Anda di halaman 1dari 13

DZIKIR SEBAGAI TEKNIK MEDITASI SUFISTIK DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS ENERGI TUBUH

Hanna Aisyah
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
hannaisyah11@gmail.com

Naan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
naan@uinsgd.ac.id

ABSTRACK

This paper aims to find out the benefits of sufistic meditation in the form of dhikr on the quality of the
subtle (aura) human body. Subtle body quality improvement is influenced by how a person controls
the energy centers in the human body. However, not many people know how to control these energy
centers. By using qualitative methods, this paper yields the conclusion that dhikr can be used as a way
to improve the quality of the subtle body. This is because dhikr is an activity of concentration of mind
where the conditions are actually energy centers operating. With constant dhikr, energy centers can
operate optimally, which in turn has a good impact on the quality of one's subtle body.
Keyword: Pray; Sufi meditation; energy

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pelatihan meditasi sufistik berupa dzikir terhadap
kualitas tubuh subtil (medan aura) manusia. Peningkatan kualitas tubuh subtil dipengaruhi oleh
bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan pusat-pusat energi yang ada dalam tubuh manusia.
Namun, tidak banyak orang yang tahu bagaimana cara mengendalikan pusat-pusat energi tersebut.
Dengan menggunakan metode kualitatif, tulisan ini menghasilkan kesimpulan bahwa dzikir bisa
dijadikan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tubuh subtil. Hal demikian dikarenakan
berdzikir merupakan kegiatan pemusatan pikiran dimana kondisi tersebut sebenarnya pusat-pusat
energi sedang beroperasi. Dengan dzikir terus-menerus maka pusat-pusat energi bisa beroperasi lebih
maksimal, yang pada akhirnya berdampak baik pada kualitas tubuh subtil seseorang

Kata kunci: dzikir; meditasi sufistik; energi

213
A. PENDAHULUAN
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini memiliki energi, termasuk tubuh
manusia. Energi yang dimaksud adalah sebuah kekuatan yang menimbulkan segala
gerakan di alam semesta.1 Energi ini sangat penting bagi kehidupan manusia, karena
apabila tanpa energi maka manusia tidak akan bisa bergerak dan manusia akan mati.
Dalam tubuh manusia terdapat beberapa pusat energi yang secara aktif menghasilkan
energi yang terus menerus tanpa henti mengalir ke seluruh tubuh manusia.2 Jika dari
pusat-pusat itu sama sekali tidak ada energi yang mengalir, berarti manusia akan mati.
Adapun jika pusat energi ini mengalir lambat, aliran energi akan terhambat, sehingga
terjadilah sakit pada bagian tubuh tertentu yang tidak teraliri energi. Akan tetapi, Jika
seseorang mampu mengendalikan pusat-pusat energi sehingga pusat-pusat energi tersebut
beroperasi secara seimbang, maka energi akan mengalir selaras ke dalam dan ke luar
tubuh manusia. Energi yang mengalir selaras itu bisa berdampak pada kualitas medan aura
yang terselubung pada tubuh fisik manusia, yakni medan tersebut akan tampak cerah dan
bersih.3 Medan aura yang menyelubungi tubuh fisik manusia itulah dinamakan dengan
tubuh subtil (tubuh halus). Kualitas tubuh subtil dipengaruhi oleh bagaimana seseorang
dalam mengendalikan pusat-pusat energi. Oleh karena itu, manusia membutuhkan sarana
untuk bisa mengendalikan pusat energi tersebut.4
Meditasi adalah salah satu sarana untuk bisa mengendalikan pusat-pusat energi.
Secara umum, meditasi diartikan sebagai kegiatan pemusatan pikiran atau konsentrasi
secara penuh terhadap sesuatu. Kegiatan pemusatan pikiran atau konsentrasi itulah yang
bisa menghimpun seluruh energi pada pusat-pusat energi.5 Dilihat dari tekniknya, meditasi
memiliki berbagai macam teknik. Tiap-tiap budaya dan agama, misalnya, memiliki teknik
meditasi yang khas dan berbeda-beda. Orang Hindu bermeditasi dengan memakai mantra
“OM”, atau menyebutkan nama-nama dewa tertentu. Orang Budha lebih banyak memakai
latihan-latihan mental seperti mengamati pikiran (the meditation of the bubble),
mengamati pernapasan (breath meditation), atau menghitung pernapasan (breath counting
meditation). Orang Kristen bermeditasi dengan memvisualisasikan salib atau
menggunakan doa tertentu. Demikian pula orang Islam bermeditasi dengan cara berdzikir
atau mengingat Allah dengan mengulang-ulang bacaan tertentu, misalnya laa ilaha illallah
(Tiada Tuhan selain Allah) atau menyebut nama Allah berulang-ulang, misalnya Ya
Rahman Ya Rahim.6 Dalam yang bisa digunakan Meditasi juga dipahami sebagai kegiatan
memfokuskan perhatian terhadap suatu objek, misalnya nafas atau kata-kata yang
diucapkan secara perlahan dan berulang-ulang.7
Meskipun pada praktek dan teknik meditasi itu sendiri berbeda-beda. Akan tetapi
dari segi prinsip dan tujuan meditasi itu sedikit memiliki kesamaan. Secara umum, dalam
tradisi keagamaan, meditasi dilakukan bertujuan untuk mendekatkan diri pada Tuhan.8
Secara psikologisnya, tujuan dari praktek meditasi ini adalah memiliki perkembangan
insight dan memperoleh perkembangan kesejahteraan seperti ketenangan hidup. Selain itu,

1
R.N.L. O’riordan, Seni Penyembuhan Alami (Bekasi: PT Gugus Press, 2002). 81
2
O’riordan. 109
3
Soraya Susan Behbehani, Ada Nabi Dalam Diri (Jakarta: PT Serambi Ilmu, 2003). 107
4
Saihu, “Pendidikan Sosial Yang Terkandung Dalam Surat AT-Taubah Ayat 71-72,” Edukasi Islami:
Jurnal Pendidikan Islam 09, no. 01 (2020): 146, https://doi.org/10.30868/ei.v9i01.703.
5
O’riordan, Seni Penyembuhan Alami. 109
6
Johana E. Prawitasari et al., Psikoterapi Pendekatan Konvensional Dan Kontemporer (Bandung:
Pustaka Pelajar, 2002). 183-184
7
Hendro Prabowo, “Beberapa Manfaat Meditasi Dan Pengalaman Altered Stated of Consciousness”
12 (2007). 97
8
Made Saihu, Merawat Pluralisme Merawat Indonesia: Potret Pendidikan Pluralisme Agama Di
Jembrana-Bali (Yogyakarta: DEEPPUBLISH, 2019).

