Anda di halaman 1dari 5

Nama : Khanip Nurfitriaani

Kelas : TP-5b
Nim : 1733143030
Tugas untuk memenuhi Ujian Akhir Semester
mata kuliah “Filsafat Mistisisme”
1. Jelaskan sejarah awal pembentukan Tareqat pada awal perkembangan mistisisme !
Jawab: Masa pembetukan tareqat berawal pada abad ke-6 H. Pada kondisi ini posisi
tasawuf sunni semakin menguat. Meskipun pada masa ini pula tasawuf falsafi
kembali muncul dengan mengkompromikan makna term-term filsafat dalam tasawuf,
semisal tokohnya Muhyiddin Ibn al-‘Arabi dengan konsep “ wihdatul wujud “.
Maraknya pusat-pusat sufi ini dapat dipahami dengan melihat setting politik
pemerintahan Bani Seljuq saat itu, yang merupakan pendukung sunnah dan
memusuhi kelompok syi’ah. Pusat-pusat tasawuf pada akhirnya membentuk system
persahabatan yang khas dan mulailah hubungan mursyid dan murid dalam
menempuh jalan spiritual (thariq) menjadi baku. Ditinjau dari segi historisnya, kapan
dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui
secara pasti. Para ahli menyatakan bahwa setelah Al-Ghazali menghalalkan tasawuf
yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf mulai berkembang di dunia islam, tetapi
perkembangannya melalui tarekat. Mereka para pengikut sufi-sufi besar mendirikan
organisasi untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf para guru terdahulu sehingga
tumbulah tarekat.
2. Bagaimana cara para mistikus menjelaskan pengalaman mistis mereka kepada non-
mistikus secara umum ?
Jawab: pengalaman mistis itu diakui sulit atau tidak mungkin untuk dijelaskan, namun
tidak menjadikan semua itu diluar kemungkinan untuk dikomunikasikan. Sebab jika
para mistikus memakai bahasa setidaknya akan berguna untuk menjelaskan mereka
dalam hubungannya dengan sebuah kelas pengalaman yang diketahui. Telah diketahui
secara luas bahwa para mistikus menggunakan banyak bahasa perlambang dan
simbolik untuk mendukung pernyataan-pernyataan literer mereka. Kekuatan gaya
bahasa semacam itu untuk menimbulkan atau mengkomunikasikan pengalaman, jelas
sangat besar dalam konteks non-mistik, dan tidak ada alasan untuk menduga bahwa
para mistikus tidak menggunakannya dengan efektif dan seimbang. Dalam konteks
tertentu, tentu saja penggunaan gambaran-gambaran dan symbol-simbol oleh para
mistikus mungkin tidak lebih dapat membantu atau memberi harapan dibandingkan
dengan usaha untuk menyampaikan secara tertulis, namun keberhasilan bahasa
figurativ maupun literer tergantung pada sejumlah kontinuitas pengalaman dan
kosakata antara penulis dengan pembaca. Sekarang para mistikus kenyataannya
menulis seakan-akan kontinuitas semacam ini ada. Dalam kasus ini, hubungan antara
mistikus dandapat non-mistikus bukanlah - sebagaimana sering diduga – seperti
hubungan antara orang yang melihat dengan orang buta, tapi lebih sebagai hubungan
orang yang melihat dengan orang yang setidaknya mempunyai pandangan samar-
samar. Kaum mistikus bukanlah termasuk kelompok orang-orang yang terputus sama
sekali dari orang-orang non-mistikus; harus diingat bahwa mereka pernah menjadi
orang non-mistikus. Karena itu dalam menuliskannya, mereka harus selalu sadar akan
keterbatasan dan kemampuan usaha mereka untuk mengkomunikasikan pengalaman
mereka kepada orang non-mistikus.
3. Bagaimana hakikat wujud Tuhan menurut Rudolf Otto ?
Jawab: Menurut Rudolf Otto hakikat wujud Tuhan adalah sepenuhnya berbeda dari
wujud didunia, konsepsi manusia tidak cukup memadai untuk menentukan apakah
tuhan itu. Seperti yang dikatakannya bahwa Tuhan Sebagai wujud yang murni (esse),
Tuhan sepenuhnya ‘tanpa bentuk’, tanpa bagaimana atau cara ia mewujudkan, bukan
ini ataupun itu, bukan jadi atau sebaliknya. Seperti Brahman adalah wujud yang
murni, ia mutlak satu. Karenanya ia telah sebagai esse purum dan simplex (tidak
tersusun) di atas semua konsepsi dan perbedaan-perbedaan konseptual, dan
karenanya di luar semua pemahaman dan pengertian. Karena kita terkekang oleh
perbedaan-perbedaan, dengan pengelompokan jenis dan cirri pembeda.
