Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS HUBUNGAN SUFISME, PSIKOTERAPI,

DAN KESEHATAN SPIRITUAL

Usman Abu Bakar


Pascasarjana IAIN Surakarta
Jl. Jl. Pandawa, Pucangan, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57169
E-mail: usman.iainsolo@gmail.com

Abstract : Analysis on Relations of Sufism, Psychotherapy and Spiritual Health. This paper specifically discusses
the relationship of sufism, psychotherapy and spiritual health. Someone with an understanding of Sufi religiosity
can be one source of the greatest contributions in its development function of body, mind, and spirit and can
be a preventive measure of a person’s health. Psychotherapy is very useful to assist in understanding him/her
self, knowing the sources of psychopathology and difficulties of adjustment, as well as providing brighter future
perspectives in the life of soul. It also assists in diagnosing patients with forms of psychopathology; and assist
patients in determining the practical measures and the implementation of the therapy. For Islam, both worldly
and hereafter psychotherapy should be pursued. Hereafter Psychotherapy is guidance and grace (Wahhab) of
Allah, which contains ideological and theological framework. While worldly psychotherapy is the result of ijtihad
(effort) of human, such as psychiatric treatment techniques that are based on the rules Insaniah. Both models
of psychotherapy are equally important, like the currency linked to one another.
Keyword : Sufism; Psychotheraphy; Spiritual Health.

Abstrak: Analisis Hubungan Sufisme, Psikoterapi, dan Kesehatan Spiritual. Tulisan ini secara khusus membahas
mengenai hubungan sufisme, psikoterapi dan kesehatan spiritual. Seseorang dengan pemahaman religiusitasnya
secara sufistik dapat menjadi salah satu sumber kontribusii terbesar dalam fungsi perkembangannya baik
secara body, mind, dan spirit serta dapat menjadi tindakan preventif kesehatan seseorang. Psikoterapi sangat
berguna untuk membantu dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan
penyesuaian diri, serta memberikan perspektif masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwa; membantu
penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi; dan membantu penderita dalam menentukan
langkah-langkah praktis dan pelaksanaan terapinya. Bagi Islam, selain diupayakan adanya psikoterapi duniawi,
juga terdapat psikoterapi ukhrawi. Psikoterapi ukhrawi merupakan petunjuk (hidayah) dan anugrah (wahhab)
dari Allah Swt. yang berisikan kerangka ideologis dan teologis. Sedang psikoterapi duniawi merupakan hasil
ijtihad (daya upaya) manusia, berupa teknik-teknik pengobatan kejiwaan yang didasarkan atas kaidah-kaidah
insaniah. Kedua model psikoterapi ini sama pentingnya, ibarat sisi mata uang yang satu sama lain saling terkait.
Keywords : Sufisme; Psikoterapi; Kesehatan Spiritual.

Pendahuluan Problem psikologis tersebut mengakibatkan


Pada masyarakat modern, kecendrungan mereka kehilangan visi ukhrowi, sebab men­
untuk bersifat materialistis skolaristik, dan dewakan aspek duniawi, padahal Islam se­
rasionalistik sangat dominan, tentunya ini me­ sungguhnya memerintahkan umatnya untuk
rupakan dampak lain dari perkembangan ilmu mengedepankan visi ukhrowi disamping juga
pengetahuan dan teknologi. Akibatnya melahirkan duniawi. Padahal tidak semua orang mampu
berbagai bentuk ketidaknyamanan secara mental. untuk itu. Akibatnya yang muncul adalah individu-
Dalam bahasa lain juga diistilahkan dengan abad individu yang menyimpan berbagai problem psikis
kecemasan (the age of anxienty). Kemajuan ilmu dan fisik, dengan demikian dibutuhkan cara efektif
dan teknologi hasil karya cipta manusia yang untuk mengatasinya.
memberikan segala fasilitas kemudahan, ternyata Berbicara masalah solusi, kini muncul ke­
juga memberikan dampak berbagai problema cenderungan masyarakat untuk mengikuti
psikologis bagi manusia itu sendiri. kegiatan-kegiatan spiritual (tasawuf). Tasawuf