214
banyak orang yang melakukan meditasi untuk tujuan psikoterapi, yakni sebagai
penyembuhan.9 Meminjam istilah dari Sudirman Tebba, bahwa dzikir menurutnya
merupakan salah satu ‘meditasi sufistik’ (meditasi berbasis sufi) dimana teknik-tekniknya
diambil dari praktek-praktek para sufi.10 Dzikir sebagai teknik meditasi sufistik, telah
banyak diteliti oleh para peneliti mengenai pengaruhnya terhadap aspek mental, fisik,
psikis ataupun spiritual manusia. Salah satunya, penelitian yang dilakukan oleh Tri
Niswati Utami bahwasannya ia menegaskan intervensi dzikir mampu meningkatkan nilai
spiritual seseorang yang bisa mempengaruhi peningkatan kepribadian seseorang tersebut,
sehingga bisa mengubah distress menjadi eustress diikuti perubahan biologis oleh potensi
penurunan kortisol. Peningkatan kepribadian tersebut memberikan dampak positif berupa
perilaku optimis, pribadi yang tangguh dan mandiri.11
Pengaruh dzikir terhadap beberapa aspek tersebut mengindikasikan bahwa dzikir
bisa menyeimbangkan keseluruhan aspek pada diri manusia. Ketika terjadinya
keseimbangan aspek, maka memungkinkan manusia akan mampu memilih pikiran,
perasaan, atau tindakan-tindakan positif sehingga berimplikasi pada kondisi seseorang
menjadi sehat dan merasa bahagia. Keadaan sehat dan perasaan bahagia inilah yang
sebenarnya mengindikasikan bahwa tubuh subtil manusia sedang dalam keadaan baik,
artinya medan aura yang mengitari tubuh seseorang sedang dalam keadaan terang dan
bersih.12
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengungkap bagaimana teknik meditasi
sufistik berupa dzikir bisa berpengaruh terhadap kualitas tubuh subtil (medan aura)
manusia

2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Jurnal Lentera Pendidikan, Salahuddin menulis artikel dalam jurnal dengan
judul, Mengenalkan meditasi sufistik ke dunia pendidikan. Tulisan ini memaparkan
perkenalan Meditasi sufistik pada dunia pendidikan. Meditasi sufistik yang bersumber dari
tarekat Qadiriyah Hanafiyah ini diyakini dapat memberi solusi bagi kesehatan, fisik,
mental dan spiritual. Harapan dari artikel ini adalah meditasi sufistik dapat masuk pada
kurikulum sekolah.
Zuhrotul Baqiah dalam Jurnal Syifa al-Qulub, mengupas tentang pentingnya dzikir
sebagai amalan untuk menenangkan hati. Karena naik turunnya ketenangan hati sangat
mempengaruhi kegiatan sosial sehari-hari. Zikir adalah mengingat Allah. Dengan
mengingat Allah itulah hati menjadi tenang. Penelitian ini dilakukan pada jamaah ibu-ibu
pengajian di Masjid Al-Barokah Bandung. Hasilnya, ketika jamaah pengajian rutin
berzikir, mereka mendapatkan ketenangan hati.
Naan menulis Epistemologi Kesehatan Perspektif Sufi dalam jurnal Jaqfi,
menjelaskan bahwa inti ajaran sufi adalah bersama Tuhan. untuk dekat dengan-Nya tidak
hanya cukup dengan Ibadah saja, akan tetapi juga dengan akhlak. Ketiga kajian pustaka
yang diambil dari beberapa jurnal, penulis merasa cukup untuk mengembangkan kajian
yang sejenis, membahas sisi lain yang belum tersentuh dan terpublikasikan.

C. METODE
Penekatan Penelitian ini adalah kualitatif. Data yang digunakan berasal dari buku-
buku dan artikel jurnal. Penelitian literatur ini tidak mengungkap berbagai macam teknik

9
Prawitasari et al., Psikoterapi Pendekatan Konvensional Dan Kontemporer. 182
10
Sudirman Tebba, Meditasi Sufistik (Bandung: Pustaka Hidayah, 2004). 8
11
Tri Niswati Utami, “Tinjauan Literatur Mekanisme Zikir Terhadap Kesehatan: Respons Imunitas” 2
(2017). 107-108
12
Behbehani, Ada Nabi Dalam Diri. 107

215
meditasi ataupun manfaat dari bebagai macam teknik meditasi. Penulis berusaha dapat
menjelaskan bagaimana dzikir bisa menjadi teknik meditasi yang memiliki nilai-nilai
sufistik. Diharapkan, dengan dzikir seseorang bisa meningkatan kualitas tubuh subtil atau
tubuh energinya.

