Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

ANALISIS TERHADAP TERAPI SUFISTIK PADA GANGGUAN PSIKOSIS

A. Efektifitas terapi sufistik pada penderita psikosis

Terapi sufistik yang digunakan untuk pengobatan atau terapi penderita


gangguan psikosis di panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" ada beberapa
macam dan ada cara tersendiri yang digunakan. Metode pengobatan atau
penyembuhan gangguan penderita psikosis yang dilakukan di panti rehabilitasi
sakit jiwa "Nurussalam" di Sayung-Demak merupakan suatu paket yang
dilaksanakan secara intensif dan kontinyu dalam satu periode tertentu. Dimana
metode ini melalui pendekatan Illahiyah yang terdiri dari Mandi taubat,
membacakan ayat-ayat al-Qur'an, penyucian jiwa dengan dzikir, do'a bersama,
dan shalat berjama'ah.
Proses pengobatan atau penyembuhan pada penderita gangguan psikosis
dengan terapi sufistik yang dilakukan di panti rehabilitasi, adalah satu rangkaian
yang semuanya harus dilakukan oleh semua pasien, dari terapi mandi taubat
sampai shalat berjama'ah.

1. Mandi taubat.
Terapi mandi taubat yang dilakukan di panti rehabilitasi sakit jiwa
"Nurussalam" untuk penderita gangguan psikosis dilakukan dengan dua cara,
yang pertama dengan cara menyemprotkan air dingin melalui selang dan air itu
harus mempunyai tekanan agar memancar lebih kuat, proses pemandiannya
dengan cara pasien di pegangi kepala, tangan dan kakinya agar pasien tidak lari,
kemudian air selang yang bertekanan kuat disemprotkan pada pasien oleh
terapis dimulai dari bagian belakang kepala naik ke atas sampai ubun-ubun di
ulangi sampai tiga kali, cara ini di gunakan untuk menerapi pasien yang sudah
60
61

stadium lanjut atau pasien masih dalam keadaan parah dan ini berlangsung satu
sampai dua minggu proses awal terapi. Maksud dari pemandian dengan cara
menyemprotkan air selang yang mempunyai tekanan kuat dengan cara
disemprotkan dibagian belakang kepala sampai pada ubun-ubun, itu juga
sebagai tehnik pemijatan agar kalau ada gumpalan-gumpalan di kepala agar
memperlancar peredaran darah diotak
Yang kedua dengan cara berendam di kolam dengan menggunakan air
dingin selama kurang lebih 1 jam untuk pasien yang sudah tidak begitu parah.
Proses terapi ini berlangsung hingga pasien sudah menunjukkan gejala dan
perilaku yang lebih baik atau normal. Untuk pasien yang sudah normal tidak
diperlukan proses terapi dengan pemandian lagi.
Untuk pasien yang masih awal terapi dimandikan tiap malam setelah
itu kalau sudah lebih baik dilakukan seminggu sampai dua minggu sekali.
Mandi adalah bagian dari bersuci yang dalam ilmu fiqih dikenal dengan
istilah Thaharah. Bersuci di sini mengandung pengertian bahwa pasien
gangguan psikosis harus suci. Singkatnya bersih lahir dan batin.
Dasar teori digali dari al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 6. Segala bentuk
ibadah dalam Islam dilakukan dalam keadaan suci. Secara psikologis, bagian-
bagian tubuh yang dicuci mempunyai arti simbolik, dalam berwudlu mencuci
muka, adalah bagian tubuh yang paling berperan dalam kehidupan sehari-hari
sebagi pembawaan ekspresi jiwa, lengan adalah bagian ekspresi keinginan jiwa,
kepada sebagian pencetus ide dan kaki sebagai salah satu pelaksana keinginan
jiwa. Sementara arti psikodinamik terhadap pengubahan tingkah-laku yang akan
selalu didasari dengan kesucian jiwa.1
Mandi taubat secara psikologis, bagian-bagian tubuh yang dicuci
mempunyai arti yang simbolik, dalam berwudlu mencuci muka, adalah bagian
1
Anang Syah, Pembinaan Inabah I Pondok Pesantren Suryalaya, (Bandung : Wahana Karya
grafika, 2000), hlm.23
62

