Anda di halaman 1dari 40

TERAPI KOMPLEMENTER DENGAN PRAYER

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Komplementer dosen


pengampu: Nina Gartika, S. Kep., M. Kep

disusun oleh:

Kelompok II

Nia kurnia 302017049

Putri P N F 302017057

Rizki Maulana 302017063

Sania Suci D 302017064

Shalma F S 302017067

Sophie Amalia 302017069

Yuli Yulianti 302017085

Zelfira Latifah D 302017087

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG Jl. K. H. Ahmad Dahlan


Dalam (Banteng Dalam) No. 6 Bandung 4026

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan
sayangnya kepada kita semua khususnya kepada kami, serta selalu memberikan hidayah
dan inayahnya sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan penuh suka cita dan
dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar kita, nabi Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan


Komplementer. Dalam penyusunannya pun kami mendapatkan bantuan dari dosen mata
kuliah yang bersangkutan, dari teman-teman dan dari referensi buku serta artikel media
massa. Penyusunan makalah ini belum mencapai kata sempurna, sehingga kami dengan
lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
sehingga di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh lebih baik dari makalah
ini. Kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca serta menjadi inspirasi bagi pembaca.

Bandung, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Dzikir ........................................................................................................ 3
B. Murrotal Al-Qur’an ................................................................................... 9
C. Terapi Sholat ........................................................................................... 13
D. Telaah Jurnal ........................................................................................... 28
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 35
A. Kesimpulan ............................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Terapi komplementer merupakan cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
Pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Berdasarkan
data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 -
80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-
konvensional.

Di Indonesia, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk


pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan –
iklan terapi non – konvensional di berbagai media. Berdasarkan hasil Survey
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan pengobatan
tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer-alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan hasil penelitian tahun 2010 telah digunakan
oleh 40% dari penduduk Indonesia.

Terdapat beberapa jenis keperawatan komplementer yaitu acupressure,


acupuncture, prana, bekam, terapi herbal (herbal therapy, terapi psiko–somatic
(mind–body therapy, terapi spiritual berbasis doa (spiritual therapy based on
prayer), dan terapi reiki. Pada makalah ini akan dibahas tentang acupoint yang
merupakan bagian dari terapi acupressure yaitu titik yang sensitif dan mempunyai
efek tertentu bila diberi tekanan, serta akan di bahas juga mengenai prinsip energi
dalam komplementer yang biasa disebut prana. (Saputra, 2012)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini akan diuraikan dalam bab
pembahasan berdasarkan latar belakang yang telah dibuat. Rumusan masalah
makalah ini terdiri dari:
1. Bagaimana terapi dzikir?
2. Bagaimana terapi murrotal al-qur’an?
3. Bagaimana terapi shalat?
4. Bagaimana telaah dari 3 jurnal?

1
2

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah merupakan uraian yang menyebutkan spesifik
maksud dan tujuan yang hendak dicapai dari makalah yang telah dibuat serta
menjawab dari rumusan makalah. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dari terapi komplementer prayer dengan dzikir,
murrotal al-qur’an dan shalat.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui terapi dzikir.
b. Untuk mengetahui terapi murrotal al-qur’an.
c. Untuk mengetahui terapi shalat.
d. Untuk mengetahui hasil dari 3 telaah jurnal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dzikir
1. Definisi Dzikir
Dzikir secara bahasa berakar dari kata dzakara yang artinya mengingat,
mengenang, memperhatikan, mengenal, mengerti dan mengambil pelajaran,
dalam Alquran dimaksudkan dzikir Allah yang artinya mengingat Allah
(Anshori, 2003).
Secara literal dzikir berarti mengingat, merupakan amaliah yang terkait
dengan ibadah ritual lainnya. Dzikir juga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk
kesadaran yang dimiliki seseorang dalam menjalin hubungan dengan sang
pencipta. Secara umum dzikir adalah mengingat Allah, mengagungkan nama
Allah, memuji Allah atas kekuasaan Allah dan membangun komunikasi guna
mendekatkan diri pada sang pencipta (Mustofa, 2006).
Menurut penulis, dzikir merupakan menginat Allah, mengagunggkan
Allah, serta mempelajari al qur’an untuk menjalin hubungan yang lebih dekat
dengan sang pencipta.
2. Tujuan Dzikir
Dzikir merupakan kunci latihan untuk selalu mengenal diri kepada
Allah sehingga bila seseorang semakin mengenal Allah (ma’rifat) maka akan
semakin kuat keimanan dan kecintaannya kepada Allah. Menurut Syamsudin
(2006) Tujuan dzikir antara lain yaitu akan membuahkan ketenangan batin,
kemantapan jiwa, dan dapat memberi semangat untuk selalu berkarya (amal
Shaleh), menimbulkan ketenangan, kemantapan dan semangat. Tujuan tersebut
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah surat Ar-Ra’d ayat 28 :

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi


tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram.”

3
4

Sedangkan menurut M. Zain Abdullah, dzikir bertujuan untuk


mendekatkan diri kepada Allah, agar selalu mengingatNya dan untuk
memperoleh keridloanNya.
3. Manfaat Dzikir

Menurut Wahab (2008) Seseorang yang berdzikir akan merasakan


beberapa manfaat, selain merasakan ketenagan batin, juga terdapat manfaat-
manfaat yang lain yaitu :
a. Dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian. Artinya siapa yang
senangtiasa berdzikir kepada Allah maka akan bisa mencapai derajat
kekasih Tuhan.
b. Dzikir merupakan kunci ibadah-ibadah yang lain
c. Dzkir akan membuat hijat dan menciptakan keikhlasan hati yang
sempurna.
d. Dzikir akan menurunkan rahmad.
e. Menghilangkan kesusahan hati.
f. Meluangkan hati.
g. memutuskan kehendak setan.
h. Dzikir menolak bencana.
Menurut Anshori dzikir bermanfaat mengontrol prilaku. Pengaruh yang
ditimbulkan secara konstan, akan mampu mengontrol prilaku seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada
Allah, terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat, namun mana kala ingat
kepada Tuhan kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan muncul
kembali.
Al-Khomeini memberikan penjelasan dengan berdzikir akan mendapatkan
ampunan. Siapapun yang berdzikir kepada Allah SWT ditengah-tengah orang
yang lalai maka dia seperti orang yang berperang melawan kaum muharibin
(para aggressor yang melawan Allah dan Islam).
Dzikir juga bermanfaat sebagai pembersih hati. Dzikir merupakan lawan
kelalaian (nisyan), jika manusia mengingat Allah dalam keadaan apapun dan
menyadari dirinya ada dihadapan dzat suci, tentu akan menahan diri dari
masalah – masalah yang tidak sesuai dengan keridhaan-Nya, dan
5