D. HASIL PEMBAHASAN
1. Meditasi
Secara bahasa, meditasi diambil dari kata meditari yang artinya merenungkan,
meresapkan, atau mengunyah. Dalam perkembangannya, meditasi memiliki arti yang
sangat luas dan menyangkut pengalaman supra-sadar. Naomy Humphrey mengatakan
bahwa meditasi adalah komitmen pribadi untuk meraih pencerahan, pembebasan, atau
penerangan. Hal ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa meditasi mempunyai kekuatan
untuk mengubah semua aspek kehidupan mulai dari cara berfikir, merasa, melakukan,
ataupun mengenal. Meditasi menanam benih untuk pencerahan dan menjalani hidup; lebih
daripada itu meditasi adalah jalan hidup spiritual.13
Meditasi dapat digambarkan sebagai sebuah cara ilmiah dengan mendekati diri
sendiri melalui penjelajahan atau pencarian secara batin dan kesadaran diri. Dikatakan
juga sebuah proses eksperensial terhadap ketenangan pikiran dan menemukan esensi
sejati, dalam keilahian, diri yang sejati, jiwa, atau kebijakan batin dan segala pengetahuan
kita. Pada level umum, meditasi sebuah proses untuk mentransformasikan dan
memperluas kesadaran, yang pada akhirnya mencapai suatu keadaan yang mutlak
kesadaran tanpa pertimbangan.
Konsentrasi dan penghayatan merupakan langkah-langkah pertama untuk menuju
meditasi. Strategi pokok dalam konsentrasi ialah fokus pada aturan atau perintah tunggal
dengan secara langsung membawa pikiran menuju objek yang dituju. Sedangkan
penghayatan adalah sebuah teknik dimana pikiran mengamati dirinya sendiri. Konsentrasi
dan penghayatan ini secara intensional merupakan perbuatan dalam satu waktu semata-
mata untuk satu hal dan meyakinkan bahwa kita disini hadir untuknya. Metode ini adalah
cara mendisiplinkan pikiran dan melatih kembali perhatian.
Bentuk wujud manusia sebelum adanya pemikiran, perkataan, dan perilaku adalah
keheningan. Untuk mencapai pada kondisi pikiran yang tenang, tubuh yang rileks, dan
dapat memahami spiritual bisa diperoleh melalui praktik konsentrasi atau meditasi diri
yang terarah. Praktik meditasi ini mengembangkan pola tingkah laku tak sadar sehingga
dapat menimbulkan dampak positif yang lebih besar pada fungsi fisiologis dan psikologis
seseorang.14 Meditasi sangat bermanfaat bagi kesehaan fisik, mental, emosional, dan
spiritual. Diantara manfaat-manfaat besar dari praktik meditasi adalah:15
a. Penurunan stress
b. Merasa lebih damai dan harmonis
c. Lebih bersinergi dan vitalitas diperbarui
d. Keseimbangan emosional dan mental
e. Menghilangkan ketegangan dan memperoleh rileksasi
f. Berfungsi lebih efektif
g. Terpusat dan stabil
h. Peningkatan spiritual
i. Penyembuhan pikiran/tubuh/jiwa
Sesungguhnya kedamaian hadir bukan dari luar diri, tetapi bisa ditemukan dari
dalam diri, yakni ketika kita belajar mengontrol tubuh fisik, mental, dan emosional.

13
Erba Rozalina Yuliyanti, Psikologi Transpersonal (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2013). 76
14
O’riordan, Seni Penyembuhan Alami. 109
15
O’riordan. 199

216
Dengan kata lain, kita belajar menjadi diam, membiarkan pikiran untuk mendengar dan
menyerap.16

2. Dzikir sebagai Pelatihan Meditasi Sufistik


Dzikir artinya mengingat, mengucapkan, menyebut, mengagungkan dan menyucikan
Allah dengan mengulang-ngulang salah satu Asma Allah atau kalimat-kalimat keagungan-
Nya. Sebuah keadaan spiritual di mana seseorang yang mengingat Allah memusatkan
seluruh fisik dan spiritualnya kepada Allah, itulah yang dinamakan dengan zikir yang
hakiki. Menurut Sara Sviri, zikir merupakan praktik sekaligus kondisi esoteris. Karena
meskipun zikir artinya mengingat, tapi pengalaman puncak yang hendak dituju ialah
melupakan segala sesuatu kecuali Allah. Seluruh perhatian tercurah hanya menyebut nama
Allah.17
Secara semantik, dzikir berasal dari bahasa Arab (dzikri) berarti kehadiran suatu
eksistensi yang telah dikenal dalam diri seseorang. Menurut Abdul Kader S. M Alhabsji,
fenomena dari kehadiran tersebut terimplementasi lewat salah satu dari tiga bentuk,
yaitu:18 1) Penghayatan kejiwaan yang berproses dalam hati; 2) Pengungkapan kata–kata;
3) Penghayatan kejiwaan yang diaplikasikan lewat ucapan, perbuatan atau tindakan.
Inti dari dzikir ialah tauhid, sebagaimana sebatang pohon yang membuahkan
pengetahuan dan keadaan yang bisa dilalui orang–orang yang menuju kepada Allah. Tidak
ada cara untuk mendapatkan buahnya kecuali dari pohon dzikir. Jika pohon itu semakin
besar dan kokoh akarnya, maka ia akan banyak menghasilkan buah. Imam Syamsuddin
Ibnul Qayyim dalam buku Al-Wabil Ash-Shayyib mengatakan bahwa sedikitnya ada
delapan puluh manfaat dzikir untuk hati. Menurut keyakinan umat Islam secara umum,
dzikir merupakan makanan pokok bagi hati dan ruh manusia. Seseorang yang memahami
dengan sungguh-sungguh, maka dzikir itu akan seperti makanan bagi tubuh yang
memberikan kekuatan. Di antara kekuatan dzikir ialah mengundang keridhaan Allah,
menghilangkan gundah gelisah dalam hati, memberikan kebahagiaan, ketenangan dan
kelapangan hati, serta menerangi hati dan wajah. Orang yang senantiasa berdzikir akan
terlihat berwibawa, berseri-seri dalam hidupnya, memiliki rasa cinta pada Allah, bertaqwa
kepada-Nya dan senantiasa dekat dengan-Nya.19
Bagi kebanyakan umat Islam ataupun kaum sufi, keduanya menegaskan pentingnya
dzikir, baik kesadaran ingatan kepada Allah, ataupun menyebut nama Allah, mengucap
suatu kalimat berkali-kali. Banyak ayat dalam Al-Quran yang menunjukkan perintah Allah
kepada manusia untuk berdzikir. Diantaranya sebagai berikut:

‫يايهاالذين امنوااذكروهللاا ذكرا كثيرا‬


“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama Allah), dzikir
yang sebanyak-banyaknya.”[Al Ahzab (33): 41]

‫فإذا قضيتم الصلوة فاذكروهللاا قياما وقعودا وعلى جنوبهم‬


“Apabila kamu telah selesai shalat, maka ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu
duduk, dan di waktu berbaring.” [An-Nisa (4): 103]