tubuh yang paling berperan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pembawaan


ekspresi jiwa, lengan adalah bagian ekspresi keinginan jiwa, kepala sebagai
pencetus ide dan kaki sebagai salah satu pelaksana keinginan jiwa. Sementara
arti psikodinamik terhadap pengubahan tingkah-laku yang akan selalu didasari
dengan kesucian jiwa.
Bila ditinjau secara ilmiah, pada waktu malam hari kulit dan daging
dalam keadaan mengendur dan syaraf-syaraf sedang tegang, kemudian diguyur
dengan air dingin, maka kulit dan daging akan kembali pada posisi yang
sebenarnya sehingga tubuh menjadi segar bugar.2 Mandi taubat merupakan hal
yang penting dalam proses penyadaran dan membersihkan kotoran dan najis
yang menempel di tubuh dan jiwa, juga untuk memperlancar peredaraan darah
di dalam tubuh.

2. Membacakan ayat-ayat Al-Qur'an


Terapi dengan membacakan ayat-ayat al-Qur'an yang dilakukan di panti
rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" itu hanya dibacakan ayat-ayat pilihan saja
yang ada hubungannya dengan penyakit pasien. Pasien yang masih dalam
proses terapi awal atau keadaannya masih parah setelah dimandikan pada
tengah malam, pasien diterapi dengan dibacakan ayat-ayat suci al-Qur'an.
Pasien disuruh mendengarkan lantunan ayat suci al-Qur'an yang dibacakan
didekat telinga pasien oleh terapis, reaksi pasien saat mendengarkan lantunan
ayat suci al-Qur'an pertama mereka terdiam, lalu banyak dari mereka yang
akhirnya menangis. Mereka menyadari akan dirinya dan keagungan Tuhan.
Al-Qur'an adalah obat yang paling utama dalam kedokteran jiwa,
santapan dan kenikmatan rohani, cahaya hati dan penerang kegelapan. al-Qur'an
juga merupakan suatu yang menggembirakan mata dan cahaya penglihatan,

2
Ibid, hlm.22
63

serta kesembuhan bagi tubuh dan jiwa.3 Setiap huruf dari al-Qur'an merupakan
kesembuhan untuk berbagai penyakit jiwa dan penyakit fisik. Di dalamnya
terkandung ketenangan, petunjuk, kesehatan dan keridhloan, asal disertai
dengan keimanan terhadap Allah SWT.

3. Dzikir dan Do'a


Terapi untuk penderita gangguan psikosis di panti rehabilitasi
Nurussalam yang menggunakan metode terapi dzikir dan do'a, ini menjadi
rutinitas yang setiap hari harus selalu dilakukan oleh semua pasien untuk
kesembuhan pasien dari gangguan jiwa.
Setiap hari sebagai kegiatan rutinitas semua pasien dikumpulkan jadi
satu di ruangan khusus untuk dilakukan terapi membacakan ayat-ayat Qur'an,
penyucian jiwa dengan dzikir dan do'a bersama. Proses terapi ini dilakukan
pada waktu sore hari sehabis shalat ashar.
Melalui dzikir, potensi spiritual manusia diwujudkan dan selanjutnya
diaktualisasi pada setiap gerakan dan langkahnya. Dzikir yang dilakukan secara
benar akan berimplikasi pada perilaku yang positif dan terhindar dari perilaku
yang negatif. Jika hal ini dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama, akan
menjadi kekuatan yang luar biasa, yang akan membawa seseorang mencapai
derajat kesehatan baik fisik maupun jiwa.
Adapun terapi sufistik dengan media dzikir tidak sekedar berdasarkan
pada upaya pemuasan jiwa dan penyibukannya pada segala macam
kecenderungan dan keinginannya, tetapi juga memperhatikan upaya
penjinakkan, penataan, penjagaan, dan pengawasan jiwa agar melangkah di
jalan Allah SWT.
Secara psikologis, akibat perbuatan "mengingat Allah" ini dalam
kesadaran atau berkembanglah penghayatan akan kehadiran Tuhan Yang Maha