mengendalikan diri agar tidak bersikap durhaka. Semua malapetaka dan


penderitaan yang timbulkan oleh hawa nafsu dan setan, disebabkan oleh
kelupaan akan Allah. Ingat Allah dapat mebersihkan hati dan mensucikan jiwa.
Menurut Zuhri, dzikir dapat menjernihkan dan menghidupkan kalbu.
Kalbu dapat menjadikan kotoran disebabkan dosa dan lalai, maka dengan
dzikir dan istigfar akan menjernihkan sekaligus menghidupkan kalbu, kalbu
yang lupa bagaikan kalbu yang mati.
Al-Ghazali memberikan penjelasan tentang manfaat dzikir, yaitu “dzikir
sebagai ibadah social. Ayat-ayat Al-Quran sering kali ditutup dengan
bermacam asmaul husna yang artinya relevan dengan tindakan hamba, hal ini
memberitahukan kepada manusia betapapun banyaknya tindakan manusia
tidak luput dari pengetahuan Allah”.
4. Jenis-jenis Dzikir
Menurut Ahmad (2003) dzikir dibagi kedalam beberapa jenis yaitu:
a. Dzikir lisany (dzikir lidah): menyebut nama Allah dengan lidah,bunyinya
berupa kalimat Subhanallah, Alhamdulillah Shalawat dan Istigfar,
Asma’ul Husna, dzikir ini poin pahalanya paling rendah dibandingkan
dengan macam dzikir yang lainnya. Dan dzikir ini ada yang menyebutnya
zikir Syari’at.
b. Dzikir Qalbi (dzikir hati): menyebut nama Allah dengan hati kalimat
tasbih (Subhanallah), tahlil (Lailahaillallah), takbir (Allah Akbar), tahmid
(Alhamdulillah), taqdis, hauqolah, tarji’, Istigfar. Dzikir ini pahalanya bisa
mencapai 70 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan dzikir lisan, karena
zikir qalbi tidak diketahui orang lain sehingga keikhlasan dapat lebih
terjaga.
c. Dzikir Aqli (pikiran): memikirkan makna, arti, maksud yang terkandung
dalam kalimat-kalimat dzikir. Dzikir ini disebut juga tafakkur
(memikirkan) dan tadabur (merenungkan) yaitu merenungkan keesaan
Allah dan kekuasaan Allah sebagaimana mungkin yang tersurat dalam
kalimat dzikir yang diucapkan.
6

d. Dzikir Ruhy (zikir roh): kembalinya fitrah atau asal kejadiannya saat berada
dalam arwah, menyaksikan dan membuktikan wujud makrifah, dan ini
tingkatan dzikir tertinggi.
Ini firman Allah dalam Al-Qur’an yang dapat dijadikan sebagai dalil
disyari’atkannya dzikir.

“Karena itu, ingatkah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.”
(QS Al-Baqarah [2]: 152).

Sedangkan pembagian dzikir secara garis besar meliputi:

a. Dzikir lisan dan hati, yakni dengan mengucapkan kalimat-kalimat dzikir,


dan merenungkan serta mengingat Allah dengan hati.
b. Dzikir perbuatan, yakni dengan berbuat kebaikan dan beramal sholeh
dengan mengingat kebesaran Allah.
Beberapa ahli memberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk dzikir
yang diterapkan dalam kehidupan tashawuf, para ahli tersebut diantaranya,
Sukamto dalam Afif Anshori membagi dzikir kedalam empat jenis yaitu
sebagai
berikut :
1) Dzikir
membangkitkan daya ingat,
2) Dzikir kepada hukum Ilahi,
3) Dzikir-dzikir mengambil pelajaran atau peringatan
4) Dzikir meneliti proses alam
5. Metode Dzikir
a. Cara Pertama

Terapi dzikir dilaksanakan pada satu hari penuh dimana terdiri dari 2 sesi
yaitu sesi pertama adalah relaksasi dan sesi kedua adalah terapi dzikir.
1) Sesi pertama
Sesi pertama adalah relaksasi dimana hal ini bertujuan agar
subjek mampu merileksasikan diri sebelum diberikan terapi dzikir.
Pada sesi ini, relaksasi dipimpin langsung oleh peneliti yang memiliki
pengalaman di bidang tersebut. Kegiatan relaksasi ini menggunakan
7

music instrument yang pelah dan bertujuan untuk membuat subjek


lebih rileks agar lebih mudah mendapatkan arahan, hal ini digunakan
hanya sebagai media tambahan serta bukan sebagian pokok dalam
pemberian intervensi, kemudian dengan sambil mengikuti arahan dari
tutor atau yang memberikan arahan atau sugesti dengan mengikuti tiap
langkah dari arahannya.
Sebelum melaksanakannya maka dijelaskan terlebih dahulu
aturan main dalam pemberian terapi ini, setelah menjelaskan
aturannya maka subjek diminta untuk memejamkan matanya sambil
mengikuti arahan yang diberikan. Pada arahan tersebut, responden di
arahkan untuk mengingat masalah masing-masing.
2) Sesi Kedua
Sesi kedua adalah terapi dziki, terapi dzikir ini dilakukan
dengan berfokus pada penggunaan kalimat-kalimat dzikir sebagai
basis intervensi keislamannya untuk menenangkan diri seperti
astagfirullah, subhanallah, alhamdulillah, Allahuakbar. Setelah itu
barulah subjek di sugesti untuk berfokus pada penyelesaian masalah
dan membuang semua beban yang ada dengan memunculkan harapan-
harapan yang ingin mereka capai. Secara keseluruhan, intervensi ini
berlangsung dalam 30-40 menit.
b. Cara Kedua:
1) Diskusi terkait masalah yang dihadapi, keluhan masalah, dan usaha
yang pernah dilakukan untuk mengatasi masalah
2) Penjelasan terkait dzikir (psikoedukasi
3) Latihan berdzikir istighfar dengan melafadzkan
“Astaghfirullaahal’adzim” sebanyak seratus kali, kemudian berdoa;
4) Pemaknaan dan evaluasi. Pemaknaan adalah memaknai arti dari setiap
lafadz dzikir dikaitkan dengan peristiwa di dalam kehidupan sehari-
hari;
5) Pemberian tugas rumah untuk berdzikir ketika hendak tidur, bangun
tidur, hendak melakukan aktivitas, setelah melakukan aktivitas,
setelah sholat. Kembali pada poin pertama ditambah dengan evaluasi
8

tugas. Pelatihan dilaksanakan sebanyak 7 kali, dengan alokasi waktu


1 jam pada setiap pertemuan. Total waktu dalam pelatihan adalah 7
jam.
c. Cara Ketiga:
Praktik dzikir terdiri dari empat tahap yang merupakan modifikasi
tahapan zikir dari Subandi (2009). Keempat tahapan tersebut yaitu tahap
sebelum, awal, inti, dan akhir zikir.
1) Pada tahap sebelum zikir, peserta dipandu untuk meluruskan niat
hanya kepada Allah SWT.
2) Tahap awal yaitu mengucapkan syahadat dan selawat.
3) Pada tahap inti yaitu mengucapkan nama Allah (ism-ul-dzat) dan
asmaul husna, fasilitator menjelaskan arti dari setiap asmaul husna
yang akan diucapkan sehingga peserta memahami setiap asmaul
husna yang diajarkan.
4) Tahap akhir yaitu menarik nafas kemudian mengeluarkan nafas
sambil mengucap alhamdulillah.
6. Keutamaan Dzikir

Keutamaan dzikir secara umum banyak sekali yaitu:

a. Terlindung dari bahaya godaan setan

Setan tak pernah berhenti untuk menggelincirkan manusia dari rida


Allah. segala bentuk godaan akan diumpamakan kepada manusia agar lalai
dan terlena. Karena itu, dengan berdzikir kita memohon kepada Allah
supaya terlindung dari godaan setan yang terkutuk.

b. Tidak mudah menyerah dan putus asa

Hidup di dunia tak jarang penuh dengan permasalahan. Adanya


permasalahan ini sejatinya untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan
seseorang. Bagi yang tidak kuat menanggung permasalahan tersebut, acap
kali cenderung berputus asa. Padahal, berputus asa adalah perbuatan yang
dilarang oleh Islam.
9

c. Memberi ketenangan jiwa dan hati

Segala gundah dan resah bersumber dari bagaimana hati menyikapi


kenyataan. Jika hati lemah dan tak kuat menanggung beban hidup, besar
kemungkinan yang muncul adalah suasana resah dan gelisah. Artinya,
tidak tenang. Ketidaktenangan juga bisa timbul akibat perbuatan dosa. Hati
ibarat cermin dan dosa adalah debu. Semakin sering berbuat dosa, semakin
memupuk debu yang mengotori cermin. Karena itu, untuk meraih
ketenangan jiwa dan hati kita dianjurkan untuk memperbanyak zikir.

d. Mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah

Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kedua ini berasal


dari suku kata ar-rahmah yang berarti kasih sayang. Kasih sayang Allah
terhadap hamba-Nya begitu luas. Oleh sebab itu, kasih sayang Allah harus
kita raih dengan memperbanyak zikir.

e. Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang melenakan.

