Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Holistic al-hadis, Vol. 7 , No.

2 (July – December) 2021, 196-212

KONSEP TASAWUF DALAM PERSPEKTIF HADIS NABAWI


Badrudin
badrudin@uinbanten.ac.id

Abstrak :
Tasawuf menjadi konsep yang secara amaliah sudah tumbuh sebelum Nabi Muhammad
diangkat menjadi utusan Allah, baik dalam segi tradisi, perbuatan, maupun amaliah
keseharian. Nilai-nilai tasawuf sudah terjadi pada umat sebelumnya baik dalam agama-agama
samawi (Yahudi dan Nasrani); maupun dalam agama-agama ardhi (Budha dan Hindi). Lalu
pemikiran tradisi itu menyentuh dalam dunia pemikiran Islam. Setelah itu terjadi pro kontra
tentang tasawuf dalam dunia Islam, apakah itu bukti pengaruh dari agama lain atau memang
murni dari prinsip-prinsip Islam sendiri yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam
pemahaman tasawuf Islami murni ternyata dalam Hadis-hadis Nabawi banyak diungkapkan
tentang pentingnya mengutamakan kehidupan akhirat, dan prinsip-prinsip hidup sufistik yang
mengedepankan pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan meninggalkan gemerlap
duniawi yang melalaikan hati manusia. Kemudian menemukan jalannya dalam realitas umat
Islam dan berkembang hingga mencapai tujuan puncaknya dalam riyadhah-riyadhah Islamiyah
yang diajarkan dalam Sunnah Nabawiyah. Demikian itu berlanjut dalam kajian kitab-kitab
sufistik dan tafsir-tafsir isyari yang menjelaskannya dan telah diletakkan dasar- dasar dan
kaidah- kaidahnya pada abad ke- empat dan ke-lima hijriyah. Jadi dapat ditemukan hadis-hadis
Nabawi yang menginformasikan arti penting dzikrullah, muqarabah, muraqabah, mengutamakan
kepentingan akhirat dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang mmenyebabkan hati lupa
kepada Sang Maha Kuasa.

Kata Kunci : Hadis, Sunnah Nabawiyah , Dzikrullah

Pendahuluan
Tasawuf merupakan suatu usaha dan upaya dalam rangka mensucikan diri
(tazkiyatunnafs) dengan cara menjauhkan dari pengaruh kehidupan dunia yang meyebabkan
lalai dari Allah SWT untuk kemudian memusatkan perhatiannya hanya ditujukan kepada
Allah SWT. Menurut Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi bahwa tasawuf adalah ilmu yang
menerangkan tentang keadaan-keadaan jiwa (nafs) yang dengannya diketahui hal-ihwal
kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


197 - Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021,
Badrudin

mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, jalan menuju Allah, dan
meninggalkan (larangan-larangan) Allah menuju (perintah-perintah) Allah SWT.1
Beberapa penulis mengira bahwa ada hubungan antara tasawuf dan zuhud. Oleh
karenanya, setiap orang yang diketahui hidup zuhud dan mengonsentrasikan diri pada Allah
dinisbatkan kepada tasawuf, seperti Fadhl bin Iyadh, Abdullah bin Mubarak, Ibrahim bin
Adham, dan ahli-ahli zuhud lainnya seperti mereka. 2 Beberapa faham dan ajaran yang
menurut teorinya mempengaruhi munculnya sufisme di kalangan umat Islam. Apakah teori
ini benar atau salah susah untuk dibuktikan. Walaupun begitu, tanpa pengaruh dari luarpun
sufisme bisa timbul dalam dunia Islam.3
Istilah tasawuf itu muncul setelah banyaknya buku- buku pengetahuan yang
diterjemahkan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Dan sebelumnya istilah itu berasal dari
kata sufia (sophia) dalam bahasa Arab berarti kelompok ahli ibadah untuk menyatukan
batinnya hanya kepada Allah semata, sebab tujuan akhirnya semata mata untuk mengadakan
hubungan dengan Sang Khaliq.2
Beberapa penulis mengira bahwa ada hubungan antara tasawuf dan zuhud. Oleh
karenanya, setiap orang yang diketahui hidup zubud dan mengonsentrasikan diri pada Allah
dinisbatkan kepada tasawuf, seperti Fadhl bin Iyadh, Abdullah bin Mubarak, Ibrahim bin
Adham, dan ahli ahli zuhud lainnya seperti mereka. Pada kenyataannya, ada pendapat lain
yang membedakan antara zuhud dan tasawuf. Zuhud di dunia adalah sebuah keutamaan dan
amalan yang disyari’atkan dan disunnahkan, serta merupakan akhlak para nabi, wali,
dan para hamba yang shalih yang mengutamakan apa yang disisi Allah di atas
kenikmatan duniawi dan keterlenaan pada yang mubah.
Sedangkan tasawuf adalah konsep yang berbeda, karena jika seorang sufi mantap
dalam kesufiannya, maka zuhud baginya adalah sesuatu yang tidak bermakna, ia terkadang
membutuhkan zuhud pada permulaan tarikat sufistik, yang pada akhirnya ia harus mencela

1
Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwirul Qulub fi Mu’amalatil ‘Allamil Guyub, (ttp.: Maktabah Dar Ihya al-Kutub al-
’Arabiyyah, tth.), h. 406.
2
Syekh Abdur Rahman Abdul Khalik, Penyimpangan-penyimpangan Tasawuf, terj., (Jakarta: Rabbani Press, 2001),
cet. I, h. 37. Lihat Husein Bahreis, Tasawuf Murni, (Surabaya: Al-Ihsan, tth.), h. 1.
3
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), cet VIII, hal 59. Perlu
diketahui, menurut pendapat ahli tassawuf itu mulai berkembang sekitar akhir abad ke 2 hijriyah/ ke- 8 masehi.
(Lihat Horison, th. XX Me,i 1986).

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021- 198
Badrudin

apa yang dibebankan padanya. Jadi antara tasawuf dan zuhud sangat berkaitan yang pada
buktinya diungkapkan keterangan-keterangan Hadis Nabawi.
Terminologi Tasauf
Hadis Nabawi menjadi sumber dan dasar dari tasawuf serta amalannya, paling tidak
tampak dari empat segi. Pertama, Hadis Nabawi penuh dengan gambaran kehidupan
tasawuf dan merangsang untuk hidup secara sufi. Kedua, Hadis Nabawi merupakan
sumber dari konsep-konsep yang berkembang dalam dunia tasawuf. Ketiga, Nabi
Muhammad banyak sekali berbicara dengan hati dan perasaan berdasarkan wahyu Ilahi.
Dalam literatur barat, sufisme (tasawuf) masih sering diartikan sama persis dengan
mystisism (mistik), yang sekarang sudah punya konotasi lain, dan dalam beberapa hal di
Indonesia sudah punya arti tersendiri pula, dan biasanya disamakan dengan kebatinan, sudah
berbau jimat, dukun dan sebagainya. Bahkan ada yang menyamakan dengan syirik. Agaknya
istilah sufism yang sering dipakai dalam literatur bahasa Inggris sudah memberi arti adanya
perbedaan ini. Malah kadang diberi tambahan, misalnya Nicholson dengan kata
mystical sufism.4
Hadis Nabawi banyak membentuk, mempengaruhi, dan merubah manusia dengan
bahasa hati, bahasa sufi, agar menjadi manusia yang berkepribadian sufi yang menyatu dalam
dirinya secara harmonis perasaan dekat, takut, dan penuh cinta pada Allah yang tergetar
hatinya saat menyebut nama Tuhan. Dengan demikian, Hadis Nabawi menjadi sumber yang
menginspirasi dari metode kesufian. Hal ini menggambarkan Tuhan dapat didekati secara
menyentuh melalui tasawuf. Bila gambar ini hanya di dekati dan diterangkan dengan ilmu
kalam atau filsafat akan tampak ketidakseimbangan dan menjadi dangkal.5
Pada hakikatnya, seorang ahli tasawuf itu akan tunduk pada agamanya, melaksanakan
ibadat-ibadat yang diperintahkan. Iman itu diyakininya dalam hati, menghadap selalu kepada
Allah memikirkan selalu sifat dan tanda-tanda kekuasaan Allah. Imam Sahal Tusturi seorang
ahli tasawuf, menyebutkan tentang prinsip tasawuf ada enam macam: 6
1) Berpedoman Kepada Kitab Allah (Al-Qur’an)

4
Lihat Ali Audah, Edit H, Endang Saifudin Anshari, Dari Khazanah Dunia Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999),
cet. I, h. 164, 169 dan 195.
5
A. Hidayat, Tasawuf Jalan Menuju Tuhan, (Tasikmalaya: Latifah Press, 1995), cet. I, h. 60.
6
Ahmad Syarabasyi dan Hussein Bahreisj, Himpunan Fatwa, (Surabaya: Al Ikhlas, 1992), h. 532.

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


199 - Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021,
Badrudin

2) Mengikuti Sunnah Rasulullah (Hadis Nabawi)


3) Memakan makanan yang halal
4) Tidak Menyakiti Manusia (termasuk binatang)
5) Menjauhkan diri dari dosa
6) Melaksanakan ketetapan hukum (yaitu segala peraturan agama Islam)
Tasawuf Islam yang lurus/benar adalah suatu usaha agar seorang mukmin dapat
mencapai derajat yang benar melalui “ihsan”. Ihsan dalam Hadis Nabi yaitu manusia
menyembah pada Allah yang seolah- olah manusia itu melihat Allah, dan jika manusia itu
tidak dapat melihat-Nya, maka Allah itu melihat manusia tersebut.
Menurut Imam Sya’rani tentang tasawuf yang murni (yang lurus):7
1) Jalan pada Allah itu harus dimengerti dahulu ilmu syari’at
2) Harus dipahami ilmu tersebut baik yang umum maupun yang khusus
3) Memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang Bahasa Arab
4) Setiap ahli tasawuf (sufi) haruslah sebagai seorang ahli fiqih (keseimbangan
keduanya)
5) Seorang wali yang ( l u r u s ) tidak akan menyalahi pandangan Rasulullah S A W .
J i k a menyalahinya maka dia tidak boleh diikuti.
Tasawuf telah mengajak kepada akhlak utama yang dianjurkan dalam Islam. Akhlak
yang mulia ini dijadikan sebagai landasannya, menyucikan jiwanya dengan cara berhias diri
dengan keutamaan akhlaknya yaitu berupa tawadhu (yaitu rendah diri atau rendah hati),
meninggalkan diri dari akhlak yang tercela, memberikan kemudahan dan lemah lembut,
kemuliaan dirinya diikuti dengan sifat qana’ah (menerima dengan sepenuh hati), menjauhkan diri
dari perkara yang berat, perdebatan maupun kemarahan, pegangannya adalah Al-Qur’an dan
Hadis Nabawi.
Konsep tasawuf Islami 8 adalah al-shabr (sabar). Kata al-shabr dengan kata-kata
jadiannya seperti al-shabir, al-shabirin, ishbir, shabara, dan seterusnya banyak bertebaran dalam

7
Ahmad Syarabasyi dan Hussein Bahreisj, Himpunan Fatwa, h. 533.
8
Hampir semua konsep dalam tasawuf berasal dari Al-Qur’an. Konsep-konsep maqamat seperti taubat, sabar, rido,
tawakkal, khalwat, dan dzikir, semuanya diambil dari Al-Qur’an. Demikian juga halnya, konsep-konsep yang
berkaitan dengan tasawuf nadzari seperti hubb, musyahadah, kasyf, dan ilmu laduni. Konsep-konsep kejiwaan yang
beredar dikalangan tasawuf pun berasal dari Al-Qur’an, seperti : nafsu, ammarah, lawwamah, dan mutma’innah.

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021- 200
Badrudin

Al-Qur’an dan Hadis Nabawi. Sabar menunjukan sifat daya tahan atau kemampuan jiwa untuk
memikul tekanan beban penderitaan, kesulitan, atau perjuangan dengan perasaan tegar dan kuat.
Konsep sabar dalam tasawuf menjadi bagian yang amat penting dan begitu akrab bagi kehidupan
sufistik. Sifat sabar merupakan kemulyaan para Rasul ulul ’azmi.9
Yang tidak kalah pentingnya dalam konsep Sufistik adalah prinsip ridha dan tawakkal.
Kedua konsep ini dikembangkan oleh para sufi. Dalam tasawuf penekanan penggunaan kata
ridha adalah ridha hamba pada Tuhan, sedangkan Al-Qur’an menyebutkan hal itu secara timbal
balik, ridha Tuhan pada manusia, dan ridha manusia pada Tuhan.10 Kaitannya dengan konsep
tasawuf tentang tawakkal, Imam Al-Qusyairi menerangkan bahwa tempat tawakkal adalah hati,
sedangkan gerakan lahiriah tidak menanggalkan tawakkal dalam hati manakala si hamba telah
yakin bahwa takdir datang dari Allah SWT, hingga jika sesuatu didapati kesulitan maka ia akan
meliht takdir di dalamnya, dan jika sesutu dimudahkan kepadanya maka ia melihat kemudahan
dari Allah di dalamnya.11
Tentang hakekat tawakkal, Ibnu ‘Atha mengungkapkan, “Tawakkal adalah, hendaknya
hasrat yang menggebu-gebu terhadap perkara duniawi tidak muncul dalam dirimu, meskipun
engkau sangat membutuhkannya, dan hendaknya engkau senantiasa bersikap qana’ah dengan
Allah, meskipun engkau tergantung kepada kebutuhan-kebutuhan duniawi itu.12 Tawakkal itu
bukan sesuatu yang asing dalam Islam, tetapi sepenuhnya dari sifat nilai Islam. Walaupun perlu

Oleh karena itu, sangat mengherankan pandangan yang mengatakan bahwa tasawuf Islam bersumber dari luar Al-
Qur’an. (Lihat DR. A. Hidayat, Op.Cit., h. 67).
9
Firman-Nya: )35 : ‫فاصبر كما صبر ا ولواالعزم من الرسل (األحقاف‬
Ayat ini , disamping mengandung pujian atas sifat kesabaran para Rasul, juga memerintahkan kepada Rasul terakhir
untuk mempunyai sifat demikian. Ada 25 kali perintah sabar dari Allah dalam berbagai keadaan. Ini mengandung
pengertian , di satu sisi bahwa sabar yang merupakan konsep yang penting dalan tasawuf, juga menunjukan bahwa
konsep-konsep tasawuf adalah dari esensi ajaran Al-Qur’an. Menurut Al-Qur’an, shabar sifat yang amat baik bagi
para pemiliknya (QS. 13:24; 16:126; 4:25; 49:5). Sabar ada yang berkaitan erat dengan tawakkal (QS. 16:42; 29:59;
14:12) dan yang berkaitan dengan amal shalih pada umumnya (QS. 11:11).
10
Firman Allah yang menyebutkan: ‫رضي هللا عنهم ورضوا عنه‬
“Allah ridha atas mereka dan mereka juga ridha kepada-Nya.” (QS. 5:119, lihat juga : 9:100; 58:22; 98:8). Dengan
kata lain, Al-Qur’an menyatakan bahwa hamba Allah yang shalih akan kembali kepada-Nya dengan rela dan direlai
oleh-Nya (radliyat-mardliyat). Dari sini jelas sekali bahwa konsep ridlo dalam tasawuf baik dalam srti sebagai
sebuah nama fase perjalanan sufi menuju Tuhan-Nya, maupun sebagai sesuatu yang jadi dambaan Hamba ternyata
bersumber dari Al-Qur’an. Selanjutnya lihat QS. 3:15.
11
Imam Al-Qusyairi al-Naisaburi, Risalah al-Qusyairiyah fi ‘Ilmi al-Tasawwuf, (ttp. : Dar al-Khair, tt.), h. 163.
12
Ibid, h. 164. Dalam hal ini disebutkan :
‫ وال تزول عن حقيقة السكون الى الحق مع وقوفك عليها‬،‫حقيقة التوكل هي أن ال يظهر فيك انزعاج إلى األسباب مع شدة فاقتك إليها‬

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


201 - Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021,
Badrudin

diakui adanya kecenderungan dikalangan beberapa sufi untuk memberi tekanan fatalistik pada
konsep tawakkal itu.13

Landasan Tasawuf dalam Kandungan Hadis Nabawi.


Hidup sufi menurut Hadis Nabawi bersifat seimbang dan harmonis, hidup untuk
akhirat tidak melupakan dunia, tetapi juga tidak tenggelam di dalamnya. Nabi Muhammad
SAW mengungkapkan isyarat-isyarat yang menyentuh konsep tasawuf Islami,
diantaranya ada Hadis ada yang mengabarkan dekatnya hubungan manusia dengan Tuhan.

‫من عرف نفسه فقد عرف ربّه‬

“Barang siapa yang mengetahui dirinya, maka dia mengetahui Tuhan.” 14


Hadis ini juga mengandung arti bahwa manusia dengan Tuhan ada hubungan yang erat.
Untuk mengetahui Tuhan orang tak perlu pergi jauh-jauh. Cukup ia masuk ke dalam dirinya dan
mencoba mengetahui dirinya. Dengan kenal pada dirinya ia akan kenal pada Tuhan.

)‫كنت كنزا خمفيا فأحببت ان أعرف فخلقت اخللق فيب عرفوىن (حديث قدسى‬

“Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, maka Aku
ciptakan makhluk, melalui Aku mereka kenal pada-Ku.”15
Hadis ini mengatakan bahwa Tuhan ingin dikenal dan untuk dikenal itu Tuhan
menciptakan makhluk. Ini mengandung arti bahwa Tuhan dengan makhluk adalah satu, karena
melalui makhluk Tuhan dikenal.16

13
Lihat A. Hidayat, Op.Cit., h. 73. Sebenarnya masalaha Tawakakal itu sendiri harus memiliki keyakinan yang kuat,
dan memang hal ini Allah telah berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah
cukup sebagai penolongnya” (QS. 65:3).
14
Menurut Imam Nawawi (W. 676 H.) bahwa hadis itu “Laisa hua bi tsabitin” (tidak bisa dijadikan penetapan
hukum). Sedangkan menurut Ibnu Hajar “la ashla lahu” (tidak punya dasar). Lihat Al-Imam al-Nawawi, Fatawa al-
Imam al-Nawawi, (Beirut: Dar al-Fikr, tth.), h. 178.
15
Penulis belum mengetahui perawi dan kedudukan hadis ini.
16
Lihat Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992., h. 60-61. Di sisi lain
Al-Qur’an juga penuh dengan pujian dan anjuran untuk senantiasa beribadah dengan penuh kekhusuan siang dan
malam. Al-Qur’an banyak memuji orang yang senang i’tikaf, taubat, dan hatinya senantiasa tergetar karena
menyadari akan menghadap Allah Ta’ala (QS. 17:107,109).

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021- 202
Badrudin

Amaliah Tasawuf yang dipandang paling penting adalah dzikir.17 Dalam kajian tasawuf
dzikir merupakan konsep sentral dalam ibadah (untuk mendekatkan diri kepada Sang Kholiq).
Demikian pula konsep sentral dalam ibadah menurut Al-Qur’an dan Hadis Qudsi menempatkan
dzikir dalam tempat istimewa dalam sistem ibadah Islam, Allah memerintahkan manusia untuk
dzikir sebanyak -banyaknya. Firman-Nya :

‫واذ كرواهللا كثريا لعلكم تفلحون‬


“…dan berdzkirlah kamu semua kepada Allah sebanyak -banyaknya agar kamu sekalian
mendapat kebahagiaan.”18
Dalam sebuah Hadis Qudsi disebutkan :

: ‫ قال املال ئكته‬،‫ إذا مات ولد العبد‬: ‫عن أىب موس األشعري رضى هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ محدك واسرتجع فيقول‬:‫ فيقولون‬،‫ نعم‬: ‫ قبضتم مثرة فؤاده ؟ فيقولون‬: ‫ فيقول‬،‫ نعم‬: ‫قبضتم ولد عبدى ؟ فيقولون‬
)‫ ومسوه بيت احلمد (رواه ابن حبان وابو داود وامحد والرتمذى‬،‫ أبنوا لعبدى بيتا ىف اجلنه‬: ‫هللا‬

“Dari Abu Musa al-Asy’ari ra: Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda, bila meninggal anak
hamba, maka Allah berfirman pada malaikat-Nya, kamu telah mencabut anak hamba-Ku.
Mereka menjawab “ya”. Allah berfirman, kamu ambil buah hatinya, mereka menjawab “ya”.
Kemudian Allah bertanya: ’Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku?’ malaikat menjawab: ’Dia
memujimu dengan istirja’.19 Maka Allah berfirman: ’Bangunkanlah untuk hamba-Ku ini sebuah
rumah di Surga dan berilah namanya dengan nama rumah pujian’.” (HR. Ibnu Hibban, Abu
Daud, dan Imam Ahmad serta Imam al Turmudzi).20
Masyarakat muslim selayaknya mengisi kehidupan rohaninya sesuai dengan syari’at yang
digariskan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Pola pengamalan Rasulullah menjadi anutan para
sahabat, tabi'in, dan tabi'it tabi'in dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Kehidupan dunia bagi
17
Al-Qur’an juga menempatkan dzikir dan orang-orang yang suka dzikir setiap saat dan setiap keadaan dalam
kedudukan istimewa yang mempunyai pengetahuan dan kesadaran mendalam (Ulil Albab) adalah orag yang
senantiasa dzikir kepada Allah sambil berdiri, duduk dan sambil berbaringdisamping merenungi penciptaan langit
dan bumi.QS. 3:191; 4:103; 2:200; 33:41 dan 42.
18
Lihat QS. 62:10.
19
Mengembalikan kepada Allah dengan mengucapkan : Inna lillahi Wa inna ilaihi raji’un ketika tertimpa musibah.
20
Al-Turmudzi dalam Jami’-nya : Kitab Mawardi (726), Abu Daud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no. 508).
Imam Ahmad dalam Musnad-nya (4/410). Semuanya melalui Thariq Abi Sanan. Namun ada jalan lain yang
disebutkan oleh Al-Bani dalam Al-Silsilah al-Shahihah (1408) dengan menisbatkan kepada Al-Saqafi. Dan Al-Bani
meng-hasan-kan hadits tersebut karena banyaknya jalan. Untuk lebih jelasnya lihat Al-Iman Abi al-Hasan Nuruddin,
et. al., Hadits Qudsi yang Shahih dan Penjelasannya, terj., (Bandung: Gema Risalah Press , 1996), cet. I., h. 39.

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


203 - Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021,
Badrudin

mereka tidak menyebabkan lalai terhadap kehidupan akhirat dan begitu pula sebaliknya, karena
kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang hakiki. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah
SAW :

ِ َ َ‫ْاع َم ْل لِ ُدنْي‬
‫ت َغ ًدا‬
ُ ‫َّك َتَُْو‬ َ ِ‫ َو ْاع َم ْل ِل ِخَرت‬،‫يش أبَ ًدا‬
َ ‫ك َكأَن‬ ِ
ُ ‫اك َكأنَّك تَع‬
“Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya dan beramallah untuk
akhiratmu seakan-akan engkau mati besok pagi.” (H.R. Ibnu 'Asakir)

Sumber pokok ajaran Islam berupa hadis Nabi SAW dengan jelas telah memuat landasan
dari amaliah tasawuf, diantaranya :

ُ‫ع ْنه‬ َّ ‫ي‬


َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ َر‬ َ ‫س ِم ْعتُ أَبَا‬
َ ٍ‫صا ِلح‬ َ ‫ش‬ ُ ‫ص َحدَّث َنَا أ َ ِبي َحدَّثَنَا ْاأل َ ْع َم‬ ٍ ‫ع َم ُر ب ُْن َح ْف‬ ُ ‫َحدَّثَنَا‬
‫ظ ِن َع ْبدِي ِبي َوأَنَا َم َعهُ ِإذَا ذَ َك َرنِي فَإ ِ ْن‬ َ َ‫َّللاُ تَ َعالَى أَنَا ِع ْند‬ َّ ‫سلَّ َم َيقُو ُل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫قَا َل قَا َل النَّ ِب‬
َّ َ‫ب إِل‬
‫ي‬ ٍ َ ‫َل ذَ َك ْرتُهُ فِي َم‬
َ ‫َل َخي ٍْر ِم ْن ُه ْم َوإِ ْن ت َ َق َّر‬ ٍ َ ‫ذَ َك َر ِني فِي نَ ْف ِس ِه ذَ َك ْرتُهُ فِي نَ ْفسِي َوإِ ْن ذَ َك َر ِني فِي َم‬
ً‫عا َو ِإ ْن أَتَا ِني َي ْم ِشي أَتَ ْيتُهُ ه َْر َولَة‬
ً ‫عا تَقَ َّربْتُ ِإلَ ْي ِه بَا‬
ً ‫ي ذ َِرا‬ َّ َ‫ب ِإل‬ ً ‫بِ ِشب ٍْر تَقَ َّربْتُ ِإلَ ْي ِه ذ َِرا‬
َ ‫عا َو ِإ ْن تَقَ َّر‬
“Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Hafs telah menceritakan kepada kami Ayahku telah
menceritakan kepada kami Al A'masy aku mendengar Abu Shalih dari Abu Hurairah
radhiallahu'anhu berkata, "Nabi SAW bersabda, Allah Ta'ala berfirman, "Aku berada dalam
prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku
dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam
perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari pada mereka,
jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta,
dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika
ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan
berlari”.21

Ketaqwaan kepada Allah, diantaranya dibuktikan dengan mendekat kepada-Nya.22 Ada


sebuah Hadis Qudsi menyebutkan :23

21
Shahih Bukhari Kitab Tauhid, Bab Firman Allah SWT No. 6856.
22
Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsi, "Aku menyesuaikan diri dengan sangka hamba-Ku terhadap Ku. Dan
Aku bersamanya ketika ia mengingat Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam hatinya, Ku ingat dia dalam hati-
Ku.Kalau dia mengingat-Ku dan menyebut-nyebut Ku di depan umum, maka Ku ingat dan Ku sebut-sebut dia di
khalayak yang lebih baik. Siapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Dan siapa
yang mendekat sehasta, Aku akan mendekat kepadanya sedepak. Dan siapa yang datang kepada Ku dengan berjalan,
Aku datang menyambutnya dengan berlari," kata Quraish Shihab di akhir renungannnya.

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021- 204
Badrudin

ّ : -‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ قال رسول هللا‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ان هللا تبارك‬
‫ي ِم َّما‬َّ َ‫ش ْيءٍ أَ َحبَّ ِإل‬َ ‫ي َع ْبدِي ِب‬ َّ َ‫ب ِإل‬
َ ‫ َو َما ت َ َق َّر‬،‫ب‬ِ ‫عا َدى ِلي َو ِليًّا فَقَ ْد آ َذ ْنتُهُ ِبال َح ْر‬ َ ‫ َم ْن‬:‫وتعالى قال‬
‫س ْمعَهُ الَّذِي‬ َ ُ‫ ُك ْنت‬:ُ‫ فَإ ِ َذا أ َ ْحبَ ْبتُه‬،ُ‫ي بِالنَّ َوافِ ِل َحتَّى أ ُ ِحبَّه‬َّ َ‫ب إِل‬ ُ ‫ع ْبدِي َيتَقَ َّر‬ َ ‫ َو َما يَزَ ا ُل‬،‫علَ ْي ِه‬ َ ُ‫ضت‬ ْ ‫ا ْفت َ َر‬
‫سأَلَنِي‬َ ‫ َو ِإ ْن‬،‫ َو ِر ْجلَهُ الَّ ِتي َي ْم ِشي ِب َها‬،‫ش ِب َها‬ ُ ‫ َو َي َدهُ الَّ ِتي َيب ِْط‬،‫ْص ُر ِب ِه‬ ِ ‫ص َرهُ الَّذِي يُب‬ َ ‫ َو َب‬،‫َي ْس َم ُع ِب ِه‬
،‫ع ْن نَ ْف ِس ال ُمؤْ ِم ِن‬ َ ‫ش ْيءٍ أَنَا فَا ِعلُهُ ت َ َر ُّددِي‬ َ ‫ع ْن‬ َ ُ‫ َو َما تَ َر َّددْت‬،ُ‫ َولَئِ ِن ا ْستَعَا َذ ِني ََل ُ ِعي َذنَّه‬،ُ‫ْطيَنَّه‬ ِ ‫ََلُع‬
)‫سا َءت َهُ (رواه البخارى‬ َ ‫ت َوأَنَا أ َ ْك َر ُهإ‬َ ‫َي ْك َرهُ ال َم ْو‬
Dari Abu Hurairah R.A. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda : sesungguhnya Allah Swt.
berfirman : “Barang siapa yang memusuhi seorang kekasih-Ku, maka aku menyatakan perang
kepadanya. Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku
senangi dari pada menjalankan sesuatu yang aku wajibkan, dan selalu seorang hamba-Ku
mendekat kepada-Ku dengan melakukan sunnat-sunnat, sehingga Aku menyenanginya
(mencintainya). Maka apabila Aku telah mengasihi kepadanya tentu Akulah yang menjadi
pendengarannya yang ia dengarkannya, dan penglihatannya yang ia lihat dengan itu, dan
sebagai tangannya yang ia gunakan (untuk mengepal), dan sebagai kakinya yang ia
jalankannya. Apabila ia memohon kepada-Ku pasti Aku penuhinya. Dan jika ia memohon
perlindungan kepada-Ku pasti Aku memberi perlindungan kepadanya. Dan Aku tidak berputar-
putar (bolak -balik)dari sesuatu yang Aku lakukannya. Adapun bolak-baliknya Aku dari seorang
mu’min adalah ia tidak suka kematian (su’ul khatimah), sedangkan Aku tidak suka
memburukannya.” ( H.R. Bukhari).

Hadis di atas memberi isyarat bahwa manusia dan Tuhan dapat bersatu. Diri manusia
dapat melebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah fana‟. Fananya
makhluk terhadap Sang Maha Pencipta, yang mencintai dengan yang dicintai. Fana adalah
bersatunya hamba dengan zat yang Maha Tinggi yang bisa dirasanya dengan hati kekasih Allah.
Perlu dipahami bahwa antara Tuhan dan manusia tetap ada perbedaan dan jarak-pemisah. Hal ini
arahnya keakraban antara makhluk dan Khaliqnya. Pada dasarnya Hadis Qudsi tersebut
menunjukan karakteristik waliyullah sebagai hamba Allah yang selalu mendekatkan diri kepada-
Nya baik melalui amal-amalan yang wajib maupun yang sunnah (yang dianjurkan). Untuk itu

https://www.liputan6.com/ramadan/read/4237988/quraish-shihab-siapa-yang-mendekat-kepada-ku-sejengkal-aku-
mendekat-kepadanya-sehasta
23
Lihat dalam Al-Jami’ah al-Shahih al- Bukhari, (Semarang: Toha Putra, tth.), jld. III, Kitab Riqoq, 38. Dan
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi’, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz Al-Qur’an al-Karim, (Beirut : Dar al-Fikr, 1981),
jld. IV, h.157.

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


205 - Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021,
Badrudin

segala panca indranya hanya ditujukan untuk Allah, sehingga amal perbuatannya berusaha untuk
sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.24

Melalui Hadis Qudsi ini, kita bisa memahami bahwa seorang hamba yang sangat
istimewa di hadapan Allah SWT adalah seorang hamba yang mampu memadukan antara suatu
kewajiban (fara'idh) dengan amalan sunnah (nawafil). Tidak ada artinya amalan sunnah, atau
ibadah-ibadah yang sifatnya sekunder di saat hal-hal yang lebih wajib ditinggalkan. Amalan-
amalan ini merupakan usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (Muqarabah). Dalam
konsep tasawuf, usaha mendekati Tuhan itu dilakukan melalui beberapa maqamat (fase). Yang
dimaksud disini adalah kedudukan hamba dihadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam amaliah
ibadah, mujahadah, riyadhah, dan terputus dari selain Allah. Maqamat itu antara lain : taubat,
wara’i, zuhud, ridha, sabar dan tawakkal25.

Teori lain yang hampir sama dengan maqamat yaitu Hal (Pluralnya ahwal). Yang
dinamakan Hal adalah apa yang didapatkan orang tanpa dicari (hibah dari Allah). Sedangkan
dalam maqamat didapatkan dengan dicari (diusahakan). Dengan kata lain Hal itu bukan usaha
manusia, tetapi anugrah Allah setelah seorang berjuang dan berusaha melewati maqam tasawuf.
Yang termasyk ahwal antara lain : perasaan dekat, cinta, takut, harap, rindu, yakin, dan pus
terhadap Tuhan, serta tentram dan musyahadah (perasaan menyaksikan kehadiran Tuhan).26

Di saat kita bisa memadukan atau mengerjakan antara amalan-amalan yang wajib dan
sunnah, maka di saat itulah seorang manusia menjadi lebih istimewa di hadapan Allah SWT.
Namun yang perlu untuk selalu kita ingat adalah, bahwa ibadah itu harus dilandasi dengan
keimanan dan keikhlasan dalam mengerjakannya. ikhlas, semata-mata karena Allah untuk
meraih cinta dan ridho-Nya. Alangkah baiknya jika beramal bukan dilandasi oleh rasa takut
atas murka dan siksa-Nya, atau karena iming-iming kenikmatan surga, walaupun hal itu juga
tidak buruk.27 Namun murni kita beramal karena kesadaran sebagai hamba yang harus berbakti
kepada Allah dan mengharap ridho-Nya.

Di antara beberapa hadis lain yang landasan lahirnya tasawuf sebagai berikut:

1. Hadis Riwayat Aisyah :

24
QS. 59:7.
25
Ibrahim Baisumi, Nasy’at al-tashawuf wa al-Islami (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1969), h. 116. Seorang hamba todak
akan menaiki dari satu maqam ke maqam lainnya sebelum terpenuhi hukum-hukum maqam tersebut. Sebagai contoh:
siapa yang tidak bertobat, maka tidak sah untuk berzuhud. Dalam teori yang lain disebutkan, bahwa rangkaian
maqam yang mesti dilalui seorang salik, yaitu : taubat, zuhud, syukur, sabar. Ridha, tawakkal, khalwah, shuhbhah,
dan dzikir. Lihat Ahmad Tafsir, Tasawuf Jalan Menuju Tuhan, (Suryalaya: Kaffah Press, 1995), cet. I, h. 27.
26
Ibrahim Baisuni, Op.cit., h. 119.
27
https://humas.bandung.go.id/artikel/manusia-istimewa

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021- 206
Badrudin

َ ‫ع ْر َوة‬ُ ‫س ِم َع‬ َ ‫ع ْن أَ ِبي ْاألَس َْو ِد‬ َ ُ ‫َّللا ب ُْن َي ْح َيى أ َ ْخبَ َرنَا َحي َْوة‬
ِ َّ ُ ‫يز َحدَّثَنَا َع ْبد‬ ِ ‫س ُن ب ُْن َع ْب ِد ْال َع ِز‬َ ‫َحدَّثَنَا ْال َح‬
ُ‫ط َر قَدَ َماه‬ َّ َ‫سلَّ َم َكانَ َيقُو ُم ِم ْن اللَّ ْي ِل َحتَّى تَتَف‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫ي‬ َّ ‫ع ْن َهاأ َ َّن نَ ِب‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫شةَ َر‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫عا ِئ‬ َ
‫َّللاُ لَ َك َما تَقَد ََّم ِم ْن ذَ ْنبِ َك َو َما تَأ َ َّخ َر قَا َل أَفَ ََل‬
َّ ‫َّللاِ َوقَ ْد َغفَ َر‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫صنَ ُع َهذَا يَا َر‬ ْ َ ‫شةُ ِل َم ت‬
َ ِ‫عائ‬َ ‫ت‬ ْ َ‫فَقَال‬
‫ورا‬ً ‫ش ُك‬َ ‫أ ُ ِحبُّ أ َ ْن أ َ ُكونَ َع ْبدًا‬

"Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Abdul Aziz telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Haiwah dari Abu Al-Aswad dia mendengar
Urwah dari Aisyah radhiallahu'anha bahwa Nabi SAW melaksanakan shalat malam hingga kaki
beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata, Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan ini
padahal Allah telah mengampuni dosa Anda yang telah berlalu dan yang akan datang? Beliau
bersabda, "Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?" 28

Shalat malam menjadi salah satu ladang beribadah yang begitu luas. Selain berpahala,
shalat malam juga jadi waktu yang baik untuk memanjatkan do’a. Shalat malam yang dianjurkan
adalah shalat tahajud. Shalat Tahajud merupakan shalat yang paling dianjurkan Rasulullah SAW
sebagai tanda wujud syukur hamba terhadap Tuhannya. Kisah shalat tahajud Rasulullah pernah
diriwayatkan oleh Aisyah RA. menjelang Subuh di Madinah. Aisyah menemukan kaki suaminya,
Muhammad SAW, sudah bengkak-bengkak. Manusia maksum itu baru saja menyelesaikan shalat
malam sebelas raka’at.

Shalat malam yang dilakukan Rasulullah dikenal panjang. Berdasarkan hadis yang
diriwayatkan Abu Abdillah Huzaifah Ibnu Yaman, Rasulullah menghabiskan surah al-Baqarah,
Ali ‘Imran, dan an-Nisa dalam shalatnya. Baginda Nabi membacakan surat-surat itu dengan tartil.
Aisyah pun bertanya kepada Rasulullah SAW, mengapa suaminya shalat malam hingga kakinya
bengkak. Bukankah Allah SWT telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang dulu maupun yang
akan datang? Rasulullah menjawab, "Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang banyak
bersyukur?" (HR Bukhari Muslim).

Kebiasaan Rasulullah untuk meluangkan malam-malamnya bersama Allah terus diikuti


umatnya hingga kini.29

28
Shahih Bukhari, Kitab : Tafsir Alquran, Bab : Surat Al-Fath Ayat 2 No. Hadits 4460
29
Menurut Bachtiar Nasir, bahwa berbedaantara shalat Tahajud dan qiyamul lail. Menurut dia, qiyamul lail adalah
mengisi malam hari atau sebagiannya dengan segala macam bentuk ibadah, mulai shalat, berdzikir, membaca Al-
Qur’an, dan berdo’a. Sedangkan, shalat Tahajud adalah shalat yang dilakukan pada malam hari setelah tidur terlebih
dahulu. Para ulama menjelaskan waktu shalat malam itu adalah mulai setelah Isya hingga waktu terbit fajar, jadi
boleh dilakukan pada awal malam, pertengahan malam, atau pada akhir
malam.https://www.republika.co.id/berita/oo5i02361/nabi-muhammad-bertahajud-hingga-kakinya-bengkak

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


207 - Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021,
Badrudin

2. Abu Aiman

‫الر ْح َم ِن قَا َل قَا َل أَبُو‬َّ ‫ع ْب ِد‬َ ‫س َل َمةَ ب ُْن‬ َ ‫الز ْه ِري ِ قَا َل أ َ ْخ َب َرنِي أَبُو‬ُّ ‫ع ْن‬ َ ‫ْب‬
ٌ ‫ش َعي‬ ِ ‫َحدَّثَنَا أَبُو ْال َي َم‬
ُ ‫ان أ َ ْخ َب َرنَا‬
‫وب ِإلَ ْي ِه ِفي ْال َي ْو ِم‬
ُ ُ ‫َّللاَ َوأَت‬ َّ ‫سلَّ َم َيقُو ُل َو‬
َّ ‫َّللاِ ِإ ِني َأل َ ْست َ ْغ ِف ُر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ َ ‫ُه َري َْرة‬
‫س ْبعِينَ َم َّرة‬ َ ‫أ َ ْكث َ َر ِم ْن‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu al-Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari
Az-Zuhri dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman dia berkata;
Abu Hurairah berkata; saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah, sesungguhnya
aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertobat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh
puluh kali’.”30

3. ‘Umar Bin Khattab

‫ع ْب ِد‬َ ‫ع ْن‬ َ ‫ع ْم ٍرو‬ َ ‫ع ْن َب ْك ِر ْب ِن‬ َ ‫ْح‬ ُ ‫ار ِك َع ْن َحي َْوة َ ب ِْن‬


ٍ ‫ش َري‬ َ ‫ي َحدَّثَنَا اب ُْن ْال ُم َب‬ُّ ‫س ِعي ٍد ْال ِك ْن ِد‬
َ ‫ي ب ُْن‬ َ ‫َحدَّثَنَا‬
ُّ ‫ع ِل‬
‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ب قَا َل قَا َل َر‬
ِ ‫َطا‬ َّ ‫ع َم َر ب ِْن ْالخ‬ ُ ‫ع ْن‬ َ ِ ‫ع ْن أَبِي تَ ِم ٍيم ْال َج ْيشَا ِني‬ َ َ ‫َّللاِ ب ِْن ُهبَي َْرة‬ َّ
‫صا َوت َ ُرو ُح‬ ً ‫الطي ُْر ت َ ْغدُو ِخ َما‬ َّ ‫َّللاِ َح َّق تَ َو ُّك ِل ِه َل ُر ِز ْقت ُ ْم َك َما ي ُْرزَ ُق‬َّ ‫علَى‬ َ َ‫سلَّ َم لَ ْو أَنَّ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم تَ َو َّكلُون‬
َ ‫َو‬
‫ي‬ ُّ ‫ص ِحي ٌح َال َن ْع ِرفُهُ ِإ َّال ِم ْن َهذَا ْال َو ْج ِه َوأَبُو تَ ِم ٍيم ْال َج ْيشَا ِن‬ َ ‫س ٌن‬ َ ‫ِيث َح‬ٌ ‫سى َهذَا َحد‬ َ ‫طانًا قَا َل أَبُو ِعي‬ َ ‫ِب‬
ٍ‫َّللاِ ب ُْن َمالِك‬
َّ ُ ‫ع ْبد‬ َ ُ‫ا ْس ُمه‬

Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Sa'id al-Kindi telah menceritakan kepada kami Ibnu
Al-Mubarak dari Haiwah bin Syuraih dari Bakr bin 'Amru dari 'Abdullah bin Hubairah dari Abu
Tamim Al-Jaisyani dari Umar bin Al-Khaththab berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Andai saja
kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya kalian diberi rezeki seperti
rezekinya burung, pergi di pagi hari dengan perut kosong dan pulang di sore hari dengan perut
terisi penuh." Berkata Abu Isa: Hadis ini hasan shahih, kami hanya mengetahuinya melalui jalur
sanad ini dan nama Abu Tamim Al-Jaisyani adalah 'Abdullah bin Malik.

Faedah hadits ini menjadi dalil pokok dalam masalah tawakal. Ibnu Rajab rahimahullah
menyebutkan bahwaTawakal itu jadi sebab terbesar datangnya rezeki. “Barangsiapa bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia memberinya
rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3). Inti
dari tawakal adalah benar dalam menyandarkan hati kepada Allah dalam meraih maslahat atau
menolak mudarat, berlaku dalam perkara dunia maupun akhirat seluruhnya. Dalam tawakal,

30
Shahih Bukhari, Kitab : Do’a, Bab : Istighfar Nabi SAW Sehari Semalam, No. Hadits 5832.

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021- 208
Badrudin

kita menyandarkan seluruh urusan kepada Allah. Dalam tawakal, kita merealisasikan iman
dengan benar yaitu meyakini bahwa tidak ada yang memberi, tidak ada yang mencegah, tidak
ada yang mendatangkan mudarat, tidak ada yang mendatangkan manfaat selain Allah.31 .

Faktor intern yang dapat dipandang sebagai penyebab langsung lahirnya tasawuf di dunia
Islam, selain berupa pernyataan Al-Qur’an dan hadis, adalah perilaku Rasulullah SAW sendiri.
Sebagaimana telah dimaklumi, beliau di dalam bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah)
tidak jarang pergi meninggalkan keramain dan hidup menyendiri untuk merenung dan
berkontemplasi dan ber-tahannus di Gua Hira. Ternyata, di tengah-tengah kesendiriannya
inilah, beliau berkomunikasi dengan Allah (mendapat wahyu) dan mendapat petunjuk-Nya.

Setiap makhluk, Allah menjamin rizki sesuai dengan ukuran dan kehendak-Nya. Manusia
seringkali ingkar atas rizki yang Allah berikan, bahkan kurang bersyukur. Tatkala seseorang
'seret' rizkinya, diwajibkan untuk tawakal kepada Allah. Kunci rezeki bagi prinsip seorang
muslim yaitu senantiasa bertawakal kepada Allah. Artinya manusia tetap harus berusaha, soal
hasil Allah yang menentukan. Laksana burung (bertawakkal) dalam mencari rezeki.

Hadis Nabawi menjadi sumber dari konsep-konsep al-Madzaqat dalam tasawuf. Konsep
itu berkaitan dengan rasa yang amat dalam dari pengalaman keagamaan sufi seperti al-Hubb,
al-Ma’rifat, al-Kasyf, al-‘Ilm al-Laduniy, dan yang sejenisnya. Al-Hubb menggambarkan
cinta yang amat dalam pada Tuhan yang membuat sufi tertentu mabuk dan mendapat balasan
cinta dari Tuhan. dianggap tercela orang yang mencintai harta benda atau mencintai sesuatu
melebihi cintanya pada Tuhan.

Cinta sebagai salah satu ideal manusia menuntut manusia agar mencintai tuhan sebagai
pengejawantahan sempurna dari semua nilai moral, yang lebih penting dari segala sesuatu
yang lain. Sebagai bentuk perintah Allah, agar manusia berprilaku baik dan mencintai orang
tua. Terutama kepada ibu yang telah mengandung dan melahirkanya dengan susah payah.
Kewajiban mencintai itu diperluas lebih jauh hingga meliputi kerabat, anak yatim, orang
orang yang membutuhkan, tetangga yang dekat dan jauh, orang yang membutuhkan,
musafir, dan fakir miskin.

Nabi mengasihi orang- orang yang beriman dan semua ciptaan, selalu ramah dalam
bergaul dengan masyarakat. Salah satu ciri dari akhlak orang beriman adalah mereka
berprilaku kasih d a n sayang serta mencintai satu sama lain, mereka berjalan di muka bumi
dengan rendah hati dan siap memaafkan, mereka juga ramah terhadap sesamanya, memaafkan
dan mau melupakan kesalahan mereka, meskipun mereka dalam keadaan marah.

31
Ibnu Rojab, :Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2496 – 497 dan 508. https://jurnalmedan.pikiran-
rakyat.com/khazanah/pr-1491956706/hadits-hadits-shohihah-kunci-rezeki-itu-tawakal-kepada-allah

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


209 - Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021,
Badrudin

Jadi terlepas dari kemungkinan adanya atau tidak adanya pengaruh dari luar, ayat-ayat
serta Hadis–hadis Nabawi yang tersebar merupakan bukti inspirasi dan isyarat-isyarat yang
dapat membuka wacana hidup akhlak sufistik. Di dalamnya mengandung nilai-nilai tasawuf
yang membawa kepada timbulnya aliran sufi dalam Islam, ya’ni jika yang dimaksud dengan
sufisme ialah ajaran-ajaran tentang pembersihan hati dengan jalan muqarabah (usaha untuk
dekat sedekatnya dengan Tuhan dan muraqabah (kesadaran kita tentang Tuhan Yang Maha
Waspada, Menilai dan Memonitor seluruh tindak tanduk manusia). Dengan berprinsip pada dua
hal ini maka kita berpacu dengan motivasi Rasul yang menyebutkan,32
Beramallah untuk duniamu (untuk ibadah ghair mahdhah) seakan-akan engkau hidup
selamanya dan beramallah untuk akhiratmu (untuk ibadah mahdhah) seakan-akan engkau mati
besok pagi. (H.R. Ibnu ‘Asakir)

Penutup
32
“Bekerjalah untuk duniamu, seakan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan kamu mati
besok.”
Ungkapan ini sangat terkenal di bibir manusia saat ini dan mereka terkecoh dengan mengatakannya sebagai ucapan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Padahal para Imam Ahli Hadis telah menegaskan bahwa ini bukanlah
hadits.
Syaikh Al Albani mengatakan: La ashala lahu marfu’an (tidak ada dasarnya dari Rasulullah). As-Silsilah al-Ahadits
Adh-Dha’ifah, 1/63. No. 8. Darul Ma’arif
Namun, ungkapan ini memang ada secara mauquf (sebagai ucapan sahabat), yakni ucapan Abdullah bin Umar bin
Al-Khathab. (Ibnu Asy-Syajari, Al-Amali, 1/386. Mawqi’ Al-Warraq) ada juga yang menyebut sebagai
ucapan Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash. (Ibnu Abdi Rabbih, Al-‘Aqdul Farid, 2/469. Mawqi’ Al Warraq)
Ada juga ucapan yang mirip dengan ini juga dari Abdullah bin Amru bin Al ‘Ash Radhiallahu ‘Anhu, dengan
kalimat sedikit berbeda yakni “ Uhrus lid Duniaka (Jagalah untuk duniamu) …’, bukan “ I’mal lid
Duniaka (bekerjalah untuk duniamu) ..”
‫ واعمل آلخرتك كأنك تموت غدا‬، ‫أحرزلدنياك كأنك تعيش أبدا‬
“Jagalah untuk duniamu, seakan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan kamu mati
besok.” (Lihat Musnad Al-Harits, No. 1079. Mawqi’ Jami’ Al-Hadits. Lalu Imam Nuruddin Al Haitami, Bughiyatul
Bahits ‘an Zawaid Musnad Al-Harits, h. 327, Dar Ath-Thala’i Lin Nasyr wat Tauzi’ wat-Tashdir. Lihat juga, Al
Hafizh Ibnu Hajar, Al-Mathalib Al-‘Aliyah, No. 3256. Mauqi’ Jami’ Al Hadits.)
Dalam sumber yang lain disebutkan bahwa ini adalah ucapan dari Abu Darda Radhiallahu ‘Anhu dan Abdullah bin
Amru bin Al-‘Ash juga, dengan ungkapan yang juga agak berbeda yakni “Ihrits lid Duniaka (tanamlah untuk
duniamu)… (Lihat Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani, Muhadharat Al-Adiba’, 1/226. Mawqi’ Al-Warraq. Lihat Ibnu
Qutaibah, Gharibul Hadits, 1/81, pada Juz 2, h. 123, beliau menyebutkan bahwa makna Ihrits adalah kumpulkanlah.
Darul Kutub Al-‘Ilmiyah).
Jadi, ada tiga macam redaksi: I’malu (Bekerjalah), Uhruz (jagalah), dan Ihrits (tanamlah). Semua ini tidak satu pun
yang merupakan ucapan Rasulullah, melainkan ucapan sahabat saja.

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021- 210
Badrudin

Sumber pokok ajaran Islam adalah hadis Nabi SAW setelah Al-Qur’an yang dengan
jelas telah memuat landasan dari praktek tasawuf. Adapun motivasi Hadis-hadis Nabawi
yang menunjukkann tentang pola kerohanian dalam Islam dan umumnya dinyatakan
sebagai landasan ajaran-ajaran sufistik yang mengandung spiritualitas dalam kehidupan ruhani.
Masyarakat Islam mengisi kehidupan rohani mereka dengan menurutkan himbauan dan
ajakan agama yang digariskan dalam Hadis Nabawi.

Konsep tasawuf dalam perspektif Hadis-hadis memberi petunjuk bahwa secara


maknawiyah manusia dan Tuhan dapat bersatu dalam komunikasi spiritualitas. Diri mausia
dapat melebur dalam diri Tuhan ketika sang hamba batinnya sudah terpenuhi kesucian yang
selanjutnya dikenal dengan istilah fana‟ . Fananya makhluk terhadap Khalik, yang
mencintai dengan yang dicintai. Fana adalah bersatunya hamba dengan zat yang Maha
Tinggi yang bisa dirabanya dengan hatinya.

Faktor spiritualitas yang dapat dipandang sebagai penyebab langsung lahirnya tasawuf
di dunia Islam adalah berupa isyarat-isyarat Hadis Nabawi dalam perilaku Rasulullah SAW
sendiri. Sebagaimana telah dimaklumi, beliau di dalam bertaqarrub (mendekatkan diri kepada
Allah) tidak jarang pergi meninggalkan keramain dan hidup menyepi untuk merenung dan
berkontemplasi dan ber-tahannus di Gua Hira. Inilah yang dukenal dalam dunia tasawuf
dengan prinsip uzlah.

Daftar Pustaka

Abdul Baqi’, Muhammad Fu’ad, 1981, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz Al-Qur’an al-Karim,
Beirut: Dar al-Fikr, jilid IV.
Abdul Khalik, Syeikh Abdul Rahman, 2001, Penyimpangan penyimpangan Tasawuf, terj.
Jakarta Rabbani Press.
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, 1985, As-Silsilah al-Ahadits Adh-Dha’ifah al-
Mawdhu’ah, Beirut: Al-Maktab al-Islami, jilid I, cet. V.
Al-Ashfahani, Imam Ar-Raghib, tth., Muhadharat Al-Adiba’, tt.,: ttp.
Al-Bukhari, Al-Imam, tth., Al-Jami’ah al-Shahih al-Bukhari, Semarang: Toha Putra, jilid
III.

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


211 - Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021,
Badrudin

Al-Haitami, Imam Nuruddin, tth., Bughiyatul Bahits ‘an Zawaid Musnad Al-Harits, tt.: Dar
Ath Thala’i Lin Nasyr wat Tauzi’ wat Tashdir.
Al-Kurdi, Muhammad Amin, tth., Tanwirul Qulub fi Mu’amalatil ‘Allamil Guyub, ttp.:
Maktabah Dar Ihya al-Kutub al-’Arabiyyah.
Al-Naisaburi, Imam Al-Qusyairi, tth., Risalah al-Qusyairiyah fi ‘Ilmi al-Tasawuf, tt.: Dar al
Khair.
Al-Nawawi, Al-Imam, tth., Fatwa Al-Imam Al-Nawawi, Beirut: Dar al Fikr.
Audah, Ali, 1999, Dari Khazananh Dunia Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, cet. I.
Baisumi, Ibrahim, 1969, Nasy’at al-tashawuf wa al-Islami, Mesir: Dar al-Ma’arif.
Hidayat, A., 1995, Tasawuf Jalan Menuju Tuhan, Tasikmalaya: Latifah Press.
Nasution, Harun, 1992, Filsafat Dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Bahreis, Husein, tth., Tasawuf Murni, Surabaya: Al-Ihsan.
Nuruddin, Al-Imam Abi Al-Hassan et.all., 1996, Hadis Qudsi yang Shahih dan
Penjelasannya,terj. M. Thalib, Bandung: Gema Risaalah Press.
Qutaibah, Ibnu, tth., Gharibul Hadits, Juz 2, ttp.: Darul Kutub Al-‘Ilmiyah.
Rojab, Ibnu, tth. Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, tt.: ttp.
Syarabasyi, Ahmad dan Husein Bahreisj, 1992, Himpunan Fatwa, Surabaya Al-Ikhlas.
Tafsir, Ahmad, 1995, Tasawuf Jalan Menuju Tuhan, Suryalaya: Kaffah Press, cet. I.

Sumber Jurnal, Media Cetak dan Internet


Al-Fath Jurnal Keagamaan dan Kemasyarakatan, vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2010.
Horison, th xx, me,1986.
https://mohammadkamiluddin.wordpress.com/2012/05/21/
https://jurnalmedan.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-1491956706/hadits-hadits-shohihah-kunci-
rezeki-itu-tawakal-kepada-allah
https://humas.bandung.go.id/artikel/manusia-istimewa
https://www.republika.co.id/berita/oo5i02361/nabi-muhammad-bertahajud-hingga-kakinya-
bengkak

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630


Jurnal Holistic al-hadis Vol. 7 , No. 2 (July – December) 2021- 212
Badrudin

https://jurnalmedan.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-1491956706/hadits-hadits-shohihah-kunci-
rezeki-itu-tawakal-kepada-allah

Holistic al-hadis Print ISSN: 2460-8939, Online ISSN: 2622-7630

Anda mungkin juga menyukai