Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam makalah ini penyusun akan membahas tentang tasawuf, meliputi pengertian
tasawuf, asal mula munculnya tasawuf di dunia Islam, tarekat tasawuf, dan tokoh-tokoh
tasawuf beserta pemikirannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Tasawuf


1. Pengertian Tasawuf

Arti kata dan asal kata tasawuf secara etimologis sebagaimana tersebut dalam buku
Hakekat Tasawuf . menurut Syaikh Abdul Qadir Isa yang diterjemahkan oleh Khairul
Amru Harahap, Lc., MHI dan Afrijal Lubis, Lc :1

a. Berasal dari kata shufah (kain dari bulu). Dinamakan demikian karena
kepasrahan seorang sufi kepada Allah ibarat kain wol yang dibentangkan.
b. Berasal dari kata shifah (sifat). Sebab, seorang sufi adalah orang yang
menghiasi diri dengan segala sifat terpuji dan meninggalkan setiap sifat
tercela.
c. Berasal dari kata shaffa (bersih). Abu Fath al-Basti mengatakan dalam sebuah
syair
Orang berselisih dan berbeda pendapat tentang sufi
Sebagian berasumsi bahwa dia berasal dari kata shuf
Dan aku tidak memberikan nama ini kecuali untuk pemuda
yang membersihkan diri, sehingga dia dinamakan sufi
d. Berasal dari kata shuffah (sufah). Sebab, seorang sufi mengikuti Ahli Sufah
dalam sifat yang telah ditetapkan oleh Allahbagi mereka, sebagaimana dalam
firman-Nya,Dan bersabarlah engkau bersama orang-orang yang menyeru
Tuhan mereka. (QS. Al-Kahfi: 28)
e. Berasal dari kata shafwah yang berarti orang pilihan atau suci.
f. Berasal dari kata shaff (saf). Seolah para sufi berada di saf pertama dalam
menghadapkan diri kepada Allah dan berlomba-lombauntuk melakukan
ketaatan.

Adapun secara terminologi, arti tasawuf banyak ragamnya yang dikemukakan oleh
para ahli. Di antanya sebagai berikut.2

1
Syaikh Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf, Jakarta: Qisthi Press, Cetakan ke-13, 2011, hlm. 7.
2
Drs. H. Ahmad Bangun Nasution, M.A. dan Dra. Hj. Rayani Hanum Siregar, M.H., AKHLAK TASAWUF
Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasiannya (Disertai Biografi dan Tokoh-tokoh Sufi), Jakarta:
RajaGrafindo Persada, Cetakan ke-1, 2013, hlm. 3.

1
a. Menurut Maruf al-Kharkhi yang dinukil oleh as-Sahrawardi dalam kitabnya
Awarif Al-Maarif, mengemukakan Tasawuf adalah mengambil hakikat dan
meninggalkan yang ada di tangan makhluk.
b. Menurut Muhammad Amin Al-Kurdi Tasawuf adalah suatu ilmu yang
dengannya diketahui hal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya
dari yang tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara
melakukannya dengan suluk, dan perjalanan menuju keridaan Allah dan
meninggalkan larangan-larangan-Nya menuju kepada perintah-Nya.
c. Kaum sufi memberikan pengertian Tasawuf pada umumnya bermakna
menempuh kehidupan zuhud, menghindari gemerlap kehidupan duniawi, rela
hidup dalam keprihatinan, melakukan beberapa jenis amalan ibadah,
melaparkan diri mengerjakan salat malam, dan melantunkan beberapa jenis
wirid sampai fisik seseorang menjadi lemah dan rohani menjadi kuat.

Dari berbagai pandangan ulama tasawuf tentang asal usul kata tasawuf dapat
disimpulkan bahwa pengertian tasawuf adalah kesadaran murni yang mengarahkan jiwa
secara benar kepada Allah dan kegiatan yang sungguh-sungguh, menjauhkan diri dari
keduniaan dalam rangka pendekatan diri kepada Allah untuk mendapatkan perasaan
berhubungan erat dengan-Nya.