Hidup di dunia hanya sementara. Begitu pun segala hal yang diraih
dalam kehidupan dunia. Kenikmatan dunia adalah fana. Jelas, segala
kesenangan dan kenikmatan dunia bisa melenakan jika tidak disikapi
dengan bijaksana. Dengan kejernihan hati dan senantiasa mengingat Allah
melalui dzikir, kenikmatan dunia itu bisa menjadi perantara untuk meraih
kebahagiaan akhirat.

B. Murrotal Al-Qur’an
1. Definisi Murrotal
Al Murottal yaitu pelestarian Al- Qur’an dengan cara merekam dalam pita
suara dengan memperhatikan hukum-hukum bacaan, menjaga keluarnya huruf-
huruf serta memperhatikan waqaf-waqaf (Faridah, 2015).
Al-Murottal adalah pengumpulan baca’an ayat-ayat Al-Qur’an yang
bertujuan untuk melestarikan Al-Qur’an dengan cara merekam baca’an Al-
Qur’an. Sudah diketahui bahwa terdapat hukum-hukum bacaan (tajwid) yang
harus diperhatikan dalam pembacaan Al-Qur’an. Oleh karena itu untuk
10

menguatkan (tahqiq) kelestarian Al-Qur’an maka di gunakanlah media


rekaman (Widiayarti, 2011).
Menurut penulis, murrotal al-qur’an yaitu rekaman suara al-qur’an yang
dilagukan oleh seorang qori atau pembaca al-qur’an.
2. Tujuan Murrotal

Tujuan dari terapi Murrotal Al-Qur’an yaitu :


a. Tujuan terapi murottal adalah untuk menurunkan hormon-hormon stres
b. mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks
c. mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang
d. memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah
serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi
e. aktivitas gelombang otak.
3. Manfaat Murrotal
Berikut ini adalah manfaat dari murottal (mendengarkan bacaan ayatayat suci
Al-Qur’an antara lain (Indrajati, 2013).
a. Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil akan mendapatkan
ketenangan jiwa.
b. Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara
manusia merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat
yang paling mudah dijangkau. Dengan tempo yang lambat serta harmonis
lantunan Al-Qur’an dapat menurunkan hormon-hormon stress,
mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki
sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktifitas
gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat
tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran
yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.
c. Dengan terapi murottal maka kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan
akan meningkat, baik orang tersebut tahu arti al-Qur’an atau tidak.
Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas kepasrahan kepada Allah SWT,
dalam keadaan ini otak pada gelombang alpha, merupakan gelombang otak
11

pada frekuensi 7-14 Hz . ini merupakan keadaan energi otak yang optimal
dan dapat menyingkirkan stress dan menurunkan kecemasan.
4. Macam Terapi Murrotal
Surat Al-Qur’an yang diperdengarkan pada penelitian ini adalah surat Ar-
Ra’du ayat 28, Surat Al-Baqarah ayat 289 dan Surat Asy Syu’ara ayat 80.

1) Surat Ar-Ra’du ayat 28 menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman dan


hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. “Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”.

2) Arti dari surat Al-Baqarah ayat 286 adalah “Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakan dan ia mendapat siksa (dari kejahatan)
yang dikerjakannya. (mereka berdo’a) : Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan Kami, jangankah
Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana. Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau
penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir”.

3) Surat Asy Syu’ara ayat 80 menjelaskan bahwa “Dan apabila aku sakit maka
Dialah (Allah) yang menyembuhkan”. Surat yang diperdengarkan dalam
penelitian ini berisi tentang permohonan kepada Allah SWT untuk
menentramkan hati dan meminimalisir rasa sakit yang diderita, sehingga
responden tidak hanya ketenangan hati, tetapi sekaligus berdo’a kepada
Allah SWT.

5. Prosedur Mendengarkan Terapi Murrotal


Menurut Dewi (2017), prosedur mendengarkan terapi murrotal al-quran dibagi
kedalm beberapa langkah:
a. Menyiapkan ruangan yang tenang dan tidak ada kebisingan
b. Ajak pasien membaca tasmiyah
c. Posisikan klien berbaring dengan meletakkan tangan diperut atau
samping badan
12

d. Intruksikan klien untuk mlelakukan tekniknafas dalam 3 kali atau sampai


pasien merasa rileks
e. Pasang headset yang sudah disambungkan ke HP di kedua telinga pasien
f. Nyalakan murotal sambil mengintruksikan klien untuk menutup mata
g. Intruksikan pasien untuk memfokuskan pikirannya pada lantunan ayat-
ayat al-Qur’an tersebut selama 20 menit
h. Setelah selesai kemudian intruksikan pasien untuk membuka mata dan
melakukan teknik nafas dalam sebanyak 3 kali atau sampai pasien
merasa rileks
i. Membaca tahmid
6. Mekanisme Terapi Murrotal Al-Quran
Murottal bekerja pada otak dimana ketika didorong oleh rangsangan dari
terapi murottal maka otak akan memproduksi zat kimia yang disebut zat
neuropeoptide. Molekul ini akan menyangkut ke dalam reseptor-reseptor dan
memberikan umpan balik berupa kenikmatan dan kenyamanan. Fungsi
pendengaran manusia yang merupakan penerimaan rangsang auditori atau
suara. Rangsangan auditori yang berupa suara diterima oleh telingga sehingga
membuatnya bergetar. Getaran ini akan diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran yang bertautan antara satu dengan yang lain.
Rangsang fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion
natrium menjadi aliran listrik yang melalui saraf nervus VIII (vestibule
cokhlearis) menuju ke otak, tepatnya di area pendengaran. Setelah mengalami
perubahan potensial aksi yang dihasilkan oleh saraf auditorius, perambatan
potensial aksi ke korteks auditorius (yang bertanggung jawab untuk
menganalisa suara yang kompleks, ingatan jangka pendek, perbandingan nada,
menghambat respon motorik yang tidak diinginkan, pendengaran yang serius,
dan sebagainya) diterima oleh lobus temporal otak untuk mempresepikan
suara. Talamus sebagai pemancar impuls akan meneruskan rangsang ke
amigdala (tempat penyimpanan memori emosi) yang merupakan bagian
penting dari system limbik3 (yang mempengaruhi emosi dan perilaku).
Dengan mendengarkan ayat-ayat suci al-Qur’an, seorang muslim, baik
mereka yang berbahasa arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan
fisiologis yang sangat besar. Secara umum mereka merasakan adanya
penurunan depresi, kesedihan, dan ketenangan jiwa.
13

C. Terapi Sholat
1. Definisi Terapi Sholat
Shalat merupakan rangkaian ibadah yang memiliki keteraturan yang sangat
istimewa. Bagi setiap Muslim, shalat adalah sebuah kewajiban yang harus
dilakukan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan sunnah.
Shalat secara harfiah, berarti do’a. Shalat dalam konteks ini adalah doa yang
disampaikan dengan tata cara syarat dan rukun yang khas dalam bentuk
bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan tertentu. Ash-shalawat al-qa’imah
(shalatshalat yang didirikan) dalam bahasa syariah terdiri atas 5 waktu dan
berbagai shalat sunnah. Kata “shalat” juga memiliki akar kata yang sama
dengan memiliki hubungan makna dengan kata “shilah”, yang bermakna
“hubungan” (Rahmawati, 2013).
Menurut penulis, shalat yaitu ibadah yang didalamnya terdapat do’a yang
disampaikan dengan bentuk bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan tertentu.
2. Manfaat Gerakan Sholat
a. Gerakan takbiratul Ihram dilakukan dengan posisi berdiri tegak lurus
dengan sempurna, manfaat yang diperoleh, diantaranya :
1) Memberi manfaat kesehatan pada organ tubuh paru-paru, sekat rongga
dada dan kelenjar getah bening. Karena saat tangan terangkat, maka
rusuk akan ikut terangkat sehingga melebarkan rongga dada. Pada saat
itu, mestinya udara nafas akan masuk. Tapi bersamaan dengan itu, orang
yang akan memulai shalat ternyata harus mengucapkan “Allâhu Akbar”,
sehingga memaksa udara mengalir keluar. Hal ini menyebabkan sekat
rongga dada (diafragma) menjadi terlatih.
2) Ketika tangan terangkat, maka ketiak pun terbuka.Ketiak merupakan
induk atau stasiun dari peredaran kelenjar getah bening (limfe) di
seluruh tubuh. Dengan gerakan takbir yang berulang-ulang dalam
shalat, maka secara tidak langsung melakukan active pumping kelenjar
getah bening ke seluruh tubuh (dr. Sagiran M.Kes., Sp.B: 43-44).
3) Gerakan ini akan membantu memperlancar aliran darah getah bening
dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung yang berada di bawah otak
memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh.
b. Meletakkan Kedua Tangan di Atas Dada
14