‫الذين امنوا وتطمئن قلوبهم بذكرهللاا اال بذكرهللاا تطمئن القلوب‬

16
O’riordan. 199
17
Tebba, Meditasi Sufistik. 77
18
Harmathilda H. Soleh, “Do’a Dan Zikir Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi” 2, no. 1 (2016):
29–39.34
19
Syeikh Ahmad Farid, Tazkiyah An-Nafs Mensucikan Jiwa (Sukoharjo: Al-Hambra, 2012). 63

217
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar-
Ra’d (13): 28]
‫فاذكروني أذكركم‬
“Karena itu ingatlah (berdzikirlah) kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula)
padamu...” [Al Baqarah (2): 152]

Dzikir adalah sebuah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
mengingat-Nya. Fungsi dzikir juga bisa dijadikan sebagai metode psikoterapi, karena
melakukan dzikir secara terus-menerus akan menjadikan hati tenang dan damai, serta sulit
digoyahkan oleh pengaruh dari luar. Setiap bacaan dzikir memiliki makna pengakuan dan
keyakinan terhadap Allah Swt. Keyakinan ini yang kemudian menghasilkan kontrol yang
kuat dan bisa menuntun individu ke arah yang positif.20 Penelitian yang dilakukan oleh
Olivia mengatakan bahwa berdzikir mampu meningkatkan kesejahteraan jiwa sehingga
berdampak pada kemampuan mengontrol emosi dalam menyikapi penyimpangan berpikir
dan rasa cemas yang berlebihan.21 Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Daimul
Ikhsan menegaskan bahwa praktik meditasi dengan dzikir mengucap lafadz subhanallah
di Pondok Pesantren AL-Hikmah dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dalam
menciptakan ketenangan dan suasana positif saat menghadapi masalah jika praktik dzikir
tersebut dilakukan secara terus-menerus, penuh kesadaran, dan sungguh-sungguh.22
Bagi orang Islam, berdzikir merupakan aktivitas ibadah yang dilakukan secara terus-
menerus upaya mendekatkan diri dengan Tuhan.23 Menurut Arfah Ibrahim dalam
penelitiannya, seseorang yang melakukan dzikir secara terus menerus, seseorang tersebut
akan mampu mengontrol perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika lupa berdzikir,
memungkinkan manusia melakukan maksiat tanpa sadar. Namun, tatkala ia ingat kepada
Tuhannya lalu mengucapkan dzikir, kesadarannya sebagai hamba Tuhan akan segera
muncul kembali. Sementara itu, ditinjau dari psikologis secara ilmiah, aktivitas berdzikir
yang dilakukan secara rutinitas memberikan pengaruh pada psikologinya, yaitu:24 1)
Berdzikir dapat memberikan pengalaman dan kesehatan psikologi; 2) Berdzikir
mempunyai nilai mengobati; 3) Berdzikir dapat menyembuhkan kecanduan alkohol,
narkoba, dan juga mampu mengurangi kegelisahan, kegugupan dan emosional negatif
pada diri manusia; 3) Dzikir mampu memperbaiki persepsi diri dan meningkatkan harapan
mencetak prestasi dan kepercayaan diri yang penuh; 4) Berdzikir dapat menimbulkan
perubahan psikologis yang positif, seperti: menurunnya kegelisahan, agresif, dan
ketertekanan, lebih pandai membawa diri, merasa yakin memiliki kontrol emosional yang
stabil, lebih percaya diri, kreatif serta mampu meedakan sifat mudah marah, dan lain-lain.
Metode zikir adalah sebuah metode menjernihkan dan menetralkan pikiran. Dzikir
dengan penuh penghayatan akan membawa individu pada kondisi tenang dan nyaman.
Fisiologis tubuh berada dalam keseimbangan, sehingga aliran darah dan gerak sel tubuh
relatif stabil. Hal itu merupakan respons bahwa sistem tubuh berjalan normal dan badan
menjadi sehat. Individu yang menerapkan latihan zikir secara kontinu, menjadikan
individu tersebut lebih mudah dan mampu dalam mempertahankan keseimbangan tubuh.

20
Olivia Dwi Kumala, Yogi Kusprayogi, and Fuad Nashori, “Efektivitas Pelatihan Dzikir Dalam
Meningkatkan Ketenangan Jiwa Pada Lansia Penderita Hipertensi” 4 (2017): 55–66. 59
21
Kumala, Kusprayogi, and Nashori. 63-64
22
Daimul Ikhsan et al., “Model Psikoterapi Zikir Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental” 1, no. 2
(2017). 280
23
Arfah Ibrahim, “Eksistensi Majelis Zikir Dan Pembentukan Akhlak Generasi Muda Kota Banda
Aceh” 19 (2017): 119–33. 123
24
Ibrahim. 127-128

218
Kemudian dalam penelitian Tri Niswati Utami dijelaskan bahwa intervensi dzikir mampu
meningkatkan spiritual value yang mempengaruhi peningkatan kepribadian, sehingga bisa
mengubah distress menjadi eustress. Peningkatan kepribadian tersebut seperti: perilaku
optimis, pribadi yang tangguh dan mandiri.25
Dzikir memiliki nilai magis, selain fungsinya sebagai bagian dari seni, dzikir juga
mempunyai daya sentuh pada proses penyehatan jiwa. Mulai dari dzikir mampu
menumbuhkan keyakinan kepada Allah sampai dzikir mampu menciptakan kenyamanan
spiritual. Bahkan selain itu, dzikir juga mampu menghasilkan suasana cint kepada
Tuhan.26 Dipandang dari posisinya, beberapa praktisi ahli ilmu jiwa dalam Islam membagi
dzikir pada beberapa posisi, antara lain:27
a. Dzikir majlis
Dzikir majlis ialah dzikir yang dilaksanakan di dalam majlis, baik masjid ataupun
zawiyah. Dzikir ini dipimpin oleh seorang guru spiritual atau disebut juga syaikh yang
menuntun dan membimbing para salik dalam melaksanakan dzikir, mulai dari kalimat
hingga ritme, bahkan sampai ada penentuan jumlah kalimat dzikir yang harus dibacakan.

b. Dzikir jidariyah
Dzikir jidariyah yaitu dzikir yang dilaksanakan secra individu atau masing-masing.
Caranya adalah dengan menempelkan bagian dahi pada sebuah dinding dalam keadaan
duduk menghadap dinding. Dzikir dengan cara ini bisa dilakukan dimana saja, termasuk
dilakukan pada dinding rumah.