Tiang peyangga tasawuf adalah penyucian hati dari kotoran materi, dan pondasinya
adalah hubungan manusia dengan Sang PenciptaYang Agung. Sufi adalah orang, hati
dan interaksinya murni hanya untuk Allah, sehingga Allah memberinya karamah.

2. Tujuan Tasawuf

Tujuan tasawuf adalah berada sedekat mungkin di sisi Allah dengan mengenalnya
secara langsung dan tenggelam dalam ke Maha Esaan-Nya yang mutlak. Dengan kata
lain, bahwa sufi yaitu seseorang yang ego pribadinya sudah lebur dalam pelukan
keabadian Allah, sehingga semua rahasia yang membatasi dirinya dengan Allah
tersingkap atau kasyaf. Dan di sisi lain hakikat tasawuf itu sendiri sama dengan tujuan
tasawuf yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam ajaran Islam, Tuhan memang
dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia itu tertuang dalam al-
Quran dan hadist.

Tasawuf itu diciptakan hanya sebagai media lintasan untuk mencapai maqasid al
syari (tujuan-tujuan syari). Sebagai contoh orang yang diperintahkan naik ke atas atap
rumah, maka secara tidak langsung ia juga diperintahkan untuk mencari media yang
dapat digunakan untuk melaksanakan tugas itu dengan cara menaiki tangga. Berikut
tujuan tasawuf diantaranya adalah:3

a. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.


b. Melepaskan diri (takhhalli) dari penyakit kalbu.

3
Laeliymma, Tujuan Tasawuf, lhaelyimma.blogspot.co.id/2014/12/tujuan-tasawuf.html?m=1. diakses pada
rabu, 18 Mei 2016 pukul 17:16 WIB.

2
c. Menghiasi diri (tahali) dengan akhlak Islam yang mulia.
d. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
e. Menstabilkan akidah shubhah ilahiyah (persahabatan ketuhanan, dalam arti
bahwa Allah SWT melihat hamba-hamba-Nya dari atas arsydan meliputi
mereka dari segala arah dengan ilmu, kekuasaan (qudrat), pendengaran
(sama), dan penglihatan (bashar)-Nya.
f. Menggapai kekuatan iman yang dulu pernah dimiliki para sahabat Rasulullah
Saw, menyebarkan ilmu-ilmu syariat dan meniupkan ruh kehidupannya,
sehingga menghasilkan motivasi bagi kaum muslimin untuk dapat memimpin
kembali umat, baik ilmiah, pemikiran keagamaan maupun politik. Selain itu
juga mereka mampu mengembalikan kepemimpinan global ke pangkuannya,
baik peta politik maupun ekonomi serta dapat menyelamatkan bangsa-bangsa
yang ada dari elenasi dan kehancuran.

B. Sejarah Munculnya Tasawuf di Dunia Islam

Pada awal Islam dakwah kepada tasawuf belum diperlukan, sebab pada era itu semua
orang adalah ahli taqwa, ahli wara dan ahli ibadah, berdasarkan panggilan fitrah mereka dan
kedekatan mereka dengan Rasulullah s.a.w. Oleh karena itu, mereka tidak membutuhkan
ilmu yang membimbing mereka ke sesuatu yang benar-benar mereka kerjakan.

Meskipun para sahabat dan tabiin tidak menggunakan kata tasawuf, akan tetapi secara
praktis mereka adalah para sufi yang sesungguhnya. Yang dimaksud dengan tasawuf tidak
lain adalah bahwa sesorang hidup hanya untuk Tuhannya, bukan untuk dirinya. Para sahabat
mengikrarkan iman dan menjalankan kewajiban-kewajiban dengan amal-amal sunnah dan
menghindari yang makruh di samping yang haram, begitu juga kondisi para tabiin dan
pengikut tabiin. Ketiga masa tersebut adalah masa keemasan dan sebaik-baiknya masa dalam
Islam.

Setelah era itu, beragam bangsa mulai memeluk Islam. Bidang ilmu pengetahuan juga
semakin meluas dan terbagi-bagi di antara para spesialis. Setiap kelompok berusaha
mengkodifikasikan ilmu yang mereka geluti dan mereka kuasai. Setelah pengkodifikasian
nahwu di awal era Islam, muncullah ilmu fikih, ilmu tauhid, ilmu hadis, ilmu usul fikih, ilmu
faraid (ilmu waris) dan ilmu-ilmu lainnya.