Setelah Rasulullah melakukan takbiratul ihram, beliau meletakkan


tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, pergelangan tangan, dan
atau lengannya (HR. Abu Dawuddan Nasâ`i).Beliau kadang memegang
pergelangan tangan kanannya dengan tangan kiri dan meletakkan kedua
tangan di dadanya. (HR. Abu Dawud). Manfaatnya:
1) Secara anatomi, tubuh bersedekap merupakan cara terbaik untuk
keseimbangan kedua lengan. Cara semacam ini bermanfaat untuk
melatih beberapa otot sekitar bahu, ketiak, dan lengan tangan untuk
memperkuat dan mempertahankan kesejajaran bahu. Selain itu,
bersedekap akan memperkuat posisi kedua telapak kaki karena
keduanya berpijak pada sudut dataran yang sama.
2) Meletakkan kedua telapak tangan di atas dada, bukan diletakkan di
perut, akan membuat bahu kanan-kiri otomatis terangkat dan ketiak
sebagai stasiun peredaran limfe akan tetap terbuka.
3) Meletakkan tangan di atas dada merangsang kerja hormon hipotalamus
yang memberikan efek ketenangan kepada kita. Layaknya orang yang
sedang kesal, atau sedih, atau gembira, secara refleks tangan kita
mengelus-elus dada. Sedekap di dalam shalat yang benar adalah
meletakkan kedua tangan persis di depan dada, bukan di perut.
4) Di samping itu, gerakan ini diyakini dapat menghindarkan berbagai
gangguan persendian, khususnya pada bagian tubuh bagian atas.
c. Rukuk dan Tumakninah
Setelah selesai membaca ayat Al-Qur`an dalam shalat, Rasulullah
kemudian diam sebentar (HR. Abu Dawud dan al- Hâkim). Lantas beliau
mengangkat kedua tangannya (HR. Bukhari dan Muslim) sejajar dengan
wajahnya seraya mengucapkan takbir,lalu rukuk. Dalam setiap gerakan
shalat yang benar, maka akan terbentuk sudut yang dibentuk oleh gerakan
shalat (misal saat rukuk) terbentuk sudut 900, hal ini ada kaitannya dengan
materi vektor, yaitu vektor dua arah, manfaatnya:
1) Posisi rukuk dalam kondisi menekuk 90°, tulang belakang tetap lurus
tidak melengkung. Posisi ini menjadikan seluruh urat yang berada di
kaki kita menjadi tertarik (terjadi peregangan pada urat-urat kaki).
15

Baik sekali bagi mereka yang memiliki masalah persendian tulang


belakang, rematik, perut, dan penyakitpenyakit lain yang
berhubungan dengan organ vital.
2) Dengan posisi ini, berat badan bergeser ke depan, sehingga terjadi
relaksasi atau peregangan ruas tulang belakang. Relaksasi ini sangat
bermanfaat untuk memelihara tulang belakang yang selalu
terkompresi. Manfaat ini akan terasa jika dilakukan dengan benar dan
tumakninah, tidak tergesa-gesa.
3) Gerakan rukuk bermanfaat menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi
tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan
pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, sehingga aliran darah
maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut
berfungsi sebagai relaksasiotot-otot bahu hingga ke bawah. Rukuk
juga merupakan latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.
4) Di samping itu, rukuk dapat merawat kelenturan tulang belakang yang
berisi sumsum tulang belakang (sebagai saraf sentral manusia) beserta
aliran darahnya, memelihara kelenturan ruas sistem keringat yang
terdapat di punggung, pinggang, paha, dan betis belakang. Demikian
pula tulang leher, tengkuk, dan saluran saraf memori dapat terjaga
kelenturannya dengan rukuk. Kelenturan saraf memori dapat dijaga
dengan mengangkat kepala secara maksimal, dengan mata
menghadap ke tempat sujud.
5) Pada posisi rukuk dan sujud terjadi proses mengejan. Dalam kajian
kedokteran, posisi ini meningkatkan tonusparasimpatis (yang
melawan efek tonus simpatis). Dengan rukuk, tubuh memproduksi
NO (Nitrit oksida = zat yang terdapat pada sel bagian dalam pembuluh
darah yang mampu mengembangkan atau melebarkan pembuluh
darah) untuk melawan peningkatan kadar zat adrenalin di atas yang
berefekmenyempitkan pembuluh darah dan membuat sel trombosit
darah kita jadi bertambah liar.
16

6) Selain itu patut dicatat, bahwa gerakan rukuk juga diyakini dapat
membantu kesehatan dan kerja otak kecil serta melatih sistem limbik
agar emosi tetap stabil. (Mustamir Pedak: 180).
d. I'tidal serta Tumakninah Gerakan
I’tidal adalah bangun dari rukuk sebelum sujud. Dalam i‟tidal,
Rasulullah memerintahkan untuk melakukannya dengan tumakninah.
Beliau bersabda, yang artinya, “Kemudianangkatlah kepalamu hingga
engkau berdiri tegak [sehingga tiaptiap ruas tulang belakangmu kembali
pada tempatnya].” Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Apabila kamu
berdiri untuk i‟tidal,maka luruskan punggungmu dan tegakkan kepalamu
hingga ruastulang punggungmu mapan di tempatnya.” (HR. Bukhari,
Muslim,dan Ahmad). Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda, yang
artinya, “Allahtidak memperhatikan shalat seseorang yang
tidakmeluruskan punggungnya ketika berdiri di antara dua rukuk
dansujudnya.” (HR. Ahmad dan athThabarâni). Manfaatnya:
1) I‟tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak
berdiri bungkuk, berdiri sujud, merupakan latihan pencernaan yang
baik. Organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan
dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih
lancar.
2) Saat berdiri dari rukuk dengan mengangkat tangan, darah dari kepala
akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur
keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga
saraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan secara tiba-
tiba.
3) Di samping itu, i‟tidal memperlancar sirkulasi darah dan membantu
menarik nafas yang dalam lalu diikuti mengeluarkan nafas tersebut
dari arah yang berlawanan dengan kuat. Diafragma (sekat rongga
badan antara dada dan perut) kembali dalam posisi lebih tinggi.
Rongga perut tertekan ke tempat yang lebih rendah. Dada lebih tinggi
dari desakan udara, sehingga mengurangi terpancarnya darah yang
menuju ke dada. Aliran darah yang ada pada kedua kaki mempunyai
17