4. Jelaskan kondisi mistisisme menurut perspektif ilmu hudhuri !
Jawab: kondisi mistisisme termasuk pada salah satu bentuk dari ilmu hudhuri dengan
pengertian bahwa suasana hati dan pengalaman mistik bersifat tegas dan sangat
inormatif. Mistisisme seluruhnya dicirikan oleh kesadaran yang teratur akan dunia
realitas. Ia menghadirkan sesuatu dihadapan kita sebagai kebenaran dunia ini.
Karenanya, adalah betul-betul non-rasional untuk menyatakan bahwa pengalaman
mistik bersifat subyektif dan halusinatif. Oleh karena itu, sah bila mistisisme disebut
sebagai salah satu bentuk pengetahuan. Sebab, telah banyak filosof yang sepakat
bahwa mistisisme adalah suatu kesadaran manusia yang bercorak noetic.
5. Uraikan secara singkat pengalaman mistik seseorang secara keseluruhan !
Jawab: pengalaman mistik tidak diperoleh melalui indra ataupun melalui akal,
namun orang yang dalam pengalaman mistis akan tampak bahwa kadangkala klaim
atau pernyataan dibuat untuk melampaui sudut pandang sebelumnya, yang darinya
kesadaran yang lazim atau bahkan luar biasa dinikmati. Ketika oposisi antara subyek
dan obyek diakhiri dalam pengalaman mistis maka orang tersebut harus menjelaskan
yang mendekati pada kejelasan.
6. Jelaskan konsep meditasi pada agama Budha !
Jawab: Meditasi telah menjadi praktik religious normative dalam budhisme sejak
lahirnya tradisi ini. Dalam perkembangan Buddhisme selama dua setengah
millennium, dan dalam proses penyebaran dan modifikasi di seluruh Asia, telah
terkumpul begitu banyak literature Buddis bertema Meditasi. Berdasarkan sumber-
sumber utama dan karya tentang meditasi yang telah diterbitkan oleh para sarjana
barat menyatakan bahwa meditasi Buddisme adalah sebentuk mistisisme atau suatu
cara untuk mencapai pengalaman mistis. Dalam Buddhisme meditasi selalu menjadi
satu bentuk sentral dari praktek yang ada. Konsep meditasi pada agama budha
terletak pada karakteristik yang digunakan dalam mengklasifikasi komponen utama
meditasi yaitu ketenangan (samatha) dan ketajaman (vipasyana). Dalam
pelaksanaannya pertama-tama menenangkan atau menjernihkan pikiran dan tubuh.
Ketika ketenangan sudah tercapai, maka seseorang akan mengarah pada ketajaman
berfikir dan inilah yang terakhir dan paling mencirikan bagian dalam meditasi
Buddhis ini. Tujuan terakhir meditasi budha adalah untuk mencapai suatu keadaan
Nirwana atau berakhirnya duka, dan menghapuskan di luar bentuk-bentuk
pengalaman manusia biasa.
7. Bagaimana kondisi ekstase seseorang dalam fenomena psikologisnya dan
perbedaanya dalam ranah mistisisme introvertif!
Jawab: Ketika dianggap sebagai fenomena psikologis, maka ekstase mutlak ini sangat
unik. Pengalaman tentang ekspansi kesadaran yang bersamaan dengan intensitas yang
berkembang dan situasi kesenangan konstan, tentu akan tetap menjadi situasi
kesadaran. Akan tetapi perubahan yang berbeda dalam hubungannya dengan ekstase
mistisime introvertif adalah sebagai berikut; pengalaman tentang realita
transcendental tidak disingkirkan terlalu jauh, sedangkan realita empiric dialami
sebagai realita saja, bahkan sekalipun dianggap sebagai yang multidimensional
(setelah dialami). Tiga bagian ekstase yang lazim, yakni ekspansi kesadaran,
intensitas dan kesenangan, melengkapi beberapa bagian yang menentukan kesadaran
normal mengenai dunia empirik. Untuk menggunakan ungkapan metaporik, tiga
bagian ekstase tersebut akan memberi satu bentuk perspektif vertical pada
pemahaman realita horisontal.
8. Jelaskan kondisi ekstase menurut para ahli pada penelitian awal abad ke-20 ?
Jawab: pada penelitian yang dilakukan oleh Th. Achelis mengemukakan bahwa ia
menilai orang yang lemah dan pada derajat tertentu memiliki system saraf yang tidak
berkembang, sehingga lebih mudah mendapatkan segala jenis pengaruh dari luar
yang mengakibatkan fenomena ekstase, sedangkan pada penelitian berikutnya yang
dilakukan oleh Linderholm menjelaskan bahwa ekstase bersumber pada kondisi
mental manusia sama dengan hipnotik dimana ada bentuk spontan dan sukarela.
Linderholm juga menjelaskan bahwa kejadian ekstatik dari budaya berbeda
menunjukkan kemiripan meskipun sebenarnya memiliki induk budaya yang berbeda,
penelitian yang dilakukan Arbman menunjukkan bahwa ekstase sebagai kondisi
fikiran dimana kesadaran pengikutnya telah terserap di luar kemauannya di dalam
kompleks keagamaan. Dalam pandangannya ia mengasumsikan bahwa kondisi
ekstase memiliki hubungan dekat dengan hysteria. Kesimpulannya pada penelitian
awal abad ke-20 semua para ahli memiliki gambaran tersendiri mengenai kondisi
ekstase yang berhubungan dengan hysteria dalam ranah budaya dan keagamaan.
9. Jelaskan hubungan antara opium alamiah yang terdapat dalam otak dengan kesadaran
ekstatik !
Jawab: opium pada umumnya dianggap sebagai narkotika dengan efek samping
merubah fikiran dan terbukti dapat mengakibtkan kecanduan dengan sendirinya.
Seperti halnya morfin, opium tersebut mengatur rasa sakit yang membawa pasien
dengan rasa sakit yang amat sangat memiliki tingkat endorphin yang rendah. Hal ini
sangat berhubungan dengan system control otonomi pada manusia yang berkaitan
dengan rasa sakit. System ini diaktifkan dalam kesempatan yang amat langka
misalnya stress yang ekstrim (hal ini dapat menjelaskan perasaan damai saat
menjelang kematian). Inikah sebabnya mengapa banyak orang suci dapat bertahan
terhadap rasa sakit yang lua biasa. Selanjutnya juga diketahui bahwa opium alamiah
ini bekerja sama dengan substansi transmitter dalam system saraf otak kita yaitu
serotonin yang dalam struktur kimianya mengandung LSD. Sebagaimana diketahui
LSD dianggap sebagai kunci memahami perubahan kondisi sadar. Hal serupa juga
terjadi pada penderita skizofrenia dan juga pada pengalaman keagamaan.

10.
11. Jelaskan isi yang terkandung dalam wahyu pribadi sebagai sumber dari pemahaman
mistik !
Jawab: Wahyu yang terkandung dalam wahyu pribadi berasal dari dalam pemahaman
yang dihasilkan oleh Tuhan, tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang ditegaskan
dalam kitab suci atau yang tergolong dalam dogma, doktrin, atau ajaran-ajaran
gereja.
12. Jelaskan kondisi ekstatik yang dialami oleh al-Harraz pada tradisi sufisme klasik!
Jawab: al-Harraz menjelaskan bahwa tidak ada kedudukan spiritual yang lebih tinggi
kecuali kedudukan spiritual dimana ekstase dapat terjadi, dan mengakibatkan lupa
pada bagian yang diberikan Tuhan kepadanya dan melupakan kebutuhan-
kebutuhannya mengingat Allah sekarang bersama Tuhan dan tidak perlu lagi
menyebut asmanya untuk mengingatnya, dan ia tidak menemukan lagi batas antara
dirinya dengan Tuhan. Penentangannya kepada Tuhan membebaskannya dari
kesadaran menemukan Tuhan: hamba Tuhan menjadi sirna dan hanya Tuhanlah yang
ada.

Anda mungkin juga menyukai