c. Dzikir khalwatiyah
Dzikir ini dilakukan dengan cara mengasingkan diri ke tempat yang dirasa
representatif. Tujuannya ialah agar mendapatkan pencerahan spiritual. Dzikir khalwatiyah
dapat diartikan juga sebagai dzikir dengan cara menyendiri. Kesendiriannya bisa
dilakukan di tempat-tempat tertentu, seperti gua, atau pusat-pusat kebugaran lainnya
seperti kaki gunung atau tempat yang dekat mata air.

d. Dzikir ijtima’iyah
Dzikir ijtima’iyah adalah dzikir yang dilaksanakan bersama-sama dengan
masyarakat umum. Dapat diartikan juga sebagai pertemuan dengan para ahli dzikir untuk
melakukan ijtima’. Biasanya dzikir seperti ini dibimbing oleh seorang mursyid dengan
melantunkan dzikir-dzikir khusus.
Ada banyak cara untuk berdzikir. Membaca ayat Al-Quran merupakan bentuk dzikir
paling umum. Sebagian umat Islam berdzikir dengan menyebut nama Allah berulang-
ulang (asmaul husna). Sebagian menggunakan sholawat kepada Nabi Muhammad Saw.,
membaca astaghfirullahal adzim (Ya Allah ampunilah dosa-dosaku), Allahu akbar (Allah
Maha Besar), Subhanallah (Mahasuci Allah), Alhamdulillah (Segala Puji bagi Allah), Laa
haula wa laa quwwata illa billah (tiada daya dan upaya selain dari kekuatan Allah), atau
Laa ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah). Bagi umat Islam yang mengikuti sebuah
kelompok tarekat, amalan dzikir diyakini sebagai pelatihan rohani atau spiritual agar bisa
lebih mendekatkan dirinya dengan Sang Khalik. Dalam arti lain, dzikir tersebut dilakukan
dengan menggunakan teknik yang hampir sama dengan meditasi secara umum.28
Ada dua macam metode dzikir yang berkembang di kalangan sufi, yaitu dzikir jahr
dan dzikir khofi. Dzikir jahr disebut juga dzikir lisan, dimana seseorang membacakan

25
Utami, “Tinjauan Literatur Mekanisme Zikir Terhadap Kesehatan: Respons Imunitas.” 106-107
26
Dadang Ahmad Fajar, Psikoterapi Religius (Cianjur: Darr Dzikr Press, 2018). 101
27
Fajar. 102-103
28
Subandi, Psikologi Dzikir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). 34

219
kalimat-kalimat dzikir secara lahiriah dengan suara yang jelas dan terdengar. Sedangkan
dzikir khofi disebut juga sebagai dzikir qolbi, dimana seseorang menyebut nama Allah
berulang-ulang secara batiniah di dalam hati, jiwa dan ruh .Dalam hal ini, biasanya
sebagian kelompok sufi melaksanakan dzikir jahr disertai dengan gerakan-gerakan tubuh
yang ritmis seperti yang dilaksanakan pengikut tarekat Qodiriyyah Naqsyabandiyah
pesantren Suryalaya di Tasikmalaya. Bahkan, ada yang menggunakan musik dan tarian
berputar-putar seperti yang dilakukan kelompok Mawlawiyah di Turki. Adapun yang
melaksanakan dzikir Khofi, sebagian ada yang menggunakan konsep badan halus (latifah)
yang mirip dengan konsep chakra dalam tradisi meditasi.29
Berdasarkan hal tersebut, penelitian-penelitian terdahulu telah sangat banyak
menyebutkan pengaruh dzikir terhadap kehidupan pelaku dzikir. Jika pengertian dzikir
yang diambil yaitu sebagai metode untuk menjernihkan dan menetralkan pikiran dengan
cara konsentrasi penuh hanya kepada Allah sebagaimana dzikir yang dilakukan oleh
berbagai kelompok tarekat, maka dzikir tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip
meditasi. Prinsip-prinsip tersebut terletak kata kuncinya, yakni keduanya sama-sama
melakukan konsentrasi dan pemusatan pikiran. Antara dzikir dengan meditasi juga
memiliki kesamaan dala manfaat yang diperoleh. Hal ini tidak menjadi rancu, apabila
dzikir oleh Sudirman Tebba disebut sebagai meditasi sufistik.30 Atau dalam hal ini, dzikir
disebut sebagai salah satu teknik ataupun pelatihan meditasi sufistik, artinya dzikir
merupakan meditasi berbasis sufi.

3. Tubuh Subtil
Segala sesuatu di alam semesta ini memiliki angka vibrasi (getaran) per unit waktu.
Mulai dari yang terkecil, yaitu atom hingga galaksi yang terbesar. Semuanya memiliki
getaran-getaran yang terjadi berulang-ulang, tidak pernah berhenti, dan terus bergerak.31
Sumber segala gerakan di alam semesta itulah disebut dengan energi.32 Seperti halnya
berbagai macam warna dan suara yang memiliki angka vibrasi (getaran), maka pikiran-
pikiran, emosi-emosi, dan hasrat-hasrat yang dimiliki seseorang akan mentransfer atau
mengirim getaran-getaran dan gelombang-gelombang ke alam semesta. Kondisi mental,
emosional dan spiritual seseorang akan amat berpengaruh terhadap besarnya getaran
energi-energi pada seseorang tersebut. Oleh karena itu, pikiran-pikiran, emosi-emosi
perasaan-perasaan dan kata-kata lainnya sangat penting untuk diperhatikan, karena getaran
yang dihasilkan tidak hanya akan berpengaruh pada diri, tetapi juga pada orang sekitar.33
Pikiran, perasaan, emosi, dan kata-kata adalah bagian dari proses penciptaan yang
terus-menerus secara konstan membentuk tubuh yang lebih lembut dalam dunia yang
halus, yaitu dinamakan dengan tubuh subtil. Kalau kita memahami bagaimana hubungan
antara dimensi-dimensi tersebut, maka memungkinkan kita akan bisa menikmati
kehidupan ini dengan lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih kreatif. Dengan memerhatikan
aspek-aspek spiritual, kita akan segera bisa menyelaraskan kemungkinan, harapan,
kenikmatan, dan ketulusan cinta dengan kehidupan nyata.
Setiap orang memiliki kebebasan untuk menentukan pikiran dan tindakannya.
Pikiran dan tindakan positif akan membantu seseorang berevolusi dengan frekuensi
vibrasional yang lebih tinggi. Namun, karena terlalu sibuk dengan dunia materi dan terlalu