kesempatan leluasa untuk berjalan cepat menuju rongga perut, di mana


urat-urat yang sedang lunak menerima aliran darah dari kedua kaki
(Hilmi alKhuli:121-122).
e. Sujud serta Tumakninah
Dalam pelaksanaan sujud, Rasulullah mengucapkan takbir sambil
bergerak turun untuk sujud (HR. Bukhari Muslim). Di dalam riwayat
disebutkan, “…Lalu mengucapkan: Allâhu Akbar,kemudian sujud disertai
tumakninah.” (HR. Abu Dawud dan al-Hâkim). “Beliau adakalanya
mengangkat tangannya ketika hendaksujud.” (HR. an-Nasâ`i) Ketika turun
untuk sujud, Rasulullah mendahulukan kedua tangannya ke tanah sebelum
meletakkan kedua lututnya (Ibnu Khuzaimah dan al-Hâkim).
Dalam hadis lain, beliau bersabda, yang artinya, “Sesungguhnya
kedua tangan itu sujud sebagaimanamuka bersujud. Maka apabila salah
seorang dari kamu meletakkanwajah ke tanah, hendaklah ia meletakkan
pula kedua tangannya.Apabila ia mengangkat wajahnya, hendaknya ia
mengangkat pulakedua tangannya.” (Ibnu Khuzaimah dan Ahmad).
Ada tujuh anggota badan yang dipergunakan oleh Nabidalam bersujud,
yaitu dua telapak tangan, dua lutut, dua telapakkaki, kening dan hidung
(HR. Bukhari Muslim). Di samping itu,dalam sujud, beliau mengangkat
kedua lengannya dari tanah dan menjauhkannya dari lambungnya hingga
sampai warna putihketiaknya tampak oleh yang di belakangnya (HR.
Bukhari Muslim).Bahkan sekiranya ada anak kambing kecil yang lewat di
selaselaketiaknya, niscaya ia akan dapat melewatinya (HR.
Muslim).Ketika seseorang melakukan gerakan sujud dengan benar antara
kedua lutut lurus dan punggungnya mengarah ke tanah maka akan
membentuk sudut (arah) 450 maka akan memberikan beberapa manfaat
dalam tubuh, diantaranya :
1) Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher
dan ketiak. Posis jantung di atas otak menyebabkan daerah yang kaya
oksigen bisa mengalir secara maksimal ke otak. Aliran ini
berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya
18

lakukan sujud dengan tumakninah, tidak tergesa-gesa agar darah


cukup jumlahnya di otak.
2) Menurut penelitian Prof. Dr. Wan Azman Wan Ahmad, konsultan
spesialis jantung di UM Medical Centre, detak jantung dapat
berkurang kecepatannya hingga 10 kali dalam satu menit pada posisi
sujud, di mana kening, hidung, tangan dan lutut kaki menyentuh
tanah. Ini tentunya memberikan rasa rileks dan kenyamanan. Hal itu
disebabkan aliran darah yang membawa oksigen secara otomatis
masuk ke dalam pembuluh-pembuluh darah otak kita, kemudian
pengalirannya terjadi sampai ujung-ujung pembuluh darah kapiler
(kejadian ini hanya akan kita dapati ketika bersujud).
3) Dengan gerakan sujud, akan meningkatkan daya tahan pembuluh
darah di otak. Sebab, posisi kepala yang lebih rendah dari jantung,
menyebabkan darah berkumpul di pembuluh darah otak. Hal ini
secara tidak langsung melatih pembuluh darah otak seorang muslim,
agar tidak mudah terserang stroke.
4) Di samping itu, dalam posisi sujud, pembuluh darah di otak terlatih
untuk menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi
jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir
secara maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah
yang kaya oksigen, yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain,
sujud yang tumakninah dan kontinu dapat memicu peningkatan
kecerdasan seseorang.
5) Menurut penelitian Doktor Neurologi di Amerika, Dr. Fidelma, yang
telah memeluk Islam, ada beberapa urat saraf di dalamotak manusia
yang tidak dimasuki oleh darah. Urat tersebutmemerlukan darah untuk
beberapa saat saja. Padahal setiap inciotak manusia memerlukan darah
yang cukup untuk berfungsisecara normal. Darah tidak akan
memasuki urat saraf di dalamotak tersebut kecuali ketika orang
tersebut bersujud. Iniartinya, darah akan memasuki bagian urat
tersebut mengikutkadar shalat lima waktu yang diwajibkan oleh
Islam.
19

6) Khusus wanita, saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui


kepala dan dada, otototot perut (rectus abdominis dan obliquus
abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih
organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini
menguntungkan wanita, karena dalam persalinan dibutuhkan
pernafasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi.
Bila otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat,
maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud
menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan
organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).
7) Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan
hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada,
bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak
hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki
fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
8) Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir.
Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat
luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
9) Posisi sujud juga sangat baik bagi mereka yang memiliki gangguan
usus dan organ vital karena posisi ini secara otomatis akan
mengurangi terjadinya penumpukan feses yang tidak wajar di
dalam usus. Jika penumpukan feses yang tidak wajar terjadi di
bagian atas usus besar (prolapsus) akan menyebabkan terjadinya
penekanan ke organ vital yang secara otomatis akan menyebabkan
gangguan. Pada wanita misalnya berupa sakit yang hebat saat haid
atau gejala menopause dini, sedangkan pada laki-laki misalnya
dapat menyebabkan terjadinya ejakulasi dini. Jika penumpukan
feses yang tidak wajar terjadi di bagian samping atau bawah usus
besar (balooned sigmoid) akan menyebabkan organ ginjal tertekan
dan menyebabkan terjadinya berbagai gangguan pada ginjal.
10) Selain itu, posisi sujud juga baik sekali untuk penderita maag dan
penyakitpenyakit lainnya yang berhubungan denganlambung dan
20

usus, penyakit rematik, ginjal, masalah gangguantulang belakang


dan bahkan hampir semua penyakit bisasembuh dengan terapi
memperlama sujud.
11) Diyakini juga, gerakan sujud menyehatkan alat percernaan. Karena
ketika sujud, terjadi proses pemijatan terhadap perut dan perangkat
pencernaan. Di samping dapat mencegah lemak-lemak dan
kegemukan serta memperkuat otot perut, juga memperlancar kerja
pembuluh darah, dan juga memperlancar peredaran darah di otak.
f. Duduk di Antara Dua Sujud dan Tasyahud Awal Rasulullah ketika bangun
dari sujudnya mengucapkan takbir (HR. Bukhari Muslim). Kemudian
duduk iftirasy, yaitu dengan menegakkan telapak kaki kanan dan
menduduki telapak kaki kiri dengan tumakninah (HR. Bukhari).
Manfaatnya:
1) menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan
penderitanya tak mampu berjalan.
2) Menyeimbangkan sistem elektrik serta saraf keseimbangan tubuh kita.
Selain dapat menjaga kelenturan saraf di bagian paha dalam,
cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki.
3) Memperkuat jantung berikut sistem sirkulasi darah di seluruh bagian
tubuh. “Seperti air kran yang mengalir melalui selang, bila selang
secara berulangulang dipencet.
g. Duduk Tasyahud Akhir Pada dasarnya, cara duduk tasyahud akhir sama
ketika duduk tasyahud awal. Bedanya pada posisi telapak kaki. Pada
tasyahud akhir, posisi duduk Rasulullah adalah dengan tawarruk, yaitu
posisi pantat bagian kiri menempel ke tanah, kaki kiri dan kaki kanan
berada pada satu sisi, yaitu sisi kanan (HR. Abu Dawuddan alBaihaqi) dan
meletakkan kaki kirinya di bawah paha dan betis kaki kanan serta
menegakkan telapak kaki kanan. Namun adakalanya beliau
menghamparkannya (HR. Muslim dan Abu’Awânah). Manfaatnya:
1) memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.
2) Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran
kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostat) dan saluran
21

vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, postur ini bisa mencegah
impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirasy dan tawarruk
menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian
relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga
kelenturan dan kekuatan organorgan gerak kita.
h. Salam ke Kanan dan ke Kiri Saat Rasulullah mengucapkan salam tanda
selesainya shalat, Rasulullah berpaling ke arah kanannya, seraya
mengucapkan: Assalâmu „alaikum wa rahmatullâh (keselamatan dan
rahmat Allah semoga terlimpah kepadamu), hingga pipi kanannya yang
putih terlihat, kemudian berpaling ke arah kiri, seraya mengucapkan:
Assalâmu „alaikum wa rahmatullâh (keselamatan dan rahmat Allah
semoga terlimpah untukmu), hingga terlihat pipi kirinya yang putih (HR.
Muslim).Manfaatnya:
1) merelaksasikan otot di sekitar leher dan kepala, serta
menyempurnakan aliran darah di kepalasehingga mencegah sakit
kepala serta menjaga kekencangankulit wajah
2) Memberikan relaksasi pada otot dan tulang leher. Di leher, terdapat
banyak jaringan sistem saraf dan pembuluh darah yang
menghubungkan kepala dan bagian badan. Gerakan ini secara tidak
langsung akan menghindarkan seseorang darigangguan saraf.