Setelah fase ini, pengaruh spiritualitas Islam sedikit demi sedikit melemah. Manusia
mulai lupa akan pentingnya bertakarub kepada Allah melalui ibadah, hati dan tekad. Hal
inilah yang mendorong ahli zuhud untuk mengkodifikasikan ilmu tasawuf, serta
menerangkan kemuliaan dan keutamaannya di antara ilmu-ilmu lainnya. Para zahid tidak
melakukan itu sebagai reaksi atas apa yang dilakukan oleh kalangan ulama lain terhadap
ilmu-ilmu mereka, sebagaimana diasumsikan oleh sebagian kalangan orientalis. Namun,

3
mereka melakukan itu untuk menutupi kekurangan dan menyempurnakan agama dari segala
aspeknya.

Sejarah perkembangan tasawuf dapat dilihat dari sebuah fatwa yang disampaikan oleh
Muhammad Shadiq al-Ghumari, seorang pakar dalam bidang hadist. Pada suatu hari, dia
ditanya oleh seseorang tentang siapa yang pertama kali mendirikan tasawuf, dan apakah
tasawuf melandaskan pada wahyu samawi. Dia menjawab bahwa asas dari tarekat adalah
wahyu samawi yang merupakan bagian dari ajaran agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad. Tidak diragukan lagi bahwa tarekat atau tasawuf adalah maqam ihsan. Dan
ihsan adalah salah satu dari tiga elemen dasar agama, sebagaimana diterangkan oleh Rasul
dalam sebuah sabdanya setelah menjelaskan ketiga elemen dasar tersebut,Ini adalah Jibril
yang datang untuk mengajari kalian tentang agama kalian. Ketiga elemen dasar agama
tersebut adalah Islam, iman dan ihsan. Islam adalah ketaatan dan ibadah. Iman adalah cahaya
dan akidah. Sedangkan ihsan adalah maqam muraqabah (pengawasan) dan musyahadah
(penglihatan). Barang siapa meninggalkan maqam ihsan, yakni tarekat atau tasawuf, maka
tidak diragukan lagi

Dalam muqaddimah-nya, Ibnu Khaldun berkata,Ilmu tasawuf adalah salah satu di


antara ilmu-ilmu syariat yang baru dalam Islam. Asal mulanya ialah amal perbuatan ulama
salaf dari para sahabat, tabiin dan orang-orang sesudah mereka. dasar tasawuf ialah tekun
beribadah, memutuskan jalan selain yang menuju Allah, berpaling dari kemegahan dan
kemewahan dunia, melepaskan diri dari apa yang diinginkan oleh mayoritas manusia berupa
kelezatan harta dan pangkat, serta mengasingkan diri dari makhluk dan berkhalwat untuk
beribadah.

C. Tokoh-tokoh Tasawuf

Abad Kesatu dan Kedua Hijriah

1. Aliran Madinah

Sejak masa awal, di Madinah telah muncul para sufi. Mereka kuat berpegang teguh pada Al-
Quran dan As-Sunnah, dan menetapkan Rasulullah SAW. sebagai panutan kezuhudannya
yang hidupnya hanya diabdikan kepada Tuhannya. Para sahabat adalah sebagai berikut. 4

a. Abu Bakar Ash-Shiddiq (w. 13 H)

Ketika menghadapi Perang Tabuk, Rasulullah SAW. bertanya kepada para sahabat,
Siapakah yang bersedia memberikan harta bendanya di jalan Allah SWT.? Abu Bakar
adalah orang pertama yang menjawab, Saya, ya Rasulullah. Akhirnya, Abu Bakar
memberikan seluruh harta kekayaannya untuk jalan Allah SWT. Melihat hal tersebut, Nabi
Muhammad SAW. bertanya kepada Abu Bakar, Apalagi yang tinggal untukmu wahai Abu
Bakar? Ia menjawab, Cukuplah bagiku, Allah dan Rasul-Nya.5

4
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, Edisi Revisi, 2010, hlm. 165.
5
Ibid., hlm. 166