29
Subandi. 35
30
Tebba, Meditasi Sufistik. 77
31
O’riordan, Seni Penyembuhan Alami. 100
32
O’riordan. 81
33
O’riordan. 101

220
fokus pada kehidupan materialistis, sehingga seseorang menjadi tidak menyadari akan
adanya kemampuan jiwa dan tubuh-tubuh yang bercahaya (tubuh subtil). 34
Setiap manusia memiliki pusat-pusat energi yang membantu manusia untuk
bertransformasi dan menghubungkan dengan dimensi-dimensi spiritual. Energi halus pada
pusat energi vibrasional, bisa dirasakan pada tingkat fisik dan bisa dikembangkan agar
bertambah serta mengintensifkan prana dalam tubuh subtil atau medan aura tubuh
manusia. Berikut adalah pusat-pusat energi dalam tubuh manusia yang paling penting:35
a. Solar Plexus
Solar Plexus merupakan jaringan saraf-saraf simpatis yang terletak di rongga kecil
antara dada dan perut (antara bawah tulang dada dan atas diafragma). Diafragma adalah
sebuah batasan antara pusat-pusat lebih rendah (instingtif) dengan pusat-pusat yang lebih
tinggi, yang menjadi semakin adanya keterkaitan dalam sebuah kesadaran yang lebih
berkembang. Diafragma sebagai pemisah antara aspek halus dan aspek padat, pemisah
antara organ-organ sensitif (jantung dan paru-paru) dengan organ-organ pencernaan dan
pencahar. Fungsi dari pusat ini yaitu menerima kekuatan utama daya hidup yang masuk ke
dalam tubuh fisik. Jika solar plexus ini ditambah energi, maka seseorang akan merasa
dinamis. Macam-macam partikel magnetik yang dihasilkan oleh pusat ini diberi bantuan
langsung oleh sinar matahari. Karena aktivitas yang berkaitan langsung dengan solar
plexus adalah sistem saraf. Apabila fokus pikiran ditujukan pada solar plexus, maka bisa
meningkatkan dan mempercepat aktivitas organ-organ pencernaan dan memperbaiki
kemampuan memproses makanan dan mengeluarkan enzim-enzim. Pencernaan yang rusak
memungkinkan kurangnya fokus energi pada solar plexus. Energi biasanya tersimpan di
pusat solar plexus. Jika solar plexus ini ditambah lagi energi akan menjadikan seseorang
tegas dan dinamis.36

b. Pusat di Dasar Tulang Punggung


Pusat ini terletak di pangkal tulang belakang atau disebut sebagai tulang rawan
(muda) berbentuk segitiga. Tulang rawan ini merupakan struktur yang tidak akan berubah
menjadi tanah setelah mati. Pada pusat ini penggunaan daya-daya sangat berpengaruh
terhadap gen dan reproduksi.
Dalam tasawuf, seluruh proses konsentrasi pusat-pusat energi akan disalurkan ke
dalam sumber kehidupan, yakni ke dalam hati.
a. Sumber di antara Dua Alis
Pusat ini terletak di rongga antara dua alis yang berhubungan langsung dengan
tulang hidung. Pemusatan energi pada rongga ini melahirkan telepati yang terkait denga
indra ke enam yaitu kemampuan untuk membaca pikiran orang. Pusat ini memiliki
keterkaitan dengan koordinasi antara kemampuan fisik dn spiritual, yang menjadikan otak
mampu lebih peka dalam menerima gelombang magnetik lainnya. apabila suatu getaran
disiarkan berdasarkan jarak gelombang tertentu, penerima akan menerimanya pada suatu
channel, tapi suara suara tersebut tidak bermanfaat untuk telinga yang tidak peka
walaupun gelombang tersebut disebarkan ke seluruh ruang atmosfir bumi. Para ilmuan
Timur percaya bahwa jika seseorang mendasarkan dirinya pada intuisi, seluruh daya alami
manusianya dan kekuatannya akan mampu untuk memahami kebenaran yang melampaui
inderawi dan kebiasaan binatang sehingga ia mampu menemukan prinsip-prinsip semesta
dengan lebih tepat dan jernih, yang memenuhi syarat-syarat metafisik. Ketika seseorang
mencapai konsentrasi ini (daya eksistensi yang terorganisasi berada dala pengendalian
intelek atau pikiran rasional), maka ia akan mampu memahami dan menemukan berbagai
34
O’riordan. 102
35
Behbehani, Ada Nabi Dalam Diri. 107-114

221
macam energi dan mampu memahami ruh juga sifat ketuhanan dirinya. Semua yang
tersembunyi kini menjadi nampak.

b. Sumber Energi Fontanel Bagian Atas


Sumber energi yang terletak di puncak kepala ini berperan sebagai antena yang bisa
menangkap gelombang pikiran yang bertebaran di atas kepala. Sumber energi ini dapat
memancarkan berbagai gelombang sampai dua belas kilo meter sehingga bisa
berkomunikasi dengan sumber-sumber sub lain, bisa mendengar, mencium, dan melihat
gelombang yang tak kasat mata.

c. Sumber di Atas Medulla Oblongata


Sumber ini terletak pada tulang punggung pertama dari tulang tengkuk. Sumber ini
terkontak langsung dengan pangkal tulang punggung (tulang rawan).

d. Sumber Kehidupan( Hati)