3. Tujuan Terapi Sholat


Tujuan Terapi Shalat yaitu sebagai berikut : (Thalib,T. 2018)
a. Dalam rangka memberikan nasihat, bimbingan tentang berbagai
permasalahan yang dihadapi manusia. Cara penyampainnya dengan penuh
kasih sayang dan tidak mengundang perdebatan. Dalam hal ini makna ayat
Al Qur’an bisa mengembalikan kesalahan berfikir dan pemahaman
seseorang terhadap masalah kehidupan.
b. Pembacaan ayat Al Qur’an merupakan suatu tindakan pencegahan dan
perlindungan dan sebagai doa agar senantiasa dapat terhindar dan
terlindungi dari suatu musibah, ujian yang berat yang dapat
mengakibatkan terganggunya kesehatan jiwa. Ketiga, pembacaan ayat Al
22

Qur’an merupakan suatu tindakan pengobatan dan penyembuhan terhadap


penyakit fisik dan spiritual.
4. Prosedur Terapi Sholat
Terapi shalat fokus ke dalam 6 gerakan shalat, setiap gerakan memiliki
poin-poin penting yang menjadi pokok-pokok renungan dalam shalat, ke-enam
gerakan beserta poinnya :

a. Berdiri
Bersamaan dengan niat shalat, kita memulai shalat dengan mengangkat
dua tangan untuk mengucapkan Takbir, Allahu Akbar (Allah Maha Besar).
Takbir pembuka shalat (Takbiratol Ihram) dilakukan dengan
menghadapkan kedua telapak tangan ke-arah kakbah, sedangkan bagian
luarnya membelakangi dunia. Sebelum membaca Al-Fatihah alangkah
baiknya jika kita awali dengan membaca doa iftitah, sebab kita perlu
membersihkan diri dari dosa sebelum membaca doa-doa shalat
selanjutnya. Setelah selesai membaca doa iftitah kita mulai membaca surat
Al-Fatihah dengan mengawali ta’awwudz pembuka surat, kemudian
basmalah yang menjadi salah satu ayat dalam Al-fatihah. Membaca
taawwudz dianjurkan hanya di awal rakaat saja, hal ini agar kita terhindar
dan terjauh dari godaan syaithan yang menggoda dan menghalangi
konsentrasi kita pada bacaan Al-Fatihah yang menjadi rukunnya shalat dan
menjadi inti di dalam shalat.
b. Rukuk
Setelah berdiri dan membaca Al-Fatihah, lebih baik lagi kita
membaca salah satu surat dalam Al-Quran, kita melakukan rukuk, dengan
tenang dan tidak tergesa-gesa, atau biasa disebut tumakninah. Gerakan
rukuk, yaitu dengan membungkukkan badan dengan kedua tangan di lutut,
dan wajah diarahkan ke tempat sujud.
c. I’tidal
Gerakan selanjutnya setelah rukuk adalah berdiri tegak (i’tidal)
dengan mengucapkan sami’allahu liman hamidah (Allah Maha Mendengar
orang yang memujinya).
d. Sujud
23

Sujud adalah posisi shalat yang paling istimewa. Pada posisi lain,
kita masih bisa menoleh (walalupun ini tak dibenarkan), tetapi di dalam
bersujud, kita mau tidak mau hanya menghadap Allah semata. Kata sujud
disebut 92 kali di dalam Al-Quran, semua menjelaskan ketundukan
manusia, malaikat, bintang, pohon dan makhluk-makhluk lainnya.
e. Duduk Antara Dua Sujud
Setelah selesai sujud, kita melanjutkan gerakan duduk antara dua
sujud atau duduk iftirasy, yaitu duduk di atas kaki yang dilipat dengan
ujung jari-jari kaki kanan dihadapkan ke kiblat.
f. Tasyahud Awal dan Akhir
Duduk Tasyahud dilakukan setelah melakukan dua rakaat. Jika
shalat subuh maka, hanya ada tasyahud awal, selebihnya ada tasyahud
awal dan tasyahu akhir. Dalam posisi ini, kita juga membaca shalawat
sebagai ekspresi doa untuk Nabi yang dimuliakan Allah. Persaksian kita
akan ke-Esaan Allah dengan kalimat La Ilaha Illaallah.
5. Macam-macam Terapi Sholat
a. Macam-macam Sholat Wajib
1) Sholat Maktubah
Sholat yang diwajibkan (maktubah) oleh Allah ada lima waktu
yang sudah ditentukan waktunya, yaitu dhuhur, ashar, maghrib, isya’
dan subuh. Firman Allah SWT:

Artinya: “Maka apabila telah mneyelesaikan shalat(mu), ingatlah


Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu telah ,erasa aman, maka dirikanlah sholat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (Surat An-
Nisa’ ayat 103).
2) Sholat wajib selain sholat lima waktu
24

a) Sholat Nazar, yaitu sholat yang dinazarkan atau diikrarkan kepada


Allah sebagai ungkapan syukur atas nikmat atau keberhasilan sesuatu.
b) Sholat jenazah. Hukum sholat jenazah adalah fardhu kifayah apabila
ada seorang muslim meninggal dunia, maka kewajiban bagi kaum
muslim untuk menyolatkannya. Jika telah ada satu orang muslim saja
yang menyolatkan, maka hilanglah kewajiban muslim lainnya, namun
jika tidak ada satupun yang menyolatkan jenazah seorang muslim,
maka dosanya akan ditanggung oleh semua orang muslim.
c) Sholat jum’at, yaitu sholat fardhu dua rokaat yang dikerjakan pada
waktu zhuhur hari jum’at sesudah dua khutbah jum’at.
c. Sholat Sunah
Shalat Sunah dengan
Shalat Sunah
berjamaah atau Shalat Sunah Munfarid
Berjamaah
munfarid
1) Shalat Idain (Shalat 1) Shalat Tarawih 1) Shalat Rawatib
Idul Fitri dan Idul 2) Shalat Witir 2) Shalat Tahiyatul
Adha) 3) Shalat Dhuha Masjid
2) Shalat Istisqa 4) Shalat Tahajud 3) Shalat Istikharah
3) Shalat Kusuf 4) Shalat Tasbih
(Gerhana Matahari) 5) Shalat Hajat
dan Khusuf (gerhana
Bulan)

1) Shalat Sunnah Berjamaah


Shalat sunah berjama’ah adalah salat yang dikerjakan secara
bersama salah satu menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan
syarat yang telah ditentukan. Shalat sunnah berjamaah adalah shalat Idain,
Shalat Tarawih, Shalat Witir, Shalat Istisqa’ (minta hujan), shalat Gerhana
Matahari (Kusuf) dan shalat Gerhana Bulan (Khusuf)
a) Shalat Idain
shalat Idain adalah shalat pada waktu dua hari raya yakni Hari Raya
Idul fitri (1 syawal) dan Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah). Adapun
25

hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad yaitu sunnah yang


sangat dianjurkan.
b) Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat sunah yang dilaksanakan khusus pada
malam hari bulan Ramadhan. Shalat tarawih merupakan amalan sunah
pada bulan Ramadhan di samping ibadah-ibadah lain seperti
memperbanyak tadarus Al Quran, berzikir, berdoa, mendalami ilmu
agama dengan mengikuti pesantren kilat, dan sebagainya. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
c) Shalat Witir
Witir artinya ganjil. Shalat Witir artinya shalat sunah yang dikerjakan
pada malam hari setelah shalat Isya’ dengan bilangan rakaatnya ganjil
baik di bulan Ramadan maupun diluar bulan Ramadan.
d) Shalat Istisqa’ (Shalat minta hujan)
Shalat Istisqa’ adalah shalat sunnat 2 rakaat yang dilakukan untuk
memohon turunnya hujan kepada Allah SWT.
e) Shalat Gerhana Matahari (Kusuf) dan shalat Gerhana Bulan (Khusuf)
Shalat kusuf atau shalat khusuf adalah shalat yang dikerjakan dengan tata
cara tertentu karena terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan. Hukum
shalat gerhana adalah sunnah mu’akkad sebagaimana shalat gerhana
matahari dan dilakukan secara berjamaah.