161 |
MADANIA Vol. 20, No. 2, Desember 2016

sebagai inti ajaran Islam memberi solusi dan kalau kata sufi berasal dari bahasa Yunani, maka
terapi bagi problem manusia dengan cara men­ mencantumkan huruf Shad pada awalnya ini
dekatkan diri kepada Allah Swt. Selain itu, muncul tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya4.
pula kegiatan konseling yang memang bertujuan Pendapat lain dikemukakan oleh Harun Nasution
membantu seseorang menyelesaikan masalah. Hal bahwa tujuan sufisme yaitu: Untuk memperoleh
ini dilakukan juga memberikan rasa nyaman dan kesempurnaan hubungan langsung dan disadari
obat bagi penyakit jiwa yang dialami oleh manusia dengan Tuhan, sehingga seseorang berada di hadirat
hingga dicapainya kesehatan spiritual dalam Tuhan. Intisari Sufisme adalah adanya komunikasi
menjalani kehidupan yang semakin komplek. dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan
Berangkat dari persoalan tersebut, maka tulisan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi5.
ini akan membahas mengenai hubungan sufisme, Sedangkan menurut Sayyed Hussein Nasher,
psikoterapi dan kesehatan spiritual. tujuan sufisme adalah tercapainya keadaan murni
yang menyeluruh, bukan melalui peniadaan
Sufisme akal dan pikiran, sebagaimana sering terjadi
Tasawuf atau dalam lingkungan pemikir dalam praktek kesalehan yang dipelihara oleh
Barat dikenal juga dengan nama sufisme. Kata gerakan-gerakan sufi tertentu, melainkan melalui
tasawuf tidak dikenal dalam Alquran, melainkan pengetahuan tiap unsur dari wujud seseorang
baru dikenal pada abad III H. Secara etimologi, menuju pusatnya sendiri yang benar. Sufisme
terdapat beberapa pendapat mengenai asal usul bukan hasil suatu pikiran khusus melainkan
kata tasawuf/sufi, ada yang mengatakan bahwa sufi penglihatan mata hati melalui suatu cara hidup6.
berasal dari kata Shafa artinya suci, bersih, murni Nabi Saw sering melakukan tahannus di
atau jernih1. Pendapat lain mengatakan bahwa gua Hira, guna merenung dan mendekatkan diri
sufi berasal dari kata Shaf artinya baris, orang sufi kepada Tuhan. Para sahabat Nabi pun melakukan
memang selalu berada pada shaf pertama ketika praktik hidup sufi, yakni mengeluarkan harta, hidup
shalat untuk mendapat rahmat Allah Swt2. Ada sederhana guna membersihkan rohani dalam rangka
pula yang mengatakan bahwa sufi berasal dari kata mendekatkan diri kepada Tuhan7. Perilaku yang
Shuffah artinya serambi sederhana yang terbuat dilakukan oleh Nabi Saw dan sahabatnya, serta
dari tanah dengan bangunan sedikit lebih tinggi generasi sesudahnya merupakan gambaran yang
daripada tanah mesjid. Orang sufi memang dulunya
adalah sekelompok sahabat Nabi Muhammad 4
Munahen Ikalson, Menjadi Sufi, terj. Yuliani Liputo, judul
asli A Sufi Rube for Novies, (Bandung: Pustaka Hidayah), h. 11-12.
Saw yang gemar melakukan ibadah dan mereka 5
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme Dalam Islam,
tinggal di serambi mesjid Nabi3. Ada juga yang (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 56. Harun Nasution men­
jelaskan dalam buku yang sama bahwa asal usul sufisme ada
mengatakan bahwa kata sufi berasal dari kata beberapa pendapat yakni (1) Pengaruh Kristen dengan faham
Shafwah berarti orang-orang yang terpilih. Dan menjauhi dunia dan hidup mengasingkan dalam biara. Rahib-
ada pula yang mengatakan bahwa sufi berasal rahib Kristen mengasingkan diri di padang pasir Arabia. Zahid
dan sufi Islam meninggalkan dunia, memilih hidup sederhana,
dari kata Shuf berarti kain wol yang kasar. dan mengasingkan diri adalah atas pengaruh cara hidup rahib-
rahib Kristen. (2) Falsafah mistik Pythagoras yang berpendapat
Sarjana Eropa berpendapat bahwa sufi berasal bahwa roh manusia bersifat kekal dan jasmani merupakan
dari bahasa Yunani, yaitu sophos yang berarti pinjaman dari roh. Kesenangan roh adalah di alam jasmani.
kebijaksanaan, akan tetapi Ibrahim Basyumi menolak Untuk itu, manusia harus membersihkan roh dan meninggalkan
hidup materi dengan cara berkontemplasi (3) Filsafat Emanasi
dengan mengatakan bahwa huruf sigma Yunani Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini memancar dari zat
disamakan dengan Sin Arab pada semua kalimat Tuhan. Roh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan.
Roh menjadi kotor karena telah masuk ke alam materi. Roh bisa
Yunani yang diarabkan, bukan huruf Shad. Jadi kembali ke asalnya setelah dibersihkan. (4) Ajaran Budha dengan
paham Nirwananya,. Untuk mencapai nirwana, orang harus
meninggalkan dunia dan berkontemplasi. (5) Ajaran Hinduisme
1
Al-Kalabazi, Ajaran Kaum Sufi, terj. Rahmani Astuti, judul yang mendorong manusia meninggalkan dunia guna mendekati
asli al-Ta’arruf li Mażahabi li al-Tashawuf , (Bandung: Mizan, Tuhan untuk mencapai persatuan Atman dengan Brahma.
1993), h. 25-30. 6
Seyyed Hussein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, terj.
2
Mir Vahuddin, Tasawuf dalam Qur’an, (Jakarta: Pustaka Abdul Hadi W.M, judul asli Living Sufisme, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1993), h. 1. Firdaus, 1994), h. 44-45.
3
Yunalsir Ali, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Pedoman 7
J. Arberry, Pasang Surut Aliran Tasawuf , terj. Bambang
Ilmu Jaya, 1987), h.3-5. Lihat pula Said Aqil Siradj, Tasawuf Herawan, judul asli Sufism: An Account of The Mistics of Islam,
sebagai Kritik Sosial, (Bandung: Mizan, 2009), h. 37. (Bandung: Mizan, 1993), h. 12-13.

| 162
Usman Abu Bakar: Analisis Hubungan Sufisme, Psikoterapi, dan Kesehatan Spiritual

dipraktikkan oleh para sufi sebagai upaya mengolah tarekat Suhrawardiyyah10. Tarekat Syattariyyah
batin untuk mencapai hakikat kesempurnaan rohani. kemungkinan besar berasal dari Transoxiana
Akan tetapi para sahabat belum disebut sebagai dengan melihat silsilahnya berpuncak kepada
sufi, hanya dikenal sebagai zahid atau ‘abid8. Abu Yazid al-Bustami (w. 260 H/873 M) dan
Dalam sejarah Islam tercatat beberapa aliran Imam Ja’far al-Shadiq (w. 146 H/ 763 M).
tarekat yang popular, sebagai berikut9: Tarekat Syattariyyah adalah tarekat yang di­
1. Tarekat Qadiriyah. bangkitkan oleh Syaikh ‘Abd Allah al-Syaththari
dari tarekat Isyqiyyah di Iran atau tarekat
Pada tahun 521 H/1127 M, pada umur 50 tahun
Bistamiyyah di Turki Usmani. Tarekat ini
Abdul Qadir Jailani tibatiba tampil sebagai
muncul sebagai gerakan untuk menyebarkan
seorang mubaligh Hanbali yang popular di
dakwah kepada golongan kaum non-muslim
Bagdad. Dia mulai mengajar dan berfatwa
di India dan juga untuk meningkatkan nilai
dalam semua mazhab pada masyarakat sampai
moralspiritual agar dapat beradaptasi dengan
dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun
tradisi atau ritual masyarakat setempat yang
Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya
masih banyak dipengaruhi ajaran Hindu.
sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq
dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh Dengan melihat proses lahirnya, menyebarkan
sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin agama Islam. Akan tetapi, di satu sisi tarekat
madrasah dan ribath di Bagdad yang didirikan ini bersifat sinkretis, karena banyaknya ajaran
sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. tasawuf “bertemu” dengan konsep ritual
Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin Hindu. Syekh ‘Abd Allah al-Syaththari menulis
anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), sebuah kitab yang menjadi dasar ajaran tarekat
diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 Syattariyyâh, yakni Latha’if al-Gaibiyyah. Syekh
M). Juga dipimpinan anak kedua Abdul Qadir Abd Rauf al-Sinkili adalah khalifah tarekat
Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), Syattariyyah di Melayu-Indonesia.
sampai hancurnya Bagdad pada tahun 656 3. Tarekat Chistiyyah.
H/1258 M. Tarekat Chistiyyah, adalah tarekat yang nama­
Tarekat Qadîriyyah berkembang dan sudah nya di ambil dari suatu wilayah di Afganistan,
mapan sekitar tahun 1300 di Irak dan Suriah, asal usulnya dapat dilacak hingga abad ke-3
walaupun belum berkembang secara luas. H/9 M. Namun, meskipun nama tarekat ini
Pada satu abad kemudian pun, tarekat ini diambil dari nama suatu wilayah di Afganistan,
mendapatkan tempat di khalayak ramai, tarekat ini hanya terkenal di India. Chistiyyah
khususnya sudah tersebarkan ke wilayah luar, memiliki silsilah spiritual yang jejaknya dapat
yaitu di benua India yang tokoh utamanya ditelusuri sampai kepada Hasan al-Bashri (21-110
adalah Mir Nurullah, cucu seorang sufi besar H/ 642-728 M). Mereka meyakini bahwasanya
Iran Syah Ni’matullah Wali. Sedangkan di Afrika Hasan al-Bashri adalah merupakan murid dari Ali
tarekat ini berkembang pada abad ke-15 dan di bin Abi Thalib, sebuah klaim yang validitasnya
Turki juga berkembang pada abad ke-17 yang mereka temukan secara spiritual.
tokoh utamanya adalah Ismail Rumi (w. 1643). Pendiri tarekat Chistiyyah di India adalah
2. Tarekat Syattariyyâh. Khawajah Mu’in al-Din Hasan. Selain itu,
Tarekat Syattariyyâh dinisbatkan Syaikh Syaikh Nizham al-Din Auliya yang menetap
‘Abd Allah al-Syaththari (W. 890 H/1485 M), di Delhi, mengkristalisasikan ajaran Chistiyyah
ia merupakan seorang ulama yang masih di Utara India, serta di wilayah Deccan. Murid-
memiliki hubungan kekeluargaan dengan muridnya, mendirikan perguruan-perguruan
Syihab al-Din Abu Hafsh, ‘Umar Suhrawardi Chistiyyah di Jawnpur, Malwa, Gujarat, dan
(539-632 H/1145-124 M), yang mempopulerkan Deccan. Tarekat Chistiyyah berakar pada Sunni.
Mereka menganut mazhab fikih Hanafi. Namun
8
Martin Lings, Membedah Tasawuf, terj. Ahmad, judul asli
demikian, pandangan mereka tidaklah terikat
What is Sufisme, (Jakarta: Pedoman IlmuJaya, 1987), h. 3.
9
Sri Mulyati, Mengenal dan memahami Tarekat-Tarekat
Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 48-49. 10
Sri Mulyati, Mengenal dan memahami..., h. 154

