Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteris) Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti
kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya. Esensi tasawuf
sebenarnya telah ada sejak masa kehidupan rasulullah saw, namun tasawuf sebagai ilmu keislaman
adalah hasil kebudayaan islam sebagaimana ilmu- ilmu keislaman lainnya seperti fiqih dan ilmu tauhid.
Pada masa rasulullah belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan
sahabat nabi.

Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III Hijriyyah oleh abu Hasyimal-Kufi (w.
250 H.) dengan meletakkan al-Sufi dibelakang namanya. Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran
tasawuf, terlebih dahulu muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I dan permulaan
abad II Hijriyyah. Tulisan ini akan berusaha memberikan paparan tentang zuhud dilihat dari sisi sejarah
mulai dari pertumbuhannya sampai dengan peralihannya ke tasawuf.

Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteric) islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti
kesadaran adanya komunikasi hamba salaya kepada tuhan. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak
masa kehidupan rasullallah saw, tapi tasawuf sebagai ilmu keislaman merupakan hasil dari kebudayaan
islam sebagamana ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti fiqih dan tauhid. Pada masa rasullallah saw,
belum terkenal dengan sebutan sahabat nabi Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan
abad ke tiga (III H) oleh abu Hasyim Al Kufi (w. 250 H) dengan meletakkan al-sufi di belakang namanya.
Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf, terlebih dahulu mucul aliran Zuhud Aliran
Zuhund timbul pada akhir abad ke 1 (satu) dan pada permulaan abad ke II (dua). Pada umumnya Zahud
berarti orang yang mampu menahan dirinya dari keinginan duniawi dan selalu menginginkan yang
ukhrowi

B. RUMUSAN MASALAH

Didalam Makalah ini akan dibahas meliputi :

1. Apa Pengertian Tasawuf?

2. Apa Sejarah Munculnya Tasawuf?


3. Apa Ajaran Tasawuf Pada Masa Awal?

C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu selain sebagai salah satu tugas mata kuliah akhlak tasawuf,
penulis berharap dengan makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang telah kita miliki.

A. Pengertian Tasawuf
Secara etimologis, ilmu Tasawuf banyak diartikan oleh para ahli,sebagian menyatakan bahwa
kata tasawuf berasal dari kata shuffah yang berarti serambi masjid nabawi yang didiami oleh
sebagian sahabat anshar, ada pula yang mengatakan berasal dari kata shaf yang berarti barisan,
shafa yang berarti bersih atau jernih dan shufanah yakni nama kayu yang bertahan di padang
pasir. Menurut Syekh Ahmad ibn Athaillah yang diterjemahkan oleh Abu Jihaduddin Rafqi al-
Hānif :
1. Berasal dari kata suffah (‫ =)صفة‬segolongan sahabat-sahabat Nabi yang menyisihkan dirinya di
serambi masjid Nabawi, karena di serambi itu para sahabat selalu duduk bersama-sama
Rasulullah untuk mendengarkan fatwa-fatwa beliau untuk disampaikan kepada orang lain yang
belum menerima fatwa itu.
2. Berasal dari kata sūfatun (‫ =)صوفة‬bulu binatang, sebab orang yang memasuki tasawufitu
memakai baju dari bulu binatang dan tidak senang memakai pakaian yang indahindah
sebagaimana yang dipakai oleh kebanyakan orang.
3. Berasal dari kata sūuf al sufa’ (‫ =)الصفا صوفة‬bulu yang terlembut, dengan dimaksud bahwa
orang sufi itu bersifat lembut-lembut.
Berasal dari kata safa’ (‫ =)صفا‬suci bersih, lawan kotor. Karena orang-orang yang mengamalkan
tasawuf itu, selalu suci bersih lahir dan bathin dan selalu meninggalkan perbuatan-perbuatan
yang kotor yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah.
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-hubungkan para ahli untuk
menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution, menyebutkan lima istilah yang berkenaan dengan
tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah), (orang yang ikut pindah dengan nabi dari mekah ke
madinah), saf (barisan), sufi (suci), sophos (bahasa Yunani: Hikmat), dan suf (kain wol). Dari segi
linguistik (kebahasaan), maka dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan
selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang
mulia.
Adapun tentang definisi tasawuf (sufi) yang dikemukakan olehsejumlah tokoh sufi, diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Bisyri bin Haris mengatakan bahwa Tasawuf adalah orang yang suci hatinya menghadap Allah SWT.

2.Sahl at-Tustari mengatakan bahwa tasawuf adalah orang yang bersih dari kekeruhan, penuh dengan
renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah, baginya tiada beda antara harga
emas dan pasir.
3. Al-Junaid al-Baghdadi mengatakan bahwa tasawuf adalah membersihkan hati dari sifat yang
menyamai binatang, menekan sifat basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, berpegang pada
ilmu kebenaran dan mengikuti syari’at Rasulullah Saw.

4. Abu Qasim Abdul Karim al-Qusyairi mengatakan bahwa tasawuf adalah menjabarkan ajaran-ajaran
Al-Qur’an dan Sunnah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan
syahwat dan menghindari sifat meringankan terhadap ibadah.

5. Abu Yazid al-Bustami mengatakan bahwa tasawuf adalah melepaskan diri dari perbuatan
tercela,menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji dan mendekatkan dirikepada Allah.

6. Ma'rufal-Karkhi mengatakan bahwa tasawuf adalah mengambil hakikat dan Tamak dari apa yang ada
dalam genggaman tangan makhluk.

Dari uraian di atas, tidak satu definisi sempurna dan komprehensif, yang menawarkan pemikiran
sempurna mengenai esensi tasawuf, dan bahwa definisi-definisi ini memiliki kekurangan. Setiap definisi
hanya menjelaskan satu aspek atau sifatnya saja. Oleh karena itu, Abdul Halim Mahmud telah mengutif
dari definisi Al-Katani (tasawuf adalah kejernihan dan kontemplasi) dengan argumen bahwa definisi ini
telah mencakup dua sisi yang dalam kesatuan yang sempurna membangun definisi tasawuf. Pertama
adalah wasilah, yaitu kejernihan; dan yang kedua adalah tujuan, yaitu kontemplasi. Kemudian beliau
menyatakan, “Musyahada adalah derajat ma’rifat yang paling tinggi. Jadi, tasawuf adalah ma’rifat—
derajat ma’rifat tertinggi setelah kenabian, dan tasawuf adalah jalan menuju musyahadah (kontemplasi).
Dari sekian banyak defenisi yang ditampilkan oleh para ahli tentang tasawuf, sangat sulit
mendefenisikannya secara lengkap karena masing-masing ahli mendefenisikan tasawuf hanya dapat
menyentuh salah satu sudutnya saja, sebagaimana dikemukakan oleh Anne Marie Schimmel, seorang
sejarahwan dan dosen tasawuf pada Harvard University sebagai contoh apa yang telah didefenisikan
oleh Syekh al-Imam al-Qusyairi dalam kitabnya Risālah al-Qusyairiyyah

‫المراعون انفاسهم مع هلال تعالي الحافظون قلوبهم عن طوارق الغفلة باسم التصوف‬
‘Orang-orang yang senantiasa mengawasi nafasnya bersamaan dengan Allah Ta’ala. Orangorang yang
senantiasa memelihara hati atau qalbunya dari berbuat lalai dan lupa kepada Allah dengan cara tersebut
di atas dinamakan tasawuf

B. SEJARAH MUNCULNYA TASAWUF

Menurut sejarah, orang yang pertama kali memakai kata "sufi" adalah Abu Hasyim al Kufi (zahid Irak, w.
150). Sedangkan menurut Abdul Qosim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin
Muhammad al Qusyairi (tokoh sufi dari Iran 376-465 H), istilah "asawuf" telah dikenal sebelum tahun
200 H. Tetapi ajaran pokok yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu baru muncul secara lengkap
pada abad ke 3 Hijriyah. Pada abad ke 2 Hijriyah itu itu belum diketahui adanya orang-orang yang
disebut sufi, yang terlihat adalah aliran Zuhud (penganutnya disebut zahid)."

Seperti diketahui dalam sejarah, para zahid besar dalam abad ke 2 H. (seperti al Hasan al Basri, abu
Hasyim al Kufi, Sufyan as Sauri, Fudail bin Iyad. Rabi'ah al Adawiyah dan Makruf al Karkhi) dan lebih-
lebih lagi mereka yang hidup pada abad2-abad berikutnya (eperti al Bistaami, al Halaj, Junaid al Bagdadi,
al Harawi, al Gazali, Ibn Sab'in, Ibni Arabi, abu al Farid, Jalaluddin ar Rumi) telah mengolah atau
mengembangkan sikap atau emosi agamadalam hati mereka dengan kesungguhan yang luar biasa.
Sebelum munculnya Ar Rabbi'ah al Adawiyah (w.185 H) tujuan tasawuf yang diupayakan oleh para zahid
menurut penilaian para ahli, tidak lain dari terciptanya kehidupan yang diridhai oleh Tuhan didunia ini,
sehingga di akhirat terlepas dari azab Tuhan (neraka) dan memperoleh surga- Nya."

Untuk tiba pada identifikasi akhir tasawuf denga thariqah, yang kita ketahui terjadi pada abad ke 3 H.
kita harus meneliti apa yang sebenarnya terjadi dalam tradisi Islam yang mengakibatkan timbulnya
tasawuf. Ada sejumlah peristiwa yang berlangsung pada masa itu, yang kesemuanya membuat tasawuf
mengemuka: 1) kecenderungan mencampuradukan asketisme dengan jalan itu; 2) semakin mantapnya
aliran aliran yurisprudensi eksetorik; 3) pernyataan-pernyataan kaum syi'ah mengenai para imam: 4)
munculnya filsafat Islam; 5) meningkatnya formalism ahli-ahli hokum; dan 6) tuntutan untuk
memastikan bahwa pesan integral dari wahyu, sejak saat itu dikaitkan dengan tasawuf. Jika diperhatikan
keenam hal tersebut, kelihatan kaitan erat dengan kemunculan tasawuf. Tasawuf yang sering kita temui
dalam khazanah dunia islam, dari segi sumbermengakibatkan timbulnya tasawuf. Ada sejumlah
peristiwa yang berlangsung pada masa itu yang kesemuanya membuat tasawuf mengemuka : 1)
kecenderungan mencampuradukan asketisme dengan jalan itu; 2) semakin mantapaya aliran-aliran
yurisprudensi eksetorik: 3) pernyataan-pernyataan kaum syi'ah mengenai para imam; 4) munculnya
filsafat Islam; 5) meningkatnya formalism ahli-ahli hokum; dan 6) tuntutan

Tasawuf yang sering kita temui dalam khazanah dunia islam, dari segi sumber perkembangannya,
ternyata muncullah pro dan kontra, baik dikalangan muslim maupun dikalangan non muslim. Mereka
yang kontra menganggap bahwa tasawuf islam merupakan sebuah faham yang bersumber dari agama-
agama lain. Pandangan ini kebanyakan diwakili oleh para orientalis dan orang-orang yang banyak
terpengaruh oleh kalangan orientalis ini.

Dengan tidak bermaksud untuk tidak melibatkan diri pada persoalan pro dan kontra itu, dalam tulisan
ini, kami akan mempertengahkan paham tasawuf dalam tinjauan yang lebih universal karena tentang
asal usul atau ajaran tasawuf, kini semakin banyak orang menelitinya. Kesimpulannya perbedaan paham
itu disebabkan pada asal usul tasawuf tersebut. Sebagian beranggapan bahwa tasawuf berasal dari
maschi (Kristen), sebagian lagi mengatakan dari unsur Hindu-Budha, Persia, Yunani, Arab, dan
sebagainya. Untuk itulah, kami akan menguraikan asal usul tasawuf dalam konteks kebudayaan
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah tasawuf yang ada di dunia islam terpengaruhi
dengan konteks kebudayaan tersebut atau tidak.

1. Unsur Nasrani (Kristen)

Bagi mereka yang beranggapan bahwa tasawuf berasal dari unsur Nasrani, mendasarkan argumennya
pada dua hal. Pertama, adanya interaksi antara orang Arabdan kaum Nasrani pada masa jahiliyah
maupun zaman islam. Kedua adanya segi-segi kesamaan antara kehidupan para asketis atau sufi dalam
hal ajaran cara mereka melatih jiwa dan mengasingkan diri dengan kehidupan Al-masih dan ajaran-
ajarannya, serta dengan para rahib ketika sembahyang dan berpakaian."

2. Unsur Hindu Budha

Tasawuf dan system kepercayaan agama Hindu memiliki persamaan, seperti sikap fakir. Darwis Al-Birawi
mencatat dame neramaan cara ibadah dan minhadah nada tasawuf

kehidupan para asketis atau sufi dalam hal ajaran cara mereka melatih jiwa dan mengasingkan diri
dengan kehidupan Al-masih dan ajaran-ajarannya, serta dengan para rahib ketika sembahyang dan
berpakaian."dan ajaran hindu. Demikian juga pada paham reinkamasi, cara pelepasan dari dunia versi
Hindu-Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.

3. Unsur Yunani

Kebudayaan Yunani seperti Filsafat, telah masuk ke dunia islam pada akhir Daulah Amawiyah dan
puncaknya pada masa Daulah Abbasiyah ketika berlangsung zaman penerjemahan filsafat Yunani."

4. Unsur Persia dan Arab Sebenarnya Arab dan Persia memiliki hubungan sejak lama, yaitu pada bidang
politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Namun belum ditemukan argumentasi kuat yang
menyatakan bahwa kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia hingga orang-orang Persia itu terkenal
sebagai ahli-ahli tasawuf. Barangkali ada persamaan antara istilah zuhud di

Arab dengan zuhud menurut agama manu dan mazdaq; antara istilah hakikat Muhammad dan paham
Hormuz dalam agama zarathustra "

C. AJARAN TASAWUF PADA MASA AWAL

Adapun ajaran tasawuf pada masa awal yaitu:

1. Masa Madinah Sejak masa awal, di Madinah telah muncul para sufi. Mereka kuat perpegang teguh
pada Al-Quran dan assumah, dan menetapkan rosulullah SAW. Sebagai panutan kezuhudannya. Para
sahabat dalam kehidupannya selalu mencontoh kehidupan Rosulullah SAW yang serba sederhana dan
hidupnya hanya diabdikan kepada Tuhannya. Para sahabat tersebut adalah sebagai berikut:"" a). Abu
Bakar As-Siddiq (wafat 13 H)

Abu Bakar adalah seorang saudagar Quraisy yang kaya. Setelah masuk Islam, ia menjadi orang yang
sangat sederhana dengan memberikan seluruh harta bendanya di jalan Allah. Diriwayatkan bahwa
selama enam hari dalam seminggu, Abu Bakar selalu dalam keadaan kelaparan. Diceritakan pula bahwa
Abu Bakar hanya memiliki sehelai pakaian. Ia berkata "Jika seorang hamba begitu dipesonakan oleh
hiasan dunia, Allah SWT membencinya sampai meninggalkan hiasan itu". Oleh karena itu Abu Bakar
memilih takwa sebagai "pakaian". Ia selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan ibadah dan
dzikir.

b). Umar bin Khathab (wafat 23 H)

Umar bin Khatab adalah aahabat Nabi SAW terdekat dan khalifah kedua Al- Khulafa A-rasyidun. Ia
termasuk orang yang tinggi kasing sayangnya terhadap sesama manusia. Ketika menjadi khalifah, ia
selalu mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan rakyatnya. Diceritakan bahwa setiap
malam ia berkeliling mengamati keadaan rakyatnya, ia takut bila ada yang mengalami kesulitan, seperti
sakit atau kelaparan.

Suatu hari ketika Umar mendapati seorang ibu yang berpura-pura memasak untuk meredakan tangis
anak-anaknya yang sangat lapar. Ketika Umar menyeledikinya, ia melihat bahwa yang dimasak itu adalah
batu. Umar bertanya kepada wanita itu, mengapa anda tidak memasak roti, tetapi hanya memasak
batu?" wanita itumenjawab, "saya tidakmempunyai gandum" mendengar jawaban wanita miskin itu,
Umar langsung pergi ke Baitul Mal mengambil gandum dengan memanggulnya sendiri kemudian
menyerahka kepada wanita miskin tadi. Umar juga sangat takut mengambil harta kaum muslimin tanpa
alasan yang kuat. Ia berpakaian sangat sederhana, bahkan tak pantas untuk dipakai seorang pembesar
seperti dia. Umar meneladani sikap Rosulullah SAW dalam seluruh kehidupannya. Prinsip hidup
sederhana ini juga diterapkan Umar dilingkungan keluarganya. Istri dan anak- anaknya dilarang
menerima pemberian dalam bentuk apapun dari pembesar atau rakyatnya.

c). Utsman bin Affan (wafat 35 H) Utsman merupakan khalifak ketiga dan sahabat yang sangat berjasa
pada periode awal perkembangan Islam, baik pada saat Islam dikembangkan secara sembunyi- sembunti
maupun secara terbuka. Ia dijuluki Dza An-Nurain (memiliki dua cahaya) karena menikah dengan dua
orang putri Nabi SAW yang bernama Ruqayyah dan Ummu Kulum. Sebelum masuk Islam, Utsman bin
Affan dikenal sebagai pedagang besar dan terpandang, Kekayaannya melimpah ruah. Setelah masuk
Islam, dengan penuh kerelaan ia menyerahkan sebagian besar hartanya untuk perjuangan Islam dan
membela orang-orang miskin yang teraniaya. Adapun dalam kehidupan kesehariannya, ia selalu hidup
sederhana. Dengan hal ini, jelaslah bahwa pada diri Utsman terdapat jiwa-jiwa sufi yang tidak tertarik
pada kegemerlapan kekayaan dan kesenangan duniawi. d). Ali bin Abi Thalib (wafat 40H)

Ali merupakan khalifah keempat dan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak, sepupu
Nabi SAW yang kemudian menjadi menantunya. Ayahnya, Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin
Abd Manaf adalah kakak kandung ayah Nabi SAW. Abdulah bin Muthalib. Ibunya bernama Fatimah binti
As'ad bin Hasyim bin Abd Manaf. Sewaktu lahir ia diberi nama Haidarah oleh ibunya, kemudian diganti
ayahnya dengan Ali. Ali dikenal sangat sederhana dan zahid dalam kehidupan sehari-hari.tidak tampak
perbedaan dalam kehidupan rumah tangganya antara sebelum dan sesudah diangkat sebagai khalifah,
sehingga diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata kepadanya mengapa khalifah senang memakai
baju itu, padahal sudah robek-robek?" Ali menjawab "aku senang memakainya agar menjadi teladan
bagi orang banyak sehingga mereka mengerti yang menandakan dirinya seorang sufi.

Anda mungkin juga menyukai