4
Diceritakan pula bahwa Abu Bakar hanya memiliki sehelai pakaian. Ia berkata, Jika
seorang hamba begitu dipesonakan oleh hiasan dunia, Allah SWT. Membencinya sampai
meninggalkan hiasan itu. Oleh karena itu, Abu Bakar memilih takwa sebagai pakaiannya,
menghiasi dirinya dengan sifat-sifat rendah hati, santun, sabar, dan selalu mendekatkan diri
kepada Allah SWT. dengan ibadat dan zikir.

b. Umar bin Khaththab (w. 23 H)

Umar bin Khaththab merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW. terdekat dan
khalifah kedua Al-Khulafa Ar-Rasyidun. Ia termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya
terhadap sesama manusia. Ketika menjadi khalifah, ia selalu mengadakan pengamatan
langsung terhadap keadaan rakyatnya. Diceritakan bahwa setiap malam ia pergi berkeliling
mengamati keadaan rakyatnya, ia khawatir apabila ada di antara mereka yang mengalami
kesulitan, seperti sakit atau kelaparan. Umar juga sangat takut mengambil harta kaum muslim
tanpa alasan yang kuat. Ia berpakaian sangat sederhana, bahkan tak pantas untuk dipakai oleh
seorang pembesar seperti dia. Umar meneladani sikap Rasulullah SAW. dalam seluruh
kehidupannya. Prinsip hidup sederhana ini juga diterapkan di lingkungan keluarganya, istri
dan anak-anaknya dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun dari pembesar
ataupun rakyat.

c. Utsman bin Affan (w. 35 H)

Sebelum masuk Islam, Utsman bin Affan dikenal sebagai pedagang besar dan
terpandang, kekayaannya melimpah ruah. Setelah masuk Islam, ia menyerahkan sebagian
besar harta kekayaannya untuk perjuangan Islam dan membela orang-orang miskin dan yang
teraniaya. Adapun dalam kehidupan kesehariannya ia selalu hidup sederhana. Dengan hal ini,
jelaslah bahwa pada diri Utsman terdapat jiwa-jiwa sufi yang tidak tertarik pada gemerlapan
kekayaan dan kesenangan duniawi.

d. Ali bin Abi Thalib (w.40 H)

Ali dikenal sangat sederhana dan zahid dalam kehidupan sehari-hari. Tidak tampak
perbedaan dalam kehidupan rumah tangganya antara sebelum dan sesudah diangkat sebagai
khalifah, sehingga diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata kepadanya, Mengapa
khalifah senang memakai baju itu padahal sudah robek-robek? Ali menjawab, Aku senang
memakainya agar menjadi teladan bagi orang banyak sehingga mereka mengerti bahwa hidup
sederhana merupakan sikap yang mulia. Sikap dan pertanyaan inilah yang menandakan
dirinya sebagai seorang sufi.6

e. Salman Al-Farisi (w. 32 H)

Di kalangan ahli tasawuf, Salman Al-Farisi dikenal sebagai seorang sahabat yang
suka hidup keras (menderita) dan zuhud, bahkan dikatakan ahl as-shuffah (penganut tasawuf)
dan pendiri tasawuf yang dikaruniai ilmu laduni (ilmu yang dianugerahkan Allah SWT.
kepada orang-orang tertentu secara langsung tanpa melalui proses belajar mengajar).

6
Ibid., hlm. 168.

5
Dikatakan pula bahwa ia adalah orang pertama yang melontarkan ide tentang khilafah kepada
Sasaah bin Suhan, yang kemudian menegaskan bahwa khilafah manusia pertama adalah
Nabi Muhammad SAW. lalu Ali. Dikatakan bahwa ketika turun ayat QS. Al-Hijr (15): 43.
Salman berteriak sambil meletakkan tangannya di kepala, seraya berlari keluar selama tiga
hari.7 Kejadian ini ditafsirkan oleh ahli tasawuf sebagai keadaan sedang mabuk dan fana
(tidak sadar karena khusyuk), sehingga tidak mendengar apa pun dan hanya melihat diri
Tuhannya.

f. Abu Dzar Al-Ghifary (w. 22 H)

Ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang telah dirintis oleh
Abu Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup miskin dan tidak pernah merasa
menderita apabila ditimpa cobaan. Bahkan ia sangat senang menerima berbagai macam
cobaan dari Allah SWT. karena menganggap bahwa cobaan itu merupakan perhatian Tuhan
terhadapnya. Oleh karena itu, setiap kali merasa dicoba oleh Allah SWT. ia mengucapkan
kalimat syukur dan tahmid.

g. Ammar bin Yasir (w. 37 H)

Ia adalah seorang sufi yang sangat setia kepada Ali bin Abi Thalib dan ia pun
termasuk salah seorang dari Ahlus Suffah yang pernah menyatakan bahwa apabila amalan
zuhud merupakan perhiasan dalam segala kebaikan, harta benda merupakan kebanggaan bagi
pemuka-pemuka masyarakat Mekah yang pernah diberantas oleh agama Islam. Menurutnya,
seorang hamba yang menginginkan kemuliaan dari Allah SWT. harus menghiasi dirinya
dengan amalan zuhud, dan menjauhkan dirinya dari kemewahan harta benda. Ini berarti tidak
mengulangi sikap dan perilaku orang-orang Mekah yang telah diberantas oleh ajaran Islam.8

2. Aliran Bashrah

Louis Massignon mengemukakan bahwa pada abad kesatu dan kedua Hijriah terdapat
dua aliran Islamyang menonjol, yaitu Bashrah dan Kufah.9 Berikut tokoh sufi dari aliran
Bashrah.

a. Al-Hasan Al-Bashry (22 H 110 H)

Ia mendapatkan ajaran tasawuf dari Huzaifah bin Al-Yaman sehingga ajaran itu
mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupannya sehari-hari sehingga ia dikenal
dengan ulama sufi yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia yang terkandung
dalam ajaran Islam dan sangat menguasai ilmu batin. Memang banyak pengakuan yang
menyebutkan kelebihan dan keutamaan Hasan Al-Basri dalam melaksanakan ajaran-ajaran
agama, seperti yang dikatakan oleh Abu Qatadah, Bergurulah kepada Syekh ini! Saya sudah

7
Ibid., hlm. 169.
8
Ibid., hlm. 169.
9
Ibid., hlm. 171

6
menyaksikan sendiri, tidaklah ada orang tabiin yang menyerupai sahabat Nabi Muhammad
SAW. kecuali beliau.10

Dasar pendirian Al-Basri adalah zuhd terhadap dunia, menolak segala kemegahannya,
hanya menuju kepada Allah SWT., tawakal, khauf, dan raja. Jangan semata-mata takut
kepada Allah, tetapi ikutilah ketakutan dengan pengharapan. Takut akan murka-Nya, tetapi
mengharap nikmat-Nya. Kemudian kita harus meninggalkan kenikmatan dunia karena hal itu
merupakan hijab (penghalang) dari keridaan Allah SWT.11

b. Rabiah Al-Adawiyah (96 H/731 M 185 H/801 M)

Rabiah dilahirkan di rumah yang tidak ada sesuatu pun yang dapat dimakan maupun
dijual. Suatu malam ia ditangkap oleh penjahat dan dijual dengan harga 6 dirham. Tuan yang
membelinya menyuruh pekerjaan berat, memperlakukannya dengan kasar, akan tetapi ia tetap
tabah menghadapi penderitaan. Siang hari ia melayani tuannya, malam hari ia selalu
beribadah kepada Allah, mendamba rida-Nya, sehingga ia dibebaskan oleh tuannya.
Setelah menikmati kebebasab, Rabiah menjalani kehidupan sufistik, beribadah dan
menyepi, lebih memilih kemiskinan daripada kegemerlapan kehidupan duniawi. Karena
kesalehannya ia dianggap sebagai seorang mulia dan dihormati oleh orang-orang semasanya
dikarenakan gaya hidup yang penuh dengan ibadah dan akhlaknya yang mulia, yang tidak
mau membagi cintanya dengan sebah perkawinan.12
Isi pokok ajaran tasawuf Rabiah adalah tentang cinta. Karena itu, dia mengabdi,
melakukan amal shaleh bukan karena takut masuk neraka atau mengharap masuk surga,
tetapi karena cintanya kepada Allah. Cintalah yang mendorongnya ingin selalu dekat dengan
Allah, dan cinta itupula yang membuat beliau sedih dan menangis karena takut terpisah dari
yang dicintainya.13