Sumber energi paling penting dalam tubuh manusia adalah hati (sumber kehidupan).
Hati terkenal dengan sebutan manajer paling bijak dan perkasa, mempunyai kecerdasan
paling penting yang terkait dengan seluruh sumber energi lainnya.
Tugas dari tiap-tiap pusat energi dalam tubuh secara umum adalah sebagai berikut:37
a. Menyerap dan menyimpan energi-energi elektromagnetik yang halus dari sekitar ranah-
ranah energi (solar, kosmik, atau ultrasonik)
b. Memproses dan mengubah energi-energi menjadi bentuk yang bisa digunakan tubuh
c. Mendistribusikan energi yang telah diubah ke seluruh tubuh untuk memberi makan
setiap sel. Sel pada gilirannya memakai energi yang telah diubah untu
menyeimbangkan berbagai aktivitasnya.
Setiap orang memiliki cara masing-masing dalam mengendalikan pusat-pusat energi
tersebut, sehingga aliran energi pada tiap orang berbeda-beda tergantung pada
pengendalian energinya. Ada yang sangat beraturan dan seimbang, ada yang beraturan
sebagiannya saja, ada juga yang berjalan lamban. Aliran energi inilah yang kemudian
memberikan pengaruh pada tubuh halus manusia (tubuh subtil). Selain tubuh fisik,
manusia juga memiliki tubuh halus yang mirip dengan tubuh fisik atau bisa disebut
sebagai tubuh subtil. Tubuh subtil ini merupakan medan energi (aura) yang bercahaya dan
berlapis lapis yang menyelubungi tubuh manusia.38 Ada empat lapisan medan aura yang
menyeubungi tubuh manusia:
Lapisan pertama yaitu lapisan yang paling dekat dengan tubuh fisik, yakni
dinamakan dengan tubuh eter atau tubuh corporeal. Lapisan ini sering kali disebut sebagai
template atau cetakan tubuh fisik. Fungsi utamanya adalah memadatkan energi matahari
(prana)dalam solar plexus. Tubuh eter mempunyai jantung spiritual (rahasia) dibalik
jantung fisik. Medan aura ini mengintegrasikan airan energi, debaran jantung, struktur dan
beradaptasi dengan dunia. Asal muasal listrik pada tubuh kita adalah kiriman dari jantung
spiritual ke jantung fisik. Pemutusan aliran kekuatan ini akan menyebabkan jantung
berhenti berdetak. Tubuh eter akan hilang dua sampai tiga hari setelah meninggal.39
Lapisan kedua yaitu tubuh astral atau tubuh angkasa yang terletak diatas tubuh eter.
Perasaan dan emosi diekspresikan dalam medan aura yang lebih halus ini. Jika seorang
individu sedang merasa senang dan bahagia, maka warna terang akan tampak jelas.
Sebaliknya, jika seseorang merasakan perasaan-perasaan negatif, maka aura tubuhnya
akan memancarkan warna pekat, gelap, dan keruh. Tubuh astral ini merupakan
37
Behbehani, Ada Nabi Dalam Diri. 107
38
O’riordan, Seni Penyembuhan Alami.102
39
O’riordan. 103

222
penghubung dengan dunia spiritual . Ia bisa berjalan-jalan meninggalkan tubuh fisik. Hal
ini bisa dilakukan melalui praktik meditasi.40
Lapisan ketiga yaitu tubuh rasional atau tubuh kausal. Medan aura ini kaitannya
dengan aktivitas menta danl juga bisa digambarkan bahwa tubuh ini adalah sebagai media
untuk berhubungan dengan semesta, yakni seperti sesama manusia, tumbuhan, binatang,
bumi, matahari, bulan, bintang dan lain-lain. Tubuh ini lebih halus, lebih bercahaya dan
lebih transparan dari tubuh angkasa. Wahyu dan inspirasi datang melalui tubuh ini.41
Lapisan keempat yaitu tubuh cahaya, atau disebut juga sebagai lingkaran api. Tubuh
ini bertanggungjwab terhadap jiwa rasional menuju dunia spiritual. Kemudian akan
terekspresikan melalui tubuh fisik dan merasakan perasaan cinta spiritual, kegembiraan,
dan penytuan dengan Yang Wujud. Seseorang yang sampai pada posisi ini yaitu orang
yang melewati proses kesabaran, pengabdian, dan pengaktualisasian, dan memiliki cinta
yang tulus terhadap sekitar. Jiwa-jiwa yang memiliki cinta tulus akan membentuk
lingkaran indah pada lapisan ini. Lingkaran yang bercahaya, berwarna putih keperakan.42
Keempat lapisan tubuh subtil atau medan energi ini mengatur aliran energi dan
menjaga dari penetrasi energi yang tidak sehat. Lapisan-lapisan energi tersebut adalah
potongan-potongan dari berbagai macam pemahaman tubuh halus pada saat itu, kemudian
menyeimbangkannya secara terus-menerus untuk mempertahankan kondisi baik.43
Lapisan-lapisan medan energi inilah yang menjadikan manusia mampu memilih pikiran-
pikiran dan tindakan-tindakan.
Kaitan pusat energi dan medan aura ini ialah ketika seseorang mampu
mengoperasikan pusat-pusat energi, maka medan aura yang mengitari tubuh seseorang
tersebut akan berwarna cerah dan bersih. Akan tetapi, jika pusat tidak mengalirkan energi
secara proporsional, maka aliran energi yang memancar dari tubuh akan memadat dan
berwarna gelap. Meski begitu, energi yang ada dalam pusat-pusat tubuh manusia tidak
pernah diblok atau tertutup seluruhnya. Energi terus saja mengalir ke dalam dan keluar
tubuh dengan kadar berbeda-beda.
Jika salah satu pusat energi berjalan lamban, maka energi yang mengalir akan
terhambat. Terhambatnya aliran energi ditandai dengan adanya gejala berupa tubuh lemas,
kelelahan dan mulai menunjukkan tanda-tanda sakit yang pada akhirnya tubuh kita
menjadi sakit.44 Untuk tidak terjadi hal demikian, maka energi haruslah beroperasi secara
optimal dan berfungsi secara seimbang. Pengoptimalan energi tersebut diperlukan teknik-
teknik latihan.