3
Muhammad Mahmud, Do'a sebagai Penyembuh, (Bandung : Al-Bayan, 1998), hlm. 95
64

Pemurah dan Maha pengasih, selain itu pelaksanaan dzikir yang dilakukan
secara terus-menerus dengan sikap rendah hati dan secara lembut, halus, akan
membawa dampak relaksasi dan ketenangan.
Ditinjau dari kesehatan jiwa do'a dan dzikir dapat berfungsi sebagai
pengobatan, pencegahan dan pembinaan. Perawatan kejiwaan dengan dzikir
agar penderita dapat mengingat kembali pengalaman yang memudahkannya
hidup dalam konflik, sehingga mereka akan menjadi sadar. Oleh karena itu
proses menginggat sangat penting artinya bagi kesehaatan jiwa. Dengan proses
mengingat penderita dapat mengenal dan memperbaiki dirinya serta mendapat
ketenangan jiwa.4
Dzikir dan do'a berhubungan dengan proses menggingat dan proses
pengungkapan perasaan. Dengan berdzikir dan doa akan memperoleh
ketenangan jiwa karena penderita sadar akan dirinya ingat kepada Allah, serta
merasa Allah mengetaui, mendengar, dan memperhatikan do'anya mengingat
Allah juga dapat membersikan pikiran dari bayang-bayang negatif yang akan
menghantui diri manusia. Hal itu sangat efektif untuk terapi pada penderita
gangguan psikosis dalam proses penyadaran.
Dengan kondisi pasien yang terganggu jiwanya, dia tidak mampu
berdo'a atau untuk mendo'akan dirinya, maka seorang terapis yang mendo'akan
pasien dengan cara do'a bersama, semua pasien dikumpulkan dalam ruangan
untuk sekedar mendengarkan dan menghayati do'a yang dilakukan oleh terapis
untuk kesembuhan pasien.
Mendo'akan pasien merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan
oleh terapis, karena do'a merupakan inti sebuah pengabdian yang bersih dan
mulia. Kewajiban saling mendo'akan merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya
Muhammad SAW.
Maksud dan tujuan mendo'akan pasien agar Allah berkenan
memberikan hidayah, kesembuhan dan keselamatan kepadanya sehingga pada
akhirnya pasien dapat menjadi individu yang mandiri, berkepribadian yang

4
A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, (Jakarta : Amzah, 2001), hlm. 109
65

agung dan bermental yang tangguh dalam menjalani hidup di dunia dan di
akhirat.

4. Shalat
Terapi shalat ini diperuntukkan untuk pasien yang taraf gangguannya
sudah ringan, yang sudah mengenal diri dan lingkungannya, yang emosinya
sudah terkendali. Di panti rehabilitasi sakit jiwa Nurussalam tersedia Musholla
yang digunakan untuk kegiatan proses terapi shalat berjama'ah bagi pasien
penderita gangguan psikosis. Shalat berjama'ah dilakukan bersama-sama
dengan para santri pondok pesantren Hidayatul-Qur'an dan klien panti
rehabilitasi Nurussalam. Pada waktu-waktu shalat wajib para pasien dengan
sendirinya sudah terbiasa untuk mempersiapkan shalat berjama'ah di Musholla
panti rehabilitasi sakit jiwa Nurussalam
Shalat bisa menenangkan jiwa. keadaan yang tenang dan jiwa yang
damai ditimbulkan shalat juga membantu melepaskan diri dari kegelisahan yang
dikeluhkan oleh para pasien jiwa. Keadaan tenang dan jiwa damai yang
ditimbulkan shalat biasanya tetap berlangsung untuk beberapa lama setelah
shalat selesai.
Pada saat seseorang sedang shalat, maka seluruh alam pikiran dan
perasaannya terlepas dari semua urusan dunia yang membuat dirinya stres atau
mengalami berbagai gangguan kejiwaan. Sesaat jiwanya tenang, ada kedamaian
dalam hatinya (peace in main). Hal ini sejalan dengan pendapat para pakar
stres, yang menganjurkan orang agar menjalankan shalat dengan menghayati
dan mengamalkannya.5

5
Dadang Hawari, Al-Qur'an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Dana Bakti
Primayasa, 1996), hlm. 445
66

Dari sudut kesehatan jiwa shalat merupakan pemenuhan salah satu


kebutuhan dasar spiritual manusia (basic spiritual needs) yang penting bagi
ketahanan spiritual menghadapi berbagai gangguan kejiwaan.
Setidaknya ada empat aspek terapeutik yang terdapat pada aktifitas
shalat, yakni aspek olah raga, meditasi, auto sugesti dan aspek kebersamaan.
Keadaan yang tenang dan jiwa yang damai ditimbulkan shalat juga
membantu melepaskan diri dari kegelisahan yang dikeluhkan oleh para pasien
gangguan jiwa. Keadaan tenang dan jiwa damai yang ditimbulkan shalat
biasanya tetap berlangsung untuk beberapa lama setelah shalat selesai.
Untuk menjalankan shalat berjama'ah memiliki kesempatan untuk
mengenal orang lain dan untuk silaturahim. Hubungan yang demikian ini akan
membantu seseorang mengembangkan kepribadian dan kematangan
emosionalnya.
Ketika mendirikan shalat berarti sedang menuju ke pintu Allah. Shalat
diibaratkan sebagai suatu perjalanan ruhani, karena semua gerak-gerik didalam
shalat dikontrol oleh niat yang dilafalkan ketika memulai shalat.
Kelima proses terapi tersebut yaitu terapi mandi taubat, terapi al-Qur'an,
dzikir, do'a dan shalat harus dilakukan sampai pasien sembuh dan oleh karena
itu setiap proses penyembuhan membutuhkan kesabaran dan ketawakalan dan
tidak melupakan mujahaddah (kesungguhan dan semangat yang tinggi).
Terapi sufistik khususnya memiliki tujuan untuk mengobati dan
mencegah gangguan kejiwaan yang menyebabkan penyimpangan emosi,
mental, moral dan gangguan alam pikiran dan sikap hidup serta meminimalisir
seseorang melakukan penyimpangan dari nilai-nilai Islam yang dapat
mengakibatkan ketenangan dan ketidakstabilan dan juga menguatkan kondisi
kejiwaan yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran tasawuf sehingga akan
mengakibatkan ketenangan.
Secara umum terapi sufistik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pasien, baik emosi, mental, perilaku dan pemahaman diri dan perubahan
67

tingkah laku. Maka terapi sufistik secara umum bertujuan mengeksploitasi diri
dan memahami diri sebagai makhluk berkepribadian, sebagai makhluk bersosial
dan sebagai makhluk yang menghambakan diri kepada Allah sehingga akan
terjadi perubahan tingkah laku yakni kondisi psikis yang tercermin dalam sikap
yang sehat dan dinamis menuju kepada kebahagian, ketentraman dan
ketenangan jiwa.
Tujuan ini akan mengantarkan pada keseimbangan diri dan lingkungan
sesuai dengan fitrah kemanusiaannya. Akan membawa pasien kepada
penyembuhan. Sehingga pasien dalam keadaan lingkungan yang bagaimanapun
kesiapan diri dan kejiwaan yang telah mencapai kesembuhan dengan nilai-nilai
agama tidak akan terpengaruhi dan mengalami goncangan jiwa.
Metode terapi sufistik sebagaimana melalui tafakur terhadap Allah
SWT. Dengan lidah dan hati. Dzikir kepada Allah dapat mengenyahkan
berbagai bisikan, kewaswasan, kekhawatiran yang ada dalam jiwa dan
menggantinya dengan ketenangan, kerelaan, rasa cinta dan aman. Cara ideal ini
dapat membawa jiwa yang sakit mempunyai rasa percaya diri. Ia tidak berfikir
tentang berbagai penyakit dan aib pada dirinya. Pasien menghadap dengan
sepenuh hati kepada Allah sehingga pasien menjadikan dirinya dalam
keakraban bersama-Nya. Maka tentramlah hatinya.
Keadaan spiritual merupakan upaya pencegahan dan pengobatan yang
sangat efektif dalam menanggulangi berbagai gangguang kejiwaan. Menurut
hemat penulis, keadaan spiritual menjamin kestabilan dan keutuhan jiwa, dan
juga menganggapnya dari sebagian kesempurnaan jiwa, dan sangat mendorong
dalam proses terapi untuk penderita gangguan psikosis.
Keadaan spiritual tersebut adalah jalan yang sangat tepat untuk
menerapi berbagai gangguan kejiwaan, membersihkan segala kerendahan dan
menghiasi keduanya dengan kebaikan.
68

B. Faktor Pendukung dan penghambat pelaksanaan terapi sufistik pada


penderita psikosis di panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" di Sayung-
Demak

Panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" akan selau membantu orang-


orang yang menderita gangguan psikosis dengan menggunakan metode terapi
sufistik yang syarat dengan nilai-nilai ajaran agama Islam yang bersumber dari al-
Qur'an dan as-Sunnah. Dengan demikian solusi yang ditawarkan lebih cenderung
bersifat religius spiritual, yakni tasawuf sebagai terapi untuk penderita gangguan
psikosis. Yang dalam pelaksanaannya selalu ada faktor pendukung dan faktor
penghambat.

1. Faktor Pendukung
Media merupakan penunjang dalam pelaksanaan proses terapi, tanpa
media mustahil proses terapi tersebut dapat terlaksana dengan baik dan dapat
dikatakan bahwa media merupakan unsur terpenting dalam pencapaian tujuan.
Untuk membantu proses terapi harus adanya terapis yang
berkompeten, yang selalu siap menerapi pasien gangguan psikosis. Harus ada
keyakinan yang kuat dari seorang terapis untuk membantu menyembuhkan
penderita gangguan psikosis, adanya kerja sama antara terapis dan pasien,
adanya keinginan dari pasien untuk sembuh, suasana kebersamaan dengan
penuh kasih sayang dan kekeluargaan, adanya dukungan dari keluarga pasien,
sangat membantu dalam kelancaran proses penyembuhan.
Keadaan yang aman dan nyaman sangat membantu dalam proses
terapi juga berbagai sarana dan prasarana yang sudah dipersiapkan dalam
proses terapi yang antara lain: asrama, tempat pemandian, aula atau ruangan
terapi, mushola dan kantor.
69

2. Faktor Penghambat
Namun semua aktifitas itu tidak terlepas dari hambatan dan kesulitan,
begitu pula dalam proses terapi untuk penderita gangguan psikosis di panti
rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" di Sayung-Demak.
Pasien yang susah untuk dikendalikan atau yang belum kooperatif
yang masih sulit untuk didekati, sudah pada stadium lanjut sulit untuk diatur
sering mengamuk dan bertindak semauanya sendiri.
Kurangnya tenaga terapis yang profesional, artinya yang bertindak
sebagai terapis hanya salah seorang saja lainnya hanya sekedar membantu
Kurangnya sumber dana dan dukungan dari masyarakat sekitar dan
masih kurangnya sarana dan prasarana yang bisa membantu untuk kemajuan
proses terapi sufistik di panti rehabilitasi sakit jiwa "Nurussalam" di Sayung-
Demak.
Jadi dalam pelaksanaan proses terapi untuk penderita gangguan
psikosis, perlu adanya hubungan timbal balik antara terapis dan pasien,
diperlukan keyakinan, kesabaran dan kasih sayang yang akan juga membantu
proses penyadaran pasien gangguan psikosis, perawatannya juga lebih
intensif.

Anda mungkin juga menyukai