2) SHALAT SUNAH MUNFARID


Shalat sunah munfarid adalah shalat sunah yang lebih baik
dilakukan dengan cara sendirian, tidak ada imam atau makmum.
Berikut contoh shalat sunah Munfarid :
a) Shalat Tahiyatul Masjid
Shalat Tahiyatul Masjid adalah shalat sunah yang dilaksanakan ketika
seseorang memasuki masjid. Hukum melaksanakannya adalah sunah,
dikerjakan 2 rakaat sebelum duduk dengan tujuan menghormati
(memuliakan) masjid.
b) Shalat Tahajud
26

Tahajud berarti bangun dari tidur pada malam hari. Jadi shalat Tahajud
adalah shalat sunah yang dikerjakan pada malam hari setelah shalat
Isya’ sampai menjelang waktu Subuh. Lebih utama dikerjakan
sepertiga malam yang terakhir (kira-kira jam 02.00 dini hari). Hukum
melaksanakan shalat Tahajjud adalah sunnah muakkad. Jumlah
rakaatnya paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak tak terbatas.
c) Shalat Istikharah
Shalat Istikharah artinya shalat sunah dua rakaat dengan maksud mohon
petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan terbaik diantara
dua pilihan atau lebih. Hukum melaksanakannya adalah sunah
dikerjakan pada waktu siang atau malam, pagi atau sore dengan 2
rakaat.
d) Shalat Duha
Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada pagi sampai
siang hari. Dari setelah matahari agak tinggi sampai sebelum masuk
waktu dzuhur. Waktu terbaik adalah dengan mengakhirkan sampai waktu
agak siang (panas). Kirakira antara jam 8 sampai jam 10. Hukum salat
Duha adalah sunnah muakkad. Jumlah rakaatnya paling sedikit dua,
rakaat dan paling banyak dua belas rakaat, yang paling utama delapan
rakaat.
e) Shalat Tasbih
Shalat tasbih (‫( التسابيح صاله‬adalah shalat sunnah 4 (empat) rakaat
yang banyak mengandung ucapan tasbih (subhanallah) di setiap
gerakannya. 15 Shalat Sunnah Tasbih adalah shalat sunnat empat raka’at
yang di dalamnya ada bacaan tasbih sebanyak 300 kali dan setiap
raka’atnya ada bacaan tasbih sebanyak 75 kali, yang dikerjakan paling
tidak minimal sekali seumur hidup. Tetapi jika mampu boleh
mengerjakannya setahun sekali, sebulan sekali, seminggu sekali atau
setiap malam sekali.
f) Shalat Sunnah Rawatib
Shalat Sunnah Rowatib adalah shalat sunah yang waktu
pelaksanaannya mengiringi shalat fardu lima waktu. Shalat tersebut
27

dilakukan sebelum atau sesudah shalat fardu. Sholat Sunat Rawatib yang
dikerjakan sebelum sholat fardu disebut rawatib qobliyah, sedangkan
Sholat Sunat Rawatib yang dikerjakan sebelum sholat wajib disebut
rawatib bakdiyah.
g) Shalat Hajat
Shalat Hajat adalah shalat sunah yang dilakukan karena ada suatu
hajat atau keperluan, baik keperluan duniawi atau keperluan ukhrawi
agar hajat dikabulkan Allah.
h) Shalat Mutlak
Shalat Mutlak adalah shalat sunnah yang boleh dikerjakan pada
waktu kapan saja, kecuali pada waktu yang dilarang untuk mengerjakan
shalat sunah dengan jumlah rakaat yang tidak terbatas. Niat shalat
mutlak tidak terikat dengan niat tertentu selain ikhlas hanya karena
ibadah kepada Allah SWT. Shalat sunah mutlak dikerjakan tiap-tiap
dua raka’at dengan satu kali salam.
28

D. Telaah Jurnal
A. N Nama Jurnal PICO Keterangan
o.
1 Efektivitas Pelatihan Problem/Patie Lansia Penderita
Dzikir dalam nt Hipertensi
Meningkatkan
Ketenangan Jiwa pada
Lansia Penderita
Hipertensi

Penulis : Olivia Dwi


Kumala, Yogi
Kusprayogi, Fuad
Nashori

Penerbit :
PSYMPATHIC :
Jurnal Ilmiah
Psikologi
Volume 4, Nomor 1,
2017: 55-66

Daftar Pustaka : Intervention Pelatihan dzikir


Kumala, O. D., diberikan pada
Kusprayogi, Y., & responden berupa: (1)
Nashori, F. (2017). Diskusi terkait masalah
Efektivitas Pelatihan yang dihadapi, keluhan
Dzikir dalam masalah, dan usaha yang
Meningkatkan pernah dilakukan untuk
Ketenangan Jiwa Pada mengatasi masalah
Lansia Penderita (2) Penjelasan terkait
Hipertensi. Psympathi dzikir (psikoedukasi)
29

c: Jurnal Ilmiah (3) Latihan berdzikir


Psikologi, 4(1), 55-66. istighfar dengan
melafadzkan
“Astaghfirullaahal’adzi
m” sebanyak seratus
kali, kemudian berdoa
(4) Pemaknaan dan
evaluasi. Pemaknaan
adalah memaknai arti
dari setiap lafadz dzikir
dikaitkan dengan
peristiwa di dalam
kehidupan sehari-hari
(5) Pemberian tugas
rumah untuk berdzikir
ketika hendak tidur,
bangun tidur, hendak
melakukan aktivitas,
setelah melakukan
aktivitas, setelah sholat.
Kembali pada poin
pertama ditambah
dengan evaluasi tugas.
Pelatihan dilaksanakan
sebanyak 7 kali, dengan
alokasi waktu 1 jam pada
setiap pertemuan. Total
waktu dalam pelatihan
adalah 7 jam.
Comparison Penelitian ini juga
mendukung penelitian
yang dilakukan
30

sebelumnya oleh
Wahyunita, Afiatin, dan
Kumolohadi (2014)
bahwa terapi relaksasi
dzikir mampu
menurunkan tingkat
kecemasan dan
meningkatkan
kesejahteraan subjektif
pada individu yang
mengalami infertilitas.
Kondisi emosi negatif
seperti kecemasan dan
stres merupakan faktor
yang menyebabkan
resiko hipertensi (WHO,
2011). Penurunan stres
dan kecemasan muncul
pada individu yang
melakukan dzikir,
sehingga individu
tersebut mengalami
ketenangan jiwa dan
terhindar dari resiko
hipertensi.
Outcome untuk mengetahui
apakah terdapat
penurunan tekanan darah
dan peningkatan
ketenangan jiwa setelah
diberikan pelatihan
31

dzikir pada lansia yang


menderita hipertensi
2. Efektivitas Pelatihan Problem/Patie Lansia dengan hipertensi
Shalat Khusyuk nt yang mengalami
Dalam Menurunkan kecemasan
Kecemasan Pada
Lansia Hipertensi