163 |
MADANIA Vol. 20, No. 2, Desember 2016

pada hukum secara skriptural, melainkan lebih bawah bimbingan seorang syaikh tersohor,
mementingkan makna terdalamnya. Aspek yaitu Ibrahim al-Kurani15.
mereka yang paling dominan adalah adanya
kesetiaan untuk memegang tradisi hidup ber­ Psikoterapi
dampingan secara damai.
Dalam kamus, kata “therapeutic” berarti kata
4. Tarekat Naqsyabandiyah sifat yang mengandung unsur-unsur atau nilai-nilai
Tarekat ini dimasyhurkan oleh Muhammad pengobatan. Ketika ditambah dengan akhiran ‘s’
bin Muhammad Baha’ al- Din al-Uwaisi al- di belakangnya (therapeutics), maka ia menjadi
Bukhari Naqsyabandi,11 kemudian menjadi kata benda yang bermakna ilmu pemeriksaan dan
sebuah institusi yang mengalami proses per­ pengobatan. Pemaknaan semacam inilah yang lebih
kembangan yang sangat panjang dan unik. tepat untuk memaknai kata terapi dalam penelitian
Para tokoh sufi dari berbagai daerah menjadi ini, sebab jika dirujuk pada kata therapy sendiri
mata rantai kesinambungan ajarannya sampai dalam bahasa Inggris, maka artinya menjadi lebih
kepada Nabi Muhammad Saw, melalui jalur sempit, yaitu pengobatan yang bersifat jasmani16.
Abu Bakr Shiddiq, dan Salman al-Farisi. Menurut Chris dan Herti, terapi adalah usaha
Tarekat Naqsyabandiyah mengembang­kan untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang
sayapnya ke berbagai negeri mulai dari Qhazwin sakit. Tidak disebut ‘usaha medis’ dan juga tidak
Tibris (Iran) sampai ke Istambul (Turki). disebut menyembuhkan penyakit. Oleh karena itu,
Penyebaran ini dilakukan oleh generasi sesudah terapi lebih luas daripada sekadar pengobatan atau
pasca Baha’ al-Din12. Tarekat Naqsyabandiyah perawatan. Apa yang dapat member kesenangan,
berkembang pula di India, ditandai dengan baik fisik maupun mental, pada seseorang yang
munculnya syeikh-syeikh Naqsyabandiyah, sedang sakit dapat dianggap terapi17.
seperti Muhammad Baqi Billah adalah silsilah Psikoterapi (psychotherapy), secara etimologis
ke-22 dan Ahman Faruq Sirhindi silsilah ke- berasal dari kata ”psyche” yang berarti ”mind” atau
23. Ia adalah seorang khalifah dari Baqi Billah jiwa dan ”therapy” yang berarti ”merawat atau
dan Abdullah Dhilwawi silsilah ke-28. Pengaruh mengasuh, sehingga psikoterapi dapat diartikan
ketiga tokoh ini tersebar di kawasan Asia, sebagai perawatan terhadap aspek kejiwaan se­
khususnya di kalangan tarekat Naqsyabandiyah. seorang18. Sedangkan secara terminologis ter­
Secara khusus, tarekat Naqsyabandiyah yang dapat beberapa definisi, di antaranya yang di­
ada di Indonesia merupakan cabang dari kemukakan oleh Atkinson bahwa psikoterapi
Makkah yang menjadi pusat perkembangan adalah pengobatan alam pikiran atau lebih
tarekat ini sebelum penaklukkan kota Makkah tepatnya pengobatan dan perawatan gangguan
oleh kaum Wahabi. Tahun 1924, ketika psikis melalui metode psikologis19.
golongan Wahabi berhasil menaklukkan
James P. Chaplin membagi pengertian
Makkah, maka hubungan antara pusat dan
psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus
cabang terputus13. Menurut satu versi bahwa
psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik
orang yang pertama memperkenalkan Tarekat
khusus untuk penyembuhan penyakit mental atau
Naqsyabandiyah di Indonesia adalah Syeikh
pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari.
Yusuf (1626-1699 M), sebab ia yang pertama
Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan
menulis tentang tarekat Naqsyabandiyah14.
Pernyataan ini disebutkan dalam bukunya,
Syafinah al-Najah, bahwa ia menerima ijazah 15
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama, (Bandung: Mizan,
dari Muhammad ‘Abdul Baqi Billah di Yaman, 2004), h. 264.
16
Echols, John dan Shadily, Hassan, Kamus Inggris-
kemudian mempelajari tarekat di Madinah di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 586
17
Green Chris W dan Setyowati, Hertin, Terapi Alternatif,
11
Djaman Nur, Tasawuf dan Tarekat Naqsyabandiyah (Jogjakarta: Yayasan Prima, 2004), h. 7
Pimpinan H.Kadirun Yahya, (Medan: Panca Bakti, 2002), h. 177 18
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta:
12
Martin Brunessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, PT. BPK. Gunung Mulia, 1992), h. 154.
(Bandung: Mizan, 1993), Cet. ke-1, h. 52-55. 19
Rita L. Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi, terj.
13
Martin Brunessen, Tarekat Naqsyabandiyah..., h. 95. Widjayakusuma, judul asli Introduction to Psychology, (Batam:
14
Sri Muliyati, Mengenal dan Memahami…, h. 99. Interaksara,tt), h. 491.