3. Aliran Kufah

Sufyan Ats-Tsaury (97 H/715 M 161 H/778 M)

Sufyan Ats-Tsaury selalu menyerukan kepada sesama ulama agar menjauhkan dirinya
dari godaan dunia yang sering membawa manusia lupa mengabdikan dirinya kepada Tuhan.
Ia pernah ditanya oleh seseorang yang mengatakan, Jika sufi ber-khalwat (menyepi) untuk
beribadah kepada Allah, apakah yang akan dimakannya? beliau menjawab, Orang yang
takut kepada Allah, tidak akan khawatir apa pun menimpanya. Seorang sufi harus berusaha
sendiri untuk biaya hidupnya, sekedar memperkuat fisiknya beribadah kepada Tuhannya.
Seseorang tidak boleh memberatkan orang lain, termasuk tidak boleh mengemis makanan dan
minuman.

Abad Ketiga dan Keempat Hijriah

10
Ibid., hlm. 172
11
H.M.Jamil, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Referensi, Cetakan ke-1. 2013, hlm. 105.
12
H.M.Jamil, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Referensi, Cetakan ke-1. 2013, hlm. 117.
13
Santoso, Tokoh-Tokoh Tasawuf, http://santoson111.blogspot.co.id/2015/02/tokoh-tokoh-tasawuf-d-isusun-
untuk.html diakses pada 14 Mei 2016 pukul 16:10 WIB.

7
Dzu An-Nun Al-Misri (155 H/770 M 245 H/860 M)

Dalam tasawuf posisinya dipandang penting, karena beliau itulah yang pertama di
Mesir yang memperbincangkan masalah awal dan maqamat para wali. Selanjutnya, Dzu al-
Nun al-Mishri cenderung mengkaitkan marifah dengan syariah, sebagaimana katanya:
Tanda seorang arif itu ada tiga: cahaya marifahnya tidak memudarkan cahaya sifat
waranya, secara batiniah tidak memegangi ilmu yang menyangkal hukum lahiriah dan
banyaknya karunia Allah tidak menjadikannya melanggar tirai-tirai larangannya.14

Abad Kelima Hijriah

a. Al-Qusyairi (376-465 H)

Al-Qusyairi menjelaskan bahwa pengembalian arah tasawuf menurutnya harus


dengan merujuk pada doktrin Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ia mengencam keras para sufi pada
masanya karena kegemaran mereka mempergunakan pakaian orang-orang miskin, sementara
tindakan mereka pada saat yang sama bertentangan dengan pakaian mereka. Ia menekankan
bahwa kesehatan batin dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah lebih penting
daripada pakaian lahiriah.

b. Al-Ghazali

Menurut Al-Ghazali, jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan
hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu
dapat terlepas dari sesuatu selain dari Allah Swt.

Salah satu ajaran Al-Ghazali adalah makrifat. menurut Al-Ghazali, makrifat adalah
mengetahui rahasia Allah Swt. dan mengetahui peraturan-peraturan Tuhan tentang segala
yang ada. makrifat suci yang dibangun atas dasar dzauq rohani dan kasyf Ilahi. Yaitu tanpa
melalui perantara langsung dari Allah Swt. Alat memperoleh makrifat bersandar pada sir,
qalb, dan roh. Dijelaskan bahwa qalb dapat mengetahui hakikat segala yang ada. Ajaran Al-
Ghazali Lainnya adalah As-Saadah (kebahagiaan). Menurut Al-Ghazali, As-Saadah sesuai
dengan tabiat (watak), sedangkan tabiat sesuatu itu sesuai dengan ciptaannya.

