Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP TASAWUF
Untuk memenuhi tugas matakuliah ..
Dosen Pengampu:

OLEH:
FANNANI (NIM)

UNIVERSITAS ISLAM BLITAR


2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, kajian tentang tasawuf semakin banyak diminati orang sebagai
buktinya adalah misalnya, semakin banyaknya buku yang membahas tasawuf
disejumlah perpustakaan, dinegara-negara yang berpenduduk muslim, juga Negara –
Negara barat sekalipun yang mayoritas masyarakatnya non muslim, ini dapat
menjadi salah satu alasan betapa tingginya ketertarikannya mereka terhadap tasawuf.

Hanya saja, tingkat ketertarikan mereka tidak dapat diklaim sebagai sebuah
penerimaan bulat-bulat terhadap tasawuf, jika diteliti lebih mendalam, ketertarikan
mereka terhadap tasawuf dapat dilihat pada dua kecenderungan terhadap kebutuhan
fitrah atau naluriah dan kedua karena kecenderungan pada persoalan akademis.

Kecenderungan pertama mengisyaratkan bahwa manusia sesungguhnya


membutuhkan sentuhan-sentuhan spiritual atau rohani, kesejukan dan kedamaian hati
merupakan salah satu kebutuhan yang ingin mereka penuhi melalui sentuhan
spiritual ini. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Barmawie Umarie bahwa setiap
rohani manusia senantiasa rindu untuk kembali ketempat asal, selalu rindu kepada
kekasihnya yang tunggal.

Adapun kecenderungan yang kedua mengisyaratkan bahwa tasawuf memang


menarik untuk dikaji secara akademis-keilmuan. Boleh jadi, dengan kecenderungan
yang kedua ini, kajian tasawuf hanya berfungsi sebagai pengayaan keilmuan
ditengah keilmuan-keilmuan lain yang berkembang di dunia.

Kedua kecenderungan diatas menuntut keharusan adanya pengkajian tasawuf


dalam kemasan yang proposional dan fundamental. Hal ini dimaksudkan agar
tasawuf yang kian banyak menarik peminat itu dapat dipahami dalam kerangka
ideologis yang kuat, disamping untuk memagari tasawuf dalam jalur yang benar. Jika
tulisa ini dapat diterima jelas dipandang perlu untuk merumuskan tasawuf dalam
islam dalam kemasan yang dilengkapi dengan dasar-dasar atau landasan yang kuat
tentang keberadaan tasawuf itu sendiri.

Dengan terbukanya era globalisasi membawa pengaruh budaya dan pemikiran-


pemikiran salah yang meracuni otak orang Islam, oleh karena itu diperlukan
keharusan adanya pengkajian tasawuf dalam kemasan yang proporsional dan
fundamental agar generasi muslim pengembangan tasawuf dalam islam yang benar
sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian tasawuf secara etimologi dan terminology?
2. Bagaimana dasar tasawuf berdasarkan Al-Quran dan A-Hadist
3. Apa saja maqom-magom dalam tasawuf?
4. Bagaimana peran tasawuf dalam dunia modern?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian tasawuf secara etimologi dan terminology
2. Mengetahui dasar tasawuf berdasarkan Al-Quran dan A-Hadist
3. Mengetahui maqom-magom dalam tasawuf
4. Mengetahui peran tasawuf dalam dunia modern
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian tasawuf

Tasawuf secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, yaitu tashawwafa,
Yatashawwafu, selain dari kata tersebut ada yang menjelaskan bahwa tasawuf berasal
dari kata Shuf yang artinya bulu domba, maksudnya adalah bahwa penganut tasawuf ini
hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi pakaian sutra dan memaki kain
dari buku domba yang berbulu kasar atau yang disebut dengan kain wol kasar. Yang
mana pada waktu itu memaki kain wol kasar adalah symbol kesederhanaan.. Kata shuf
tesebut tersebut juga diartikan dengan selembar bulu yang maksudnya para Sufi
dihadapan Allah merasa dirinya hanya bagaikan selembar bulu yang terpisah dari
kesatuannya yang tidak memiliki arti apa-apa.

Kata tasauwf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan, makna kata shaff ini
diartikan kepada para jamaah yang selalu berada pada barisan terdepan ketika shalat,
sebagaimana shalat yang berada pada barisan terdepan maka akan mendapa kemuliaan
dan pahala. Maka dari itu, orang yang ketika shalat berada di barisan terdepan akan
mendapatkan kemuliaan serta pahala dari Allah SWT.

Tasawuf juga berasal dari kata shafa yang berarti jernih, bersih, atau suci, makna
tersebut sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau suci, maksudnya
adalah bahwa mereka menyucikan dirinya dihadapan Allah SWT melalui latihan
kerohanian yang amat dalam yaitu dengan melatih dirinya untuk menjauhi segala sifat
yang kotor sehingga mencapai kebersihan dan kesucian pada hatinya.

Adapun yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Shuffah yaitu serambi
masjid nabawi yang ditempati sebagian sahabat Rasulullah. Maknanya tersebut
dilatarbelakangi oleh sekelompok sahabat yang hidup zuhud dan konsentrasi beribadah
hanya kepada Allah SWT serta menimba ilmu Bersama Rasulullah yang menghuni
masjid Nabawi. Sekelompok sahabat tersebut adalah mereka yang ikut berpindah
bersama Rasulullah dari Mekah ke Madinah dengan keadaan mereka kehilangan harta
dan dalam keadaan miskin.
Sedangkan pengertian tasawuf secara terminologi terdapat banyak beberapa
pendapat berbeda yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli, namun penulis akan
mengambil beberapa pendapat dari pendapat pendapat para ahli tasawuf yang ada, yaitu
sebagai berikut:

1) Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah mensucikan hati dan
melepaskan nafsu dari pangkalnya denngan khalawt, riya-dloh, taubah dan
ikhlas.
2) Al-Junaidi berpendapat bahwa tasawuf adalah kegiatan membersihkan hati dari
yang mengganggu perasaan manusia , memadamkan kelemahan, menjauhi
keinginan hawa nafsu, mendekati hal hal yang di ridhai Allah, bergantung pada
ilmu-ilmu hakikat, memberikan nasihat kepada semua orang, memegang
dengan erat janji dengan Allah dalam hal hakikat serta mengikuti contoh
Rasulullah dalam hal syari'at.
3) Syaikh Ibnu Ajibah menjelaskan tasawuf sebagai ilmu yang membawa
seseorang agar bisa dekat bersama dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui
penyucian rohani dan mempermanisnya dengan amal-amal shaleh dan jalan
tasawuf yang pertama dengan ilmu, yang kedua amal dan yang terakhirnya
adalah karunia Ilahi.
4) H. M. Amin Syukur berpendapat bahwa tasawuf adalah latihan dengan
kesungguhan (riya-dloh, mujahadah) untuk membersihkan hati , mempertinggi
iman dan memeperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri
manusia kepada Allah sehingga segala perhatiannya hanya tertuju kepada Allah.

Terlepas dari banyaknya pengertian tasawuf yang telah dinyatakan oleh para ahli
tersebut, dalam beberapa pandangan secara umum tasawuf dapat diartikan sebagai
salah satu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk mensucikan diri dengan cara
menjauhi pengaruh kehidupan yang bersifat kesenangan duniawi dan akan memusatkan
seluruh perhatiannya kepada Allah. Tasawuf juga dapat diartikan sebuah upaya yang
dilakukan manusia untuk memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada agama
dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu tasawuf merupakan rasa
kepercayaan terhadap Allah yang dapat mengarahkan jiwa manusia agar selalu tertuju
pada semua kegiatan yang dapat menghubungkan dan mendekatkan manusia dengan
Allah.
2.2 Dasar tasawuf berlandaskan Al-Quran dan Hadish
1. Dasar-dasar dari Al-Quran

Sama seperti ajaran dalam agama Islam lainnya, ilmu tasawuf kemudian dilarang
menyimpang dari Alquran. Berikut di bawah ini adalah dasar-dasar ilmu tasawuf,
yakni:

 Surat Al-Baqarah Ayat 115 berbunyi “Dan kepunyaan Allah-lah dari timur dan
barat, maka kemanapun kamu menghadap maka di situlah wajah Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Luas (rahmat-Nya) dan Maha Mengetahui.”
 Surat Al-Baqarah Ayat 186 berbunyi “Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku sangat dekat. Aku
mengabulkan permohonan setiap orang yang berdoa jika ia memohon kepada-
Ku, maka hendaklah mereka kemudian memenuhi (segala perintahKu) serta
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka kemudian selalu berada
dalam kebenaran.”
 Surat Qaf Ayat 16 berbunyi “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia serta mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami menjadi
lebih dekat kepadanya dibandingkan urat lehernya.”
 Surat Al-Kahfi Ayat 65 berbunyi “Lalu mereka akan bertemu dengan seorang
hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya
rahmat dari sisi Kami, serta yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi
Kami.”
2. Dasar-dasar dari Hadis

Jika kita melihat dengan seksama akan sejarah kehidupan Rasulullah


Muhammad Saw beserta para sahabat beliau yang telah mendapatkan keridhaan
Allah, maka akan ditemukan sikap kezuhudan dan ketawadhu'an yang terpadu
dengan ibadah-ibadah baik wajib maupun sunnah bahkan secara individu
Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan shalat lail hingga lutut beliau memar
akibat kebanyakan berdiri, ruku' dan sujud di setiap malam dan beliau Saw tidak
pernah meninggalkan amalan tersebut hingga akhir hayat beliau Saw, hal ini
dilakukan oleh beliau Saw karena kecintaan beliau kepada sang penggenggam jiwa
dan alam semesta yang mencintainya Dia-lah Allah yang cinta-Nya tidak pernah
terputus kepada orang-orang yang mencintai-Nya.

Uraian tentang hadis fi'liyah di atas merupakan salah satu bentuk kesufian yang
dijadikan landasan oleh kaum sufi dalam menjalankan pahamnya.

Selain itu terdapat pula hadis-hadis qauliyah yang menjadi bagian dari dasar-
dasar ajaran tasawuf dalam Islam, diantara hadis-hadis tersebut adalah:

‫َع ْن َس ْهِل ْبِن َس ْع ٍد الَّساِعِد ِّي َقاَل َأَتى الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َر ُجٌل َفَق اَل َي ا َر ُس وَل ِهَّللا ُد َّلِني َع َلى َع َم ٍل‬
‫ِإَذ ا َأَنا َع ِم ْلُتُه َأَح َّبِني ُهَّللا َو َأَح َّبِني الَّناُس َفَقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اْز َهْد ِفي الُّد ْنَيا ُيِح َّبَك ُهَّللا َو اْز َهْد ِفيَم ا‬
‫ِفي َأْيِد ي الَّناِس ُيِح ُّبوَك‬

Artinya:

Dari sahabat Sahal bin Saad as-Sa'idy beliau berkata: datang seseorang kepada
Rasulullah Saw dan berkata: 'Wahai Rasulullah ! tunjukkanlah kepadaku sutu
amalan, jika aku mengerjakannya maka Allah akan mencintaiku dan juga manusia',
Rasulullah Saw bersabda: "berlaku zuhudalah kamu di dunia, maka Allah akan
mencintaimu, dan berlaku zuhudlah kamu atas segala apa yang dimiliki oleh
manusia, maka mereka (manusia) akan mencintaimu".

‫ َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل َم ْن َك اَنْت الُّد ْنَيا َهَّم ُه َف َّرَق ُهَّللا َع َلْي ِه‬: ‫َعن َزْيُد ْبُن َثاِبت قال‬
‫َأْمَر ُه َو َجَعَل َفْقَر ُه َبْيَن َع ْيَنْيِه َو َلْم َيْأِتِه ِم ْن الُّد ْنَيا ِإاَّل َم ا ُك ِتَب َلُه َو َم ْن َكاَنْت اآْل ِخ َر ُة ِنَّيَت ُه َج َم َع ُهَّللا َل ُه َأْم َرُه َو َجَع َل‬
‫ِغ َناُه ِفي َقْلِبِه َو َأَتْتُه الُّد ْنَيا َوِهَي َر اِغ َم ٌة‬

Artinya:

Dari Zaid bin Tsabit beliau berkata : Aku mendengarkan Rasulullah Saw
bersabda: "Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah
akan berlepas diri dari segala urusannya dan tidaklah ia mendapatkan dari dunia
sesuatu apapun keculi apa yang telah di tetapkan baginya. Dan barang siapa yang
sangat menjadikan akhirat sebaga tujuannya, maka Allah akan mengumpulkan
seluruh harta kekayaan baginya, dan menjadikan kekayaan itu dalam hatinya, serta
mendapatkan dunia sedang ia dalam keadaan tertindas".

Hadis pertama menunjukkan perintah untuk senantiasa berlaku zuhud di dunia,


sementara hadis kedua menjelaskan akan tercelanya kehidupan yang bertujuan
berorientasi keduniaan belaka, dan mulianya kehidupan yang berorientasi akhirat.
Kedua hadis tersebut menjelaskan kemuliaan orang-orang yang hanya menjadikan
Allah sebagai tujuan utama dalam hidupnya dan merasa cukup atas segala yang
Allah telah karunianakan kepadanya.

Selain dari kedua hadis di atas terdapat pula banyak hadis yang memberikan
wasiat kepada orang-orang mu'min agar tidak bertumpu pada kehidupan dunia
semata, dan hendaklah ia senantiasa memangkas segala angan-angan keduniaan,
serta tidak mematrikan dalam dirinya untuk hidup kekal di dunia dan tidak pula
berusaha untuk memperkaya diri di dalamnya kecuali sesuai dengan apa yang ia
butuhkan, oleh karena itu Rasulullah Saw berwasiat kepada Abdullah bin Umar
sambil menepuk pundaknya dan bersabda:

‫ُك ْن ِفي الُّد ْنَيا َك َأَّنَك َغ ِر يٌب َأْو َعاِبُر َس ِبيل‬

Artinya:

"Hiduplah kamu di dunia seolah-seolah kamu adalh orang asing atau seorang
musafir"

Selain tiga hadis di atas masih terdapat banyak hadis lainnya yang menjadi
landasan munculnya tasawuf atau sufisme.

Dari keterangan-keterangan yang berdasarkan al-Qur'an dan hadis di atas


menunjukkan bahwa ajaran tasawuf yang menjadi landasan utamanya adalah
kezuhudan terhadap dunia demi mencapai tingkatan atau maqam tertinggi di sisi
Allah yaitu ketika seseorang menjadikan dunia sebagai persinggahan sementara dan
menjadikan rahmat, ridha, dan kecintaan Allah sebagai tujuan akhir.

Kesimpulan

Dari uraian singkat di atas tentang pengertian, asal-usul, dan dasar-dasar dari
al-Qur'an maupun hadis yang berhubungan dengan tasawuf, maka dapat
disimpulkan bahwa tasawwuf adalah usaha seseorang untuk mensucikan diri dari
hal-hal yang dapat mengotori hati dan merusak ibadah, adapun tasawuf jika dilihat
dari dasar-dasar qur'ani maupun sunnah, maka dapat di pahami bahwa tasawuf dan
sufi memiliki posisi tertentu dalam lingkungan Islam atau dengan kata lain bahwa
tasawuf atau kehidupan sufi dapat ditemukan dalam Islam baik itu dijelaskan dalam
Al-Qur'an, hadis, maupun implementasi Nabi Saw dalam kehidupan sehari-hari
demikian juga dengan para sahabat beliau dan tabi'in.

Adapun ajaran utama dari tasawuf jika dilihat dari segi dasar-dasarnya baik
dari al-Qur'an maupun hadis, maka dapat ditemukan bahwa tasawuf mengajarkan
kezuhudan terhadap dunia dan penyerahan diri sepnuhnya hanya kepada Allah
semata dan menjadikan-Nya kecintaan tertinggi di atas segala cinta.

Wallahu a'lam.

2.3 Maqom-Maqom dalam taswuf

Maqom adalah kedudukan atau tahapan seorang sufi berada. Kedudukan ini
hanya akan didapat oleh seorang sufi atas usahanya sendiri dengan penuh kesungguha
dan istiqomah. Sedangkan ahwalbentuk mufrad dari “hal” adalah kondisi yang dialami
oleh seorang sufi dalam dirinya atau batinnya. Jika maqom merupakan usaha seorang
sufi untuk berada dalam tingkatan tertentu sedangkan ahwal adalah suatu pemberian
Allah yang diberikan Allah kepada seseorang sebagai hasil usahanya dalam maqom
tersebut.

Tingkatan maqom secara umum yang sering dilakukan oleh seorang sufi
diantaranya adalah:

1. Taubah
Taubah merupakan maqom pertama yag harus dilalui oleh seorang salik (pelaku
tasawuf). Pengertian taubat secara etimologis atau bahasa artinya kembali hal ini
searti dengan kata Raja’a. Sedangkan secara termonologi atau istilah taubah
berarti kembali dari segala sesuatu yang dicela oleh Allah menuju ke arah yang
dipuji oleh-Nya. Taubat dapat dipahami bahwa manusia senantiasa berusaha
untuk tidak melakukan kesalahan baik yang berhubungan dengan Allah swt,
maupun dengan sesame manusia. Dalam konsisi tersebut nilai dan makna taubat
jika diimplementesaikan dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan lebih
waspada dalam setiap pekerjaan yang dilakukan, menumbuhkan kerendahan hati
yang tulus, dan dengan istigfarseseorang akan didik dan dituntun untuk tidak
sombong dan angkuh

2. Al-Wara’
Secara bahasa wara’ artinya hati-hati. Secara istilah adalah sikap menahan diri
agar hati tidak menyimpang sekejap pun dari mengingat Allah. Wara’ pada
kalangan sufi memiliki pengertian bahwa seseorang harus menjauhi dan
meninggalkan segala hal yang belum jelas haram halalnya (syubhat). Dalam
konteks kekinian, wara’ dapat menjadikan seseorang sangat berhati-hati dalam
kehidupannya, berusaha mencari rizki yang halal serta tidak menggunakan
metode spekulasi dalam berbisnis sehingga semuanya harus jelas, terukur dan
tidak lepas dari norma-norma kemanusiaan dan ketuhanan. Melatih untuk
senantiasa bersih dalam kehidupan baik lahir maupun batin,
3. Az-Zuhud
Menurut bahasa artinya menentang keinginan atau kesenangan. Secara istilah
adalah berpaling dari mencintai sesuatu menuju suatu yang lebih baik. Menurut
Al-Qosyani, zuhud orang awam adalah membersihkan diri dari berbagai syubhat
setelah meninggalkan hal-hal yang diharamkan karena takut mendapat cela.
Sedangkan zuhud seorang salik adalah membersihkan diri dari kelebihan dengan
cara meninggalkan hal yang melebihi kadar kebutuhan pokok lalu menghiasi diri
dengan pakain para nabi dan kaum sufi. menurut pandangan sufi, pada dasarnya
adalah tidak tamak atau tidak ingin dan tidak mengutamakan kesenangan
duniawi. Dalam kehidupan dapat dipahami sebagai hidup sederhana, tidak
berlebihan dan tidak pula kekurangan. Kesederhanaan merupakan prinsip hidup
Islami. Sebab, segala sesuatu jika berlebihan menjadi tidak normal dan tidak
baik.
4. Al-Faqr
Faqr adalah sikap hidup yang tidak “ngoyo” atau memaksa diri untuk
mendapatkan sesuatu. Tidak menuntut lebih dari apa yang telah dimiliki atau
melebihi dari kebutuhan primer. Dalam kehidupan modern, dapat diwujudkan
dalam pengertian kita tidak meminta sesuatu yang diluar apa yang kita lakukan.
Kita harus menyadari bahwa setiap sesuatu ada batasnya, dengan demikian, kita
tidak memaksa diri untuk melakukan di luar kesanggupan kita. Karena kekayaan
sering menjadikan manusia untuk melakukan kemaksiatan sehingga jauh dengan
Allah.
5. As-Sabr
Sabar berarti tabah dalam menghadapi segala kesulitan tanpa ada rasa kesal dan
menyerah dalam diri. Dalam hal ini tidak hanya mengekang keinginan nafsu dan
amarah tetapi juga mampu menahan terhadap penyakit fisik. Sabar juga dapat
dipahami sebagai sikap tabah, tekun dan tangguh dalam menghadapi dan
menyelesaikan berbagai problema hidup. Tidak ada orang yang sukses tanpa
kesungguhan dan keuletan serta ketangguhan untuk meraihnya. Dengan sikap
sabar, seseorang tidak mudah putus asa, tidak cepat menyerah ketika belum
berhasil. Bahkan seorang yang memiliki sikap sabar tidak larut dalam kesedihan
ketika terkena musibah, ia akan cepat bangkit untuk menatap masa depan yang
lebih cerah.
6. As-Syukr
Rasa syukur berasal dari rasa berterimakasih atas apa yang kita miliki berasal
dari karunia Allah. Dengan rasa syukur ini seseorang akan merasakan begitu
besar karunia yang diberikan Allah kepada hambanya, sehingga akan senantiasa
besyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya.
7. At-Tawakkal
Dapat diartikan berserah diri kepada Allah. Secara sufistik tawakal adalah
menyerahkan diri kepada ketentuan Allah. Kata sebagian sufi tawakaladalah
rahasia antara seorang abdi dengan Tuhannya.7 Tawakal juga dapat diartikan
dengan pasrah dan mempercayak secara bulat kepada Allah setelah
melaksanakan suatu rencana dan usaha. Manusia hanya merencanakan dan
mengusahakan, tetapi Allah yang menentukan hasilnya. Dalam kehidupan
modern ini, tawakkal, merupakan sikap optimis dan percaya diri, bahwa segala
hal ada yang mengatur segala sesuatu di alam ini adalah Allah. Bila kita
mengikuti aturan-Nya, yakni sunnatullah, maka kita akan sukses, baik di dunia
maupun di akhirat. Dengan sikap optimis kita akan kreatif, namun tidak
takabbur atau sombong, sebab kita meyakini sepenuhnya yang memberi
keputusan hasil baik atau tidak adalah yang memiliki aturan sunatullah itu
sendiri yakni Allah swt.
8. Ar-Ridha
Menurut al-Muhasibi, “ridhaadalah tentramnya hati dibawah naungan hukum.
Sementara Dzun Nun Al-Misri menyatakan ridha adalah senangnya hati dengan
berjalannya ketentuan Allah. Menerima ketentuan hukum Tuhan engan senang
hati. Menurut an-Najjar, ahli ridha terbagi menjadi empat tipe. Pertama
golongan orang yang ridha atas segala pemberian Al-Haq dan inilah makrifat.
Kedua, golongan orang yang ridha atas segala nikmat, itulah dunia. Ketiga,
golongan yang ridha atas musibah dan itulah cobaan yang beragam. Keempat,
golongan orang yang ridha atas keterpilihan, itulah Mahabbah.
9. Al-Makrifat
Makrifat artinya mengenal atau melihat, yang dimaksud disini adalah melihat
Tuhan dengan mata hati. Dzunnun al-Misri membagi makrifat menjadi tiga
bagian. Makrifat mukmin, makrifat ahli kalam, dan makrifatAuliya Muqarrabin

2.4 Peran tasawuf dalam dunia modern


1. Problematika Masyarakat di dunia modern

Era globalisasi pada sadarnya sering diidentikkan dengan kemoderenan,


dimana dalam kemoderenan ciri khas yang bisa diamati adalah rasionalitas
materialisme, individualisme dan industrialisasi atau perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan kemajuan yang dicapai oleh
perkembangan teknologi, lahirlah teknologi informasi dan komunikasi yang
merupakan alat utama dalam proses global tersebut. Media informasi dan
komunikasi memberikan jasa yang luar biasa dalam proses interaksi masyarakat
dunia.

Lahirnya jaringan internet misalnya, memberikan kemudahan bagi masyarakat


dalam berkomunikasi, dan mengakses informasi dari segala penjuru dunia dalam
bentuk apapun. Bisa berupa budaya, pendidikan, gaya hidup, ideologi, hiburan,
kesenian, bisnis dan sebagainya. Melihat kemajuan yang luar bisa yang telah
dicapai oleh manusia modern secara global tersebut, juga memberikan dampak
negatif bagi eksistensi manusia itu sendiri, di antaranya:
1) Kehampaan spiritual

Salah satu problem mendasar yang dialami manusia saat ini adalah
kehampaan spiritual, hal ini terjadi karena manusia telah kehilangan visi keilahian.
Sehingga dengan mudah manusia akan stres dan gelisah karena tidak mempunyai
arah dan pegangan hidup. Setiap hari kita bisa menyaksikan praktek kehidupan
saat ini banyak di warnai dengan gaya hidup materialisme dan hedonisme, hal ini
bisa dilihat dari tolak ukur kesuksesan adalah materi.

Masyarakat berlomba-lomba dalam mencari harta tanpa mempedulikan hak-


hak orang lain, dengan kata lain menggunakan segala cara demi mendapatkan
materi. Pada saat ini segala kebutuhan jasmani bisa terpenuhi, namun tidak
memberikan kebahagiaan secara spiritual. Sementara nilai-nilai dan ajaran agama
banyak ditinggalkan bahkan dilupakan, padahal itu merupakan kebutuhan spiritual.
Akibat dari ini semua timbullah krisis kemanusiaan.

Materi yang berlimpah, perhiasan yang mewah dan kebutuhan jasmani yang
selalu terpenuhi ternyata tidak memberikan kebahagiaan kepada manusia. Betapa
banyak selebriti dengan popularitas yang cukup gemilang, justru dikabarkan
meninggal bunuh diri, dan alasannya sangat mengejutkan, yakni mereka memilih
mengakhiri hidup karena beban pekerjaan yang selalu memaksa mereka untuk
tampil sempurna di hadapan publik. Hari-hari mereka hanya dihabiskan untuk
menghibur penggemar sementara tidak ada peluang untuk berdialog dengan Tuhan.
Akhirnya yang muncul adalah kegelisahan, stres dan berujung pada bunuh diri,
karena mereka tidak menemukan sesuatu yang bisa menolong.

Pada kasus yang lain, ada juga publik figure yang tidak sampai pada bunuh diri
secara langsung, ketika mereka mengalami tekanan batin akibat tuntutan pekerjaan,
justru memilih obatobat terlarang dan minuman keras sebagai jalan pintas dalam
menghilangkan stres. Namun hal itu tidak akan membantu banyak, karena hanya
bersifat sementara, bahkan hasilnya bisa menjadi lebih parah. Mereka bisa mati
secara perlahan juga bisa berakhir pada persoalan hukum. Dari pemaparan tersebut
memberikan sedikit penjelasan betapa manusia saat ini tengah dilanda krisis
spiritual.

2) Krisis Moral

Krisis moral yang terjadi pada bangsa kita saat ini semestinya menjadi
perhatian kita bersama, sebab jika ditinjau secara historis bangsa ini menjadikan
agama sebagai bagian dari ideologinya. Bahkan penganut agama islam terbesar
didunia ada di indonesia, namun pada kenyataannya kita disuguhkan dengan
berbagai fenomena di media sosial diantaranya: pelanggaran HAM, korupsi,
kolusi, prostitusi, peredaran narkoba yang tidak terkendali, pembegalan,
perampokan, bahkan yang baru-baru terjadi pembunuhan Guru oleh siswanya,
penyerangan terhadap tokoh agama oleh “orang gila yang cerdas”, hingga pada
upaya pembunuhan penyidik KPK seolah memberikan gambaran betapa rusaknya
moralitas bangsa kita.[22]

Ketika kita ingin mengamati dalam skala yang lebih luas tentang krisis moral
atau krisis kemanusiaan yang dialami oleh manusia, maka kita bisa mengamati
apa yang terjadi di Timur Tengah, disana pelanggaran hak-hak asasi manusia
seolah sesuatu yang biasa saja. Pembantaian terhadap anak-anak dan perempuan
yang lebih mirip memanen gandum dari ladang. Disana pembantaian,
pembunuhan dan pelecehan adalah santapan sehari-hari bagi mereka yang telah
kehilangan moralitas dan sisi kemanusiaannya.

Pelanggaran HAM yang lain akibat Krisis moral yang sekarang ini melanda
manusia adalah KDRT dan perdagangan manusia, dan juga berlaku secara global.
Kekerasan dalam rumah tangga adalah segala tindakan seseorang yang bisa
merugikan orang lain secara pisik, psikis, dan seksual, serta dapa membawa trauma.
Sementara perdagangan manusia berarti tindakan yang mengandung perekrutan,
pengiriman baik antar daerah maupun antar negara. Baik KDRT maupun
perdagangan manusia pada umumnya menarget perempuan dan anak-anak.
Krisis moral ini sebenarnya muncul sebagai akibat dari kehampaan spiritual
yang dialami oleh manusia. Hilangnya nilai-nilai ke-Ilahian dari diri manusia
menyebabkan mereka menjadi rapuh dan mudah tergoda oleh kehidupan dunia.

2. Peran Tasawuf dalam Mengatasi Problematika Masyarakat di Era


Globalisas

Media informasi dan komunikasi menjadi sarana yang utama dalam


penyebaran modernitas yang bermula dari Barat. Gaya hidup materialisme ini
menuntut orang-orang untuk bekerja tanpa henti demi mendapatkan barang-barang
yang diinginkan dan agama jarang dipedulikan. Menurut para ahli sosial, ciri-ciri
masyarakat modern ialah mereka mengalami prustasi eksistensial yang ditandai
dengan keinginan yang berlebihan akan kekuasaan, keinginan untuk menumpuk
harta, menghabiskan waktu untuk bekerja, memiliki libido sex yang tinggi. Akibat
dari semua ini adalah kekosongan, kegelisahan dan kehampaan sehingga
memunculkan berbagai macam perilaku yang negatif.

Oleh karena itu Agamalah yang bisa menjadi solusi dari kehampaan tersebut.
Kondisi pada duania modern telah membuat manusia jauh dari Tuhannya. Untuk
itu, diperlukan internalisasi nilai-nilai spiritual «dalam islam disebut Tasawuf».
Sufisme atau tasawuf dalam islam perlu di masyarakatkan dengan tujuan
menyelamatkan manusia dari kondisi kebingungan akibat kehilangan nilai-nilai
spiritual, memperkenalkan ajaran esoteris islam dan sebagai penegasan bahwa
tasawuf sebagai jantung ajaran islam

Penerapan ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari akan menciptakan


lingkungan yang kondusif dan berakhlak. Konsep tahalli yakni membersihkan diri
dari perilaku dan sifat yang tercelah. Dalam konteks kekinian penerapan konsep
zuhud ini sangan relevan dengan kondisi manusia modern yang begitu materialistis.
Pada intinya tasawuf bertujuan untuk membimbing manusia agar dapat
memperoleh kedekatan yang hakiki dengan Tuhan-nya. Dengan cara
menghilangkan perilaku yang buruk dalam diri, kemudian menghiasinya dengan
akhlak yang mulia, sehingga terciptalah ketenangan dalam diri seseorang.
BAB III

KESIMPULAN

Tasawuf secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, yaitu tashawwafa,
Yatashawwafu, selain dari kata tersebut ada yang menjelaskan bahwa tasawuf
berasal dari kata Shuf yang artinya bulu domba, maksudnya adalah bahwa penganut
tasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi pakaian sutra
dan memaki kain dari buku domba yang berbulu kasar atau yang disebut dengan
kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu memaki kain wol kasar adalah symbol
kesederhanaan. Sedang kan secara termonologi secara umum tasawuf dapat
diartikan sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
mensucikan diri dengan cara menjauhi pengaruh kehidupan yang bersifat
kesenangan duniawi dan akan memusatkan seluruh perhatiannya kepada Allah.

Dasar tasawuf berlandaskan al-quran terdapat pada Surat Al-Baqarah Ayat 115,
Surat Al-Baqarah Ayat 186, Surat Qaf Ayat 16, dan Surat Al-Kahfi Ayat 65.
Sedangakan dari hadish, dari sahabat Sahal bin Saad as-Sa'idy beliau berkata:
datang seseorang kepada Rasulullah Saw dan berkata: 'Wahai Rasulullah !
tunjukkanlah kepadaku sutu amalan, jika aku mengerjakannya maka Allah akan
mencintaiku dan juga manusia', Rasulullah Saw bersabda: "berlaku zuhudalah
kamu di dunia, maka Allah akan mencintaimu, dan berlaku zuhudlah kamu atas
segala apa yang dimiliki oleh manusia, maka mereka (manusia) akan
mencintaimu".

Terdapat Tingkatan maqom secara umum yang sering dilakukan oleh seorang
sufi diantaranya: Taubah, Wara’, Zuhud, Faqr, Sabr, Syukr, Tawakkal, Ridha,
Makrifat. Tasawuf berperan dalam mengatasi persoalan mendasar yang dialami
manusia modern saat ini yaitu kehampaan spiritual yang berujung pada krisis
moral. Hal ini disebabkan oleh arus budaya golobal yang merubah gaya hidup ke
arah kemoderenan. Era modern ini dengan segala, kenikmatan yang ditawarkan,
memaksa manusia yang religius menjadi manusia hedonis, materialis, individualis
dan rasionalis. Pada kondisi ini, tasawuf sebagai inti ajaran agama islam, sangat
dibutuhkan bukan hanya sebagai pembimbing bagi manusia untuk menemukan
Tuhan-nya. Tapi juga berfungsi untuk mengembalikan nilai-nilai spiritual yang
telah lama hilang dari dalam diri manusia. Dengan cara tasawuf menyentuh aspek
esoteis yang merupakan inti dari manusia. Oleh karena itu tasawuf sangat
dibutuhkan dalam era globalisasi saat ini.

Anda mungkin juga menyukai