| 164
Usman Abu Bakar: Analisis Hubungan Sufisme, Psikoterapi, dan Kesehatan Spiritual

lewat keyakinan agama melalui pembicaraan psikoterapi, terdiri atas narkoterapi dan hipnoterapi,
informal atau diskusi personal pada guru atau terapi musik, psikodrama, terapi dengan permainan
teman20. Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi dan peragaan (play therapy, simulation), psikoterapi
telah melampaui asal usul medisnya dan tidak lagi religius dan latihan meditasi25.
merupakan suatu metode perawatan orang sakit.
Kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada Kesehatan Dalam Psikoterapi Spiritual
mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis
Seseorang dengan pemahaman religiusitasn­
yang penderitaannya menyiksa kita semua21.
ya dapat menjadi salah satu sumber kontribusi
Psikoterapi sangat berguna untuk membantu terbesar dalam fungsi perkembangannya baik
klien dalam memahami dirinya, mengetahui secara body, mind, dan spirit serta dapat menjadi
sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan tindakan preventif kesehatan seseorang. Ada
penyesuaian diri, serta memberikan perspektif satu arahan yang dapat digunakan sebagai
masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan acuan yaitu, bahwa seorang terapis hendaknya
jiwanya; membantu penderita dalam mendiagnosis melakukan intervensi terapis dalam proses bantuan
bentuk-bentuk psikopatologi; dan membantu melalui reorientasi diri klien, termasuk dalam
penderita dalam menentukan langkah-langkah hal aktivitas keberagamaannya. Ada hubungan
praktis dan pelaksanaan terapinya22. Selanjutnya unik yang mampu memberikan nuansa tersendiri
individu tersebut mejadi lebih mempercayai diri dalam perkembangan psikologi dan pemeliharaan
serta bersedia mendorong dirinya sendiri untuk fungsi kesehatan, yaitu: (a) memberikan dasar
melakukan apa yang dipilih untuk dilakukannya; dan kepercayaan yang dapat diperbaharui (diperbaiki),
menjadi lebih sadar atas alternatif-alternatif yang (b) mengembangkan perasaan (feeling) dalam
ada serta bersedia memilih bagi dirinya sendiri dan hubungan horizontal, (c) mampu memberikan
menerima konsekuensi-konsekuensi dari pilihannya23. semangat baru dalam kehidupan, (d) membantu
Atkinson membagi enam teknik, yaitu teknik untuk melampaui batas transenden, (e) merancang
terapi psikoanalisis, teknik terapi perilaku, teknik tingkah-laku diri secara prosedural melalui meng­
terapi kognitif perilaku, teknik terapi eksistensial, hubungkan antara perkembangan dengan kejadian-
terapi eklektik atau integratif dan teknik terapi kejadian krisis dalam kehidupannya, (f) mampu
kelompok dan keluarga24. Menurut tujuannya, mempercepat perkembangan diri (personal growth)
psikoterapi dapat dibagi sebagaimana berikut: dan perubahan sosial (social change)26.
psikoterapi ”suportif”, psikoterapi ”re-edukatif” Salah satu karakteristik kesehatan spiritual
dan psikoterapi ”rekonstruktif”; menurut adalah adanya proses pencarian arti dan tujuan
teknik yang diterapkan terdiri dari psikoterapi hidup sebagai suatu apresiasi pribadi yang sangat
ventilatif, sugestif, ekspresif, psikokatarsis, mendalam dan pencarian alam kosmos dan
operant conditioning, modelling, asosiasi bebas, kekuatan-kekuatan alamiah yang dapat dijadikan
interpretatif, psikoterapi eksperensial, positive energi kekuatan bagi diri yang bersifat positif.
regard dan teori implosif; menurut konsep teoritis Kekuatan positif inilah yang merupakan cikal bakal
tentang motivasi dan perilaku dibedakan men­ dalam pembentukan sistem keyakinan seseorang.
jadi psikoterapi behavioral, psikoterapi kognitif, Proses seperti inilah yang dapat memaksimalkan
psikoterapi evokatif, analitik, dinamik; menurut diri seseorang dalam mengembangkan dan
teknik tambahan khusus yang digabung dengan memodifikasi diri melalui energi-energi positif
yang ada baik secara kekuatan batin (internal
20
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini, forces) dan alam, maupun kosmos lain yang ada
judul asli Dictionary of Pshychology, (Jakarta: Rajawali,1999), h. 407. di sekitarnya yang merupakan externalforces.
21
Frieda Fordham, Pengantar Psikologi Carl Gustav Jung,
(Jakarta: Bhratara Karya Aksara,1988),h. 80.
22
Muhammad Mahmud Mahmud, Ilm al-Nafs al-Ma’ashir fi
Dhaw’i al-Islam, (Jiddah: Dar al-Syuruq,1984), h. 483. 25
D. Bachtiar Lubis dan Sylvia D. Elvira, Penuntun Wawancara
23
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi Psikodinamik dan Psikoterapi (Jakarta:Balai Penerbit FKUI, 2005),
terj. E. Koeswara, (Bandung:PT. Eresco,1988), h. 325-326. h. 11-12.
24
Rita L. Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi, terj. 26
Bishop, D. Russel, “Religious Values as Cross Culture
Widjayakusuma, judul asli Introduction to Psychology, (Batam: Isues in Counselling”Journal Counseling and Values, vol.36,
Interaksara,tt), h. 491-543. (1992), h. 179-191.

165 |
MADANIA Vol. 20, No. 2, Desember 2016

Kedua kekuatan ini yang seharusnya ditumbuh misteri, pengalaman, serta beberapa dimensi
kembangkan oleh setiap individu dalam mencapai integratif29. Untuk itu, perlu diketahui tingkat
tahap kesehatan mental yang maksimum27. perkembangan keagamaan dan spiritual seorang
Secara khusus ada beberapa intervensi klien dalam proses terapi. Hal ini menjadi amat
yang dapat digunakan dalam praksis psikoterapi penting ketika permasalahan yang dihadapi klien
spiritual diantaranya adalah sebagaimana berikut; ada hubungannya dengan (a) keyakinan (faith); (b)
1. Assessing, adalah bagaimana assessment yang perjalanan kehidupan spiritual (spiritual journeys);
merupakan proses terapiutik. (c) manifestasi nilai-nilai keagamaan dan spiritual
2. Disputing, bagaimana klien mampu me­ dalam makna kehidupan nyata sehari-hari. Dengan
laku­k an pengambilan keputusan untuk memahami perkembangan keagamaan dan spiritual
meninggalkan keyakinan yang tidak ada ini, seorang terapis dapat memberikan frameworks
gunanya (disfunctional belief). dalam memahami hubungan dengan diri klien
dalam ikut serta menyelami diri dan keyakinannya.
3. Forgiving and Releasing, bagaimana seorang
klien dapat mencoba untuk melupakan dan Perkembangan kematangan religius se­seorang
mengurangi perilaku patologis. dalam tataran tugas perkembanganya secara holistik
4. Giving, bagaimana seorang klien dapat dapat dijabarkan, sebagaimana yang dikonsepsikan
menerima dirinya (acceptence) dan merasa oleh Genia V. sebagaimana berikut;
memiliki tantangan bagi dirinya untuk 1. Stage model of psycho-religious; model
melakukan perubahan (challenge). tahapan peran dan fungsi psiko-religius dalam
5. Praying and Meditating, yaitu teknik terapiutik pe­ngembangan proses bantuan psikoterapis
yang bersifat ibadah dan meditasi. Pelaksana­ dengan cara menggunakan materi-materi
an ibadah dapat dikatakan bahwa seseorang religious dalam praktis klinis.
telah melakukan bentuk aktualisasi diri yang 2. Spiritual struggles; yaitu usaha seseorang
merupakan cerminan diri seseorang untuk dalam menghadapi konflik emosional dan
berekspresi. Sedangkan pada teknik meditasi interpersonal.
seorang klien terkondisikan untuk “mendengar” 3. Transitional faith; sebagai salah satu bentuk
dan membuka diri dan dunianya. pengembangan spiritual seseorang dalam
6. Ritualling, yaitu bagaimana proses terapi dapat tahapan psiko-religiusnya30.
menjadi dasar keberagamaan seseorang dan Sejarah mencatat bahwa Rasulullah meng­
bagaimana dia mampu memfokuskan diri ajarkan secara langsung kepada para sahabat
dalam proses terapiutik. tentang beberapa perbuatan, yang dalam tasawuf
7. Supporting, yaitu bagaimana melakukan dikenal dengan istilah maqâmât dan ahwâl. Maqâm
komplementari secara kongkrit dalam me­ (jama’: maqâmât) adalah hasil kesungguhan dan
ninggalkan diri dari berpikir yang irrasional perjuangan terus menerus, dengan melakukan
(disputing irrational) dan keyakinan yang tidak kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik lagi. Sedang­
sehat (unhealthy belief)28. kan hâl (jama’: ahwâl) adalah kondisi sikap
Mengenai pengalaman spiritualitas yang dapat yang diperoleh seseorang yang datangnya atas
dijadikan acuan dalam proses terapiutik adalah karunia Allah SWT kepada yang dikehendaki-Nya31.
adanya beberapa dimensi yang dapat membukti­ Berkaitan dengan kesehatan dalam perbuatan
kan bahwa terapi yang digunakan memiliki daya yang diajarkan Rasulullah tersebut, Muhammad
guna dan efektif. Yaitu adanya dimensi yang Abd al-Aziz al-Khalidi membagi obat (shifa) men­
dapat menjawab kebutuhan seorang klien, yaitu; jadi dua bagian: pertama, obat hissi, yaitu obat
makna, konsepsi terhadap suatu takdir, hubungan,
29
Mary Thomas dan Miranti Judith G, Counseling:
27
Chandler, Cynthia K., Holden, J.M., & Kolander, C.A, The Spiritual Dimension, (Alexandria: Library of congress
“Counseling For Spiritual Wellness: Theory and Practice” Journal cataloging, 1995), h. 7-11.
of Concervative Dentistry (JCD), Vol. 71 (Nov-Des, 1992), h. 168. 30
Mary Thomas dan Miranti Judith G. Counseling: The
28
Faiver, Cristopher, Inggersoll, R., O’Brien, E., & McNally, Spiritual..., h. 7-11.
C. Explorations in counselling and spirituality. Pacific Grove: 31
Amin Syukur, Tasawuf Sosial, (Yogyakarta: Pustaka
CA:Brooks/cole. 2001, h. 119-129 Pelajar, 2004), h. 6.

| 166
Usman Abu Bakar: Analisis Hubungan Sufisme, Psikoterapi, dan Kesehatan Spiritual

yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti 2. Zuhud. Zuhud diartikan keadaan meninggal­
berobat dengan air, madu, buah-buahan yang kan dunia dan menjauhkan diri darihidup
disebutkan dalam Alquran; kedua, obat ma’nawi, kebendaan35. Namun al-Ghazali mengartikan
yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit zuhud dengan mengurangikeinginan pada
ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi dunia dan menjauhkan dirinya dengan penuh
kandungan dalam Alquran. 32 kesadaran.Menurut pandangan sufi, dunia dan
Dokter sekaligus filosof muslim yang pertama segala kehidupan materialnya adalah sumber
kali memfungsikan pengetahuan jiwa untuk kemaksiatan dan penyebab atau pendorong
pengobatan medis adalah Abu Bakar Muhammad terjadinya perbuatanperbuatankejahatan yang
Zakariah al-Razi (864-925). Menurut al-Razi tugas menimbulkan kerusakan dan dosa. Oleh karena
seorang dokter di samping mengetahui ke­ itu, calon sufi harus terlebih dahulu zahid36.
sehatan jasmani (al-tibb al-jasmani) dituntut juga ... Wahai Tuhan kami! Berilah kami kebaikan
mengetahui kesehatan jiwa (al-tibb al-ruhani). Hal di dunia dan akhirat nanti.” (QS. al-Baqarah
ini untuk menjaga keseimbangan jiwa melakukan [2]: 201).
aktivitasaktivitasnya, supaya tidak terjadi keadaan 3. Tawakal. Tawakal yaitu bersandar atau
minus atau berkelebihan. Oleh karena konsep ini mempercayakan diri kepada Allah Swt.
maka al-Razi menyusun dua buku yang ter­kenal, Tawakal dalam kajian sufi terdiri dari tiga
yaitu al-tibb al-manshuriyah (kesehatan al-manshur) tingkatan yaitu: tawakal artinya tentramnya
yang menjelaskan pengobatan jasamani, dan al-tibb hati terhadap apa yang telah dijanjikan Allah,
al-ruhani (kesehatan mental) yang me­nerangkan menyerahkan urusan kepada Allah karena
pengobatan jiwa33. dia telah mengetahui keadaan dirinya, dan
Aktifitas yang diajarkan oleh Rasulullah itu merasa ridha menerima kekuatan Allah37.
di antaranya: Contoh di atas hanyalah beberapa konsep
1. Taubat. Taubat berarti al-ruju’ min ’l-dzanbi, awal yang diajarkan Rasulullah38, yang senantiasa
al-ruju’ ‘an ’l-dzanbi, kembali dari berbuat dijadikan dasar bagi para sufi dalam melakukan
dosa menuju kebaikan atau meninggalkan berbagai praktik sufistik. Sebagaimana dimaklumi
dosa. Dalam literature sufistik, dosa di­maknai bahwa ajaran tasawuf adalah salah satu
sebagai hijab (tirai penghalang) dari al-Mahbûb bentuk spiritualitas Islam yang terletak pada
(Kekasih). Oleh karena itu menjauhkan diri dari pengelolaan hati, sedemikian rupa sehingga
hal-hal yang tidak disukai oleh al-Mahbūb adalah dapat benar-benar tertuju kepada Allah Swt.
wajib. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan al- Dengan demikian diharapkan hati seseorang
‘ilm (pengetahuan), an-nadm (penyesalan) dan hanya berisi kepasrahan kepada Allah Swt.
al-‘azm (kemauan atau niat)34. atas segala bentuk takdir yang diberikan-Nya.
Apabila seorang mukmin melakukan itu, maka Semua itu dilakukan dengan tujuan agar meraih
dalam hatinya terdapat satu noktah (titik kedekatan dengan-Nya.
hitam kotor). Kemudian bila dia bertaubat,
melepaskan diri dan memohon ampun, maka
hatinya akan mengkilap. Apabila dia menambah 35
Departemen Agama RI, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Dit.
Bimpera, 1987-1988), h. 125
dosanya, maka bertambahlah noktah tadi. Itulah 36
Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo sufisme,
hijab, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an: (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. ke-II, h. 116.
“Sekali-kali tidak (demikian), sesungguhnya
37
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu
Tasawwuf, (Wonosobo: Amzah, 2005), Cet. ke-I, h. 267-268.
apa yang mereka usahakan itu menutupi hati 38
Nabi saw sering melakukan tahannus di Gua Hira, guna
mereka (Q.S al-Muthaffifin [83]: 14). merenung dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Para sahabat
Nabi pun melakukan praktik hidup sufi, yakni mengeluarkan
harta, hidup sederhana guna membersihkan rohani dalam
32
Muhammad Abd al-Aziz al-Khalidi, al-Istishfa’ bi al- rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Lihat J. Arberry,
Qur’an, (Beirut: Dar al- Kutub al-Ilmiah, 1996), h. 8. Pasang Surut..., h. 12-13. Praktek ini selanjutnya berkembang
33
Zainul Kamal, Menuju Kesempurnaan Akhlak, terj. Helmi luas, hingga memunculkan maqâm-maqâm dalam hati, seperti
Hidayat, judul asli Tahzib al-Akhlaq wa Tatyib al-‘Araq, (Bandung: taubat, wara’, zuhd, shabar, tawâḍu’, taqwâ, tawakkal, riḍâ,
Mizan, 1994), h. 13. maḥabbah, dan ma‘rifah. Baca juga Solihin M. dan Anwar,
34
Ibn Qudamah al-Maqdisy, Mukhtatsar Minhâj al-Qâtsidîn, Rosihon, Kamus Tasawuf, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
tahqiq: Zuhair al-Syawisy, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 2000), h. 289. 2002), h. 126.

167 |
MADANIA Vol. 20, No. 2, Desember 2016

Penutup Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1992.


Islam, selain diupayakan adanya psikoterapi Faiver, Cristopher, Inggersoll, R., O’Brien, E., &
duniawi, juga terdapat psikoterapi ukhrawi. McNally, C. Explorations in counselling and
Psikoterapi ukhrawi merupakan petunjuk (hidayah) spirituality. Pacific Grove : CA:Brooks/cole. 2001.
dan anugrah (wahhab) dari Allah Swt yang berisi­kan Fordham, Frieda, Pengantar Psikologi Carl Gustav
kerangka ideologis dan teologis. Sedang psikoterapi Jung, Jakarta: Bhratara Karya Aksara,1988.
duniawi merupakan hasil ijtihad (daya upaya) Gunarsa, Singgih D, Konseling dan Psikoterapi,
Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 1992.
manusia, berupa teknik-teknik pengobatan kejiwaan
Ikalson, Munahen, Menjadi Sufi, terj. Yuliani Liputo,
yang didasarkan atas kaidah-kaidah insaniah. Kedua
judul asli A Sufi Rube for Novies, Bandung:
model psikoterapi ini sama pentingnya, ibarat sisi
Pustaka Hidayah, 2002.
mata uang yang satu sama lain saling terkait.
Jumantoro, Totok dan Samsul Munir Amin, Kamus
Ilmu Tasawwuf, Wonosobo: Amzah, 2005, Cet.
Pustaka Acuan ke-I.
Ali, Yunalsir, Pengantar Ilmu Tasawuf, Jakarta: Kalabazi, Al-, Ajaran Kaum Sufi, terj. Rahmani
Pedoman Ilmu Jaya, 1987. Astuti judul asli al-Ta’arruf li Mażahabi li al-
al-Khalidi, Muhammad Abd al-Aziz, al-Istishfa’ bi Tashawuf , Bandung: Mizan, 1993.
al-Qur’an, Beirut: Dar al- Kutub al-Ilmiah, 1996. Kamal, Zainul dalam pendahuluan edisi terjemah
al-Maqdisy, Ibn Qudamah, Mukhtashar Minhâj Ibn Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak,
al-Qâshidīn, tahqiq: Zuhair al-Syawisy, Beirut: terj. Helmi Hidayat, , Bandung: Mizan, 1994.
al-Maktab al-Islamy, 2000. Lings, Martin, Membedah Tasawuf, terj. Ahmad,
Arberry, J, Pasang Surut Aliran Tasawuf, terj. dengan judul What is Sufisme, Jakarta:
Bambang Herawan asli Sufism: An Account Pedoman IlmuJaya, 1987.
of The Mistics of Islam, Bandung: Mizan, 1993. Lubis, D. Bachtiar, dan Sylvia D. Elvira, Penuntun
Atkinson, Rita L dkk, Pengantar Psikologi, terj. Wawancara Psikodinamik dan Psikoterapi
Widjayakusuma, judul asli Introduction to Jakarta:Balai Penerbit FKUI,2005.
Psychology, Batam: Interaksara, tt. Mahmud, Muhammad Mahmud, Ilm al-Nafs al-
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama, Bandung: Mizan, Ma’ashir fi Dhaw’i al-Islam, Jiddah: Dar al-
2004. Syuruq, 1984.
Bishop, D. Russel, “Religious Values as Cross Nasr, Seyyed Hussein, Tasawuf Dulu dan Sekarang,
Culture Isues in Counselling”Journal terj. Abdul Hadi, W.M, judul asli Living Sufisme,
Counseling and Values, vol.36, 1992. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.
Brunessen, Martin, Tarekat Naqsyabandiyah di Nasution, Harun, Falsafah dan Mistisisme Dalam
Indonesia, Bandung: Mizan, 1993, Cet. ke-I. Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
Chandler, Cynthia K., Holden, J.M., & Kolander, Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo
C.A,“Counseling For Spiritual Wellness: Theory sufisme, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
and Practice”JCD, Vol. 71, Nov-Des, 1992. 2002, Cet. ke-II.
Chaplin, James P, Kamus Lengkap Psikologi terj. Rosihon, Solihin M dan Anwar, Kamus Tasawuf,
Kartini Kartono, judul asli Dictionary of Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Pshychology, Jakarta:Rajawali, 1999. Siradj, Aqil, Tasawuf sebagai Kritik Sosial, Bandung:
Chris W, Green, Setyowati, Hertin, Terapi Mizan, 2009.
Alternatif, Jogjakarta: Yayasan Prima, 2004. Sri Mulyati, Mengenal dan memahami Tarekat-
Corey, Gerald, Teori dan Praktek Konseling dan Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta:
Psikoterapi terj. E. Koeswara, Bandung:PT. Prenada Media, 2004.
Eresco,1988. Syukur, Amin, Tasawuf Sosial, Yogyakarta: Pustaka
Departemen AgamaRI, Ensiklopedia Islam, Jakarta: Pelajar, 2004.
Dit. Bimpera, 1987-1988. Thomas, Mary dan Miranti Judith G, Counseling:
Djaman Nur, Tasawuf dan Tarekat Naqsyabandiyah The Spiritual Dimension, Alexandria: Library
Pimpinan H.Kadirun Yahya, Medan: Panca Bakti, of congress cataloging, 1995.
2002. Vahuddin, Mir, Tasawuf dalam Qur’an, Jakarta:
Echols, John dan Shadily, Hassan, Kamus Inggris- Pustaka Firdaus, 1993.

| 168

Anda mungkin juga menyukai