Penulis :
Yulia Wardani H.
Fuad Nashori Qurotul
Uyun

Penerbit :
JIP (Jurnal Intervensi
Psikologi), 8(2), 217-
233
Daftar Pustaka : Intervention Pelatihan shalat khusyuk
Wardani, Y., Nashori, meliputi :
F., & Uyun, Q. (1) Latihan relaksasi
(2016). Efektivitas dengan terapi air (hydro
Pelatihan Shalat therapy) ketika
Khusyuk dalam berwudhu’.
Menurunkan (2) Latihan relaksasi dan
Kecemasan pada olah kejiwaan di dalam
Lansia Hipertensi. JIP gerakan raka’at dan
(Jurnal Intervensi bacaan shalat.
Psikologi), 8(2), 217- (3) Latihan dzikir dan
233. doa. Pelatihan shalat
khusyuk terdiri atas 3
kali pertemuan, masing-
masing pertemuan terdiri
32

atas 4 dan 5 sesi dengan


rentang waktu 100-150
menit. Total waktu
adalah 370 menit.
Comparison Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan pendapat
Wadji dan Rahmani
(2009) bahwa dengan
shalat maka jiwa
menemukan kelapangan
yang sempurna, jauh dari
ketegangan dan tekanan,
serta mengendalikan
emosi.
Penurunan
Outcome untuk mengetahui
pengaruh pelatihan
shalat khusyuk untuk
menurunkan kecemasan
pada lansia hipertensi.
3. Pengaruh Terapi Problem/Patie Pasien dengan hipertensi
Murottal Al-Qur’an nt
Terhadap Tekanan
darah Pada Pasien
Hipertensi di Ruang
Cempaka Rsud Dr. H.
Soewondo Kendal

Penulis :
Dwi Nur Aini,
Priharyanti
33

Wulandari, Sri Puji


Astuti.

Penerbit :
Jurnal Ners Widya
Husada Semarang.
Daftar Pustaka : Intervention a. Melakukan
Astuti, S. P., Aini, D. pemeriksaan tekanan
N., & Wulandari, P. darah pre test pada
(2018). Pengaruh responden
Terapi Murottal Al- b. Memberikan terapi
Qur’an Terhadap murottal kepada
Tekanandarah Pada responden selama ± 15
Pasien Hipertensidi menit selama 1 minggu
Ruang Cempaka Rsud (7 hari) dengan
Dr. H. Soewondo mendengarkan
Kendal. Jurnal Ners lantunanan QS. Ar-
Widya Husada Rahman. Post test
Semarang, 3(2). dilakukan setelah
perlakuan (5-10 menit)
dengan menggunakan
lembar pemantauan
tekanan darah.
Comparison Tidak dijelaskan
Outcome mengetahui pengaruh
terapi murottal Al-
Qur’an terhadap
penurunan tekanan darah
pada penderita
hipertensi.
Kesimpulan :
34

Seluruh intervensi dai jurnal satu sampai dengan jurnal ketiga, dakat digunakan
pada pasien dengan hipertensi. Seluruh intervensi yang diberikan telah terbukti
dapat menurunkan tekanan darah yang cukup signifikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer merupakan cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
Pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.

Berbagai terapi komplementer diantaranya yaitu Nutrisi (Nutritional


Therapy); Terapi herbal (Herbal Therapy); Terapi psiko – somatik (Mind – Body
Therapy); Terapi spiritual berbasis doa (Spiritual Therapy Based on Prayer)
berbagai jenis terapi spiritual adalah sebagai berikut.

Dzikir secara bahasa berakar dari kata dzakara yang artinya mengingat,
mengenang, memperhatikan, mengenal, mengerti dan mengambil pelajaran, dalam
Alquran dimaksudkan dzikir Allah yang artinya mengingat Allah.

Al Murottal yaitu pelestarian Al- Qur’an dengan cara merekam dalam pita
suara dengan memperhatikan hukum-hukum bacaan, menjaga keluarnya huruf-
huruf serta memperhatikan waqaf-waqaf.

Shalat merupakan rangkaian ibadah yang memiliki keteraturan yang sangat


istimewa. Bagi setiap Muslim, shalat adalah sebuah kewajiban yang harus
dilakukan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan sunnah.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Bangun, R. H. (2003). Akhlak Tasawuf Pengenalan, Pemahaman, dan


Pengaplikasiannya . Jakarta: Rajawali Pers.

Anshori. (2003). Dzikir demi Kebaikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi, S. (2017). Penerapan Terapi Baca Al-Qur'an Surah Ar-Rahman Terhadap


Tingkat Kecemasan Pasien Chronik Kidney Disease (CKD) di RSUD Dr.
Soedrimn Kebumen. Skripsi.

Dwi, K. O. (2017). Efektivitas Pelatihan Dzikir dalam Meningkatkan Ketenangan


Jiwa pada Lansia Penderita Hipertensi. PSYMPATHIC Jurnal Ilmiah
Psikologi Volume 4, Nomor 1.

Elsa, N. (2015). Pengaruh Terapi Mendengarkan Murottal Al-Qur’an Terhadap


Tingkat Kecemasan Anak Presirkumsisi Di Rumah Sunat Bintaro.
Universitas Hidayatullah Jakarta .

Faridah, V. N. (2015). Terapi Murrotal (Al-Qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat.


Jurnal Keperawatan Vol 6, No 1, 63-70.

Indrajati, T. (2013). Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Denyut Nadi Dan


Frekuensi Pernafasan Pada Bayi Prematur Di Rsud Banyumas.

Jumini, S. &. (2018). Analisis Vektor Dalam Gerakan Shalat Terhadap Kesehatan.
Spektra: Jurnal Kajian Pendidikan Sains, 4(2), 123-134.

Mustofa, A. (2006). Dzikir Tauhid. Surabaya: PADMA Press.

Noor, S. (2006). Do'a, Wirid dan Dzikir . Jakarta: Citra Harta Prima.

Nurjamiah. (2015). Aplikasi Terapi Murotal dalam Asuhan Keperawatan Pasien


Pre Operasi dengan Kecemasan di Ruang RB3 RSUP HAM Medan. Tugas
Akhir Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumtra Utara.

Rahmat, F. N. (2018). Efektifitas Terapi Shalat Bahagia Untuk Menurunkan


Anxiety Disorder Mahasiswa Kelas B3 Semester Tujuh Program Studi
Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Rahmawati, A. I. (2013). Efektifitas Terapi Shalat Bahagia Untuk Mengurangi.


Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 03, No. 01, 50-61.

Ridha, S. (2017). Pengaruh Terapi Zikir Terhadap Penurunan Stres Pada


Mahasiswa Magister Profesi Psikologi. INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi
Vol 8 No.1.
Risnawati. (2017). Efektif Murottal Dan Terapi Music Terhadap Tingkat
Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Semester Vii. Uin Alaudin
Makassar.

Rohmi, H. (2014). Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur'an Untuk Penurunan Nyeri


Persalinan dan Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif. Jurnal
Ilmiah Kebidanan. Vol 5 No 2.

Samsul, A. (2010). Rahasia Dzikir dan Doa. Yogyakarta: Darul Hikmah.

Saputra, Eka. (2012). Terapi Komplementer. Jakarta: Media Pustaka


Thalib, T. (2018). Pengalaman Spiritual dalam Pandangan Neuropsikologi
(Doctoral dissertation, Tesis. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta).

Tria, W. (2019). Terapi Zikir sebagai Intervensi untuk Menurunkan Kecemasan


pada Lansia. Gadjah Mada Journal of Professional Psychologi Volume 5,
No. 2.

Wahab. (2008). Menjadi Kekasih Tuhan. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Zuhri, S. (2000). Menuju Kesucian Diri. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai