Anda di halaman 1dari 13

Oleh: Lamya Nurul Fadhilah, S.H., M.H.

 Istilah tasawuf berasal dari bahasa Arab dari kata ”tashowwafa-


yatashowwafu-tashowwuf”. Dari kata ini dapat diambil contoh,
tashowwafa ar-rajulu, maknanya seorang laki-laki telah berpindah
halnya dari kehidupan biasa kepada kehidupan sufi.
 Pengertian tasawuf secara etimologi terbagi menjadi beberapa bagian
dikarenakan perbedaan pendapat dari para ahli tasawuf, yakni sebagai
berikut:
1. Ahl al suffah ( ‫ )أهل الصفل‬Orang-orang yang ikut pindah dengan Nabi
dari Mekkah ke Madinah, dan karena kehilangan harta, berada dalam
keadaan miskin dan tidak mempunyai apa-apa. Mereka tinggal di
Masjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan memakai pelana
sebagai bantal. Pelana disebut suffah. Inggrisnya saddle-cushion dan
kata sofa dalam bahasa Eropa berasal dari kata suffah ( ‫)صلل‬.
Walaupun miskin ahl-suffah berhati baik dan mulia itulah sifat-sifat
kaum sufi.
2. Saf ( ‫ )صل‬pertama. Sebagaimana halnya dengan orang yang
sembahyang di saf pertama mendapat kemuliaan dan pahala,
demikian pula kaum sufi dimuliakan Allah dan diberi pahala.
3. Sufi (‫ )صلفى‬dari ‫ صلفى‬dan ‫ َصلى‬yaitu suci. Seorang sufi adalah
orang yang disucikan dan kaum sufi adalah orang-orang yang
telah mensucikan dirinya melalui latihan berat dan lama.
4. Sophos kata Yunani yang berarti hikmat. Orang sufi betul ada
hubungannya dengan hikmat, hanya huruf s dalam sophos
ditransliterasikan kedalam bahasa Arab menjadi ‫ س‬dan bukan
‫ص‬, sebagai kelihatan dalam kata ‫ ﻓﻠﺴﻔﺔ‬dari kata philosophia.
Dengan demikian seharusnya sufi ditulis dengan ‫ ﺳﻮﻓﻰ‬dan
bukan ‫صفى‬.
5. Suf ( ‫ )صلف‬kain yang dibuat dari bulu yaitu wol. Hanya kain wol
yang dipakai kaum sufi adalah wol kasar dan bukan wol halus
seperti sekarang.
Memakai wol kasar di waktu itu adalah simbol kesederhanaan
dan kemiskinan. Lawannya ialah memakai sutra, oleh orang-
orang yang mewah hidupnya di kalangan pemerintahan. Kaum
sufi sebagai golongan yang hidup sederhana dan dalam
keadaan miskin, tetapi berhati suci dan mulia, menjauhi
pemakaian sutra dan sebagai gantinya memakai wol kasar.
Berikut pengelompokkan definisi tasawuf:
1. Al-Bidayah, yaitu definisi yang membicarakan tentang pengalaman pada
tahap permulaan. Definisi yang mengungkapkan pada kelompok atau
tahap bidayah ini antara lain berasal dari:
a. Ma’ruf al-Karkhi (w. 200 H.) mengatakan, tasawuf ialah mengambil
hakikat dan putus asa terhadap apa yang ada di tangan makhluk, maka
siapa yang tidak benar-benar fakir, dia tidak benar-benar bertasawuf.
b. Abu Turab al-Nakhsabi (w. 245 H.) mengatakan, sufi ialah orang yang
tidak ada sesuatupun yang mengotori dirinya dan dapat membersihkan
segala sesuatu.
c. Zu al-Nun al-Misri (w. 254 H.) mengatakan, sufi ialah orang yang tidak
suka meminta dan tidak merasa susah karena ketiadaan.
d. Sahl ibn ‘Abdillah al-Tustari (w. 283 H.) mengatakan, sufi ialah orang
yang bersih dari kekeruhan dan penuh dengan cara pikir yang terpusat
kepada Tuhan dan memutuskan hubungan dengan manusia, serta
baginya sama antara emas dan loyang.
2. Al-Mujahadah, yaitu definisi yang membicarakan tentang pengalaman yang
menyangkut kesungguhan dan kegiatan. Definisi-definisi tasawuf yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain dari:
a. Abu al-Husain al-Nuri (w. 295 H.) mengatakan, tasawuf bukanlah
wawasan atau ilmu, tetapi akhlak. Karena seandainya wawasan, maka ia
dapat dicapai hanya dengan kesungguhan; dan seandainya ilmu ia akan
dapat dicapai dengan belajar. Akan tetapi tasawuf hanya dapat dicapai
dengan berakhlak dengan akhlak Allah. Dan engkau tidak mampu
menerima akhlak ke-Tuhanan hanya dengan wawasan dan ilmu.
b. Sahl ibn ‘Abdillah al-Tustari juga mengatakan, tasawuf ialah sedikit
makan, tenang dengan Allah dan menjauhi manusia.
c. Abu Muhammad Ruwaim (w. 303 H.) berkata tasawuf terdiri dari tiga
perangai: berpegang kepada kefakiran dan mengharap Allah,
merendahkan diri dan mendahulukan orang lain dengan tidak
menonjolkan diri dan meninggalkan usaha.
3. Al-Mazaqah, yaitu definisi yang membicarakan pengalaman dari segi
perasaan. Definisi-definisi yang termasuk dalam kategori ini antara lain
adalah:
a. Al-Junayd al-Bagdadi (w. 297 H.) mengatakan, tasawuf ialah bahwa
engkau bersama Allah tanpa ada penghubung.
b. Abu Muhammad Ruwaim juga mengatakan, tasawuf ialah membiarkan
diri dengan Allah menurut kehendak-Nya.
c. Abu Bakr al-Syibli (w. 334 H.) berkata, orang-orang sufi adalah anak-
anak kecil di pangkuan Tuhan.
Dari definisi-definisi tersebut diambil suatu pengertian terhadap definisi
tasawuf yang universal dan representatif yaitu,
“Tasawuf ialah kesadaran murni yang mengarahkan jiwa secara benar
kepada amal dan kegiatan yang sungguhsungguh, menjauhkan diri dari
keduniaan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, untuk
mendapatkan perasaan berhubungan erat dengan-Nya.”
 Tasawuf dalam masa Islam, menurut ahli sejarah,
sebagai ilmu yang berdiri sendiri, lahir sekitar abad ke-2
atau awal abad ke-3 hijriyah.
 Para ahli yang membicarakan tentang asal mula atau
sejarah munculnya tasawuf, membedakan faktor
kelahiran tasawuf menjadi 2, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal.
Faktor Eksternal
1. Tasawuf lahir dari paham Kristen yang menjauhi dunia dan hidup
mengasingkan diri ke biara-biara, sama dengan paham zuhud yang dianut
oleh para sufi.
2. Tasawuf lahir karena pengaruh filsafat phytagoras yang berpendapat bahwa
roh manusia kekal dan hidup didunia sebagai orang asing.
3. Munculnya tasawuf dalam Islam sebagai pengaruh dari filsafat emanasi
plotinus yang membawa paham wujud memancar dari zat tuhan. Masuknya
kedalam materi menyebabkan roh menjadi kotor. Untuk kembali kepada
tuhan roh harus dibersihkan dengan cara meninggalkan dunia dan
mendekatkan diri kepada Tuhan seerat mungkin.
4. Tasawuf lahir atas pengaruh nirwana. Menurut ajaran budha bahwa
seseorang meninggalkan dunia dan melakukan kontemplasi.
5. Taswuf lahir karena karena penngaruh ajaran hinduisme yang mendorong
manusia meninggalkan dunia dan berupaya mendekatkan diri kepada tuhan.
Faktor Internal
 Sebagian ahli menekankan bahwa lahirnya tasawuf islam dilatarbelakangi
oleh faktor dari dalam itu sendiri, bukan pengaruh dari luar.
 Faktor-faktor internal itu ditemukan dalam Al-Qur’an, Al-Hadits, dan perilaku
Nabi Muhammad SAW.
 Di dalam Al-Qur’an ditemukan ayat-ayat yang membawa pada paham mistis.
Hal inilah yang menyebabkan timbulnya teori bahwa tasawuf muncul dari

ََ َ َ
dalam islam itu sendiri. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 186
ْ ُ َُۡۡ ْ ُ َ ۡ ََۡ َ َ َ ‫ا‬ َ ۡ َ ُ ُ َ ّ َ ّ َ َ َ
‫ييبفلا ِ اۡلُم ِانلفل ِاِبا‬ َ
ِ َّ‫جيبادعلفَادل‬
ِ ‫لِاِِذلادا ِ افَۡۡلج‬ ِ ‫ِإَوذلاسأصكاعِبفدِياع ِّنافإ ِ ِّناق ِريبٌۖاأ‬
َ ُ َُۡ ۡ ُ‫ََا‬
‫ا‬١٨٦‫لعۡهمايرشدۡل ا‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.”
Faktor Internal
 Seyyed Hassein Nasr menjelaskan bahwa kehidupan spiritual kaum Sufi
berawal dari Nabi, jiwa Nabi disinari cahaya Allah, Al-Quran, sehingga tepat
sekali bila dikatakan bahwa wahyu Al-Quran sebagai sumber tasawuf.
 Bayazid Bistami, secara ekspresif ilustratif menyatakan bahwa benih tasawuf
sudah ditanam pada masa Nabi Adam. Benih-benih ini berkecambah semasa
Nabi Nuh dan berbunga semasa Nabi Ibrahim. Anggurpun berbentuk pada
masa Nabi Musa dan buahnya matang pada masa Nabi Isa. Di masa
Muhammad, semua itu dibuat menjadi anggur murni.
 Sebagai sebuah disiplin ilmu, sebagian ilmuwan muslim mengakui sejujurnya
bahwa tasawuf dipengaruhi pula oleh agama dan budaya lain. Dasar dan
sumber fundamental tasawuf memang Al-Quran, Sunnah Nabi, kehidupan para
sahabat dan tabi’in, namun tanpa mengingkari fakta historis, wacana-wacana
tasawuf dalam perkembangan selanjutnya terutama pada abad 6 dan 7 Hijriah
telah diwarnai unsur-unsur luar. Terutama tasawuf falsafi, yang merupakan
pengaruh Persia (Yunani) yang rasional dan filsafat India yang mistis.
 Para peneliti tasawuf mengemukakan beberapa periodesasi sejarah dan
perkembangan tasawuf, diantara menyebutkan lima periode dengan berbagai
karakteristiknya, mulai dari Masa Pembentukan (Abad ke 1-2 H),
Pengembangan (Abad ke 3-4 H), Konsolidasi (Abad ke 5 H), Falsafi (Abad ke 6-
7 H), dan Pemurnian (Setelah Abad ke-7 H).
 Perkembangan detil per abad dapat disimpulkan sebagai berikut:
 Gerakan tasawuf sebagai sebuah perilaku yang khusus baru muncul paska
era Sahabat dan Tabi’in (Abad ke-II dan ke-III H.). Tasawuf sebagai
nomenklatur sebuah perlawanan terhadap budaya materialism belum ada,
bahkan tidak dibutuhkan. Karena Nabi, para Sahabat dan para Tabi’in pada
hakikatnya sudah sufi.
 Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup dan
orang yang pertama kali dijuluki as-shufi adalah Abu Hasyim as-Shufi (w.
150 H).
 Paruh pertama pada abad ke-3 H, Ajaran para sufi tidak lagi terbatas pada
amaliyah (aspek praktis), berupa penanaman akhlak, tetapi sudah masuk ke
aspek teoritis (nazhari) dengan memperkenalkan konsep-konsep dan
terminologi baru yang sebelumnya tidak dikenal seperti: maqam, hâl,
ma’rifah, tauhid (dalam makna tasawuf yang khas); fana, hulul dan lain- lain.
 Kajian tasawuf pada abad 3 dan 4 H terdapat dua kecenderungan para
tokoh. Pertama, cenderung pada kajian tasawuf yang bersifat amali
yang didasarkan pada al-Quran dan as-Sunnah. Kedua, cenderung
pada kajian tasawuf falsafati dan banyak berbaur dengan kajian
filsafat metafisika.
 Abad 5 H adalah kemunduran tasawuf falsafati dan berjayanya
tasawuf amali-suni. Hal ini didukung oleh keunggulan aliran asy’ariyah
dalam teologi yang sejalan dengan tasawuf Suni.
 Dan puncak kecemerlangan abad ini pada masa al-Ghazali. Abad ke-7
H dan sesudahnya. Periode inilah kata “tarekat” pada para sufi
mutakhir dinisbatkan bagi sejumlah pribadi sufi.
 Pada masa pemurnian Ibn Taimiyah muncul dengan lantang
menyerang ajaran-ajaran yang dia anggap menyeleweng. Singkatnya
pada waktu itu tasawuf dihinggapi bid’ah, khurafat, klenik,
pengabaian Syari’at, hukum-hukum moral, dan penghinaan ilmu
pengetahuan. Ibn Taimiyah ingin mengembalikan kembali tasawuf
kepada sumber ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Hadits.

Anda mungkin juga menyukai