Anda di halaman 1dari 18

ASPEK KEPERAWATAN SPIRITUALITAS DAN RELIGIUOSITAS PADA

ASKEP KELOMPOK KHUSUS

Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas II

Dosen Pembimbing : Widyoningsih, M.Kep., Ns.,Sp.,Kep.Kom

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Annisa Fatimatul Zahra (108118027)


2. Intan Nilawanti (108118029)
3. Ratna Komala Dewi (108118030)
4. Sundari (108118031)
5. Sindi Yulia Iryani (108118032)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT 3B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Cilacap, 22 Maret 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3

A. Definisi Spiritualitas dan Religiositas................................................................3

B. Perbedaan Spiritualitas dan Religiositas.............................................................5

C. Komponen Spiritualitas dan Religiositas...........................................................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................................11

A. Kesimpulan.......................................................................................................11

B. Saran.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di
dunia yang mengakui 6 agama secara hukum. Negara Indonesia memiliki
peraturan untuk mencantumkan agama yang dianut pada Kartu Tanda
Pengenal (menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2006 mengenai
Administrasi Kependudukan). Oleh karena itu masyarakat yang menjadi
warga negara Indonesia diharapkan menganut suatu agama/kepercayaan
tertentu yang diakui oleh negara. Pancasila sebagai dasar negara khususnya di
dalam sila pertama mengarahkan masyarakat Indonesia untuk mengutamakan
kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa di dalam kehidupannya sehari-
hari. Kepercayaan kepada Tuhan yang dimiliki masyarakat Indonesia
dilakukan melalui kegiatan keagamaan seperti pengajian, ibadah doa bersama,
dan persekutuan doa. Sebagai individu yang beragama dengan melakukan
kegiatan religius bisa saja menjadikan spiritualitas sebagai pusat dari
religiusitas (Schnell, 2012). Dengan kata lain kegiatan religius dapat dijadikan
sebagai sarana pengembangan tingkat spiritualitas didalam kehidupan.
Religiusitas dan spiritualitas merupakan hal yang sulit dibedakan
perbincangan mengenai spiritualitas seringkali dikaitkan dengan religiusitas.
Pada masyarakat Indonesia keterikatan terhadap agama masih tinggi, sehingga
pengertian spiritual tidak terlepas dari agama. Spiritualitas telah dijadikan
konsep yang independen dari agama dan tidak lagi hanya diperoleh melalui
ajaran agama. Spiritualitas dapat ditingkatkan melalui kegiatan lain seperti
yoga, meditasi dan refleksi personal (Howell, 2013).

Implikasinya adalah ritual religius dan pembentukan masyarakat dapat


memfasilitasi pengembangan spiritualitas. Mereka secara konstruksi murni

1
independen namun memiliki kapasitas untuk tumpang tindih satu sama lain.
Dengan demikian, orang bisa menggambarkan diri mereka sebagai religius,
spiritual, atau keduanya. Spiritualitas didefinisikan sebagai kecenderungan
untuk membuat makna melalui rasa keterkaitan (connectedness) dengan
dimensi yang melampaui diri sedemikian rupa memberdayakan dan tidak
mengurangi nilai individu. Keterkaitan ini mungkin dialami secara
intrapersonal (keterhubungan dalam diri sendiri), interpersonal (dalam
konteks orang lain dan lingkungan alam) dan transpersonal yaitu mengacu
pada rasa keterkaitan dengan yang gaib, Tuhan, atau kekuatan yang lebih
besar daripada diri dan sumber biasa (Reed, 1992). Di Indonesia, hal-hal yang
berkenaan dengan spiritualitas dan religiusitas menjadi khas karena agama
dan spiritualitas sangat erat dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
banyak masyarakat Indonesia yang menganut agama Islam dan menjalankan
shalat. Shalat yang dilakukan sebagai sembayang lima waktu dapat
memberikan ketenangan dan keheningan, hal ini sebagai ritual yang dapat
menurunkan frekuensi gelombang otak kita sehingga mencapai alpha (relaks)
sampai tahap meditatif pada keheningan yang dalam. Semua agama
mengajarkan cara untuk bersembahyang dan meditasi yang merupakan cara
juga untuk meningkatkan spiritualitas seseorang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari spiritualitas dan religiositas?


2. Apa perbedaan spiritualitas dan religiositas?
3. Apa saja komponen spiritualitas dan religiositas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari spiritualitas dan religiositas.


2. Untuk mengetahui spiritualitas dan religiositas.
3. Untuk mengetahui komponen spiritualitas dan religiositas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Spiritualitas dan Religiositas


1. Spiritual

3
Spiritualitas adalah konsep yang luas dengan berbagai dimensi dan
perspektif yang ditandai adanya perasaan keterikatan (koneksitas) kepada
sesuatu yang lebih besar dari diri kita, yang disertai dengan usaha pencarian
makna dalam hidup atau dapat dijelaskan sebagai pengalaman yang bersifat
universal dan menyentuh.
Spiritualitas adalah konsep yang luas dengan berbagai dimensi dan
perspektif yang ditandai adanya perasaan keterikatan (koneksitas) kepada
sesuatu yang lebih besar dari diri kita,yang disertai dengan usaha pencarian
makna dalam hidup atau dapat dijelaskan sebagai pengalaman yang bersifat
universal dan menyentuh. Beberapa individu menggambarkan spiritualitas
dalam pengalaman-pengalaman hidupnya seperti adanya perasaan
terhubung/transendental yang suci dan menentramkan, sebagaian individu
yang lain merasaan kedamaian saat berada di masjid, gereja, kuil atau tempat
suci lainnya.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang spiritualitas dengan
pendekatan yang berbeda-beda berpendapat bahwa spiritualitas adalah aspek
kemanusiaan yang mengacu pada cara individu mencari dan makna tersurat
dan tujuan dan cara mereka mengalami keterhubungan mereka untuk saat ini,
untuk diri, orang lain, dengan alam, dan dengan kebermaknaan atau suci
(Christina Puchalski, MD, Director of the George Washington Institute for
Spirituality and Health)
Menurut Mario Beauregard and Denyse O’Leary, researchers and
authors of The Spiritual Brain berpendapat bahwa Spiritualitas berarti
pengalaman yang berpikir untuk membawa mengalaminya ke dalam kontak
dengan Tuhan (dengan kata lain, bukan hanya pengalaman yang terasa
bermakna). Ruth Beckmann Murray dan Judith Proctor menulis bahwa
dimensi spiritual mencoba untuk menjadi selaras dengan alam semesta, dan
berusaha untuk jawaban tentang yang tak terbatas, dan datang ke dalam fokus
ketika seseorang menghadapi stres emosional, penyakit fisik, atau kematian.
(Krentzman, 2013)

4
Spiritual merupakan salah satu kebutuhan fundamental yang
dibutuhkan oleh seseorang sebagai motivasi terhadap adanya perubahan yang
baik dalam hidupnya mempertahankan keharmonisan dan keselarasan atara
diri sendiri dengan dunia luar. Spiritual juga merupakan suatu upaya
seseorang untuk dapat menjawab ataupun mendapatkan kekuatan dalam
menghadapai stress, penyakit fisik maupun kematian. Spiritual merupakan hal
yang mendasar yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat merasakan
kenyamanan dalam hidupnya (Afifah, 2018).
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada
Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung
pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan
instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya.
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi
ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan
akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri
sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan
tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di
waktu kesusahan (Hawari, 2002).
Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang
bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau
material. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam
mencapai tujuan dan makna hidup. Spiritualitas merupakan bagian esensial
dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Meurut Fontana & Davic, defiinisi spiritual lebih sulit dibandingkan
mendefinisikan agama atau religion, dibanding dengan kata religion, para
psikolog membuat beberapa definisi spiritual, pada dasarnya spiritual
mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep agama, kita berbicara masalah
orang dengan spirit atau menunjukkan spirit tingkah laku, kebanyakan spirit

5
selalu dihubungkan sebagai faktor kepribadian. Secara pokok spirit
merupakan energy baik secara fisik dan psikologi, (dalam Tamani, 2011:19).

2. Religiositas
Religion/agama mengacu pada satu set berbagai keyakinan yang
terorganisir tentang hubungan antara alam dan aspek supranatural dari
realitas, dan tentang peran manusia dalam hubungan ini. (Clifford Geertz,
1973). Konsep religion memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau untuk
menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan
mereka tentang alam semesta, sifat manusia, asal usul kejadian manusia
dan sistem moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup.

B. Perbedaan Spiritualitas dan Religiositas


1. Religiusitas memiliki dasar-dasar teologi yang berasal
dari ajaran atau doktrin agama tertentu. Kehidupan manusia diarahkan
mengikuti prinsip-prinsip yang berasal dari Tuhan. Dasar teologi seperti ini
tidak dimiliki oleh spiritualitas.
2. Religiusitas memiliki metode, cara, atau praktek ibadah
yang diajarkan oleh institusi agama. Praktek ibadah yang dilakukan akan
membawa manfaat secara psikologis bagi individu bila dilakukan dengan
penghayatan yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Suci.
3. Dalam fungsinya, spiritualitas memiliki kesamaan
dengan religiusitas dalam arti membantu individu memahami berbagai hal
atau persoalan dalam hidupnya. Tetapi kerangka yang dipakai untuk
memahami persoalan tersebut bisa jadi memiliki perbedaan. Dalam
religiusitas, karena terdapat dasar-dasar teologi, pedoman, dan panduan-
panduan dari agama maka telah terdapat kerangka atau rujukan untuk
memahaminya. Sementara dalam spiritualitas tidak terdapat panduan-
panduan tersebut, tetapi menjadi sebuah pencarian personal bagi individu.

6
4. Religiusitas memiliki dasar keyakinan teologi
(Ketuhanan) sesuai dengan agama tertentu, memiliki pedoman mengenai
cara, metode dan praktek ibadah, dan berfungsi membantu individu
memahami pengalaman-pengalaman hidupnya. Spiritualitas tidak memiliki
dasar keyakinan teologis maupun praktek ibadah tertentu, tetapi memiliki
fungsi membantu individu memahami pengalaman hidupnya.
5. Agama (sebagai institusi) yang menjadi dasar dari
religiusitas, memberikan cara dan metode tertentu dalam proses pencarian
yang maha suci (the sacred) tersebut, yaitu dalam bentuk aktivitas ritual
ataupun aktivitas-aktivitas keagamaan lainnya. Menurut Hill et al. (2000)
dengan religiusitas orang juga dapat memperoleh identitas, rasa memiliki,
makna, kesehatan ataupun kebahagiaan melalui pelibatan dirinya dalam
komunitas keagamaan, dan hal ini tidak terdapat pada spiritualitas.
6. Religiusitas dianggap bersifat formal dan institusional
karena merefleksikan komitmen terhadap keyakinan dan praktekpraktek
menurut tradisi (keagamaan) tertentu, sementara spiritualitas diasosiasikan
dengan pengalaman personal dan bersifat fungsional, merefleksikan upaya
individu untuk memperoleh tujuan dan makna hidup (Zinnbauer &
Pargament, 2005).
7. Religiusitas mengacu pada satu set berbagai keyakinan
yang terorganisir tentang hubungan antara alam dan aspek supranatural dari
realitas, dan tentang peran manusia dalam hubungan ini. Spiritualitas
adalah konsep yang luas dengan berbagai dimensi dan perspektif yang
ditandai adanya perasaan keterikatan (koneksitas) kepada sesuatu yang
lebih besar dari diri kita, yang disertai dengan usaha pencarian makna
dalam hidup atau dapat dijelaskan sebagai pengalaman yang bersifat
universal dan menyentuh.
Zinnbauer dkk (1997) juga memahami realita religiusitas dan
spiritualitas pada individu dengan menggunakan policy-capturing approach,
yaitu suatu metode analisis statistik untuk menangkap karakteristik pembuatan

7
keputusan dan penilaian para subyeknya. Hasilnya adalah empat tanda (cues)
spiritualitas yaitu:
(1) proses spiritual dalam pencarian makna personal/ eksistensial;
(2) adanya pengalaman spiritual seperti perasaan dekat dengan Tuhan;
(3) adanya rasa keterhubungan dengan alam semesta dan semua makhluk
hidup di dalamnya; dan
4) perilaku-perilaku spiritual seperti meditasi atau yoga.
Cues tersebut berbeda dengan religiusitas yang dihasilkan dari analisis yang
sama, yaitu:
(1) keterlibatan dalam organisasi atau lembaga keagamaan;
(2) perilaku altruisme;
(3) praktik religius secara pribadi seperti pemahaman kitab suci; dan
(4) sejauh mana individu merasa mendapatkan dukungan atau kenyamanan
dari keyakinan religius formalnya.
Canda dan Furman (2010) menyatakan adakalanya terdapat keterkaitan
agama dengan spiritualitas. Mereka menyatakan bahwa agama (religi) adalah
suatu pola nilai, keyakinan, simbol, perilaku dan pengalaman yang terinstitusi,
yang diarahkan pada spiritualitas, diketahui bersama dalam masyarakat, dan
diturunkan melalui tradisi.Spiritualitas didefinisikannya sebagai proses
pencarian makna, tujuan, moralitas, kesejahteraan dalam hubungan dengan diri
sendiri, orang lain, dan realitas yang hakiki (ultimate reality). Dengan
demikian, orang mungkin saja mengekspresikan spiritualitasnya dalam setting
religious (dalam hubungannya dengan ultimate reality ), ataupun non-religius
(dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, bahkan alam semesta).

C. Komponen Spiritualitas dan Religiositas


Delgado (2002), mengidentifikasi empat karakteristik spiritualitas yang
dianggap penting ;

8
1) Spiritualitas memerlukan sistem kepercayaan (kemauan untuk percaya)
dan apa yang diyakini sebagai kebenaran ( keyakinan ada kekuatan yang
lebih tinggi atau adanya agama berdasarkan keyakinan inti),
2) Spiritualitas melibatkan kondisi individu dalam pencarian makna dan
tujuan keterikatan transenden atau misi individu yang merasakan
terpanggil karena takdir atau nasib dan bergeser dari nilai-nilai material
kepada nilai-nilai idealis,
3) Spiritualitas meliputi kesadaran keterikatan dengan orang lain yang
didapatkan melalui instropeksi diri. Dalam konteks non religion, kondisi
ini dapat dijelaskan sebagai rasa kagum, apresiasi dan rasa hormat. Dalam
konteks agama, itu termasuk hubungan yang tinggi dengan Tuhannya
yang di hubungkan dengan doa dan meditasi. Spiritualitas melibatkan
proses rekonsiliasi keyakinan dan praktek pada saat individu dihadapkan
pada kesulitan dan kondisi sakit,
4) Spiritualitas adalah kepercayaan bahwa seseorang dapat melampaui batas
dirinya dalam dimensi yang lebih tinggi, adanya keinginan untuk sebuah
kebenaran dan kesucian dan keyakinan bahwa seseorang dapat
menyelesaikan kesulitan,kerugian dan rasa sakit dengan kepercayaan
tersebut. (Hanna, 2006) Lebih lanjut Delgado dijelaskan bahwa, selain
empat karakteristik tersebut, ada beberapa manfaat yang dirasakan dari
keterikatan spiritual (spiritual connections) yaitu ;
1) Meningkatkan perasaan akan kedamaian diri dan kekuatan batin
meningkatkan kesadaran pribadi, penerimaan yang baik tentang
kehidupan dunia, kemampuan untuk mengatasi ketidakpastian hidup
dan ambiguisitas, kemampuan menerima kondisi seperti kemerosotan
fisik karena usia, kondisi sakit terminal dan keadaan stres.
2) Kemampuan beradaptasi dengan baik ( successful adaptation ) dan
pemulihan kesehatan bersama dengan harmoni alam sangat diperlukan
untuk kesehatan. Upaya lain adalah melalui restorasi doa dengan tuhan

9
sebagai perantara perjanjian dengan tuhannya sehingga dapat diberikan
kesehatan.
Komponen spiritualitas dan religiusitas :

a. Spiritualitas 

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi


ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian,
kebutuhan akan harapan dan keyakinan, dan kebutuhan akan keyakınan
pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia
yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya
dan harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002).
Spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:
1)Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian
alam kehidupan.
2) Menemukan arti dan tujuan hidup.
3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan
dalam diri sendiri
4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan
Maha Tinggi (Burkhardt dalam Hamid, 2000)

b. Religiusitas
    Aspek religiusitas menurut kementrian dan lingkungan hidup RI 1987

(Caroline, 1999) religiusitas (agama Islam) terdiri dalam lima aspek: 

1. Aspek iman menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan

Tuhan, malaikat, para nabi dan sebagainya.

2. Aspek Islam menyangkut freluensi, intensitas pelaksanaan ibadah

yang telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat.

10
3. Aspek ihsan menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran

Tuhan, takut melnggar larangan dan lain-lain.

4. Aspek ilmu yang menyangkut pengetahuan seseorang tentang

ajaranajaran agama.

5. Aspek amal menyangkut tingkah laku dalam kehidupan

bermasyarakat, misalnya menolong orang lain, membela orang lemah,

bekerja dan sebagainya. 

Verbit (Roesgiyanto, 1999) mengemukakan ada enam komponen

religiusitas dan masing-masing komponen memiliki empat dimensi.

Keenam komponen tersebut adalah :

1. Ritual yaitu perilaku seromonial baik secara sendiri-sndiri maupun

bersama-sama

2. Doctrin yaitu penegasan tentang hubungan individu dengan Tuhan 

3. Emotion yaitu adanya perasaan seperi kagum, cinta, takut, dan

sebagainya.

4. Knowledge yaitu pengetahuan tentang ayat-ayat dan prinsip-prinsip

suci.

5. Ethics yaitu atauran-aturan untuk membimbing perilaku interpersonal

membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk.

6. Community yaitu penegasan tentang hubungan manusia dengan

makhluk atau individu yang lain.

11
Menurut Glock (Rahmat, 2003) bahwa ada lima aspek atau dimensi

religiusitas yaitu : 

1. Dimensi Ideologi atau keyakinan, yaitu dimensi dari keberagamaan

yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai, misalnya

kepercayaan adanya Tuhan, malaikat, surga, dsb. Kepercayaan atau

doktrin agama adalah dimensi yang paling mendasar.

2. Dimensi Peribadatan, yaitu dimensi keberagaman yang berkaitan

dengan sejumlah perilaku, dimana perilaku tersebut sudah ditetapakan

oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan dosa,

berpuasa, shalat atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari

suci.

3. Dimensi Penghayatan, yaitu dimensi yang berkaitan dengan perasaan

keagamaan yang dialami oleh penganut agama atau seberapa jauh

seseorang dapat menghayati pengalaman dalam ritual agama yang

dilakukannya, misalnya kekhusyukan ketika melakukan sholat.

4. Dimensi Pengetahuan, yaitu berkaitan dengan pemahaman dan

pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya.

5. Dimensi Pengamalan, yaitu berkaitan dengan akibat dari ajaran-ajaran

agama yang dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan perilaku

dalam kehidupan sehari-hari.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep religius.


Konsep religius biasanya berkaitan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau
proses melakukan suatu tindakan. Konsep religius merupakan suatu sistem
penyatuan yang spesifik mengenai praktik yang berkaitan bentuk ibadah
tertentu. Emblen dalam Potter dan Perry mendefinisikan religi sebagai suatu
sistem keyakinan dan ibadah.
Menurut Rosito (2010.37), spiritualitas termasuk upaya pencarian,
menemukan dan menambahkan sesuatu yang berhasil dalam kehidupannya.
Pemahaman akan makna ini akan mendorong emosi positif dengan baik dalam
proses mencarinya, menjaganya dan mempertahankannya.

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan para pembaca lebih mengetahui


mengenai konsep spiritualitas dan religiousitas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D dan Suroso, F. N. 2001. Psikologi Islami,. Yogyakarta : Penerbit Pustaka


Pelajar 
Caroline, C. 1999. Hubungan antara Religiusitas Dengan Tingkat Penalaran Moral
Pada Pelajar Madrasah Mu”Allimat Muhammadiyah Yogyakarta, Yoyakarta:
Fakultas Psikologi UGM 
Darwati, T.E., 2003, Hubungan Antara Kemasakan Sosial Dengan Kompetensi
Interpersonal Pada Remaja,  Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. 
Dister, N.S. 1988. Psikologi Agama. Yogyakarta : Kanisius 
Echols, J.M, and Shadily, H. 1983. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta :Penerbit P.T.
Gramedia. 
Jeany. blogs.spot.com-makalah konsep dasar spiritual.Rabu, 4 Januari 2012.
Kurniawan,Bayu. blogs.spot.com-klebutuhan spiritual pasien.November 25, 2011
Madjid, R. 1997. Islam Kemoderenan dan Ke-Indonesiaan. Bandung : Mizan Pustaka   
Mangunwijaya, Y. B. 1986. Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak. Jakarta : Gram

14

Anda mungkin juga menyukai