Kenikmatan dan kebahagiaan dunia akan hilang setelah manusia mati, sedangkan
kenikmatan dan kelezatan melihat Tuhan bergantung pada qalb dan tidak akan hilang
walaupun manusia sudah mati. Sebab, qalb tidak ikut mati.15

D. Pengertian Tarekat dan Bentuk-bentuknya

Asal kata tarekat dalam bahasa arab ialah thariqah yang berarti jalan, keadaan, aliran
atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan-jalan yang ditempuh para sufi. Dapat pula

14
Santoso, Tokoh-Tokoh Tasawuf, http://santoson111.blogspot.co.id/2015/02/tokoh-tokoh-tasawuf-d-isusun-
untuk.html diakses pada 14 Mei 2016 pukul 16:10 WIB
15
Tamara Islamidiani, Macam-Macam Tasawuf, http://tamaraislamidiani.blogspot.co.id/2015/06/akhlak-
tasawuf-macam-macam-tasawuf.html. diakses pada Sabtu, 14 Mei 2016 pukul 17:43 WIB.

8
digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat sebab jalan utama disebut syari,
sedangkan anak jalan tersebut thariq. Kata turun ini menunjukkan bahwa menurut anggapan
para sufi. Pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum
ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Menurut Harun Nasution tarekat berasal dari kata
thoriq, yang artinya jalan yang harus ditempuh oleh seseorang calon sufi agar ia berada
sedekat mungkin dengan Allah. 16

Sebagaimana telah diketahui bahwa tasawuf secara umum adalah usaha mendekatkan
diri kepada Allah sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah.
Ajaran-ajaran tasawuf yang harus ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah merupakan
hakikat tarekat yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah
usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang
ditempuh seseorang dalam usahanya medekatkan diri kepada Allah SWT.

Dari pengertian di atas, kita dapat melihat bahwa tarekat merupakan cabang atau aliran
dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada:

1. Tarekat Qodariyah adalah tarekat yang dikenal luwes, yaitu apabila sudah
mencapai derajat syeikh, murid tidak mempunyai keharusan untuk terus
mengikuti tarekat gurunya. Bahkan, dia berhak melakukan modifikasi tarekat
yang lain ke dalam tarekatnya. Hal tersebut tampak pada ungkapan Abdul Qadir
Jailani, Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya, dia menjadi
mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya.17
2. Tarekat Naqsabandiyah adalah tarekat yang mengikuti syariat secara ketat,
keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari,
serta lebih mengutamakan berzikir dalam hati, dan kecenderungannya semakin
kuat ke arah keterlibatan dalam politik
3. Tarekat Rifaiyah adalah tarekat yang ajarannya tidak meminta sesuatu, tidak
menolak, dan tidak menunggu.
4. Tarekat Ahmadiyah / Badawiyah adalah tarekat yang sangat konsisten dengan Al-
Quran dan As-Sunnah, ia diminati karena antara lain: mendorong para pengikut
atau muridnya untuk pandai, kaya, dan dermawan, saling mengasihi dan juga
karena doktrin-doktrin safistiknya yang menarik.
5. Tarekat Syadzaliyah adalah tarekat yang memiliki 5 ajaran pokok yaitu: taqwa
kepada Allah dalam segala keadaan, kostisten dalam mengikuti sunnah, ridha
dalam ketentuan dan pemberian Allah SWT, menghormati sesama manusia, dan
kembali kepada Allah (taubat) dalm susah atau senang.
6. Tarekat Tijaniyah adalah tarekat yang menolak terhadapa sisi eksatik dan
metafisik sufisme, lebih menyukai pengalaman secara ketat ketentuan-ketentuan

16
Ikhsan Efendi, Jenis-jenis Tarekat dan Ajarannya, http://ihsanefendiry.blogspot.com/2011/07/jenis-jenis-
tarekat-dan-ajarannya.html?m=1 diakses pada Rabu, 18 Mei 2016 pukul 18:45 WIB.
17
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, Edisi Revisi, 2010, hlm. 165.
17
Ibid., hlm. 315.

9
syariat dan beupaya sekuat tenaga untuk menyatu dengan ruh Nabi Muhammad
sebagai ganti untuk menyatu dengan Allah.
7. Tarekat Sattariyah adalah tarekat yang menonjolkan aspek dzikir di dalam
ajarannya dan dikenal 7 macam dzikir muqadimah sebagai peralatan / tangga
untuk masuk ke dalam tarekat syattariyah yang disesuaikan dengan 7 nafsu pada
manusia.
8. Tarekat Khalwatiyah adalah tarekat yang menetapkan adanya sebuah amalan yang
disebut al asma al sabah (tujuh nama) yakni tujuh macam dzikir yang harus
dikembangkan yaitu: Dzikir pertama (La Ilaha ilallah), dzikir kedua (Allah),
dzikir ketiga (Huwa / dia), dzikir keempat (Haqqun / Maha benar), dzikir kelima
(Hayyun / Maha hidup), dzikir keenam (Qayyum / Maha jaga), dzikir ketujuh
(Qahhar / Maha perkasa). Ketujuh tingkatan dzikir ini intinya didasarkan pada
ayat Al-Quran.
9. Tarekat Samaniyah adalah tarekat yang memperbanyak dzkirullah dan shalat,
lemah lembut pada fakir miskin, tidak mencintai dunia, menukar akal masyariyah
dengan akal robbaniyah dan mentauhidkan Allah dalam dzat, sifat, afainnya.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Tasawuf adalah kesadaran murni yang mengarahkan jiwa secara benar kepada Allah
dan kegiatan yang sungguh-sungguh, menjauhkan diri dari keduniaan dalam rangka
pendekatan diri kepada Allah untuk mendapatkan perasaan berhubungan erat dengan-
Nya.
2. Tujuan tasawuf adalah berada sedekat mungkin di sisi Allah dengan mengenalnya
secara langsung dan tenggelam dalam ke Maha Esaan-Nya yang mutlak.
3. Tokoh-tokoh tasawuf dengan pemikirannya masing-masing antara lain: Abu Bakar
Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Salman Al-
Farisi, Abu Dzar Al-Ghifary, Ammar bin Yasir, Al-Hasan Al-Bashry, Rabiah Al-
Adawiyah, Sufyan Ats-Tsaury, Dzu An-Nun Al-Misri, Al-Qusyairi, Al-Ghazali, dan
lain-lain.
4. Tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedangkan tarekat adalah
cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya medekatkan diri kepada
Allah SWT.
5. Jenis tarekat bermacam-macam, antara lain: tarekat Qodariyah, tarekat
Naqsabandiyah, tarekat Rifaiyah, tarekat Ahmadiyah / Badawiyah, tarekat
syadzaliyah, tarekat Tijaniyah, tarekat Sattariyah, tarekat Khalwatiyah, tarekat
Samaniyah, dan lain-lain.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. Edisi Revisi. 2010.

Efendi, Ikhsan. Jenis-jenis Tarekat dan Ajarannya.


http://ihsanefendiry.blogspot.com/2011/07/jenis-jenis-tarekat-dan-ajarannya.html?m=1
diakses pada Rabu, 18 Mei 2016 pukul 18:45 WIB.

Isa, Syaikh Abdul Qadir. Hakekat Tasawuf. Jakarta: Qisthi Press. Cetakan ke-13. 2011.

Islamidiani, Tamara. Macam-Macam Tasawuf.


http://tamaraislamidiani.blogspot.co.id/2015/06/akhlak-tasawuf-macam-macam-
tasawuf.html. diakses pada Sabtu, 14 Mei 2016 pukul 17:43 WIB.

Jamil, M. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Referensi. Cetakan ke-1. 2013.

Laeliymma. Tujuan Tasawuf. lhaelyimma.blogspot.co.id/2014/12/tujuan-tasawuf.html?m=1.


diakses pada rabu, 18 Mei 2016 pukul 17:16 WIB.
Nasution, Ahmad Bangun & Rayani Hanum Siregar. AKHLAK TASAWUF Pengenalan,
Pemahaman, dan Pengaplikasiannya (Disertai Biografi dan Tokoh-tokoh Sufi). Jakarta:
RajaGrafindo Persada. Cetakan ke-1. 2013.

Santoso. Tokoh-Tokoh Tasawuf. http://santoson111.blogspot.co.id/2015/02/tokoh-tokoh-


tasawuf-d-isusun-untuk.html diakses pada 14 Mei 2016 pukul 16:10 WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai