataupun aktivitas-aktivitas keagamaan lainnya. Menurut Hill et al. (2000)
dengan religiusitas orang juga dapat memperoleh identitas, rasa memiliki,
makna, kesehatan ataupun kebahagiaan melalui pelibatan dirinya dalam
komunitas keagamaan, dan hal ini tidak terdapat pada spiritualitas.
6. Religiusitas dianggap bersifat formal dan institusional
karena merefleksikan komitmen terhadap keyakinan dan praktekpraktek
menurut tradisi (keagamaan) tertentu, sementara spiritualitas diasosiasikan
dengan pengalaman personal dan bersifat fungsional, merefleksikan upaya
individu untuk memperoleh tujuan dan makna hidup (Zinnbauer &
Pargament, 2005).
7. Religiusitas mengacu pada satu set berbagai keyakinan
yang terorganisir tentang hubungan antara alam dan aspek supranatural dari
realitas, dan tentang peran manusia dalam hubungan ini. Spiritualitas
adalah konsep yang luas dengan berbagai dimensi dan perspektif yang
ditandai adanya perasaan keterikatan (koneksitas) kepada sesuatu yang
lebih besar dari diri kita, yang disertai dengan usaha pencarian makna
dalam hidup atau dapat dijelaskan sebagai pengalaman yang bersifat
universal dan menyentuh.
Zinnbauer dkk (1997) juga memahami realita religiusitas dan
spiritualitas pada individu dengan menggunakan policy-capturing approach,
yaitu suatu metode analisis statistik untuk menangkap karakteristik pembuatan
7
keputusan dan penilaian para subyeknya. Hasilnya adalah empat tanda (cues)
spiritualitas yaitu:
(1) proses spiritual dalam pencarian makna personal/ eksistensial;
(2) adanya pengalaman spiritual seperti perasaan dekat dengan Tuhan;
(3) adanya rasa keterhubungan dengan alam semesta dan semua makhluk
hidup di dalamnya; dan
4) perilaku-perilaku spiritual seperti meditasi atau yoga.
Cues tersebut berbeda dengan religiusitas yang dihasilkan dari analisis yang
sama, yaitu:
(1) keterlibatan dalam organisasi atau lembaga keagamaan;
(2) perilaku altruisme;
(3) praktik religius secara pribadi seperti pemahaman kitab suci; dan
(4) sejauh mana individu merasa mendapatkan dukungan atau kenyamanan
dari keyakinan religius formalnya.
Canda dan Furman (2010) menyatakan adakalanya terdapat keterkaitan
agama dengan spiritualitas. Mereka menyatakan bahwa agama (religi) adalah
suatu pola nilai, keyakinan, simbol, perilaku dan pengalaman yang terinstitusi,
yang diarahkan pada spiritualitas, diketahui bersama dalam masyarakat, dan
diturunkan melalui tradisi.Spiritualitas didefinisikannya sebagai proses
pencarian makna, tujuan, moralitas, kesejahteraan dalam hubungan dengan diri
sendiri, orang lain, dan realitas yang hakiki (ultimate reality). Dengan
demikian, orang mungkin saja mengekspresikan spiritualitasnya dalam setting
religious (dalam hubungannya dengan ultimate reality ), ataupun non-religius
(dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, bahkan alam semesta).
8
1) Spiritualitas memerlukan sistem kepercayaan (kemauan untuk percaya)
dan apa yang diyakini sebagai kebenaran ( keyakinan ada kekuatan yang
lebih tinggi atau adanya agama berdasarkan keyakinan inti),
2) Spiritualitas melibatkan kondisi individu dalam pencarian makna dan
tujuan keterikatan transenden atau misi individu yang merasakan
terpanggil karena takdir atau nasib dan bergeser dari nilai-nilai material
kepada nilai-nilai idealis,
3) Spiritualitas meliputi kesadaran keterikatan dengan orang lain yang
didapatkan melalui instropeksi diri. Dalam konteks non religion, kondisi
ini dapat dijelaskan sebagai rasa kagum, apresiasi dan rasa hormat. Dalam
konteks agama, itu termasuk hubungan yang tinggi dengan Tuhannya
yang di hubungkan dengan doa dan meditasi. Spiritualitas melibatkan
proses rekonsiliasi keyakinan dan praktek pada saat individu dihadapkan
pada kesulitan dan kondisi sakit,
4) Spiritualitas adalah kepercayaan bahwa seseorang dapat melampaui batas
dirinya dalam dimensi yang lebih tinggi, adanya keinginan untuk sebuah
kebenaran dan kesucian dan keyakinan bahwa seseorang dapat
menyelesaikan kesulitan,kerugian dan rasa sakit dengan kepercayaan
tersebut. (Hanna, 2006) Lebih lanjut Delgado dijelaskan bahwa, selain
empat karakteristik tersebut, ada beberapa manfaat yang dirasakan dari
keterikatan spiritual (spiritual connections) yaitu ;
1) Meningkatkan perasaan akan kedamaian diri dan kekuatan batin
meningkatkan kesadaran pribadi, penerimaan yang baik tentang
kehidupan dunia, kemampuan untuk mengatasi ketidakpastian hidup
dan ambiguisitas, kemampuan menerima kondisi seperti kemerosotan
fisik karena usia, kondisi sakit terminal dan keadaan stres.
2) Kemampuan beradaptasi dengan baik ( successful adaptation ) dan
pemulihan kesehatan bersama dengan harmoni alam sangat diperlukan
untuk kesehatan. Upaya lain adalah melalui restorasi doa dengan tuhan
9
sebagai perantara perjanjian dengan tuhannya sehingga dapat diberikan
kesehatan.
Komponen spiritualitas dan religiusitas :
a. Spiritualitas
b. Religiusitas
Aspek religiusitas menurut kementrian dan lingkungan hidup RI 1987
10
3. Aspek ihsan menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran
ajaranajaran agama.
bersama-sama
sebagainya.
suci.
membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk.
11
Menurut Glock (Rahmat, 2003) bahwa ada lima aspek atau dimensi
religiusitas yaitu :
suci.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14