4. Upaya meningkatan kualitas Tubuh Subtil


Setiap manusia memiliki pusat-pusat energi. Apabila pusat-pusat energi tersebut
beroperasi secara harmonis, maka akan terjadi peningkatan kualitas pada tubuh subtil.
Tubuh subtil yang berkualitas ditandai dengan warna aura yang mengitari tubuh akan
menjadi sangat cerah dan bersih.45 Untuk mencapai itu, diperlukan latihan-latihan tertentu.
Meditasi adalah sebuah cara yang bisa membuka seluruh pusat-pusat energi yang
memungkinkan energi mengalir dengan bebas dari sumber yang lebih besar.46 Terkait hal
itu, dzikir merupakan salah satu teknik atau pelatihan meditasi berbasis sufi (meditasi

40
O’riordan. 103
41
O’riordan. 104
42
O’riordan. 105
43
O’riordan. 106
44
Behbehani, Ada Nabi Dalam Diri. 107
45
Behbehani. 107
46
O’riordan, Seni Penyembuhan Alami.115

223
sufistik). Sama halnya dengan teknik-teknik meditasi lainnya, teknik dzikir juga bisa
menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan tubuh subtil.
Dengan dzikir secara intensif melalui langkah-langkah tertentu, seperti
berkonsentrasi, memusatkan pikiran hanya pada Allah, menyebutan nama Allah secara
berulang-ulang, ataupun membaca suatu kalimat berkali-kali, maka akan memberikan
dampak positif berupa ketenangan hati, kebahagiaan, kelapangan, kenyamanan, dan lain
sebagainya. Semua dampak positif tersebut merupakan indikator atau ciri bahwa medan
aura sedang pada kondisi baik. Artinya, medan aura yang baik (cerah dan bersih)
menggambarkan bahwa tubuh subtil seseorang tersebut berkualitas.

E. KESIMPULAN
Ketika seseorang berdzikir (konsentrasi penuh kepada Allah dengan menyebut suatu
kalimat tertentu) secara intensif, sebenarnya pusat energi dalam tubuh seseorang itu
sedang beroperasi lebih optimal. Maksudnya, berdzikir berarti sedang mengumpulkan
seluruh energi pada pusat-pusat energi. Energi yang terkumpul pada pusat-pusat energi
menjadi terkendali yang kemudian akan mengalir ke seluruh bagian tubuh secara
seimbang, sehingga hal tersebut berpengaruh pada warna medan aura yang mengitari
seseorang tersebut. Jika pusat tersebut mengalirkan energi secara seimbang dan
proporsional, maka warna medan aura seseorang akan menjadi cerah dan bersih.
Sebaliknya, jika pusat energi tidak bisa mengalirkan energi secara proporsional, maka
warna medan aura akan menjadi keruh dan kotor. Selain itu, ketika seseorang berdzikir,
berarti ia juga sedang melatih diri untuk bisa memilih pikiran-pikiran, kata-kata, emosi
serta perasaan yang positif.
Pikiran-pikiran, kata-kata, emosi serta perasaan yang telah dialami, semuanya akan
menjadi sebuah potongan-potongan yang menjadi bagian dari proses pembentukan tubuh
subtil manusia. Jika pikiran, kata, emosi, dan perasaan itu dilatih untuk selalu positif,
maka akan membentuk tubuh yang lebih lembut dan halus.Dari kedua hasil analisis itu,
dapat ditarik kesimpulan bahwasannya dzikir sebagai teknik meditasi sufistik dapat
dijadikan salah satu teknik dalam mengupayakan peningkatan kualitas tubuh subtil,
dimana tubuh subtil yang berkualitas adalah tubuh subtil yang lebih lembut dan memiliki
warna aura yang cerah dan bersih. Tubuh subtil yang berwarna cerah, bercahaya, dan
bersih mengindikasikan bahwa seseorang tersebut memiliki kedamaian, ketenangan,
kebahagiaan, dan kesehatan hidup

224
DAFTAR PUSTAKA

Behbehani, Soraya Susan. Ada Nabi Dalam Diri. Jakarta: PT Serambi Ilmu, 2003.
Fajar, Dadang Ahmad. Psikoterapi Religius. Cianjur: Darr Dzikr Press, 2018.
Farid, Syeikh Ahmad. Tazkiyah An-Nafs Mensucikan Jiwa. Sukoharjo: Al-Hambra, 2012.
Ibrahim, Arfah. “Eksistensi Majelis Zikir Dan Pembentukan Akhlak Generasi Muda Kota
Banda Aceh” 19 (2017): 119–33.
Ikhsan, Daimul, Muhamad Irsyadi Fahmi, Asep Mafan, and Iain Surakarta. “Model
Psikoterapi Zikir Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental” 1, no. 2 (2017).
Kumala, Olivia Dwi, Yogi Kusprayogi, and Fuad Nashori. “Efektivitas Pelatihan Dzikir
Dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa Pada Lansia Penderita Hipertensi” 4 (2017): 55–
66.
O’riordan, R.N.L. Seni Penyembuhan Alami. Bekasi: PT Gugus Press, 2002.
Prabowo, Hendro. “Beberapa Manfaat Meditasi Dan Pengalaman Altered Stated of
Consciousness” 12 (2007).
Prawitasari, Johana E., M. Noor Rochman Hadjam, Nuryati Atamimi, M. A. Subandi, Neila
Ramdhani, and Nida Ul Hasanat. Psikoterapi Pendekatan Konvensional Dan
Kontemporer. Bandung: Pustaka Pelajar, 2002.
Saihu. “Pendidikan Sosial Yang Terkandung Dalam Surat AT-Taubah Ayat 71-72.” Edukasi
Islami: Jurnal Pendidikan Islam 09, no. 01 (2020): 146.
https://doi.org/10.30868/ei.v9i01.703.
Saihu, Made. Merawat Pluralisme Merawat Indonesia: Potret Pendidikan Pluralisme Agama
Di Jembrana-Bali. Yogyakarta: DEEPPUBLISH, 2019.
Soleh, Harmathilda H. “Do’a Dan Zikir Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi” 2, no. 1
(2016): 29–39.
Subandi. Psikologi Dzikir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Tebba, Sudirman. Meditasi Sufistik. Bandung: Pustaka Hidayah, 2004.
Utami, Tri Niswati. “Tinjauan Literatur Mekanisme Zikir Terhadap Kesehatan: Respons
Imunitas” 2 (2017).
Yuliyanti, Erba Rozalina. Psikologi Transpersonal. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati,
2013.

225

Anda mungkin juga menyukai