Anda di halaman 1dari 7

ASPEK SPIRITUAL PADA LANSIA :

BACA AL-QUR’AN PADA LANSIA

Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing : Sutarno, SSiT., M.Kes

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

1. Sundari (108118031)

2. Farida Wulandari (108118037)

3. Meisi Awandani (108118050)

4. Endah Purnama Sari (108118053)


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT 3B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP

2021

ASPEK SPIRITUAL PADA LANSIA :

BACA AL-QUR’AN PADA LANSIA

A. Motivasi Lansia Baca Al-Quran


Lansia yang kembali belajar membaca Al-Quran memiliki beberapa tujuan hal
tersebut dapat diketahui dari keinginan mereka supaya bisa membaca Al-
Quran dengan lancar selain itu untuk mendalami, meningkatkan, atau
memperluas kemampuan atau ilmu yang telah dimiliki sebelumnya, juga keinginan
untuk mencari bekal akhirat dan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau
penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik
maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa:

a. Lanjut usia yang non religius angka kematiannya dua kali lebih besar
daripada orang yang religius.
b. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat
dibandingkan yang non religius.

c. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau
masalah hidup lainnya.

d. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada
yang non religius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.

e. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir
(kematian) daripada yang non religious.

B. Manfaat Membaca Al-Quran Bagi Lansia


1. Membaca al-Qur’an dengan rutin maka dapat membantu pemulihan fungsi
kognitif dan mencegah kepikunan (Turana, 2013).
2. Dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.
3. Membaca al-Qur’an juga merupakan aktivitas fisik dan mental yang dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan rohani, kesehatan jiwa dan fisik
manusia.
4. Membaca al-Qur’an merupakan suatu cara untuk melatih otak agar selalu
berpikir dan bekerja sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan daya
ingat dan menghambat resiko terjadinya Alzheimer’s disease dan demensia
vascular.
5. Membaca Al-Quran dapat menentramkan hati dan mendapatkan
ketenangan jiwa
6. Membaca Al-Quran kelak akan mendapat syafaat di akhirat.

C. Metode Pembelajaran Al-Quran pada Lansia


a. Metode Talqin
Talqin bacaan Al-Quran adalah membimbing, mendiktekan bacaan Al-Quran
kepada peserta. Talqin dilakukan oleh orang yang fasih dan baik dalam
membaca Al-Quran, dan tentunya dilakukan oleh ustadz selaku seorang guru
membaca Al-Quran, lalu peserta membaca Al-Quran sesuai dengan cara
ustadzah membacanya. Talqin sendiri adalah bahasa arab yang artinya
mengajar. Secara etimologi artinya adalah mengajar, mendikte, dan
memahamkan secara lisan. Di dalam istilah fikih berarti bimbingan mengucap
kalimat ikhlash (la ilaha illa Allah) yang artinya: tiada Tuhan selain Allah.
b. Metode Ceramah
Metode ceramah digunakan ustadz apabila memasuki awal-awal pelajaran atau
bab pada buku iqro’, ketika itu ustadz akan menjelaskan dengan kalimat-kalimat
yang jelas dan mudah dipahami peserta belajar. Metode ceramah yang
digunakan ustadz tidaklah lama, karena ustadz akan langsung men-talqin-kan
bacaan, jika ada pertanyaan barulah ustadz menjelaskan kembali. Metode
ceramah merupakan pidato yang disampaikan seorang pembicara di depan
sekolompok peserta didik. Metode ini efisien untuk menyampaikan sejumlah
besar informasi dalam waktu yang singkat dan mempermudah peserta didik
memperoleh materi yang lebih jelas dan sederhana (Solfema, 2013).
c. Metode Latihan dan Pengulangan
Ustadz senantiasa melaukan latihan-latihan ketika proses belajar mengajar,
karena setelah men-talqinkan suatu bacaan, lalu peserta secara bergantian atau
bersama-sama akan dilatih untuk membaca sesuai dengan yang telah ustadz
diktekan atau ustadzah talqin-kan. Di waktu-waktu tertentu bahkan ustadz juga
melakukan latihan mendadak kepada peserta tentang materi yang telah
dipelajari sebelumnya, tujuannya untuk mengulang kembali apa yang telah
diajarkan sebelumnya. Supriadie & Darmawan (2012) menjelaskan “secara
didaktis pengulangan ini dapat dilakukan guru dalam rangka memantapkan,
merangkum, dan memberikan kesimpulan”.

D. Faktor Penghambat Membaca Al-Quran :


Faktor penghambat lansia dalam belajar membaca Al-Quran dibagi menjadi
dua faktor :
- Faktor internal berasal dari dalam diri lansia. Meliputi gangguan psiko fisik
lansia seperti kesulitan dalam belajar membaca Al-Quran karena usia yang
semakin tua dan daya tangkapnya yang rendah.
- Sedangkan faktor eksternal segala sesuatu yang berasal dari luar diri
seseorang seperti kekosongan pembelajaran dan kurang meratanya tenaga
pengajar Al-Quran.

E. Pengkajian Spiritual Lansia :


Pengkajian Spiritual
1. Keyakinan dan makna
a. Arti hidup klien
b. Sumber arti hidup
c. Bagian terpenting dalam hidup
2. Autoritas dan pembimbing
a. Sumber kekuatan hidup
b. Orang yang menolong saat perlu bantuan
3. Pengalaman den emosi
a. Pengalaman spiritual
b. Konsep sehat dan sakit
c. Perubahan perasaan dari makna spiritual yang dialami
4. Persahabatan dan komunitas
a. Orang terdekat
b. Bentuk dukungan orang terdekat
c. Ekspresi perasaan orang terdekat
d. Tindakan otang terdekat terhadap keluarga
e. Menceritakan masalah
f. Ekspresi kebutuhan kepada orang terdekat
g. Dukungan yang dirasakan
5. Ritual dan Kebiasaan ibadah
a. Partisipasi orang terdekat terhadap ibadah
b. Frekuensi ibadah
c. Dampak masalah terhadap ibadah
d. Situasi yang membutuhkan dukungan spiritual
e. Kebutuhan spiritual
6. Dorongan dan pertumbuhan
a. Perubahan cara pandang keyakinan
b. Perubahan ritual ibadah
c. Cita-cita atau impian
7. Panggilan dan konsekuensi
a. Aktivitas mempengaruhi kebutuhan spiritual

F. Masalah yang dihadapi lansia terkait dengan aspek spiritual (baca Al-
Quran) pada lansia :
1. Distress Spiritual (NANDA, Hal 375)
2. Kesiapan Meningkatkan Kesejahteraan Spiritual (NANDA, Hal.365)
3. Risiko distress spiritual (NANDA, Hal. 377)

G. Rencana Implementasi
1. Distress Spiritual (Nanda, 375)
Definisi : Suatu keadaan menderita yang berhubungan dengan hambatan
kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan dengan diri
sendiri, dunia, atau kekuatan yang maha Tinggi.
NIC, 101 : Dukungan Spiritual
a. Gunakan komunikasi terapeutik dalam membangun hubungan saling
percaya dan caring
b. Berikan kesempatan untuk mendiskusikan berbagai sistem
kepercayaan spiritual pasien
c. Berbagi mengenai perspektif spiritual yang baik menurut pasien
d. Berikan bacaan-bacaan spiritual yang disukai pasien (contoh : buku
doa-doa, panduan sholat, dst)
e. Mengajak individu untuk berdoa dan beribadah sesuai keyakinan
pasien.
2. Kesiapan Meningkatkan Kesejahteraan Spiritual (NANDA, Hal.365)
Definisi : Suatu pola mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan
hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni musik,
literatur, alam, dan atau kekuatan yang lebih besar dari diri sendiri yang
diperkuat.
NIC, 107 : Fasilitasi Pengembangan Spiritual
a. Bantu Pasien untuk mengidentifikasi halangan dan sikap yang
menghalangi pertumbuhan dan penemuan diri aspek spiritual
b. Dukung partisipasi dalam berdoa, ibadah.
c. Berikan lingkungan yang mendukung sikap spiritual pasien
d. Bantu pasien untuk mengeksplorasi kepercayaan terkait dengan
penyembuhan tubuh, pikiran dan jiwa melalui kegiatan spiritual
(contoh : membaca Al-Quran)

3. Resiko Distress Spiritual (Nanda, 377)


Definisi : Rentan mengalami gangguan kemampuan untuk mengalami dan
mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui keterhubungan dengan
diri sendiri, literatur, alam. Dan / kekuatan yang lebih kuat dari diri sendir,
yang dapat mengganggu kesehatan.
NIC, 337 : Peningkatan Koping
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan suasana penerimaan
b. Kenali latar belakang budaya/ spiritual pasien
c. Dukung verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut pada pasien
d. Dukung penggunaan sumber sumber spiritual untuk meyakinkan
pasien (artikel, dst mengenai kegiatan spiritual pasien).

Anda mungkin juga menyukai